8
YANG DILAKUKAN TINDAKAN ODONTEKTOMY DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG
DISUSUN OLEH :
B. Tujuan Penulisan
Melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan
tindakan odontektomy di Instalasi Bedah Sentral RS Roemani Muhammadiyah Semarang
tahun 2022.
C. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam tugas seminar kelompok ini adalah
asuhan keperawatan perioperatif pada pasien impaksi gigi 3.8 dan 4.8 dengan
odontektomy. Asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien dengan diagnosa medis
impaksi gigi 3.8 dan 4.8 di Instalasi Bedah Sentral RS Panti Wilasa Citarum Semarang.
Asuhan keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2023. Jenis pengambilan data
yang akan digunakan adalah kualitatif dengan studi kasus yang dilakukan pada satu orang
pasien.
D. Manfaat
Asuhan Keperawatan ini dapat digunakan oleh praktisi keperawatan untuk bahan
masukan dan evaluasi dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan perioperatif
khususnya pada pasien dengan tindakan odontektomy dengan indikasi impaksi gigi 3.8
dan 4.8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Odontektomi merupakan tindakan mengeluarkan gigi secara bedah, diawali dengan
pembuatan flap mukoperiosteal, diikuti dengan pengambilan tulang yang menghalangi
pengeluaran gigi tersebut (Ginanjar, Riawan & Sjamsudin, 2022).
Gigi impaksi merupakan terhalangnya gigi yang akan erupsi karena kurangnya
ruang pada lengkung rahang atau obstruksi tulang. Molar ketiga rahang atas dan rahang
bawah serta kaninus rahang atas merupakan gigi yang sering mengalami impaksi (Toppo,
2012).
Pada prinsipnya gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi
seluruhnya atau sebagiankarena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau
keduanya. Semua jenis gigi dapat memiliki kemungkinan untuk tidak dapat tumbuh.
Tersering adalah gigi molar ketiga rahang bawah dan rahang atas, gigi kaninus dan
gigi premolar. Pada umumnya gigi molar ketiga akan tumbuh menembus gusi pada
awal usia 18-20 tahun karena 28 gigi permanen lainnya sudah tumbuh
keseluruhannya, sehingga gigi molar ketiga sering sekali tidak memperoleh cukup
tempat untuk tumbuh karena tertahan oleh gigi molar kedua didepannya.
Sehingga gigi molar ketiga akan tumbuh sebagian atau salah arah. Keadaan
semacam ini dikenal dengan sebutan gigi tertanam atau gigi impaksi (Coen,
2012).
B. Anatomi da Fisiologi
1. Enamel adalah bagian luar gigi yang paling keras dan putih dari gigi. Enamel
mengandung 95% kalsium fosfat yang berfungsi untuk melindungi jaringan vital di
dalam gigi. Enamel tidak memiliki sel hidup sehingga tidak dapat memperbaiki dirinya
sendiri ketika terjadi pembusukan.
2. Dentin adalah lapisan di bawah enamel. Ini adalah jaringan keras yang mengandung
tabung kecil. Ketika enamel sebagai lapisan pelindung dentin rusak, suhu panas atau
dingin dapat masuk gigi melalui jalur ini dan menyebabkan sensitivitas gigi atau
timbulnya rasa sakit.
3. Cementum adalah lapisan jaringan ikat berwarna kuning muda yang mengikat akar
gigi dengan kuat ke gusi dan tulang rahang. Cara terbaik untuk melindunginya dari
pembusukan adalah dengan merawat gusi dengan baik. Jika tidak dirawat dengan baik,
gusi bisa menjadi sakit dan menyusut, membuat cementum tertumpuk plak dan bakteri
dapat berbahaya.
4. Pulpa adalah bagian dalam anatomi gigi yang lebih lembut, dapat ditemukan di pusat
dan inti gigi Anda serta berisi pembuluh darah, saraf, dan jaringan lunak lainnya.
Bagian ini berguna untuk memberikan nutrisi dan sinyal ke gigi Anda. Bagian struktur
gigi satu ini juga mengandung pembuluh getah bening kecil yang membawa sel darah
putih ke gigi untuk membantu gigi dalam melawan bakteri.
5. Periodontal ligamentum adalah jaringan yang membantu menahan gigi dengan kuat
melawan rahang. Ligamentum periodental membantu gigi untuk menahan kekuatan
ketika menggigit dan mengunyah.
6. Gusi adalah jaringan lunak berwarna merah muda. Bertugas melindungi tulang rahang
dan akar gigi.
Gambar 1. Anatomi dan pertumbuhan gigi bungsu. Pada usia 12 tahun, sebagian mahkota
benih gigi bungsu mulai terbentuk: (1a); pada usia 14 tahun, mahkota gigi sudah terbentuk
lengkap (1b). Pada usia 17 tahun, mahkota gigi dan akar gigi mulai terbentuk sebagian (1c)
akhirnya pada usia 25 tahun, mahkota dan akar gigi terbentuk sempurna (1d). Tampak benih
gigi bungsu atas dan bawah dalam keadaan impaksi (sumber: dimodifikasi dari American
Association of Oral and Maxillofacial Surgeon /AAOMS).
C. Prevalensi Penyakit
Data dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muhamad dan Nezar
(2016) di Center for Dentistry Research and Aesthetics Israel, menunjukkan dari total
1706 pasien yang datang dan melakukan pemeriksaan radiograf panoramik laki laki
(62,2%) lebih cenderung mengalami impaksi molar ketiga mandibula dibandingkan
perempuan (37,8%). Prevalensi molar ketiga hampir sama pada kedua sisi rahang kiri
(47,8%) dan kanan (52,2%). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa impaksi
mesioangular (50%) merupakan jenis impaksi yang paling banyak. Jenis impaksi yang
paling sedikit adalah inverted (0,3%). Prevalensi molar tiga rahang bawah yang
mengalami impaksi pada penelitian ini adalah 19,2%. Beberapa studi juga melaporkan
ratarata prevalensi impaksi gigi molar ketiga rahang bawah adalah dari 9,5% sampai 50%.
D. Etiologi
1. Penyebab lokal:
a. Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang.
b. Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya.
c. Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan
bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya.
d. Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang atau
berkurangnya tempat untuk gigi permanen penggantinya.
2. Penyebab sistemik:
a. Herediter : Dimana rahangnya sempit sedangkan gigi geliginya besar.
b. Miscegenation (percampuran ras) : Misalnya, perkawinan campuran dari satu ras
yang mempunyai gen dominan.
c. Gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit.
3. Penyebab postnatal:
Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak, misalnya
penyakit: ricketsia, anemia, syphilis, TBC, gangguan kelenjar endokrin, malnutrisi.
E. Manifestasi Klinik
Masalah yang sering dikeluhkan oleh mereka dengan gigi molar ketiga impaksi
yaitu merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga mulut.
Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi ialah:
1. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi
disekitar gigi yang diduga impaksi.
2. Resorpsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal
3. Kista (folikuler).
4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama (neuralgia).
5. Fraktur rahang (patah tulang rahang)
F. Patofisiologi
Odontektomi adalah prosedur tindakan pencabutan gigi yang dilakukan dengan cara
bedah yang diawali dengan pembuatan flap mukoperiosteal serta pengambilan tulang
undercut yang mengganggu proses pengeluaran gigi tersebut. Sebelum mrlskukan
tindakan odontektomi sebaiknya pemeriksaan penunjang dilakukan terlebih dahulu, yaitu
dengan melakukan pemeriksaan radiografi yang berfungsi untuk mengetahui kondisi akar
gigi dan tingkat kesulitan dari odontektomi. Terdapat berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kesulitan dari odontektomi seperti posisi gigi impaksi berdasarkan
hubungannya dengan ramus mandibula, angulasi gigi impaksi berdasarkan hubungan
aksis gigi, kedalaman gigi impaksi, dan morfologi akar gigi impaksi. terdapat beberapa
variasi morfologi akar gigi molar ketiga yaitu melebar (divergen), mengerucut
(konvergen), bengkok (dilaserasi), dan lurus. Tindakan odontektomi pada morfologi akar
gigi divergen biasanya lebih sulit dilkukan dibandingkan dengan morfologi akar
konvergen. Tindakan odontektomi pada morfologi akar gigi yang bengkok juga lebih sulit
dibandingkan dengan akar gigi yang lurus dan dapat menambah lama waktu tindakan
odontektomi (Ginanjar, Riawan & Sjamsudin, 2022).
G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
Radiograf sangat membantu dokter gigi menegakkan diagnosis dan rencana
perawatan kasus gigi impaksi yang secara klinis tidak terlihat. Dari radiograf, dokter gigi
dapat melakukan evaluasi posisi dan jenis impaksi, relasi gigi impaksi dengan gigi
tetangganya, bentuk dan ukuran gigi, kedalaman impaksi dalam tulang, kepadatan tulang
di sekitar gigi impaksi, dan hubungan gigi impaksi dengan struktur anatomi sekitarnya,
seperti adanya kanalis mandibularis, foramen mentalis, maupun sinus maksilaris jika
rahang atas (Toppo, 2012).
I. Komplikasi
Gigi bungsu impaksi, dapat terjadi tanpa gejala atau hanya menimbulkan rasa nyeri
tumpul pada rahang, yang menyebar sampai ke leher, telinga dan daerah temporal
(migrain). Hal itu terjadi akibat penekanan gigi pada nervus alveolaris inferior yang
terletak didekatnya. Gigi impaksi yang tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan
komplikasi serius, seperti karies dentis, infeksi dan pembentukan kista atau tumor
(Rahayu, 2014).
J. Penatalaksaan Medis
Menurut Rahayu (2014) penatalaksanaan pada impaksi gigi yaitu :
1. Dengan Pembedahan
Tindakan yang radikal adalah odontektomi, yaitu pengangkatan gigi impaksi
dengan pembedahan. Odontektomi merupakan tindakan mengeluarkan gigi secara
bedah, diawali dengan pembuatan flap mukoperiosteal, diikuti dengan pengambilan
tulang yang menghalangi pengeluaran gigi tersebut. Odontektomi dengan anestesi
lokal, dapat dilakukan pada pasien yang kooperatif, dan cukup dirawat jalan. Pada
pasien dengan tingkat ansietas tinggi, diberikan anestesi lokal ditambah sedasi sadar,
atau dengan anestesi umum.
Anestesi umum khususnya diberikan pada kasus impaksi yang sangat sulit, atau
pada pasien yang tidak kooperatif, seperti penderita gangguan mental. Pasien harus
dirawat inap dan diberikan premedikasi seperlunya pada pra-bedah dan saat pemulihan
pasca bedah. Pada beberapa pasien ketika mengetahui memiliki gigi bungsu impaksi,
secara spontan menghendaki odontektomi walaupun tanpa keluhan.
2. Tanpa pembedahan
Pada gigi bungsu impaksi partialis, bersih, asimtomatik, tindakan odontektomi
masih dapat ditunda atau bahkan dihindari. Pada gigi bungsu yang mengalami impaksi
totalis, pasien dianjurkan waspada terhadap kemungkinan terjadi degenerasi kistik
kantung folikel gigi (dental sac).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. I
b. Usia : 26 tahun
c. Jenis kelamin : P
d. Alamat : Semarang
e. Suku : Jawa
f. Pendidikan : SI
g. Dirawat diruang : Edelwais
h. Tanggal masuk RS : 31 Mei 2023
i. Diagnosa : Impaksi gigi 3.8 dan 4.8
j. No CM : 380xxx
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama saat masuk RS
Pasien mengatakan cemas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke RS Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 30 Mei
2023 oleh keluarganya karena akan dilakukan pembedahan odontectomi yang telah
dijadwalkan oleh dokter karena impaksi pada giginya. Tanggal 31 Mei 2023 pasien
diantar ke ruang IBS oleh perawat ruangan, pasien tampak cemas saat masuk ke
ruang IBS. Dilakukan pengakjian pasien mengatakan takut dengan tindakan
operasinya karena ini kali pertama pasien dilakukan operasi. Akral pasien terasa
dingin berkeringat. Pasien kemudian dibawa masuk ke ruang OK II dan dilakukan
anastesi dengan GA. Perawat instrument melakukan persiapan alat dan perawat
sirkuler membantu persiapan ruangan. Pukul 08.00 WIB pasien yang sudah
dilakukan anastesi setelah dilakukan time out operator yang dibantu oleh asisten dan
perawat instrument memulai melakukan tindakan pembedahan. Tindakan operasi
berlangsung selama kurang lebih 1 jam. TD pasien 110/78 mmHg, N : 82x/menit,
RR : 20 x/mnt, SpO2 : 99%. Perdarahan + 200 cc. Pukul 09.00 WIB pasien dibawa
keruang RR dengan kondisi bekas insisi diberikan kasa bulat untuk menahan
keluarnya darah. Pasien mengatakan tidak nyaman setelah dilakukan tindakan
operasi. Kemudian pasien dilakukan penilaian dengan alderete score.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus,
hipertensi, jantung, asma dan pasien mengatakan belum pernah dilakukan operasi
apapun sebelumnya.
B. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1 Subjektif : pasien mengatakan cemas Ansietas Krisis situasional
dan takut akan dilakukan tindakan
operasi odontectomy
Objektif : pasien tampak cemas,
akral pasien dingin berkeringat
2 Subjektif : - Risiko Hipovolemia Kehilangan cairan
Objektif : secara aktif
Dilakukan general anestesi
TD : 110/78 mmHg
N : 82x/menit,
RR : 20 x/mnt
SpO2 : 99%
Perdarahan + 200 cc
3 Subjektif : pasien mengeluhkan rasa Gangguan Rasa Efek samping terapi
tidak nyaman pada area insisi Nyaman
Objektif : pasien tampak tidak
nyaman
C. Diagnosa keperawatan
1. (D.0080) Ansietas b.d krisis situasional dibuktikan dengan pasien tampak cemas
dan pasien merasa takut
2. (D.0034) Risiko Hipovolemia b.d Kehilangan cairan secara aktif
3. (D.0074) Gangguan Rasa Nyaman b.d Efek samping terapi
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Ansietas b.d krisis tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09314)
situasional Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 x 1 jam 1. Identifikasi saat tingkat
maka tingkat ansietas menurun ansietas berubah (missal
dengan kriteria hasil : kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi khawatir 2. Identifikasi kemampuan
akibat kondisi yang megambil keputusan
dihadapi menurun (5) 3. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Perilaku gelisah (verbal dan non verbal)
menurun (5) Terapeutik :
1. Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan dengan
tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi :
1. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
2. Anjurkan untuk
mengungkapkan perasaam
dan persepsi
3. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
4. Latih teknik relaksasi
2 Resiko Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia
Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi (I.03116)
keperawatan 1 x 2 jam maka Obeservasi :
risiko hipovolemia menurun 1. Periksa tanda gejala
dengan kriteria hasil : hipovolemia
Terapeutik :
Kekuatan Nadi (1-3) 1. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi :
1. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
3 Gangguan Rasa
Status Kenyamanan (L.08064) Penjahitan Luka (I.14556)
Nyaman b.d Efek
Setelah dilakukan intervensi
Observasi :
samping terapi keperawatan 1 x 2 jam maka 1. Identifikasi adanya
tingkat nyeri menurun dengan riwayat keloid
kriteria hasil : Terapeutik :
1. Keluhan tidak nyaman 2. Bersihkan daerah luka
menurun dengan larutan
antiseptik
Edukasi :
1. Jelaskan tanda-
tanda infeksi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi penjahitan
luka yang berpotensi
infeksi
E. Implementasi Keperawatan
No No Dx Implementasi Respon TTD
1 1 Menganjurkan pasien untuk berdoa Subjektif : pasien
sesuai kepercayaannya sebelum mengatakan cemas berkurang
dilakukan tindakan Objektif : pasien kooperatif
2 2 Memeriksa tanda gejala hipovolemia Subjektif : -
Objektif : TD : 110/78 mmHg
N : 82x/menit,
RR : 20 x/mnt
SpO2 : 99%
3 2 Memberikan asupan cairan oral Subjektif : -
Objektif :
TD : 120/80 mmHg , N : 83,
RR : 20 x/mnt, SpO2 : 91%
4 3 Membersihkan daerah luka dengan Subjektif : pasien
larutan antiseptik mengeluhkan rasa tidak
nyaman pada bekas insisi
Objektif : pasien tampak
tidak nyaman
5 3 Menjelaskan tanda-tanda infeksi Subjektif : pasien
mengatakan paham
Objektif : pasien kooperatif
F. Evaluasi
No No DX Evaluasi TTD
1 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Pasien kooperatif
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
2 2 S:-
O : TD : 110/78 mmHg
N : 82x/menit,
RR : 20 x/mnt
SpO2 : 99%
A:-
P : Intervensi dihentikan (monitor tanda-tanda perdarahan)
3 3 S : pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada bekas insisi
O : pasien tampak tidak nyaman
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan
Jumlah
NO Instrumen dan sponge
Pra Intra post
INSTRUMEN
1 Bengkok/ kidney tray 1 - 1
2 Kom/Bowl 1 - 1
3 Pinset anatomis 2 - 2
4 Doekklem 2 - 2
5 Gunting benang/delicate 1 - 1
scissor
7 Needle holder 2 - 2
8 Klem bengkok 2 - 2
kecil/haemostatic forcep
pean
9 Doek klem/towel clamp 6 - 6
10 Raspatorium 2 - 2
11 Mouthgauge 1 - 1
12 Bein 4 - 4
13 Bor gigi 1 - 1
14 Tounge spatel/ spatula 1 - 1
15 Scalpel handle no.3 1 - 1
16 Kikir (willinger)
17 T-crayer 1 - 1
18 Raspatorium 2 - 2
19 Set yankeur suction 1 - 1
20 Langen Bek 2 - 2
BARANG HABIS PAKAI
21 Gloves steril 6,7,8 1/1/1/1 - 0
22 Apron 4 - 0
23 Underpad 1 - 0
24 Kassa steril 11 - 11
25 Kassa pack 1 - 0
26 NaCl 0,9 % 400 cc - 50 cc
27 H2O2/ Pehidrol 100 cc - 20 cc
28 Povidone Iodine 10 % 100 cc - 50 cc
29 Plain ate 3/0 tapper 1 - 0
30 Hypafix/plester 5 cm - 0
31 Bisturi no 15 1 - 0
32 Set yankeur suction 1 - 0
SIGN IN
Perawat sirkuler melakukan sign in di ruang pra induksi sebelum induksi anastesi, dan
dihadiri minimal olehh dokter anastesi, perawat bedah dan perawat anastesi.
a. Apakah pasien telah memberikan konfirmasi kebenaran identifikasi, lokasi operasinya,
prosedurnya dan telah memberikan persetujuan dalam lembar informed concern? (Ya)
b. Apakah lokasi operasi sudah diberikan tanda/marking? (Tidak)
c. Apakah mesin dan obat anestesi telah di cek dan lengkap? (Ya)
d. Apakah pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi? (Sudah)
Apakah pasien memiliki
a. Riwayat alergi yang diketahui? (Tidak)
b. Resiko kesulitan pada jalan napas atau resiko aspirasi? (Tidak ada)
c. Resiko kehilangan darah > 200 ml (35ml/kgBB pada dewasa)? (Tidak ada)
SCRUBING
Dokter operator, asisten operator dan perawat instrument melakukan cuci tangan bedah (air
mengalir, chlorehexidine 4%, pembersih kuku, sponge, sikat). Dengan langkah-langkah :
a. Lepas asesoris yang berada ditangan
b. Pakai apron
c. Lipat lengan baju 10 cm diatas siku
d. Basahi tangan dan lengan sampai 5 cm diatas siku dibawah air mengalir
e. Bersihkan kuku dengan menggunakan pembersih kuku dibawah alir mengalir dari arah
dalam keluar
f. Tuang cairan chlorehexidine 4% ke spons secukupnya (5ml)
g. Basahi spon dan remas-remas sampai berbusa, lumuri dan gosok seluruh permukaan
tangan sampai 5 cm diatas siku
h. Sikat kuku jari pada masing-masing tangan selama 1 menit (dengan arah menjauhi
badan)
i. Buang sikat dan bilas dengan air mengalir sampai bersih (spon tetap dipegang)
j. Dengan meremas spon sampai berbusa, lumuri kembali tangan sampai ¾ lengan (5
detik untuk 2 orang)
k. Gunakan spon untuk membersihkan tangan kiri dan kanan (mulailah menggosok
telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15 detik, kemudian seluruh jari 15
detik secara berurutan. Setiap jari digosok seolah mempunyai 4 sisi) lalu buang spon
kemudian bilas dibawah air mengalir sampai bersih.
l. Lumuri kembali dan gosok telapak tangan sampai pergelangan tangan dengan
chlorehexidine 4% lakukan cuci tangan procedural.
m. Bilas dengan air mengalir sampai bersih
n. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai siku, jangan dikibas
o. Pertahankan posisi tangan agar telapak tangan sejajar dengan bahu.
ASEPSIS
10. Perawat instrumen memberikan kassa steril yang telah dijepit dengan ovarium klem/
sponge holding forcep, bowl yang berisi povidon iodine 10 % di kom kepada operator
untuk melakukan asepsis pada area operasi (dengan cara memutar dari dalam ke luar
area yang akan diinsisi).
DRAPPING
11. Perawat instrumen memberikan duk steril kepada asisten operator untuk melakukan
drapping.
a. Berikan satu set duk besar untuk menutupi area caudal.
b. Berikan satu duk besar untuk menutupi bagian tubuh atas/frontal pasien.
c. Berikan duk kecil untuk menutupi area sekitar wajah pasien.
d. Pasang duk lubang sedang steril dan siapkan set yakeur suction serta difiksasi
dengan duk klem.
e. Pasang set duk steril yang dilapisi perlak diatas dada pasien.
INSTRUMENTASI
1. Scrubing nurse/instrumentator menyiapkan instrument bedah mulut dan bahan habis
pakai yaitu kassa steril 11
TIME OUT
2. Perawat sirkuler memimpin time out. Dilakukan sebelum insisi dihadiri minimal oleh
perawat, ahli anestesi dan operator.
a. Seluruh anggota telah menyebutkan nama dan peran masing-masing
b. Konfirmasi klien mengenai (identitas klien, diagnosa, prosedur operasi dan area
insisi)
c. Antibiotic profilaksis telah diberikan dalam 60 menit? (CEFAZOLIN 1gr)
3. Antisipasi kejadian kritis :
Operator
a. Hal kritis atau langkah tak terduga apakah yang mungkin diambil? (Tidak ada)
b. Berapa estimasi lama operasi? (1 jam)
c. Antisipasi kehilangan darah yang dipersiapkan? (minimal)
Tim Anastesi
a. Adakah terdapat hal penting mengenai pasien yang perlu diperhatikan? (airway
dan hemodinamik)
Tim Keperawatan
a. Apakah perlatan sudah steril (sesuai indikator)? (sesuai indikator)
b. Adakah masalah atau perhatian khusus mengenai peralatan? (tidak ada)
Hasil pemerikasaan imaging perlu ditampilkan? (ya)
4. Operator memimpin doa.
LANGKAH-LANGKAH OPERASI
INSTRUMEN, BHP
NO URAIAN LANGKAH-LANGKAH OPERASI
DAN SPONGE
1 Perawat instrument mendisinfektan area dengan iodine Iodine
ke bibir pasien, dan memberikan vaselin gel pada area Kassa 1
bibir Hemostatatic klem
2 Perawat instrument memberikan mouthgauge kepada
Mouthgauge
operator untuk membuka mulut.
3 Perawat instrument memberikan tongue spatula kepada Tongue spatel
operator untuk menekan lidah pasien, lalu asisten Kassa pack
operator melakukan suction untuk membersihkan sisa Suction
povidone iodine 10 % dalam mulut pasien. Povidone iodine 10%
4 Perawat Instrumen memberikan minnesota untuk
Minnesota
mengekspose daerah insisi
5 Perawat instrument memberikan spuid 10cc yang berisi Phcain
phcain dan di oplos dengan aqua bidest 10cc untuk Spuid 10cc
menganestesi area odontektomi
Dalam kasus asuhan keperawatan ini muncul masalah kecemasan pre operasi, sesuai
teori intervensi asuhan keperawatan yang dipaparkan perawat melakukan implementasi
menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk memberi pendidikan kesehatan yang
berguna untuk menurunkan kecemasan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan
teratasi sebagian dengan hasil evaluasi gejala cemas berkurang ditandai dengan bahasa tubuh
klien tampak tenang. TTV dalam batas normal, TD 140/90 mmhg, nadi : x/menit, RR
22x/menit, spo2 99 %. Hal diatas diperkuat dengan hasil penelitian setiawan (2015) yang
meneliti efek komunikasi terapeutik yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien pre
operasi di rumah sakit haji adam malik medan.
Pada fase intra operasi, muncul masalah keperawatan hipotermia pada pasien dengan
suhu
35,2 C di karenakan efek farmakologi dari obat yang diberian serta didukung suhu rungan
yang dingin. Dimana hipotermia intra operasi sangatlah merugikan bagi pasien karena dapat
menyebabkan disritmia jantung, iskemia. miokardium, gangguan penyembuhan luka operasi,
risiko infeksi, menggigil, syok, dan penurunan tingkat kenyamanan pasien (Marta, 2017).
Pada kondisi dingin dapat menyebabkan terjadinya penurunan sekresi dan sintesis surfaktan,
dingin dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas (Buggy DJ, 2019).
Sedangkan di fase post operasi, nyeri akut maka dari itu perawat memberikan
analgesik untuk meredakan nyeri pada pasien
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa impaksi gigi merupakan suatu
keadaan dimana gigi mengalami kegagalan erupsi secara normal dalam pertumbuhan
akibat terhalang oleh gigi dan tulang sekitarnya sehingga tidak tersedianya ruangan
yang cukup. Penatalaksanaan medis adalah dengan melakukan operasi yang disebut
dengan odontektomi. Istilah odontektomi digunakan dalam tindakan operasi untuk
mengeluarkan gigi impaksi (terpendam).
Kasus gigi impaksi biasanya menimbulkan penyakit karena gigi tersebut
susah untuk dibersihkan, sehingga menjadi sarang bakteri. Apabila menimbulkan
gejala-gejala seperti migren, kepala pusing, sakit saat buka mulut, dan telinga
berdengung harus dilakukan pencabutan gigi impaksi yang disebut dengan
odontektomi.
Focus pengkajian :
a). Identitas pasien
Ny. I, Usia : 26 tahun, Jenis kelamin : P, Alamat : Semarang, Suku : Jawa,
Pendidikan : SI, Dirawat diruang : Edelwais, Tanggal masuk RS : 31 Mei 2023,
Diagnosa : Impaksi gigi 3.8 dan 4.8, No CM : 380xxx, Keluhan utama saat masuk
RS Pasien mengatakan cemas, Riwayat penyakit sekarang Pasien dibawa ke RS
Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 30 Mei 2023 oleh keluarganya
karena akan dilakukan pembedahan odontectomi yang telah dijadwalkan oleh
dokter karena impaksi pada giginya. Tanggal 31 Mei 2023 pasien diantar ke ruang
IBS oleh perawat ruangan, pasien tampak cemas saat masuk ke ruang IBS.
Dilakukan pengakjian pasien mengatakan takut dengan tindakan operasinya karena
ini kali pertama pasien dilakukan operasi. Akral pasien terasa dingin berkeringat.
Pasien kemudian dibawa masuk ke ruang OK II dan dilakukan anastesi dengan
GA. Perawat instrument melakukan persiapan alat dan perawat sirkuler membantu
persiapan ruangan. Pukul 08.00 WIB pasien yang sudah dilakukan anastesi setelah
dilakukan time out operator yang dibantu oleh asisten dan perawat instrument
memulai melakukan tindakan pembedahan. Tindakan operasi berlangsung selama
kurang lebih 1 jam. TD pasien 110/78 mmHg, N : 82x/menit, RR : 20 x/mnt, SpO2
: 99%. Perdarahan + 200 cc. Pukul 09.00 WIB pasien dibawa keruang RR dengan
kondisi bekas insisi diberikan kasa bulat untuk menahan keluarnya darah. Pasien
mengatakan tidak nyaman setelah dilakukan tindakan operasi. Kemudian pasien
dilakukan penilaian dengan alderete score. Riwayat penyakit dahulu Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus, hipertensi,
jantung, asma dan pasien mengatakan belum pernah dilakukan operasi apapun
sebelumnya.
B. Saran
1. Peserta hipkabidapat mengenal pengkajian fokus klien dengan tindakan
odontektomi
2. Peserta hipkabi dapat memahami diagnosa keperawatan yang muncul
dalam asuhan keperawatan perioperati klien dengan tindakan operatif
odontektomi
3. Peserta hipkabi dapat mengenal intervensi keperawatan perioperatif pada klien
dengan tindakan odontektomi
4. Peserta hipkabi dapat mengetahui implementasi keperawatan asuhan
keperawatan perioperatif klien dengan tindakan odontektomi
5. Peserta hipkabi dapat mengetahui evaluasi perawat dalam mengakhiri asuhan
keperawatan perioperatif klien dengan tindakan odontektomi