Anda di halaman 1dari 22

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi
Post partum atau periode pascapartum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
(Bobak, 2010).
Masa nifas atau purperium adalah masa sesudah persalinan sampai
pulihnya alat-alat reproduksi & anggota tubuh lainya seperti sebelum hamil,
lama masa nifas ini adalah : 6 – 8 minggu.
B. Tujuan Post Natal Care
1. Meningkatklan involusi uterus normal dan kembali keadaan sebelum
hamil.
2. Mencegah atau meminimalkan komplikasi pascapartum.
3. Meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pelvik, jaringan perianal,
dan perinial.
4. Membantu pemulihan fungsi tubuh normal.
5. Meningkatkan pemahaman perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis.
6. Memfasilitasi perawatan bayi baru lahir dan perawatan mandiri oleh ibu
baru.
7. Meningkatkan keberhasilan integrasi bayi baru lahir kedalam unit
keluarga.
8. Menyokong keterampilan peran orang tua dan pelekatan orang tua bayi.
9. Menyiapkan perencanaan pulang yang efektif, termasuk rujukan yang
tepat perawatan lanjutan di rumah
C. Periode Masa Nifas
Berdasarkan pemulihan alat-alat reproduksi & komplikasi yang terjadi
selama hamil & waktu persalinan, periode masa nifas terbagi 3 yaitu :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.

1
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Reumate puerperium yaitu waktu yang diperluakn untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahun.
D. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Post Partum
Perubahan fisiologis yang terjadi selama masa nifas (Bobak, 2010)
adalah:
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
1) Proses Involusi
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot polos uterus.

I n v o l u s i o Tinggi pundus uter i Berat uterus

B a y i l a h i r Setinggi pusat 1000 gram


Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram
simpfisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simfisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

Penurunan kadar estrogen dan progesteron menyebabkan


terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi
yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa
hamil menetap menyebabkan ukuran uterus sedikit lebih besar
setelah hamil.

2
Subinvolusi ialah kegagalan uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil. Penyebab tersering ialah tertahannya fragmen
plasenta dan infeksi.
2) Kontraksi
Kontraksi uterus meningkat secara bermakna setelah bayi
lahir. Hal ini terjadi karena :
a) Diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar.
b) Kompresi pembuluh darah intramiometrium.
c) Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofise
memperkuat pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Selama 1-2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus maka :
a) Injeksi oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuskuler
setelah plasenta lahir.
b) Menyusui setelah bayi lahir karena isapan bayi dapat
merangsang pelepasan oksitosin.
3) Afterpains
Rasa nyeri setelah melahirkan dirasakan Ibu di tempat uterus
terlalu teregang. Menyusui dan oksitosin biasanya meningkatkan
nyeri karena merangsang kontraksi uterus.
4) Tempat Plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskuler dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area
yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan
endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik
dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuhan luka. Regresi endometrium selesai pada
akhir minggu ke-3 pascapartum.

3
5) Lokia
Lokia adalah rabas uterus yang dikeluarkan setelah bayi lahir.
Mula-mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua
atau merah coklat. Selama 2 jam setelah plasenta lahir, jumlah
cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah
maksimal yang keluar selama menstruasi.
Type lokia, antara lain :
a) Lokia rubra; mengadung darah dan
desidua serta debris trofoblastik yang berlangsung 2-3 hari
pertama.
b) Lokia serosa; keluar berwarna merah
muda sampai kecoklatan, terjadi dari 3 samapai 10 hari setelah
kelahiran. Setelah 10 hari bayi lahir, warnanya menjadi kuning
sampai putih.
c) Lokia alba; mengandung leokosit,
desidua, sel-sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lokia alba
bisa bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.
d) Lokia purulenta; terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbau busuk.
e) Lokia statis; Lokia tidak lancar
keluarnya
Lokia rubra yang menetap selama pada awal periode
pascapartum menunjukkan perdarahan lanjut sebagai akibat
fragmen plasenta yang tertinggal. Lokia serosa dan alba yang
berlanjut bisa menandakan endometritis, terutama jika disertai
demam, rasa sakit, atau nyeri tekan pada abdomen, bau tidak
sedap menandakan infeksi.
6) Serviks
Serviks menjadi lunak setela persalinan. 18 jam pascapartum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali kebentuk semula. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm
sewaktu melahirkan menutup secara bertahap. Hari 4-6 dua jari

4
masih dapat dimasukkan, hari ke-2 hanya tungkai kuret yang dapat
dimasukkan. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk
lingkaran seperti sebelum melahirkan tetapi terlihat memanjang
seperti celah mulut ikan.
7) Vagina dan Perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan rugae. Vagina akan kembali normal
6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat setelah
minggu ke-4 walaupun tidak menonjol pada wanita nulipara.
Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus menetap
sampai fungsi ovarium kembali normal & menstruasi dimulai lagi.
Penyembuhan luka episiotomi berlangusng 2-3 minggu. Ukuran
hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.
8) Payudara
 Ibu tidak menyusui
Wanita yang memilih tidak menyusui, kadar prolaktinnya akan
turun dengan cepat. Sekresi dan kolostrum menetap selama
beberapa hari pertama setelah melahirkan. Palpasi pada hari 2
dan 3 ditemukan adanya nyeri seiring akumulasi produksi ASI.
Hari 3 dan 4 terjadi pembengkakan ditandai payudara teregang,
keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (akibat
kongesti pembuluh darah). Distensi payudara disebabkan oleh
kongesti sementara vena dan pembuluh linfatik dan bukan
akibat penimbunan ASI. Pembengkakan hilang dengan
sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24-36 jam.
Laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu.
 Ibu yang menyusui
Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri menetap selama sekitar 48 jam.
Susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat
dikeluarkan dari puting susu.

5
2. Sistem Endokrin
a. Hormone plasenta
1) menurunkan hormone-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut
seperti plasental lactogen (HPL), estrogen kortisol serta placental
enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan,
sehingga kadar gula menurun secara bermakna pada masa
puerperium. Ibu diabetic biasanya memerlukan insulin yang jauh
cukup kecil selama beberapa hari
2) karena perubahan hormone normal ini membuat masa puerperium
menjadi suatu periode transisi untuk metabolisme karbohidrat
3) kadar estrogen dan progestero menurun setelah mencolok setelah
plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira dalam 1
minggu pasca partum. Penurunan kadar estrogen berhubungan
dengan pembengkakan mamma, dan diuresis cairan ekstraseluler
berlebih yang terakulmulasi selama masa hamil
4) pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen mulai meningkat
pada minggu ke-2 dan lebih tinggi pada wanita yang menyususi
pada pasca partum hari ke -17
b. Hormon hipofisis dan fungsi Ovarium
1) waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui
dan tidak menyususi berbeda. Kadar prolakin serum wanita
menyusui yang tinggi berperan dalam menekan ovulasi dengan
cara menghambat stimulasi FSH terhadap ovarium.
2) kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil
dan pada wanita menyusui tetap tinggi sampai hari ke -6 post
partum. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan
menyusui, lama setiap kali menyusui dan anaknya makanan
tambahan yang diberikan

6
3) pada wanita yang tidak menyusui, ovulasi terjadi dini yakni dalam
27/52 post partum dengan rata-rata 70 – 75 hari. Pada anita yang
menyusui waktu rata-rata terjadi ovulasi sekitar 190 hari

3. Abdomen
Perubahan abdomen setelah melahirkan, antara lain :
P e r u b a h a n K e t e r a n g a n
M e n o n j o l s e p e r t i h a m i l Hari pertama setelah melahirkan
Dinding abdomen menjadi rileks 2 minggu setelah melahirkan
Kembali seperti sebelum hamil 6 minggu setelah melahirkan

4. Sistem Urinarius
Perubahan hormon steroid yang tinggi selama masa kehamilan akan
menurun setelah wanita melahirkan. Fungsi ginjal kembali normal setalah
satu bulan pascapartum. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus
urinarius menetapa sampai 3 bulan.
a. Komponen Urin
Glikosuria akan menghilang, Laktosuria (+) pada Ibu menyusui
merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen), yang
meningkat selama pascapartum akibat dari otolisis uterus yang
berinvolusi. Proteinuria ringan (+1) selama 1-2 hari setelah
pascapartum diakibatkan pemecahan berlebihan protein di dalam sel
uterus. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami
komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama disertai
dehirasi.
b. Diuerisis Pascapartum
Dalam 12 jam sampai 3 hari pascapartum, Ibu mulai membuang
kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama hamil. Kehilangan
cairan melalui keringan dan peningkatan jumlah urine menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama pascapartum.
c. Uretra dan Kandung Kemih
Trauma uretra dan kandung kemih bisa terjadi saat persalinan
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat

7
mengalami hiperemis, edema, seringkali disertai daerah-daerah kecil
hemoragi, dan distensi. Pengosongan kandung kemih secara adekuat
akan mengembalikan tonus kandung kemih pulih dalam 5-7 hari
setelah bayi lahir.
5. Sistem Pencernaan
a. Nafsu makan
Ibu dengan pascapartum biasanya merasa lapar sehingga boleh
mengkomsumsi makanan ringan.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motalitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motalitas ke kaadaan normal.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari
setelah pascapartum. Disebabkan tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan pada awal pascapartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi.
6. Sistem Kardiovaskuler
a. volume darah
1) perubahan volume darah tergantung dari beberapa faktor, misalnya
kehilanhan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstra vaskuler
2) hipervolume yang akibatkan kehamilan menyebabkan kenayakan
ibu bisa mentoleransi kehilangan darah sewaktu partus
3) tiga perubahan fisiologis fisiologis yang melindungi anita adalah :
 hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah materbal 10 – 15 %
 hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi
 terjadinya moilisasi cairan ekstraaskuler yang disimpan selama
masa hamil

8
b. Curah Jantung
1) denyut jantung stroke volume dan curah jantung akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 – 60 menit
2) setelah wanita partus karena darah biasanya melintasi sirkuit
uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum sehingga dapat
menimbulkan dekompresi
3) hal ini akan normal ke keadaan semula setelah partus setelah 8 –
10/52 post partum.
c. Tanda – tanda vital
1) peningkatan tekanan darah systole dan diastole berlangsung 4 hari
setelah post partum
2) fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat tidak hamil pada bulan ke
enam setelah wanita partus. Setelah rahim kososng diagrafma
menurun, aksisi jantung kembali normal, implus titik maksimum
dan EKG kembali normal
3) Tekanan darah dapat terjadi orthtostatik hipotensi dalam 48 jam
pertama
4) Suhu untuk 24 jam pertama mungkin kenaikan terjadi 38 derajat
celcius *100,4 derajat fahrenheid( disebabkan oleh efek dehidrasi
daripersalinan, kerja otot yang berlebihan selama kala II dan
fluktuasi hormon dan akan kembali setelah 24 jam
5) Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output. Nadi
naikpada jam pertama dan harus turun ke rata-rata sebelum hamil
dalam 8 sampai 8 minggu post partum
6) Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah;
 Diagnosa sepsis puerperalis jika ada kenaikan suhu pada
maternal >>38o C
 kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin
indikasi hipovolemik akibat pendarahan

9
 hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luas biasa terjadi
akibat tinggi sub arachnoid blok
 Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari
hipovolemik sekunder dari pendarahan. Kelainan sistolik lebih
dari 30 mmHg dan diastole 15 mmHg bila disertai sakit kepala
atau gangguan penglihatan.
d. Komponen Darah
1) hematokrit dan Hb termasuk eritrosit akan kembali berada dalam
batas normal setelah 8 minggu post partum
2) selama 72 jam pertama, volume plasma yang hilang lebih besar
daripada sel darah
3) uekosit normal pada kehanilan rata-rata kurang lebih 12.000/mm3.
selama 10 sampai 12 hari pertama post partum, nilai leukosit
anatara 20.000 sampai 25.000 mm3, neotrofil merupakan WBC
yang paling banyak ditemukan
4) keberadaan leukositosis disertaipeningkatan normal LED dapat
membingungkan dalam menegakkan diagnosa infeksi akut selama
waktu ini
5) faktor-faktor koagulasi dan fibrinogen biasanya meningkat selama
masa hamil dan tetap meningkat pada awal puerperium.
6) kedaaan hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan pembuluh
darah dan imobilitas mengakibatkan peningkatan resiko
tromboembolisme terutama setelah ibu melahirkan secara sesar
e. Varises
1) varises ditungkai dan di sekitar anus atau hemoroid serta di vulva
akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir
2) regresi total atau mendekati normal diharapkan terjadi setelah
melahirkan.
7. Sistem Neurologi
a. Eleminasi edema fisiologis melalui diuresis setelah bayi lahir
menghilangkan sindrom Carpal tunnel dengan mengurangi kompresi
Nervus medial

10
b. Rasa baal dan kesemutan periodik pada jari yang dialami 5 % ibu hamil
biasanya hilang setelah anak lahir kecuali jika mengangakt atau
memindahkan dapat memperburuk keadaan.
c. Nyeri kepala post partum bisa disebabkan berbagai keadaan termasuk
PIH, stress dan kebocoran CSF ke dalam ruang ekstradural selama
jarum epidural diletakkan di tulang vertebra untuk anastesi. Lamanya
bervariasi tergantung penyebab dan efektifitas terapi.
8. Sistem Integumen
a. Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang pada
saat kehamilan berakhir
b. hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa ibu, pigmentasi pada
daerah tersebut akan menetap
c. kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha panggul
mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
d. kelainan pembuluh terhadap penurunan kadar estrogen setelah
kehamilan berakhir,pada beberapa ibu spider nevi meneap
e. rambut halus yang tumbuh yang lebat pada waktu hamil biasanya
akan mengilang setelah melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul
biasanya akan menetap
f. konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali ke keadaan sebelum
hamil
g. diaforesis adalah perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem
integumen
E. Perwatan Post Partum
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat ,
tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-
miring kekiri dan kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk dan latihan-latihan
senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 atau 5 boleh dipulangkan.

11
Mobolisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
3. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang
wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh
karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
4. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat
diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa
dilakukan klisma.
5. Perawatan Payudara
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam
mammae dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak
atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah
sebelum menyusui mamae harus dibuat lemas dengan melakukan massage
secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan,
barulah bayi dususui, bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
cara :
a) Pembalutan mammae sampai tertekan
b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan
periodel, etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan
6. Personal Hygiene
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama mandi (bersihkan putting
susu dan mamae), setelah mandi ganti baju.

12
b. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah menyentuh alat-alat kelaminnya.
F. Penatalaksanaan
1. Tes diagnostic
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis; kadar urin, darah.
2. Therapy
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

G. Komplikasi Pospartum
1. Perdarahan
Perdarahan dini kurang dari 24 jam: atonia uteri, trauma, laserasi,
hematoma. Perdarahan lambat lebih dari 24 jam: sisa plasenta infeksi.
2. Infeksi
Merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian
ibu. Bagian yang terinfeksi: rongga panggul, perineum, mammae, saluran
kemih, sistem vena. Suhu lebih dari 38C selama 2-3 hari berturt-turut
pada 10 hari post partum. Faktor resiko antara lain:
a. Antenatal: nutrisi yang kurang, anemia
b. Intrapartum: partus lama dan KPD
c. Postpartum: plasenta manual
3. Tromplebitis Dan Trombosis
a. Tanda dan gejala, nyeri pada gastroknemius, vena
mengeras
b. Faktor predisposisi: Riwayat tromboplebitis, obesitas, SC,
usia tua
c. Komplikasi: Emboli paru, emboli otak dan nekrosis
jaringan

13
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat : Insomnia mungkin teramati
2. Sirkulasi : Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
3. Integritas ego : Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues” sering
terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan)
4. Eliminasi : Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5
5. Makanan/cairan : Kehilangan nafsu makanan mungkin dikeluhkan kira-
kira hari ke-3
6. Nyeri/ketidaknyamanan : Nyeri tekan payudara dapat terjadi diantara hari
ke-3 sampai ke-5 pascapartum
7. Seksualitas :
a. uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun
kira-kira 1 lebar jari setiap harinya
b. lokhia rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis,rekumben versus
ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis, menyusui)
c. payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu
matur, biasanya pada hari ke-3 ; mungkin lebih dini, bergantung
kapan menyusui dimulai
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,
ketidanyamanan payudara.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang,
tingkat pengetahuan pengalaman.

14
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
dan atau kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau
peningkatan pemajanan lingkungan .
4. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal
(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma
mekanis, edema jaringan, efek-efek anastesia.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek
progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare
prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal/rektal.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan
psikologis, nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melahirkan.
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,
ketidanyamanan payudara.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
b. Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur
nyaman.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal:
Intervensi :
a. Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema,
ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan
atau terjadinya komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan
tekanan langsung pada perineum.

15
d. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas
afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan regular,
dan ini berlanjut selama 2 – 3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan
intensitasnya berkurang.
e. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah abdomen
dan melakukan aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan kembali
memfokuskan perhatian.
f. Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan
atau putting pecah-pecah.
R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak penuh, dan
puting harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan, pembesaran
payudara, nyeri tekan putting atau adanya pecah-pecah pada putting
dapat terjadi hari ke-2 sampai ke-3 postpartum.
g. Anjurkan menggunakan penyokong
R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi
lebih nyaman.
h. Berikan analgetik 30 – 60 menit sebelum menyusui
R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpaint
paling hebat karena pelepasan oksitosin, bila klien bebas dari
ketidaknyamanan ia dapat memfokuskan pada perawatannya sendiri
dan bayinya dan pada pelaksanaan tugas –tugas mengenai ibu.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat
pengetahuan pengalaman.
Tujuan : Menyusui menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Ungkapan ibu akan tingkat kepuasan
b. Observasi proses menyusui
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui sebelumnya

16
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan
mengembangkan rencana perawatan.
b. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan
keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet
khusus, dan factor-faktor yang memudahkan atau mengganggu
keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting
pecah dan luka, memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu
menyusui.
c. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa
memperhatikan lamanya menyusui.
d. Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi
terjadinya luka atau pecah putting, yang dapat merusak proses menyusui
e. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 –
30 menit, instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau
penggunaan bantalan bra berlapis elastic dan mengganti pembalut bila
bosan atau lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan putting,
sedangkan sabun dapat menyebabkan kering.
f. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan
putting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan
menggunakan teknik hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi,
teknik hoffman melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse
putting.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
atau kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau
peningkatan pemajanan lingkungan .
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :

17
a. Luka bebas dari infeksi
b. Tidak timbul tanda-tanda infeksi
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin ; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksia atau malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3C dalam 24 jam pertama menandakan
infeksi.
b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusional
atau adanya nyeri tekan uterus eksterm.
R/mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau uretra.
c. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan
pembalut yang kotor.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1 -2
cm/hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau
terjadinya nyeri tekan eksterm, menandakan kemungkinan tertahannya
jaringan plasenta atau imflamasi.
d. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan
normal dan rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada
endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal
untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai
alba.
e. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut
perineal sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah
anal) membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau
uretra.
f. Kolaborasi kaji jumlah sel darah putih (SDP)
R/peningkatan jumlah SDP pada 10 sampai 12 hari pertama
pascapartum adalah normal sebagai mekanisme pelindungan dan

18
dihubungkan dengan peningkatan neutrofil dan pergeseran ke kiri, yang
mana mungkin pada awalnya mengganggu pengindektifikasian infeksi.
4. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal
(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis,
edema jaringan, efek-efek anastesia.
Tujuan : Eliminasi urin menjadi normal
Krteria hasil : BAK klien lancar
Intervensi :
a. Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir
R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang, melalui
haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata termasuk dioforesis.
b. Anjurkan berkemih dalam 5 – 8 jam post partum, alirkan air hangat
diatas perineum.
R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus
dan meningkatkan lokhea, distensi berlebihan kandung kemih dalam
waktu lama dapat merusak dinding kandung kemih.
c. Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari
R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan
yang hilang waktu melahirkan.
d. Pasang kateer urin sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi distensi kandung kemih, untuk memungkinkan
involusi uterus dan mencegah atoni kandung kemih karena distensi
belebihan.

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek


progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare
prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal/rektal.
Tujuan : Proses defekasi menjadi normal
Krteria hasil : BAB klien lancar
Intervensi :
a. Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan
normal atau diastosis rekti.

19
R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat menurunkan
tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama
pengosongan.
b. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,
peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan
normal.
R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran khususnya dengan
biji dan kulit dan peningkatan cairan menghasilkan builk dan
merangsang eliminasi.
c. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi,sesuai toleransi.
R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal
d. Kaji episiotomi ; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan
cairan.
R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat
ketiga dan keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
mencegah klien dan merelaksasi perineum selama pengosongan
karena takut untuk terjadi oedema selanjutnya.
e. Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.
R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan
mencegah mengejan atau stress perianal selama pengosongan.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan
psikologis, nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran atau
melahirkan.
Tujuan : gangguan pola tidur teratasi
a. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat
b. Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup
Intervensi :
a. Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama
persalinan dan jenis kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila ini
terjadi malam meningkatkan tingkat kelelahan

20
b. Kaji factor-faktor,bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan
gangguan dan beri istirahat serta periode tidur yang eksatra, berikan
lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan
menurunkan rangsang
c. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada
suplai ASI..
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI
dan penurunan refleks secara psikologis
d. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah
kembali ke rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi
lebih awal serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan
tubuh serta mengatasi kelelahan yang berlebihan
e. Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai
kebutuhan

21
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 2. Jakarta : EGC

Doenges E. M.2011. Rencana Keperawatan Maternal/Bayi Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Keperawatan Klien Edisi 2. Jakarta: EGC

Straight B.R., 2010. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Edisi
3.Jakarta : EGC

Lusa. 2010. Perubahan Fisiologi Masa Nifas pada Tanda-tanda Vital.


www.lusa.web.id Diaskes tanggal 26 April 2015

Wilkinson, Judith M. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosa


NANDA, intervensi NIC, kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai