2, Agustus 2017
ABSTRAK
Bullying merupakan fenomena yang dianggap biasa terjadi disekolah. Pola asuh orang tua kemungkinan
dapat mempengaruhi kerentanan anak melakukan tindakan bullying. KPAI mencatat dari tahun 2011
hingga 2014 terdapat 369 pengaduan terkait masalah bullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara pola asuh orang tua dengan tindakan bullying pada anak kelas 4 dan 5 di SDN Rancaloa
Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional
yaitu mempelajari hubungan antara pola asuh orang tua dengan tindakan bullying pada anak sekolah dasar.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 dan kelas 5 di SDN Rancaloa Kota Bandung,
dengan sampel sebanyak 83 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
stratified random sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner pola
asuh dan kuesioner tindakan bullying. Analisa data melalui dua tahapan, yaitu univariat untuk melihat
distribusi frekuensi dan bivariat untuk melihat adanya hubungan menggunakan uji chi square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari total responden, pola asuh pada anak yaitu pola asuh demokratis
sebanyak 26 anak (31,3%), dan anak yang melakukan tindakan bullying sebanyak 44 anak (53%), serta
didapatkan 14 anak (53,8%) dengan pola asuh demokratis melakukan tindakan bullying. Berdasarkan pada
nilai pengujian statistik dengan nilai p Value = 0,406, ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
pola asuh orang tua dengan tindakan bullying pada anak kelas 4 dan 5 di SDN Rancaloa Bandung. Peneliti
menyarankan adanya kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua untuk memberikan pengawasan
disekolah seperti dibuatnya program anti-bullying.
Kata kunci : Anak usia sekolah, bullying, pola asuh orang tua
48
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
ABSTRACT
Bullying is a common phenomenon that happen in schools. Parenting styles is probably would affect a
child’s vulnerability to do bullying. KPAI records that from 2011 to 2014 there are 369 complaints
according to bullying issues. This study aims to determine the correlation between parenting styles
with the act of bullying in children grade 4 and 5 at Rancaloa Elementary School Bandung. This
research using analytical survey method with cross sectional approach which is studying about
relation between parenting styles with bullying action on elementary school children. The population
on this research were all students start from grade 4 and grade 5 at Rancaloa Elementary School
Bandung, with 83 respondents. Sampling was done by using stratified random sampling technique
with parenting styles questionnaires and bullying action questionnaires as a method to collect data.
The analysis divided into two stages, they are univariate to see the frequency distribution and
bivariate to see the correlation using chi square test. The result of the research showed that from the
total of all respondents, the parenting style with democratic style consist of 26 children (31,3%), and
the children who do the bullying act are 44 children (53%), and 14 children (53,8%) with a
democratic style and do bullying. Based on the statistical test with the Value of p = 0,406. This means
that there is no significant correlation between parenting styles with bullying in children grade 4 and
5 at Rancaloa Elementary School Bandung. Researcher suggest if there is existence of cooperation
between the school and parents to provide supervision in school such as anti-bullying program.
49
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
50
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
51
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
52
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
53
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
sehingga anak tidak pernah belajar lain, mengganggu, dan mengancam orang lain
mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu (Latifah, 2012). Dapat dikatakan telah terjadi
mengharapkan kemauannya dituruti dan berefek tindakan bullying ketika seseorang sebagai
anak kurang memiliki rasa hormat pada orang korban merasa terintimidasi setelah pembullian
lain serta mengalami kesulitan mengendalikan dilakukan berulang-ulang (SEJIWA, 2008).
perilakunya. Pola asuh ketiga yaitu pola asuh Menurut Nansel dan Olweus, dampak pada
permisif mengabaikan sebanyak 19 responden anak yang melakukan bullying yaitu anak
(22,9%) yang artinya orang tua sangat tidak memiliki risiko dalam perkembangan
terlibat dalam kehidupan anak, anak yang orang psikososial dan psikiatrik yang bermasalah
tuanya permisif mengabaikan mengembangkan yang dapat berlanjut hingga dewasa
perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan (Kurniawan, 2012).
orang tua lebih penting daripada diri anak. Pola Gambaran tindakan bullying yang
asuh terakhir yaitu pola asuh otoriter sebanyak terjadi dalam penelitian ini, berdasarkan pada
14 responden (16,9%) yang artinya orang tua
hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa
mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap
anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah, bullying relasional menempati urutan pertama
orang tua menetapkan aturan dan regulasi atau tindakan bullying yang banyak dilakukan siswa
standar perilaku yang dituntut untuk diikuti
yaitu sebesar 48,94%. Bullying relasional
secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan serta
menghukum secara paksa setiap perilaku yang adalah perlakuan kasar yang tidak dapat dilihat
berlawanan dengan standar orang tua secara kasat mata atau dapat disebut juga
(Soetjiningsih, 2012).
bullying secara tidak langsung seperti
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
studi pendahuluan dengan metode wawancara menghasut, mendiamkan, atau mengucilkan
yang mengarah pada ciri-ciri pola asuh anak lain (Mashar, 2012). Tindakan bullying
demokratis, memberikan data bahwa sebagian kedua yang sering dilakukan berdasarkan hasil
orang tua siswa SDN Rancaloa Bandung dapat
menerima saran dan dapat diajak berdiskusi pengisian kuesioner adalah bullying verbal
ketika anak-anak memiliki masalah, orang tua sebesar 25,78%. Bullying verbal adalah
pun tidak memaksakan kehendak terhadap perlakuan kasar secara verbal seperti
putra-putrinya tetapi tetap mengawasi dan
mengancam, mencemooh, memfitnah,
mengontrol perilaku anak seperti ketika
menggunakan internet, jajan di sekolah, memalak, memanggil dengan menggunakan
ataupun mengerjakan tugas sekolah. Penelitian nama orang tua, mengeluarkan kata-kata yang
yang sama dilakukan Rahmadara (2012)
bersifat rasis, dan mengolok-mengolok
tentang pola asuh yang menunjukkan bahwa
dari 132 responden, sebanyak 29,5% orang tua kekurangan yang dimiliki anak lain (Latifah,
menerapkan pola asuh demokratis kepada 2012). Tindakan bullying terakhir yang sering
anaknya.
dilakukan berdasarkan hasil pengisian
Berdasarkan tabel II mengenai kuesioner adalah bullying fisik sebesar 25,7%.
tindakan bullying dari 83 responden,
Bullying fisik yaitu adanya kontak fisik secara
didapatkan sebagian besar responden yaitu 44
responden (53,0%) melakukan tindakan langsung seperti memukul, mendorong,
bullying. Bullying terjadi pada saat anak atau mengigit, menjambak, menendang, mencubit,
sekelompok anak mengucilkan dan menyakiti mencakar, dan merusak barang milik orang lain
orang lain dengan sengaja, misalnya dengan
memukul, menendang, merusak barang orang (Mudjijanti, 2012
54
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
55
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
56
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
mempertahankan hubungan ramah dengan pola asuh orang tua bertentangan dengan apa
teman sebaya dan bisa mengendalikan diri yang telah disebutkan oleh Latifah,
serta bertanggung jawab secara sosial. Faktor
kemungkinan tindakan bullying yang dilakukan
lingkungan dan teman sebaya sedikit banyak
mempengaruhi yaitu banyak anak-anak anak usia sekolah di SDN Rancaloa Bandung
sekolah yang terseret menjadi bagian dari dipengaruhi oleh faktor lain seperti
kelompok pelaku bullying untuk menghindar
karakteristik anak usia sekolah yang meliputi
dari dijadikan korban (Meggitt, 2013).
Pada bagan pola asuh permisif usia, tingkatan kelas, jenis kelamin, dan
memanjakan terlihat bahwa 12 dari 24 kecenderungan anak dalam berkelompok
57
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
dan terjadinya penurunan prestasi akademik di yang sudah dianggap wajar. Pola asuh orang tua
sekolah. Dampak jangka panjang bagi anak yang salah akan mengakibatkan perkembangan
korban bullying di sekolah akan mengalami anak menjadi terganggu salah satunya yaitu
trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa perkembangan psikososialnya. Anak usia sekolah
menyebabkan gangguan mental di masa yang masuk dalam perkembangan industry vs
akan datang (Ehan, 2010). inferiority, perlakuan orang tua terhadap anak
Bullying di sekolah menjadi suatu atau pola asuh tertentu akan mempengaruhi sikap
permasalahan tersendiri pada anak usia sekolah anak dan perilakunya. Saat seorang anak dididik
dengan kontrol yang rendah seperti dimanjakan
dasar. Terdapat beberapa faktor yang
atau dibiarkan hal tersebut dapat menimbulkan
berkontribusi terhadap tingginya angka kecenderungan menjadikan anak kesulitan dalam
kejadian bullying mulai dari faktor dari individu membatasi perilaku agresif yang dapat
berkembang menjadi tindakan tindakan bullying,
anak, kondisi lingkungan sekolah, dan teman
hal ini harus diperhatikan agar tidak terjadi
sebaya. Upaya untuk mencegah atau gangguan pada tahap perkembangan selanjutnya.
mengurangi tindakan bullying yaitu orang tua
menjadi role model yang positif, guru dan pihak Peran perawat dalam menangani atau
untuk mengurangi tindakan bullying disekolah
sekolah yang dapat menciptakan budaya yaitu sebagai edukator dan konselor. Perawat
sekolah yang ramah, saling menghargai, dan ditatanan komunitas harus lebih aktif berperan
saling tolong menolong dapat menurunkan di sekolah dengan melakukan intervensi
melalui pemberian pendidikan kesehatan
angka kejadian bullying di sekolah (Latifah, mengenai bullying sehingga anak dapat
2012). mengetahui dampak dari bullying terhadap
Menurut Wriswanto (dalam Ehan, orang lain dan diri sendiri. Perawat tidak hanya
2010) bahwa pola asuh orang tua memegang memberikan pelayanan kesehatan secara fisik
peranan penting pada anak yang melakukan saja, akan tetapi dapat memberikan pelayanan
tindakan bullying, pendapat tersebut kurang secara holistik meliputi aspek
sesuai dengan hasil penelitian ini. Pola asuh biopsikososiospiritual pada anak.
bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
seorang anak melakukan tindakan bullying, SIMPULAN
banyak faktor yang dapat memicu seorang Tidak ada hubungan antara pola asuh
anak melakukan tindakan bullying antara lain orang tua dengan tindakan bullying pada anak
faktor biologis meliputi genetik, faktor sekolah kelas 4 dan 5 di SDN Rancaloa Bandung.
meliputi teman sebaya, lingkungan sekolah,
guru, dan faktor budaya meliputi penayangan SARAN
kekerasan yang ditampilkan di media, seperti Bagi tempat penelitian (SDN Rancaloa
pada permainan video game, televisi dan film. Kota Bandung) pihak sekolah perlu
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa bekerjasama dengan orang tua untuk
banyak siswa di lingkungan sekolahnya yang mengawasi tingkah laku anak di sekolah dan
berkelompok-kelompok dan mempunyai ketua membuat program intervensi bullying yang
geng sehingga anak cenderung melakukan berjalan secara berkelanjutan seperti kegiatan
tindakan bullying untuk mempertahankan berkelompok didalam maupun diluar kelas
kekuasaan di lingkungan sekolah. untuk meningkatkan rasa peduli terhadap
Hal tersebut bukan tidak mungkin sesama teman atas dasar pertimbangan bahwa
adalah dampak dari tayangan telivisi yang orang tua dan lingkungan sekolah memiliki
marak menayangkan perilaku-perilaku negatif peran penting dalam perkembangan masa
depan anak.
58
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
Bagi siswa SDN Rancaloa Kota Bandung selanjutnya yang akan meneliti tentang
diharapkan dapat menambah wawasan siswa- tindakan bullying dan dapat menambahkan
siswi kelas 4 dan 5 SDN Rancaloa Kota variabel karakteristik siswa (yang sesuai
Bandung mengenai bullying, dan melaporkan dengan kriteria jenis kelamin, lingkungan
pengalaman pada orang tua atau pihak sekolah sekolah) dan variabel yang lainnya serta
jika terjadi tindakan bullying serta dapat mencoba membantu pihak sekolah melakukan
meningkatkan kepedulian terhadap sesame sebuah intervensi untuk menekan kejadian
teman. bullying di sekolah.
Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Agustiawati, I. (2014). Pengaruh pola asuh Ehan. (2010). Bullying dalam pendidikan.
terhadap prestasi belajar siswa pada Diambil dari: File.Upi.edu. (16 Maret
mata pelajaran akuntansi . Diambil 2017).
dari: repository.upi.edu. (26 Maret
2017). Fika, L. (2012). Hubungan karakteristik dan
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu kepribadian anak dengan kejadian
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka bullying pada siswa kelas V. Malang:
Cipta Jurnal Psikologi Universitas Negeri
Azizah, R., Hawanti, S., & Winarsih, C. (2016). Malang.
Analisa kejadian bullying di sekolah
dasar. Purwokerto: Jurnal PGSD FKIP Halim, F. (2013). Peran orang tua dalam
Universitas Muhammadiyah. mengatasi bullying. Arthinkle.
Bagyono, T. (2013). Metodologi penelitian
kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Hertinjung, W. S., & Karyani, U. (2015). Profil
ombak. pelaku dan korban bullying di sekolah
Bimo, S. (2013). Analisis chi-Square. retrieved dasar. Surakarta: The 2nd University
from statistikolahdata.com: Research Coloqium.
statistikolahdata.com
Diyantini, N. k., Yanti, N. L., & Lismawati, S. Hidayat, A. A. (2014). Metode penelitian
keperawatan dan teknik analisis data.
M. (2016). Hubungan karakteristik
Jakarta: Salemba Medika.
dan kepribadian anak dengan kejadian
bullying pada siswa kelas V di SD X
Kurniawan, H. (2012). Hubungan antara
kabupaten Badung. Denpasar: Coping
pertahanan diri dengan perilaku
Ners Journal. Vol. 3, No.3: 93.
bullying pada siswa sekolah menengah
Djamarah, S. B. (2014). Pola asuh orang tua
atas X di Bandung. Depok: Jurnal
dan komunikasi dalam keluarga.
Fisip Universitas Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Indonesia.
Dwipayanti, I. A., & Indrawati, K. R. (2014).
Hubungan antara tindakan bullying
Kusumadewi. (2012). Memotong budaya
dengan prestasi belajar anak korban
kekerasan. Hubungan pola asuh orang
bullying pada tingkat sekolah
tua dan tipe kepribadian dengan
dasar.Denpasar: Jurnal Psikologi
perilaku bullying di SMP. Diambil
Udayana.Vol. 1, No.2,251-260.
dari: library.um.ac.id. (15 Maret
2017).
59
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
60