Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. I DENGAN IMPAKSI GIGI 3.8 dan 4.

8
YANG DILAKUKAN TINDAKAN ODONTEKTOMY DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG

DISUSUN OLEH :

1. ASTRIA FINISHA YU PURBANINGRUM


2. FANTINA YOGA OKTAVIANI
3. NAUFAL NAJIB ABDURRAHMAN
4. NOVA GALUH PRAMESWARA
5. TAUFIQ WICAKSANA WIBOWO

PW HIPKABI HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA


JAWA TENGAH
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan perioperatif merupakan suatu proses tindakan keperawatan
yang bertujuan untuk mengembangkan dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
yang akan dilakukan tindakan pembedahan atau prosedur invasif. Perawat diharuskan
memberikan asuhan keperawatan perioperatif dengan tetap menjamin kenyamanan dan
privasi pasien. Inti dari asuhan keperawatan pada setiap pasien adalah sikap caring
perawat. Sikap caring ini selalu diperlihatkan pada klien dalam memenuhi kebutuhan
pasien dengan menekan pada hubungan perawat dan pasien yang profesional sesuai
dengan kondisi pasien.
Menurut Majid (2011), tindakan pembedahan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan yaitu perioperatif phase atau pra operasi, intraoperatif phase atau intra
operasi, dan postoperatif phase atau pasca operasi. Masing-masing fase dimulai pada
waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah yang akan mempengaruhi fisiologis dan psikologis pasien.
Sehingga perawat dituntut untuk melakukan proses keperawatan yang maksimal sehingga
kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan yang prima.

B. Tujuan Penulisan
Melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan
tindakan odontektomy di Instalasi Bedah Sentral RS Roemani Muhammadiyah Semarang
tahun 2022.
C. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam tugas seminar kelompok ini adalah
asuhan keperawatan perioperatif pada pasien impaksi gigi 3.8 dan 4.8 dengan
odontektomy. Asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien dengan diagnosa medis
impaksi gigi 3.8 dan 4.8 di Instalasi Bedah Sentral RS Panti Wilasa Citarum Semarang.
Asuhan keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2023. Jenis pengambilan data
yang akan digunakan adalah kualitatif dengan studi kasus yang dilakukan pada satu orang
pasien.
D. Manfaat
Asuhan Keperawatan ini dapat digunakan oleh praktisi keperawatan untuk bahan
masukan dan evaluasi dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan perioperatif
khususnya pada pasien dengan tindakan odontektomy dengan indikasi impaksi gigi 3.8
dan 4.8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Odontektomi merupakan tindakan mengeluarkan gigi secara bedah, diawali dengan
pembuatan flap mukoperiosteal, diikuti dengan pengambilan tulang yang menghalangi
pengeluaran gigi tersebut (Ginanjar, Riawan & Sjamsudin, 2022).

Gigi impaksi merupakan terhalangnya gigi yang akan erupsi karena kurangnya
ruang pada lengkung rahang atau obstruksi tulang. Molar ketiga rahang atas dan rahang
bawah serta kaninus rahang atas merupakan gigi yang sering mengalami impaksi (Toppo,
2012).

Pada prinsipnya gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi
seluruhnya atau sebagiankarena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau
keduanya. Semua jenis gigi dapat memiliki kemungkinan untuk tidak dapat tumbuh.
Tersering adalah gigi molar ketiga rahang bawah dan rahang atas, gigi kaninus dan
gigi premolar. Pada umumnya gigi molar ketiga akan tumbuh menembus gusi pada
awal usia 18-20 tahun karena 28 gigi permanen lainnya sudah tumbuh
keseluruhannya, sehingga gigi molar ketiga sering sekali tidak memperoleh cukup
tempat untuk tumbuh karena tertahan oleh gigi molar kedua didepannya.
Sehingga gigi molar ketiga akan tumbuh sebagian atau salah arah. Keadaan
semacam ini dikenal dengan sebutan gigi tertanam atau gigi impaksi (Coen,
2012).

B. Anatomi da Fisiologi

1. Enamel adalah bagian luar gigi yang paling keras dan putih dari gigi. Enamel
mengandung 95% kalsium fosfat yang berfungsi untuk melindungi jaringan vital di
dalam gigi. Enamel tidak memiliki sel hidup sehingga tidak dapat memperbaiki dirinya
sendiri ketika terjadi pembusukan.
2. Dentin adalah lapisan di bawah enamel. Ini adalah jaringan keras yang mengandung
tabung kecil. Ketika enamel sebagai lapisan pelindung dentin rusak, suhu panas atau
dingin dapat masuk gigi melalui jalur ini dan menyebabkan sensitivitas gigi atau
timbulnya rasa sakit.
3. Cementum adalah lapisan jaringan ikat berwarna kuning muda yang mengikat akar
gigi dengan kuat ke gusi dan tulang rahang. Cara terbaik untuk melindunginya dari
pembusukan adalah dengan merawat gusi dengan baik. Jika tidak dirawat dengan baik,
gusi bisa menjadi sakit dan menyusut, membuat cementum tertumpuk plak dan bakteri
dapat berbahaya.
4. Pulpa adalah bagian dalam anatomi gigi yang lebih lembut, dapat ditemukan di pusat
dan inti gigi Anda serta berisi pembuluh darah, saraf, dan jaringan lunak lainnya.
Bagian ini berguna untuk memberikan nutrisi dan sinyal ke gigi Anda. Bagian struktur
gigi satu ini juga mengandung pembuluh getah bening kecil yang membawa sel darah
putih ke gigi untuk membantu gigi dalam melawan bakteri.
5. Periodontal ligamentum adalah jaringan yang membantu menahan gigi dengan kuat
melawan rahang. Ligamentum periodental membantu gigi untuk menahan kekuatan
ketika menggigit dan mengunyah.
6. Gusi adalah jaringan lunak berwarna merah muda. Bertugas melindungi tulang rahang
dan akar gigi.
Gambar 1. Anatomi dan pertumbuhan gigi bungsu. Pada usia 12 tahun, sebagian mahkota
benih gigi bungsu mulai terbentuk: (1a); pada usia 14 tahun, mahkota gigi sudah terbentuk
lengkap (1b). Pada usia 17 tahun, mahkota gigi dan akar gigi mulai terbentuk sebagian (1c)
akhirnya pada usia 25 tahun, mahkota dan akar gigi terbentuk sempurna (1d). Tampak benih
gigi bungsu atas dan bawah dalam keadaan impaksi (sumber: dimodifikasi dari American
Association of Oral and Maxillofacial Surgeon /AAOMS).
C. Prevalensi Penyakit
Data dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muhamad dan Nezar
(2016) di Center for Dentistry Research and Aesthetics Israel, menunjukkan dari total
1706 pasien yang datang dan melakukan pemeriksaan radiograf panoramik laki laki
(62,2%) lebih cenderung mengalami impaksi molar ketiga mandibula dibandingkan
perempuan (37,8%). Prevalensi molar ketiga hampir sama pada kedua sisi rahang kiri
(47,8%) dan kanan (52,2%). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa impaksi
mesioangular (50%) merupakan jenis impaksi yang paling banyak. Jenis impaksi yang
paling sedikit adalah inverted (0,3%). Prevalensi molar tiga rahang bawah yang
mengalami impaksi pada penelitian ini adalah 19,2%. Beberapa studi juga melaporkan
ratarata prevalensi impaksi gigi molar ketiga rahang bawah adalah dari 9,5% sampai 50%.

D. Etiologi
1. Penyebab lokal:
a. Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang.
b. Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya.
c. Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan
bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya.
d. Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau
berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya.
2. Penyebab sistemik:
a. Herediter : Dimana rahangnya sempit sedangkan gigi geliginya besar.
b. Miscegenation (percampuran ras) : Misalnya, perkawinan campuran dari satu ras
yang mempunyai gen dominan.
c. Gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit.
3. Penyebab postnatal:
Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak, misalnya
penyakit: ricketsia, anemia, syphilis, TBC, gangguan kelenjar endokrin, malnutrisi.
E. Manifestasi Klinik
Masalah yang sering dikeluhkan oleh mereka dengan gigi molar ketiga impaksi
yaitu merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga mulut.
Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi ialah:
1. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi
disekitar gigi yang diduga impaksi.
2. Resorpsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal
3. Kista (folikuler).
4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama (neuralgia).
5. Fraktur rahang (patah tulang rahang)
F. Patofisiologi
Odontektomi adalah prosedur tindakan pencabutan gigi yang dilakukan dengan cara
bedah yang diawali dengan pembuatan flap mukoperiosteal serta pengambilan tulang
undercut yang mengganggu proses pengeluaran gigi tersebut. Sebelum mrlskukan
tindakan odontektomi sebaiknya pemeriksaan penunjang dilakukan terlebih dahulu, yaitu
dengan melakukan pemeriksaan radiografi yang berfungsi untuk mengetahui kondisi akar
gigi dan tingkat kesulitan dari odontektomi. Terdapat berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kesulitan dari odontektomi seperti posisi gigi impaksi berdasarkan
hubungannya dengan ramus mandibula, angulasi gigi impaksi berdasarkan hubungan
aksis gigi, kedalaman gigi impaksi, dan morfologi akar gigi impaksi. terdapat beberapa
variasi morfologi akar gigi molar ketiga yaitu melebar (divergen), mengerucut
(konvergen), bengkok (dilaserasi), dan lurus. Tindakan odontektomi pada morfologi akar
gigi divergen biasanya lebih sulit dilkukan dibandingkan dengan morfologi akar
konvergen. Tindakan odontektomi pada morfologi akar gigi yang bengkok juga lebih sulit
dibandingkan dengan akar gigi yang lurus dan dapat menambah lama waktu tindakan
odontektomi (Ginanjar, Riawan & Sjamsudin, 2022).
G. Pathway

H. Pemeriksaan Penunjang
Radiograf sangat membantu dokter gigi menegakkan diagnosis dan rencana
perawatan kasus gigi impaksi yang secara klinis tidak terlihat. Dari radiograf, dokter gigi
dapat melakukan evaluasi posisi dan jenis impaksi, relasi gigi impaksi dengan gigi
tetangganya, bentuk dan ukuran gigi, kedalaman impaksi dalam tulang, kepadatan tulang
di sekitar gigi impaksi, dan hubungan gigi impaksi dengan struktur anatomi sekitarnya,
seperti adanya kanalis mandibularis, foramen mentalis, maupun sinus maksilaris jika
rahang atas (Toppo, 2012).

I. Komplikasi
Gigi bungsu impaksi, dapat terjadi tanpa gejala atau hanya menimbulkan rasa nyeri
tumpul pada rahang, yang menyebar sampai ke leher, telinga dan daerah temporal
(migrain). Hal itu terjadi akibat penekanan gigi pada nervus alveolaris inferior yang
terletak didekatnya. Gigi impaksi yang tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan
komplikasi serius, seperti karies dentis, infeksi dan pembentukan kista atau tumor
(Rahayu, 2014).

J. Penatalaksaan Medis
Menurut Rahayu (2014) penatalaksanaan pada impaksi gigi yaitu :

1. Dengan Pembedahan
Tindakan yang radikal adalah odontektomi, yaitu pengangkatan gigi impaksi
dengan pembedahan. Odontektomi merupakan tindakan mengeluarkan gigi secara
bedah, diawali dengan pembuatan flap mukoperiosteal, diikuti dengan pengambilan
tulang yang menghalangi pengeluaran gigi tersebut. Odontektomi dengan anestesi
lokal, dapat dilakukan pada pasien yang kooperatif, dan cukup dirawat jalan. Pada
pasien dengan tingkat ansietas tinggi, diberikan anestesi lokal ditambah sedasi sadar,
atau dengan anestesi umum.
Anestesi umum khususnya diberikan pada kasus impaksi yang sangat sulit, atau
pada pasien yang tidak kooperatif, seperti penderita gangguan mental. Pasien harus
dirawat inap dan diberikan premedikasi seperlunya pada pra-bedah dan saat pemulihan
pasca bedah. Pada beberapa pasien ketika mengetahui memiliki gigi bungsu impaksi,
secara spontan menghendaki odontektomi walaupun tanpa keluhan.
2. Tanpa pembedahan
Pada gigi bungsu impaksi partialis, bersih, asimtomatik, tindakan odontektomi
masih dapat ditunda atau bahkan dihindari. Pada gigi bungsu yang mengalami impaksi
totalis, pasien dianjurkan waspada terhadap kemungkinan terjadi degenerasi kistik
kantung folikel gigi (dental sac).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. I
b. Usia : 26 tahun
c. Jenis kelamin : P
d. Alamat : Semarang
e. Suku : Jawa
f. Pendidikan : SI
g. Dirawat diruang : Edelwais
h. Tanggal masuk RS : 31 Mei 2023
i. Diagnosa : Impaksi gigi 3.8 dan 4.8
j. No CM : 380xxx
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama saat masuk RS
Pasien mengatakan cemas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke RS Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 30 Mei
2023 oleh keluarganya karena akan dilakukan pembedahan odontectomi yang telah
dijadwalkan oleh dokter karena impaksi pada giginya. Tanggal 31 Mei 2023 pasien
diantar ke ruang IBS oleh perawat ruangan, pasien tampak cemas saat masuk ke
ruang IBS. Dilakukan pengakjian pasien mengatakan takut dengan tindakan
operasinya karena ini kali pertama pasien dilakukan operasi. Akral pasien terasa
dingin berkeringat. Pasien kemudian dibawa masuk ke ruang OK II dan dilakukan
anastesi dengan GA. Perawat instrument melakukan persiapan alat dan perawat
sirkuler membantu persiapan ruangan. Pukul 08.00 WIB pasien yang sudah
dilakukan anastesi setelah dilakukan time out operator yang dibantu oleh asisten dan
perawat instrument memulai melakukan tindakan pembedahan. Tindakan operasi
berlangsung selama kurang lebih 1 jam. TD pasien 110/78 mmHg, N : 82x/menit,
RR : 20 x/mnt, SpO2 : 99%. Perdarahan + 200 cc. Pukul 09.00 WIB pasien dibawa
keruang RR dengan kondisi bekas insisi diberikan kasa bulat untuk menahan
keluarnya darah. Pasien mengatakan tidak nyaman setelah dilakukan tindakan
operasi. Kemudian pasien dilakukan penilaian dengan alderete score.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus,
hipertensi, jantung, asma dan pasien mengatakan belum pernah dilakukan operasi
apapun sebelumnya.

B. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1 Subjektif : pasien mengatakan cemas Ansietas Krisis situasional
dan takut akan dilakukan tindakan
operasi odontectomy
Objektif : pasien tampak cemas,
akral pasien dingin berkeringat
2 Subjektif : - Risiko Hipovolemia Kehilangan cairan
Objektif : secara aktif
Dilakukan general anestesi
TD : 110/78 mmHg
N : 82x/menit,
RR : 20 x/mnt
SpO2 : 99%
Perdarahan + 200 cc
3 Subjektif : pasien mengeluhkan rasa Gangguan Rasa Efek samping terapi
tidak nyaman pada area insisi Nyaman
Objektif : pasien tampak tidak
nyaman
C. Diagnosa keperawatan
1. (D.0080) Ansietas b.d krisis situasional dibuktikan dengan pasien tampak cemas
dan pasien merasa takut
2. (D.0034) Risiko Hipovolemia b.d Kehilangan cairan secara aktif
3. (D.0074) Gangguan Rasa Nyaman b.d Efek samping terapi

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Ansietas b.d krisis tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09314)
situasional Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 x 1 jam 1. Identifikasi saat tingkat
maka tingkat ansietas menurun ansietas berubah (missal
dengan kriteria hasil : kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi khawatir 2. Identifikasi kemampuan
akibat kondisi yang megambil keputusan
dihadapi menurun (5) 3. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Perilaku gelisah (verbal dan non verbal)
menurun (5) Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan dengan
tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi :
1. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
2. Anjurkan untuk
mengungkapkan perasaam
dan persepsi
3. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
4. Latih teknik relaksasi
2 Resiko Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia
Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi (I.03116)
keperawatan 1 x 2 jam maka Obeservasi :
risiko hipovolemia menurun 1. Periksa tanda gejala
dengan kriteria hasil : hipovolemia
Terapeutik :
Kekuatan Nadi (1-3) 1. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi :
1. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
3 Gangguan Rasa
Status Kenyamanan (L.08064) Penjahitan Luka (I.14556)
Nyaman b.d Efek
Setelah dilakukan intervensi
Observasi :
samping terapi keperawatan 1 x 2 jam maka 1. Identifikasi adanya
tingkat nyeri menurun dengan riwayat keloid
kriteria hasil : Terapeutik :
1. Keluhan tidak nyaman 2. Bersihkan daerah luka
menurun dengan larutan
antiseptik
Edukasi :
1. Jelaskan tanda-
tanda infeksi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penjahitan
luka yang berpotensi
infeksi

E. Implementasi Keperawatan
No No Dx Implementasi Respon TTD
1 1 Menganjurkan pasien untuk berdoa Subjektif : pasien
sesuai kepercayaannya sebelum mengatakan cemas berkurang
dilakukan tindakan Objektif : pasien kooperatif
2 2 Memeriksa tanda gejala hipovolemia Subjektif : -
Objektif : TD : 110/78 mmHg
N : 82x/menit,
RR : 20 x/mnt
SpO2 : 99%
3 2 Memberikan asupan cairan oral Subjektif : -
Objektif :
TD : 120/80 mmHg , N : 83,
RR : 20 x/mnt, SpO2 : 91%
4 3 Membersihkan daerah luka dengan Subjektif : pasien
larutan antiseptik mengeluhkan rasa tidak
nyaman pada bekas insisi
Objektif : pasien tampak
tidak nyaman
5 3 Menjelaskan tanda-tanda infeksi Subjektif : pasien
mengatakan paham
Objektif : pasien kooperatif

F. Evaluasi
No No DX Evaluasi TTD
1 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Pasien kooperatif
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
2 2 S:-
O : TD : 110/78 mmHg
N : 82x/menit,
RR : 20 x/mnt
SpO2 : 99%
A:-
P : Intervensi dihentikan (monitor tanda-tanda perdarahan)
3 3 S : pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada bekas insisi
O : pasien tampak tidak nyaman
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan

G. Langkah-Langkah Tindakan Pembedahan


Jenis anestesi : General Anastesi (GA)
Persiapan anestesi :

Nama Obat Dosis Rute Pemberian


Propofol 1-2mg/KgBB IV
Notrixum 2cc IV
Ketorolac 30mg IV
Ondansetron 4mg IV
Tramadol 100mg IV
Asam Tranexamat 500mg IV
Ascorbic Acid 200mg IV
phytomenadione 10mg IV
fentanyl 20-50mcg/KgBB IV
- Spuit 3 cc (3)
- Spuit 5 cc (1)
- Spuit 10 cc (1)
- Spuit 20 cc (1)
- Glove steril
- Lubrikan (Gel)
- Laryngoscope no 3
- Endotracheal tube (ET) no 6,5
- Oropharyngeal airways (OPA)
- Plester
- Suction

PENGHITUNGAN INSTRUMEN DAN BAHAN HABIS PAKAI

Jumlah
NO Instrumen dan sponge
Pra Intra post
INSTRUMEN
1 Bengkok/ kidney tray 1 - 1
2 Kom/Bowl 1 - 1
3 Pinset anatomis 2 - 2
4 Doekklem 2 - 2
5 Gunting benang/delicate 1 - 1
scissor
7 Needle holder 2 - 2
8 Klem bengkok 2 - 2
kecil/haemostatic forcep
pean
9 Doek klem/towel clamp 6 - 6
10 Raspatorium 2 - 2
11 Mouthgauge 1 - 1
12 Bein 4 - 4
13 Bor gigi 1 - 1
14 Tounge spatel/ spatula 1 - 1
15 Scalpel handle no.3 1 - 1
16 Kikir (willinger)
17 T-crayer 1 - 1
18 Raspatorium 2 - 2
19 Set yankeur suction 1 - 1
20 Langen Bek 2 - 2
BARANG HABIS PAKAI
21 Gloves steril 6,7,8 1/1/1/1 - 0
22 Apron 4 - 0
23 Underpad 1 - 0
24 Kassa steril 11 - 11
25 Kassa pack 1 - 0
26 NaCl 0,9 % 400 cc - 50 cc
27 H2O2/ Pehidrol 100 cc - 20 cc
28 Povidone Iodine 10 % 100 cc - 50 cc
29 Plain ate 3/0 tapper 1 - 0
30 Hypafix/plester 5 cm - 0
31 Bisturi no 15 1 - 0
32 Set yankeur suction 1 - 0

PENGELOLAAN PASIEN PERIOPERATIF


SERAH TERIMA PASIEN
1. Pasien dari ruang Adelweiss datang ke IBS dilakukan serah terima pasien antara
perawat ruangan dengan perawat IBS
2. Melakukan transfer pasien dari brankart ruangan pasien geser/berpindah sendiri ke
brankart kamar bedah di holding room
3. Mengganti baju pasien dan memakaikan topi operasi serta memasang siderail brankart
kamar bedah
4. Melakukan pengecekan pengisian ceklist yang berisi lama puasa, pengecekan informed
concern (persetujuan operasi), identitas pasien, kelengkapan serah terima pasien
lainnya termasuk obat-obatan yang dibawa
5. Memeriksa keadaan pasien di ruang pra induksi, meliputi tingkat kesadaran, tanda-
tanda vital (TTV) dan kaji riwayat alergi, memasang stiker warna merah bila mana
terjadi reaksi alergi obat-obat pre medikasi tertentu.

SIGN IN
Perawat sirkuler melakukan sign in di ruang pra induksi sebelum induksi anastesi, dan
dihadiri minimal olehh dokter anastesi, perawat bedah dan perawat anastesi.
a. Apakah pasien telah memberikan konfirmasi kebenaran identifikasi, lokasi operasinya,
prosedurnya dan telah memberikan persetujuan dalam lembar informed concern? (Ya)
b. Apakah lokasi operasi sudah diberikan tanda/marking? (Tidak)
c. Apakah mesin dan obat anestesi telah di cek dan lengkap? (Ya)
d. Apakah pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi? (Sudah)
Apakah pasien memiliki
a. Riwayat alergi yang diketahui? (Tidak)
b. Resiko kesulitan pada jalan napas atau resiko aspirasi? (Tidak ada)
c. Resiko kehilangan darah > 200 ml (35ml/kgBB pada dewasa)? (Tidak ada)

PERSIAPAN TIM BEDAH, ANESTESI DAN PENGELOLAAN PASIEN


1. Dokter operator, asisten operator, perawat instrument menggunakan APD (penutup
kepala, masker, apron,jas operasi, sandal/sepatu boot)
2. Alasi meja operasi dengan menggunakan duk bersih dan underpad kemudian pasien
dipindahkan ke meja operasi dari brankart secara aman dengan menggunakan easy
move
3. Perawat instrument menyiapkan instrument set odontectomy yang akan digunakan
untuk tindakan operasi odontectomy
4. Perawat sirkuler memasang pulse oxymeter, bedside monitor, sphygmomanometer,
menempatkan infus pada standart infus
5. Tim anestesi (dokter anestesi dan penata anestesi) melakukan anestesi dengan teknik
General Anastesi (GA)
6. Perawat sirkuler mengatur posisi pasien supinasi
7. Dokter operator, asisten operator dan perawat instrument mengggunakan APD
(penutup kepala, masker, apron, sepatu boot)

SCRUBING
Dokter operator, asisten operator dan perawat instrument melakukan cuci tangan bedah (air
mengalir, chlorehexidine 4%, pembersih kuku, sponge, sikat). Dengan langkah-langkah :
a. Lepas asesoris yang berada ditangan
b. Pakai apron
c. Lipat lengan baju 10 cm diatas siku
d. Basahi tangan dan lengan sampai 5 cm diatas siku dibawah air mengalir
e. Bersihkan kuku dengan menggunakan pembersih kuku dibawah alir mengalir dari arah
dalam keluar
f. Tuang cairan chlorehexidine 4% ke spons secukupnya (5ml)
g. Basahi spon dan remas-remas sampai berbusa, lumuri dan gosok seluruh permukaan
tangan sampai 5 cm diatas siku
h. Sikat kuku jari pada masing-masing tangan selama 1 menit (dengan arah menjauhi
badan)
i. Buang sikat dan bilas dengan air mengalir sampai bersih (spon tetap dipegang)
j. Dengan meremas spon sampai berbusa, lumuri kembali tangan sampai ¾ lengan (5
detik untuk 2 orang)
k. Gunakan spon untuk membersihkan tangan kiri dan kanan (mulailah menggosok
telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15 detik, kemudian seluruh jari 15
detik secara berurutan. Setiap jari digosok seolah mempunyai 4 sisi) lalu buang spon
kemudian bilas dibawah air mengalir sampai bersih.
l. Lumuri kembali dan gosok telapak tangan sampai pergelangan tangan dengan
chlorehexidine 4% lakukan cuci tangan procedural.
m. Bilas dengan air mengalir sampai bersih
n. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai siku, jangan dikibas
o. Pertahankan posisi tangan agar telapak tangan sejajar dengan bahu.

GOWNING DAN GLOVING


8. Dokter operator, asisten operator, perawat instrument mengeringkan tangan dengan
towel kemudian memakai jas operasi dan glove steril (jari-jari tidak boleh melewati
manset jas operasi).
9. Perawat instrument menyiapkan meja mayo, yaitu memasang sarung meja, perlak
pengalas dan menyiapkan instrument di meja mayo.

ASEPSIS
10. Perawat instrumen memberikan kassa steril yang telah dijepit dengan ovarium klem/
sponge holding forcep, bowl yang berisi povidon iodine 10 % di kom kepada operator
untuk melakukan asepsis pada area operasi (dengan cara memutar dari dalam ke luar
area yang akan diinsisi).

DRAPPING
11. Perawat instrumen memberikan duk steril kepada asisten operator untuk melakukan
drapping.
a. Berikan satu set duk besar untuk menutupi area caudal.
b. Berikan satu duk besar untuk menutupi bagian tubuh atas/frontal pasien.
c. Berikan duk kecil untuk menutupi area sekitar wajah pasien.
d. Pasang duk lubang sedang steril dan siapkan set yakeur suction serta difiksasi
dengan duk klem.
e. Pasang set duk steril yang dilapisi perlak diatas dada pasien.
INSTRUMENTASI
1. Scrubing nurse/instrumentator menyiapkan instrument bedah mulut dan bahan habis
pakai yaitu kassa steril 11

TIME OUT
2. Perawat sirkuler memimpin time out. Dilakukan sebelum insisi dihadiri minimal oleh
perawat, ahli anestesi dan operator.
a. Seluruh anggota telah menyebutkan nama dan peran masing-masing
b. Konfirmasi klien mengenai (identitas klien, diagnosa, prosedur operasi dan area
insisi)
c. Antibiotic profilaksis telah diberikan dalam 60 menit? (CEFAZOLIN 1gr)
3. Antisipasi kejadian kritis :
Operator
a. Hal kritis atau langkah tak terduga apakah yang mungkin diambil? (Tidak ada)
b. Berapa estimasi lama operasi? (1 jam)
c. Antisipasi kehilangan darah yang dipersiapkan? (minimal)
Tim Anastesi
a. Adakah terdapat hal penting mengenai pasien yang perlu diperhatikan? (airway
dan hemodinamik)
Tim Keperawatan
a. Apakah perlatan sudah steril (sesuai indikator)? (sesuai indikator)
b. Adakah masalah atau perhatian khusus mengenai peralatan? (tidak ada)
Hasil pemerikasaan imaging perlu ditampilkan? (ya)
4. Operator memimpin doa.

LANGKAH-LANGKAH OPERASI
INSTRUMEN, BHP
NO URAIAN LANGKAH-LANGKAH OPERASI
DAN SPONGE
1 Perawat instrument mendisinfektan area dengan iodine Iodine
ke bibir pasien, dan memberikan vaselin gel pada area Kassa 1
bibir Hemostatatic klem
2 Perawat instrument memberikan mouthgauge kepada
Mouthgauge
operator untuk membuka mulut.
3 Perawat instrument memberikan tongue spatula kepada Tongue spatel
operator untuk menekan lidah pasien, lalu asisten Kassa pack
operator melakukan suction untuk membersihkan sisa Suction
povidone iodine 10 % dalam mulut pasien. Povidone iodine 10%
4 Perawat Instrumen memberikan minnesota untuk
Minnesota
mengekspose daerah insisi
5 Perawat instrument memberikan spuid 10cc yang berisi Phcain
phcain dan di oplos dengan aqua bidest 10cc untuk Spuid 10cc
menganestesi area odontektomi

5 Perawat instrument memberikan kassa pack untuk Heamostatic clamp


(preventif aspirasi) kepada asisten operator Kassa pack
NaCl 0,9 %
7 Suction diganti dengan yankeur yang kecil untuk Yankeur
mempersiapkan suction di area gusi dan sela gigi.
8 Perawat instrument memberikan scalpel no 3 dengan Scalpel no 3
bisturi no 15 untuk insisi area gigi yang akan diangkat Bisturi no 15
9 Perawat instrumen memberikan raspatorium untuk Raspatorium
memisahkan mukosa dan periosterum gigi dan suction
untuk area perdarahan
10 Perawat instrument memberikan bor gigi kepada Bor gigi
operator untuk memecahkan gigi dan suction untuk Suction
antisipasi perdarahan
11 Perawat instrument memberikan bein kepada operator Bein/T-crayer
untuk mengangkat gigi yang akan dicabut. Siapkan
kassa kering untuk tempat gigi yang sudah dihapus
12 Jika gigi sudah lepas berikan pean untuk mengambil Heamostatic
gigi dan berikan kassa untuk menerima gigi yang telah forceps/pean
dicabut, berikan depper untuk mengontrol perdarahan Kassa
lalu berikan kikir untuk menumpulkan daerah tulang Kikir
rahang agar tidak tajam.
13 Perawat instrument memberikan NaCl 0,9 % untuk NaCl 0,9 % 20 cc
antiseptik dan yang terakhir memberikan NaCl 0,9 % Spuit 20 cc
untuk mencuci/membilas.
14 Bersihkan dengan menggunakan suction dan monitor
masih adakah perdarahan.
16 Perawat instrument memberikan needle holder dengan Needle holder
benang plain 3/0 tapper (•) untuk menjahit lubang Plein 3/0 tapper (•)
bekas gigi yang dilakukan pencabutan. Setelah dijahit Gunting
berikan gunting benang (delicate scissor) kepada benang/delicate scissor
operator untuk menggunting.
17 Ambil pack dan kemudian cek perdarahan kanan dan
kiri
18 SIGN OUT
Dilakukan sebelum pasien meninggalkan kamar bedah.
a. Tim keperawatan secara lisan mengkonfirmasi dihadapan tim
1) Nama prosedur : Odontectomy
2) Kelengkapan hitungan instrumen, spons, dan jarum sudah sesuai
Nama barang Pre Intra Post
Instrument 30 - 30
Kassa 20 - 20
Jarum 1 - 1
Pack 1 1
3) Labeling specimen (minimal terdapat asal jaringan, nama pasien, no RM,
tanggal lahir)? (specimen: gigi 3 38 37 48)
4) Apakah terdapat permasalahan peralatan yang perlu disikapi? (Tidak ada)
Kepada operator, dokter anastesi dan tim keperawatan, apakah terdapat pesan khusus
untuk pemulihan pasien? (Hemodinamik)
19 Lepas mouthgauge dan bersihkan bibir dengan kassa Kassa
dan NaCl 0,9 % NaCl 0,9 %
20 Masukkan 2 kassa yang dibentuk bulat dan dibungkus Kassa
kassa lagi untuk mengendap bagian gigi yang telah
dicabut dibagian sudut kanan dan sudut kiri mulut.
21 Rapikan bekas kassa yang keluar
22 Jika pengecekan instrument dan barang habis pakai selesai maka rapikan pasien dan
semua peralatan.
23 Jika sudah rapi perawat anastesi membangunkan pasien dan memidahkan pasien ke
brankart dengan aman lalu pindahkan ke recovery room (RR)
24 Jika pasien sudah dipindahkan ke RR (recovery room) pasang bedside monitor dan
lakukan pemantauan TTV, kesadaran dan penilaian hilangnya anastesi dengan aldert
score dan sambil menunggu perawat ruangan melakukan serah terima kembali pada
perawat kamar operasi untuk membawa pasien kembali ke bangsal.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang akan


mendatangkan stressor terhadap integritas seseorang. Pembedahan akan membangkitkan
reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa 80 % dari pasien yang akan menjalani pembedahan
mengalami kecemasan.

Dalam kasus asuhan keperawatan ini muncul masalah kecemasan pre operasi, sesuai
teori intervensi asuhan keperawatan yang dipaparkan perawat melakukan implementasi
menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk memberi pendidikan kesehatan yang
berguna untuk menurunkan kecemasan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan
teratasi sebagian dengan hasil evaluasi gejala cemas berkurang ditandai dengan bahasa tubuh
klien tampak tenang. TTV dalam batas normal, TD 140/90 mmhg, nadi : x/menit, RR
22x/menit, spo2 99 %. Hal diatas diperkuat dengan hasil penelitian setiawan (2015) yang
meneliti efek komunikasi terapeutik yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien pre
operasi di rumah sakit haji adam malik medan.

Pada fase intra operasi, muncul masalah keperawatan hipotermia pada pasien dengan
suhu

35,2 C di karenakan efek farmakologi dari obat yang diberian serta didukung suhu rungan
yang dingin. Dimana hipotermia intra operasi sangatlah merugikan bagi pasien karena dapat
menyebabkan disritmia jantung, iskemia. miokardium, gangguan penyembuhan luka operasi,
risiko infeksi, menggigil, syok, dan penurunan tingkat kenyamanan pasien (Marta, 2017).
Pada kondisi dingin dapat menyebabkan terjadinya penurunan sekresi dan sintesis surfaktan,
dingin dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas (Buggy DJ, 2019).

Hipotermia memberikan berbagai akibat pada seluruh sistem dalam tubuh


seperti diantaranya peningkatan kebutuhan akan oksigen, meningkatnya produksi asam
laktat, kondisi apneu, terjadinya penurunan kemampuan pembekuan darah dan kondisi
yang paling sering adalah hipoteremia. Selain itu, hipotermia juga akan menambah
kebutuhan oksigen, produksi karbondioksida, peningkatan kadar ketokolamin dalam plasma
yang menyebabkan peningkatan laju nadi, tekanan darah dan curah jantung, sehingga dapat
menyebabkan kematian.

Sedangkan di fase post operasi, nyeri akut maka dari itu perawat memberikan
analgesik untuk meredakan nyeri pada pasien
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa impaksi gigi merupakan suatu
keadaan dimana gigi mengalami kegagalan erupsi secara normal dalam pertumbuhan
akibat terhalang oleh gigi dan tulang sekitarnya sehingga tidak tersedianya ruangan
yang cukup. Penatalaksanaan medis adalah dengan melakukan operasi yang disebut
dengan odontektomi. Istilah odontektomi digunakan dalam tindakan operasi untuk
mengeluarkan gigi impaksi (terpendam).
Kasus gigi impaksi biasanya menimbulkan penyakit karena gigi tersebut
susah untuk dibersihkan, sehingga menjadi sarang bakteri. Apabila menimbulkan
gejala-gejala seperti migren, kepala pusing, sakit saat buka mulut, dan telinga
berdengung harus dilakukan pencabutan gigi impaksi yang disebut dengan
odontektomi.
Focus pengkajian :
a). Identitas pasien
Ny. I, Usia : 26 tahun, Jenis kelamin : P, Alamat : Semarang, Suku : Jawa,
Pendidikan : SI, Dirawat diruang : Edelwais, Tanggal masuk RS : 31 Mei 2023,
Diagnosa : Impaksi gigi 3.8 dan 4.8, No CM : 380xxx, Keluhan utama saat masuk
RS Pasien mengatakan cemas, Riwayat penyakit sekarang Pasien dibawa ke RS
Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 30 Mei 2023 oleh keluarganya
karena akan dilakukan pembedahan odontectomi yang telah dijadwalkan oleh
dokter karena impaksi pada giginya. Tanggal 31 Mei 2023 pasien diantar ke ruang
IBS oleh perawat ruangan, pasien tampak cemas saat masuk ke ruang IBS.
Dilakukan pengakjian pasien mengatakan takut dengan tindakan operasinya karena
ini kali pertama pasien dilakukan operasi. Akral pasien terasa dingin berkeringat.
Pasien kemudian dibawa masuk ke ruang OK II dan dilakukan anastesi dengan
GA. Perawat instrument melakukan persiapan alat dan perawat sirkuler membantu
persiapan ruangan. Pukul 08.00 WIB pasien yang sudah dilakukan anastesi setelah
dilakukan time out operator yang dibantu oleh asisten dan perawat instrument
memulai melakukan tindakan pembedahan. Tindakan operasi berlangsung selama
kurang lebih 1 jam. TD pasien 110/78 mmHg, N : 82x/menit, RR : 20 x/mnt, SpO2
: 99%. Perdarahan + 200 cc. Pukul 09.00 WIB pasien dibawa keruang RR dengan
kondisi bekas insisi diberikan kasa bulat untuk menahan keluarnya darah. Pasien
mengatakan tidak nyaman setelah dilakukan tindakan operasi. Kemudian pasien
dilakukan penilaian dengan alderete score. Riwayat penyakit dahulu Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus, hipertensi,
jantung, asma dan pasien mengatakan belum pernah dilakukan operasi apapun
sebelumnya.

B. Saran
1. Peserta hipkabidapat mengenal pengkajian fokus klien dengan tindakan
odontektomi
2. Peserta hipkabi dapat memahami diagnosa keperawatan yang muncul
dalam asuhan keperawatan perioperati klien dengan tindakan operatif
odontektomi
3. Peserta hipkabi dapat mengenal intervensi keperawatan perioperatif pada klien
dengan tindakan odontektomi
4. Peserta hipkabi dapat mengetahui implementasi keperawatan asuhan
keperawatan perioperatif klien dengan tindakan odontektomi
5. Peserta hipkabi dapat mengetahui evaluasi perawat dalam mengakhiri asuhan
keperawatan perioperatif klien dengan tindakan odontektomi

Anda mungkin juga menyukai