Anda di halaman 1dari 147

ANALISIS FAKTOR YANG BERKONSTRIBUSI TERHADAP

PERILAKU KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA:


APLIKASI SUNRISE MODEL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan pada
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

IKRIMAH SYAM
NIM : 70300116033

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ikrimah Syam

NIM : 70300116033

Tempat/Tgl, Lahir : Baras IV, 05 Agustus 1998

Jurusan : Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Alamat : Desa Lilimori, Kec. Bulu Taba, Kab. Pasangkayu,


Mamuju Utara

Judul : Analisis Faktor Yang Berkonstribusi Terhadap Perilaku


Konsumsi Buah dan Sayur Pada Remaja: Aplikasi Sunrise
Model

Dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan


dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya tulis ilmiah
penyusunan sendiri. Jika dikemudian hari karya tulis ini adalah duplikat, plagiat,
tiruan dari hasil kerja orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh tidak
sah/batal dimata hukum.

Gowa, 07 Agustus 2020

Penyusun

Ikrimah Syam
NIM:70300116033

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Yang Berkonstribusi Terhadap Perilaku


Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Remaja Aplikasi Sunrise Model” yang disusun
oleh Ikrimah Syam, NIM : 70300116033, Mahasiswa jurusan keperawatan pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, telah di uji
dan di pertahankan dalam sidang munaqasah yang diselenggarakan pada hari
Jum’at dan tanggal 07 Agustus 2020, dinyatakan telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu kesehatan, jurusan
keperawatan.

Gowa, 07 Agustus 2020

DEWAN PENGUJI:

Ketua : Dr. dr. Syatirah Djalaluddin, M.Kes.,Sp.A (……….………………)

Sekertaris : Dr. Muh. Anwar Hafid. S.Kep.,Ns., M.Kes (……….

………………)

Munaqisy I : Huriati, S.Kep, Ns, M.Kes (……….………………)

Munaqisy II : Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag (……….………………)

Pembimbing I : Dr. Arbianingsih, S.Kep., Ns., M.Kes (……….………………)

Pembimbing II : Dr. Risnah, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes (……….………………)

Diketahui Oleh:

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makassar

Dr. dr. Syatirah Djalaluddin, M.Kes.,Sp.A

iii
NIP:198007012006042002

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., Tuhan semesta alam
karena berkat rahmat keimanan, kesehatan, kesabaran dan hidayah-Nyalah yang
masih tercurah kepada penulis, sehingga dapat menyelesikan skripsi yang berjudul
“Analisis Faktor yang Berkonstribusi Terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur pada Remaja: Aplikasi Sunrise Model” dapat terselesaikan. Dan tak lupa
pula shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw., yang telah
menyelematkan kita dari zaman kejahiliaan menuju cerahnya iman dan ilmu
pengetahuan.
Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan
dorongan moril serta bantuan dari berbagai pihak. Segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam khusunya kepada orangtuaku
tercinta, Ayahanda H. Bustamin, SKM., M.Kes dan Ibunda Hj. Syamsiah yang
telah banyak memberikan do’a, kasih sayang, bimbingan, nasehat, dukungan,
motivasi, serta pengorbanan baik moril maupun materiil yang tak terhingga
kepada penulis yang tidak mampu terbalaskan sampai akhir hayat.
Pada kesempatan ini penulis merasa patut menghaturkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu khususnya kepada:
1. Prof. Hamdan Juhannis, MA., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
2. Dr. dr. Syatirah Jalaluddin, Sp.A., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan serta para wakil dekan dan staf akademik yang telah bayak
membantu, mengatur, dan mengurus dalam hal administrasi serta bantuan
kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan.
3. Dr. Muh. Anwar Hafid, S.Kep., Ns., M.kes selaku Ketua Prodi Jurusan
Keperawatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan Hasnah, S.Sit.,

iv
S.Kep., Ns., M.Kes selaku sekertaris jurusan keperawatan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, serta para dosen pengajar yang telah banyak
memberikan ilmu yang bermanfaat serta staf prodi keperawatan yang telah
banyak membantu dalam proses administrasi dalam rangka penyusunan skripsi
ini.
4. Dr. Arbianingsih, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing I dan Dr. Risnah,
SKM., S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing II yang dengan ikhlas dan
sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya kepada penulis dalam rangka
penyusunan skripsi baik dalam bentuk bimbingan, arahan, dan pemberian
informasi yang lebih aktual dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Huriati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji utama dan Prof. Darussalam
Syamsuddin, M.Ag selaku penguji agama atas saran dan kritikan serta arahan
dan bimbingan yang diberikan demi menghasilkan karya terbaik dan
bermanfaat bagi penulis dan masyarakat luas.
6. Bapak, ibu dosen program studi ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar yang telah banyak menberikan bekal pengetahuan,
inspirasi dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.
7. Sahabat-sahabatku Sisterfillah (Rulyanis, Sri Wahyuni, Teza Ainun Raisy,
Ulfa Wildana Hasan, Nurul Awaliah, Almasari Kanita, Sry Hartina HM) dan
Sahabat-sahabatku DIRR ( Rani Nisrina, Andi Kadimuddin, dan Rizky
Hikmatullah) serta Sahabatku (Nur Atmasari, Meilinda Nur Khafifa, dan Vilda
Amaliah) atas bantuan, dukungan, dan motivasi selama proses penyelesaian
proprosal ini.
8. Teman-teman seperjuangan keperawatan 2016 EP16LOTIS khusunya
Muslimin A., Mulyana Anwar, dan Putri Yuniar yang telah bersama-sama
melalui rintangan demi rintangan selama perkuliahan hingga sampai saat ini
masa proses penyusunan skripsi, kebersamaannya dalam merangkul satu sama
lain baik suka maupun duka dalam menggapai cita-cita.
9. Orang tercinta yang bersama dalam proses penyusunan skripsi ini, saya
ucapkan banyak terima kasih atas dukungan, nasehat dan perhatiannya hingga
saat ini.

v
Serta semua pihak yang yang telah membantu penulis, dimana nama-
namanya tidak dapat disebutkan penulis satu-persatu. Penulis menguncapkan
banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, besar harapan penulis kepada para pembaca atas konstribusinya baik
berupa saran dan kritik yang membangun demi meningkatkan mutu penulisan
selanjutnya. Akhirul qalam, semoga riset ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin…
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, 07 Agustus 2020


Penulis

Ikrimah Syam

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN............................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................9
E. Kajian Pustaka...................................................................................................10
F. Definisi Operasional...........................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................17
A. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur.................................................................17
1. Definisi Perilaku Konsumsi...........................................................................17
2. Definisi Buah dan Sayur................................................................................17
3. Penggolongan Buah dan Sayur......................................................................18
4. Manfaat dan Kandungan Gizi Buah dan Sayur...........................................18
5. Dampak Kurang Konsumsi Buah dan Sayur...............................................20
6. Kecukupan Konsumsi Buah dan Sayur yang dianjurkan...........................23
7. Penilaian Perilaku Konsumsi........................................................................25
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur. . .28
1. Faktor Teknologi..............................................................................................28
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup...................................................................30
3. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga...........................................................32
4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup...............................................................33
5. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku.................................................35
6. Faktor Ekonomi................................................................................................36
7. Faktor Pendidikan............................................................................................37
C. Remaja................................................................................................................38
1. Definisi Remaja................................................................................................38

vii
2. Perilaku Makan pada Remaja...........................................................................40
3. Kebutuhan Nutrisi pada Remaja.......................................................................42
D. Sunrise’s Model Leininger.................................................................................47
E. Pandangan Islam tentang Kesehatan................................................................52
F. Kerangka Teori..................................................................................................60
G. Kerangka Konsep..............................................................................................61
H. Alur Penelitian....................................................................................................62
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................63
A. Desain Penelitian................................................................................................63
B. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................63
C. Populasi dan Sampel..........................................................................................63
D. Teknik Sampling................................................................................................65
E. Teknis Penelitian................................................................................................66
F. Pengumpulan Data.............................................................................................66
B. Instrumen Penelitian..........................................................................................67
C. Uji Validitas dan Reliabilitas.............................................................................72
D. Pengolahan dan Penyajian Data........................................................................74
E. Analisa Data........................................................................................................75
F. Etika Penelitian..................................................................................................76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................78
A. Gambaran Pengumpulan Data..........................................................................78
B. Hasil Penelitian...................................................................................................78
C. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................................86
D. Keterbatasan Penelitian.....................................................................................96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................98
A. Kesimpulan.........................................................................................................98
B. Saran...................................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................100

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kajian Pustaka....................................................................................... 11

Tabel 1.2 Definisi Operasional.............................................................................. 13

Tabel 3.1 Perhitungan FFQ................................................................................... 72

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner………………………………………....73

Tabel 3.3 Hasil Uji Realiabilitas………………………………………………....74

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan


Usia, Jenis Kelamin, Agama dan Suku di SMP Wilayah Kota Makassar……….78

Tabel 4.2 Distribusi Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja SMP di
Wilayah Kota Makassar………………………………………………………….80

Tabel 4.3 Hasil Uji F (Simultan)………………………………………………...81

Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi………………………………………81

Tabel 4.5 Hasil Uji t (Parsial)……………………………………………………82

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang................................................................... 24


Gambar 2.2 Piring Makanku................................................................................. 24
Gambar 2.3 Leininger’s Sunrise Model Theory.................................................... 48

x
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori..................................................................................... 60

Bagan 2.2 Kerangka Konsep................................................................................. 61

Bagan 2.3 Alur Penelitian...................................................................................... 62

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia seperti kanker,
penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus adalah kurangnya konsumsi buah
dan sayur (WHO, 2016). Global Burden of Desease (GDB) menyatakan
bahwa setiap tahunnya sekitar 1,8 juta kematian terjadi akibat kurangnya
konsumsi buah-buahan dan 3,4 juta kematian akibat dari kuranngya konsumsi
sayuran, kurangya konsumsi buah-buahan dan sayuran adalah salah satu
konstributor utama dari penyakit tidak menular (Forouzanfar et al., 2016).
Kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh kita
kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat dan zat gizi lainnya yang
sangat diperlukan oleh tubuh. Kurang mengkonsumsi buah dan sayur
merupakan perilaku yang dapat merugikan kesehatan karena sebagian vitamin
dan mineral yang terkandung dalam buah dan sayur berfungsi sebagai
antioksidan yang dapat mengurangi kejadian penyakit tidak menular terkait
dengan gizi (Adriani & Meryana, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) secara umum menganjurkan
mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran untuk hidup sehat sejumlah 400
gram perorang per hari, yang terdiri dari 150 gram buah (setara dengan 3 buah
pisang ambon ukuran sedang atau 1 potong papaya ukuran sedang atau 3 buah
jeruk ukuran sedang), dan sayuran 250 gram (setara dengan 2 porsi atau 2
gelas sayur yang telah dimasak atau ditiriskan) (WHO, 2011). Dan bagi
masyarakat Indonesia dianjurkan unutuk mengkonsumsi buah-buahan dan
sayuran untuk balita dan anak usia sekolah sebanyak 300-400 gram/orang/hari
dan untuk remaja dan orang dewasa sebanyak 400-600 gram/orang/hari.
(Kemenkes RI, 2017b)
Masyarakat di dunia belum mengkonsumsi buah dan sayur sesuai yang
direkomendasikan, konsumsi buah dan sayur per kapita di seluruh dunia
menunjukkan bahwa 20-50% di bawah rekomendasi WHO (2011).

1
2

Berdasarkan laporan Center of Desease Control (CDC) rata-rata asupan buah


di Amerika sebanyak 1 kali atau setara 150 gram/orang/hari dan asupan sayur
sebangyak 1,3 kali atau setara dengan 192 gram/orang/hari yang totalnya
342gram/orang/hari yang sudah hampir mencapai ajuran dari WHO (CDC,
2013). Di Thailand memiliki rata-rata asupan buah dan sayur sebanyak 3,7
porsi/hari atau setara dengan 298 gram/orang/hari (Pelterz K, 2012). Dan jika
dibandingkan dengan Indonesia, pada tahun 2016 konsumsi buah dan sayur
43% dari yang direkomendasikan yaitu konsumsi buah di masyarakat
sebanyak 67 gram dan konsumsi sayur d masyarakat lebih banyak dari buah
sebanyak 107 gram/hari artinya masyarakat Indonesia 73,6% mengkonsumsi
buah dan 97,3% yang mengkonsumsi sayur. Total konsumsi buah dan sayur
penduduk 174 gram/orang/hari artinya konsumsi sayur dan buah tersebut
masih rendah (BPS, 2017). Sebanyak 95,5% penduduk kurang mengonsumsi
sayur dan buah, padahal Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya akan
buah dan sayuran. (Kemenkes RI, 2018)
Konsumsi buah masyarakat Indonesia masih relatif rendah dibandingkan
negara lain yang tidak memiliki sumber daya sebagai penghasil buah-buahan
(Marlinda, 2016). Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) rata-rata
konsumsi buah per kapita dalam sehari masyarakat Indonesia pada tahun 2011
sebesar 45,8%. Konsumsi buah pada tahun 2012 hanya mengkonsumsi 45%
sesuai anjuran. Rata-rata konsumsi buah menurun pada tahun 2013 hanya
sebesar 44,56% mengkonsumsi sesuai anjuran, dan tahun 2014 hingga 2017
konsumsi buah mengalami terus penurunan dari 33,6% menjadi 30,1%
dibawah anjuran (BKP, 2018). Konsumsi sayur-sayuran masyarakat Indonesia
pada tahun 2011 sebesar 37,46%. Konsumsi sayuran pada tahun 2012 yaitu
37,72%, sedangkan konsumsi sayuran menurun pada tahun 2013 yaitu sebesar
34,96% (BPS, 2013). Dan pada tahun 2014 hinngga 2017 konsumsi sayur
mengalami penurunan dari 40,4% menjadi 35,1% dibawah anjuran pedoman
gizi seimbang (PGS) (BKP, 2018). Konsumsi buah mengalami penurunan
sebanyak 3,5% dan sayur menurun 5,3%, hal ini menunjukkan bahwa
3

Kurangnya konsumsi buah dan sayur menjadi sebuah tren dalam beberapa
periode terakhir (BPS, 2017).
Berdasarkan kelompok umur hasil dari data Riskesdas tahun 2018 proporsi
konsumsi buah dan sayur kurang dari 5 porsi/hari pada penduduk umur >5
tahun di Indonesia prevalensinya mencapai 95,5% artinya hanya 4,5%
penduduk >5 tahun yang mengkonsumsi buah dan sayur. Sedangkan dari data
Riskesdas tahun 2013, proporsi penduduk >10 tahun kurang konsumsi buah
dan sayur adalah sebesar 93,3%. Hasilnya sangat berbeda dengan hasil
Riskesdas pada tahun 2018, terjadi peningkatan prevalensi sebesar 2,2 % pada
proporsi konsumsi buah dan sayur (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, Provinsi Bali, Di Yogyakarta dan
Sulawesi Tengah merupakan provinsi yang prevalensi kurang konsumsi buah
dan sayur usia > 5 tahun lebih sebesar 89,7% artinya konsumsi buah dan
sayurnya meningkat di daerah tersebut dengan melihat perbedaan dari hasil
data Riskesdas tahun 2013. Jika dibandingkan dengan provinsi Sulawesi
Selatan menunjukkan prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur pada
penduduk umur >5 tahun sebesar 95,5% jauh lebih tinggi dari ketiga provinsi
diatas. Dan hasil data Riskesdas tahun 2013 bahwa Provinsi Sulawesi selatan
menunjukkan prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur pada penduduk >10
tahun sebesar 93,5%, artinya terjadi peningkatan prevalensi sebesar 2%, walau
terbilang peningkatannya masih kecil namun masalah perilaku kesehatan
kurangnya konsumsi buah dan sayur ini belum dapat diselesaikan (Kemenkes
RI, 2018).
Kurangnya konsumsi buah dan sayur menimbulkan berbagai masalah
kesehatan. terdapat 10 besar faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab
kematian global, salah satunya adalah rendahnya konsumsi buah dan sayur.
Kurangnya konsumsi buah dan sayur menjadi penyebab 19% kasus kanker
gastrointestinal, 31% penyakit jantung iskemik, dan 11% pada kasus stroke,
diabetes mellitus, obesitas dan masalah kesehatan yang terkait dengan zat gizi
mikro (WHO, 2011). Hasil penelitian Flaherty et al., (2015) menyatakan
bahwa penyakit kardiovaskuler (CVD) adalah penyebab utama kematian di
4

Inggris, selain perilaku merokok, faktor resiko dari CVD adalah kebiasaan
makan yang buruk seperti kurang mengkonsumsi buah dan sayur, lebih
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak dan gula, tingginya
kolestrol, dan tekanan darah. Penelitian Wang (2014) juga menyatakan bahwa
kurangnya konsumsi buah dan sayur merupakan faktor resiko dari penyebab
semua kematian, terutama pada penyakit kardiovaskuler (96%) dan kanker
(95%), sebaliknya jika mengkonsumsi buah dan sayur sesuai dengan anjuran
WHO yaitu sebanyak 5 porsi atau setara dengan 400 gram buah dan sayur
setiap harinya, dapat menurunkan angka kematian 5% dari penyakit
kardiovaskuler dan kanker. Hal ini juga di dukung oleh penelitian Farid et al
(2016) ketika asupan buah dan sayur tercukupi setiap harinya, maka dapat
menurunkan risiko penyakit tidak menular dan membantu mencukupi
kebutuhan serat harian, menurunkan risiko kanker payudara, mencegah
pembentukan katarak, penyakit paru obstruktif, diverticulosis, dan hipertensi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja yaitu faktor karaktreristik
individu yang terdiri dari jenis kelamin dan kesukaan/preferensi terhadap buah
dan sayur, faktor lingkungan yang terdiri dari uang jajan, ketersediaan buah
dan sayur di rumah, dan pengaruh orangtua (Nurlidyawati, 2015). Hasil
penelitian dari Asih Anggraeni dan Sudiarti (2018) menunjukkan bahwa
faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah dan sayur pada remaja adalah
pengetahuan, self-efficacy, tingkat pengetahuan orang tua khususnya ibu,
pengaruh teman sebaya, dan keterpaparan media massa dan faktor yang paling
dominan dalam konsumsi buah dan sayur yaitu tingkat pengetahuan orangtua,
tingkat pendidikan ibu dan keterpaparan media massa. Memperhatikan pola
makan pada saat remaja sangatlah penting karena budaya dan pengalaman
pada saat remaja sangat menentukan masa dewasa seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian Nemeth et al., (2019) mengatakan bahwa
latar belakang budaya yang kuat pada remaja di Hongaria berpengaruh
terhadap perilaku makan karena mempertahankan bagian yang bermakna dari
nilai-nilai gizi dan sosial mereka, selain itu lingkungan dan sosial juga sangat
5

berpengaruh dalam pengambilan keputusan terkait dengan makanan yang


sehat. Penelitian dari (Nagawa et al., 2018) menunjukkan bahwa faktor social-
ekologi yaitu faktor pengaruh dari teman dan keluarga mempengaruhi perilaku
konsumsi buah dan sayur pada remaja, dimana remaja akan cenderung
mengkonsumsi buah dan sayur jika teman dan keluarga mereka juga
mengkonsumsi buah dan sayur, selain itu ada juga beberapa faktor pendukung
yang mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur yaitu menurut
penelitian Krolner et al., (2011) faktor pendidikan berdasarkan penelitian
dimana hal ini terkait dengan kemampuan sekolah dalam menawarkan
makanan untuk remaja sehingga mempengaruhi konsumsi, berdasarkan
penelitian Sumonja dan Novaković (2013) faktor keyakinan agama dan hal
tabu tidak berdampak negatif terdapat hasil yang signifikan, remaja merasa
lebih cenderung mengkonsumsi buah dan sayur lebih banyak, artinya ada
pengaruh keyakinan agama terhadap konsumsi buah dan sayur pada remaja.
faktor-faktor institusional seperti kebijakan dari pemerintah dan kebijakan
sekolah, keberadaan pendidikan kesehatan yang didapatkan oleh remaja,
perusahaan makanan yang tersedia, dan biaya dari buah dan sayur juga
berpengaruh terhadap konsumsi buah dan sayur pada remaja, hal ini juga
diungkapkan dalam penelitian Liese et al., (2013) dan Gebremariam et al.,
(2016)
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan konsumsi buah dan
sayur yaitu salah satu program pemerintah dari kementrian kesehatan adalah
Indonesia sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dengan
pendekatan keluarga, GERMAS berfokus pada tiga aktifitas utama, yaitu:
memeriksa kesehatan secara rutin, melakukan aktivitas fisik, dan
mengkonsumsi sayur dan buah. Dalam rangka mendukung GERMAS Menteri
Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) mengajak
masyarakat untuk mulai membiasakan diri mengkonsumsi sayur dan buah
setiap hari (Kemenkes RI, 2017a). Menurut penelitian Syam dan Nurfita
(2019) dalam peningkatan konsumsi buah dan sayur dengan pelatihan
pemanfaatan buah dan sayur sebagai salah satu bentuk dukungan dari
6

GERMAS pada kader ‘Aisyiyah Banguntapan Utara, dimana dalam pelatihan


ini para kader diberikan materi tentang GERMAS, praktik pengolahan buah
dan sayur, praktik pemanfaatan lahan dan limbah rumah tangga sebagai media
tanam, dan lain-lainnya. Dalam penelitian Handayani et al. (2018) upaya
meningkatkan konsumsi buah dan sayur pada remaja dengan memberikan
penyuluhan melalui media ular tangga terhadap peningkatan pengetahuan
tentang buah dan sayur, dan dalam penelitian Isnaningsih (2019) menyatakan
bahwa dengan pemberian pendidikan kesehatan melalui media booklet dan
audiovisual tentang konsumsi buah dan sayur untuk meningkatkan
pengetahuan remaja terhadap buah dan sayur.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan
sayur pada studi sebelumnya, ditemukan dalam salah satu model teori
Madelaine Leininger “Transcultural Nursing” yang menggambarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat. Kebudayaan sangat erat
dengan masyarakat, karena budaya yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia
sehingga dalam kehidupan sehari-hari budaya memebatuk pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, kesehatan, seni dan lain-lain
(Pratiwi, 2010). Mengacu kepada esensi budaya, nilai budaya sehat
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan akan keberadaannya sebagai
wujud upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang
ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri,
yaitu mulai dari konsep pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat
penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di
masyarakat, serta kebudayaaan dan teknologi yang berkembang
dimasyarakat. Pemahaman konsep sehat dan sakit tentunya berbeda sisetiap
masyarakat tergantung budaya yang mereka miliki, bahkan budaya juga dapat
mempengaruhi asupan nutrisi seseorang, dimana budaya dapat menentukan
makanan dan kebiasaan makan (Sutria, 2013).
Terdapat 7 faktor dalam teori leininger yang mempengaruhi sosial budaya
terkait dengan perilaku kesehatan, yang terdiri atas faktor teknologi, agama
7

dan falsafah hidup, sosial dan keterikatan keluarga, nilai budaya dan gaya
hidup, kebijakan dan peraturan yang berlaku, ekonomi dan pendidikan
(Leininger, 2002).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah
penduduk cukup tinggi. Berdasarkan data statistik kependudukan, jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 238,5 juta jiwa dan 27,3%
diantaranya adalah anak usia 0-14 tahun (Bappenas, 2013), jumlah tersebut
lebih besar dibandingkan dengan dewasa dan lansia. Dan untuk Penduduk
remaja (10-14 tahun) pada tahun 2017 berjumlah 22.226 jiwa. Penduduk
remaja 10-14 tahun perlu mendapatkan perhatian serius karena usia 10-14
tahun merupakan usia sekolah yang sangat beresiko terhadap masalah
kesehatan (KPPPA, 2018). Peneliti mengambil remaja sebagai subjek
penelitian dengan alasan bahwa remaja dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak pada masa ini sudah terjadi perkembangan kognitif dan
pikiran sehingga mampu menyelesaikan aktivitas yang ada dalam pikirian,
mampu menduga dan memperkirakan yang abstrak. Serta Perkembangan
komunikasi pada remaja sudah mulai dapat bediskusi dan berpendapat dan
bisa berfikir secara konseptual karena pola pikirnya sudah menunjukkan
kearah yang positif (A. A. Hidayat, 2009) sehingga lebih mudah dalam
melakukan penelitian.
Menurut survei makanan individu (SKMI) di Indonesia khususnya
provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 konsumsi buah-buahan dan
olahannya untuk penduduk usia 13-18 tahun sebanyak 22,8 gram/hari dan
usia 19-55 tahun sebanyak 33,7 gram/hari dan konsumsi sayuran dan
olahannya untuk usia 13-18 tahun sebanyak 39,2 gram/hari dan usia 19-55
sebanyak 64,8 gram/hari perorang dari data ini menunjukkan bahwa Sulawesi
Selatan merupakan salah satu provinsi yang perilaku konsumsi buah dan sayur
masih sangat kurang dari yang direkomendasikan. (Siswantoro et al., 2014)
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2007 hingga 2013 bahwa prevalensi
perilaku kurang konsumsi buah dan sayur penduduk dengan usia >10 tahun
khususnya di kota Makassar sebesar 91% , artinya hanya 9% penduduk
8

dengan usia >10 tahun yang mengkonsumsi buah dan sayuran. (Riskesdas,
2013). Berdasarkan hasil SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional)
provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 mengumpulkan data tentang pola
konsumsi penduduk terhadap makanan khususnya buah dan sayur yang
menunjukkan bahwa Kabupaten yang paling tinggi konsumsi makanannya
adalah Kabupaten Pare-pare yaitu 65,5%, dibandingkan dengan Makassar
yang hanya 47,43% (BPS, 2011).
Perilaku kurangnya konsumsi buah dan sayur pada remaja merupakan
salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji untuk mendapatkan solusi agar
masalah kesehatan tersebut dapat teratasi di Indonesia khususnya provinsi
Sulawesi Selatan di kota Makassar adalah salah satu kota yang perilaku
konsumsi buah dan sayurnya yang menurun dan salah satu langkah awal
untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut dengan melakukan penelitian dan
menganalisis faktor yang berkonstribusi terhadap perilaku konsumsi buah dan
sayur melalui pendekatan teori keperawatan Leininger.
Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik melakukan penelitan analisis
faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur
pada remaja berdasarkan pendekatan teori Leininger yang pada akhirnya
perawat dapat menemukan intevensi yang tepat dalam meningkatkan
konsumsi buah dan sayur pada remaja.
B. Rumusan Masalah
Masalah kesehatan perilaku kurangnya konsumsi buah dan sayur pada
remaja belum dapat teratasi di Indonesia khususnya di kota Makassar, melihat
prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur pada usia >5 tahun mengalami
peningkatan yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker,
penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi, obesitas dan penyakit lainnya
yang berkaitan dengan gizi. Beberapa penelitian sebelumnya masih jarang
melihat dari sisi teori keperawatan yang juga sangat berperan penting dalam
peningkatan kesehatan dan pemberian intervensi dalam asuhan keperawatan
sehingga tercapainya kesehatan yang optimal. Oleh karena itu, peneliti akan
melakukan penelitian dan analisis faktor yang berkonstribusi dalam perilaku
9

kosumsi buah dan sayur melalui pendekatan teori keperawatan. Maka dari itu
dirumuskan pertanyaan penelitian “Bagaimana konstribusi faktor-faktr
terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja berdasarkan sunrise
model?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap perilaku
komsumsi buah dan sayur pada remaja berdasarkan teori leininger?
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya konstribusi faktor teknologi terhadap perilaku konsmsi
buah dan sayur pada remaja ?
b. Diketahuinya konstribusi faktor agama dan falsafah hidup terhadap
perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja ?
c. Diketahuinya konstribusi faktor sosial dan keterikatan keluarga
terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja ?
d. Diketahuinya konstribusi faktor nilai budaya dan gaya hidup terhadap
perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja ?
e. Diketahuinya konstribusi faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja ?
f. Diketahuinya konstribusi faktor ekonomi terhadap perilaku konsumsi
buah dan sayur pada remaja ?
g. Diketahuinya konstribusi faktor pendidikan terhadap perilaku
konsumsi buah dan sayur pada remaja ?
h. Diketahuinya faktor yang dominan terhadap perilaku konsumsi buah
dan sayur pada remaja ?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti dan Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti terkait dengan faktor budaya sunrise model yang
berkonstribusi terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur, dan untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi
10

referensi dan acuan dalam menentukan intervensi yang tepat terhadap


masalah kurangnya konsumsi buah dan sayur pada remaja.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi, rujukan,
referensi bagi institudi pendidikan dan mahasiswa terkait dengan faktor
budaya sunrise model yang berkonstribusi terhadap perilaku konsumsi
buah dan sayur pada remaja.
3. Bagi Sekolah Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk mengetahui
faktor budaya dan faktor lain yang terkait dengan Sunrise model terhadap
perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja, serta dapat dijadikan
masukan untuk menerapkan kebijakan tentang hidup sehat para siswa di
sekolah.
4. Bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar
Penelitian ini diharapkan dan menjadi informasi tentang faktor yang
berkonstribusi terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan hasil penelitian sebelumnya yang diuraikan
secara singkat dengan masalah yang sejenis, agar diketahui dimana posisi
penulis. Disini penulis akan menunjukkan beberapa hasil penelitian
sebelumnya sebagai perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan.
(Sugiyono, 2010)
Tabel 1.1 Kajian Pustaka

Sumber Tujuan Metode Hasil Perbedaan dengan


Penelitian Sebelumnya

Nur Asih untuk Desain studi Dari hasil penelitian Perbedaan penelitian ini
Anggraeni & mengetahui cross sectional tersebut dengan penelitian
Trini Sudiarti faktor dominan dan teknik menunjukkan bahwa sebelumnya yaitu:
Jurnal: Faktor yang sampling Terdapat perbedaan 1. lokasi serta luas
Dominan berhubungan stratified yang signifikan (p lokasi penelitian
Konsumsi Buah dengan random value < 0,05) antara yaitu akan dilakukan
dan Sayur pada konsumsi buah sampling preferensi, self- pada remaja yang
Remaja di SMPN dan sayur pada efficacy, tingkat sekolah di kota
98 Jakarta remaja di pendidikan ibu,
11

Sumber Tujuan Metode Hasil Perbedaan dengan


Penelitian Sebelumnya

(Tahun 2018) SMPN 98 pengaruh orang tua, Makassar.


Jakarta dan keterpaparan 2. Teknik pengambilan
media massa dengan sampel dengan
konsumsi buah dan Snowball sampling
sayur pada remaja di 3. Fokus penelitian
SMPN 98 Jakarta. pada analisis faktor
Dan tingkat terhadap perilaku
pendidikan ibu konsumsi buah dan
sebagai faktor sayur pada remaja di
dominan yang kota Makassar
berhubungan dengan menggunakan
konsumsi buah dan Sunrise Model
sayur, setelah
dikontrol oleh
variabel self-efficacy,
aktivitas fisik,
pengaruh orang tua,
keterpaparan media
massa, serta
ketersediaan buah
dan sayur

Windi Kharisma Untuk Desain Studi Dari hasil penelitian Perbedaan penelitian ini
Putra (2016) mengetahui Crossectional tersebut dengan penelitian
Skripsi: Faktor- faktor-faktor Teknik menunjukkan bahwa sebelumnya yaitu:
Faktor Yang yang pengambilan Terdapat hubungan 1. Subjek penelitian
Berhubungan berhubungan sampel yang signifikan (p yang akan dilakukan
Dengan dengan dilakukan value < 0,05) antara pada siswa remaja di
Konsumsi Buah konsumsi dengan cara Pengetahuan Gizi ibu kota Makassar
Dan Sayur Pada buah dan simple random dengan konsumsi 2. Analisis faktor
Anak Sekolah sayur pada sampling buah dan sayur pada terhadap perilaku
Dasar di SDN anak sekolah anak sekolah dasar konsumsi buah dan
Sekaran 1 dan SD dasar SDN Sekaran 1, dan sayur pada remaja di
Negeri Pekunden sehingga adanya hubungan kota Makassar
Semarang dapat yang signifikan menggunakan
digunakan dengan nilai p-value Sunrise Model
sebagai acuan (0,003) antara
untuk pekerjaan ibu dan
meningkatkan ketersediaan buah
konsumsi dan sayur dengan
sayur dan konsumsi buah dan
buah pada sayur pada anak
anak sekolah sekolah dasar SDN
dasar Pekuden.

Nurlidyawati Untuk Desain Studi Dari hasil penelitian Perbedaan penelitian ini
(2015) mengetahui Crossectional tersebut dengan penelitian
Skripsi:Faktor- faktor-faktor Teknik menunjukkan bahwa sebelumnya yaitu:
Faktor Yang yang pengambilan lebih bayak siswa 1. Teknik pengambilan
Berhubungan berhubungan sampel yang perilaku sampel snowball
12

Sumber Tujuan Metode Hasil Perbedaan dengan


Penelitian Sebelumnya

dengan Perilaku dengan perilaku dilakukan konsumsi buah dan sampling


Konsumsi Buah konsumsi buah dengan cara sayur kurang (82,4%) 2. Variabel Independen
dan Sayur Pada dan sayur pada proporsional dibandingkan dengan pada penelitian, yaitu
Siswa kelas VIII siswa kelas VIII random siswa yang perilaku 7 faktor bedesarkan
dan XI SMP 127 dan XI SMP sampling konsumsi buah dan Sunrise Model.
Jakarta Barat 127 Jakarta sayur cukup (17,6%) 3. Lokasi Penelitian di
Tahun 2015 Barat Tahun dan Adanya Kota Makassar
2015 hubungan antara niat
mengkonsumsi buah
dan sayur dengan
perilaku konsumsi
buah dan sayur (p
Value = 0,000)

Nenoban, Dkk Untuk Menggunakan Faktor yang paling Perbedaan penelitian ini
(2018) Jurnal: mengidentifikas kuantitatif signifikan dengan penelitian
Faktor-faktor i faktor-faktor deskriptif berhubungan dengan sebelumnya yaitu:
yang yang dengan rendahnya perilaku 1. Desain Penelitian
berhubungan berhubungan correlation konsumsi buah dan Crossectioal
dengan perilaku dengan study sayur yaitu fast food 2. Teknik pengambilan
konsumsi buah ketersediaan dengan nilai (p Value sampel: snowball
dan sayur pada buah dan sayur, = 0.034) sampling
mahasiswi kesukaan, uang 3. Subjek penelitian
asrama saku, fast food, pada Remaja di kota
universitas pengaruh teman Makassar
kristen satya sebaya, media 3. Analisis faktor
wacana massa/iklan dan terhadap perilaku
pengetahuan konsumsi buah dan
gizi dengan sayur pada remaja di
perilaku kota Makassar
konsumsi buah menggunakan
dan sayur pada Sunrise Model
mahasiswi
asrama UKSW.

Nagawa et al., Untuk menilai Studi Cross- 93,7% dari responden Perbedaan penelitian ini
(2018) faktor-faktor sectional menganggap itu dengan penelitian
yang dengan penting untuk makan sebelumnya, yaitu:
Socio-Ecological mempengaruhi menggunakan buah-buahan dan 1. Analisis faktor
model factors konsumsi buah- teknik sampling sayuran, hanya 47,2% terhadap perilaku
influencing fruit buahan dan stratified memakannya konsumsi buah dan
and vegetable sayuran random mingguan, 23,6% sayur pada remaja di
consumption menggunakan sampling dan setiap minggu dan kota Makassar
among model ekologi simple random 24,6% setelah setiap menggunakan
adolescents in sosial di sampling dua minggu; dengan Sunrise Model
Nakawa division, kalangan pisang sebagai yang 2. Lokasi penelitian di
Kampala Capital remaja di divisi paling banyak. (52. Kota Makassar
City Authority, Nakawa, 5%). Konsumsi buah
Uganda Kampala dan sayuran secara
Capital City bermakna dikaitkan
13

Sumber Tujuan Metode Hasil Perbedaan dengan


Penelitian Sebelumnya

Authority di dengan variabel: jenis


Uganda sekolah yang
didatangi, sikap, dan
diskusi pertemuan
masyarakat

Berdasarkan dari kajian pustaka diatas disimpulkan bahwa beberapa


penelitian diatas menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain
crossectional dan teknik pengambilan sampel dengan stratified random
sampling, simple random sampling, proporsional random sampling, dan
correlation study. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,
yaitu:
1. Penelitian ini merupakan analisis faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumsi buah dan sayur pada remaja dikota Makassar menggunakan
teori culture care Leininger’s
2. Metode penelitian ini studi deskriptif analitik kuantitatif dengan
crossectional
3. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling
pada satu kota, yaitu se-kota Makassar sehingga lebih mewakili
populasi.
4. Jumlah sampelnya lebih banyak dari penelitian sebelumnya
Melihat masih sangat kurang penelitian dengan pendekatan teori
keperawatan sehingga penelitian tersebut membutuhkan pengembangan agar
mendapatkan penanganan yang tepat pada masalah perilaku kesehatan ini.
Dengan demikian penelitian ini dilakukan agar kedepannya perawat lebih
berperan dalam memberikan intervensi yang tepat dalam rangka upaya
peningkatan kesehatan pada remaja di Indonesia khususnya di kota Makassar.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut (Donsu, 2016) yaitu variabel operasional yang
akan dilakukan peneliti sesuai dengan karakteristik yang diamati. Dalam
penelitian ini ada dua variable yang akan diteliti yaitu konsumsi buah dan sayur
14

yang dimaknai sebagai variabel dependen dan factor-faktor teori Leininger


yang terdiri dari 7 faktor yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, sosial dan
keterikatan keluarga, nilai-nilai budaya dan gaya hidup, kebijakan dan
peraturan yang berlaku, ekonomi dan pendidikan yang dimaknai sebagai
variabel independen.
Tabel 1.2 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Indikator/ Alat Ukur Skala Hasil


Operasional Parameter Ukur Ukur
Pengukuran
Variabel
Independen:
1. Teknologi Sarana prasarana 1) Sarana yang Kuesioner Nominal Kategori
yang digunakan Kurang =
memudahkan dalam Nilai >
dalam mengakses Mean -
mendapatkan informasi Standar
informasi tentang 2) Kemudahan deviasi
konsumsi buah dalam (SD)
dan sayur mengakses Cukup =
informasi Mean-SD ≤
Mean+SD
Baik =
Nilai >
Mean+SD
2. Agama dan Suatu simbol 1) Adanya Kuesioner Nominal Kategori:
falsafah hidup yang dijadikan agama yang Agama dan
sebagai landasan, dianut Falsafah
motivasi dan 2) Kepercayaan Hidup (+):
pandangan dalam agama T ≥T mean
melakukan terhadap Agama dan
tindakan konsumsi Falsafah
buah dan Hidup (-)=
sayur T<T mean
3) Pandangan
atau persepsi
tentang
konsumsi
buah dan
sayur
4) Aturan agama
terhadap
konsumsi
buah dan
sayur
3. Sosial dan Keterlibatan 1) Kebiasaan Kuesioner Nominal Kategori
Keterikatan keluarga yang konsumsi Kurang =
Keluarga menentukan buah dan Nilai >
segala bentuk sayur dalam Mean -
tindakan dan keluarga Standar
15

NO Variabel Definisi Indikator/ Alat Ukur Skala Hasil


Operasional Parameter Ukur Ukur
Pengukuran
sikap untuk 2) Ketersediaan deviasi
meningkatkan buah dan (SD)
konsumsi buah sayur di Cukup =
dan sayur rumah Mean-SD ≤
3) Pengambil Mean+SD
keputusan Baik =
dalam Nilai >
memilih Mean+SD
makanan
khususnya
buah dan
sayur
4. Nilai-nilai Suatu 1) Kepercayaan Kuesioner Nominal Kategori:
budaya dan kepercayaan, tentang Nilai
Gaya Hidup kebiasaan, dan konsumsi Budaya
adat istiadat yang buah dan dan Gaya
telah ditetapkan sayur Hidup (+):
oleh peanut 2) Pandangan T ≥T mean
budaya yang baik budaya Nilai
dan buruk dalam terhadap Budaya
mempengaruhi konsumsi dan Gaya
aktivitas sehari- buah dan Hidup (-)=
hari sayur T<T mean
3) Kebiasaan
makan
4) Pantangan
terhadap buah
dan sayur
5) Mitos tentang
buah dan
sayur
5. Kebijakan dan Kebijakan dan 1) Sikap Kuesioner Nominal Kategori
Peraturan yang peraturan yang terhadap Kurang =
Berlaku mempengaruhi kebijakan dan Nilai >
perilaku peraturan Mean -
konsumsi buah terhadap Standar
dan sayur konsumsi deviasi
buah dan (SD)
sayur Cukup =
Mean-SD ≤
Mean+SD
Baik =
Nilai >
Mean+SD
6. Ekonomi Sumber keuangan 1) Sumber dana Kuesior Nominal Kategori
yang digunakan yang Kurang =
dalam memenuhi digunakan Nilai >
asupan buah dan dalam Mean -
sayur membeli Standar
buah dan deviasi
sayur (SD)
2) Dampak Cukup =
16

NO Variabel Definisi Indikator/ Alat Ukur Skala Hasil


Operasional Parameter Ukur Ukur
Pengukuran
penghasilan Mean-SD ≤
terhadap Mean+SD
kesehatan Baik =
3) Penggunaan Nilai >
penghasilan Mean+SD
dakam
memenuhi
asupan buah
dan sayur
7. Pendidikan Tingkat 1) Tingkat Kuesioner Nominal Kategori
pendidikan dan pendidikan Kurang =
pengalaman klien respoden dan Nilai >
dalam menempuh keluarga Mean -
jalur pendidikan 2) Kemampuan Standar
formal terakhir mendapatkan deviasi
pendidikan (SD)
kesehatan Cukup =
Mean-SD ≤
Mean+SD
Baik =
Nilai >
Mean+SD
8. Variabel
Dependen: Kategori:
Perilaku Tindakan 1) Jumlah FFQ Ordinal Kurang
konsumsi Buah responden untuk konsumsi (Frequenc =0,
dan Sayur melakukan buah dan y Food
konsumsi buah sayur setiap Questionn
konsumsi
dan sayur setiap harinya eire) buah <2
hari kali
perhari
dan sayur
<3 kali
perhari,
dan
Cukup=1
jika
konsumsi
≥ 2 kali
perhari
dan sayur
≥ 3 kali
perhari.
17
BAB II`
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

1. Definisi Perilaku Konsumsi

Menurut KBBI (2019) Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu

terhadap rangsangan lingkungan. Dan Konsumsi adalah kegiatan dari

individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya, baik berupa barang produksi,

bahan makanan dan lain-lain (KBBI, 2019a). Dalam penelitian ini,

konsumsi lebih di titik beratkan pada bahan makanan, khususnya sayur dan

buah. Jadi, perilaku konsumsi adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu

untuk memenuhi kebutuhan akan bahan makanan sayur dan buah agar

kecukupan gizi individu terpenuhi.

2. Definisi Buah dan Sayur

Buah dan sayur merupakan kelompok bahan makanan dari bahan nabati

(tumbuh-tumbuhan). Buah` adalah bagian dari tanaman yang strukturnya

mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau

sebagai fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri. Sedangkan sayur adalah

bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Bagian tumbuhan yang dapat

dibuat sayur antara lain daun (sebagian besar sayur adalah daun), batang

(wortel adalah umbi batang), bunga (jantung pisang), buah muda (labu),

sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan

bahan makanan sayur.

Sebagai Negara tropis, Indonesia sangat kaya akan buah dan sayur Oleh

karena itu, patut disayangkan jika konsumsi buah dan sayur masyarakat

masih relatif rendah dibandingkan Negara lain yang bukan penghasil buah

dan sayur (Astawan, 2008).

18
19

3. Penggolongan Buah dan Sayur

a. Penggolongan Buah

Menurut Astawan dan Kasih (2008), berdasarkan ketersediaan di

pasar, buah-buahan dapat dibedakan menjadi:

1) Buah bersifat musiman seperti durian, mangga, rambutan dan lain-

lain.

2) Buah tidak musiman seperti pisang, nanas, alpukat, papaya,

semangka danlain-lain.

Sedangkan berdasarkan prioritas pengembangan, Astawan (2008)

membagi buah-buahan menjadi:

1) Buah prioritas nasional yang meliputi jeruk, mangga, rambutan,

durian dan pisang.

2) Buah prioritas daerah yang meliputi manggis, duku, leci, lengkeng,

salak dan markisa.

b. penggolongan Sayur

Menurut Astawan (2008), berdasarkan bagian tanaman yang dapat

dimakan, sayuran dibedakan menjadi:

1) Sayuran daun seperti kangkung, sawi, katuk dan bayam.

2) Sayuran bunga seperti brokoli dan kembang kol.

3) Sayuran buah seperti terong, cabe, ketimun dan tomat.

4) Sayuran biji muda seperti asparagus dan rebung.

5) Sayuran akar seperti wortel dan lobak.

6) Sayuran umbi keperti kentang dan bawang.

4. Manfaat dan Kandungan Gizi Buah dan Sayur

Buah dan sayur merupakan sumber serat, vitamin A, vitamin C, vitamin

B khususnya asam folat, berbagai mineral seperti magnesium, kalium,


20

kalsium dan Fe, namun tidak mengandung lemak maupu kolesterol. Setiap

buah dan sayur mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang berbeda.

Misalnya belimbing, durian, jambu, jeruk, mangga, melon, papaya,

rambutan, sawo dan sirsak merupakan contoh buah yang mengandung

vitamin C relatif tinggi dibandingkan buah lainnya. Sedangkan jambu biji,

merah garut, mangga matang, pisang raja dan nangka merupakan sumber

provitamin A yang sangat tinggi (Astawan dan Kasih, 2008).

Menurut Sekarindah (2008), kandungan vitamin dan mineral pada buah

dan sayur memang berbeda-beda, tidak saja diantara berbagai spesies dan

varietas, namun juga di dalam varietas sendiri yang tumbuh pada kondisi

lingkungan yang berbeda, iklim, macam tanah dan pupuk, semuanya

berpengaruh terhadap kandungan vitamin dan mineral dalam produk buah

dan ayur yang dihasilkan. Menurut Khomsan, Ali (2008), buah dan sayur

mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Ada dua alas an utama yang

membuat konsumsi buah dan sayur penting untuk kesehatan, yaitu:

1) Buah dan sayur sangat kaya akan kandungan vitamin, mineral dan zat

gizi lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tanpa mengonsumsi

buah dan sayur, maka kebutuhan gizi seperti vitamin C, vitamin A,

potassium dan folat kurang terpenuhi. Oleh karena itu, buah dan sayur

merupakan sumber makanan yang baik dan menyehatkan.

2) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi

tinggi buah dan sayur dapat menurunkan insiden terkena penyakit kronis.

Salah satu studi epidemiologi yang mengkaji secara umum terhadap

perilaku sekelompok masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat Cina,

Jepang dan Korea lebih sedikit terkena kanker dan penyakit jantung

koroner dibandingkan masyarakat Eropa dan Amerika. Hal ini


21

disebabkan karena masyarakat Korea, Jepang dan Cina dikenal sangat

suka mengonsumsi sayuran dan buah-buahan lebih banyak dari Negara

Eropa dan Amerika.

3) Buah-buahan dan sayuran segar juga mengandung enzim aktif yang dapat

mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Komponen gizi dan

komponen aktif non-nutrisi yang terkandung dalam buah dan sayur

berguna sebagai antioksidan untuk menertalkan radikal bebas, anti

kanker dan menetralkan kolesterol jahat. Selain itu, dalam sayuran dan

buah terdapat dua jenis serat yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan

dan mikroflora usus, yaitu serat larut air dan tidak larut air. Serat larut air

dapat memperbaiki performa mikroflora usus sehingga jumlah bakteri

baik dapat tumbuh dengan sempurna. Sedangkan, serat tidak larut air

akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat sebagai pencetus berbagai

macam penyakit. (Khomsan, Dkk, 2008)

5. Dampak Kurang Konsumsi Buah dan Sayur

Beberapa dampak apabila seseorang kurang konsumsi buah dan sayur

menurut Ruwaidah (2007), antara lain:

a. Meningkatkan Kolesterol Darah

Jika tubuh kurang konsumsi buah dan sayur yang kaya akan serat,

makadapat mengakibatkan tubuh kelebihan kolesterol darah, karena

kandungan serat dalam buah dan sayur mampu menjerat lemak dalam

usus, sehingga mencegah penyerapan lemak oleh tubuh. Dengan

demikian, serat membantu mengurangi kadar kolesterol dalam

darah.Serat tidak larut (lignin) dan serat larut (pectin, β-glucans)

mempunyai efek mengikat zat-zat organik seperti asam empedu dan

kolesterol sehingga menurunkan jumlah asam lemak di dalam saluran


22

pencernaan. Pengikatan empedu oleh serat juga menyebabkan asam

empedu keluar dari siklus enterohepatic, karena asam empedu yang

disekresi ke usus tidak dapat diabsorpsi, tetapi terbuang ke dalam feses.

Penurunan jumlah asam empedu menyebabkan hepar harus

menggunakan kolesterol sebagai bahan untuk membentuk asam empedu.

Hal inilah yang menyebabkan serat dapat menurunkan kadar kolesterol.

(Nainggolan dan Adimunca, 2005) Jika konsumsi serat kurang, maka

proses tersebut tidak terjadi dan akan menyebabkan kolesterol darah

meningkat.

b. Gangguan Penglihatan/Mata

Gangguan pada mata dapat diakibatkan karena tubuh kekurangan

giziyang berupa betakaroten. Gangguan mata dapat diatasi dengan

banyak mengonsumsi wortel, selada air, dan buah-buahan lainnya.

(Ruwaidah, 2007)

Kandungan vitamin A dalam buah dan sayur penting untuk

pertumbuhan, penglihatan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit dan infeksi.Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada

cahaya remang.Kecepatan mata beradapatasi setelah terkena cahaya

terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam

darah untuk membentuk rodopsin yang membantu proses melihat.

(Ruwaidah, 2007)

c. Menurunkan Kekebalan

Jika tubuh kekurangan asupan buah dan sayur, maka

imunitas/kekebalan tubuh akan menurun. Buah dan sayur sangat kaya

dengan kandungan vitamin C yang merupakan antioksidan kuat dan

pengikat radikal bebas. Vitamin C juga meningkatkan kerja system


23

imunitas sehingga mampu mencegah berbagai penyakit infeksi bahkan

dapat menghancurkan sel kanker (Silalahi, 2006).

d. Meningkatkan Risiko Kegemukan

Kurang konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan risiko

kegemukan dan diabetes pada seseorang (FAO/WHO, 2004). Buah

berperan sebagai sumber vitamin dan mineral yang penting dalam proses

pertumbuhan. Buah juga bisa menjadi alternatif cemilan (snack) yang

sehat dibandingkan dengan makanan jajanan lainnya, karena gula yang

terdapat dalam buah tidak membuat seseorang menjadi gemuk namun

dapat memberikan energi yang cukup. (Khomsan, 2009)

Sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat

bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan individu. Seseorang

yang mengonsumsi cukup sayuran dengan jenis yang bervariasi akan

mendapatkan kecukupan sebagian besar mkineral mikro dan serat yang

dapat mencegah terjadinya kegemukan. Selain itu, sayuran juga berperan

dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif seperti PJK (Penyakit

Jantung Koroner),kanker, diabetes dan obesitas. (Khomsan, 2009)

e. Meningkatkan Risiko Kanker Kolon

Diet tinggi lemak dan rendah serat (buah dan sayur) dapat

meningkatkan risiko kanker kolon. Penelitian epidemiologis

menunjukkan perbedaan insidenkanker kolorektal di Negara maju seperti

Amerika, Eropa dan di Negara berkembang seperti Asia dan Afrika. Hal

itu dikarenakan perbedaan jenis makanan di Negara maju dan Negara

berkembang tersebut, dimana masyarakat di Negara maju lebih banyak

mengonsumsi lemak daripada di Negara berkembang. (Wang, 2014)


24

6. Kecukupan Konsumsi Buah dan Sayur yang dianjurkan

WHO menganjurkab konsumsi buah dan sayur untuk hidup sehat

sebanyak 400 gram per orang per hari, yang terdiri dari 150 gram buah dan

250 gram sayur. Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayur dan buah

400-500 gram per orang per hari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan

400-600 gram per orang per hari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar

dua-pertiga dari jumlah konsumsi buah dan sayur tersebut adalah porsi

sayur. Menurut WHO/FAO (2003), yang dimaksud dengan 1 porsi sayur

adalah 1 mangkon sayur segar atau ½ mangkok sayur masak dan 1 porsi

buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1 mangkok

buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap “cukup” apabila asupan

buah dan sayur 5 porsi atau lebih perhari. Sedangkan yang dianggap kurang

apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari.

Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014), UU kesehatan no. 36 tahun

2009, masyarakat Indonesia di anjurkan mengkonsumsi 3-5 porsi sayur

yaitu sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sayuran atau ≥ 3 kali

sehari, dan untuk buah masyarakat dianjurkan mengkonsumsi buah 2-3

porsi perhari yaitui sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong porsi atau ≥ 2

kali sehari berupa pepaya atau buah lainnya. (Kemenkes RI, 2014)
25

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi

Seimbang

Sumber: Kemenkes RI tahun 2014

Didalam Tumpeng gizi seimbang (TGS) terdapat 4 pilar prinsip gizi

seimbang diantaranya mengkonsumsi makanan beragam pangan diantaranya

konsumsi buah dan sayur, membiasakan perilaku hidup bersih dengan

menjaga kebersihan diri dan lingkungan, melakukan aktivitas fisik minimal

tiga kali seminggu dan kegiatan memantau dan menimbang berat badan

setiap bulan. TGS dilengkapi dengan gambar pesan cuci tangan sebelum dan

sesudah makan dengan menggunakan air mengalir, olahraga dan minum air

putih minimal 8 gelas perhari. Dapat dilihat semakin ke atas ukuran

tumpeng semakin kecil yang berarti pangan, pada lapis paling atas yaitu

gula, garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu dibatasi.

Gambar 2.2 Piring

Makanku

Sumber: Kemenkes RI

tahun 2014

Piring makanku

mengambarkan tentang anjuran


26

porsi dalam setiap kali makan. Dalam sekali makan jumlah porsi sayuran

dan buah sebanding dengan porsi nasi ditambah lauk-pauk. Sebagian piring

berisi 1/3 porsi lauk pauk dan 2/3 porsi makanan pokok. Sebagiannya lagi

1/3 porsi buah dan 2/3 porsi sayur. Ini menunjukkan bahwa dalam setiap

kali makan sebaiknya konsumsi banyak sayuran dan cukup buah-buahan.

Selain itu ada juga gambar cuci tangan dengan air mengalir dan minum air

putih. Serta anjuran aktivitas fisik minimal 30 menit per hari.(Kemenkes RI,

2014)

7. Penilaian Perilaku Konsumsi

Penilaian Konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan

dalam penetuan status gizi perorangan atau kelompok. Akan tetapi hasil

penilaian konsumsi makanan hanya dapat digunakan sebagai bukti awal

akan kemungkinan terjadi kekurangan gizi pada seseorang atau masyarakat

secara langsung.

Menurut Gibson (2005), secara umum penilaian konsumsi dapat

mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukuoan bahan

makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga bahkan

perorang serta factor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan

tersebut. Penilaian konsumsi dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu tingkat

nasional, rumah tangga dan individu. Berikit beberapa metode penilaian

konsumsi secara kuantitatif tingkat individu.

Menurut Gibson (2005), penilaian konsumsi makanan seseorang dibagi

menjadi beberapa metode, diantaranya:

a. Metode Food Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis

dalam jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dalam periode 24 jam


27

yang lalu. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa recall 24 jam

data yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif. oleh karena itu, untuk

mendapatkan data kuantitatif, mak jumlah konsumsi makanan individu

ditanyakan secara teliti dengan menggunkan alat URT (sendok, gelas,

piring, dan lain-lain). Jika pengukuran dilakukan hanya satu kali (1x24

jam), maka data yang diperoleh kurang representative untuk

menggambarkan kebiasaan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam

sebaiknya dilakukan secara berulang-ualang dengan hari yang berturut-

turut. Akan tetapi beberapa penilitian menunjukkan bahwa minimal 2

kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, mampu menghasilkan gambaran

asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar

tentang asupan harian individu. (Sirahuddin et al., 2018)

b. Estimated Food Records

Metode ini juga disebut “food record” atau “diary record” yang

digunakan untuk mencatat jumlah makanan yang dikonsumsi. Pada

metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan

minum setiap kali sebelum kanan dalam URT (Ukuran Rumah Tangga)

atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4

hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makana

tersebut. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang

mendekati sebenarnya tentang jumlah energy dan zat gizi yang

dikonsumsi oleh individu akan tetapi penggunaan metode cenderung

lebih membebani responden sehingga membuat responden berubah

kebiasaan makanannya terlebih dibutuhkan kejujuran dan kemampuan

responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah yang dikonsumsi.

(Sirahuddin et al., 2018)


28

c. Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas

menimbang dan mencatata seluruh makana yang dikonsumsi responden

selama 1 hari. Penimbanagan ini biasanya berlangsung beberapa hari

tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Perlu

diperhatikan, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga

ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan

yang dikonsumsi. Meski pada umumnya data yang diperoleh lebih akurat

jika menggunakan metode ini, namun dalam pelaksanaannya

memerlukan waktu dan uang yang lebih besar, terlebih dibutuhkan

kerjasama yang baik dengan responden.(Sirahuddin et al., 2018)

d. Food Frequensy Questionnaire (FFQ)

Food Frequency Questionnaire (FFQ) sudah banyak digunakan dalam

berbagai studi epidemiologi. Lembar Food Freqeuncy Questionnaire

(FFQ) memilki dua baguan utama, yaitu daftar nama makanan atau

kelompok makanan tertentu dan urutan waktu konsumsi responden yang

biasanya berada dalam rentan waktu tertentu. Pilihan urutan waktu

konsmusi dalam FFQ biasanya bersifat umum, misalnya sering, kadang-

kadang, dan tidak pernah dan bisa juga digambarkan dengan hitungan

hari yang lebih spesifik seperti dalam rentan waktu mingguan ataupun

bulanan.(Sirahuddin et al., 2018)

Food Frequency Questionnaire (FFQ) ada yang bersifat kualitatif dan

semi kuantitaf. lembaran FFQ kualitatif berisikan daftar nama makanan

atau kelompok makanan dan pilihan waktu konsumsi responden yang


29

dapat dilihat dengan keterangan 1 kali sehari, 2 kali sehari, 3 kali

seminggu, 1 kali sebulan da tidak pernah. Sedangkan semi kuantitatif

adalah lembaran FFQ kualitatif yang ditambahkan dengan ukuran rumah

tangga atau jumlah perjenis makanan sehingga dapat dihitung asupat zat

gizinya. (Sirahuddin et al., 2018)

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Berdasarkan sunrise model terdapat tujuh faktor dimensi budaya dan

struktur sosial yang saling berkaitan yang harus dikaji terlebih dahulu, faktor

ini diasumsikan mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur, yaitu:

1. Faktor Teknologi (Technological Factors)

Faktor teknologi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku individu berdasarkan budaya. Faktor teknologi sebagai sumber

informasi yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi,

mempengaruhi kemampuan. Perkembangan media elektronik dan cetak

pada saat ini telah berkembang sangat pesat. (Leininger, 2002) Informasi

tentang anjuran konsumsi buah dan sayur yang tepat dapat ditemukan di

media elektronik atau cetak.

Menurut Melo (2013) Teknologi kesehatan adalah sarana prasarana yang

memungkinkan individu untuk memilih atau mendapatkan penawaran yang

menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Masalah kesehatan

adalah masalah manusia dalam mencapai berbagai aspek kehidupan

manusia, lingkungan hidup dan budaya. Pemanfaatan teknologi kesehatan

dipengaruhi oleh sikap tenaga kesehatan, kebutuhan serta peminat

masyarakat. Ketersediaan sarana prasarana meliputi: fasilitas informasi,

fasilitas kesehatan, alat, uang, waktu, dan tenaga. Faktor teknologi dalam

keperawatan transkultural meliputi akses terhadap teknologi informasi,


30

akses pada media dan pers, akses pada alat elektronik di lingkungan, dan

akses pada pelayanan kesehatan, dan lain- lain.

Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan manusia untuk

memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan

kesehatan. Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan, maka

perawat perlu mengkaji berupa: persepsi klien tentang penggunaan dan

pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini,

alasan mencari bantuan kesehatan, persepsi sehat-sakit, kebiasaan berobat

atau mengatasi masalah kesehatan. Alasan klien tidak mau operasi dan klien

memilih pengobatan alternatif. (Sutria, 2013)

Teori Mary E. Barasi (2009) dalam (Nurjanah, 2017) menyatakan bahwa

Teknologi mempengaruhi perilaku dalam pemilihan makan, media dan

periklanan adalah contok teknologi yang memberi informasi tentang

beberapa makanan, biasanya makanan yang diproses atau diproduksi di

pabrik dan mungkin kurang baik nilai gizinya karena banyak mengandung

lemak, garam dan gula. Semakin sering diiklankan, semakin dikenalilah

produk tersebut dan semakin banyak pula permintaan akan prosuk tersebut.

Anak dari keluarga berpenghasilan rendah yang sering menonton televisi

paling banyak mengkonsumsi makanan yang diiklankan.

Hasil penelitian Prakoso (2017) menyatakan bahwa pemanfaatan

teknologi informasi berperan dalam membentuk perilaku konsumsi. Dengan

menguasai teknologi, segala informasi dari seluruh dunia dapat diakses

secara mudah, termasuk juga dalam melihat informasi tentang makanan.

Dengan ini teknologi informasi dianggap berpengaruh dalam membentuk

perilaku konsumsi seseorang. Penelitian Prakoso juga di dukung oleh

penelitian Hidayat et al. (2013) yang menyatakan bahwa teknologi


31

informasi salah satunya media sosial berpengaruh terhadap perilaku

konsumsi pada remaja, dimana dengan media sosial masyarakat akan lebih

mudah dan lebih efisien dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari.

Hasil peneltian Rhaisa et al. (2017) menyatakan bahwa melalui intervensi

berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berperan dalam

perilaku konsumsi makanan sehat khususnya konsumsi buah dan sayur pada

remaja, intervensi TIK ini diyakini menjadi jenis platform yang

menyediakan konten yang lebih menarik dan lebih personal Fitur ini sangat

penting untuk promosi perilaku makan yang sehat, karena peserta harus

memasukkan informasi yang diperoleh dalam rutinitas sehari-hari mereka.

Selain itu, game yang dapat meningkatkan motivasi karena mempromosikan

akuisisi kebiasaan makan yang sehat. Manfaat lain dari intervensi TIK

adalah bahwa mereka tidak memakan waktu.

2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (Religious and Philosopical Factors)

Menurut teori Leininger (2002) religiusitas memberikan motivasi yang

sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas

kehidupannya sendiri dan menyebabkan seseorang memiliki sifat rendah

hati dan membuka diri. Agama dan falsafah hidup meliputi adanya agama

yang dianut, cara pandang terhadap penyakit dan cara pengobatan/kebiasaan

agama yang mempunyai efek positif terhadap kesehatan.

Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan

motivasi yang amat realistik bagi para pemeluknya. Sifat realistis

merupakan ciri khusus agama. Agama menyediakan motivasi yang kuat

untuk menempatkan kebenarannya di atas segalanya, bahkan di atas

kehidupan sendiri. (Sutria, 2013)


32

Agama dan falsafah hidup yang dapat dikaji antara lain praktik

keagamaan,konsultasi ke dukun, arti hidup, kekuatan individu, kepercayaan,

spiritualitas dan kesehatan, nilai personal, norma dan kepercayaan agama,

kebebasan berpikir dan berekspresi, nilai institutional, hasil dan prioritas,

peran sosial, komunikasi antar institusi, komunikasi intrasektor, dan lain-

lain (Melo, 2013). Selain itu, menurut Sutria (2013) agama yang dapat

dikaji perawat, seperti: agama yang dianut, kebiasaan agama yang

berdampak positif bagi kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal

putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan, persepsi

klien terhadap kesehatan dan cara beradaptasi terhadap situasi saat ini, cara

pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan penularan

kepada orang lain.

Pendekatan tradisional terhadap pencegahan penyakit berpusat sekitar

agama dan kepercayaan, termasuk praktik seperti membakar lilin, ritual

penebusan, dan sembahyang. Agama sangat mempengaruhi cara seseorang

berupaya untuk mencegah penyakit, dan agama memainkan peran kuat

dalam ritual yang berkaitan dengan perlindungan kesehatan. Agama

menggariskan praktik moral, sosial, dan diet yang dirancang untuk menjaga

penganutnya sehat dan dalam keadaan seimbang. Agama juga memainkan

peran penting dalam persepsi tentang pencegahan penyakit pada

penganutnya. (Sutria, 2013) Hal ini juga didukung dalam teori Mary E.

Barasi (2009) Agama sering menentukan konteks pemilihan makanan secara

luas. Beberapa agama di dunia memiliki peraturan tentang makanan yang

diperbolehkan, dan kapan makanan tersebut boleh atau tidak boleh dimakan.

Hasil Penelitian Santoso et al. (2017) menyatakan bahwa agama dan

keyakinan mempengaruhi pemilihan dan perilaku konsumsi makanan.


33

Agama menjadi faktor yang lebih berpengaruh dalam mengarahkan jalan

spiritual dan jalan orang hidup termasuk motivasi seorang dalam pemilihan

makanan. Penelitian Mulya dan Sumargi (2016) menyatakan bahwa Sself-

regulation (pemikiran individu) salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku konsumsi makanan. Saat seseorang berpikir bahwa dirinya butuh

untuk mengatur perilaku makan agar terus berada dalam kondisi sehat, maka

perilaku itulah yang akan dimunculkan. Jika seseorang mampu mengatur

perilakunya maka orang tersebut dapat dikatakan memiliki self-regulation

yang baik.

3. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga (Khindship and Sosial Factors)

Menurut teori transcultural nursing oleh Leininger (2002) sosial dan

keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung anggota-anggotanya dan

ditunjukan untuk meningkatkan kesehatan dan proses adaptasi. Keluarga

merupakan bagian dari dukungan sosial yang berfungsi sebagai sistem

pendukung anggota-anggotanya dan ditunjukan untuk meningkatkan

kesehatan dan proses adaptasi. Setiap anggota keluarga memiliki beberapa

peran dalam keluarga antara lain motivator, edukator, dan fasilitator. Kepala

keluarga atau suami berperan penting di dalam suatu keluarga termasuk

memberikan motivasi, edukasi, dan memfasilitasi istri dalam menyediakan

buah dan sayur di rumah. (Efendi dan Makhfudli, 2009)

Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat

adalah nama lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau

tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan

keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga,

kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga,


34

kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat, misalnya ikut kelompok olah

raga atau pengajian. (Sutria, 2013)

Hasil penelitian Nagawa et al. (2018) menyatakan bahwa faktor sosial

yaitu pengaruh teman sebaya dan keluarga akan lebih cenderung

mengkonsumsi buah dan sayur ketika teman-teman dan keluarga merka juga

mengkonsumsi, sebaiknya orangtua menciptakan lingkungan yang

mendukung melalui peningkatan ketersediaan sayur dan buah di rumah agar

anggota keluarga lainnya dapat mengonsumsi sayur dan buah dengan cukup.

Hal ini juga didukung dalam teori Mary E. Barasi (2009) pemilihan

makanan dipengaruhi oleh teman sebaya bahwa melalui tekanan oleh teman

sebaya (peer pressure) dan memperkuat keyakinan orang tersebut tentang

makanan. Sehingga pilihan makanan berdasarkan jenis kelamin: beberapa

makanan dipandang lebih “maskulin” (daging berwarna merah, bir),

sedangkan yang lain lebih “feminism” (salad, anggur putih).dan pengaruh

dari keluarga terhadap perilaku pemilihan makanan itu karena katersediaan

buah dan sayur serta motivasi dan kebiasaan dari keluarga mengkonsumsi

makanan yang sehat khususnya buah dan sayur.

4. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural values and Lifeways

Factors)

Menurut KBBI (2019b) nilai budaya adalah abstrak mengenai masalah

dasar yang sangat penting dab bernilai dalam kehidupan manusia.

Sedangkan, gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari sekelompok

manusia dalam masyarakat. Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam

diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap

buruk. Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan

oleh penganut budaya yang dianggap baik dan buruk. (Sutria, 2013)
35

Budaya merupakan norma atau tindakan dari anggota kelompok yang

dipelajari, dan dibagi serta memberikan petunjuk berfikir, bertindak, dan

mengambil keputusan (Leininger, 2002). Office of Minority Health (OMH)

menggambarkan budaya sebagai ide-ide, komunikasi, tindakan, kebiasaan,

kepercayaan, nilai-nilai, dan adat istiadat dari kelompok ras, etnik, agama,

atau sosial (Perry and Potter, 2009).

Menurut Melo (2013), hal yang perlu dikaji antara lain: kepercayaan

tertentu, tanggung jawab terhadap kesehatan, mitos tentang pengobatan dan

perawatan, persepsi tentang tenaga kesehatan, referensi budaya, ras dan

etnik tertentu, akses ke informasi dan budaya, pengetahuan, sikap, kebiasaan

tertentu, aktifitas fisik, kebiasaan makanan, kebersihan, pandangan budaya,

hiburan dan rekreasi, alternatif gaya hidup, dan lain-lain.

Menurut Sutria (2013) hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-

nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan misalnya ketua adat

atau direktur, bahasa yang digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan

klien, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang

berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan

persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila

sudah tergeletak dan tidak dapat ke sekolah atau ke kantor.

Hasil penelitian Nemeth et al. (2019) menyatakan bahwa latar belakang

budaya yang kuat mempengaruhi perilaku makan siswa di Hongaria, dimana

siswa mempertahankan bagian yang bermakna dari nilai-nilai gizi pada

makanan yang mereka makan, dengan makanan sehat seperti daging ayam,

buah dan sayuran merupakan pertanda baik untuk meningkatkan kesehatan

meraka. Sedangkan hasil penelitian Nagawa et al. (2018) menyatakan

bahwa di Authority, Uganda budaya ataupun kepercayaan terhadap hal-hal


36

tabu terhadap konsumsi buah dan sayur tidak ada pengaruhnya dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di kotanya.

Hal ini juga di dukung dalam teori Mary E. Barasi (2009) yang

mengatakan bahwa budaya adalah penentu utama dari pemilihan makanan,

budaya memberikan dan memperkuat identitas dan rasa memiliki, dan

mempertegas perbedaan dari budaya lain. Budaya mendefinisikan apa yang

dapat diterima sebagai makanan, dan mungkin mengidentifikasi

subkelompok mana yang dapat mengkonsumsi makanan tersebut.

Hasil studi (WFP, 2017) menyatakan bahwa kebiasaan remaja dalam

memilih makan didapatkan bahwa remaja hanya menjadikan buah sebagai

camilan dan sayur menjadi pendamping makanan utama, ketika di sekolah

lebih banyak mengkonsumsi makanan yang berkalori dan lemak yang tinggi

dan sangat jarang di barengi konsumsi buah dan sayuran, bahkan remaja

mengatakan lebih sering makan cemilan snack, makanan cepat saji serta

makanan yang tidak sehat yang banyak tersedia di lingkungan mereka

terutama di sekolah. Hasil penelitian French et al. (2001) menyatakan

bahwa perilaku konsumsi fast food lebih banyak pada remaja sekitar 65%

dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi, semakin seringnya remaja

mengkonsumsi fast food dapat menjadi penghalang untuk pemilihan

makanan yang sehat utamanya buah dan sayur.

5. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku (Political and Legal Factors)

Kebijakan dan peraturan pemerintah, rumah sakit atau intansi kesehatan

yang berlaku, institusi pendidikan dan segala sesuatu yang mempengaruhi

kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrews, M.

M. dan Boyle, 2012). Misalnya, peraturan dan kebijakan yang berkaitan

dengan konsumsi buah dan sayur dalam memenuhi anjuran pedoman gizi
37

seimbang, adanya program health education dari instansi kesehatan tentang

pentingnya konsumsi makanan yang sehat, adanya kebijakan dari institusi

pendidikan untuk mengkonsumsi makanan yang sehat khususnya buah dan

sayur.

Hasil penelitian Nagawa et al. (2018) menyatakan bahwa kebijakan dan

peraturan yang ada tentang mengkonsumsi buah dan sayur baik itu dari

pemerintah, maupun dari sekolah mempengaruhi perilaku konsumsi buah

dan sayur pada remaja, ketika pemerintah lebih menegaskan tentang

pentingya konsumsi buah da sayur dan adanya program dari sekolah

penyediaan buah dan sayur secara gratis, hal itu memungkinkan keinginan

remaja mengkonsumsi buah dan sayur lebih banyak.

6. Faktor Ekonomi (Economical Factors)

Teori transcul\tural nursing menjelaskan bahwa faktor yang

mempengaruhi nilai ekonomi seseorang adalah pemasukan dalam keluarga,

sumber penghasilan lain, asuransi kesehatan, dampak penghasilan terhadap

kesehatan (Andrews, M. M. dan Boyle, 2012). Faktor ekonomi yang perlu

dikaji adalah pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, kebiasaan

menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan. (Pratiwi, 2010)

Menurut Mary E. Barasi (2009) Dalam kelompok budaya atau agama

manapun, akses terhadap makanan (kemampuan memperoleh makanan

khususnya buah dan sayur) dalam hal uang atau barang penukar merupakan

faktor kritikal dalam menentukan pilihan makanan. Semakin tinggi status

ekonominya, semakin banyak jumlah dan jenis makanan yang dapat

diperoleh. Sebaliknya, orang yang hidup dalam kemiskinan atau

berpenghasilan rendah memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk

memilih makanan. Ini mungkin merupakan akibat dari tidak tersedianya


38

makanan di daerah mereka, kurangnya uang untuk membeli makanan, atau

keduanya.

Hasil penelitian Lestari (2013) menyatakan bahwa pendapatan orang tua

yang tinggi mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja

lebih besar dibandingkan dengan pendapatan orangtua yang kurang, karena

ketidak mampuan untuk membeli buah-buahan dan sayur yang mungkin

mereka tahu manfaatnya.

7. Faktor Pendidikan (Education Factors)

Menurut KBBI (2019c) pendidikan merupakan tingkat pendidikan

formal tertinggi yang telah dicapai oleh seseorang. Latar belakang

pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur

pendidikan formal tertinggi saat ini. di dalam proses menempuh pendidikan

tersebut terjadi suatu proses eksperimental. Suatu proses menghadapi dan

menyelesaikan masalah yang dimulai dari keluarga dan selanjutnya

dilanjutkan pada pendidikan di luar keluarga. (Leininger, 2002) Semakin

tinggi pendidikan klien maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti

ilmiah yang rasional dan dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang

sesuai dengan kondisi kesehatannya. (Pratiwi, 2010)

Mary E. Barasi (2009) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi makanan, faktor ini

menentukan besarnya perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

makanan dan gizi, dan seberapa jauh masalah kesehatan menentukan pilihan

makanan khusunya pada buah dan sayur. Semakin tinggi tingkat pendidikan

mempengaruhi kesadaran tentang menjaga kesehatan.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat pendidikan dalam keluarga

khusunya ibu mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur pada


39

anaknya, pendidikan sangat berpengaruh terhadap kualitas bahan makanan

yang dikonsumsi. semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin

positif sikap seseorang terhadap gizi makanan sehingga semakin baik pula

konsumsi bahan makanan sayur dan buah dalam keluarga.

C. Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis, pertumbuhan

pada usia anak-anak relatif terjadi dengan kecapatan yang sama dialami oleh

pertumbuhan remaja, peningkatan pertumbuhan yang disertai perubahan

hormonal, kognitif dan emosional. Semua masa perubahan ini

membutuhkan zat gizi secara khusus. (Istiany dan Rusilanti, 2013)

Masa remaja adalah tahap perkembangan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia (Adisti, 2010). Massa remaja merupakan masa

terjadinya perubahan yang berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik,

kognitif, dan psikososial. Masa ini merupakan masa peralihan dari anak-

anak menuju remaja yang ditandai dengan banyak perubahan, diantaranya

perubahan hormone, massa otot, jaringan lemak tubuh. Perubahan tersebut

mempengaruhi kebutuhan gizi. Selain itu kebutuhan gizi pada remaja juga

dipengaruhi oleh faktor psikologis (Adriani & Meryana, 2012). Remaja

merupakan salah satu kelompok usia yang paling rentan setelah ibu hamil

dan balita jika kurang mengkonsumsi buah dan sayur (Arisman, 2010).

Periode ini merupakan saat yang tepat untuk membangun tubuh dan

menanam kebiasaan pola makan yang sehat, karena jika sejak remaja pola

makan seseorang sudah tidak sehat, maka hal tersebut akan berdampak pada

kesehatan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, membiasakan pola
40

makan sehat pada remaja menjadi penting sebagai upaya untuk mencegah

munculnya masalah-masalah kesehatan pada masa dewasa dan tua nanti.

(Wulansari, 2009)

Usia remaja merupakan tahap dimana anak tumbuh dan berkembang

dengan sangat pesat. Anak perempuam usia 11 tahun sudah memasuki

pubertas dan anak laki-laki pada usia 12 tahun. Untuk pemenuhan

kebutuhan perkembangan yang sangat cepat tersebut naka dibutuhkan

nutrisi esensial, yaitu lebih banyak protein, karbohidrat, vitamin dan

mineral. Asupan nutrisi remaja harus seimbang dari beberapa kelompok

makanan termasuk buah dan sayuran. Selain itu, remaja juga membutuhkan

susu (kalsium) dan protein dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan

pertumbuhan tulang dan otot (Arbianingsih dan Huriati, 2013).

Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada

pada usia antara anak-anak dan dewasa. Batasan remaja dalam hal ini adalah

usia 10 sampai 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization

(WHO). Menurut Brown et al. (2005) dalam (Lestari, 2013) dalam hal

tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial

dan seksual, semua remaja akan mengalami tahap berikut:

a. Masa remaja awal/ dini (early adolescenes): usia 11-14 tahun

Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat, di masa ini

pengaruh teman sebaya sangat kuat, dan dimasa ini juga terjadi

perkembangan kognitif yang didominasi oleh konsentrasi dalam berpikir,

ego dan dorongan perilaku.

b. Masa remaja pertengahan (middle adolescenes) usia 15-17 tahun

Pada masa ini ditandai dengan perkembangan emosi dan independensi

dari keluarga terutama orangtua. Mereka juga mulai lebih memperhatikan


41

lingkungan sosial sekitarnya yang buat nereka lebih sering menghabiskan

waktu bersama dengan teman sebaya di luar rumah. Dan dimasa ini peran

teman sebaya juga berpengaruh terhadap penilaian makanan. Penielaian

makanan didasarkan atas kesamaan dengan teman daripada kebutuhan

mereka

c. Masa remaja lanjut (late adolescenes) usia 18-21 tahun

Pada masa ini terjdi perkembanagan jati diri, dan kepercayaan moral

individu karena ketergantungan dengan teman sebaya mulai berkurang.

Mereka lebih percaya diri dan mamapu dalam menangani kehidupan

sosialnya sendiri, mereka juga lebih memikirkan minat dan tujuan masa

depan mereka, lebih stabil dan mampu membuat keputusan.

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa,

ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai

dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi untuk remaja

wanita dan mimpi basah untuk remaja pria. Pada masa remaja

pertumbuhan fisik terjadi sangat cepat. (A. A. Hidayat, 2009)

Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab.

Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena

peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua, perubahan gaya hidup dan

kebiasaan makan makan pada remaja mempengaruhi baik asupan

maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja yang mempunyai kebutuhan

gizi khusus yaitu remaja uang aktif dalam kegiatan olahraga, menderita

penyakit kronis, melakukan diet secara berlebihan, pecandu alcohol dan

obat terlarang. (Almatsier, 2011)

2. Perilaku Makan pada Remaja


42

Usia remaja merupakan usia di mana terdapat perubahan-perubahan

hormonal, perubahan struktur fisik dan psikologis mengalami perubahan

drastis. Masa remaja yang menjembatani periode kehidupan anak dan

dewasa yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun.

Masalah gizi yang utama dialami oleh para remaja diantaranya yaitu

anemia defisiensi zat besi, kelebihan berat badan/ obesitas dan

kekurangan zat gizi. Hal ini berkaitan dengan marak dan meningkatnya

konsumsi makanan olahan yang nilai gizinya kurang, namun memiliki

banyak kalori sebagai faktor pemicu obesitas pada usia remaja.

Konsumsi jenis-jenis junk food menyebabkan para remaja rentan sekali

kekurangan zat gizi serta perubahan patologis pada remaja yang terlalu

dini. (Istiany dan Rusilanti, 2013)

Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak

pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya setelah dewasa dan

berusia lanjut. Kekurangan zat besi akan menimbulkan anemia dan

keletihan, kondisi yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut

kesempatan bekerja. Remaja membutuhkan lebih banyak zat besi dan

wanita lebih banyak lagi untuk mengganti zat besi yang hilang bersama

darah haid. Dampak negatif kekurangan mineral kerap tidak kelihatan

sebelum mereka mencapai usia dewasa. Contohnya kalsium sangat

penting dalam pembentukan tulang pada usia remaja dan dewasa muda.

Kekurangan kalsium selagi muda merupakan penyebab osteoporosis pada

usia lanjut, dan keadaan ini tidak dapat ditanggulangi dengan

meningkatkan konsumsi zat ini ketika tanda penyakit ini tampak.

Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan

pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja


43

cenderung berlanjut hingga kemasa dewasa dan lansia. Sementara

obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit

degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, artritis, penyakit

kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan,

dan berbagai gangguan kulit. (Arisman, 2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan pada remaja

menurut teori Lawrence Green (1980) dalam (Nurjanah, 2017) terdapat 3

faktor utama, yaitu:

a. Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi,

agama, budaya, dan sebagainya.

b. Factor Pendukung (Enabling factor)

Faktor pendukung adalah faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor

pendukung adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

prilaku makan, seperti uang saku dan aktivitas.

c. Factor Pendorong (Reinforcing factor)

Faktor pendorong adalah faktor yang memperkuat atau mendorong

seseorang untuk berprilaku, yang berasal dari orang lain seperti teman,

iklan/ media massa.

3. Kebutuhan Nutrisi pada Remaja

Menurut Arbianingsih dan Huriati (2013) Usia remaja merupakan

tahap dimana anak tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat.

Kebutuhan nutrisi remaja relatif lebih besar karena pertumbuhan lebih


44

cepat terutama penambahan tinggi badan. Perbedaan kebutuhan gizi anak

laki-laki dan perempuan dikarenakan anak laki-laki lebih banyak

melakukan aktifitas fisik sehingga membutuhkan energi yang lebih

banyak, sedangkan perempuan sudah masuk usia baligh sehingga

membutuhkan protein dan zat besi yang lebih banyak.

Golongan ini disebut golongan anak yang biasanya mempunyai

banyak perhatian dan aktivitas diluar rumah sehingga melupakan waktu

makan. Makanan remaja seperti makanan orang dewasa. Bertambahnya

berbagai ukuran tubuh pada proses tumbuh, salah satunya dipengaruhi

oleh faktor nutrisi pada makanan. (Arisman, 2010)

Hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan karakteristik remaja

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi menurut Arbianingsih dan Huriati

(2013), yaitu:

a. Teman sebaya atau kelompok/ group yang akan mempengaruhi pola

makan anak

b. Anak sering tidak sempat makan dirumah karena banyaknya aktivitas

diluar rumah, baik sekolah, di krlompok, di klub olahraga maupun

kegiatan yang lainnya, sehingga mereka akan makan di waktu luang

antara aktivitas.

c. Kemungkinan anak akan meninggalkan satu waktu makan karena

kesibukan melakukan aktivitas.

d. Anak lebih menyukai makanan ringan

e. Beberapa anak perempuan mungkin telah memperhatikan bentuk

badannya sehingga pola makannya akan diatur dan dibatasi. Beberapa

anak lainnya yang mengalami stress sehingga sebagai pelariannya

adalah makan yang berlebih.


45

Pemenuhan kebutuhan perkembangan pada usia remaja yang sangat

cepat itulah membutuhkan nutrisi yang esensial, yaitu:

a. Protein

Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot, darah,

kulit dan jaringan serta organ tubuh. Pada remaja , fungsi terpenting

protein adalah untuk pertumbuhan. Protein hewani mempunyai mutu

protein yang lebih baik dibandingkan protein nabati karena susunan

asam aminonya lebih lengkap.

Kebutuhan protein pada remaja meningkat karena proses tumbuh

kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas/kurang,

protein akan digunakan sebagai energi. Kebutuhan protein untuk

remaja laki-laki di usia 10-12 tahun sebesar 40 g/hari, usia 13-15

tahun 60 g/hari, usia 16-18 tahun sebesar 65 g/hari. Sedangkan

kebutuhan protein untuk remaja perempuan di usia 10-12 tahun

sebesar 50 g/hari, usia 13-15 tahun 57 g/hari, usia 16-18 tahun 50

g/hari. Sumber protein hewani terdapat dalam telur, ikan, daging,

unggas, susu dan hasil olahannya. Sedangkan sumber protein nabati

pada kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan

susu kedelai. (Kurniasih, dkk. 2010)

b. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi, penyerapan beberapa

vitamin, selain itu lemak juga berfungsi untuk pertumbuhan terutama

sel otak. Kebutuhan lemak yang dianjurkan 15-20% jumlah energi

total berasal dari lemak. Lemak dibedakan menjadi lemak nabati dan

hewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan sedangkan

lemak hewani berasal dari hewan termasuk ikan, telur dan susu.
46

Khusus untuk remaja perempuan perlu diperhatikan asupan zat besi

dan folat, vitamin A, C dan berbagai vitamin B, agar terhindar dari

anemia dan masalah gizi lain (Kurniasih, dkk. 2010)

c. Karbohidrat

Asupan karbohidrat secara tidak langsung berperan dalam proses

pertumbuhan. Konsumsi karbohidrat akan disimpan dalam tubuh

dalam bentuk glikogen atau lemak tubuh. Sumber utama karbohidrat

berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit yang berasal dari

hewani. 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal.

Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi utama dalam

susunan menu untuk remaja. Remaja perlu mengkonsumsi karbohidrat

yang cukup sebagai zat tenaga agar mampu menjalani aktivitas yang

cukup banyak. Karbohidrat merupakan kecukupan energi yang

diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metabolisme tubuh.

Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses

metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk menetahui kecukupan

energi dapat dilihat dari BB-nya. (Kurniasih, dkk. 2010)

Anak perempuam usia 11 tahun sudah memasuki pubertas dan anak

laki-laki pada usia 12 tahun. Kebutuhan kalori remaja laki-laki usia

11-14 tahun sebesar 60 kkal/kgBB/hari,remaja laki-laki usia 15-18

tahun membutuhkan kalori sebesar 42 kkal/kgBB/hari, remaja

perempuan uaia 11-14 tahun membutuhkan kalori sebesar 48

kkal/kgBB/hari dan remaja perempuan usia 15-18 tahun

membutuhkan kalori sebesar 38 kkal/kgBB/hari.

d. Vitamin dan mineral


47

Vitamin dan mieral dibutuhkan dalam jumlah kecil daripada

protein, lemak dan karbohidrat tetapi sangant esensial untuk tubuh.

Keduanya mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara

keseluruhan.

Terdapat 2 golongan vitamin yaitu vitamin larut dalam lemak dan

vitamin larut air. Vitamin yang larut lemak adalah vitamin a, d, e, dan

k, sedangkan vitamin yang larut dalam air adalah vitamin b kompleks

(tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, dan vitamin b12) dan vitamin c.

Mineral yang dibutuhkan dalan tubuh jauh lebih dari 100 mg

sehari. Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan

fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan organ, maupun fungsi

tubuh secara keseluruhan.(Arisman, 2010)

e. Kalsium

Kalsium merupakan unsur mineral penting yang paling banyak

terdapat dalam tubuh. Sumber kalsium adalah susu dan hasil

olahannya, ikan kecil-kecil yang dimakan dengan tulangnya, ikan

kalengan, bayam, daun melinjo, sawi, daun katuk dan tahu. (Istiany

dan Rusilanti, 2013)

f. Fosfor

Fosfor berfungsi dalam pembentukan dan perkembangan tulang

dan gigi, pembentukan komponen sel yang esensial berperan dalam

pelepasan energy karbohidrat dan lemak, serta memperhatikan

keseimbangan cairan tubuh. Sumber fosfor terdapat dalam daging,

ikan, telur, keju dan gandum.(Arisman, 2010)

g. Besi (Fe)
48

Zat besi berfungsi sebagai sistem enzim, serta merangsang

produksi dan fungsi sel darah merah. Sumber zat besi terdapat dalam

daging, ikan dan sayuran hijau.

h. Seng (Zn)

Di dalam tubuh seng berperan penting dalam proses pertumbuhan

tulang. Seng dapat meningkatkan absorpsi vitamin A, tetapi

menurunkan absorpsi kalsium. Sumber seng adalah kerang, daging,

unggas, ikan laut, keju, susu, kacang-kacangan dan serealia.(Arisman,

2010)

D. Sunrise’s Model Leininger

Keperawatan transkultural merupakan salah satu area utama dalam

keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis budaya dan

sub-budaya yang berbeda di dunia sehingga dapat memberikan perilaku caring.

Pelayanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, dan pola

tingkah laku yang tujuannya mengembangkan body of knowledge yang ilmiah

dan humanistic guna memebri tempat praktik keperawatan berdasarkan budaya

tertentu dan budaya yang universal. Teori traskultural menekan kepada

pentingnya peran perawat untuk mengetahui dan memhami budaya klien, baik

itu individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat. Hal ini dapat mencegah

terjadinya culture shock ataupun culture imposition. (Risnah, 2018)

Leininger (2002) menggambarkan teori keperawatan traskultural matahari

yang biasa disebut Sunrise’s Model. model ini menggambarkan keberagaman

budaya dalam kehidupan sehari-hari dan menjelaskan alasan mengapa

pengkajian budaya harus dilakukukan secara komperhensif. Model tersebut


49

beranggapan bahwa nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan dan praktik

merupakan hal yang tidak dapat diubah dalam budaya dan dimensi struktural

sosial masyarakat, termasuk didalamnya konteks lingkungan, bahasa dan

riwayat etnik (Perry and Potter, 2009).

Tujuan teori ini adalah untuk mengetahui perawatan yang beranekaragam

kepada manusia dan bersifat universal yang berhubungan dengan pandangan

panitia, struktur sosial dan dimensi lainnya. Kemudian untuk mengetahui adat-

istiadat, untuk memberikan perawatan budaya yang sama untuk orang-orang

yang berbeda atau yang memiliki budaya sama, untuk mempertahankan atau

memperoleh keadaan yang baik, sehat menghadapi kematian dengan cara yang

tepat sesuai dengan budaya mereka.(Leininger, 2002)


50

Gambar 2.3 Leininger’s Sunrise Model to Depict Dimensions of the Theory of


Culture Care Diversity and Universality (Leininger 2002)
Trancultural Nursing Theory merupakan disiplin ilmu yang ditemukan oleh

Madeleine Leininger. Teori ini menekankan konsep yang berhubungan dengan

budaya, nilai-nilai, keyakinan, dan praktik individu atau kelompok budaya

yang sama atau berbeda, dengan tujuan untuk memberikan praktik budaya

perawatan spesifik dan universal untuk kesehatan dan kesejahteraan orang atau

untuk membantu mereka menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan.

(Leininger, 2002)

Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan

dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayaan dan

penelitian ilmiah. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk

mengidentfikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya

klien. (Giger dan Davidhizar, 2013)

Sunrise model Leininger merupakan suatu teori yang diaplikasikan dalam

praktik transcultural nursing. Menurut Leininger, konsep utama dalam

keperawatan transkultural adalah sebagai berikut:


a. Culture Care

Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan

diturunkan serta diasumsikan yang dapat membantu mempertahankan

kesejahteraan serta meningkatkan kondisi dan cara hidupnya.

b. World View

Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang kehidupannya

sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai.

c. Culture and Social Structure Dimention

Pengaruh dari faktor-faktor budaya tertentu (sub budaya) yang mencakup

religius, kekeluargaan, politik dan legal, ekonomi, teknologi dan nilai


51

budaya yang saling berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi

perilaku dalam konteks lingkungan yang berbeda.

d. Generic Care System

Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu, mendukung,

memperoleh kondisi kesehatan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas

hidup untuk menghadapi kecacatan dan kematiannya.

e. Profesional System

Pelayanan profesional yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan

yang memilki pengetahuan dari proses pembelajaran di institusi pendidikan

formal serta melakukan pelayanan kesehatan secara profesional.

f. Cultural Care Preservation

Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan profesional untuk

mengambil keputusan dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada

individu atau kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan,

sembuh dan sakit, serta mampu menghadapi kecacatan dan kematian.

g. Cultural Care Accommodation

Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang dengan budaya

tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap tindakan dan pengambilan

kesehatan.

h. Cultural Care Repattering

Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan pengambilan

keputusan profesional yang dapat membawa perubahan cara hidup

seseorang.
52

i. Culture Congruent / Nursing Care

Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nila-nilai budaya/ keyakinan dan cara

hidup individu/ golongan atau institusi dalam upaya memberikan asuhan

keperawatan yang bermanfaat. (Pratiwi, 2010)

Dalam teori Leininger sunrise model, terdapat 7 faktor dimensi budaya dan

struktur sosial yang saling berkaitan yang harus ddi kaji terlebih dahulu, yaitu:

a. Faktor Teknologi (Technological Factors)

b. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (Religious and Philosophical Factors)

c. Faktor Sosial dan Keterikatan Kekeluargaan (Kindship and Sosial Factors)

d. Faktor Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Values and Lifeways)

e. Faktor Kebijakan dan Peraturan Rumah Sakit yang berlaku (Political and

Legal Factors)

f. Faktor Ekonomi (Economical Factors)

g. Faktor Pendidikan (Education Factors)

Ada tiga tipe tindakan keperawatan yang diangkat Leininger yaitu:

1. Cultural Care Preservation or Maintenance\

Yaitu tindakan membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena

budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya

hidup yang diinginkan. Prinsip ini juga memungkinkan tindakan dan

keputusan yang membantu klien dari budaya tertentu untuk

mempertahankan/ melestarikan nilai-nilai perawatan yang relevan, sehingga

mereka dapat menjadi lebih baik, pulih dari penyakit, atau menghadapi cacat

dan atau kematian. (Gonzalo, 2011)

Mempertahankan budaya dilakukan apabila budaya pasien tidak

bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan

diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan dengan yang telah dimiliki
53

oleh klien, sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status

kesehatannya, misalnya budaya makan buah sebelum makan makanan yang

berat kandungan karbohidratnya.

2. Cultural Care Accommodation or Negotiation

Yaitu tindakan negosiasi, mendukung, membantu memfasilitasi, atau

memperhatikan fenomena budaya yang merefleksikan cara-cara untuk

beradaptasi, memungkinkan tindakan profesional yang kreatif dan

keputusan untuk membantu klien dari budaya yang ditunjuk untuk

bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup

individu atau klien.

Pada tahap ini perawat membantu klien agar dapat memilih dan

menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan.

3. Cultural Care Repatterning or Restructuring

Yaitu tindakan merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu

memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih

baik. Proses meliputi membantu, mendukung, memfasilitasi, atau

memungkinkan tindakan profesional dan keputusan yang membantu klien

menyusun ulang, mengubah, atau sangat memodifikasi pola hidup mereka

untuk pola perawatan kesehatan yang baru, berbeda, dan menguntungkan,

sementara tetap menghormati nilai-nilai budaya dan kepercayaan klien.

(Gonzalo, 2011)

E. Pandangan Islam tentang Kesehatan

Dalam Islam, pemeliharaan kesehatan fisik dapat ditemukan melalui

konsepnya tentang gizi (larangan makanan dan minuman yang tidak baik,

perintah memakan makanan dan minuman yang halal dan bergizi), salah satu

cara nabi Muhammad saw dalam memelihara kesehatannya dengan cara


54

pencegahan (preventif) yaitu dengan menetapkan aturan makan dan minum,

sebagaimana dalam QS: Al-A’raaf/7: 31:

ُّ‫ ِرفُ ٓو ۚ ْا إِنَّ ۥهُ اَل يُ ِحب‬b ‫ُوا َواَل تُ ۡس‬ ۡ ‫وا َو‬
ْ ‫ َرب‬b ‫ٱش‬ ْ ُ‫وا ِزينَتَ ُكمۡ ِعن َد ُكلِّ َم ۡس ِج ٖد َو ُكل‬
ْ ‫ٰيَبَنِ ٓي َءا َد َم ُخ ُذ‬
٣١ َ‫ۡٱل ُم ۡس ِرفِين‬
Terjemahnya:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(Kementrian Agama RI, 2013)

Makna ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan untuk

menggunakan pakaian yang indah minimal yang menutup aurat ketika

hendakke masjid. Dan makan lah makanan yang baik, halal, enak, bermanfaat

lagi bergizi. Perintah makan dan minum dan janganlah berlebih-lebihan yakni

melampaui batas merupakan tuntutan yang harus disesuaikan dengan kondisi

setiap orang. Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang,

boleh jadi dinilai telah melampaui batas atau belum cukup buat orang lain, atas

dasar tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ayat tersebut mengajarkan

sikap proporsional dalam makan dan minum. (Shihab, 2012b)

Dalam tafsir al-Azhar karya Prof. Dr. Hamka (1983) menjelaskan bahwa

selain berpakaian yang pantas, makan pulalah makanan dan minuman yang

sederhana. Hal ini mempengaruhi sikap hidup musilim, yaitu menjaga

kesehatan rohani dengan ibadah dan memakan dan meminum makanan dan

minuman yang pantas dan tidak berlebih-lebihan bagi kesehatan jasmani.

Sebab makan dan minum yang berlebihan dapat mendatangkan penyakit. Di

ujung ayat juga ditegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan. Hal ini di dijelaskan lagi oleh hadis yang dirawikan oleh Abd

bin Humaid, dan an-Nasa’I dan Ibnu Majah, dan Ibnu Mawardhi dan al-
55

Baihaqi dalam Syu’ubul Iman, diterima dari jalam ‘Amr bin Syu’aib, dia

menerima dari ayahnya, ayahnya menerima dari neneknya, yang berbunyi:


“makanlah kamu dan minumlah dan bersedekahlah dan berpakaianlah,
tetapi tidak sombong dan berlebih-lebihan. Karena Tuhan Allah amat suka
melihat bekas nikmatNya pada hambaNya.”
Ikrimah menjelaskan lagi “ janganlah berlebih-lebihan ialah pada memakai
pakaian dan makanan dan minuman.”
Makanlah sampai kenyang, jika telah kenyang maka berhentilaj, jangan

diteruskan juga karena selera masih terbuka. Minumlah sampai lepas haus, jika

haus telah lepas, jangan diteruskan juga minum, nanti badan menjadi lelah

(Hamka, 1983b).

Didalam QS: Al-Baqarah/2: 172-173 dan QS: Al-Mu’minun/23: 51

menjelaskan bahwa Allah memperintahkan hambanya untuk memakan

makanan yang halal lagi baik (thayyib) dan larangan makanan yang haram.

Dalam QS: ‘Abasa/80: 24-32, Allah swt. kembali meminta perhatian manusia

melalui firmannya yang berbunyi:

‫ض‬ َ ‫بَ ۡبنَا ۡٱلمَٓا َء‬b‫ص‬


َ ‫قَ ۡقنَا ٱأۡل َ ۡر‬b‫ ثُ َّم َش‬٢٥ ‫ ٗبّا‬b‫ص‬ َ ‫ أَنَّا‬٢٤ ‫ ُن إِلَ ٰى طَعَا ِم ِٓۦه‬b‫نس‬ َ ٰ ِ ‫فَ ۡليَنظُ ِر ٱإۡل‬
َ ِ‫ َوحَ دَٓائ‬٢٩ ‫ ا َون َۡخاٗل‬b‫ون‬
‫ق‬ ٗ ُ‫ َوز َۡيت‬٢٨ ‫ضبٗ ا‬ ۡ َ‫ َو ِعنَبٗ ا َوق‬٢٧ ‫ فَأ َ ۢنبَ ۡتنَا فِيهَا َح ٗبّا‬٢٦ ‫َش ٗقّا‬
٣٢ ۡ‫ َّم ٰتَعٗ ا لَّ ُكمۡ َوأِل َ ۡن ٰ َع ِم ُكم‬٣١ ‫ َو ٰفَ ِكهَ ٗة َوأَ ٗبّا‬٣٠ ‫ُغ ۡلبٗ ا‬
Terjemahnya:
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya,
Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit),
kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan
biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma,
kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (Kementrian
Agama RI, 2013)
Makna ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt. mempertegas kembali

tentang perhatian terhadap makan yang dikonsumsi oleh manusia. Allah telah

menganugerahkan air dari langit (hujan) serta menumbuhkan beragam aneka

tumbuhan baik itu biji-bijian maupun sayur-sayuran serta buah-buahan


56

(Shihab, 2012a). Perihal ini juga di jelaskan dalam firman Allah swt. QS: Al-

Mu’minun/23: 19-22 bahwa anugerah Allah sangat banyak mulai dari turunya

air hujan, melalui perantara air tersebut aneka ragam kebun yang didalamnhya

terdapat banyak buah-buahan seperti kurma dan anggur dan buah-buahan

lainnya yang dapat kita makan. Selain itu Allah juga menganugerahkan

binatang-binatang ternak kepada kita yang dapat kita manfaatkan baik itu dari

daging, susu murni yang penuh gizi, kulit, dan bulunya.(Shihab, 2012c)

Dalam tafsir al-Azhar menjelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk

melihat dan menyaksikan sendiri bagaimana pertalian hidupnya dengan bumi

tempat iya berdiam ini (ayat 24). Kemudian di perintahkan pula untuk

memperhatikan dari mana datangnya makanan dan tingkat-tingkat

pertumbuhannya sehingga makanan itu telah ada saja dalam piring terhidang di

hadapannya asal mulanya ialah “Sesungguhnya telah Kami curahkan air

securah-curahnya.” (ayat 25). Asal mulanya bahwa bumi itu kering, maka

diturunkan hujan lebat sekali yang turun laksana dicurahkan dari langit, maka

bumi ini laksana telah mati hidup kembali “Kemudian Kami lunakkan bumi

seluluk-luluknya” (ayat 26) bumi yang tadinya kering dan keras tidak ada yang

dapat tumbuh, dengan turunnya hujan maka lunaklah tanah tersebut, menjadi

luluk, menjadi lumpur, diatas tanah yang lunak menjadi lumpur atau luluk

itulah kelak sesuatu akan ditanamkan “Maka kami tumbuhkan padanya bebih-

benih makanan” (ayat 27). Pada negeri-negeri yang makanan pokoknya padi,

tafsir ayat ini dapat dipahami, bahwa sawah itu dilulukkan lebih dahulu baru

ditanami benih yaitu benih padi, benih kacang, benih gandum dan jagung,

“Dan anggur dan sayur-sayuran” (ayat 28). (Hamka, 1985)

Dengan mensejajarkan anggur sebagai buah-buahan yang dapat dimakan

lansung dan sayur-sayuran lainnya yang sangat diperlukam vitamin dan


57

kalorinya oleh manusia, nampaklah bahwa keduanya itu sama pentingnya

sebagai zat makanan. “Dan buah zaitun dan korma.” (ayat 29). Zaitun selain

dapat dimakannn, dapat pula diambil minyaknya. “Dan kebun-kebun yang

subur” (ayat 30). Dengan menyebutkan kebun-kebun yang subur maka

tercakuplah didalamnya buah-buahan yang lainnya sejak zaman dahulu telah

diperlukan orang, sebagaimana diceritakan didalam QS: Saba’/34: 15, sehingga

kesuburan tanah yang menimbulkan syukur kepada Tuhan, dan kesyukuran,

menyebabkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (Negeri yang makmur

dan Tuhan yang memberi ampunan). “Dan buah-buahan dan rumput-

rumputan” (ayat 31). “Akan bekal bagi kamu dan bagi ternak-ternakmu.”

(ayat 32). Artimya berpuluh macam buah-buahan segar yang dapat dimakan

manusia, mulai dari delima, apel, anggur, berjenis pisang, berjenis mangga dan

berbagai buah-buahan yang hanya tumbuh didaerah iklim dingin dan yang

tumbuh didaerah beriklim panas seperti papaya, nenas, durian, rambutan, duku

dan langsat dan buah sawo dan lai-lainnya dan berbagai rumput-rumputan pula

untuk makanan binatang ternak yang dipelihara oleh manusia (Hamka, 1985).

Islam mengemukakan secara rinci dan gamblang jenis-jenis makanan dan

minuman yang baik untuk dikonsumsi manusia karena pengaruh positif dalam

meningkatkan kualitas kesehatannya. Di antaranya Al-Qur’an menguraikan

jenis makanan seperti daging, ikan, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Dan

ayat-ayat yang berbicara tentang minuman, ditemukan jenis-jenis minuman

yang bergizi (Hariyanto, 2012).

Pada zaman Rasulullah saw, mengkonsumsi buah-buahan adalah salah satu

resep sehat, dimana rasulullah sangat menyukai buah-buahan seperti, anggur

yang juga di sebut dalam QS. An-Nahl/16: 11 tentang penciptaan Anggur,

kurma, zaitun, serta buah-buahan dan tanaman yang lainnya. Buah anggur
58

adalah salah satu buah yang sangat disukai oleh Rasullah saw. Menurut riwayat

Rasullah saw., suka makan anggur, sabdanya “kalian mempunyai kismis

(anggur yang dikeringkan), ia dapat mencerahkan wajah dan menghilangkan

dahak” (HR.Abu Naim). (Hasan, 2019)

Menurut berbagai penelitian buah anggur sangat banyak manfaatnya untuk

kesehatan. Ibnu Baithar, ahli botani muslim terkemuka di era kejayaan islam di

Andalusia mengungkapkan bahwa anggur mengandung banyak lemak yang

dapat menggemukkan orang yang kurus, membersihkan darah dan

memperlancat saluran pencernaan, Anggur juga dapat meningkatkan libido,

memulihkan orang yang sakit dan menguatkan jantung. Selain buah anggur,

buah semangka juga sangat di sukai Rasulullah saw., sebagaimana

diriwayatkan dari Aisyah ra, “Sesungguhnya Rasullah saw., sering makan

semangka disertai ruthab (kurma basar).”(HR.Tirmidzi). Buah semangka

mengandung banyak gizi, diantaranya vitamin A dan C, serta potassium juga

B6 dan tiamin, buah ini bebas dari kalori, lemak dan sodium. Manfaatnya

untuk mencegah penyakit jantung dan kanker prostat, melawan infeksi dan

mempercepat proses penyembuhan luka (Hasan, 2019).

Buah lain yang juga menjadi favorit Rasulullah saw., yaitu mentimun. Dari

Abdullah bin Ja’fara, diriwaayatkan bahwa beliau pernah memakan mentimun

bersama kurma untuk menghilangkan dahaga dan mengurangi rasa panas

ditubuh. Buah mentimun ini mengandung nutrisi yang baik bagi kesehatan,

kandungan air yang tinggi, vitamin A, B, C, D, serta mineral seperti

magnesium, kalium, mangan, dan silica. Manfaatnya untuk perawatan kulit,

menjaga tekanan darah, mengatasi encok, rematik, sakit gigi, meringankan

masalah ginjal bahkan dapat menyuburkan rambut (Hasan, 2019).


59

Rasulullah saw., juga menyukai buah labu. Anas bin Malik ra, sahabat dekat

Rasulullah saw., mengatakan pernah ada seorang penjahit yang mengundang

Rasullah saw., untuk pesta dan makan hidangannya. “Aku pergi bersama

dengan Rasulullah ke pesta itu. Dia menyajikan roti gandum, sup labu dan

potongan daging. Aku melihat Rasulullah saw., pergi setelah menghabiskan

satu piring sup labu, jadi saya selalu menyukai labu sejak itu.” Penelitian

ilmiah Medical News Today menyebutkan labu kaya dengan vitamin A dan C,

mengkonsumsi labu baik untuk jantung, bahkan dapat menurukan resiko

kanker prostat dan kanker usus besar (Hasan, 2019).

Delima juga termasuk buah favorit Rasulullah saw., beliau bersabda,

“Makanlah delima dengan kulitnya karena sesungguhnya buah delima baik

untuk pencernaan perut.”(HR. Ahmad, Baihaqi, dan Ibnu Sunni). Di dalam

literature ilmu kedokteran, buah delima merupakan buah yang rasanhya manis

dan mengandung antioksidan, manfaatnya dapatmengobati infeksi paru-paru,

tenggorokan, dan melegakan batuk (Hasan, 2019).

Buah Tin juga merupakan salah satu buah yang disebutkan dalam Al-Qur’an

yaitu surah At-tin.”Demi buah tin dan buah zaitun, demi gunung thursina.”(QS.

At-Tin/95: 1-2). Buah tin dapat dimakan dengan segar, dikeringkan, ataupun

dibuat selai. Manfaatnya disebut dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu

Darda ra, bahwa Rasulullah saw., bersabda,”Sekiranya kukatakan ada buah-

buahan yang turun dari surge, maka itulah buah tin. Karena buah-buahan surge

itu tanpa biji, makanlah, karena dapat menghentikan wasir dan bermanfaat

menyembuhkan encok.” Menurut penelitian, antioksidan yang ada didalam

buah tin ampuh untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas. Buah tin

juga mengandung vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C, vitamin K,

kalium, magnesium, seng, mangan, tembaga dan zat besi. Buah tin juga
60

dipercaya dapat mengatasi berbagai penyakit seperti asam urat, darah tinggi,

jantung, diabetes, pencernaan, melawan sel kanker dan masih banyak lagi.

Ada begitu banyak varian buah serta mengandung banyak gizi selain buah

yang disebut diatas. Kita dapat memilih buah tersebut sesuai dengan selera kita

dan kebutuhan yang kita inginkan dengan tingkat mengkonsumsinya harus

tepat. Sebagai ummat Rasulullah saw., mari kita memulai hidup sehat dengan

mencontoh sunnahnya yaitu rajin mengkonsumsi buah-buahan agar ibadah kita

semakin lancar dan ketakwaan kitapun meningkat (Hasan, 2019).


61

F. Kerangka Teori

Faktor-faktor teori Leininger

Sosial dan Nilai-Nilai Kebijakan dan


Keterikatan Budaya dan Gaya Peraturan yang
Keluarga: Hidup: Berlaku:
Kebiasaan konsumsi Kepercayaan
Ketersediaan buah & Pandangan budaya Sikap terhadap
sayur Kebiasaan makan kebijakan dan
Pengambil keputusan Pantangan peraturan terhadap
Motivasi dan dukungan
mitos konsumsi buah dan
sayur

Agama dan Ekonomi:


Falsafah Hidup:
Ada agama Sumber dana
Kepercayaan agama Dampak penghasilan
Pandangan/ persepsi Penggunaan
Aturan agama penghasilan

Teknologi: Pendidikan:
Sarana yang Tingkat pendidikan
digunakan dalam respondenn dan
pengalaman menempuh
mengakses informasi
jalur pendidikan
Kemudahan dalam
Kemampuam
mengakses informasi mendapatkan
pendidikan kesehatan

Perilaku Konsumsi Buah dan


Sayur:
Jumlah konsumsi buah dan sayur setiap hari

Bagan 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi


buah dan sayur. Sumber: (Leininger, 2002). (Melo, 2013), (Sutria,
2013), (Pratiwi, 2010)
62

G. Kerangka Konsep

Faktor teori Leininger


Teknologi

Agama dan Falsafah


Hidup

Sosial dan Keterikatan


Keluarga

Nilai-Nilai Budaya dan Perilaku


Gaya Hidup Konsumsi
Buah dan
Sayur
Kebijakan dan Peraturan
yang Berlaku

Ekonomi

Pendidikan

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

Bagan 2.2 Kerangka Konsep


63

H. Alur Penelitian

Alur penelitian: mengurus perizinan penelitian dan izin pengambilan data


awal di lapangan

Penentuan populasi dan sampel

Populasi: Semua siswa SMP di kota Makassar

Penyampelan: Snowball sampling

Proses Penelitian:
Memperkenalkan diri, maksud dan tujuan
Meminta persetujuan/ informed consent
Membagikan kuesioner online (g-form)
Melakukan proses pemasukan data kedalam tabel

Analisa Data

Penyajian Hasil

Kesimpulam

Bagan 2.3 Alur Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian studi deskriptif analitik kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen) diteliti secara bersamaan
(Nursalam, 2017). Dalam kesempatan ini peneliti ingin memperoleh faktor
yang berkonstribusi dalam perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di
kota Makassar dengan melakukan analisis korelasi antara variabel independen
yaitu faktor teknologi, faktor agama dan falsafah hidup, faktor nilai budaya
dan gaya hidup, faktor dukungan sosial dan keluarga, faktor peraturan dan
kebijakan, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan dengan variabel dependen
yaitu perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Kota Makassar
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 26 Juni s.d 26 Juli 2020
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi yaitu keseluruhan dari objek atau subjek penelitian yang akan di
teliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Nursalam, 2017).
Populasi dalam penelitian ini adalah terdapat 137 sekolah menengah
pertama (SMP) dari 7 kecamatan dari 14 kecamatan di kota Makassar
dengan jumlah siswa sebanyak 39.923 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria penelitian dan dipilih melalui suatu teknik pengambilan sampel.

64
65

Sampel harus representatif yaitu sampel yang dapat mewakili populasi yang
ada. Semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan semakin
representatif dan mendekati jumlah populasi (Nursalam, 2017).
Peneliti dalam menentukan besar sampel menggunakan rumus yang
berdasarkan S.K Lwanga and S. Lemeshow (2020) sebagai berikut:
Z2 ∝ P ( 1−P )
1−
2
n=
d 2 ( 1−N ) + Z 2 ∝ P ( 1−P )
1−
2

Keterangan:
n = Perkiraan besar sampel
N = Besarnya populasi
d = Tingkat signifikansi (p = 0,05)
P = Proporsi populasi perilaku kurang konsumsi buah dan sayur
0,82 (Nurlidyawati, 2015)
Z ∝ = Tingkat kepercayaan sebesar 95%
1−
2

Z2 ∝ P ( 1−P )
1−
2
n=
d 2 ( 1−N ) + Z 2 ∝ P ( 1−P )
1−
2

n=226
Besar sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus tersebut
adalah 226 orang, kemudian di tambah dengan 23 orang hasil perhitungan
10% dari 226 sebagai antisipasi resiko drop out. Jadi besar sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 249 orang.
D. Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2012) teknik sampling merupakan teknik untuk
mengambilan sampel yang akan digunakan dalam menentukan sampel yang
dipakai oleh peneliti. Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu teknik
Snowball Sampling yang dimana tennik pengambilan sampel yang nerwal dari
jumlah yang kecil, kemudian responden memilih temannya untuk dijadikan
sampel sehingga jumlah sampel menjadi semakin banyak. (Sugiyono, 2012).
66

Pemilihan menggunakan teknik ini karena memungkinkan peneliti untuk


memngumpulkan sampel selama masa pandemi Covid-19 dimana peneliti
mengetahui responden lainnya dari responden yang telah bersedia mengisi
kuesioner, peneliti juga menyebarkan link kuesioner kepada responden lainnya
dalam sebuah grup, serta meminta kesediaan para responden yang masuk
kedalam kriteria penelitian untuk menyebarkan ke teman-temannya.
Peneliti telah menetapkan kriteria sampel sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
1) Siswa yang bersedia menjadi responden dan koperatif / mau bekerja sama
dalam penelitian ini
2) Siswa SMP yang bersekolah di wilayah kota Makassar
Kriteria Ekslusi:
1) Siswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
2) Siswa yang drop out
E. Teknis Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti selama penelitiang berlangsung:
1. Memberikan penjelasan tentang kuesioner yang akan di isi oleh responden
yang bersedia dengan media google form, serta mengambil nomor
Whatsapp untu dibuatkan grup. Tujuannya agar pengisian kuesioner lebih
terkontrol.
2. Peneliti akan memberi waktu ±3 minggu untuk pengumpulan data kuesioner
melalui google form, jika data yang terkumpul tidak mencapai dari jumlah
sampel maka peneliti akan turun langsung untuk pengambilan data hingga
jumlah data sampel terpenuhi.
3. Peneliti juga akan memberikan reward bagi responden yang beruntung,
reward ini berlaku bagi responden yang berpartisipasi mengisi kuesioner
dalam bentuk google form dalam waktu yang ditentukan selama
pengumpulan data ±3 minggu.
67

F. Pengumpulan Data
1. Data primer
Data yang langsung diperoleh dari subjek penelitian dengan menggunakan
kuesioner, yaitu diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang
telah persiapkan sebelumnya. Adapun langkah-langkah pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Menentukan responden
b. Menjelaskan kepada responden tentang penelitian apa yang dilakukan
c. Meminta persetujuan reponden
d. Jika setuju peneliti memberikan lembar kuesioner dalam bentuk
kuesioner online google form kepada responden
e. Mengumpulkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden
f. Peneliti melakukan analisis data dan penyusunan laporan penelitian
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini
beserta data yang didapatkan dari dinas pendidikan kota Makassar.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk mengukur suatu fenomena
alam dan sosial yang di amati (Sugiyono, 2012).
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat
oleh peneliti yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Angket
Angket penelitian ini berisi tentang data demografi merupakan pertanyaan
untuk mengetahui informasi secara umum pada responden. Ada pertanyaan
4 yang terdiri dari inisial nama, usia, jenis kelamin, agama, suku.
2. Kuesioner A
Bagian kedua kuesioner A meliputi:
a. Variabel faktor teknologi
Variabel faktor teknologi ini merupakan kuesioner yang dibuat oleh
peneliti sendiri dengan referensi dari Sutria (2013), Melo (2013) dan
Pratiwi (2010). Kuesioner faktor teknologi menggunakan skala likert
68

yaitu Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diber skor 3, Tidak
Setuju (TS) diberi skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
Kemudian hasil penilaian ini diklasifikasikan menjadi tiga kategori
berdasarkan pengolahan data SPSS yaitu: kurang , cukup dan baik. Cara
menghitung hasil tersebut sebagai berikut:
Kurang = X > Mean - Standar deviasi (SD)
Cukup = Mean - SD ≤ Mean + SD
Baik = X > Mean + SD
Keterangan :
X = Nilai skor yang diperoleh responden
Mean = Rata-rata skor kelompok
Standar Deviasi (SD) = Sebaran data atau simpanagan baku
b. Variabel faktor Agama dan Falsafah Hidup
Variabel faktor Agama dan Falsafah Hidup merupakan kuesioner yang
dibuat oleh peneliti sendiri dengan referensi dari Sutria (2013), Melo
(2013) dan Pratiwi (2010). Kuesioner faktor Agama dan Falsafah Hidup
diukur dengan skala likert, dengan pilihan jawaban terdiri dari sangat
setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pemberian skor 1
untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 2 untuk jawaban tidak setuju,
skor 3 untuk jawaban setuju, skor 4 untuk jawaban sangat setuju pada
semua pernyataan positif dan skor berkebalikan untuk pernyataan
unfavorable negative. Rumus yang digunakan untuk menentukan
klasifikasi presentase adalah:
T = 50+10 ( x-ẋ )
Keterangan:
x : skor responden
ẋ : nilai rata-rata kelompok
Sikap dinyatakan positif (+) jika hasil data skor T lebih atau sama
dengan mean data, dan dinyatakan negative (-) jika skor T kurang dari
mean data (Azwar, 2011).
c. Variabel faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga
69

Variabel faktor sosial dan keterikatan keluarga ini merupakan


kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan referensi dari Sutria
(2013), Melo (2013) dan Pratiwi (2010). Kuesioner faktor sosial dan
keterikatan keluarga menggunakan skala likert yaitu Sangat Setuju (SS)
diberi skor 4, Setuju (S) diber skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 dan
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 Kemudian hasil penilaian ini
diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan pengolahan data SPSS
yaitu: kurang , cukup dan baik. Cara menghitung hasil tersebut sebagai
berikut:
Kurang = X > Mean - Standar deviasi (SD)
Cukup = Mean - SD ≤ Mean + SD
Baik = X > Mean + SD
Keterangan :
X = Nilai skor yang diperoleh responden
Mean = Rata-rata skor kelompok
Standar Deviasi (SD) = Sebaran data atau simpanagan baku
d. Variabel Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup
Variabel faktor nilai budaya dan gaya hidup merupakan kuesioner
yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan referensi dari Sutria (2013),
Melo (2013) dan Pratiwi (2010). Kuesioner faktor nilai budaya dan gaya
hidup diukur dengan skala likert, dengan pilihan jawaban terdiri dari
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pemberian
skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 2 untuk jawaban tidak
setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 4 untuk jawaban sangat setuju
pada semua pernyataan positif dan skor berkebalikan untuk pernyataan
unfavorable negative. Rumus yang digunakan untuk menentukan
klasifikasi presentase adalah:
T = 50+10 ( x-ẋ )
Keterangan:
x : skor responden
ẋ : nilai rata-rata kelompok
70

Sikap dinyatakn positif (+) jika hasil data skor T lebih atau sama
dengan mean data, dan dinyatakan negative (-) jika skor T kurang dari
mean data. (Azwar, 2011)
e. Variabel Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku
Variabel faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku ini merupakan
kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan referensi dari Sutria
(2013), Melo (2013) dan Pratiwi (2010). Kuesioner faktor Kebijakan dan
Peraturan yang Berlaku menggunakan skala likert yaitu Sangat Setuju
(SS) diberi skor 4, Setuju (S) diber skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor
2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 Kemudian hasil penilaian
ini diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan pengolahan data
SPSS yaitu: kurang , cukup dan baik. Cara menghitung hasil tersebut
sebagai berikut:
Kurang = X > Mean - Standar deviasi (SD)
Cukup = Mean - SD ≤ Mean + SD
Baik = X > Mean + SD
Keterangan :
X = Nilai skor yang diperoleh responden
Mean = Rata-rata skor kelompok
Standar Deviasi (SD) = Sebaran data atau simpanagan baku
f. Variabel Faktor Ekonomi
Variabel faktor ekonomi merupakan kuesioner yang dibuat oleh
peneliti sendiri dengan referensi dari Sutria (2013), Melo (2013) dan
Pratiwi (2010). Kuesioner faktor ekonomi menggunakan skala likert
yaitu Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diber skor 3, Tidak
Setuju (TS) diberi skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
Kemudian hasil penilaian ini diklasifikasikan menjadi tiga kategori
berdasarkan pengolahan data SPSS yaitu: kurang , cukup dan baik. Cara
menghitung hasil tersebut sebagai berikut:
Kurang = X > Mean - Standar deviasi (SD)
Cukup = Mean - SD ≤ Mean + SD
71

Baik = X > Mean + SD


Keterangan :
X = Nilai skor yang diperoleh responden
Mean = Rata-rata skor kelompok
Standar Deviasi (SD) = Sebaran data atau simpanagan baku
g. Variabel Faktor Pendidikan
Variabel faktor Pendidikan merupakan kuesioner yang dibuat oleh
peneliti sendiri dengan referensi dari Sutria (2013), Melo (2013) dan
Pratiwi (2010). Kuesioner faktor Pendidikan menggunakan skala likert
yaitu Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diber skor 3, Tidak
Setuju (TS) diberi skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
Kemudian hasil penilaian ini diklasifikasikan menjadi tiga kategori
berdasarkan pengolahan data SPSS yaitu: kurang , cukup dan baik. Cara
menghitung hasil tersebut sebagai berikut:
Kurang = X > Mean - Standar deviasi (SD)
Cukup = Mean - SD ≤ Mean + SD
Baik = X > Mean + SD
Keterangan :
X = Nilai skor yang diperoleh responden
Mean = Rata-rata skor kelompok
Standar Deviasi (SD) = Sebaran data atau simpanagan baku
3. Kuesioner B
FFQ digunakan untuk mengetahui gambaran frekuensi konsumsi buah
dan sayur. Responden akan memberi tanda checklist (√) pada kolom yang
disediakan sesuai dengan kebiasaan mengkonsumsi. Responden hanya
mengisi salah satu kolom frekuensi konsumsi pada setiap bahan makanan
apakah 1 kali perhari, 2 kali perminggu, dan sebagainya.
Perilaku konsumsi buah dan sayur terdiri dari 2 kategori yaitu kurang
diberi nilai “0” dan cukup diberi nilai “1”. Dikatakan kurang jika konsumsi
buah <2 kali perhari dan sayur <3 kali perhari, dan dikatakan cukup jika
konsumsi ≥ 2 kali perhari dan sayur ≥ 3 kali perhari. Untuk mendapatkan
72

data kategori konsumsi buah dan sayur, maka data FFQ akan diolah lebih
lanjut dengan mengubah terlebih dahulu setiap frekuensi konsumsi kedalam
satuan hari. (Kemenkes RI, 2014)
Contoh si A biasa mengkonsumsi buah pisang 2 kali perhari, apel 3 kali
perminggu, dan anggur 1 kali perbulan.
Tabel 3.1 Perhitungan FFQ
Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi
Perhari Permingg Perbulan …kali/perhari
u
Pisang 2 2
Apel 3 3/7=0,42
Anggur 1 1/30=0,71
Total 2,45
Maka nilainya menjadi:
Pisang : 2/1 hari = 2 kali perhari
Apel : 3/7 hari = 0,42 kali perminggu
Anggur : 1/30 hari = 0,71 kali perbulan
Nilai tersebut dijumlahkan, sehingga menghasilkan 2,45 kali perhari.
Dengan demikian si A memiliki kebiasaan konsumsi buah 2,45 kali perhari
dan diberi kode “1” dengan kategori cukup. Begitupun dengan pemberian
skor pada perilaku konsumsi sayur sama dengan perhitungan buah.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan
reliabel. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, suatu instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2014).
2. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menentukan instrumen
yang akan digunakan benar-benar dapat mengukur setiap variabel
penelitian. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang
digunakan mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat (Setiadi, 2013).
73

Uji validitas kuesioner pada penelitian ini dilakukan uji validas konstruk
dengan menggunakan program statistik pada beberapa variabel yaitu:
variabel faktor tekonologi (x1), faktor agama dan falsafah hidup (x2), faktor
sosial dan keterikatan keluarga (x3), faktor nilai buadaya dan gaya hidup
(x4), faktor kebijakan dan peraturannyang berlaku (x5), faktor ekonomi (6)
dan faktor pendidikan (x6). Berikut hasil uji validitas:
Tabel 3.2 Uji Validitas Kuesioner

Corrected Item-Total
Pertanyaan Keterangan
Correlation

Pertanyaan x1.4 .237 Valid


Pertanyaan x1.5 .005 Valid
Pertanyaan x1.6 .349 Valid
Pertanyaan x2.1 .205 Valid
Pertanyaan x2.3 .438 Valid
Pertanyaan x2.4 .449 Valid
Pertanyaan x2.5 .180 Valid
Pertanyaan x2.6 .427 Valid
Pertanyaan x2.7 .404 Valid
Pertanyaan x2.8 .323 Valid
Pertanyaan x2.9 .218 Valid
Pertanyaan x3.1 .484 Valid
Pertanyaan x3.2 .155 Valid
Pertanyaan x3.3 .346 Valid
Pertanyaan x3.4 .443 Valid
Pertanyaan x3.5 .534 Valid
Pertanyaan x3.6 .415 Valid
Pertanyaan x3.7 .580 Valid
Pertanyaan x4.1 .255 Valid
Pertanyaan x4.2 .582 Valid
Pertanyaan x4.3 .609 Valid
Pertanyaan x4.4 .173 Valid
Pertanyaan x4.6 .189 Valid
Pertanyaan x5.2 .348 Valid
Pertanyaan x5.3 .265 Valid
Pertanyaan x6.1 .173 Valid
Pertanyaan x6.3 .243 Valid
Pertanyaan x7.1 .210 Valid
74

Pertanyaan x7.3 .347 Valid

3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan upaya untuk menstabilkan dan melihat adakah
konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
kontruksi dimensi variabel. Konstruksi dimensi ini berupa kuesioner
(Donsu, 2016).
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.800 29

Tabel 3.2 diatas menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas di nyatakan


reliable karena nilai cronbach’s Alfa 0,800>0,60.

D. Pengolahan dan Penyajian Data


Setelah data terkumpul, selanjutnya melakukan pengolahan data dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh. Peneliti melihat kelengkapan data yang diperoleh terutama
pengisian data penelitian pada lembar kuesioner responden. Kuesioner
dengan pengisian tidak lengkap dan ada data yang salah, maka data
tersebut tidak dipakai.
2. Coding yaitu klasifikasi jawaban dari responden menurut macamnya
dengan memberi kode pada masing-masing jawaban. Coding dilakukan
pada data untuk memudahkan dalam penyajian data. Peneliti hanya
memberi kode menurut item pada kuesioner sesuai dengan jawaban
responden.
3. Scoring yaitu pada tahap ini jawaban-jawaban responden yang sama
dikelompokkan dengan teliti dan teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan
kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel. Setelah data terkumpul
75

melalui kuesioner kemudian ditabulasi. Penelitian dari kuesioner dengan


memberikan skor lalu dikelompokkan sesuai variabel yang diteliti.
4. Tabulasi yaitu Setelah tahap koding telah dilakukan, selanjutnya data
dikelompokkan, diolah dan disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan sifat-
sifat dimiliki atau sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
5. Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang sudh dimasukkan
apakah ada kesalahan atau tidak. Proses yang akan dilakukan setelah data
masuk kedalam komputer, data akan diperiksa apakah ada kesalahan atau
tidak, jika terdapat data yang salah, maka di periksa oleh proses cleaning
ini.

E. Analisa Data
Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian diolah dengan menggunakan
metode uji statistik.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Nursalam 2017). Data-data akan
disajikan dengan tabel pada setiap variabel sehingga tergambar sebaran
distribusi hasil data responden yang diteliti. Analisis akan dilakukan pada
variabel penelitian (faktor teknologi, faktor agama dan falsafah hidup, faktor
nilai budaya dan gaya hidup, faktor dukungan sosial dan keluarga, faktor
peraturan dan kebijakan, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan serta
variabel dependen yaitu perilaku konsumsi buah dan sayur) dengan
membuat distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan kategori masing-
masing untuk melakukan interpretasi secara deskriptif.
2. Analisis Multivariat
Analisis multivariate dilakukan untuk mencari korelasi antara variabel-
variabel independen yaitu faktor teknologi, faktor agama dan falsafah hidup,
faktor nilai budaya dan gaya hidup, faktor dukungan sosial dan keluarga,
faktor peraturan dan kebijakan, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan
76

terhadap variabel dependen yaitu perilaku konsumsi buah dan sayur dengan
mengggunakan analisis regresi linear.

F. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukaan usulan
atau proposal penelitian untuk mendapatkan rekomendasi dari Dosen
pembimbing dan Dekan Fakultas Kesehatan UIN Alauddin Makassar. Setelah
mendapatkan rekomendasi, selanjutnya mengajukan izin pada pihak-pihak
terkait dengan proses penelitian, dengan memperhatikan aspek-aspek seperti
dibawah ini menurut (Nursalam, 2017):
1. Informed Consent (Lembar persetujuan)
Informed consent adalah persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan memberikan lembaran persetujuan. Peneliti akan memberikan
lembar Informed consent kepada responden sebelm mengisi kuesioner.
Informed consent ini bertujua agar responden mengerti maksud dan tujuan
penelitian ini. Responden yang bersedia akan menandatangani lembar
persetujuan dan yang tidak bersedia tidak akan dilakukan pemaksaan, maka
peneliti harus menghormatinya.
2. Anonymity (tanpa nama)
Anonymity adalah tidak memberikan nama responden pada lembar yang
akan diukur, hanya menuliskan kode pada lembar alat ukur. Untuk menjaga
kerahasiaan informasi dari responden, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur, tetapi dengan menuliskan kode pada
masing-masing lembar yang dilakukan oleh peneliti sebelum lembar
pengumpulan data diberikan kepada responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi partisipan dijamin peneliti, hanya data tertentu
yang dilaporkan sebagai hasil penelitian, dalam hal ini data yang berkaitan
dengan batas-batas dalam etika atau nilai-nilai pribadi dalam partisipan.
Peneliti akan menjelaskan kepada responden bahwa peneliti akan menjamin
77

kerahasiaan identitas responden, dan data-data yang diperoleh hanya


digunakan untuk kepentingan penelitian.
4. Justice (Keadilan)
Peneliti akan menjamin kebebasan sampel penelitian untuk ikut atau
menolak sebelum penelitian berakhir. Peneliti tidak akan memaksa sampel
untuk ikut dalam penelitian. Semua sampel penelitian yang terlibat akan
mendapatkan perlakuan yang sama dan diberikan informasi yang sama
mengenai hasil dari penelitian.
5. Beneficiency (Bermanfaat)
Penelitian ini dilakukan berdasarkan telaah penelitian sebelumnya dan
dengan kajian pustaka mengenai perilaku konsumsi buah dan sayur, stunting
dan teori transcultural nursing. Dalam penelitian ini subjek ditempatkan
pada posisi terhormat dan tidak dirugikan. Penelitian ini tidak menimbulkan
efek samping bagi subjek penelitian, sehingga tidak ada tindakan
pencegahan yang dilakukan.
78

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan google form

kuesioner online yang di bagikan kepada responden, kuesiner online ini terdiri

dari informed consent, kuesioner faktor-faktor berdasarkan teori Leininger’s

dan FFQ (Food Frequency Questionnaire) semi kualitatif. Responden yang

berpartisipasi pada penelitian ini berasal dari 32 Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di kota Makassar.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, mulai dari

tanggal 26 Juni s.d 26 Juli 2020. Dari hasil pengumpulan data ini, sampel yang

didapatkan semua masuk kedalam kriteria inklusi dan tidak terdapat sampel

drop out.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik demografi responden

Karakteristik demografi responden terdiri dari usia, jenis kelamin, agama,

dan suku responden. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gambaran

tentang distribusi karakteristik demografi responden pada remaja di kota

Makassar yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Agama dan Suku di SMP Wilayah

Kota Makassar

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Demografi

Responden (f) (%)

Usia 13 Tahun 52 20,9%


79

14 Tahun 143 57,4%

15 Tahun 54 21,7%

Total 249 100%

Jenis Kelamin Laki-laki 137 55%

Perempuan 112 45%

Total 249 100%

Agama Islam 228 91,6%

Kristen 21 8,4%

Total 249 100%

Suku Makassar 84 33,7%

Bugis 49 19,7%

Bugis-Makassar 85 34,1%

Mandar 3 1,2%

Toraja 18 7,25

Jawa 8 3,2%

Tionghoa 2 0,8%

Total 249 100%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berusia 14 tahun sebanyak 143 (57,4%) responden, jenis kelamin terbanyak

laki-laki 137 (55%) responden dan agama terbanyak islam yaitu 228

(91,6%) responden serta suku terbanyak Campuran Bugis-Makassar yaitu

85 (34,1%).

2. Perilaku konsumsi buah dan sayur

Perilaku konsumsi buah dan sayur pada penelitian ini merupakan data

yang di kategorikan menjadi dua yaitu kurang dan cukup. Pada penelitian
80

ini responden dikatakan kurang jika mengkonsumsi buah <2 kali perhari dan

sayur <3 kali perhari atau 5 porsi sehari, dan dikatakan cukup jika

mengkonsumsi buah >2 kali perhari dan sayur >3 kali perhari atau >5 porsi

sehari. Perilaku konsumsi buah dan sayur dapatkan melalui pengisian

google form kuesioner online menggunakan metode FFQ Semi Kualitatif.

Gambaran perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di wilayah kota

Makassar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja

SMP di Wilayah Kota Makassar

Perilaku konsumsi Jumlah Persentase

buah dan sayur (f) (%)

Cukup 214 85,9%

Kurang 35 14,1%

Total 249 100%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 249 responden, sebagian

besar cukup dalam mengkonsumsi buah dan sayur yaitu sebanyak 214

(85,9%) responden, dan responden yang memiliki perilaku konsumsi buah

dan sayur yang kurang sebanyak 35 (14,1%).

3. Analisis kontribusi faktor berdasarkan sunrise model dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur

Penelitian ini menggunakan analisis multivariat regresi linear yang terdiri

dari uji F (simultan) untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor

teknologi, faktor agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan keterikatan

keluarga, faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku, faktor ekonomi dan

faktor pendidikan sebagai variabel bebas secara simultan atau sama-sama


81

terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur sebagai variabel terikat dan uji t

(Parsial) untuk mengetahui kontribusi pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Berikut hasil uji regresi linear berganda:

Tabel 4.3 Hasil Uji F (Simultan)

Anova

Model Sum of Df Mean F Sig.

Squares Square

1 Regressio 9063.389 7 1294.77 3.538 0.001

n 0

Residual 88189.408 241 365.931

Total 97252.797 248

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji regresi linear (uji F) di atas dapat

diketahui nilai F hitung sebesar 3,538 dengan nilai F tabel 3,03 sehingga

nilai F hitung > F tabel atau 3,538>3,03 dan tingkat signifikasi 0,001<0,05

sehingga dapat di simpulkan bahwa variabel faktor teknologi, faktor agama

dan falsafah hidup, faktor sosial dan keterikatan keluarga, faktor kebijakan

dan peraturan yang berlaku, faktor ekonomi dan faktor pendidikan secara

simultan atau bersama-sama berpengaruh positif serta model uji regresi

linear ini fit untuk memprediksi secara simultan tujuh faktor diatas sebagai

variabel bebas dan perilaku konsumsi buah dan sayur sebagai variabel

terikat.

Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the

Square Estimate
82

1 0.305 0.093 0.067 19.129

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui nilai koefisien determinasi

terdapat nilai R Square sebesar 0,093. Sehingga dapat disimpulkan

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sebesar 9,3%

sisanya 90,7% di jelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam

model sunrise Leininger’s.

Analisis konstribusi faktor berdasarkan sunrise model Leininger’s yang

mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur dilakukan dengan

menggunakan uji t untuk melihat korelasi secara parsial. Berikut tabel hasil

uji regresi linear (uji t):

Tabel 4.5 Hasil Uji t (Parsial)


Coefficients
Model Unstandardized Standardized
Sig.
Coefficients Coefficients
Std. t r
B Beta (p Value)
Error
1 (Constant) 19.51
5.271   .270 0.787
1
Faktor Teknologi
-6.085 4.257 -.103 -1.429 0.047 0.154
(X1)
Faktor Agama dan
Falsafah Hidup -.035 .506 -.005 -.070 0.027 0.945
(X2)
Faktor Sosial dan
Keterikatan .856 .396 .167 2.163 0.202 0.032
Keluarga (X3)
Faktor Budaya dan
-.409 .748 -.037 -.546 0.064 0.585
Gaya Hidup (X4)
Faktor Kebijakan
dan Peraturan 4.139 1.991 .139 2.079 0.217 0.039
Berlaku (X5)
Faktor Ekonomi
5.226 2.533 .145 2.063 0.184 0.040
(X6)
Faktor Pendidikan
7.323 6.104 .079 1.200 0.126 0.231
(X7)
83

Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2020

a. Analisis konstribusi faktor teknologi terhadap perilaku konsumsi buah

dan sayur

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik menggunakan uji t pada

variabel faktor teknologi di peroleh nilai p value sebesar 0,154 dan nilai

signifikansi 0,05 yang berarti nilai signifikansi 0,154>0,05 sehingga

dapat dikatakan bahwa faktor teknologi tidak berkonstribusi secara

signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan

kekuatan hubungan nilai r 0,047 dengan arah (+), sehingga dapat

dikatakan bahwa faktor teknologi berpengaruh positif terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur dengan derajat hubungan korelasi sangat

lemah. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak berkonstribusi secara

signifikan antara faktor teknologi terhadap perilaku konsumsi buah dan

sayur.

b. Analisis konstribusi faktor agama dan falsafah hidup terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik menggunakan uji t pada

variabel faktor agama dan falsafah di peroleh nilai p value sebesar 0,945

dan nilai signifikansi 0,05 yang berarti nilai signifikansi 0,945>0,05

sehingga dapat dikatakan bahwa faktor agama dan falsafah hidup tidak

berkonstribusi secara signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan

sayur. Berdasarkan kekuatan hubungan nilai r sebesar 0,027 dengan arah

positif (+), sehingga dapat dikatakan bahwa faktor agama dan falsafah
84

hidup berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur

dengan derajat hubungan korelasi sangat lemah. Maka dapat disimpulkan

bahwa tidak berkonstribusi secara signifikan faktor agama dan falsafah

hidup terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur.

c. Analisis konstribusi faktor sosial dan keterikatan keluarga terhadap

perilaku konsumsi buah dan sayur

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik menggunakan uji t pada

variabel faktor sosial dan keterikatan keluarga di peroleh nilai p value

sebesar 0,32 dan nilai signifikansi 0,05 yang berarti nilai signifikansi

0,032<0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa faktor sosial dan keterikatan

keluarga hidup berkonstribusi secara signifikan terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan kekuatan hubungan nilai r sebesar

0,202 dengan arah (+), sehingga dapat dikatakan bahwa faktor sosial dan

keterikatan keluarga berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi

buah dan sayur dengan derajat hubungan korelasi lemah. Maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat konstribusi yang signifikan dengan

hubungan secara positif antara faktor sosial dan keterikatan keluarga

terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur.

d. Analisis konstribusi faktor budaya dan gaya hidup terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik menggunakan uji t pada

variabel faktor budaya dan gaya hidup di peroleh nilai p value sebesar

0,585 dan nilai signifikansi 0,05 yang berarti nilai signifikansi

0,585>0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa faktor budaya dan gaya

hidup tidak berkonstribusi secara signifikan terhadap perilaku konsumsi

buah dan sayur. Berdasarkan kekuatan hubungan nilai r sebesar 0,064


85

dengan arah positif (+), sehingga dapat dikatakan bahwa faktor budaya

dan gaya hidup berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi buah dan

sayur dengan derajat hubungan korelasi sangat lemah. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak berkonstribusi secara signifikan faktor budaya

dan gaya hidup terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur.

e. Analisis konstribusi faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik menggunakan uji t pada

variabel faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku di peroleh nilai p

value sebesar 0,39 dan nilai signifikansi 0,05 yang berarti nilai

signifikansi 0,039<0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa faktor kebijakan

dan peraturan yang berlaku hidup berkonstribusi secara signifikan

terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan kekuatan

hubungan nilai r 0,217 dengan arah (+), sehingga dapat dikatakan bahwa

kebijakan dan peraturan yang berlaku berpengaruh positif terhadap

perilaku konsumsi buah dan sayur dengan derajat hubungan korelasi

lemah. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat konstribusi yang

signifikan dengan hubungan secara positif antara faktor kebijakan dan

peraturan yang berlaku terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur.

f. Analisis konstribusi faktor ekonomi terhadap perilaku konsumsi buah

dan sayur

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik menggunakan uji t pada

variabel faktor ekonomi di peroleh nilai p value sebesar 0,39 dan nilai

signifikansi 0,05 yang berarti nilai signifikansi 0,039<0,05 sehingga

dapat dikatakan bahwa faktor ekonomi hidup berkonstribusi secara

signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan


86

kekuatan hubungan nilai r sebesar 0,184 dengan arah (+), sehingga dapat

dikatakan bahwa faktor ekonomi berpengaruh positif terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur dengan derajat hubungan korelasi lemah. Maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat konstribusi yang signifikan dengan

hubungan secara positif antara faktor ekonomi terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur.

g. Analisis konstribusi faktor pendidikan terhadap perilaku konsumsi buah

dan sayur

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik menggunakan uji t pada

variabel faktor pendidikan di peroleh nilai p value sebesar 0,231 dan nilai

signifikansi 0,05 yang berarti nilai signifikansi 0,231>0,05 sehingga

dapat dikatakan bahwa faktor pendidikan tidak berkonstribusi secara

signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan

kekuatan hubungan nilai r sebesar 0.126 dengan arah positif (+),

sehingga dapat dikatakan bahwa faktor pendidikan berpengaruh positif

terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur dengan derajat hubungan

korelasi lemah. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak berkonstribusi

secara signifikan faktor pendidikan terhadap perilaku konsumsi buah dan

sayur.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Kontribusi faktor teknologi terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji parsial faktor teknologi tidak

didapatkan konstribusi yang signifikan secara statistik terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja dengan nilai p value 0,154 (p >0,05),

hal ini dibuktikan dengan nilai kekuatan hubungan dengan nilai r 0,047
87

yang berarti kekuatan hubungan antara faktor teknologi dengan perilaku

konsumsi buah dan sayur berkorelasinya sangat lemah.

Berdasarkan teori Leininger dalam sunrise model mengatakan bahwa

faktor tektnologi kesehatan merupakan sarana yang memungkinkan

seseorang untuk memilih dan mendapatkan penawaran dalam

menyelesaikan masalah dalam kesehatan, dimana kita sebagai seorang

perawat perlu mengkaji persepsi klien dalam menggunakan dan

memanfaatkan teknologi yang ada. (Sutria, 2013)

Hal ini didukung oleh penelitian Nenobanu et al., (2018), majalah, iklan

televisi, internet tidak berpengaruh signifikan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja. Penelitan Lestari (2013) juga sejalan dengan

hal tersebut yang mengatakan bahwa media massa/iklan tidak berpengaruh

terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja , kebanyakan

remaja lebuh banyak melihat iklan komersial berupa makanan ringan yang

bertentangan dengan nilai gizi, yang menyebabkan remaja lebih cenderung

mengkonsumsi makanan tidak sehat disbanding mengkonsumsi buah dan

sayur (Al-otaibi, 2015). Namun hasil penelitian Prakoso (2017)

menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berperan dalam

membentuk perilaku konsumsi. Dengan menguasai teknologi, segala

informasi dari seluruh dunia dapat diakses secara mudah, termasuk juga

dalam melihat informasi tentang makanan. Dengan ini teknologi informasi

dianggap berpengaruh dalam membentuk pola konsumsi seseorang.

Penelitian Prakoso juga di dukung oleh penelitian Hidayat et al. (2013) yang

menyatakan bahwa teknologi informasi salah satunya media sosial

berpengaruh terhadap perilaku konsumsi pada remaja, dimana dengan media

sosial masyarakat akan lebih mudah dan lebih efisien dalam mengerjakan
88

aktivitas sehari-hari. Penelitian lainnya Nurjanah (2017) menyatakan bahwa

Teknologi mempengaruhi perilaku dalam pemilihan makan.

Peneliti berasumsi bahwa faktor teknologi tidak berkonstribusi secara

signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja hal ini

disebabkan karena karakteristik responden remaja dalam penelitian ini

bersifat homogen karena semua responden pada zaman ini telah

memanfaatkan teknologi yang ada, apalagi peneliti menggunakan kuesioner

online google form, sehingga bisa diketahui bahwa responden telah

memanfaatkan teknologi yang ada. Selain itu hal ini juga disebabkan karena

remaja dalam memanfatkan sarana prasarana teknologi seperti media

komunikasi interpersonal kesehatan seperti tenaga kesehatan, media cetak

seperti buku, media online seperti situs internet, media sosial, media non

cetak seperti iklan di tv, video ataupun gambar dalam mencari dan

mendapatkan informasi tentang kesehatan masih sangat kurang utamanya

tentang informasi pentingnya menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi

buah dan sayur sehingga tubuh tumbuh dan berkembang dengan baik.

Namun responden yang pernah membaca dan mendapatkan informasi

tentang kesehatan dari berbagai sarana prasarana teknologi saat ini membuat

responden lebih cenderung mengkonsumsi buah dan sayuran dibandingkan

dengan responden yang tidak pernah mendengar ataupun membaca

informasi terkait hubungan buah dan sayur dengan kesehatan. seseorang

terpapar informasi tentang kesehatan akan membuat pengetahuannya

menjadi bertambah dan terbuka.

2. Konstribusi faktor agama dan falsafah hidup terhadap perilaku konsumsi

buah dan sayur


89

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji parsial faktor agama dan

falsafah hidup tidak terdapat konstribusi yang signifikan terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja dengan nilai p value 0,945 (p >0,05),

hal ini dibuktikan dengan nilai kekuatan hubungan dengan nilai 0,027 yang

berarti kekuatan hubungan antara faktor agama dan falsafah hidup dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur berkorelasinya sangat lemah.

Berdasarkan teori Leininger dalam sunrise model mengatakan agama

adalah symbol yang berkonstribusi terhadap pandangan serta motivasi yang

sangat realistis untuk para pemeluknya, agama yang membuat seseong

untuk membuka diri dan berperilaku. Maka dari itu di perlukan pengkajian

agama yang dianut klien kemudian bagaimana agamanya berdampak positif

terhdapa kesehatannya (Sutria, 2013). Dengan adanya agama seseorang

dapat mempengaruhi dalam berperilaku positif terhadap kesehatannya

(Pratiwi, 2010).

Penelitian ini di dukung oleh penelitian Sumonja dan Novaković (2013)

faktor keyakinan agama dan hal tabu tidak berdampak negative terdapat

hasil yang signifikan, remaja merasa lebih cenderung mengkonsumsi buah

dan sayur lebih banyak, artinya ada pengaruh keyakinan agama terhadap

konsumsi buah dan sayur pada remaja. faktor-faktor institusional seperti

kebijakan dari pemerintah dan kebijakan sekolah, keberadaan pendidikan

kesehatan yang didapatkan oleh remaja, perusahaan makanan yang tersedia,

dan biaya dari buah dan sayur juga berpengaruh terhadap konsumsi buah

dan sayur pada remaja.

Penelitian Santoso et al. (2017) menyatakan bahwa agama dan keyakinan

mempengaruhi pemilihan dan perilaku konsumsi makanan. Agama menjadi

faktor yang lebih berpengaruh dalam mengarahkan jalan spiritual dan jalan
90

orang hidup termasuk motivasi seorang dalam pemilihan makanan.

Penelitian Mulya dan Sumargi (2016) menyatakan bahwa keyakinan dalam

diri seseorang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumsi makanan. Saat seseorang yakin bahwa dirinya butuh untuk

mengatur perilaku makan agar terus berada dalam kondisi sehat, maka

perilaku itulah yang akan dimunculkan. Jika seseorang mampu mengatur

perilakunya maka orang tersebut dapat dikatakan memiliki keyakinan yang

baik.

Peneliti berasumsi hal ini di sebabkan karena remaja saat ini masih

sangat kurang pendekatan terhadap agamanya masing sehingga

menimbulkan kuranngya keyakinan di dalam diri mereka agar untuk sering

mengkonsumsi buah dan sayur setiap harinya. Selain itu, di Indonesia

memilki masyarakat dengan agama berbeda-beda yang mempunyai

pantangan terhadap makanan, yang apabila pantangan tersebut di langgar

maka ia melanggar aturan dalam agamanya, keyakinan tertentu mengajarkan

pemeluknya untuk pantang atau menghindari beberapa makanan sehingga

memungkinkan ada orang yang kurang mengkonsumsi buah ataupun

sayuran tertentu (Sutria, 2013). Selain itu, karateristik agama responden

remaja dalam penelitian ini yang paling terbesar dan bersifat homogen

adalah agama islam sehingga menyebabkan hasil uji statistik yang

didapatkan nilai singnifikan besar artinya konstribusinya sangat kecil dan

korelasi yang tidak signifikan antara agama dan falsafah hidup terhadap

perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja

Di dalam agama islam menganjurkan untuk menetapkan aturan makan

dan minum sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Sebagaimana

firman Allah Swt. dalam QS: An-Nahl/16: 114 yang berbunyi:


91

١١٤ َ‫ُوا نِ ۡع َمتَ ٱهَّلل ِ إِن ُكنتُمۡ إِيَّاهُ ت َۡعبُ ُدون‬ ۡ ‫م ٱهَّلل ُ َح ٰلَاٗل طَيِّبٗ ا َو‬bُ ‫وا ِم َّما َر َزقَ ُك‬
ْ ‫ٱش ُكر‬ ْ ُ‫فَ ُكل‬
Terjemahnya:
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah”
Menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt.

memerintahkan untuk memakan makanan dalam keadaan halal lagi baik,

lezat dan bergizi serta berdampak positif bagi kesehatan, serta mensyukuri

nikmat atas apa yang telah Allah Swt. berikan kepada kita (Shihab, 2002).

Karena makanan yang halal dan baik, sangat besar pengaruhnya terhadap

jiwa (Hamka, 1983b).

Didalam makan yang halal lagi baik, lezat dan bergizi yang baik untuk

kesehatan salah satunya adalah buah-buahan serta sayuran, anugerah Allah

sangat melimpah banyak berbagai makanan dan minuman di dunia ini,

sebagaimana firman-Nya dalam QS: Al-Mu’minun/23: 18-19 yang

berbunyi:

َ‫ ِدرُون‬bَ‫ب بِ ِهۦ لَ ٰق‬ ‫أۡل‬ ٰ ۡ


ِ ۖ ‫َوأَنزَلنَا ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َمٓا ۢ َء بِقَد َٖر فَأ َ ۡس َكنَّهُ فِي ٱ َ ۡر‬
ِ ۢ ‫ض َوإِنَّا َعلَ ٰى َذهَا‬
ۡ ‫ة و ِم ۡنهَا‬ٞ ‫ فَأَن َش ۡأنَا لَ ُكم ب ِهۦ َج ٰنَّت من نَّ ِخيل وأَ ۡع ٰنَب لَّ ُكمۡ فِيهَا فَ ٰو ِكهُ َكثِي َر‬١٨
َ‫تَأ ُكلُون‬ َ َ ٖ َ ٖ ِّ ٖ ِ
١٩
Terjemahnya:
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan
air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu
kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh
buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu
makan”(Kementrian Agama RI, 2013)
Makna ayat di atas adalah anugerah Allah sangat banyak mulai dari

turunya air hujan, melalui perantara air tersebut aneka ragam kebun yang

didalamnhya terdapat banyak buah-buahan seperti kurma dan anggur dan

buah-buahan lainnya yang dapat kita makan. Selain itu Allah juga
92

menganugerahkan binatang-binatang ternak kepada kita yang dapat kita

manfaatkan baik itu dari daging, susu murni yang penuh gizi, kulit, dan

bulunya.(Shihab, 2012c)

Di dalam tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa Allah menurunkan hujan

dari langit, kemudian air itu di endapkan ke bawah kulit bumi, endapan air

yang ada didalam itu yang membuat subur dan menjadikan tanah menjadi

subur, dan hiduplah tumbuhan-tumbuhan dan dari tumbuhan itu hiduplah

binatang-binatang. Kemudian Allah menumbuhkan juga kebun-kebun baik

itu kurma, anggur dan berbagai macam buah-buahan lainnya, ada yang

berwana hijau, merah dan putih “Maka Kami tumbuhkan untuk kamu

kebun-kebun kurma dan anggur” (pangkal ayat 19). Di jazirah Arab tumbuh

anggur, kurma, zaitun, tin dan buah-buahan lainnya, dan negeri kita daerah

khatulistiwa yang tumbuh berbagai macam dan ragam buah-buahan yang

tidak ada di jazirah Arab, seperti durian, rambutan, papaya, pisang, dan

segala macam ragamnya, kedondong, sawo, manggis, duku, langsat, dan

lain-lainnya. Tebtu semua itu merupakan Qadar atau ukuran air yang

diturunkan Allah dalam bentuk hujan. “Dan dari padanyalah kamu makan”

(ujung ayat 19) dan semua itu adalah ciptaan Allah untuk kita jadikan

makanan (Hamka, 1983a).

Berbagai macam varian buah serta mengandung banyak gizi selain buah

yang disebut diatas. Kita dapat memilih buah tersebut sesuai dengan selera

kita dan kebutuhan yang kita inginkan dengan tingkat mengkonsumsinya

harus tepat. Sebagai ummat Rasulullah saw., mari kita memulai hidup sehat

dengan mencontoh sunnahnya yaitu rajin mengkonsumsi buah-buahan agar

ibadah kita semakin lancar dan ketakwaan kitapun meningkat (Hasan,

2019).
93

Berdasarkan penjelasan Arifin (2015) di dalam buku samudera al-fatihah

yang menyatakan bahwa terjadi pergantian musim yang ada di bumi.

Pergantian musim ini tidak langsung seketika terjadi namun sebelumnya

terjadi wabah yang hanya dapat di tangkal oleh musim tersebut, jadi pada

saat terjadi wabah maka pasti selalu akan terjadi pergantian musim di dunia

ini, baik itu musim kemarau, musim hujan, musim buah-buahan, dan

musim-musim lainnya. Ketika terjadi musim buah-buahan baik itu anggur,

rambutan, durian, mangga, dan berbagai macam buah, kita sebagai makhluk

Alllah Swt. dapat menikmati buah-buahan tersebut namun dalam batas yang

sewajarnya atau tidak berlebihan dalam mengkonsumsinya karena hal ini

sangat merugikkan bagi manusia yang berhubungan dengan kesehatan.

Sebagai mana telah di jelaskan dalam QS. Al-A’raf/7 : 31:

‫ ِرفُ ٓو ۚ ْا إِنَّ ۥهُ اَل‬b‫ُوا َواَل تُ ۡس‬ ۡ ‫وا َو‬b


ْ ‫ َرب‬b‫ٱش‬ ْ ُ‫ ِج ٖد َو ُكل‬b‫ ِّل َم ۡس‬b‫ َد ُك‬b‫وا ِزينَتَ ُكمۡ ِعن‬
ْ ‫ ُذ‬b‫ٰيَبَنِ ٓي َءا َد َم ُخ‬
٣١ َ‫ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡس ِرفِين‬
Terjemahnya:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.”(Kementrian Agama RI, 2013)
Makna ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan untuk

menggunakan pakaian yang indah minimal yang menutup aurat ketika

hendakke masjid. Dan makan lah makanan yang baik, halal, enak,

bermanfaat lagi bergizi. Perintah makan dan minum dan janganlah berlebih-

lebihan yakni melampaui batas merupakan tuntutan yang harus disesuaikan

dengan kondisi setiap orang. Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup

untuk seseorang, boleh jadi dinilai telah melampaui batas atau belum cukup

buat orang lain, atas dasar tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ayat
94

tersebut mengajarkan sikap proporsional dalam makan dan minum. (Shihab,

2012b)

3. Konstribusi faktor sosial dan keterikatan keluarga terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji parsial faktor sosial dan

keterikatan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja dengan nilai p value 0,032 (p <0,05),

hal ini dibuktikan dengan nilai kekuatan hubungan dengan nilai 0,202 yang

berarti kekuatan hubungan antara faktor sosial dan keterikatan keluarga

dengan perilaku konsumsi buah dan sayur berkorelasinya lemah.

Berdasarkan teori Leininger dalam sunrise model mengatakan faktor

keluarga dan sosial merupakan faktor yang perlu terlibat dalam pemberian

ttindakan keperawatan yang sesuai dengan budaya anaknya, maka yang

perlu diperhatikan dan dikaji adalah bagaimana peran keluarga dalam

tumbuh-kembang anaknya, hubungan antara anggota keluarganya dan

kebiasaan yang sering dilakukan oleh keluarga contohnya keluarga sering

mengkonsumsi buah dan sayur. (Sutria, 2013)

Hal ini didukung oleh penelitian Nagawa et al. (2018) menyatakan

bahwa faktor sosial yaitu pengaruh keluarga akan lebih cenderung

mengkonsumsi buah dan sayur ketika keluarga mereka juga mengkonsumsi,

sebaiknya orangtua menciptakan lingkungan yang mendukung melalui

peningkatan ketersediaan sayur dan buah di rumah agar anggota keluarga

lainnya dapat mengonsumsi sayur dan buah dengan cukup. Penelitian

lainnya, Melinda (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara contoh perilaku dari orangtua dengan perilaku konsumsi


95

buah dan sayuran, hal ini disebabkan karena dorongan orangtua lebih suka

mengkonsumsi buah dan sayur sehingga anaknya terdorong untuk

berperilaku yang sama dengan orangtuanya (Melinda, 2013). Namun

penelitian dari Nurlidyawati (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan keluarga utamanya orangtua terhadap perilaku konsumsi buah

dan sayur pada anaknya, hal ini dikarenakan tersedianya buah dan sayur di

dalam rumah rendah di sehingga orangtua kurang mengkonsumsi buah dan

sayuran.

Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena adanya hubungan

sosial antara keluarga utamanya orangtua yang mendukung dalam hal

mengkonsumsi buah dan sayuran, ketika orangtuanya lebih sering

mengkonsumsi buah dan sayur, sering menyediakan berbagai buah dan

sayur serta saling mengingatkan antara anggota keluarga untuk

mengkonsumsi makanan yang sehat seperti buah dan sayura, sehingga

remaja dapat meningkat perilaku konsumsi buah dan sayur setiap harinya,

sebaliknya ketika lingkungan keluarga tidak mendukung mulai dari

penyediaan buah dan sayur yang rendah, maka perilaku konsumsi buah dan

sayur pada remaja sangat kurang.

4. Konstribusi faktor nilai budaya dan gaya hidup terhadap perilaku konsumsi

buah dan sayur

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji parsial pengaruh faktor nilai

budaya dan gaya hidup tidak berberkonstribusi secara signifikan terhadap

perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja dengan nilai p value 0,585

(p >0,05), hal ini dibuktikan dengan nilai kekuatan hubungan dengan nilai

0,064 yang berarti kekuatan hubungan antara faktor nilai budaya dan gaya
96

hidup dengan perilaku konsumsi buah dan sayur berkorelasinya sangat

lemah.

Berdasarkan teori Leininger dalam sunrise model mengatakan faktor nilai

budaya dan gaya hidup merupakan aturan sosial yang diyakini oleh

seseorang di masayarakat sebagai gaya hidup sehari-hari, sehingga

seseorang tersebut berperilaku sesuai dengan budaya di sekitanya. Yang

perlu di perhatikan dan dikaji adalah bagaimana kebiasaan makan,

pantangan terhadap makanan tertentu, yang berpengaruh terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur. (Sutria, 2013)

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Nagawa et al. (2018)

menyatakan bahwa di Authority, Uganda budaya ataupun kepercayaan

terhadap hal-hal tabu terhadap konsumsi buah dan sayur tidak ada

pengaruhnya dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di

kotanya. Namun hasil penelitian Nemeth et al. (2019) menyatakan bahwa

latar belakang budaya yang kuat mempengaruhi perilaku makan siswa di

Hongaria, dimana siswa mempertahankan bagian yang bermakna dari nilai-

nilai gizi pada makanan yang mereka makan, dengan makanan sehat seperti

daging ayam, buah dan sayuran merupakan pertanda baik untuk

meningkatkan kesehatan meraka. Hal ini juga di kuat dalam teori Mary E.

Barasi (2009) yang mengatakan bahwa budaya adalah penentu utama dari

pemilihan makanan, budaya memberikan dan memperkuat identitas dan rasa

memiliki, dan mempertegas perbedaan dari budaya lain.

Peneliti berasumsi hal ini disebabkan karena nilai budaya adalah sesuatu

yang di rumuskan oleh penganut budaya yang dianggap baik dan buruk.

Remaja saat ini dengan nilai budaya yang ada disekitarnya sehingga terjadi
97

perubahan gaya hidup seseorang utamanya dalam kebiasaan mengkonsumsi

makanan yang tidak sehat seperti fast food, semakin sering remaja

mengkonsumsi makanan yang tidak sehat maka menjadi penghalang bagi

remaja untuk memilih makanan yang sehat seperti buah dan sayur. Hal ini

sejalan dengan penelitian (Lestari, 2013) yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengkonsumsi fast food dengan

perilaku konsumsi buah dan sayur. Selain itu, faktor nilai budaya dan gaya

hidup tidak berkonstribusi secara signifikan dengan korelasi yang nilainya

sangat kecil terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja karena

karakteristik responden remaja berasal dari suku yang budayanya dan gaya

hidupnya tidak terlalu jauh berbeda karena berada di daerah wilayahyang

sama.

5. Konstribusi faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji parsial faktor kebijakan dan

peraturan yang berlaku berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

konsumsi buah dan sayur pada remaja dengan nilai p value 0,039 (p <0,05),

hal ini dibuktikan dengan nilai kekuatan hubungan dengan nilai 0.217 yang

berarti kekuatan hubungan antara faktor kebijakan dan peraturan yang

berlaku dengan perilaku konsumsi buah dan sayur berkorelasinya lemah.

Berdasarkan teori Leininger dalam sunrise model mengatakan kebijakan

dan peraturan yang berlaku adalah semua yang mempengaruhi kegiatan

seseorang utuk berperilaku. Dengan adanya kebijaikan dan peraturan yang

berlaku membuat seseorang untuk taat terhadap kebijakan dan aturan yang
98

ada contohnya kebijakan dan aturan untuk meningkatkan kosumsi buah dan

sayur. (Sutria, 2013)

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nagawa et al. (2018)

menyatakan bahwa kebijakan dan peraturan yang ada tentang

mengkonsumsi buah dan sayur baik itu dari pemerintah, maupun dari

sekolah mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja,

ketika pemerintah lebih menegaskan tentang pentingya konsumsi buah dan

sayur dan adanya program dari sekolah penyediaan buah dan sayur

secara gratis, hal itu memungkinkan keinginan remaja mengkonsumsi buah

dan sayur lebih banyak. Hal ini di dukung pada penelitian Syam dan Nurfita

(2019) tentang adanya program Germas yaitu pelatihan dalam

pengolahan buah dan sayur pada ibu rumah tangga agar seluruh anggota

keluarga berminat untuk mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari.

Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena kebijakan

pemerintah yang mulai memperbaiki dan meningkat status kesehatan pada

remaja mulai berjalan dengan adanya aturan yang dibuat oleh pemerintah

tentang pentingnya konsumsi buah dan sayur, program pemerintah promosi

kesehatan dari instansi kesehatan terkait perilaku konsumsi buah dan sayur.

6. Konstribusi faktor ekonomi yang berlaku terhadap perilaku konsumsi buah

dan sayur

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji parsial faktor ekonomi

berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur

pada remaja dengan nilai p value 0,039 (p <0,05), hal ini dibuktikan dengan

nilai kekuatan hubungan dengan nilai 0,184 yang berarti kekuatan

hubungan antara faktor ekonomi dengan perilaku konsumsi buah dan sayur

berkorelasinya sangat lemah.


99

Berdasarkan teori Leininger dalam sunrise model mengatakan faktor

ekonomi ikut menentukan seseorag untuk mengambil keputusan sesuai

dengan kemampuannya. Artinya ekonomi ikut dalam menentukan perilaku

seseorang terhadap kesehatannya, contohnya semakin baik ekonomi

seseorang maka semakin baik pula dalam menentukan makanan yang sehat.

(Sutria, 2013)

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lestari (2013) menyatakan bahwa

pendapatan orang tua yang tinggi mempengaruhi perilaku konsumsi buah

dan sayur pada remaja lebih besar dibandingkan dengan pendapatan

orangtua yang kurang, karena ketidak mampuan untuk membeli buah-

buahan dan sayur yang mungkin mereka tahu manfaatnya. Penelitian dari

Ugur et al. (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara

ekonomi dengan perilaku konsumsi buah dan sayur, mereka memiliki

anggaran bulanan yang cukup untuk membeli buah dan sayur dari

pendapatan kerjanya setiap bulannya sehingga dapat meningkatkan perilaku

konsumsi buah dan sayur.

Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi

yang baik, maka semakin banyak jumlah dan jenis makanan yang dapat

diperoleh. Sebaliknya, orang yang hidup dalam kemiskinan atau

berpenghasilan rendah memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk

memilih makanan. Ini mungkin merupakan akibat dari tidak tersedianya

makanan di daerah mereka, kurangnya uang untuk membeli makanan, atau

keduanya.

7. Kontribusi faktor pendidikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur


100

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji parsial pengaruh faktor

pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi

buah dan sayur pada remaja dengan nilai p value 0,231 (p>0,05), hal ini

dibuktikan dengan nilai kekuatan hubungan dengan nilai 0,126 yang berarti

kekuatan hubungan antara faktor pendidikan dengan perilaku konsumsi

buah dan sayur berkorelasinya sangat lemah.

Berdasarkan teori Leininger dalam sunrise model mengatakan pendidikan

merupakan pengalaman seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan

masalah kesehatan (Leininger, 2002). Semakin tinggi pendidikan seseorang

maka semakin baik pula menyelesaikan masalah kesehatannya. Yang perlu

di perhatikan dan dikaji yaitu kemampuannya dalam menerima pendidikan

kesehatan, sehingga berpengaruh terhadap perilakunya.(Sutria, 2013)

Hal ini sejalan dengan penelitian Nenobanu et al., (2018) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan

yang diberikan tentang pengetahuan gizi terhadap perilaku konsumsi

utamanya buah dan sayur, hal ini didukung oleh teori (Khomsan, Ali, 2008)

seseorang yang memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan yang baik

belum tentu memiliki perilaku konsumsi yang baik.

Hasil penelitian Novida (2018) menyatakan bahwa pendidikan yang

didapatkan oleh siswa dalam meningkatkan pengetahuan gizi memiliki

hubungan yang bermakna terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada

remaja. Di dalam penelitian lainnya menyatakan bahwa tingkat pendidikan

ibu yang berpengaruh terhadap kemampuan konsumsi buah dan sayur

remaja, ibu yang memiliki pendidikan tinggi memiliki peluang 3,78 kali

untuk menyediakan buah dan sayur dibandingkan dengan ibu yang memiliki

pendidikan rendah (Asih Anggraeni dan Sudiarti, 2018).


101

Peneliti berasumsi bahwa faktor pendidikan tidak berkonstribusi

terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja karena responden

dalam penelitian ini bersifat homogen, semua responden remaja ini masih

dalam tahap menempuh pendidikan, sehingga didapatkan hasil uji statistik

yang korelasinya tidak singnifikan.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, yaitu: peneliti melakukan

pengambilan data menggunakan google form kuesioner online dengan

menyebarkan link kuesioner kepada berapa responden serta grup remaja,

kuesioner online ini di isi langsung oleh responden yang menyebabkan peneliti

sulitnya mengontrol kejujuran dari responden dalam mengisi kuesioner

sehingga akurasi data tidak bisa optimal dalam situasi penelitian di tengah

pandemic Covid-19 saat ini.


102

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa

konstribusi faktor-faktor sunrise model oleh Leininger’s dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini, secara statistik didapatkan hanya tiga variabel faktor

yang signifikan berkorelasi terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur

yaitu: faktor sosial dan keterikatran keluarga, faktor kebijakan dan

peraturan yang berlaku, dan faktor ekonomi. Namun secara keseluruhan

dari tujuh faktor yang ada di dalam sunrise model semuanya berkonstribusi

sebesar 9,3%.

2. Terdapat empat variabel faktor yang berkontribusi dan korelasi yang tidak
signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja

berasarkan sunrise model yaitu faktor teknologi, faktor agama dan falsafah

hidup, faktor nilai budaya dan gaya hidup dan faktor pendidikan.

B. Saran

1. Bagi Pihak Sekolah

Diharapkan kepada pihak sekolah untuk memberikan pengetahuan kepada

siswa tentang pentingya menjaga kesehatan tubuh dengan mengkonsumsi

buah dan sayuran yang bekerjasama dengan instansi kesehatan, serta

program menyediakan kebun sekolah yang bekerjasama dengan

pemerintah.
103

2. Bagi Pihak Dinas Kesehatan Kota Makassar

Diharapkan kepada pihak dinas kesehatan untuk melakukan program rutin

pendidikan kesehatan yang dapat meningkatkan perilaku konsumsi buah

dan sayur pada remaja, dan membuat buat kebun buah dan sayur yang

dapat di kunjungi secara gratis.

3. Bagi Pihak Keluarga

Diharapkan kepada pihak keluarga untuk tetap mempertahankan perilaku

konsumsi buah dan sayuran dengan selalu menyediakan buah-buahan serta

sayur setiap kali makan.

4. Bagi Penelitian selanjutnya

Penelitian ini merupakan studi awal tentang 7 faktor dimensi budaya yang

berkonstribusi terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja

berdasarkan sunrise model, dan di harapkan untuk penelitian selanjutnya

melihat tipe-tepe keperawatan yang diangkat oleh Leininger, yaitu: cultural

care preservation or maintenance, cultural care accommodation or

negotiation, dan cultural care repatterning or restructuring agar

kedepannya teori keperawatan yang di gunakan dapat berkontribusi dalam

menentukan intervensi keperawatan yang tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Adisti, P. (2010). Personality Plus for Teens. Pustaka Grhatama.


Adriani & Meryana. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Kencana
Predana Media Group.
Al-otaibi, H. H. (2015). Factors influencing Fruit and Vegetable Intake in
Adolescents.
Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Andrews, M. M. dan Boyle, J. (2012). Transcultural Concepts in Nursing Care
(6th ed.). Wolters Kluwer.
Arbianingsih & Huriati. (2013). Keperawatan Anak Konsep dan Prosedur
Tindakan. Alauddin University Press.
Arifin, H. B. (2015). Samudera Al-Fatihah: Manfaat dan Keistimewaan Induk Al-
Qur’an. Zahira.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Rineka
Cipta.
Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan, Edisi 2. EGC.
Asih Anggraeni, N., & Sudiarti, T. (2018). Faktor Dominan Konsumsi Buah dan
Sayur pada Remaja di SMPN 98 Jakarta. Indonesian Journal of Human
Nutrition, 5(1), 18–32. https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.01.3
Astawan, M. (2008). Sehat dengan Sayuran: Panduan Lengkap Menjaga
Kesehatan dengan Sayuran. Dian Rakyat.
Astawan, M., & Kasih, A. . (2008). Khasiat Warna-Warni Makanan. Gramedia
Pustaka Utama.
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Bappenas. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Badan Pusat
Statistik.
BKP. (2018). Perkembangan Konsumsi Buah dan Sayur 2013-2017. Badan
Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI.
BPS. (2011). Survey Social Ekonomi Nasional.
BPS. (2013). Rata-rata konsumsi kalori (KKal) per kapita sehari menurut
kelompok makanan 1999, 2002-2013. Badan Pusat Statistik.
BPS. (2017). Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan Fokus Khusus: Tren
Konsumsi dan Produksi Buah dan Sayur. Badan Pemantauan Ketahanan dan
Pangan.
Brown, J., & et al. (2005). Nutrition Through The Life Cycle (2nd ed.). USA:
Thomson Wadsworth.
CDC. (2013). Stage Indicator Report on Fruits and Vegetables 2013. CDC.
Dapodikdasmen. (2020). Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
https://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/progres-smp/2/196000
Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Pustaka Baru Press.
Efendi dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktek dalam Keperawatan. Salemba Medika.
FAO/WHO. (2004). Fruit and Vegetables for Health Fruit and Vegetables. 1–47.
https://doi.org/10.1002/chem.201404551
Flaherty, M. O., Flores-mateo, G., Nnoaham, K., Lloyd-williams, F., & Capewell,
S. (2015). Potential cardiovascular mortality reductions with stricter food
policies in the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland.
February 2012, 522–531. https://doi.org/10.2471/BLT.11.092643
Forouzanfar, M. H., Afshin, A., Alexander, L. T., Biryukov, S., Brauer, M.,
Cercy, K., Charlson, F. J., Cohen, A. J., Dandona, L., Estep, K., Ferrari, A.
J., Frostad, J. J., Fullman, N., Godwin, W. W., Griswold, M., Hay, S. I., Kyu,
H. H., Larson, H. J., Lim, S. S., … Zhu, J. (2016). Global, regional, and
national comparative risk assessment of 79 behavioural, environmental and
occupational, and metabolic risks or clusters of risks, 1990–2015: a
systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2015. The
Lancet, 388(10053), 1659–1724. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(16)31679-8
French et al. (2001). Fast Food Restaurant Use Among Adolescens: Association
With Nutrient Intake, Food Choice and Behavioral and Psychological
Variables. International Journal of Obesity, 25, 1823–1833.
Gebremariam, M. K., Henjum, S., Terragni, L., & Elin Torheim, L. (2016).
Correlates of fruit, vegetable, soft drink, and snack intake among
adolescents: The ESSENS study. Food and Nutrition Research, 60, 1–9.
https://doi.org/10.3402/fnr.v60.32512
Gibson, R. S. (2005). Principles of Nutrisional Assesment 2nd Edition. Oxford
University Press.
Giger, J., & Davidhizar. (2013). Transcultural Nursing: Assesmentand
Intervention. Mosby Year Book.
Gonzalo, A. (2011). Madeleine M. Leininger-Theoretical Fondation of Nursing.
http://nursingtheories.weebly.com/madeleine-m-leininger.html
Hamka. (1983a). Tafsir Al-Azhar Juzu’ 18. Pustaka Nasional Pte Ltd.
Hamka. (1983b). Tafsir Al-Azhar Juzu’ 8. Pustaka Nasional Pte Ltd.
Hamka. (1985). Tafsir Al-Azhar Juzu’ 28-29-30 (I). Pustaka Panjimas.
Handayani, I., Lubis, Z., & Aritinang, E. Y. (2018). Pengaruh Penyuluhan dengan
Media Permainan Ular Tangga Terhadap Pengetahuan Tentang Buah dan
Sayur pada Siswa MTS-S Almanar Kecamatan Hamparan Perak. Penel
Dosen Prodi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara Email:, 3(1), 115–123.
Hariyanto, M. (2012). Pandangan Islam tentang Kesehatan. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hasan, A. F. (2019). 100 Resep Sehat Cara Nabi. Quanta: Elex Media
Komputindo.
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika.
Hidayat, T., Punia, I., & Kebayantini, N. (2013). Peran Media Sosial Terhadap
Perilaku Konsumtif Kaum Remaja di Desa Tegal Kertha, Kecamatan
Denpasar Barat, Kota Denpasar. 1–10.
Isnaningsih, T. (2019). Pendidikan Kesehatan Melalui Media Booklet dan Audio
Visual Untuk Meningkatkan Pengetahuan Tentang Konsumsi Buah dan
Sayur. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(1), 48–56.
https://doi.org/10.31605/ijes.v2i1.528
Istiany, A., & Rusilanti. (2013). Gizi terapan. PT Remaja Rosdakarya.
KBBI. (2019a). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Konsumsi.
https://kbbi.web.id/konsumsi
KBBI. (2019b). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Nilai Budaya.
https://kbbi.web.id/nilai
KBBI. (2019c). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pendidikan.
https://kbbi.web.id/pendidikan
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2017a). Hari Gizi Nasional 2017: Ayo Makan Sayur dan Buah
Setiap Hari.
https://www.facebook.com/KementerianKesehatanRI/posts/hari-gizi-
nasional-2017-ayo-makan-sayur-dan-buah-setiap-hari-pilar-pertama-
progr/1522825471080881/
Kemenkes RI. (2017b). Tingkatan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju
Masyarakat Hidup Sehat. www.depkes.go.id%0A
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Kementrian Kesehatan RI : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementrian Agama RI. (2013). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Darus Sunnah.
Khomsan, Ali, dkk. (2008). Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Departemen
Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga : Fakultas Pertanian IPB.
Khomsan, A. (2009). Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader
Posyandu serta Perbaikan Gizi Keluarga. Departemen Gizi Masyarakat IPB.
Khomsan, A., & Dkk. (2008). Sehat itu Mudah. Hikmah.
KPPPA. (2018). Profil Anak Indonesia 2018. Kemetrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Bekerjasama dengan Badan Pusat
Statistik (BPS).
Krolner, R., Rasmussen, M., Brug, J., Klepp, K.-I., Wind, M., & Due, P. (2011).
Determinants of fruit and vegetable consumption among children and
adolescents: a review of the literature. Part II: qualitative studies.
International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 6(4),
553–560. https://doi.org/10.1177/104973239600600407
Kurniasih, D., & Dkk. (2010). Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Leininger, M. (2002). Culture Care Theory : A Mayor Contribution to Advance
Transcultural Nursing Knowledge and Practices. Culture Care Theory : A
Mayor Contribution to Advance Transcultural Nursing Knowledge and
Practices, 13, 189.
Lestari, A. D. (2013). Skripsi: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa SMP negeri 226 Jakarta Selatan
Tahun 2012. UIN Syarif Hidayatullah.
Liese, A. D., Bell, B. A., Barnes, T. L., Colabianchi, N., Hibbert, J. D., Blake, C.
E., & Freedman, D. A. (2013). Environmental influences on fruit and
vegetable intake: Results from a path analytic model. Public Health
Nutrition, 17(11), 2595–2604. https://doi.org/10.1017/S1368980013002930
Marlinda, P. D. (2016). Skripsi Pola Konsumsi Sayur dan Buah: Faktor yang
mempengaruhi Konsumsi Sayur dan buah.
Mary E. Barasi. (2009). At a Glance Ilmu Gizi. Erlangga.
Melinda, K. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah
dan Sayur pada Siswa di SMPN 28 Jakarta.
Melo, L. P. d. (2013). Sunrise Model: a Contribution to the Teaching of Nursing
Consultation in Collective Health. American Journal of Nursing Research,
1(1), 20–23.
Mulya, H. C., & Sumargi, A. M. (2016). Self-Regulation dan Perilaku Makan
Sehat Mahasiswa yang Mengalami Dyspepsia Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya. Jurnal Experience, 4, 65–74.
Nagawa, M., Kirabira, P., Atuhairwe, C., & Mugisha Taremwa, I. (2018). Socio-
Ecological Model factors influencing Fruit and Vegetable consumption
among adolescents in Nakawa division, Kampala Capital City Authority,
Uganda. Preventive Medicine and Community Health, 1(3), 1–7.
https://doi.org/10.15761/pmch.1000113
Nainggolan, O., & Adimunca. (2005). Diet sehat dengan serat. Cermin dunia
kedokteran.
Nemeth, N., Rudnak, I., Ymeri, P., & Fogarassy, C. (2019). The role of cultural
factors in sustainable food consumption-An investigation of the consumption
habits among international students in Hungary. Sustainability (Switzerland),
11(11). https://doi.org/10.3390/su11113052
Nenobanu, A. I., Kurniasari, M. D., Rahardjo, M., Studi, P., Ilmu, S., &
Kedokteran, F. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswi Asrama Universitas Kristen
Satya Wacana. 5(1), 95–103.
Novida, K. (2018). Hubungan Pengetahuan Gizi dan Dukungan Teman Sebaya
dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa SMPN 5 dan MTSN
1 Padang tahun 2018. In Skripsi Universitas Andalas.
Nurjanah, R. (2017). Skripsi Faktor-Faktor Pola Makan Pada Remaja Di Smk
Negeri 4 Yogyakarta Tahun 2017. Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurlidyawati. (2015). Skripsi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa Kelas VII dan IX SMP Negeri 127
Jakarta. FKIK : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Imu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(4th ed.). Salemba Medika.
Pelterz K, P. S. (2012). Fruits and Vegetables Consumtion and Asosiated Factors
Among In-School Adolencens In Five Southeast Asian Countries.
International Journal Environ Res Publich Health, 9(3575), 87.
Perry and Potter. (2009). Fundamental Keperawatan (7th ed.). Salemba Medika.
Prakoso, S. A. (2017). Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, Kelompok
Teman Sebaya dam Status Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Perilaku
Konsumtif Mahasiswa.
Pratiwi, A. (2010). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Gosyen Publishing.
Rhaisa, G., Carvalho, F. De, Vargas, S., Chagas, S., & Toral, N. (2017).
Nutritional interventions for adolescents using information and
communication technologies ( ICTs ): A systematic review. 1–12.
Riskesdas. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas)
tahun 2013. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Risnah. (2018). Sejarah, Teori dan Model Keperawatan. Pustaka Almaida.
Ruwaidah, A. (2007). Penyakit Akibat Lalai Mengkonsumsi Buah dan Sayur serta
Solusi Penyembuhannya. Diakses pada 30 oktober 201 9dari
www.healindonesia.com/2019/10/30/
S.K Lwanga and S. Lemeshow. (2020). Simple Size Determination in Health
Study A Practical Manual (Software Version by KC Lun and Peter Chiam
National University of Singapore). WHO.
Santoso, S. O., Janeta, A., Kristanti, M., Perhotelan, P. M., Manajemen, P. S.,
Petra, U. K., & Siwalankerto, J. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemilihan Makanan pada Remaja di Surabaya.
Sekarindah, T. (2008). Terapi Jus Buah dan Sayur. Puspa Swara.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu.
Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran.
Volume 7 (7th ed.).
Shihab, M. Q. (2012a). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an. Volume 15 (5th ed.). Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2012b). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an. Volume 4. Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2012c). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an. Volume 8 (5th ed.). Lentera Hati.
Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Kanisius.
Sirahuddin, Surmita, & Astuti, T. (2018). Bahan Ajar Gizi: Survey Konsumsi
Pangan (2018th ed.). Kementrian Kesehatan RI : Pusat Pendidikan dan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Siswantoro, H. D., Syarif, A. S., Primasari, & Nurhayati. (2014). Buku Studi Diet
Total dan Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Sulawesi Selatan
2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian. Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D.
Alfabeta.
Sumonja, S., & Novaković, B. (2013). Determinants of fruit, vegetable, and dairy
consumption in a sample of schoolchildren, northern Serbia, 2012.
Preventing Chronic Disease, 10(5), 1–9.
https://doi.org/10.5888/pcd10.130072
Sutria, E. (2013). Keperawatan Transkultural (Pendekatan, Teori, dan Aplikasi).
Alauddin University Press.
Syam, N. S., & Nurfita, D. (2019). Pelatihan Pemanfaatan Buah dan Sayur Untuk
Mendukung Program Gerakan MAsyarakat Sehat (GERMAS) pada Kader
Aisyiyah Banguntapan Utara. Jurnal Pemberdayaan Hasil Pengabdian
Kepada Masyarakat, 3(1), 97–102.
Ugur, A., Gok, Y., & Ugur, H. G. O. K. (2014). Impact of socio-cultural and
economic factors on vegetable consumption behaviours : case of Giresun
Province , Turkey. 34(4), 688–693.
Wang, et al. (2014). Fruit and vegetable consumption and mortality from all
causes , cardiovascular disease , and cancer : systematic review and dose-
response meta-analysis. 4490(July), 1–14. https://doi.org/10.1136/bmj.g4490
WFP. (2017). Studi kebiasaan makan.
WHO/FAO. (2003). Expert Report on Diet, Nutrition and The Prevention of
Chronic Disease.
WHO. (2011). Fruit and Vegetables Importance for Public Health UN High Level
Meeting on Non-Communicable. WHO.
WHO. (2016). Increasing fruit and vegetable consumption to reduce the risk of
noncommunicable diseases.
https://www.who.int/elena/titles/commentary/fruit_vegetables_ncds/en/
Wulansari, N. D. (2009). Konsumsi serta Prefensi Buah dan Sayur pada Remaja
dengan Status Sosial Ekonomi di Bogor. Skripsi Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Assalamualaikum Wr.Wb Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Nama : Ikrimah Syam
Nim : 70300116033
Alamat : Dusun Pancana, Desa Julukanaya, Kec. Pallangga, Kab. Gowa
Telpon : 081341325391
Akan mengadakan penelitian dengan Judul: “ANALISIS FAKTOR YANG
BERKONSTRIBUSI TERHADAP PERILAKU KONSUMSI BUAH DAN
SAYUR PADA REMAJA DI KOTA MAKASSAR APLIKASI SUNRISE
MODEL”. Penelitian ini bagian dari tugas akhir kuliah (Skripsi) saya dibawah
bimbingan 1 Dr.Arbianingsih S.Kep., Ns.,M.Kes dan bimbingan II Dr. Risnah,
S.Kep., Ns., M.Kes.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berkonstribusi
terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja berdasarkan teori
keperawatan. Manfaat yang didapatkan dalam mengikuti penelitian ini adalah
remaja bisa berpartisipasi langsung dalam penentuan faktor yang mana saja dan
yang paling besar konstribusinya terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur di
kota Makassar.
Dalam penelitian ini diharapkan remaja mengisi kuesioner dengan keadaan
yang sebenar-benarnya. Penelitian ini tidak akan menimbukan akibat yang
merugikan adik-adik sebagai responden. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini
tidak berbahaya dan menimbulkan dampak negatif bagi responden. Peneliti akan
menjaga kerahasiaan dan keterlibatan adik-adik dalam penelitian ini.
Untuk keperluan tersebut saya sangat mengharapkan kesediaan dari adik-adik
untuk menjadi responden dalam penelitian saya. Keikutsertaan adik-adik dalam
penelitian ini bersifat sukarela tanpa adanya paksaan. Oleh karena itu adik-adik
berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini tanpa ada sanksi atau
perbedaan apapun. Jika adik-adik setuju untuk berpartisipasi, diharapkan adik-
adik menandatangani persetujuan mengikuti penelitian. Jika masih ada hal yang
belum jelas atau dimengerti adik-adik bisa menanyakan atau mememinta
penjelasan dengan saya. Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan
terimakasih.

Peneliti
(IKRIMAH SYAM)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Umur :
Alamat/No.Tlp:
Setelah membaca dan mengerti dengan penjelasan yang diberikan terkait tujuan
serta maanfaat dari penelitian, saya setuju untuk menjadi responden dalam
penelitian “ANALISIS FAKTOR YANG BERKONSTRIBUSI TERHADAP
PERILAKU KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA DI KOTA
MAKASSAR: APLIKASI SUNRISE MODEL”
Saya mengetahui bahwa keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela
tanpa ada paksaan dari pihak manapun dan berhak menolak untuk menjadi
responde dalam penelitian ini.
Saya mengetahui penelitian ini tidak mempunyai dampak negatif serta
merugikan bagi saya dan keluarga saya, sehingga jawaban dan hasil observasi
benar-benar dirahasiakan. Dengan begitu, saya satuju dan siap berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari
pihak manapun untuk diperlukan sebagaimana mestinya.

Makassar, 2020
Responden

( )
INFORMED CONSENT

QUETIONER GOOGLE FROM

Assalamualaikum Wr.Wb dan salam sejahtera

Selamat pagi/selamat siang/selamat malam untuk semua adik-adik

Saya Dr. Arbianingsih, S.Kep., Ns., M.Kes dosen jurusan Keperawatan UIN
Alauddin Makassar bersama tim peneliti keperawatan anak yaitu Ikrimah Syam,
dan Mulyana Anwar dari mahasiswa keperawatan UIN Alauddin Makassar yang
saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor yang
Berkonstribusi Terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Pada Remaja:
Aplikasi Teori Leininger”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berkonstribusi terhadap


perilaku konsumsi buah dan sayur remaja berdasarkan pada teori keperawatan.
Manfaat dalam mengikuti penelitian ini adalah remaja bisa berpartisipasi langsung
dalam penentuan faktor yang mana saja dan yang paling besar konstribusinya
terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur.

Kami mengharapkan adik-adik mengisi kuesioner dengan keadaan yang sebenar-


benarnya,karena tidak ada jawaban benar atau salah maupun baik atau buruk.
Semua jawaban dikatakan baik apabila sesuai dengan keadaan adik-adik
Penelitian ini tidak akan menimbukan akibat yang merugikan adik-adik sebagai
responden. Semua jawaban dan identitas adik-adik akan dijamin kerahasianya dan
penelitian ini menjujung tinggi etika penelitian.

No. Etik penelitian:

C.019/KEPK/FKIK/IV/2020

CP. PJ Penelitian:

081242297074 (Dr. Arbianingsih, S.Kep., Ns., M.Kes)

081341325391 (Ikrimah Syam)


085256380746 (Mulyana Anwar)

Keikutsertaan adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela. Oleh karena itu
adik-adik berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini tanpa ada sanksi atau
perbedaan apapun. Jika adik-adik setuju untuk berpartisipasi, diharapkan adik-
adik mencetang persetujuan mengikuti. Terimah kasih atas partisipasi adik-adik.
Silahkan mengisi kuesioner berdasarkan petunjuk yang ada.
ANGKET

ANALISIS FAKTOR YANG BERKONSTRIBUSI TERHADAP


KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA : APLIKASI SUNRISE
MODEL

No. Responden(*) :
Tanggal Pengisian :

Petunjuk Pengisian:

1. Kuesioner ini diisi oleh responden


2. Bacalah dengan dengan baik setiap pertanyaan dan jawablah di tempat
yang tersedia
3. Pilihlah pilihan jawaban yang menurut Anda sesuai dengan pikiran dan
pengalaman Anda
4. Bertanda (*) diisi oleh peneliti
5. Bacalah Do’a sesuai keyakinan masing-masing, sebelum mengisi
kuesioner ini.

Data Demografi
Nama Lengkap :

Usia :

Jenis Kelamin :

Agama :

Suku :

Asal Sekolah :
Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER A

KONSTRIBUSI FAKTOR SOSIAL BUDAYA TERHADAP KONSUMSI


BUAH DAN SAYUR PADA REMAJA : APLIKASI SUNRISE MODEL

Faktor Teknologi
1. Pilihlah jawaban yang sesuai “Ya” atau “Tidak”
2. Berilah tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban responden pada kolom
jawaban yang tersedia
No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Saya mendapatkan informasi tentang buah dan
sayur dari media komunikasi kesehatan
interpersonal seperti Dokter, Perawat, Bidan, Ahli
gizi, dan lainnnya.
 Ya
 Tidak
Jika Pernah, dimana? (pilihan boleh lebih dari satu)
 Dokter
 Perawat
 Bidan
 Ahli gizi
 Lainnya.............(tuliskan)

2. Apakah Anda pernah mendapatkan informasi


tentang buah dan sayur dari fasilitas yang tersedia
seperti sekolah, rumah sakit, puskesmas/pustu,
rumah, dan lainnya
 Ya
 Tidak
Jika Pernah, dimana? (pilihan boleh lebih dari satu)
 Sekolah
 Rumah sakit
 Puskesmas
 Rumah
 Lainnya…………(tuliskan)
3. Saya mampu mengakses informasi tentang
mengkonsumsi sayur dan buah dari media cetak
seperti koran, majalah, bulletin, leafleat
Faktor Agama dan falsafah Hidup
Berilah tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban responden pada kolom jawaban
yang tersedia
Keterangan :
SS (Sangat Setuju) = 4 TS (Tidak Setuju) =2
S (Setuju) = 3 STS (Sangat Tidak Setuju) = 1
No Pertanyaan SS S TS STS Nilai(*)
.
1. Saya memiliki agama dan percaya
terhadap segala sesuatu yang
diputuskan oleh agama saya

2. Saya percaya bahwa buah dan


sayur adalah suatu anugerah yang
diberikan oleh Tuhan yang patut
saya syukuri

3. Saya mengkonsumsi buah dan


sayur sebagai salah satu wujud
syukur atas apa yang diberikan
oleh Tuhan kepada saya

4. Agama saya tidak melarang untuk


menkonsumsi buah dan sayur

5. Saya mengkonsumsi buah dan


sayur karena supaya kebutuhan
nutrisi tubuh saya terpenuhi

6. Saya mengkonsumsi buah dan


sayur karena orangtua saya selalu
memasak sayur dan menyediakan
buah di rumah

7. Konsumsi buah dan sayur itu


menjadikan tubuh sehat

8. Konsumsi buah dan sayur


melancarkan percernaan tubuh

9. Harga buah yang mahal menjadi


salah satu alas an saya kurangnya
No Pertanyaan SS S TS STS Nilai(*)
.
menkonsumsi buah

Sosial dan Keterikatan Keluarga


Berilah tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban responden pada kolom jawaban
yang tersedia
Keterangan :
SS (Sangat Sering)= 4 J (Jarang)= 2
S (Sering) =3 TP (Tidak pernah) = 1
No Pertanyaan SS S J TP Nilai(*)
.
1. Keluarga menyiapkan buah dan sayur setiap
hari

2. Keluarga mengingatkan pentingnya


konsumsi buah dan sayur

3. Saya setiap hari makan buah dan sayur

4. Saya lebih suka setengah dari piring saya


adalah buah dan sayur

5. Keluarga saya setiap hari mengkonsumsi


buah dan sayur

6. Keluarga yang menentukan dalam memilih


makanan khususnya buah dan sayur

7. Keluarga mengatur setiap makan, harus ada


buah dan sayur

Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup


Berilah tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban responden pada kolom jawaban
yang tersedia
Keterangan :
SS (Sangat Setuju) = 4 TS (Tidak Setuju) =2
S (Setuju) = 3 STS (Sangat Tidak Setuju) = 1
No Pertanyaan SS S TS STS +/_(*) Nilai(*)
.
1. Saya yakin bahwa buah dan sayur +
adalah makanan yang mengandung
banyak gizi
No Pertanyaan SS S TS STS +/_(*) Nilai(*)
.
2. Saya percaya bahwa buah dan +
sayur sangat aman untuk di
konsumsi
3. Budaya di suku saya +
mengkonsumsi buah dan sayur
tidak dilarang

4. Saya yakin bahwa mengkonsumsi -


buah dan sayur menyebabkan
diare/ mencret-mencret

5. Saya lebih suka mengkonsumsi -


makanan fast food seperti: Mie
instan, Burger, Pizza, Ayam goreng
Kentucky, dan Lainnya. Dibanding
buah dan sayur,
6. Konsumsi buah dan sayur itu hanya -
sebagai makanan selingan

Faktor Kebijakan dan Peraturan


1. Pilihlah jawaban yang sesuai “Ya” atau “Tidak”
2. Berilah tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban responden pada kolom
jawaban yang tersedia
No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Pemerintah sudah tegas dalam membuat
keputusan/aturan untuk mengkonsumsi buah dan sayur
sebagai langkah awal untuk mencegah penyakit tidak
menular
2. Apakah Anda pernah mendengar tentang aturan atau
undang undang tentang mengkosumsi buah dan sayur.
 Ya
 Tidak

Jika pernah, dimana? (pilihlah jawaban boleh lebih


dari satu)
 Di Sekolah
 Di Lingkungan sekitar
 Di Rumah sakit/ pelayanan kesehatan
lainnya
 Di TV atau radio
No Pertanyaan Ya Tidak
.
 Di media sosial
Lainnya………..(tuliskan)
3. Apakah setelah mendengar peraturan tersebut kamu
lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur

Faktor Ekonomi
1. Pilihlah jawaban yang sesuai “Ya” atau “Tidak”
2. Berilah tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban responden pada kolom
jawaban yang tersedia
No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Kondisi ekonomi di keluarga/orangtua membuat saya
dapat menerapkan mengkonsumsi buah dan sayur

2. Penghasilan yang didapatkan orangtua saya cukup


untuk membeli buah dan sayur

3. Jika saya diberi uang jajan lebih, saya menyisihkan


sedikit untuk membeli buah dan sayur

Faktor Pendidikan
1. Pilihlah jawaban yang sesuai “Pernah” atau “Tidak Pernah” pada soal no. 1
2. Pilihlah jawaban yang sesuai “Benar” atau “salah” pada soal no. 2-5
No. Pertanyaan Pernah Tidak
Pernah
1. Apakah Anda Pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan atau sosialisasi tentang penting
mengkonsumsi buah dan sayur

2. Apakah buah dan sayur termasuk makanan yang


mengandung zat gizi serat dan vitamin?

KUESIONER B Frekuensi Konsumsi Buah dan Sayur

FFQ Semi Kuantitatif

Petunjuk Pengisisan:
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom frekuensi Konsumsi per hari/
perminggu/ perbulan.
No Bahan Frekuensi Konsumsi
. Makanan Perhari Perminggu Perbulan Tidak
pernah
1x 2-3x 4-5x ≥6 5-6x 2-4x 1x 1x ≥1x
x
Sayuran:
1. Bayam
2. Brokoli
3. Buncis
4. Daun
katuk
5. Daun
Pepaya
6. Daun
Singkong
7. Gambas
8. Jagung
9. Jamur
10. Kacang
panjang
11. Kangkung
12. Kembang
kol
13. Kentang
14. Ketimun
15. Kol
16. Labu siam
17. Lobak
18. Nangka
muda
19. Pare
20. Pepaya
muda
21. Rebung
22. Sawi
23. Selada
24. Seledri
25. Tauge
26. Terong
27. Wortel
28. Lain-lain:
No Bahan Frekuensi Konsumsi
. Makanan Perhari Perminggu Perbulan Tidak
pernah
1x 2-3x 4-5x ≥6 5-6x 2-4x 1x 1x ≥1x
x
Buah-buahan:
1. Alpokat
2. Anggur
3. Apel
4. Belimbing
5. Cempeda
k
6. Duku
7. Durian
8. Jambu air
9. Jambu biji
10. Jeruk
11. Kiwi
12. Mangga
13. Melon
14. Nanas
15. Nangka
16. Papaya
17. Pir
18. Pisang
19. Rambutan
20. Salak
21. Sawo
22. Semangka
23. Sirsak
24. Srikaya
25. Lain;lain:
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

x1.4 76.23 36.737 .237 .797


x1.5 76.17 37.661 .005 .801
x1.6 76.40 35.628 .349 .793
x2.1 73.30 36.355 .205 .798
x2.3 73.20 36.303 .438 .793
x2.4 73.50 34.466 .449 .788
x2.5 73.23 36.944 .180 .798
x2.6 73.23 36.047 .427 .793
x2.7 73.60 34.662 .404 .790
x2.8 73.20 36.648 .323 .796
x2.9 73.23 36.806 .218 .798
x3.1 73.87 33.361 .484 .785
x3.2 73.63 36.309 .155 .801
x3.3 74.03 33.826 .346 .793
x3.4 74.27 32.616 .443 .787
x3.5 73.67 32.713 .534 .782
x3.6 74.13 32.809 .415 .789
x3.7 73.93 30.892 .580 .777
x4.1 73.20 36.855 .255 .797
x4.2 73.23 35.495 .582 .789
x4.3 73.30 34.838 .609 .786
x4.4 74.40 35.628 .173 .803
x4.6 74.57 34.599 .189 .808
x5.2 76.63 35.344 .348 .792
x5.3 76.27 36.478 .265 .796
x6.1 76.30 36.769 .173 .799
x6.3 76.63 35.964 .243 .797
x7.1 76.20 36.993 .210 .798
x7.3 76.17 36.902 .347 .796

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.800 29

Hasil Uji Statistik

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9063.389 7 1294.770 3.538 .001b

Residual 88189.408 241 365.931

Total 97252.797 248

a. Dependent Variable: Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur (Y)


b. Predictors: (Constant), Faktor Pendidikan (X7), Faktor Agama dan Falsafah Hidup (X2), Faktor
Kebijakan dan Peraturan Berlaku (X5), Faktor Budaya dan Gaya Hidup (X4), Faktor Teknologi
(X1), Faktor Ekonomi (X6), Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga (X3)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5.271 19.511 .270 .787

Faktor Teknologi (X1) -6.085 4.257 -.103 -1.429 .154

Faktor Agama dan Falsafah


-.035 .506 -.005 -.070 .945
Hidup (X2)

Faktor Sosial dan


.856 .396 .167 2.163 .032
Keterikatan Keluarga (X3)

Faktor Budaya dan Gaya -.409 .748 -.037 -.546 .585


Hidup (X4)
Faktor Kebijakan dan
4.139 1.991 .139 2.079 .039
Peraturan Berlaku (X5)

Faktor Ekonomi (X6) 5.226 2.533 .145 2.063 .040

Faktor Pendidikan (X7) 7.323 6.104 .079 1.200 .231

a. Dependent Variable: Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur (Y)

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .305a .093 .067 19.129

a. Predictors: (Constant), Faktor Pendidikan (X7), Faktor Agama dan


Falsafah Hidup (X2), Faktor Kebijakan dan Peraturan Berlaku (X5),
Faktor Budaya dan Gaya Hidup (X4), Faktor Teknologi (X1), Faktor
Ekonomi (X6), Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga (X3)

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 35 14.1 14.1 14.1

Baik 214 85.9 85.9 100.0

Total 249 100.0 100.0

Fakt Fakto
or Fakto r
Aga r Fakto Kebij Perilak
ma Sosial r akan u
dan dan Buda dan Konsu
Fals Keteri ya Perat Fakto msi
Faktor afah katan dan uran r Buah
Teknol Hidu Kelua Gaya Berla Ekon Faktor dan
ogi p rga Hidup ku omi Pendidik Sayur
  (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) an (X7) (Y)
Faktor Pearso
Teknologi n
1 .226** .383** -.015 .153* .268** .332** .047
(X1) Correlat
ion
Sig. (2-
tailed)   .000 .000 .813 .016 .000 .000 .465
N 249 249 249 249 249 249 249 249
Faktor Pearso
Agama n .226** 1 .435** .203** .002 -.076 .013 .027
dan Correlat
Falsafah ion
Hidup (X2) Sig. (2-
tailed) .000   .000 .001 .978 .232 .838 .675
N 249 249 249 249 249 249 249 249
Faktor Pearso
Sosial dan n
.383** .435** 1 .205** .311** .169** .216** .202**
Keterikata Correlat
n Keluarga ion
(X3) Sig. (2-
tailed) .000 .000   .001 .000 .008 .001 .001
N 249 249 249 249 249 249 249 249
Faktor Pearso
Budaya n
-.015 .203** .205** 1 .177** .309** -.035 .064
dan Gaya Correlat
Hidup (X4) ion
Sig. (2-
tailed) .813 .001 .001   .005 .000 .577 .313
N 249 249 249 249 249 249 249 249
Faktor Pearso
Kebijakan n
.153* .002 .311** .177** 1 .256** .134* .217**
dan Correlat
Peraturan ion
Berlaku Sig. (2-
(X5) tailed) .016 .978 .000 .005   .000 .035 .001
N 249 249 249 249 249 249 249 249
Faktor Pearso
Ekonomi n
.268** -.076 .169** .309** .256** 1 .170** .184**
(X6) Correlat
ion
Sig. (2-
tailed) .000 .232 .008 .000 .000   .007 .004
N 249 249 249 249 249 249 249 249
Faktor Pearso
Pendidikan n
.332** .013 .216** -.035 .134* .170** 1 .126*
(X7) Correlat
ion
Sig. (2-
tailed) .000 .838 .001 .577 .035 .007   .048
N 249 249 249 249 249 249 249 249
Perilaku Pearso
Konsumsi n
.047 .027 .202** .064 .217** .184** .126* 1
Buah dan Correlat
Sayur (Y) ion
Sig. (2-
tailed) .465 .675 .001 .313 .001 .004 .048  
N 249 249 249 249 249 249 249 249
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
LAMPIRAN
Data Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Makassar
NO KECAMATAN NAMA SKOLAH JUMLAH SISWA
1 BIRINGKANAYA SMP NEGERI 14 MAKASSAR 882
2 SMP NEGERI 16 MAKASSAR 551
3 SMP NEGERI 25 MAKASSAR 1.064
4 SMP NEGERI 31 MAKASSAR 682
5 SMP NEGERI 32 MAKASSAR 615
6 SMP NEGERI 34 MAKASSAR 742
7 SMP NEGERI 35 MAKASSAR 836
8 SMP NEGERI 36 MAKASSAR 839
9 SMP NEGERI 9 MAKASSAR 967
SMP NEGERI KHUSUS KEBERBAKATAN
10 OLAHRAGA 61
11 SMP BUNDA KASIH SUDIANG 46
12 SMP BUQ ATUN MUBARAKAH 567
13 SMP DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH 148
14 SMP DARUSSALAM 213
15 SMP ISLAM TERPADU AR RAHMAH 289
16 SMP IT AL HAFIDZ MUYASSIRAH 20
17 SMP IT AL INSYIRAH 103
18 SMP IT AL-AKHYAR MAKASSAR 149
19 SMP KATOLIK SUDIANG 202
20 SMP MUHAMMADIYAH 9 BERUA DAYA 99
SMP PESANTREN PUTERI UMMUL
21 MUKMININ AISYIYAH 502
22 SMP PLUS AL ASHRI 265
23 SMP PLUS BUDI UTOMO MAKASSAR 121
24 SMP ULUL ALBAB 123
25 SMPIT. INSAN CENDEKIA 98
NO KECAMATAN NAMA SKOLAH JUMLAH SISWA
26 BONTOALA SMP NEGERI 10 MAKASSAR 919
27 SMP ABDI PEMBANGUNAN 190
28 SMP ANAK INDONESIA (SAMPAI) 77
29 SMP BAMBINI 78
30 SMP IRNAS MAKASSAR 51
31 SMP ISLAM MESJID RAYA 143
32 SMP ISLAMIYAH BONTOALA 45
33 SMP KIHAJAR DEWANTARA MAKASSAR 48
34 SMP KRISTEN IPEKA MAKASSAR 208
35 SMP KRISTEN KALAM KUDUS 81
36 SMP KRISTEN YHS 67
37 SMP MA ARIF MAKASSAR 167
38 SMP MUHAMMADIYAH 3 125
39 SMP SAWERIGADING 78
40 MAKASAR SMP NEGERI 46 MAKASSAR 180
41 SMP NEGERI 47 MAKASSAR 215
42 SMP BAWAKARAENG MAKASSAR 11
43 SMP BINA CITRA INDONESIA 16
44 SMP COKROAMINOTO MAKASSAR 54
45 SMP DH. PEPABRI MAKASAR 20
46 SMP ISLAM DARUL HIKMAH 279
47 SMP IT AL-FATIH MAKASSAR 86
48 SMP ITTIHAD MAKASSAR 116
49 SMP KARTINI MAKASSAR 34
50 SMP KRISTEN KONDO SAPATA 78
51 SMP KRISTEN PELITA KASIH 128
52 SMP MUHAMMADIYAH 1 MAKASSAR 284
53 SMP MUHAMMADIYAH 13 MAKASSAR 310
54 SMP MUHAMMADIYAH 14 310
55 SMP TRIDHARMA MKGR 174
56 SMP TUNAS BANGSA 65
57 SMP UJUNG PANDANG 27
58 SMP YP PGRI 1 KIJANG 163
59 SMPS BUDI KASIH 55
60 SMPS METRO SCHOOL 66
61 MAMAJANG SMP NEGERI 1 MAKASSAR 1.316
62 SMP NEGERI 3 MAKASSAR 1.182
63 SMP LPP UMI 104
64 SMP MAKASSAR RAYA 267
65 SMP SATRIA MAKASSAR 47
66 SMP YP PGRI 2 DIAKUI 166
NO KECAMATAN NAMA SKOLAH JUMLAH SISWA
67 SMP YP PGRI 3 MAKASSAR 121
68 SMP YP PGRI 4 MAKASAR 208
69 SMP YP PGRI DISAMAKAN 503
70 MANGGALA SMP NEGERI 17 MAKASSAR 1.120
71 SMP NEGERI 19 MAKASSAR 1
72 SMP NEGERI 20 MAKASSAR 1.008
73 SMP NEGERI 51 MAKASSAR 1.090
74 SMP NEGERI 8 MAKASSAR 1.226
75 SMP AMANAH NUSANTARA 166
76 SMP CITRA MULIA MAKASSAR 73
77 SMP HARAPAN BHAKTI MAKASSAR 56
78 SMP ILHAM MAKASSAR 82
79 SMP ISLAM ATHIRAH BUKIT BARUGA 348
SMP ISLAM TERPADU WAHDAH
80 ISLAMIYAH 651
81 SMP KARTIKA HANDAYANI MAKASSAR 69
82 SMP MAKASSAR MULYA 286
83 SMP MANDIRI MAKASSAR 139
84 SMP REFORMASI MAKASSAR 28
85 SMP SANUR 70
86 SMP SWASTA PRIMA KARYA MAKASSAR 68
87 SMP TUNAS HARAPAN MALAKA 141
88 SMP YASVEN PUSAT 100
89 MARISO SMP NEGERI 29 MAKASAR 740
90 SMP BAJIMINASA 415
91 SMP DDI MARISO 62
92 SMP ISLAM RANU HARAPAN 34
93 SMP KATOLIK BELIBIS MAKASSAR 102
94 SMP MUHAMMADIYAH 5 MARISO 172
95 SMP NASIONAL 783
96 PANAKKUKANG SMP NEGERI 23 MAKASSAR 962
97 SMP NEGERI 52 MAKASSAR 180
98 SMP DHARMA YADI MAKASSAR 153
99 SMP DUNIA HARAPAN MAKASSAR 85
100 SMP ISLAM AL BAYYINAH MAKASSAR 135
101 SMP ISLAM AL IZHAR MAKASSAR 27
SMP ISLAM TERPADU NURUL FIKRI
102 MAKASSAR 178
103 SMP IT ALBIRUNI 137
104 SMP KARTIKA XX-2 MAKASSAR 219
SMP KEMALA BHAYANGKARI
105 MAKASSAR 582
106 SMP KRISTEN FILADELFIA 56
107 SMP MADANI MAKASSAR 80
NO KECAMATAN NAMA SKOLAH JUMLAH SISWA
108 SMP MADANIA MAKASSAR 30
109 SMP MAHA PUTRA TELLO 216
SMP MUHAMMADIYAH 11 TELLO BARU
110 MAKASSAR 91
111 SMP PERSADA 145
112 SMP RAMA SEJAHTERA MAKASSAR 71
SMP SWASTA AMANNA GAPPA
113 MAKASSAR 69
114 SMP TUT WURI HANDAYANI 437
115 SMP WAHYU 231
116 SMPS HAMRAWATI 4
117 RAPPOCINI SMP NEGERI 13 MAKASSAR 1.145
118 SMP NEGERI 21 MAKASSAR 872
119 SMP NEGERI 33 MAKASSAR 960
120 SMP NEGERI 40 MAKASSAR 734
121 SMP NEGERI 48 MAKASSAR 177
122 SMP NEGERI 49 MAKASSAR 177
123 SMP ADDARAEN 74
124 SMP ANAK BANGSA 26
125 SMP GUNUNG SARI 55
126 SMP ISLAM AL-AZHAR 24 MAKASSAR 177
127 SMP KARYA 2 MAKASSAR 0
128 SMP LAZUARDI ATHAILLAH MAKASSAR 14
129 SMP MUHAMMADIYAH 12 PERUMNAS 151
130 SMP MULIA BHAKTI 0
131 SMP NAHDIYAT 68
132 SMP NURKARYA TIDUNG MAKASSAR 49
133 SMP PGRI 1 TAMALATE 92
134 SMP RAIDERS 16
135 SMP SARIBUANA MAKASSAR 78
136 SMP TELKOM MAKASSAR 558
137 SMP TRI BHAKTI KARSA 23
138 SMP TRISAKTI AROEPALA MAKASSAR 55
139 SMP UNISMUH MAKASAR 321
140 TALLO SMP NEGERI 22 MAKASSAR 1,031
141 SMP NEGERI 37 MKS 725
142 SMP NEGERI 4 MAKASSAR 1.266
143 SMP NEGERI 44 SATU ATAP MAKASSAR 67
144 SMP COKROAMINOTO RAPPOKALLING 96
145 SMP DATUK RIBANDANG 348
146 SMP HASYIM ASYARI STATUS DIAKUI 121
147 SMP ISLAM COKROAMINOTO LALATANG 95
148 SMP MUHAMMADIYAH 10 MAKASSAR 88
NO KECAMATAN NAMA SKOLAH JUMLAH SISWA
149 SMP MUHAMMADIYAH 6 248
150 SMP SYEKH MUH SAMMAN 47
151 SMP TUJUH LIMA MAKASSAR 240
152 SMPS ISLAM TERPADU IBNU SINA 132
153 SMPS ISLAM TERPADU IKHTIAR 88
154 TAMALANREA SMP NEGERI 11 MAKASSAR 611
155 SMP NEGERI 12 MAKASSAR 1.062
156 SMP NEGERI 30 MAKASSAR 1.278
157 SMP AL BAYAN 197
158 SMP COKROAMINOTO TAMALANREA 125
159 SMP EKSEKUTIF DIAN MANDIRI 0
160 SMP ISLAM TERPADU AL KAUTSAR 51
161 SMP IT AL HUDA MAKASSAR 47
162 SMP IT AL-FIKRI MAKASSAR 87
163 SMP KRISTEN ELIM 69
164 SMP Laniang 218
165 SMP PESANTREN IMMIM MAKASSAR 499
166 SMP PRASETYA MAKASSAR 40
167 SMP TEKNOLOGI TRI TUNGGAL 44
168 SMPIT. DARURRAHMAN 137
169 TAMALATE SMP NEGERI 15 MAKASSAR 857
170 SMP NEGERI 18 MAKASSAR 1.099
171 SMP NEGERI 24 MAKASSAR 1.039
172 SMP NEGERI 26 MAKASSAR 852
173 SMP NEGERI 27 MAKASSAR 1.099
174 SMP NEGERI 54 MAKASSAR 90
175 SMP NEGERI 55 MAKASSAR 46
176 SMP DIAN HARAPAN MAKASSAR 331
177 SMP DIMENSI PEMBANGUNAN 61
178 SMP JAYA NEGARA 179
179 SMP KARTIKA XX-3 MAKASSAR 203
180 SMP KHADIJAH 113
181 SMP PEMBANGUNAN MAKASSAR 0
SMP TAMALATEA DISAMAKAN
182 MAKASSAR 59
183 SMP TAMAN SISWA 16
184 SMP ULLUMUL ISLAM KH.BAKRI WAHID 90
185 SMP YAPEND BUNGAYA MAKASSAR 133
186 UJUNG PANDANG SMP NEGERI 2 MAKASSAR 849
187 SMP NEGERI 41 SATU ATAP MAKASSAR 74
188 SMP NEGERI 53 MAKASSAR 143
189 SMP NEGERI 6 MAKASSAR 1.047
NO KECAMATAN NAMA SKOLAH JUMLAH SISWA
190 SMP ADVENT MAKASSAR 92
191 SMP ASSIRATHAL MUSTAKIM 26
192 SMP BOSOWA SCHOOL MAKASSAR 37
193 SMP FRATER MAKASSAR 732
194 SMP ISLAM ATHIRAH MAKASSAR 397
195 SMP KARTIKA XX-1 MAKASSAR 293
196 SMP KATOLIK GARUDA 100
197 SMP KATOLIK RAJAWALI 787
198 SMP KRISTEN GAMALIEL 228
199 SMP MUHAMMADIYAH 4 0
200 SMP NUSANTARA MAKASSAR 56
201 SMP PERGURUAN ISLAM MAKASSAR 104
202 SMP PROTESTAN MAKASSAR 44
203 SMP ZION GKKA-UP MAKASSAR 407
204 SMP MAKASSAR INDEPENDENT SCHOOL 2
205 UJUNG TANAH SMP NEGERI 28 MAKASSAR 220
206 SMP NEGERI 38 MAKASSAR 226
207 SMP NEGERI 39 MAKASSAR 70
208 SMP NEGERI 43 MAKASSAR 32
209 SMP NEGERI 7 MAKASSAR 1.239
210 SMPN 42 MAKASSAR 39
211 SMP AL-MUTTAQIEM 87
212 SMP DDI ALIRSYAD RAMPEGADING 61
213 SMP HANG TUAH 325
214 SMP MUHAMMADIYAH 2 MAKASSAR 283
215 SMP PGRI 4 0
216 WAJO SMP NEGERI 45 MAKASSAR 276
217 SMP NEGERI 5 MAKASSAR 1.063
218 SMP NEGERI 50 MAKASSAR 135
219 SMP AHMAD YANI MAKASSAR 125
220 SMP BONERATE 19
221 SMP PGRI 3 SANGIR MAKASSAR 126
TOTAL 63.054
(Sumber: Dapodikdasmen, 2020)

Anda mungkin juga menyukai