Anda di halaman 1dari 30

Departemen Keperawatan Maternitas

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

OLEH:

IKRIMAH SYAM,S.Kep
70900120003

Dosen Pembimbing

(Nurhidayah, S.Kep, Ns., M.Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XVII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga Laporan pendahuluan yang
berjudul ” Laporan Pendahuluan Hipertensi pada Kehamilan” dapat terselesaikan,
dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang
seperti sekarang ini.
Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan, penyusun telah banyak dibantu
oleh berbagai pihak. Segala kerendahan hati penyusun menghaturkan terima
kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada keluarga yang tercinta dan
tersayang serta sebagai sumber inspirasi terbesar dan semangat hidup menggapai
cita. Terima kasih atas segala bimbingan, dukungan, motivasi serta doa restu,
terus mengiringi perjalanan hidup penulis hingga sekarang sampai di titik ini.
Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya
baik berupa saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan
Pendahuluan ini. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis memohon do’a dan
berharap semoga ilmu yang telah diperoleh dan dititipkan dapat bermanfaat
bagi orang serta menjadi salah satu bentuk pengabdian dimasyarakat nantinya.
Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.
Makassar, 18 Januari 2021

Ikrimah Syam, S.Kep


BAB I KONSEP MEDIS
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

A. Pengertian
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana
tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau
adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang
mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
[ CITATION Ree11 \l 1033 ].
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik
≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2
kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan
tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
dipakai lagi [ CITATION Pra13 \l 1033 ].
B. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2013) penyebab hipertensi dalam kehamilan
belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor risiko.
Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
a. Primigravida, primipaternitas
b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur
d. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eclampsia
e. penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f. obesitas
C. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan.
2. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
3. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai
dengan koma.
4. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik
di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul
pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang
setelah 3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan preeklamsi tetapi
tanpa proteinuria [ CITATION Pra13 \l 1033 ]
D. Patofisiologi
Menurut Prawirohardjo (2013), beberapa teori yang mengemukakan
terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :
a. teori kelainan vaskularisasi plasenta
Kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah
tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi
cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi
arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang arteri spiralis.
Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan
sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini
akan memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi
vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta.
Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Proses ini sering dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi selsel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya.
Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen
arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan
menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak tersebut selain akan merusak membran sel, juga akan
merusak nukleus, dan protein sel endotel. Peroksida lemak sebagai
oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan
merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap
peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya
dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh
struktur sel endotel.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi
untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping
untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut akan mengalami
penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan
invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan
perempuan yang mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata
mempunyai proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada
normotensif.
d. Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi
hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah
terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat
peka terhadap bahan vasopresor.
e. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti
bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak perempuannya
akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu
mengalami preeklampsia.
f. Teori defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang
ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-lain.
g. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam
sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi.
Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam kehamilan normal.
Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi
steress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang
timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi
peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan produksi debris
apoptosis dan dan nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas plasenta
maka reaksi stress oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa debris
trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi
inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi
inflamasi pada kehamilan normal [ CITATION Pra13 \l 1033 ].
Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan
membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi disfungsi sel endotel, maka
akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh, diantaranya adalah :
1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya
produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu fasodilator kuat
2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar
NO (vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor)
meningkat. 12
5. Peningkatan vaktor koagulasi
6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempattempat
di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya agresi
trombosit akan memproduksi tromboksan (TXA2) yang mana
tromboksan tersebut merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu hamil
yang mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan kadar
tromboksan (vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari pada prostasiklin
(vasodilator kuat), sehingga menyebabkan pembuluh darah cendrung
mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah.
Patofisiologi hipertensi dalam kehamilan terjadi karena adanya
vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan kerusakan pembuluh darah
merupakan karakteristik terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Sirkulasi
arteri terganggu karena adanya segmen yang menyempit dan melebar yang
berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat
adanya penurunan suplai darah dan penyempitan pembuluh darah di area
tempat terjadinya pelebaran. Apabila terjadi kerusakan pada endotelium
pembuluh darah, trombosit, fibrinogen, dan hasil darah lainnya akan
dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin, dan akan mengakibatkan
perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler yang
terlihat secara klinis sebagai edema [ CITATION Ree11 \l 1033 ].
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi.
1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran premature
2. Mengalami hipertensi diberbagai level
3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia
mungkin akan terjadi.
5. Berpotensi gagal hati.
6. kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
7. meningkatnya enzim hati.
8. jumlah trombosit menurun. [ CITATION Joh14 \l 1033 ]
Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia
a. Volume plasma Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat
dengan bermakna guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin.
Sebaliknya pada preeklampsia terjadi penurunan volume plasma antara 30-
40% dibanding hamil normal disebut hipovolemia. Hipovolemia
diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi
b. Hipertensi Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan
diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan
resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran
curah jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada preeklampsia terjadi
pada umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya
pada trimester II.
c. Fungsi ginjal
1) Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
a) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia, sehingga
terjadi oliguria, bahkan anuria
b) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan terjadinya proteinuria.
c) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila
sebagian besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka
terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat irreversibel.
d) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasopasme
pembuluh darah.
2) Proteinuria
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi
proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah
lahir lebih dulu. Pengukuran protein dapat dilakukan dengan urin
dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa dua kali
urin acak selang 6 jam dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria
dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/
24 jam.
3) Asam urat serum
Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh
hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah filtrasi
aliran darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan
asam urat terjadi karena iskemia jaringan.
4) Kreatinin
Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal ini
disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun, 17
Poltekkes Kemenkes Padang mengakibatkan menurunnya filtrasi
glomerulus, sehingga menurunnya sekresi kreatinin, disertai
peningkatan kreatinin plasma.
5) Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran
darah ke ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun
(oliguria), bahkan dapat terjadi anuria.
d. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya
dengan preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil normal,
kecuali jika diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau
pemberian cairan oksitosin yang bersifat anti diuretik. Preeklampsia berat
yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
asam basa. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan
kadar hamil normal, yaitu sama dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.
e. Viskositas darah
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:
fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah meningkat,
mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran
darah ke organ.
f. Hematokrit
Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi
karena hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia.
g. Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel
kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada
muka, dan tangan atau edema generalista, dan biasanya disertai dengan
kenaikan berat badan yang cepat.
h. Neurologik
Perubahan dapat berupa :
1) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan
vasogenik edema.
2) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan
visus, dapat berupa: pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio retina.
3) Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Faktor-
faktor yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema serebri,
vasopasme serebri, dan iskemia serebri.
4) Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan eklampsia.
[ CITATION Pra13 \l 1033 ].
F. Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan
pada ibu dan janin. Pada ibu :
1. Eklampsia
2. Pre eklampsia berat
3. Solusio plasenta
4. Kelainan ginjal
5. Perdarahan subkapsula hepar
6. Kelainan pembekuan darah
7. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet
count).
8. Ablasio retina. Pada janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
G. Penatalaksanaan
Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat
untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan
posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi
peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju
jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan
tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan
meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika
terdapat gejala kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin
terasa berkurang dan mata makin kabur
2. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan
tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan
untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian
diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.
3. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk
evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur,
pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga
dijelaskan oleh [ CITATION Pur10 \l 1033 ] dan Prawirohardjo (2013), beberapa
penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah
baring.
2. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, dan rendah lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu
minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan
hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih
sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan
pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan
kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan
USG.
6. Pembatasan aktivitas fisik.
7. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat
menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi
janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan sebagai tindakan
sementara. Terapi anti hipertensi dengan agen farmakologi memiliki
tujuan untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja
ventrikel kiri, meningkatkan aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal serta
mengurangi resiko cedera serebrovaskular.
H. Pemeriksaan Penunjang
[ CITATION Man13 \l 1033 ] dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :
1. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
2. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein
3. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
4. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit
abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
5. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
6. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
7. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
I. Pathway
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

A. Pengkajian
a. Anamnesa
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan
meliputi :
1. Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur,
pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
2. Data Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal, terasa
sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus,
mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi gangguan
serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan ekstermitas, tengkuk
terasa berat, dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu.
b) Riwayat kesehatan Dahulu:
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita
penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu
mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan
terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu
mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi
dalam keluarga.
3. Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun
atau di atas 35 tahun.
4. Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu
hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa
dan semakin semakin tuanya usia kehamilan .[ CITATION Pra13 \l 1033 ]
b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :
Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami kelemahan.
TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan tekanan darah
darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.
2. Nadi :
Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan denyut
nadi yang meningkat, bahkan pada ibu yang mengalami eklampsia
akan ditemukan nadi yang semakin cepat.
3. Nafas :
Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemuksn nafas
pendek, dan pada ibu yang mengalami eklampsia akan terdengar bunyi
nafas yang berisik dan ngorok.
4. Suhu :
Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan biasanya
tidak ada gangguan pada suhunya, tetapi jika ibu hamil tersebut
mengalami eklampsia maka akan terjadi peningkatan suhu.
5. BB :
Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/minggu, dan pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan
terjadi peningkatan BB lebih dari 1 kg/minggu atau sebanyak 3 kg
dalam 1 bulan
6. Kepala :
Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang berketombe dan
kurang bersih dan pada ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami
sakit kepala.
7. Wajah :
Biasanya pada ibu hamil yang mengalami preklampsia/eklampsia
wajah tampak edema.
8. Mata :
Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
konjungtivasub anemis, dan bisa juga ditemukan edema pada palvebra.
Pada ibu hamil yang mengalami preeklampsia atau eklampsia biasanya
akan terjadi gangguan penglihat yaitu penglihatan kabur.
9. Hidung :
Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguan Bibir :
Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab
10. Mulut :
Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi, menyebabkan
kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi bisa
mengalami pembengkakan dan perdarahan
11. Leher :
Biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer tiroid
12. Thorax :
a. Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema
paru dan napas pendek
b. jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi jantung,
pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan,khususnya
pada ibu yang mengalami preeklampsia beratakan terjadi
dekompensasi jantung.
13. Payudara :
Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat dan
lebih keras, puting menonjol dan areola menghitam dan membesar dari
3 cm menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan pembuluh darah menjadi
lebih terlihat.
14. Abdomen :
Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus menonjol keluar, dan
membentuk suatu area berwarna gelap di dimding abdomen, serta
akanditemukan linea alba dan linea nigra. Pada ibu hamil dengan
hipertensi biasanya akan ditemukan nyeri pada daerah epigastrum, dan
akanterjadi anoreksia, mual dan muntah
15. Pemeriksaan janin :
Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi bunnyi jantung
janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang melemah.
16. Ekstermitas :
Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan bisa
ditemukan edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
17. Sistem persarafan :
Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa ditemukan hiper
refleksia, klonus pada kaki
18. Genitourinaria :
Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan didapatkan oliguria dan
proteinuria, yaitu pada ibu hami dengan preeklampsia [ CITATION Ree11
\l 1033 \m Mit11].
c. Pemeriksaan penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang
hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b) Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut
mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi
ringan tidak ditemukan protein dalam urin
c) Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N:
15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
(N: < 31 u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl). d) Tes kimia
darah Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
2. Radiologi
a) Ultrasonografi :
Bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus,
pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
3. Data sosial ekonomi
Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada
wanita dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang
mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga melakukan
perawatan antenatal yang teratur.
4. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada
dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan
keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut
anaknya nanti lahir cacat ataupun meninggal dunia, sehingga ia takut
untuk melahirkan [ CITATION Pra13 \l 1033 ].
B. Diagnosis keperawatan
Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Reeder dkk (2011), menyebutkan
beberapa kemungkinan diagnosa yang terjadi pada ibu hamil dengan
hipertensi berdasarkan [ CITATION SDK17 \l 1033 ] diantaranya adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan/atau vena
3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbagan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
7. Resiko cedera pad ibu berhubungan dengan faktor risiko penyakit penyerta
C. Rencana keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
Intervensi : Manajemen jalan napas
Tujuan: Pola Nafas membaik
Kriteria Hasil:
 Dispnea menurun
 Pengguanaan otot bantu menurun
 Pernapasan cuping hidung menurun
 Frekuensi nafas membaik
 Kedalaman napas membaik[ CITATION SLK19 \l 1033 ]
Tindakan:
a. Observasi
1) Monitor pola napas (frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas)
Rasional: untuk mengetahui pola napas terkait frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas.
2) Monitor bunyi napas
Rasional: untuk mengetahui ada atau tidak bunyi napas tambahan
3) Monitor adanya produksi sputum
Rasional: untuk mengetahui jumlah dan warna sputum
b. Terapeutik
4) Posisikan posisi semi fowler atau fowler
Rasional: pemberian dengan posisi semi fowler atau fowler
membantu pasien memaksimalkan ventilasi sehingga kebutuhan
oksigen terpenuhi melalui proses pernapasan
5) Berikan oksigen
Rasional: mengurangi sesak napas pada pasien
6) Berikan air hangat
Rasional: penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus
c. Edukasi
7) Mengajarkan teknik batuk efektif, jika perlu
Rasional: untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari
sekret atau benda asing di jalan nafas
d. Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
Rasional: untuk mengurangi bronkospasme dengan mobilisasi
sekret[ CITATION SIK18 \l 1033 ]

Intervesi 2: Pengaturan Posisi


Tindakan:
a. Observasi
1) Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah posisi
b. Terapeutik
1) Atur posisi yang disukai, jika tidak ada kontraindikasi
2) Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis. Semi-fowlwer)
c. Edukasi
1) Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum melakukan perubahan
posisi, jika perlu
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran
arteri dan/atau vena
Tujuan: Perfusi perifer efektif
Ktiteria Hasil:
 Nadi perifer meningkat
 Warna kulit pucat menurun
 Edema perifer menurun
 Pengisisan kapiler membaik
 Akral membaik
 Turgorkulit membaik
 Tekanan darah sistolik membaik
 Tekanan darah diastolik membaik
Intervensi: Perawatan Sirkulasi
Tindakan:
a. Observasi
1) Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, dan suhu)
2) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Siabetes,
perokok, orangtua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)
3) Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstermitas
b. Terapeutik
1) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di daerah
keterbatasan perfusi
2) Hindari pengukuran tekanan darah didaerah ektermitas dengan
keterbatasan perfusi
3) Hindari penekanan dan pemasangan tourniqet pada daerah cedera
4) Lakukan pencegahan infeksi
5) Lakukan perawatan kaki dan kuku
6) Lakukan hidrasi
c. Edukasi
1) Anjurkan berhenti merokok
2) Anjurkan berolahraga rutin
3) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
4) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah dan kolestrol,
jika perlu
5) Anjurkan melakukan perawtan kulit yang tepat
6) Ajurkan program rehabilitasi vaskuler
7) Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
8) Informasikasn tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


Tujuan : Tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil:
 Mengeluh nyeri menurun
 Meringis mmenurun
 Sikap protektif menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Frekuensi nadi membaik
 Pola nafas membaik
 Tekanan darah membaik
Intervensi: Manajemen Nyeri:
Tindakan:
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Rasional: Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri pasien
2) Identifikasi skala nyeri.
Rasional: untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
Rasional: untuk mengetahui dan melihat respon nyeri non verbal
pada pasien
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan yang memperingan nyeri
Rasional: untuk mengetahui faktor yang memperberat dan yang
memperingan nyeri pada pasien
b. Teraputik

1) Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis


: TENS, hypnosis,akupresur,terapi music, biofeedback, terapi
pijat,aroma therapy,tehnik imanjinasi terbimbing,kompres hangat
atau dingin)
Rasional: pemilihan teknik non farmakologis yang tepat dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien

2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu


ruangan ,kebisingan, pencahayaan)
Rasional: Mengurangi resiko factor yang dapat memperberat nyeri

3) Fasilitasi istirahat dan tidur


Rasional: Mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istirahat pasien
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri.
Rasional: Memberikan pemahaman tentang penyebab dan pemicu
terjadinya nyeri
2) Jelaskan strategi meredahkan nyeri
Rasional: Agar pasien mengerti dan melakukan strategi meredahkan
nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Rasional: Agar pasien dapat mengontrol dan mengungkapkan nyeri
yang dirasakan
4) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional: Meringankan dan menurunkan tingkat nyeri yang
dirasakan oleh pasien
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi penggunaan analgetik jika perlu.
Rasional: Mengurangi/menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan
pasien
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbagan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan: Toleransi Aktivitas meningkat
Kriteria Hasil:
 Frekuensi nadi membaik
 Saturasi oksigen meningkat
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari memingkat
Intervensi: Manajemen Energi
Tindakan:
a. Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan tidak kenyamanan selama melakukan aktivitas
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
2) Lakukan latihan gerak rentang pasif dan/ atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangka
4) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
Intervensi 2: Terapi Aktifitas
Tindakan:
a. Observasi
1) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
2) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
3) Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
b. Terapeutik
1) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
2) Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
3) Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan aktivitas yang dipilih Libatkan kelarga
dalam aktivitas, jika perlu
4) Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
c. Edukasi
1) Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
2) Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
3) Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai

5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


Tujuan: Tingkat Ansiestas menurun
Kriteria Hasil:
 Perilaku gelisah menurun
 Verbalisasi khawatir terhadap kondisi yang dihadapi
 Perilaku tegang menurun
 Keluhan pusing menurun
 Tekanan darah menurun
 Pola tidur membaik

Intervensi: Reduksi Ansietas:


Tindakan:
a. Observasi
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
Rasional: Mengetahui tingkat ansietas berubah pada kondisi,
waktu dan stressor
2) Monitor tanda-tanda ansietas
Rasional: Dapat membantu pasien untuk mencegah terjadinya
ansietas.
b. Terapeutik
1) Dengarkan dengan penuh perhatian
Rasional: Memdengarkan seksama keluhan pasien dapat
mengurangi ansietas.
2) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Rasional: Perasaan pasien akan berfikir positif jika diberikan
motivasi.
c. Edukasi
1) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Rasional: Agar pasien tidak merasa tidak diperhatikan dan pasien
merasa nyaman.
2) Latih tekhnik relaksasi
Rasional: Mengurangi tingkat kecemasan dan membuat rileks.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian terapi antiansietas.
Rasional: Mengurangi perasaan cemas pada pasien.

6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


Tujuan : Tingkat penegetahuan meningkat
Intervensi: Edukasi Kesehatan
Tindakan:
a. Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku bersih dan sehat
b. Terapeutik
1) Sediakan meteri dan media pendidikan kesehatan
2) Jadwal pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Beri kesempatan untuk bertanya
c. Edukasi
1) Jelaskan faktor resiko yang mempengaruhi kesehatan
2) Ajarka perilaku hidup bersih dan sehat
3) Ajaerkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.

7. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan faktor risiko penyakit


penyerta
Tujuan: Tingkat cedera menurun
Kriteria hasil:
 Kejadian cedera menurun
 Toleransi aktivitas meningkat
 Tekanan darah membaik
 Frekuensi nadi membaik
 Frekuensi nafas membaik
Intervensi: perawaan kehamilan risiko tinggi
Tindakan:
d. Obsevasi
1) Identifikasi faktor risiko (mis. Diabetes, hipertensi, lupus
eritmatosus, herpes, hepatitis, HIV, epilepsy)
2) Identifikasi riwayat obstetric (mis.prematutitas, postmaturitas,
preeklamsi, kehamilan multifetal, pertumbuhan intrauteri, abrupsi,
plasenta previa, sensilitas Rh. Ketuban pecah dini, dan riwayat
genetic keluarga lainnya)
e. Terapeutik
1) Damping ibu saat cemas
f. Edukasi
1) Anjurkan ibu melakukan perawatan diri untuk meningkatkan
kesehatan
2) Ajarkan mengenali tanda bahaya ( perndarahan vagina merah
terang, perubahan cairan ketuban, mengenali gerakan janin,
kontraksi sebelum 37 minggu, sakit kepala, gangguan penglihatan,
nyeri epigastric, penambahan BB yang cepat dengan edema wajah)
g. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan spesialis jika ditemukantanda dan bahaya
kehamilan
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
membantu, kemampuan tekhnik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi dan evaluasi. Tahap pelaksanaan keperawatan meliputi:
fase persiapan (preparation), tindakan dan dokumentasi [ CITATION Mit11 \l
1033 ].
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
keluarga. Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga dalam
mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencanan keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
yakni Subjektif (data berupa pemeriksaan), Analisa data (perbandingan
data dengan teori), dan Planning (perencanaan).
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon pasien dan
keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
pelayanan[ CITATION Mit11 \l 1033 ]
BAB III KAJIAN INTEGRASI KEILMUAN
Agama Islam terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang menunjukkan bahwa
seseorang yang menderita sakit dapat sembuh karena pertolongan Tuhan,
karena sesungguhnya yang dapat menyembuhkan penyakit adalah Allah.
Seperti dalam Firman Allah Swt. QS Al-Isra’ ayat 82 sebagai berikut:
ٰ
‫ة لِّ ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَ َواَل يَ ِزي ُد ٱلظَّلِ ِمينَ إِاَّل َخ َس ٗارا‬ٞ ‫ َو َر ۡح َم‬ٞ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ۡٱلقُ ۡر َءا ِن َما هُ َو ِشفَٓاء‬

Artinya: “ dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian”.Use the "Insert Citation" button to add citations to
this document.

Manusia tidak bisa terbebas dari penyakit. Rasulullah senantiasa


menganjurkan untuk berobat bagi orang yang menderita penyakit, karena
kesehatan sangat penting bagi manusia. Hal ini sesuai dengan riwayat Imam
Ahmad:

Artinya:“Dari Usamah bin Syarik, ia berkata: ada orang Badui datang, lalu
ia bertanya: Ya Rasulullah, apakah kami (harus) berobat? Nabi menjawab:
“Ya, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan
Ia menurunkan obat untuknya, orang yang mengerti (tentu) mengetahuinya
dan orang yang bodoh (tentu) tidak mengetahuinya.” (HR. Ahmad)

Berdasarkan hadis di atas dijelaskan, bahwa adanya berbagai upaya


(ikhtiyar) dan itu tidak berarti menafikan tawakal kepada Allah bagi orang
yang mempercayai, bahwa upaya-upaya itu atas izin dan takdir Allah, dan
bahwasannya upaya-upaya itu bukan dengan sendirinya menyembuhkan akan
tetapi atas takdir Allah juga. Karena obat itu terkadang bisa berbalik menjadi
penyakit bila takdir Allah menghendakinya. Namun berobat itu tidak
menafikan tawakal, sebagaimana tidak menafikannya mengusir lapar dan haus
dengan makan dan minum. Demikian pula halnya, menghindari malapetaka,
berdoa mohon kesembuhan, menolak bahaya dan lain sebagainya.

Setiap penyakit itu ada obatnya dan apabila obatnya cocok dengan
penyakitnya maka dengan izin Allah ia akan sembuh. Seperti yang kita
ketahui dari keterangan para dokter, penyakit itu adalah keluarnya tubuh dari
saluran yang semestinya, Sementara pengobatan adalah upaya untuk
mengembalikannya. Kesehatan itu harus selalu dijaga, dan salah satu caranya
adalah dengan memberikan obat-obatan yang berlawanan dengan karakter
penyakit itu sendiri. Begitu misterius dan relatifnya hakekat penyakit dan
hakekat obatnya, sehingga sedikit sekali orang yang mempercayai teori
tersebut. Dari sinilah seorang dokter salah dalam memberikan diagnosa,
sehingga pasien yang ditanganinya tidak sembuh. Kita percaya pada jaminan
yang disampaikan Nabi SAW bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya.
Kalau kemudian kita lihat banyak orang yang berobat tetapi tidak sembuh, itu
karena hakekat obatnya yang belum diketahui [CITATION NTh13 \l 1033 ].

Untuk kasus-kasus terkait dengan darah dan pembuluh darah jangan kita
lupa untuk membaca do’a kesembuhan kemudian dibacakan pada air dan
diminum, Rasulullah saw, bersabda:

“Sesungguhnya syaitan mengalir dalam anak adam melalui aliran


darahnya.” (HR Muttafaqun 'alaih)
Daftar Pustaka
Johnson. (2014). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Manuaba, C., & dkk. (2013). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Prawihardjo, S. (2013). Ilmu kebidanan. Jakarta: PT BIna Pustaka.

Purwaningsih, W., & Fatmawati. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Reeder, J. S. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &
Keluarga. Jakarta: EGC.

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim


Pokja SDKI DPP PPNI.

SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim


Pokja DPP PPNI.

SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim


Pokja DPP PPNI.

Thayyarah, N. (2013). Buku Pintar Sains dalamAl Quran: Mengerti Mukjizat


IlmiahFirman Allah. Jakarta: Zaman.

Anda mungkin juga menyukai