Anda di halaman 1dari 28

1.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organreproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010).
Masa Nifas merupakan masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperi sebelum hamil secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,2010).
B. Etiologi
Post partumdibagimenjadi 2 yaitu:
1. Post partum dini
a. Atonia uteri
b. Laserasi jalan lahir : robekan jalan lahir
c. Hematoma
2. Post partum lambat
a. Tertinggalnya sebagian plasenta
b. Subinolusi di daerah insersi plasenta
c. Dari luka bekas secsio seasaria
C. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus
normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan

1
dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60
gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi
pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk

2
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang
baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan
kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
D. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode
ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
(Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.

3
Tabel 1. TFU menurut masa involusi (Bobak, 2004)

INVOLUSI TFU BERAT UTERUS


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir  2 cm di bawah umbilicus  1000 gram
dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilikus 500 gram
dan simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram

b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut
yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum,
selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta.
d. Lochea

4
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari
darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa
bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
e. Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap ke ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak
akan semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan

5
tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi
FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).

3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hamil.
4. Sistem urinarius Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai 8 minggu
supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal
kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat

6
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri
bila ditekan, dan hangat jika di raba.

b. Ibu yang menyusui


Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar
48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum
lahir.
b. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah
yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi
umum (Bowes, 1991).
c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan
darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar
empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).

7
Tabel 2. Tabel Perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda Tekanan darah < 140/90 Tekanan darah > 140/90
vital mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-80 x/menit Denyut nadi: > 100 x/menit

8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang
dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
10. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.
11. Sistem Hormon
a. Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada

8
otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi
oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin
beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat
perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang
memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi
oxytoxin dimana keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan
pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,
progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
b. Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14
sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH
disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang
menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar
normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
c. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu
ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang
terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang
baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
E. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama +- 6-8 minggu

9
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.

F. Komplikasi Post Partum


1. Pembengkakanpayudara
2. Mastitis (peradanganpadapayudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)
4. Post partum blues
5. Infeksipuerperalisditandaidenganpembengkakan, rasa nyeri,
kemerahanpadajaringanterinfeksiataupengelurancairanberbaudarijalanlahir
selama persalinanatausesudahpersalinan.
G. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004).
Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
1. Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
2. kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasaldari perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004).
Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekanpada
mukosa vagina.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap
I. Penatalaksanaan medis/perawatan masa nifas

10
Menurut Rustam (1998) & Manuaba (2002), setelah melahirkan, ibu
membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah
proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Persalinan merupakan proses yang melelahkan. Itulah mengapa ibu
disarankan tak langsung turun dari tempat tidur setelah melahirkan karena
dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum
berjalan baik. Namun setelah istirahat 8 jam, mobilisasi sangat diperlu
agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu
bahkan mencegah terjadinya tromboemboli.
Mobilisasi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya
cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari
tempat tidur dan berdiri. Khusus bagi ibu yang menjalani Caesar
dianjurkan untuk turun dari tempat tidur setelah beristirahat selama 24
jam. Setelah itu, ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu, sirkulasi
darah di tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tak diinginkan
pun bisa dihindari.
Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor
berikut ini :
a. Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan ibu
terjatuh. Khususnya jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki
penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan
juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ
tubuh, aliran darah tersumbat, terganggunya fungsi otot, dan lain-lain.
b. Yakinlah ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
c. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika ibu melakukan mobilisasi dengan
benar dan tepat. Tidak hanya itu, sistem sirkulasi di dalam tubuh pun
bisa berfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan, penelitian
menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa
mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa

11
menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein
Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi.
d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa
membebani jantung.

2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin (Manuaba, 1998).
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi (Manuaba, 1998):
Fisik: Tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri: Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara: Puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia: Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
Luka jahitan episiotomi:Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda tanda
infeksi.
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah :
a. Diet
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran
dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak

12
akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang
menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun
didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari
sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila
klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan
setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah
atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok memakai sabun dan
luka bisa diberi betadin.
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat
laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi

13
serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk
kekebalan tubuh bayi.
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat individu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6
bulan.

h. Cuti Hamil dan Bersalin


Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti
hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2
bulan setelah melahirkan.
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada
umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.

14
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
(Doenges,2000; Carpenito,2001). Hal-hal yang perlu dikaji yaitu :
1. Identitas pasien dan penanggung jawab.
2. Keluhan utama : pada pasien post partum keluhan utama yang biasa
muncul nyeri pada alat kelaminnya karena luka bekas episiotomi.
3. Riwayat menstruasi : hal yang biasa dikaji adalah umur menarche, siklus
haid, keadaan darah, seperti warna, bau, kosistensi, disertai disminorhoe
atau tidak, haid pertama, haid terakhir (HPHT) dan tafsiran partus.
4. Riwayat perkawinan : hal yang dikaji perkawinan yang ke berapa, usia
menikah dan lamanya kawin.
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
a. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas terdahulu
Hal yang perlu dikaji adalah jumlah kehamilan, jumlah kelahiran,
umur kehamilan terakhir, tempat bersalin, jalannya persalinan, berat
badan bayi saat lahir, umur anak, jenis kelamin apakah anak hidup atau
mati dan bagaimana keadaan ibu dan anak.
b. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas sekarang
Hal yang perlu dikaji pemeriksaan rutin selama kehamilan berapa
kali,imunisasi TT berapa kali,apakah pernah melakukan pemeriksaan
USG,selama hamil apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan selain
yang diberikan oleh bidan atau dokter serta minum-minumam keras
dan jamu-jamuan dan yang terakhir proses jalannya persalinan.
6. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Kaji apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang
digunakan, rencana menggunakan alat kontrasepsi apa dan pengetahuan
tentang alat kontrasepsi.

15
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Kaji pada pasien penyakit apa yang pernah diderita yang dapat
mempengaruhi kehamilan.
8. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti riwayat
penyakit TBC, jantung, hipertensi, AIDS, diabetes militus, asma, penyakit
hubungan seksual (seperti shipilis,gonorhoe) dan apakah dalam keluarga
ada riwayat gemeli.
9. Data biologis
a. Bernafas:
Ada keluhan/kesulitan dalam bernafas baik saat menghirup atau
menghembuskan nafas terutama pasca pembedahan.
b. Makan dan minum
Makan:
Makan lebih dari jumlah biasanya karena untuk memenuhi nutrisi bagi
bayi saat menyusui.
Minum:
Minum lebih dari 8 gelas per hari untuk memenuhi kebutuhan cairan
karena menyusui.
c. Eleminasi
BAK:
Kaji adanya keluhan rasa perih saat berkemih karena adanya luka
episiotomi.
BAB:
Biasanya ibu takut BAB karena takut jahitan luka robek.
d. Istirahat:
Bagaimana kebiasaan dan masalah apa yang dapat mengganggu
istirahat dan tidur pasien.
e. Gerak dan aktivitas:
Setelah persalinan biasanya hati- hati dalam bergerak karena nyeri
pada luka jahitan akan bertambah saat bergerak.

16
f. Kebersihan diri:
Kebiasaan menjaga kebersihan diri terutama payudara dan vulva.
g. Berpakaian:
Kebiasaan mengganti pakaian.
h. Pengaturan suhu tubuh
10. Data psikologis
a. Rasa nyaman: Biasanya ibu setelah persalinan mengeluh nyeri pada
luka jahitan dan merasa mulas pada perutnya karena kontraksi uterus.
b. Rasa aman : Biasanya ibu setelah persalinan mengeluh takut dan cemas
karena kelahiran anaknya, bertanya-tanya tentang keadaanya.
11. Data sosial
a. Sosial: Mencakup hubungan pasien dengankeluarga, perawat, dan
tenaga medis lainnya.
b. Bermain dan rekreasi : Kaji tentang kebiasaan pengisianwaktu luang.
c. Prestasi: Kaji hal-hal yang membanggakandari pasien yang ada
hubungannyadengan kondisinya.
d. Pengetahuan: Kaji tingkat pengetahuan pasiententang perawatan post
partum,seperti perawatan payudara, caracebok yang benar,
memandikan bayi,merawat tali pusat dan caramenyusui yang benar.
12. Data spiritual
Kaji tingkat keyakinan pasien terhadap Tuhan dan agama yang dianutnya.
13. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum pasien: suhu, nadi, tekanan darah, respirasi, berat
badan, tinggi badan.
b. Pemeriksaan muka: adanya cloasma gravidarum.
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: bibir kering,kebiruan
e. Pemeriksaan buah dada: bentuk simetris tidak, keadaan puting susu,
hiperpigmentasi areola lecet atau luka, pembengkakan buah dada,
kebersihan, keluar colostrum, produksi ASI.
f. Pemeriksaan abdomen: Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi uterus,

17
relaksasi otot perut, distensi kandung kemih.
g. Pemeriksaan genetalia dan anus: pengeluaran seperti lochea seperti
warna, jumlah, kosistensi, bau, kebersihan, luka, episiotomi dan
heamoroid.
14. Pemeriksaan penunjang
Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan pasien seperti
data laboratorium.
15. Data bayi
Yang dicantumkan pada data bayi adalah tanggal dan waktu bayi
lahir,APGAR Score, berat badan lahir, panjang badan, kelainan-kelainan
yang terdapat pada bayi, termasuk therapy yang didapat oleh bayi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan, luka episiotomi.
2. Menyusui tak efektif berhubungan dengan suplai ASI tidak adekuat.
3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder
terhadap episiotomi dan pengeluaran lochea.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
masukan atau pergantian tidak adekuat peningkatan keluaran urine dan
kehilangan kasat mata meningkat, misalnya perdarahan.
6. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang pengetahuan,ketidakefektifan dan tidak tersedia model peran.
7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan post partum dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan post
partum,kesalahan interpretasi,dan tidak mengenal sumber-sumber.
8. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
transisi atau kontak personal.

18
C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) Setelahdiberikanasuhan 1. Observasi tingkat 1. Membantu dalam
berhubungan keperawatanselama…x perkembangan mengidentifikasi
dengan trauma … jam diharapkan nyeri seperti, derajat
jaringan, luka Nyeri berkurang atau keluhan nyeri, ketidaknyamanan
epsiotomi terkontroldengankriteri perhatikan lokasi, 2. Pilihan posisi
ahasil : lainnya dan penting untuk
1. Pasien instensitasnya mengurangi
mengatakan nyeri (skala 0-10). nyeri, dimana
berkurang. 2. Beri posisi yang otot otot menjadi
2. Skala nyeri 1- 2 nyaman seperti rileks dan
dari 10 skala yang semi fowler atau memperlancar
diberikan . posisi miring pada peredaran darah
3. Nadi 60-80 x/ pasien ke jaringan
menit. tubuh
3. Ajarkan teknik 3. Mengalihkan
distraksi perhatian pasien
(mengobrol) dari nyeri yang
4. Ajarkan teknik dirasakan
relaksasi pada 4. Dapat membuat
pasien seperti otot-otot menjadi
menarik nafas rileks sehingga
dalam saat nyeri nyerri pasien
timbul berkurang.
5. Observasi vital 5. Perubahan vital
sign setiap enam sign terutama
jam nadi merupakan
salah satu
6. Kolaborasi dalam indikator
pemberian perubahan
analgetik tingkat nyeri
pasien.
6. Analegetik
bekerja pada
19
pusat otak lebih
tinggi untuk
menurunkan
persepsi nyeri.

2 Menyusui tidak Setelahdiberikanasuhan 1. Observasi 1. Mengetahui


efektif keperawatanselama pengetahuan ibu pemahaman ibu
berhubungan …x… jam tentang laktasi mengenai laktasi
dengan ASI yang diharapkanmenyusuiefe 2. Ajarkan ibu cara 2. Meningkatkan
tidak adekuat ktifdengankriteriahasil: menyusui yang pengetahuan
1. PengeluaranASI benar tentang cara
padapasien 3. Beri penjelasan menyusui
lancer tentang pentingnya 3. Laktasimeningka
2. Tidak ada laktasi tkanasupannutrisi
pembengkakan 4. Ajarkanmengenaiper yang adekuat
pada payudara awatanpayudara 4. Membersihkan
ibu putting
susudanmelancar
kanpengeluaranA
SI
3 Perubahan Setelahdiberikanasuhan 1. Observasi masukan 1. Persalinan lama
eliminasi urine keperawatanselama…x dan haluaran urine dan pergantian
berhubungan … jam 2. Anjurkan berkemih cairan yang tidak
dengan trauma diharapkandapatBAKse dalam 6-8 jam pasca efektif dapat
mekanis cara normal partum mengakibatkan
dengankriteriahasil: 3. Observasi adanya dehidrasi dan
1. Pasien dapat edema pada luka menurunkan
berkemih episiotomi haluaran urine
dengan lancar. 4. Anjurkan minum 6-8 2. Kandung kemih
2. Tidak ada gelas per hari penuh
distensi mengganggu
kandung kemih mobilitas dan
involusi uterus
3. Trauma
kandungkemihat
auuretradan
edema
20
dapatmenggangu
berkemih
4. Membantumenc
egahdehidrasida
nmengganticaira
n yang
hilangpadawaktu
melahirkan
4 Resiko infeksi Setelahdiberikanasuhan 1. Observasi tanda- 1. Peningkatan
berhubungan keperawatanselama…x tanda vital setiap 8 tanda vital
dengan masuknya … jam jam (khususnya menunjukkan
organism sekunder diharapkaninfeksitidakt suhu) terjadinya
terhadap erjadidengankriteriahasi 2. Observasi infeksi
episiotomi dan l: pengeluaran lochea 2. Lochea secara
pengeluaran lochea 1. Tidak ada beserta normal
tanda- tanda karakteristiknya mempunyai bau
infeksi seperti 3. Observasi tanda- amis namun
dolor,kalor,rubo tanda infeksi seperti apabila lochea
r, tumor dan rubor, kalor, tumor, purulen dan
fungsiolaesa. dolor dan berbau busuk
2. Suhu 36-370C. fungsiolaesa menandakan
3. Pengeluaran 4. Jelaskan kepada adanya infeksi.
lochea lancar pasien tanda-tanda 3. Dengan
dan tidak berbau infeksi seperti rubor, observasi tanda
busuk. kalor, dolor, tumor infeksi dapat
dan fungsiolaesa diketahui secara
5. Anjurkan untuk dini adanya
melakukan vulva tanda infeksi dan
hygiene 2 kali sehari dapat dicegah
dan mengganti secara dini
pembalut 3 kali 4. Diharapkan
sehari, apabila dirasa pasien
penuh serta cebok mengetahui
yang benar. tanda infeksi dan
6. Delegatif dalam melaporkannya
pemberian antibiotic jika terjadi

21
7. Kolaborasi dalam infeksi
pemantauan hasil 5. Diharapkan
laboratorium dapat mencegah
terutama WBC. perkembangan
bakteri sehingga
infeksi tidak
terjadi
6. Antibiotik
diberikan untuk
mencegah
terjadinya
infeksi
7. WBC merupakan
salah satu faktor
penunjang untuk
mengetahui
infeksi
5 Resiko tinggi Setelahdiberikanasuhan 1. Observasiadanya 1. Cara
kekurangan keperawatanselama…x rasa haus. homeostasis dari
volume cairan … jam diharapkan 2. Observasi masukan penggantian
berhubungan masukan cairan dan cairan dan haluaran cairan
dengan penurunan haluaran urine urine 2. Membantudala
masukan atau adekuatdengankriteriah 3. Observasi turgor mmenganalisake
penggantian tidak asil: kulit, kelembaban seimbangancaira
adekuat 1. Cairan masuk membran mukosa n
peningkatan sama dengan (bibir). 3. Merupakanindik
haluaran urine dan cairan keluar. 4. Anjurkan pasien atorlangsungdari
kehilangan kasat 2. Tidak ada untuk minum ± 2500 keadekuatancair
mata meningkat tanda-tanda cc/hari an
misalnya dehidrasi. 5. Observasi lokasi dan 4. Pemenuhankebu
pendarahan kontraksi uterus, tuhandasarcaira
jumlah lochea nmenurunkanres
setelah 2 jam pada 8 ikodehidrasi
jam pertama. 5. Uterus yang
rileks atau
menonjol

22
dengan
peningkatan
aliran lochea
dapat
diakibatkan dari
kelelahan
miometrium
atau tertahannya
jaringan
plasenta
6 Resiko tinggi Setelahdiberikanasuhan 1. Observasi kekuatan, 1. mengidentifikasi
terhadap keperawatanselama…x kelemahan, usia, kan faktor-faktor
perubahan menjadi … jam diharapkan status perkawinan, resiko potensial
orang tua yang klien dapat beradaptasi ketersediaan dan sumber-
berhubungan dengan peran barunya pendukung sumber
dengan kurang sebagai orang 2. Evaluasi sifat pendukung
pengetahuan, tuadengankriteriahasil: menjadi orang tua peran menjadi
ketidakefektifan 1. Ibu dapat secara emosi dan orang tua
dan tidak menerima fisik yang pernah 2. Peran menjadi
tersedianya peran dirinya sebagai dialami oleh pasien. orang tua dapat
model orang tua 3. Evaluasi status fisik dipelajari dan
2. Ibu mengerti masa lalu dan saat individu
tentang peran ini. memakai peran
menjadi seorang 4. Berikan rawat orang tua
ibu bersama dan privasi merekasendiri
untuk kontak sebagai model
diantara ibu, ayah peran
dan bayi. 3. Kejadian seperti
persalinan
praterm, infeksi
atau adanya
komplikasi ibu
dapat
mempengaruhi
kondisi
psikologis

23
pasien
4. Memudahkan
kedekatan,
membantu
mengembangkan
proses
pengenalan

7 Kurang Setelahdiberikanasuhan 1. Observasi tingkat 1. Untuk


pengetahuan keperawatanselama…x pengetahuan tentang mengetahui
perawatan post … jam diharapkan perawatan post sejauh mana
partum, kesalahan pengetahuan pasien partum. tingkat
intervensi, tidak meningkatdengankriteri 2. Berikan rencana pengetahuan
mengenal sumber ahasil: penyuluhan tertulis klien tentang
sumber 1. Pasien dengan post partum
mengatakan menggunakan format 2. Membantu
mengerti akan distandarisasi menjamin
penjelasan yang 3. Berikan penyuluhan kelengkapan
diberikan. yang berhubungan informasi yang
2. Pasien dapat dengan perawatan diberikan kepada
mendemonstrasi post partum seperti : orang tua oleh
kan apa yang cara perawatan perawat
diberikan payudara, merawat 3. Menambah
tali pusar, pengetahuan
memandikan bayi klien tentang
dan cara cebok yang perawatan post
benar partum seperti:
4. Demonstrasikan cara perawatan
perawatan payudara, payudara,
merawat tali pusar, merawat tali
memandikan bayi pusat,
dan cara cebok yang memandikan
benar. bayi dan cara
5. Evaluasi kembali mencebok yang
penjelasan yang benar.
telah diberikan pada 4. Didemontrasika

24
pasien tentang n akan lebih
perawatan post mengingatkan
partum. klien lebih jelas
6. Libatkan keluarga 5. Untuk
dalam perawatan mengetahui
post partum sejauh mana
pemahaman
klien tentang
penjalasan yang
telah diberikan
6. Dapat
meningkatkan
rasa percaya diri
klien.

8 Ansietas Setelahdiberikanasuhan 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui


berhubungan keperawatanselama…x ansietas pasien dan tingkat
dengan krisis … jam diharapkan sumber dari masalah kecemasan klien
situasi, ancaman ansietas berkurang 2. Bantu pasien dalam 2. Membantu
pada konsep diri, sampai hilang dengan mengindentifikasi memfasilitasi
transmisi atau kriteria hasil: mekanisme koping adaptasi yang
kontak personal 1. Pasien yang lazim positif terhadap
mengatakan 3. Beri informasi yang peran baru,
tidak cemas akurat tentang mengurangi
lagi. keadaan pasien dan ansietas
2. Ekspresi wajah bayi 3. Kurangnya
tidak tegang. 4. Kolaborasi dengan informasi dan
3. Nadi 60-80 keluarga untuk kesalahpahaman
x/menit selalu mendukung dapat
dan mendamping meningkatkan
klien ansietas
4. Ditemani oleh
keluarga serta
mendapat
dukungan dari
keluarga akan

25
meningkatkan
rasa percaya diri
klien

26
PATHWAY

27
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC


Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternitas/Bayi Edisi 2.
Jakarta: EGC
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

28

Anda mungkin juga menyukai