Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

DISUSUN OLEH :
VERA MEI KURNINGSIH 201440136

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Eny Erlinda Widyaastuti, M.Kep.,Sp.Kep.MB
Ns.Dudella Desnani Firman Yasin, S.Kep.,M.Kep
Nekka Juliani, S.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
1. Definisi

Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak pasti,
sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun
merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat
menyebabkan komplikasi yang serius (Cunnningham Gary, 2017).
Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
a. Puerpenium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan. mempunyai komplikasi .
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2. Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2019), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

3. Manifestasi klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr
dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi Intensitas
kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi 25 pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul
tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan
jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir
minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah
lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir,
cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua,
sel 26 epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada
wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan
diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating
hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin,
krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada
hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
b) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan
keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu
putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan
tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum lahir.
b. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang
biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum
c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah
sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal
yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran rahim.

10. Sistem integumen


Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang seluruhnya

4. Komplikasi
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi).
b. Infeksi
1. Endometritis (radang edometrium)
2. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3. Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
4. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi
keras dan berbenjol-benjol)
5. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
6. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,
lukanya meluas)

5. Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
6. Pemeriksaan penunjang
Adapun pemeriksaan tambahan yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium
b. USG bila diperlukan

7. Pathway

8. Konsep Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien (nama, umur, alamat, agama, pekerjaan, suku,bangsa suami/istri).
b. Riwayat Haid (apakah haid teratur, siklusnya berapa haari, apakah ada keluhan
selama haid, HPHT/HPMT).
c. Riwayat perkawinan (menikah, belum menikah, berapa lama menikah, beraapa
kali).
d. Riwayat obsterti
 Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil laboratorium; USG,Darah,
Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi, emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobaatan yang diperoleh.
 Riwayat Persalinan
a. Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan, saat bersalin, jenis persalinan , penolong
persalinan, BB bayi, kelaianan fisik, kondisi anak saat ini.
b. Riwayaat nifas pada persalinan lau (masalah nifas dan laktasi yang
pernah dialami, masalah bayi yang pernah dialami, keaadaan aanak.0
c. Riwayat KB; Jenis kontsepsi yang pernah digunakan setelah persalinan,
jumlah anak yang direncanakaan.
e. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita paada masa lalu , bagaimana cara pengobatan yang
dijalani, dimana mendapat pertolongan,. Apakah penyakit tersebut pernaah
diderita sampai saat ini ataau kambuh berulang-ulang.
f. Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga yang menderitaa penyakit yang diturunkn secara
genetic, menular, kelaianan, congenital aatau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita olh keluarga.
g. Pola nutrisi

Pola menu maakanan yang di komsumsi, jumlah, jenis makanan, dan


frekuensi.
h. Pola istirahat tidur

Lamanya, kapan, (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu


istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remaang aatau gelaap,
apakah mudah tergaanggu dengaan suara- suara.

i. Pola eliminasi

Apakah terjadi dieresis setelah melahirkan, setelah melahirkan adakaah


inkontinesia, hilangnya control blas,Pola BAK, frekuensi dan warnah. Pola
BAB, frekuensi, konsitensi, rasaa takut BAB karena luka perineum.

j. Personal higine

Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan


kebersihan genetalia, pola berpakian, tata rias rambut dan wajah.

k. Aktifitas

Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melaahirkan, kemampuan


merawat diri dan melakukan eliminasi , kemampuan bekerja dan menyusui.

l. Konsep diri

Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi


ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan.

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Tingkat kesadaran

2. BB,TB,LL,Tanda- tanda vital : TD,S,RR,N.

3. Kepala : Rambut, Wajah, mata (Conjungtiva), hidung, mulut, fungsi pengecapan,


pendengaran dan leher.
4. Breast : Kebesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan arieola, dan putting
susu.Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi, laktasi,/ kolostrum.
Perabaan pembesaran getah bening di ketiak.
5. Abdomen ; Teraba lembut, Tekstur Doughi (kenyal), musculas rectus, abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus,
konsistensi (keras lunak, boggy), lokasi, kontraksi, uterus, nyeri, perabaan distensi
bilas.
6. Anogenital : Lihat struktur, ragangan, udema vagina, keadaan liang vagina, (licin,
kendur lemah) adakah hematom, nyeri, tegang perineum ; Keadaan luka episiotomy,
ochimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (Warna, jumlah, bau,
bekuan daraah atau konsistensi,1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa ≥ 10 hr alba), Anus:
Hemoroid dan thrombosis padaa anus.
7. Muskuloskeletal : Tanda human, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,, kekuatan
otot.
Pemeriksaan Laboratorium

1) Darah : Hemoglobin dan hematocrit 12-24 jam post partum (jika Hb ≤ 10 g%


dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2) Klien dengan Dower kateter diperlukan culture urine.

A. Diagnosa keperawatan
Sumber : PPNI, 2017
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik (trauma jalan lahir, dan episotomi).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir
3. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan kompikasi pasca partum (atoni uterus, retensi
plasenta)

B. Intervensi keperawatan
Sumber : PPNI, 2018
NO DIAGNOSA KEPERAWTAN TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik Setelah di lakukan Tindakan Manajemen nyeri
(D.0077) keperawatan selama 3x24 Observasi
jam di harapkan nyeri dapat 1. Identifikasi lokasi,
teratasi , dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas nyeri
- Nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri
- Skala nyeri menurun non verbal
- Pasien dapat Terapeutik
beristirahat dan 4. berikan teknik
tampak rileks nonfarmakologi untuk
mngurangi nyeri
5. fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
6. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Resiko infeksi b.d trauma jalan Setelah di lakukan Tindakan Pencegahan infeksi
lahir (D.0142) keperawatan selama 3x24 Observasi
jam di harapkan tingkat 1. monitor tanda dan gejala
infeksi menurun, dengan infeksi
kriteria Terapeutik
hasil : 2. batasi jumlah pengunjung
- Kemerahan menurun 3. cuci tangan sebelum dan
- Nyeri menurun sesudah kontak dengan
- Bengkak menurun pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
4. jelaskan tanda dan gejala
infeksi
5. ajarkan cara mencuci
tangan yang benar
6. ajurkan meningkatkan
asupan nutrisi
7. anjurkan meningkatkan
asupan cairan
3. Deficit pengetahuan Setelah dilakukan Tindakan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan kurang keperawatan selama 3x24 Observasi
terpapar informasi jam diharapkan tingkat 1. identifikasi kesiapan
(D.0111) pengetahuan meningkat, dan kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : Kesehatan
- Perilaku sesuai Terapeutik
anjuran meningkat 2. sediakan materi dan
- Kemampuan media Pendidikan
menjelaskan Kesehatan
pengetahuan tentang 3. berikan kesempatan
suatu topik untuk bertanya
meningkat Edukasi
4. jelaskan factor resiko
yang dapat mempengaruhi
Kesehatan
5. ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
6. ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
4. Resiko perdarahan Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan perdarahan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Observasi
kompikasi pasca partum jam diharapkan tingkat 1. monitor tanda dan
(D.0012) perdarahan menurun, gejala perdarahan
dengan kriteria hasil : 2. monitor tanda-tanda
- Kelembapan mukosa vital ortostatik
meningkat Terapeutik
- Kelembapan kulit 3. pertahankan bed rest
meningkat selama perdarahan
- Hemoptisis menurun 4. batasi Tindakan
- Hematemesis invasive, jika perlu
menurun 5. hindari pengukuran
- Hematuria menurun suhu rektal
- Hemoglobin Edukasi
membaik 6. jelaskan tanda dan
- Hematokrit gejala perdarahan
membaik 7. anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
8. anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
9. anjurkan menghindari
aspirin dan antikoagulan
Kolaborasi
10. kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Cunningingham gray, 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria A.
Jakarta: EGC.

Dewi Vivian, sunarsih, 2019. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta:
55283.

Maritalia D, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: 55167

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Oxorn H, 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: ANDI; YEM.

PPNI (2016). Standar diagnose keperawatan Indonesia: Definisi dan indicator diagnostic, Edisi 1
cetakan III (Revisi). Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai