SKRIPSI
Oleh:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2019
v
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MIKROKRISTALIN SELULOSA
SKRIPSI
Oleh:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2019
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NIM : 70100114058
Jurusan : Farmasi
ini benar merupakan hasil karya saya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa
skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain,
sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal
demi hukum.
Penulis,
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
DEWAN PENGUJI:
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
iii
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmatNya sehingga kami masih
diberikan kesehatan dan kesempatan serta petunjuk kepada penulis untuk dapat
meneyelesaikan skripsi ini dengan sebagaimana mestinya. Tak lupa pula salam
dan shalawat senantiasa kami curahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw
karena telah menjadi panutan bagi kami ummat Muslim di seluruh dunia yang
telah banyak membawa kami dalam zaman kegelapan hingga pada zaman yang
Selulosa dari Limbah Bonggol Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.)” ini disusun
oleh penulis untuk menjadi salah satu syarat dalam memeperoleh gelar Sarjani
Dengan diselesaikannya skripsi ini, tentunya tak luput dari dukungan dan
bimbingan dari banyak pihak. Yang menjadi salah satu dorongan dan semangat
penulis dalam menyusun skripsi ini. Maka dari itu, ucapan kasih sayang, ucapan
terima kasih dan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya teruntuk kedua orang
tua tercinta, Ayahanda Muh. Arifin dan Ibunda St. Suarni yang selama ini
iv
pengorbanan lainnya. Serta kepada kedua saudara-saudariku Rifan Risaldi Arifin
dan Sri Diah Gusdiani Arifin dan keluarga besar lainnya yang memotivasi dan
1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si., selaku Rektor Universitas Islam
2. Bapak Prof. Dr. Mardan. M.Ag., Selaku Wakil Rektor I Universitas Islam
3. Bapak Prof. H. Lomba Sultan, M.A, Selaku Wakil Rektor II Universitas Islam
4. Ibu Prof. Siti Aisyah, M.A., Ph.D, Selaku Wakil Rektor III Universitas Islam
6. Bapak Dr. dr. H. Andi Armyn Nurdin, M.Sc., sebagai Dekan Fakultas
7. Ibu Dr. Nur Hidayah, S.Kep., Ns., M.Kes., Wakil Dekan I (bidang akademik)
8. Ibu Dr. Andi Susilawaty, S.Si., M.Kes., Wakil Dekan II (bidang keuangan)
v
10. Ibu Haeria, S.Si., M.Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi dan selaku Penguji
11. Ibu Mukhriani, S.Si., M.Si., Apt. selaku Sekretaris Jurusan Farmasi Fakultas
12. Ibu Surya Ningsi, S.Si., M.Si., Apt. selaku Pembimbing I dan Ibu Nurshalati
13. Ibu Dra. Audah Mannan, M.Ag. selaku Penguji Agama yang telah banyak
14. Bapak, Ibu Dosen, serta seluruh Staf Jurusan Farmasi atas waktu dan ilmu
Sejauh ini, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
menyelesaikan skripsi ini. Namun kedepannya penulis akan terus mengasah dan
kesalahannya agar dapat bermanfaat bagi orang lain sehingga dapat bernilai
vi
ibadah dihadapan Allah swt, karena sebaik-naiknya manusia adalah yang
Penyusun
NIM. 70100114058
vii
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
C. Selulosa ..........................................................................................15
viii
ix
B. Pembahasan ....................................................................................40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................56
B. Saran ...............................................................................................56
KEPUSTAKAAN ..................................................................................................57
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................63
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4. Struktur Selulosa..................................................................................................... 41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xii
ABSTRAK
NIM : 70100114058
xiii
ABSTRACT
NIM : 70100114058
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pisang yang luas, hampir diseluruh wilayah merupakan daerah penghasil pisang.
Sentra produksi pisang di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Indonesia dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2013 cenderung mengalami
peningkatan. Jika pada tahun 1980 produktivitas pisang sebesar 12,53 ton/ha,
maka pada tahun 2013 telah mencapai 60,70 ton/ha. Sedangkan pustaka lainnya
menyebutkan produksi pisang di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 6.279.290 ton
atau mengalami peningkatan sebesar 90238 ton atau sekitar 1,45% dibandingkan
bahwa jumlah limbah yang dihasilkan sama besarnya dengan jumlah hasil
panennya.
dengan pemanfaatan yang optimal dari limbah yang dihasilkan seperti kulit,
batang, daun dan bonggolnya yang selama ini kebanyakan hanya menjadi pakan
1
2
bahan baku kimia yang penting. Limbah pisang masih belum mendapatkan
penanganan yang cukup karena pada limbah pisang masih mengandung pati,
Pada limbah bonggol pisang yang berupa umbi batang (batang aslinya)
atau bagian bawah batang yang menggembul dengan persentase kadar serat yang
tinggi adalah pada pisang dengan varietas kepok yaitu sebesar 29, 62%. Serat
pangan merupakan sisa dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis atau
tercerna oleh enzim pencernaan manusia, termasuk zat dinding sel tanaman seperti
derajat polimerisasi dalam NaOH 17, 5%, yaitu alfa selulosa, beta selulosa,
kualitas selulosa yang paling tinggi (murni), besarnya kandungan alfa selulosa
adalah selulosa murni yang diisolasi dari alfa selulosa sebagai pulp dengan asam
banyak digunakan dalam pembuatan tablet seperti cetak langsung dan granulasi
basah, serta sebagai pengikat atau pengencer, pelumas dan desintegran dalam
tablet oral dan formulasi kapsul yang masih relatif mahal karena masih di impor.
merupakan salah satu jenis mikrokristalin selulosa yang banyak digunakan dalam
3
industri farmasi (Arry. 2003; Setyawan., dkk. 2005; Rowe., dkk. 2009). Oleh
karena itu, hal ini yang mendasari dilakukannya penelitian “Pembuatan dan
paradisiacaL.)”.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Operasional
a. Pembuatan
Pembuatan adalah sutu proses atau cara yang dilakukan untuk membuat
b. Karakteristik
Karakterstik adalah ciri atau kualitas tertentu yang menonjol atau dapat
dikenali.
c. Mikrokristalin Selulosa
d. Limbah
Limbah adalah suatu bagian atau sisa pemanfaatan bahan yang telah
digunakan.
e. Delignifikasi
f. Bleaching
g. Hidrolisis
h. Spektrum
komponennya.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Kimia, Fitokimia dan
Farmasetika.
5
D. Kajian Pustaka
“Analisis Mutu Tepung Bonggol Pisang dari berbagai Varietas dan Umur Panen
kandungan serat yang lebih besar dibandingkan dengan varietas lainnya. Sehingga
Selulosa dari Jerami Padi Varietas Lokal Bali” bertujuan untuk meningkatkan
digunakan larutan NaOH pada berbagai konsentrasi (5%; 7,5%; 10%; 12,5%; dan
selulosa yang diperoleh lebih tinggi dari konsentrasi lainnya. Hal ini yang
pengamatan organoleptis, kelarutan dalam air, pH, dan fourier transform infrared
atau FTIR.
(2011) tentang “Analisis Kadar Pati, Lignin, dan Selulosa pada Bambu Ampel
6
jam di atas hot plate. Kemudian sampel didinginkan dan disaring lalu di cuci
dengan air panas ± 300 ml. residu yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada
dan didiamkan pada suhu kamar (250 C) selama 4 jam sebelum ditambahkan 50
ml aquadest dan dipanaskan diatas waterbath suhu 1000 C selama 1 jam. Lalu
residu disaring dan di cuci kembali dengan aquadset hingga pH netral, dan
dikeringkan lagi dalam oven suhu 1050 C serta ditimbang hingga berat konstan
(berat c). Terakhir residu diabukan dan ditimbang berat konstan (berat d). Kadar
(c−d)
Kadar selulosa = x 100%
a
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Sumada., dkk. (2011) tentang
Esculenta Crantz atau Kajian Proses Isolasi α-Selulosa dari Limbah Batang
Tanaman Manihot Esculenta Crantz yang Efisien”. Dimana pada proses bleaching
sebanyak 500 ml dengan suhu 60o selama 2 jam. Berdasarkan penelitian ini
a. Tujuan penelitian
b. Manfaat Penelitian
bonggol pisang, utamanya varietas kepok (Musa paradisiaca L.) sebagai bahan
terabaikan karena dianggap sebagai limbah buangan saja. Terlebih lagi, sejauh ini
terhadap limbah bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca L.) ini masih terbilang
sedikit. Dalam bidang ilmu Farmasi yang berperan besar dalam produktivitas
sediaan obat diketahui bahwa sebagian besar baik berupa zat aktif maupun zat
dengan cara impor. Maka dari itu penelitian ini diharapkan mampu mengurangi
TINJAUAN TEORITIS
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Musales
Familia : Musaceae
Genus : Musa
8
9
uki, temai, seram, kula, uru, temae, empulu, fust, fiat, tela,
(Irian).
plantain (Inggris).
3. Morfologi Tanaman
Tanaman pisang telah ada sejak manusia ada. Namun, saat itu pisang
masih merupakan tanaman liar yang tidak dibudidayakan. Hal itu, karena manusia
yang dipelihara.Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia
meliputi daerah tropik atau subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke timur
melalui Lautan Teduh ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat
terutama tunas dan pelepahnya yang diolah menjadi sayuran. Saat ini, bagian-
bagian lain dari tanaman pisang pun juga telah dimanfaatkan (Suyanti dan
Supriyadi. 2008).
a. Akar
Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang yang
berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah.
Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. sedang akar yang
berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar. Dalam
Supriyadi. 2008).
Tanaman pisang berakar serabut dan tidak memiliki akar tunggang. Akar-
akar serabut tersebut tumbuh di bagian bawah batang, terutama pada bagian
bawah. Akar-akar yang tumbuh di bagian bawah akan tumbuh lurus menuju pusat
Bagian lain yang sering dihubungkan dengan akar pada tanaman pisang
yaitu umbi batang (batang aslinya) atau yang lebih dikenal dengan sebutan
bonggol pisang.
11
Dimana bagian ini terdapat antara akar dan batang yang banyak digunakan
sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar (Suyanti dan Supriyadi. 2008).
Bagian ini merupakan bagian yang sangat jarang dimanfaatkan dari semua bagian
tanaman pisang dan hanya berakhir sebagai limbah tanaman (Cahyono. 2009).
b. Batang
batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun
dan suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Sedangkan yang berdiri tegak
di atas tanah dan sering dianggap sebagai batang merupakan batang semu. Batang
semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling menutupi dengan kuat
dan kompak sehingga bisa berdiri tegak layaknya batang tanaman. Oleh karena
itu, batang semu kerap dianggap batang tanaman pisang yang sesungguhnya.
Tinggi batang semu berkisar 3,5-7,5 m tergantung dari jenisnya (Suyanti dan
Supriyadi. 2008).
c. Daun
dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun
yang panjangnya antara 30-40 cm. Oleh karena tidak memiliki tulang-tulang pada
12
bagian tepinya, daun pisang mudah sekali terkoyak oleh hembusan angin yang
d. Bunga
Bunga pisang disebut juga dengan jantung pisang karena bentuknya yang
menyerupai jantung. Bunga pisang tergolong berkelamin satu, yakni berumah satu
dalam satu tandan. Daun penumpu bunga biasanya berjejal rapat dan tersususn
secara spiral.Daun pelindung yang berwarna merah tua, berlilin, dan mudah
rontok berukuran panjang 10-25 cm. Bunga tersebut tersusun dalam dua baris
melintang, yakni bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada).Lima daun
tenda bunga melekat sampai tinggi dengan panjang 6-7 cm. Benang sari yang
berjumlah 5 buah pada bunga betina terbentuk tidak sempurna. Pada bunga
terdapat bakal buah yang berbentuk persegi, sedangkan pada bunga jantan tidak
terdapat bakal buah (Suyanti dan Supriyadi. 2008). Selain itu, bagian bunga
pisang ini mengandung lemak, protein, karbohidrat, dan vitamin yang tinggi
(Cahyono. 2009).
e. Buah
Biasanya, setelah bunga keluar, akan terbentuk satu kesatuan bakal buah
yang disebut sebagai sisir. Sisir pertama yang terbentuk akan terus memanjang
membentuk sisir kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kondisi ini, sebaiknya
jantung pisang dipotong karena sudah tidak bisa menghasilkan sisir lagi (Suyanti
Buah pisang memiliki bentuk, ukuran, warna kulit, warna daging, rasa, dan
aroma yang beragam, tergantung pada varietasnya. Bentuk buah pisang beragam,
13
ada yang bulat panjang, bulat pendek, bulat agak persegi, dan sebagainya
(Cahyono. 2009).
4. Kandungan Kimia
sukrosa, tepung, protein, lemak, minyak menguap (atsiri), kaya akan vitamin (A,
B, C, dan E), mineral (kalium, kalsium, fosfor, dan Fe), pektin, serotonin, 5-
Sedangkan pada buah yang muda banyak mengandung tanin (Dalimartha. 2007).
Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 100 g buah pisang matang
adalah: kalori 99 kal; protein 1,2 g; lemak 0,2 g; karbohidrat 25,8 mg; serat 0,7 g;
kalsium 8 mg; fosfor 28 mg; besi 0,5 mg; vitamain A 44 RE; vitamin B 0,08 mg;
Persentase kadar serat tertinggi diperoleh dari bonggol pisang kepok lebih
besar dibandingkan dengan pisang lain seperti pisang raja, mahuli, susu, dan
adalah sisa dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis atau tercerna oleh enzim
14
polimer hidrofilik yang sangat kristal dengan massa molekul tinggi (Kuuti.2013).
5. Khasiat Tanaman
Air yang terkandung dalam pisang utamanya pisang klutuk dan kepok
Pada bagian batangnya banyak digunakan sebagai obat penyakit kencing yang
panas dan penawar racun warangan. Pada bagian bunga memiliki kandungan
lemak, protein, karbohidrat, dan vitamin yang tinggi sehingga sangat baik
B. Serat Makanan
nenas, pisang, kelapa, dan lain sebagainya (Widia dan Nasrul. 2017;
komponen pangan yang tidak dicerna dalam usus halus. Selain itu, juga digunakan
Serat adalah bagian dari tanaman yang tidak dapat diserap oleh tubuh.
lebih tepat sehubungan dengan perannya di dalam tubuh. Dalam ilmu gizi,
pengertiannya dijelaskan sebagai all structural materials of the plants cell taken
in our diet which are resistant ti digestive tract. Sedangkan dalam kepustakaan
disebut lignin, yang tidak dapat diserap tubuh sebagai crude fiber adalah non
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selulosa merupakan salah satu
komponen serat yang tidak dapat larut dalam sistem pencernaan manusia.
C. Selulosa
pati yang menjadi penyusun utama dinding sel tanaman selain hemiselulosa dan
hemiselulosa dan lignin yaitu sebesar 4:3:3. Molekul selulosa sendiri tersusun
dinding sel pada tanaman yang juga diisi oleh lignin dan hemiselulosa sehingga
16
struktur tanaman menjadi sangat kompak atau kuat. Ketiga komponen penyusun
dinding sel ini terhubung karena adanya ikatan glikosidik yang terjadi pada gugus
senyawa organik terpenting yang dapat disintesis dari organisme tingkat rendah
(tumbuhan) hingga tingkat yang lebih tinggi (hewan laut, bakteri dan jamur). Pada
tanaman, selulosa dapat ditemukan pada kayu, kapas, tanaman musiman ataupun
daya polimer terbarukan yang tersedia saat ini di seluruh dunia. Diperkirakan
bahwa dengan fotosintesis, 1011-1012 ton disintesis setiap tahun dalam bentuk
yang cukup murni, misalnya dalam bulu biji dari tanaman kapas, tetapi sebagian
terutama dalam bentuk kayu utuh dan serat tekstil seperti kapas atau rami, atau
dalam bentuk kertas dan papan. Di sisi lain, selulosa adalah bahan awal yang
serbaguna untuk konversi kimia, yang bertujuan untuk memproduksi benang dan
film berbasis selulosa buatan, serta berbagai turunan selulosa stabil yang
Selulosa membentuk sekitar 45% dari berat kering kayu. Polimer lineal ini
terdiri dari subunit D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik β-1,4 yang
17
elemental) dihubungkan bersama oleh ikatan hidrogen dan gaya van der Waals.
Sedangkan hemiselulosa dan penutup lignin mikrofibril (yang dibentuk oleh unsur
fibril) orientasi mikrofibril yang berbeda pada tingkat dinding yang berbeda pula.
dapat muncul dalam bentuk kristal, disebut selulosa kristal. Selain itu, ada yang
kecil persentase rantai selulosa yang tidak terorganisir, yang membentuk selulosa
struktur. Ada daerah-daerah dengan orde rendah (yang disebut daerah amorf) dan
juga dari tatanan kristal yang sangat tinggi. Bukti eksperimental yang tersedia saat
ini cukup ditafsirkan oleh model dua fase yaitu model fibril fringed, dengan
asumsi orde rendah (amorf) dan orde tinggi (kristal). Tingkat kristalinitas selulosa
(biasanya dalam kisaran 40% hingga 60%) mencakup rentang yang luas dan
tergantung pada asal dan perlakuan awal dari sampel (Klemm., dkk. 1998).
selulosa sebagai pulp dengan asam mineral yang berasal dari bahan tanaman
terdiri dari partikel berpori. Zat ini bersifat higroskopis, tidak larut dalam air,
terbentuk dari polimer selulosa dan rantai agregat glukan yang berbentuk serat.
18
(Westermarck. 2000).
D. Mikrokristalin Selulosa
industri makanan, kosmetik dan medis sebagai penahan air, penstabil pada
produk akhir, dan sebagai agen penguat pengendapan untuk produk akhir seperti
kayu dan selulosa kapas menggunakan asam mineral encer. Selulosa dari berbagai
sumber berbeda dalam sifat (kristalinitas, kadar air, luas permukaan dan struktur
bahan selain kayu dan kapas seperti enceng gondok, batok kelapa, ampas tebu,
jerami gandum dan padi, rami, serat rami dan rami jerami, dan kedelai sekam
telah banyak dilakukan. Namun, untuk yang terbaiknya, sifat mekanik tabel
mikrokristalin selulosa terbuat dari limbah pertanian dan pengaruh jenis asam
yang digunakan pada sifat-sifat ini belum dipelajari secara rinci (Adel., dkk.
2011).
Mikrofibril yang membentuk -selulosa terdiri dari area parakristalin dan kristal
pada kisaran nanometer. Area parakristalin adalah massa amorf dari rantai
selulosa, sedangkan area kristal terdiri dari bundel mikrokristal yang rapat dalam
19
susunan linear yang kaku. Area kristal disebut dengan kristal selulosa yang
dibentuk oleh rantai selulosa karena adanya interaksi antar ikatan van der waals
dengan ikatan hidrogen. Area amorf siap dihidrolisis ketika mengalami hidrolisis
asam dengan menghasilkan fragmen kristal yang lebih pendek dan lebih banyak
diserap sebagian dan telah mengalami depolimerisasi. MCC berwarna putih, tidak
berbau, tidak berasa dan terdiri dari partikel-partikel berpori. Tanaman dan serat
kapas merupakan sumber utama MCC, namun dapat pula dibuat dari selulosa
apapun mulai dari selulosa murni sampai komersial untuk bahan lignoselulosa
(Adel.,dkk. 2011).
Dengan melarutkan selulosa dalam larutan alkali kuat maka akan diperoleh
selulosa yang hampir murni yang disebut -selulosa. Kadar - selulosa yang
Pelarutan dengan senyawa alkali ini juga menyebabkan perusakan struktur lignin.
selulosa dari komponen lainnya pada bahan melalui proses ekstraksi asam dan
Pada proses ini terbentuk pulp atau bubur selulosa dimana α- selulosa
terisolasi sebagai residu. α-selulosa merupakan senyawa yang tidak larut dalam
NaOH atau basa kuat, hal ini digunakan untuk mendegradasi polimer lignin yang
kemudian akan larut ke dalam air, maka dari itu nama lain dari tahap ini adalah
hidrogen dari gugus hidroksil pada lignin ke ion hidroksil (Gilligan. 1974).
Pulp adalah hasil dari serat-serat selulosa dari kayu atau non kayu yang
diproses dengan cara melarutkan lignin semaksimal mungkin. Tujuan utama dari
dengan nilai rendamen yang tinggi dengan kandungan lignin seminimal mungkin,
Pada saat proses pulp, lignin akan terdegradasi oleh larutan pemasak menjadi
molekul yang lebih kecil yang dapat larut dalam lindi hitam. Peristiwa ini disebut
dkk, 2011)
4 jam.
akan dapat meratakan larutan dengan bahan baku yang akan dipisahkan
ligninnya.
21
5. Ukuran bahan, semakin besar ukuran bahan maka semakin lama waktu
prosesnya.
6. Suhu dan Tekanan, semakin besar suhu dan tekanan maka semakin cepat
tekanannya 1 atm.
merupakan tahap utama yang dilakukan untuk memutus ikatan antar selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Tahap ini disebut juga sebagai tahap untuk
menghilangkan lignin agar bahan baku atau sampel dapat menghasilkan selulosa
Dalam penelitian Widia dan Wathoni pada tahun 2017, tahap delignifikasi
Larutan berwarna coklat pekat ini merupakan indikasi dari terlarutnya senyawa-
senyawa yang memiliki gugus kromofor yaitu gugus yang memiliki ikatan
Pulp yang diperoleh dicuci berulang hingga pH 6-7. Tahap berikutnya yaitu
bleaching.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghilangkan sisa lignin dan
karbohidrat yang tidak terpisah sempurna dalam pulp. Proses bleaching akan
membuat warna pulp menjadi lebih cerah atau putih. Proses ini dilakukan dengan
cara merendam serat tanaman dalam larutan NaClO dengan perbandingan sampel
selulosa dilakukan hidrolisis dengan asam agar daerah kristalin yang ada pada
2000).
1. Pengamatan organoleptik
sebagai alat pengukurnya. Hal ini mempunyai tujuan untuk mengetahui sifat
sensorik dari pangan tersebut. Beberapa sifat bahan pangan, seperti rasa dan
aroma yang akan lebih tepat hasil pengujiannya apabila diuji menggunakan
organoleptik yaitu bagian dari pemerian zat yang memuat paparan mengenai sifat
zat yang diuraikan secara umum terutama meliputi wujud, rupa, rasa, baud an
23
untuk beberapa hal dilengkapi dengan sifat kimia atau sifat fisiknya, dimaksudkan
2. Uji Kelarutan
kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat pada
bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20o dan kecuali dinyatakan lain
tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain
zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian
kertas saring, serat atau debu. Pernyataaan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1
g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zat
Larut 10 sampai 30
24
pelarut yaitu air, etanol 95%, HCl 2 N, natrium hidroksida 1N dan eter. Kelarutan
selulosa mikrokristal yang baik yaitu tidak larut dalam air, tidak dalam dalam
alkohol 95%, tidak larut dalam HCl 2N, sukar larut dalam NaOH 1N, dan tidak
sifat yang sedikit larut dalam natium hidroksida, dan praktis tidak larut dalam air,
asam encer serta sebagian besar pelarut organic (Rowe., dkk. 2009).
Mikrokristalin selulosa sulit untuk terlarut dalam pelarut karena adanya ikatan
hidrogen yang kuat antar gugus hidroksil pada rantai ikatan yang berdekatan pada
3. Uji pH
kebasaan yang dimiliki oleh suatu zat. Selulosa mikrokristal yang baik memiliki
rentang pH 5- 7,5 (Rowe., dkk. 2009). Nilai kurang dari 5 dan lebih dari 7,5 dapat
diformulasikan dengan zat aktif dalam suatu formula sediaan farmasi (Ejikeme.
2008).
25
dilihat dari besar sudut diam yangdibentuk saat uji sifat alir serbuk (Yugatama.
2015).
Sudut diam merupakan salah satu parameter lain dari sifat alir. Dengan
cara menghitung kotangen dari tinggi kerucut yang di bentuk serbuk atau granul
maka akan di dapat besar sudut yang membentuknya. Sudut diam antara 28o
sampai 42o menunjukkan sifat alir yang baik atau kualitas granul baik. Rumusnya
2ℎ
Tg ɑ=
d
Keterangan:
ɑ: Sudut Diam
radiasi sinar inframerah untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada
yang ditembak dengan energi dari sumber sinar yang akan menyebabkan molekul
mengalami vibrasi. Sumber sinar adalah keramik, yang apabila dialiri arus listrik
26
maka keramik ini dapat memancarkan inframerah. Vibrasi dapat terjadi karena
energi yang berasal dari sinar inframerah tidak cukup kuat untuk menyebabkan
energi vibrasi tiap atom berbeda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan
(Bandiyah. 2012).
berbeda, dimana setiap frekuensi bisa dilihat sebagi warna yang berbeda. Radiasi
inframerah juga mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat
oleh mata. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya
bilangan gelombang 4000-200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan
menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat
khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Metode ini
(Dachriyanus. 2004).
merupakan sinyal yang dihasilkan sebagai fungsi perubahan pathlength antara dua
berkas sinar. Dua domain (jarak dan frekuensi) dapat ditukarbalikkan dengan
Rohman. 2013).
penting dalam peradaban material umat manusia. Alangkah lebih baiknya jika
berlandaskan aqidah dan syariah Islam sebagaimana yang telah ada pada masa
28
Rasulullah saw. Maka dari itu, dapat dipastikan bahwa Islam adalah satu-satunya
Terjemahnya:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami
tumbuhkan di bumi itu berbagai macam pasangan (tumbuh-tumbuhan)
yang baik? (7)”. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda
(kebesaran Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman (8)”
(Kemenag RI. 2007).
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, disebutkan bahwa apakah mereka tidak
bumi. Berapa banyak telah kami tumbuhkan dari setiap pasang tumbuhan dengan
pada demikian itu terdapat tanda yang membuktikan adanya pencipta Yang Maha
awalam yarά ilά al-ardh/ apakah mereka tidak melihat ke bumi, merupakan kata
hingga batas akhir, dengan demikian ayat ini mengundang manusia unutk
mencakup seantero bumi, dengan aneka tanah dan tumbuhan dan aneka
memperhatikan dengan baik bila perlu seantero atau segala penjuru bumi akan
masing manfaatnya, ayat di atas juga menyerukan kepada umat manusia agar
senantiasa berusaha agar dapat menemukan manfaat dari apa yang telah Allah swt
ciptakan di muka bumi ini, sebagai salah satunya dengan adanya pemanfaatan
berakal dan berilmu agar dapat berusaha dan berfikir semaksimal mungkin dalam
sesuai dengan takarannya, sama halnya dengan limbah yang akan digunakan
kedepannya.
Terjemahnya:
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam” (Kemenag RI. 2007).
ْ َم
(هدًا َ ْ )الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم ْاألَرalladzi ja’ala lakum al-ardh mahdan/ Dia yang
ض
tidak menjadikan bagi kamu bumi sebagai hamparan. Pengalihan bentuk redaksi
bermacam-macam jenis dan bentuk dan rasanya itu merupakan hal-hal yang
redaksi itu juga bertujuan mengundang perhatian pendengan dan mitra bicara agar
mengarahkan pandangan dan pikirannya kepada hal-hal yang disebut itu. Gaya
Bahasa semacam ini banyakditemukan dalam al-Qur’an dan dalam kontek uraian
Tafsir Min Ibni Katsiir: Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7 Terjemahan Abdul Ghoffar dan
Abu Ihsan Al-atsari. Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah swt, telah menjadikan
bagimu bumi sebagai hamparan yang kalian tinggali, berdiri dan tidur diatasnya,
buahan, ada yang rasanya masam, pahit, manis serta berbagai jenis lainnya dari
Dari penjelasan ayat diatas telah ditegaskan bahwa di muka bumi yang kita
tinggali ini telah diciptakan berbagai macam tumbuhan berupa tanaman dengan
berbagai jenis rasa, salah satunya yaitu tumbuhan dengan rasa yang manis seperti
pisang. Dimana telah ditemui berbagai macam jenis olahan dari pisang dengan
berbagai varietas pula, hal ini menandakan akan meningkatnya jumlah limbah
pemanfaatan terhadap tumbuhan ini tak hanya dilakukan pada buahnya saja
dalam penelitian kami yaitu pemanfaatan limbah bonggol pisang sebagai bahan
merupakan salah satu jenis bahan tambahan dalam pembuatan obat seperti jenis
sediaan tablet yang banyak digunakan di dunia, yang sejauh ini masih seringkali
Dalam sebuah hadist oleh Nabi Muhammad saw tentang pengobatan yang
bersabda:
Artinya :
Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan Allah menurunkan
obatnya pula (H.R. Bukhari )
Ungkapan “setiap penyakit pasti ada obatnya”, artinya bisa bersifat umum,
penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para dokter. Allah swt sendiri telah
Akan tetapi ilmu tersebut tidak ditampakkan Allah swt untuk menggapainya.
Karena ilmu pengetahuan yang dimilki oleh manusia hanyalah sebatas yang
diajarkan oleh Allah swt. Oleh sebab itu, kesembuhan terhadap penyakit dikaitkan
oleh rasulullah dengan proses kesesuaian obat dengan penyakit yang diobati.
Karena setiap ciptaan Allah swt.Itu pasti ada penawarnya (Ar-Rumaikhon. 2008).
Hadist diatas juga menjelaskan bahwa sebagai seorang hamba, manusia hanya
dapat berikhtiar, berusaha, berdoa, dan bertawakkal kepada Allah swt sebaik
mungkin agar apa yang hendak diperoleh dapat diwujudkan. Namun tetap
berserah diri dan mengembalikan hasil akhirnya pada Allah swt. Maka dari itu,
pada saat seorang hamba diterpa musibah berupa penyakit. Itu merupakan
penggugur dosa baginya, sedang kita dapat pula menggunakan obat sebagai
tersebut. Adanya suatu penyakit dapat pula di kita syukuri sebagai penanda
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Kimia RisetJurusan Kimia Fakutas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
2018.
B. Pendekatan Penelitian
pengaduk, blender, cawan porselen, corong, gegep, gelas kimia, gelas ukur,
(Memmert®), pH meter, pipet tetes, sendok besi, sendok tanduk, shieve shaker
33
34
(mesh no. 40 dan 100), tabung reaksi (Pirex®), tanur, toples kaca, dan water bath
(Memmert®).
aluminium foil, asam klorida (HCl), aquadest, etanol 95%, eter, kertas saring,
D. Prosedur Kerja
1. Varietas Sampel
varietas sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian ini, untuk melakukan
2. Pengambilan Sampel
3. Pengolahan Sampel
terlebih dahulu, kemudian dicuci dengan air mengalir, dilakukan perajangan lalu
dikeringkan dan di sortasi kering. Kemudian dihaluskan dan siap untuk dilakukan
evaluasi.
35
4. Proses Delignifikasi
Serbuk yang telah kering dan diayak sebanyak 100 gram diektraksi dengan
masing konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; dan 15% selama 24 jam. Kemudian dilakukan
penyaringan dan rendamen dicuci dengan aquadest hingga pH air cucian berkisar
Pada tahap ini dilakukan dengan metode Chesson dimana 1 gram sampel
jam di atas hot plate. Kemudian sampel didinginkan dan disaring lalu di cuci
dengan air panas ± 300 ml. residu yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada
dan didiamkan pada suhu kamar (250 C) selama 4 jam sebelum ditambahkan 50
ml aquadest dan dipanaskan diatas waterbath suhu 1000 C selama 1 jam. Lalu
residu disaring dan di cuci kembali dengan aquadest hingga pH netral, dan
dikeringkan lagi dalam oven suhu 1050 C serta ditimbang hingga berat konstan
(berat c). Terakhir residu diabukan dan ditimbang berat konstan (berat d). Kadar
(c−d)
Kadar selulosa = x 100%
a
Keterangan:
d: Bobot abu
6. Proses Bleaching
Kemudian campuran dididihkan selama 10 menit dan disaring lalu di cuci (Putra.,
dkk. 2011).
7. Proses Hidrolisis
gelas ukur dan disaring serta di cuci dengan aquadest hingga pH air cucian
berkisar 6-7 (netral). Selanjutnya rendamen yang diperoleh dikeringkan pada suhu
a. Uji Organoleptik
putih, diamati bentuk atau rupa, warna, rasa, bau (Zulharmita. 2012). Selulosa
mikrokrisral yang baik memiliki organoleptik serbuk hablur, berwarna putih, tidak
berbau, tidak berasa (Ohwoavworhua., dkk. 2005). Uji ini dilakukan dengan
menggunakan indra manusia untuk menilai standar penerimaan suatu produk oleh
b. Uji Kelarutan
Uji kelarutan dilakukan terhadap empat pelarut yaitu air, etanol 95%, HCl
yaitu tidak larut dalam air, tidak dalam dalam alkohol 95%, tidak larut dalam HCl
2N, sukar larut dalam NaOH 1N, dan tidak larut dalam eter (Karim. 2014., Rowe.,
dkk. 2009).
c. Uji pH
Sebanyak 2 gram serbuk diaduk dengan 100 ml air suling selama 5 menit
digunakan untuk menyatakan derajat keasaman atau kebasaan yang dimilik oleh
suatu zat.
alat berupa corong flow tester dengan bantuan stopwatch sebagai akumulasi waktu
alir sampel. Sampel yang hendak di uji dimasukkan ke dalam alat dan menyiapkan
stopwatch. Setelah itu katup penutup corong pada bagian bawahnya dibuka untuk
mikrokristal yang baik menurut (Haque. 2010) menyatakan bahwa daya alir yang
Sudut diam merupakan salah satu parameter lain dari sifat alir, sudut diam.
Dengan cara menghitung kotangen dari tinggi kerucut yang di bentuk serbuk atau
granul maka akan di dapat besar sudut yang memebentuknya. Sudut diam antara
38
28o sampai 42o menunjukkan sifat alir yang baik atau kualitas granul baik.
2ℎ
Tg ɑ=
d
Keterangan:
ɑ: Sudut Diam
Pelet dibuat dari sampel selulosa mikrokristal (2-5 mg) digerus bersama
dengan KBr (200-250 mg). Spektrum infra merah pellet diukur dengan
2003). Pada pengujian ini digunakan pembanding yaitu Avicel PH-102. Selulosa
mikrokristal yang baik akan menunjukkan adanya serapan utama pada bilangan
gelombang 3344, 2884, 1426, 1316, dan 1024 cm-1 yang menunjukkan adanya
gugus OH, ikatan hidgrogen, C-H alkana, ikatan C-O eter, dan alkohol (Yanuar.,
dkk. 2003).
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Tahap Delignifikasi
Berat
Konsen- Berat Awal Berat H2SO4 Abu Kadar
No. H2SO4 1 N
trasi (%) (berat a) 72% (berat c) (berat d) Selulosa
(berat b)
3. Pengujian Karakteristik
39
40
3. Bau
4. Rasa
1. Air (Praktis tidak larut) (10 mg /10
ml)
2. Etanol 95% (Sangat sukar larut) (10
mg/1 ml)
2 Kelarutan Sesuai dengan
3. NaOH (Sukar larut) (1 mg/1 ml)
parameter uji
4. HCl (Agak sukar larut) (340 mg/1
ml)
5. Eter (Agak sukar larut) (340 mg/1
ml)
3 pH 6-7 (Netral) 7 (Netral)
Daya alir dan 10 g/detik 9,91 g/detik
4
Sudut diam 28-42o 57o
FTIR
Ikatan O-H (3500-3250 cm-1)
(Fourier Sesuai dengan
5 Ikatan C-H (2905-2901 cm-1)
Transform parameter uji
Ikatan β-Glikosida (1000-890 cm-1)
Infrared)
4. Pengujian Organoleptik
B. Pembahasan
terhidrolisis menjadi molekul yang lebih sederhana lagi (glukosa dan fruktosa),
terbentuk dari beberapa ribu molekul glukosa yang berikatan bersama-sam yang
(Riswiyanto. 2009).
Selulosa merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman yang tidak
dapat larut dalam air dan jika dihidrolisis dalam suasana akan menghasilkan
terdiri dari sekitar 300.000 satuan monomer dan mempunyai berat molekul
Oleh karena iotu, di antara pita-pita polimer tersebut terdapat banyak jembatan
terbentuk dari polimer selulosa dan rantai agregat glukan yang berbentuk serat.
(Wastermarck. 2000).
senyawa organik terpenting yang dapat disintesis dari organisme tingkat rendah
(tumbuhan) hingga pada organisme tingkat tinggi (hewan, biota laut, bakteri dan
jamur). Pada tanaman atau tumbuhan selulosa dapat ditemukan pada kayu, kapas,
tanaman musiman, residu atau limbah pertanian lainnya (Widyaningsih., 2017 dan
diperoleh dari turunan selulosa yaitu α-selulosa (alfa selulosa) murni yang banyak
larutan asam.
merupakan tahap utama yang dilakukan untuk memutus ikatan antar selulosa,
43
hemiselulosa dan lignin. Tahap ini disebut juga sebagai tahap untuk
menghilangkan lignin agar bahan baku atau sampel dapat menghasilkan selulosa
merusak struktur lignin yang terdapat pada bagian kristalin dan amorf serta
delignifikasi penghilangan lignin sangat penting karena lignin merupakan zat atau
NaOH. Diantara ketiga pelarut tersebut NaOH merupakan pelarut yang paling
baik untuk digunakan karena dapat menghilangkan lignin dan hemiselulosa secara
bersamaan.
memutuskan ikatan-ikatan dari struktur dasar lignin sedangkan ion Na+ akan
berikatan dengan lignin membentuk natrium fenolat. Garam fenolat ini bersifat
mudah larut. Lignin yang terlarut ditandai dengan warna hitam pada larutan yang
untuk membuang lignin yang terlarut dalam larutan tersebut kemudian sampel ini
dicuci menggunakan air untuk membersihkan larutan yang masih menempel pada
sampel. Sampel yang sudah dicuci ini dikeringkan untuk mengurangi kadar air
44
yang terdapat dalam sampel. Hasil yang diperoleh yaitu berkuranganya berat
sampel dan terjadinya perubahan fisik serta berubahnya warna sampel yang
sebelumnya sangat gelap. Hal ini dapat diasumsikan bahwa perubahan tersebut
telah menandakan hilangnya kandungan lignin dari sampel, dimana lignin sendiri
sampel.
menggunakan pelarut NaOH 5%; 7,5%; 10%; 12,5%; dan 15% adalah masing-
masing sebesar hasil 19,87%; 12,99%; 11,08%; 16,74%; dan 13,52%. Dimana
19,87%.
diperoleh hasil pada masing-masing konsentrasi 5%; 7,5%; 10%; 12,5%; dan 15%
dimana berat b sebesar 0,584 g; 0,712 g; 0,714 g; 0,629 g; dan 0,623 g sedangkan
berat c sebesar 0,387 g; 0,179 g; 0,676 g; 0,630 g; dan 0,430 g. Hasil dari berat b
penambahan H2SO472%. Hasil dari penimbangan berat abu atau berat d pada
masing-masing konsentrasi 5%; 7,5%; 10%; 12,5%; dan 15% yaitu 0,017 g; 0,02
g; 0,027 g; 0,023 g; dan 0,017 g yang diperoleh setelah pemijaran dalam tanur
pada suhu 600o C selama 3 jam. Dan adapun hasil persentase kadar selulosa untuk
masing-masing konsentrasi 5%; 7,5%; 10%; 12,5%; dan 15% diperoleh hasil
45
12,5%; 15,9%; 64,9%; 60,7%; dan 41,9%. Dimana hasil terbesar diperoleh dari
Kadar Selulosa
70
60
50
40
Kadar
30
Selulosa
20
10
0
5% 7,5% 10% 12,5% 15%
dalam NaOH 9,45% dan 17,5% atau dalam larutan basa kuat dengan DP (Derajat
kemurnian selulosa (Sumada., dkk. 2011). Kadar selulosa dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
c−d
Kadar α-selulosa = x 100%
a
Keterangan:
d: Bobot abu
Dari hasil penentuan kadar selulosa diperoleh hasil yang paling tinggi
pada konsentrasi 10% yaitu 64,9% yang apabila dibandingkan dengan literatur
dapat larut pada NaOH 9,45% dan 17,5% dimana konsentrasi 10% lebih
optimum dapat berbeda pada setiap sampel, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh
dibawahnya yaitu 5% dan 7,5% menghasilkan α-selulosa yang sangat sedikit. Hal
ini dapat terjadi oleh beberapa faktor, diantaraya waktu perendaman, waktu
bahwa konsentrasi NaOH dengan hasil kadar lignin terendah yaitu pada NaOH
selulosa. Namun sebelum itu, perlu dilakukan tahap bleaching. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu sisa serbuk yang ada kemudian di
dengan perbandingan sampel dengan pelarut sebesar 1:1. Dimana pada proses
bleaching serbuk yang diperoleh belum memenuhi standar yang terdapat pada
sedikit gelap. Hal ini menandakan adanya kandungan lignin dalam sampel, meski
telah dilakukan delignifikasi. Namun, pada beberapa jenis sampel masih perlu
dalam pulp, tahap ini akan membuat warnna pulp menjadi lebih cerah atau putih
(Widia, Ina., dkk. 2018). Sampel limbah bonggol pisang kepok (Musa
paradisiaca L.) yang telah melalui tahap delignifikasi tetapi masih menunjukkan
warna pulp yang gelap, maka dari itu tahap bleaching perlu dilakukan.
Pada tahap ini, NaCIO yang merupakan bahan pemutih yang banyak
bahkan jika dilakukan dengan pemanasan 100o C selama beberapa jam. Pelarut ini
akan menurunkan pH sampel, setelah itu ion kloritnya akan berubah menjadi asam
klorous (HCIO2). Asam lemah ini tidak akan terdisosiasi dalam larutan asam, akan
48
tetapi saat pH dibawah 6 akan terbentuk CIO2 yang merupakan senyawa korosif.
Senyawa inilah yang bertanggung jawab atas proses pemutihan substrat selulosa
selulosa dilakukan hidrolisis dengan asam agar daerah kristalin yang ada pada
2000). Hidrolisis asam dapat dilakukan dengan beberapa jenis asam organik,
Pada tahap ini digunakan larutan asam kuat yaitu HCl 2,5 N, dimana pulp
kering berupa α-selulosa dilarutkan ke dalam pelarut HCl 2,5 N dan diperoleh
bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca L.) yang diisolasi hanya dapat
selulosa. Adapun evaluasi yang akan dilakukan yaitu uji organoleptik meliputi
pengamatan terhadap warna, bentuk, bau dan rasa. Dimana hasil yang diperoleh
Hasil yang diperoleh pada pengujian ini yaitu warna yang dihasilkan putih
kekuningan, bentuk menyerupai serbuk hablur, tidak berbau dan tidak berasa. Jika
hasil ini dibandingkan dengan literatur yang ada terdapat perbedaan pada warna
49
yang dihasilkan, dimana pada avicel komersial warna yang ditunjukkan yaitu
putih bersih.
kadar selulosa yang ada dalam sampel limbah bonggol pisang kepok. Hasil yang
diperoleh sebesar 64,9% α-selulosa (Musa paradisiaca L.). Pada tahap ini metode
yang digunakan yaitu metode Chesson yang merupakan metode dalam penentuan
kadar selulosa.
literatur yang ada (Karim. 2014), mikrokristal yang baik tidak dapat larut dalam
aquadest, eter, etanol 95%, HCl (asam klorida) 2 N dan sukar larut dalam NaOH
pelarut uji yaitu 10 mg/10 ml untuk aquadest, 10 mg/1 ml untuk etanol 95%, 1
mg/1 ml untuk NaOH, dan 340 mg/1 ml untuk HCl dan Eter. Sedangkan hasil
selulosa yang telah di buat dari limbah bonggol pisang kepok (Musa paradisiaca
Pharmaceutical Excipients Sixth Edition (Rowe., dkk. 2009) berkisar antara 6-7
atau pH netral dan pH yang dihasilkan pada pengujian menunjukkan angka 7,0
Uji daya alir dan sudut diam, menurut literatur (Haque. 2010) menyatakan
bahwa pengujian daya alir dan sudut diam dapat dikatakan cukup baik apabila
dalam 10 gram sampel hanya jatuh atau seluruhnya mengalir pada corong flow
tester selama 1 detik dan (Voight. 1994; Lachman., dkk. 2012) menyatakan bahwa
dalam penentuan sudut diam jika sudutnya ≤ 30o maka laju alirnya baik dan jika
sudutnya ≥ 40o maka laju alirnya kurang baik. Adapun literatur lain yaitu menurut
Fadlil dan Chandra. 2017 menyatakan bahwa mikrokristalin selulosa yang baik
memiliki sudut diam sebesar 28-42o. Sedangkan pada pengujian yang telah
dilakukan terhadap 100 gram mikrokristalin selulosa diperoleh hasil yaitu 9,91
g/detik dengan sudut diam 57o sehingga dapat dikatakan bahwa mikrokristalin
selulosa yang diperoleh memiliki daya alir yang baik namun sudut diam yang
buruk.
adanya gugus O-H yang menunjukkan adanya ikatan hidrogen pada spektrum
3448,58 cm-1, β-glikosida pada spektrum 895,90 cm-1. Sedangkan pada spektrum
3448,58 cm-1 dan 2905,53cm-1 yang menunjukkan adanya penurunan ikatan yang
kuat pada O-H dan C-H sehingga mengindikasikan semakin banyaknya daerah
kristalin.
glikosida pada spektrum 896.61 cm-1. Sedangkan pada spektrum 3411 cm-1 dan
51
2900.61 cm-1 yang menunjukkan adanya penurunan ikatan yang kuat pada O-H
Spektroskopi” tahun 2004 oleh Prof. Dr. Dachriyanus, dikatakan bahwa ikatan
hidrogen menyerap pada daerah antara 2853-2962 cm-1 dimana ikatan ini hampir
ada pada semua senyawa organik. Ikatan O-H pada alkohol meyerap pada
bilangan gelombang yang lebih besar dari suatu asam yaitu 3230-3550 cm-1
52
Selulosa Mikrokristal dari Pelepah Kelapa Sawit dan Tandan Kosong Kelapa
102 memiliki pola spektrum yang mirip dengan pita serapan selulosa pada
dari α-selulosa. Pada pita serapan 2905-2901 cm-1 menunjukkan adanya C-H
alifatik yang menguatkan adanya α-selulosa. Kemudian pada pita serapan 1644-
1640 cm-1 menunjukkan adanya interaksi kuat antara selulosa dan air. Pada pita
glikosidik. Sedangkan pada pita serapan 1730-1720 cm-1 C=O yaitu aldehid,
Dari beberapa hasil penelitian dan hasil FTIR avicel komersial dapat
gambar hasil FTIR antara sampel mikrokristalin selulosa dari limbah bonggol
Terjemahnya:
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam” (Kemenag RI. 2007).
53
ْ َم
(هدًا َ ْ )الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم ْاألَرalladzi ja’ala lakum al-ardh mahdan/ Dia yang
ض
tidak menjadikan bagi kamu bumi sebagai hamparan. Pengalihan bentuk redaksi
bermacam-macam jenis dan bentuk dan rasanya itu merupakan hal-hal yang
redaksi itu juga bertujuan mengundang perhatian pendengan dan mitra bicara agar
mengarahkan pandangan dan pikirannya kepada hal-hal yang disebut itu. Gaya
Bahasa semacam ini banyakditemukan dalam al-Qur’an dan dalam kontek uraian
Tafsir Min Ibni Katsiir: Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7 Terjemahan Abdul Ghoffar dan
Abu Ihsan Al-atsari. Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah swt, telah menjadikan
bagimu bumi sebagai hamparan yang kalian tinggali, berdiri dan tidur diatasnya,
buahan, ada yang rasanya masam, pahit, manis serta berbagai jenis lainnya dari
Dari penjelasan ayat diatas telah ditegaskan bahwa di muka bumi yang kita
tinggali ini telah diciptakan berbagai macam tumbuhan berupa tanaman dengan
berbagai jenis rasa, salah satunya yaitu tumbuhan dengan rasa yang manis seperti
pisang. Dimana telah ditemui berbagai macam jenis olahan dari pisang dengan
berbagai varietas pula, hal ini menandakan akan meningkatnya jumlah limbah
pemanfaatan terhadap tumbuhan ini tak hanya dilakukan pada buahnya saja
dalam penelitian kami yaitu pemanfaatan limbah bonggol pisang sebagai bahan
merupakan salah satu jenis bahan tambahan dalam pembuatan obat seperti jenis
sediaan tablet yang banyak digunakan di dunia, yang sejauh ini masih seringkali
Dalam sebuah hadist oleh Nabi Muhammad saw tentang pengobatan yang
bersabda:
Artinya :
Ungkapan “setiap penyakit pasti ada obatnya”, artinya bisa bersifat umum,
penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para dokter. Allah sendiri telah
Karena ilmu pengetahuan yang dimilki oleh manusia hanyalah sebatas yang
diajarkan oleh Allah swt. Oleh sebab itu, kesembuhan terhadap penyakit dikaitkan
oleh rasulullah dengan proses kesesuaian obat dengan penyakit yang diobati.
Karena setiap ciptaan Allah swt.Itu pasti ada penawarnya (Ar-Rumaikhon. 2008).
hanya dapat berikhtiar, berusaha, berdoa, dan bertawakkal kepada Allah swt
sebaik mungkin agar apa yang hendak diperoleh dapat diwujudkan. Namun tetap
berserah diri dan mengembalikan hasil akhirnya pada Allah swt. Maka dari itu,
penggugur dosa baginya, sedang kita dapat pula menggunakan obat sebagai
tersebut. Adanya suatu penyakit dapat pula di kita syukuri sebagai penanda
nikmatnya kesehatan yang tak luput dari kuasa Allah swt.kesehatan yang tak luput
A. Kesimpulan
dengan hasil sebesar 64,9% α-selulosa yang diperoleh dari 100 gram serbuk
daya alir dan sudut diam dan FTIR (Fourier Transform Infrared) dari
mikrokristalin selulosa diperoleh hasil yang memenuhi standar baku sesuai yang
Excipients Edisi 6.
B. Saran
sebaiknya dilakukan dengan waktu yang cukup lama agar memperoleh hasil yang
asam.
56
KEPUSTAKAAN
Abdurrahman, A. b. (2008). Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsiir: Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 7 Terjemahan Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan Al-atsari. Jakarta:
Pustaka Imam Syafi'i.
Dewati, R. (2008). Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Etanol. Surabaya: UPN Veteran Jatim.
57
58
Fadlil, A., Chandra. (2017). Sistem Penentuan Sudut Diam Granul Menggunakan
Metode Pengolahan Citra Berbasis Android. Yogyakarta: Universitas
Ahmad Dahlan Publisher.
Hariani., dkk. (2016). Extraction of Cellulose from Kepok Banana Peel (Musa
paradisiaca L.) for Adsorpsion Procion Dye. Palembang: Universitas
Sriwijaya.
Ismanto, Agus dan Baharuddin, Hardi. (2011). Analisis Kadar Selulosa pada
Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrd) yang direndam dalam
Lumpur.Bogor: Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan
Hasil Hutan.
Kemenper. (2014). Outlook Komoditi Pisang. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian.
59
Saragih, B. (2014). Analisis Mutu Tepung Bonggol Pisang dari berbagai Varietas
dan Umur Panen yang berbeda. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Sumada, K., dkk. (2011). Isolation Study Of Efficient α - Cellulose From Waste
Plant Stem Manihot Esculenta Crantz. Surabaya: UPN "Veteran" Jatim.
Widodo, L., dkk. (2013). Pemisahan Alpha-Selulosa dari Limbah Batang Ubi
Kayu Menggunakan Larutan Natrium Hidroksida. Surabaya: UPN
“Veteran” Jawa Timur.
Penyiapan sampel
Disortasi kering
Sampel kering
Diayak dengan mesh no. 40
Delignifikasi
Dengan pelarut NaOH 5%; 75%;
10%; 12,5%; dan 15%
Kadar α-selulosa
Hidrolisis
Dengan pelarut HCl 2,5 N
Mikrokristalin selulosa
Uji Uji Kadar Uji Daya Alir dan Uji Uji FTIR (Fourier
Organoleptik Selulosa Sudut Diam Uji pH Kelarutan Transform IR)
Infrared)
62
Lampiran 2. Perhitungan
A. Persentase Rendamen
berat akhir
% Rendamen = x 100 %
berat awal
1. Konsentrasi NaOH 5%
19,87 g
% Rendamen = x 100 %= 19,87 %
100 g
3. Konsetrasi NaOH 10 %
11,08
% Rendamen = 100 g x 100 %= 11,08 %
5. Konsentrasi NaOH 15 %
13,52 g
% Rendamen = x 100 %= 13,52 %
100 g
c−d
% Kadar selulosa = x 100 %
a
1. Konsentrasi NaOH 5%
0,387−0,017
% Kadar selulosa = x 100 %= 37 %
1g
3. Konsetrasi NaOH 10 %
63
64
0,676−0,027
% Kadar selulosa = x 100 %= 64,9 %
1g
5. Konsentrasi NaOH 15 %
0,436−0,017
% Kadarp selulosa = x 100 %= 41,9 %
1g
C. Perhitungan pelarut
g x 1000
Normalitas = xa
Mr x V
178,48 x 1000
Normalitas = x2
9800
356,960
Normalitas = = 36
9800
Maka pengenceran ,
N1. V1 = N2. V2
65
N1. V1 = N2. V2
36. V1 = 1. 1000
1000
V1 = = 27,8 ml
36
N1. V1 = N2. V2
N1. V1 = N2. V2
34920
V1 = = 360 ml
97
g x 1000
Normalitas = xa
Mr x V
44,03 x 1000
Normalitas = x1
3650
44030
Normalitas = = 12,06
3650
Maka pengenceran ,
N1. V1 = N2. V2
N1. V1 = N2. V2
2500
V1 = = 207,3 ml
12,06
67
g x 1000
Normalitas = xa
Mr x V
44,03 x 1000
Normalitas = x1
3650
44030
Normalitas = = 12,06
3650
Maka pengenceran ,
N1. V1 = N2. V2
N1. V1 = N2. V2
12,06. V1 = 2. 500
1000
V1 = = 83 ml
12,06
g x 1000
Normalitas = xa
Mr x V
18,4 x 1000
Normalitas = x1
4000
18400
Normalitas = = 4,6
400
Maka pengenceran ,
N1. V1 = N2. V2
N1. V1 = N2. V2
4,6. V1 = 1. 138
138
V1 = = 30 ml
4,6
Lampiran 3. Gambar Penelitian
70
71
Hasil pengamatan Avicel komersial pada fourier transform infrared atau FTIR
72
RIWAYAT HIDUP
Negeri 6 Makassar. Semasa sekolah penulis aktif mengikuti kegiatan OSIS dan
Pramuka.
Jurusan Farmasi yang berada di Fakultas Ilmu Kesehatan yang sekarang menjadi
Fakultas Kedoktern dan Ilmu Kesehatan dan menjadi angkatan yang ke-10
73
74