Anda di halaman 1dari 30

Laboratorium Kimia Analisis Obat dan Makanan

Semester V Tahun 2022/2023

LAPORAN PTAKTIKUM

ANALISA KADAR PROKSIMAT PADA SUSU BUBUK

Pembimbing : Vilia Darma Paramita, STP., M.Food.Sc.,


Ph.D
Tgl.Praktikum :
Kelompok : II (Dua)
Nuraini Mutmainna (33220014)
Putri Aulia (33220023)
Firda (33220013)
Rezki Amalia (33220008)
Nur Tasnim (33220021)
Zulkifli Adam (33220012)

PROGRAM STUDI D-3 ANALISIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN 2022
ANALISA KADAR PROKSIMAT PADA SUSU BUBUK
I. TUJUAN
Mampu menentukan kadar abu, kadar air, kadar vitamin A, kadar vitamin C,
kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat pada sampel susu bubuk zee.

II. PERINCIAN KERJA


2.1 Penentuan kadar air metode gravimetri
2.2 Penentuan kadar abu metode gravimetri
2.3 Penentuan kadar Vitamin A metode spektrofotometer UV-VIS
2.4 Penentuan kadar Vitamin C metode titrimetri
2.5 Penentuan kadar lemak metode Soxhlet
2.6 Penentuan kadar protein metode spektrofotometer UV-VIS
2.7 Penentuan kadar karbohidrat (gula pereduksi) metode luff schorl

III. ALAT dan BAHAN


3.1 Penentuan kadar air
Alat yang digunakan:
 Cawan petri
 Oven
 Desikator
 Neraca analitik
 Spatula
 Gegep
 Talang
 Spatula

Bahan yang digunakan:

 Susu bubuk Zee

3.2 Penentuan kadar abu


Alat yang digunakan:
 Cawan porselin
 Tanur
 Oven
 Desikator
 Neraca analitik
 Spatula
 Gegep
 Talang
 Spatula

Bahan yang digunakan:

 Susu bubuk Zee


3.3 Penentuan kadar Vitamin A dan Vitamin C
Alat yang digunakan:
 Corong pisah
 Gelas kimia
 Tabung reaksi
 Pipet ukur
 Bulb
 Spatula
 Corong kaca
 Kertas saring
 Batang pengaduk
 Labu semprot
 Aluminium foil
 Instrumen spektrometer UV-Vis
 Neraca Analitik

Bahan yang dibutuhkan:


 Sampel Susu Bubuk
 Pottasium dikromat
 N-Heksan
 Etanol
 Aquades

3.4 Penentuan kadar lemak


Alat yang digunakan:
 Gelas kimia
 Spatula
 Neraca Analitik
 Serangkaian alat soxhlet (kondensor dan pemanas listrik
 Labu Erlenmeyer
 Oven
 Neraca analitik
 Kapas bebas lemak
 Desikator
 talang dan gegep

Bahan yang dibutuhkan:


 Sampel susu bubuk zee
 Pelarut non-polar (n-heksan)
 Larutan HCL 25%
 Aquades

3.5 Penentuan kadar protein


Alat yang digunakan:
 Labu ukur 10 mL; 50 ml; 100 ml
 Gelas ukur 250 ml
 Gelas kimia 50 ml; 100 ml; 250 ml; 1000 ml
 Corong kaca
 Pipet ukur 5 ml
 Mikropipet dan Tip
 Batang Pengaduk
 Bulb
 Spatula
 Botol Semprot
 Spektrofotometer UV-Vis
Bahan yang dibutuhkan:

 Sampel susu bubuk (merek Dancow)


 BSA (Bovine Serum Albumine)
 Natrium Karbonat (Na2CO3)
 Natrium Hidroksida (NaOH)
 Tembaga (II) Sulfat Anhidrat (CuSO4.5H2O)
 Natrium Kalium Tartarat (Na-K-Tatrat)
 Folin-Ciocalteu 1N
 Kertas pH

3.6 Penentuan kadar karbohidrat


Alat yang digunakan:
 Gelas kimia 100 ml
 Kertas saring
 Labu takar 100 ml dan 200 ml
 Corong
 Batu didih
 Pendingin balik
 Erlenmayer asa
 Batang pengaduk kaca

Bahan yang dibutuhkan:


 Susu bubuk
 Aquadest
 Bubur Al(OH)3 atau Larutan Pb-asetat
 Na2CO3 anhidrat / K atau Na-oksalat anhidrat/ larutan Na-
fosfat 8%
 Larutan Luff- Schoorl
 KI 20%
 H2SO4 26.5%
 Na-tiosulfat 0.1 N
 Indikator pati
IV. DASAR TEORI
4.1 Susu
Susu merupakan salah satu produk pangan yang bernilai gizi tinggi. Hasil
pengolahannya harus melalui proses mutu yang baik, sehingga, dalam hal ini
yang telah dibuat oleh BSN (badan standarisasi nasional) adalah untuk kadar
lemak maksimum yang harus terkandung dalam sampel bubuk adalah sebesar
3%. Apabila melebihi dari 3% maka kadar lemak susu tersebut dapat
digolongkan menengah-tinggi (SNI 01-2970-2006). Susu adalah makanan
pertama yang dikenal seorang bayi lewat ASI. Masyarakat sudah sangat
mengenal bahwa kualitas ASI lebih unggul daripada susu sapi, susu formula
dan susu bubuk. Bahkan sekarang kita juga mengenal susu nonhewani, yaitu
yang terbuat dari bahan baku kedelai. Susu kedelai ini terbuat dari protein
kedelai (hasil isolasi) yang diperkaya dengan methionin (asam amino esensial),
sirup jagung dan minyak kedelai atau minyak sayur lainnya (Khomsan, 2010).
Sejalan dengan peradaban manusia dan perkembangan teknologi modern,
manusia menemukan cara perlakuan dan praktik pengolahan terhadap susu,
sehingga menghasilkan ragam produk susu yang tersedia di pasar bagi
penduduk di seluruh dunia. Dengan adanya pengolahan (processing) terhadap
susu, maka produk susu yang dihasilkan dapat disimpan lebih lama sebelum
dikonsumsi, memungkinkan bagi konsumen menyesuaikan pembelian produk
susu dengan fungsi kebutuhan, kegunaan, dan seleranya. Setiap produk susu
memiliki daya simpan (shelf life) yang berbeda, sedangkan daya simpan
produk susu dipengaruhi terutama oleh kualitas bahan baku susu (raw milk)
yang digunakan (Budiyono, 2009). Secara jelas, komposisi kimia susu adalah
air, lemak, protein, laktosan dan mineral.

4.2 Kadar Air


Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan pada udara terbuka kadar
airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembapan udara di sekitarnya.
Kadar air ini disebut kadar air disebut dengan kadar air seimbang. Penentuan
kadar air dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu metode
penegeringan, metode destilsi, metode fisis.

4.3 Kadar Abu


Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau
mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96%
bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral.
Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut
dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan
organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen
anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu (Herdas, 2008)
4.4 Vitamin A dan Vitamin C
Vitamin A dikenal pula dengan nama lain, yaitu : akseroftol
(axerophthol), asam retinoat (retinoic acid), retinal, retinol dan dehidroretinol.
Sumber vitamin A pada bahan makanan hewani, misalnya: hati (sapi) yang
mengndung sekitar 15.000 IU vitamin A per 100 g, kuning telur yang
mengadung sekitar 1000 RE per 100 g (250 RE per butir telur); pigmen kuning
telur yaitu xantofil tidak mempunyai nilai vitamin A (vitamin A tidak
berwarna); mentega (yang dibuat dari krim susu sapi) mengandung sekitar
1900-33000 IU vitamin A per kg; vitamin A di dalam susu terdapat dalam
bagian lemaknya, sehingga susu skim praktis tidak mengndung vitamin A.
Pada bahan pangan nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan merupakan sumber
pro-vitamin A (beta-karoten). Makin tua warnanya (oranye, kuning atau
hijau), makin tinggi kandungan beta karotennya. Pigmen likopen (misalnya
yang terdapat pada tomat dan semangka) serta xantofil (pada jagung kuning),
tidak mempunyai nilai vitamin A, sedangkan kriptoxantin (pada jagung)
potensinya sangat kecil (sekitar 1 RE per gram).
Vitamin C dikenal juga dengan nama lain yaitu “cevitamic acid”,
“antiscorbutic factor” dan scurvy preventive dietary essential”. Terdapat dua
bentuk molekul vitamin C aktif, yaitu bentuk tereduksi (asam askorbat) dan
bentuk teroksidasi (asam dehidro askorbat). Bila asam dehidroskobat
teroksidasi lebih lanjut akan berubah menjadi asam diketoglukonat yang tidak
aktif secara bologis. Manusia lebih banyak menggunakan asam askorbat dalam
bentuk-L, bentuk D-asam askorbat banyak digunakan sebagai bahan pengawet
(daging), sehingga untuk mencegah penggunaannya sebagai vitamin, pada
labelnya ditulis sebagai “asam eritrobat”. Manusia tidak dapat mensintesis
asam askorbat dalam tubuhnya karena tidak mempunyai enzim untuk
mengubah glukosa atau galaktosa menjadi asam askorbat, sehingga harus
disuplai dari makanan.

4.5 Lemak
Lemak adalah senyawa ester dari gliserol dari asam lemak. Namun lemak
dalam jaringan, baik hewan maupun tanaman juga disertai senyawa lain seperti
fosfolipid, sterol, dan beberapa pigmen. Dalam analisis kadar lemak, seringkali
disebut sebagai analisis “lemak kasar” karena selain asam lemak terdapat pula
senyawa-senyawa lain. (legowo,dkk.2004).
Penentuan kadar lemak pada susu ini dapat dilaukan dengan 3 metode,
yaitu metode soxhlet, metode gerber, dan metode babcock. Metode soxhlet
menggunakan sampel kering sedangkan metode gerber dan babcock
menggunakan sampel basah (sudarmadji,2010). Sedangkan untuk percobaan
ini menggunakan metode soxhlet.
4.6 Protein
Pada Protein dalam susu terdiri dari kasein 80%, laktalbumin 18% dan
laktoglobulin 0,05-0,07%. Kasein merupakan suatu substansi yang berwarna
putih kekuningan yang didapat dalam kombinasi dengan Ca sebagai kalsium
kasien dalam bentuk partikel kecil bersifat gelatin dalam suspensi. Kasein
dapat diendapkan dengan alkohol adalah Ca-kaseinat dan yang diendapkan
dengan terbentuk para kasein (Muchtadi, dkk., 2010).
Penentuan kadar protein dalam suatu bahan makanan ataupun minuman
dapat diukur dengan beberapa metode yaitu metode biuret, metode lowry,
metode bradford, dan metode BCA (Purwanto, 2014). Metode Lowry
merupakan kombinasi antara pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-
Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan dalam
protein. Reaksi yang terjadi menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di
antara 500 - 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul
puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan
protein dengan konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar disekitar 750 nm
yang dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi
rendah. Metode ini lebih sensitif untuk protein konsentrasi rendah dibanding
metode biuret (Soeharsono, 2006).

4.7 Karbohidrat
Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton atau zat-
zat yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa
tersebut. Suatu karbohidrat tergolong aldehida (CHO), jika oksigen karbonil
berikatan dengan suatu atom karbon terminal dan suatu keton (C = O) jika
oksigen karbonil berikatan dengan suatu karbon internal. Pada umumnya
karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, yang sukar larut dalam
pelarut organik, tetapi larut dalam air (kecuali beberapa sakarida). Sebagian
besar karbohidrat dengan berat melekul yang rendah, manis rasanya. Karena
itu, juga digunakan istilah gula untuk zat-zat yang tergolong karbohidrat.
Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu : monosakarida,
oligosakarida dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa Yunani
yang berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu
unit polisakharida aldehida atau keton. D-glukosa adalah monosakarida yang
paling banyak dijumpai di alam. Oligosakarida (bahasa Yunani oligos yang
artinya sedikit ) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan
bersamasama oleh ikatan kovalen.
Diantaranya yang paling dikenal adalah disakarida yang mempunyai dua
unit monosakarida. Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu) yang terdiri gula
D-glukosa dan D-fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Kebanyakan
oligo sakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit monosakarida tidak
terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai samping polipeptida
pada proteoglikan . Polisakharida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai
ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakharida seperti
selulosa, mempunyai rantai lenier, sedangkan yang lain seperti amilum (pati)
dan glikogen mempunyai rantai yang bercabang.Polisakharida yang paling
banyak dijumpai pada dunia tanaman yaitu pati dan selulosa . Nama semua
monosakarida dan disakarida berakhiran –Osa.

4.8 Metode iodimetry


Titrasi iodometri seperti sudah disebutkan di atas adalah metode titrasi
yang juga terjadi reaksi redoks. Lebih tepatnya saat yodium dasar muncul atau
menghilang saat proses titrasi sudah selesai atau mencapai titik akhir. Metode
ini memakai analisis kimia volumetri. Yodium tersebut nantinya akan
dibebaskan dengan adanya reaksi dengan analit/titrat.
Proses titrasi ini akan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3).
Natrium tiosulfat ini juga dikenal sebagai zat pereduksi untuk mentitrasi
yodium itu tadi. Dari proses ini, Anda bisa mengetahui konsentrasi zat
pengoksidasi yang terkandung di dalam larutan yang diuji. Natrium tiosulfat
ini digunakan sebagai indikator dikarenakan kemampuan menyerap I2 yang
tinggi.
Untuk menerapkan metode titrasi iodometri ini, Anda perlu memakai
atau mencari bahan yang punya sifat oksidator. Sifat oksidator ini berarti dapat
atau mampu menghilangkan elektron yang dimiliki oleh senyawa lain. Dengan
kata lain, mampu melakukan reduksi sesuai dengan prinsip dasar yang sudah
dijelaskan di poin sebelumnya. Bahan yang bersifat oksidator ini nantinya akan
dilarutkan dengan pelarut. Berikutnya yang dilakukan adalah larutan tersebut
akan diasamkan. Anda bisa memilih larutan akan diasamkan menggunakan
asam klorida, asam asetat, atau asam sulfat. Setelah itu, tambahkan juga klorin.
Campuran larutan ini perlu didiamkan selama beberapa menit di tempat gelap.
Proses yang terjadi kemudian adalah iodida akan dibebaskan lalu dititrasi
dengan natrium tiosulfat. Natrium tiosulfat ini akan menjadi reduktor begitu
larutan berubah warna jadi kuning dan jadi lebih encer. Berikutnya akan
ditambahkan juga amilum lalu dititrasi lanjutan hingga warna larutan menjadi
bening.

4.9 Metode spektrofotmeter Uv-vis


Prinsip kerja dari spektroskopi UV-Vis adalah Ketika ada sumber sinar
berupa cahaya uv-vis (monokromatik) diteruskan melalui suatu media (larutan
bewarna) yang merupakan suatu sampel, maka Sebagian cahaya tersebut ada
yang diserap, dipantulkan dan ada yang diteruskan. Cahaya yang diserap
tersebut akan menyebabkan elektron terekstasi dari keadaan dasar ke keadaan
yang memiliki energi yang lebih tinggi. Serapan sinar ini tidak terjadi pada
semua struktur. Tetapi, hanya terjadi pada system terkonjugasi yang memiliki
ikatan phi atau gugus kromofor, gugus ausokrom (gugus yang memiliki vibrasi
yang besar karena adanya pasangan elektron bebas) contohnya adalah -OH, -
NH2, -SH, dan lain-lain. Karena memiliki vibrasi yang besar, maka jika terikat
dengan gugus kromofor, dia akan menyebakan pergeseran serapan kearah
panjang gelombang yang lebih besar dan meningkatkan intensitas puncak
serapan.
V. PROSEDUR KERJA
5.1 Penentuan kadar air:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengeringkan cawan petri kosong selama 15 menit dalam oven
pada suhu 105◦C
3. Mnedinginkan dalam desikator, mengambil cawan
menggunakan gegep
4. Menimbang cawan kosong untuk memperoleh bobot tetap
(konstan) dan mencatat
5. Menimbang 1 gram sampel pada cawan tersebut
6. Memasukkan ke dalam oven selama 3 jam
7. Mendinginkan ke dalam desikator selama 15 menit kemudian
menimbang
8. Mengulangi perlakuan pemanasan selama 30 menit hingga
diperoleh berat konstan (duplo)
9. Mencatat hasil yang diperoleh.

5.2 Penentuan kadar abu:


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengeringkan cawan porselin kosong selama 15 menit dalam
oven pada suhu 105◦C
3. Mnedinginkan dalam desikator, mengambil cawan
menggunakan gegep
4. Menimbang cawan kosong untuk memperoleh bobot tetap
(konstan) dan mencatat
5. Menimbang 2 gram sampel pada cawan tersebut
6. Membakar diatas pembakaran sampai kering dan berwarna
kehitaman
7. Memasukkan cawan ke dalam tanur pada suhu 550◦C selama 4
jam
8. Memasukkan ke dalam oven selama 15 menit
9. Mendinginkan ke dalam desikator selama 15 menit kemudian
menimbang hingga diperoleh berat konstan
10. Mengulangi langkah yang sama untuk sampel berikutnya
(duplo)
11. Mencatat hasil yang diperoleh.

5.3 Penentuan kadar Vitamin A


1. Menimbang sampel sebanyak 3 g dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 5 ml etanol 95% ke dalam sampel dan diaduk
sampai homogen dan terdapat endapan
3. Mambahkan 10 ml n-heksan, tabung reaksi ditutup dan diaduk
lagi selama 10 menit.
4. Endapan dipisahkan dari larutan yang mengandung β-karoten ,
kemudian larutan yang mengandung β-karoten dicuci dengan
aquades dalam corong pisah.
5. Menghomogenkan dan mendiamkan larutan sampai
membentuk dua lapisan. Kemudian memisahkan lapisan bawah
dan atas yang berwarna kuning.
6. Memindahkan lapisan berwarna kuning kedalam labu ukur
kemudian tandabataskan.
7. Mengukur absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 450 nm dengan n-heksan sebagai blanko.
8. Menghitung kadar β-karoten dengan menggunakan rumus :
Abs sampel
x5.6x2
i. Kadar β karoten = Berat sampel(gram)
Abs standar

5.4 Penentuan kadar Vitamin C:


1. Pembuatan pereaksi:
(a) Larutan yodium 0.01 N ( sebanyak 16 g KI +1.27 g yodium
digerus, tambahkan aquades sedikit sedikit, digerus hingga larut
semua, kemudian diencerkan hingga volume larutan 1 liter).
(b) Larutan amilum 1 % ( 1 g amilum ditambah 25 ml aquades dan
diaduk. Panaskan suspense tersebut dalam gelas piala diatas api
sampai larutan tidak berwarna. Encerkan larutan tersebut
hingga mencapai 100 ml dengan aquades panas).

2. Pengujian sampel:
(a) Menimbang sebanyak 4 gram sampel ke dalam gelas kimia,
kemudian larutkan dengan aquade sebanyak 20 ml dan
menyaring kedalam erlenmeyer 250 ml.
(b) Memindahkan filtrat kedalam labu ukur 25 lalu menghimpitkan
sampai tandabatas dengan aquades, dan memindahkan kedalam
erlenmeyer.
(c) Menitrasi larutan tersebut dengan larutan yodium dan
menambahkan indikator amilum 1% sebanyak 1 tetes.
(d) Mencatat volume yang digunakan untuk mentitrasi.
(e) Melakukan percobaan tiga kali dengan sampel dan perlakuan
yang sama.
(f) Menghitung kadar vitamin C menggunakan rumus :
1 mg vitamin C/100 mg sampel =
mg larutan yang digunakan x 0,88 x 100 mg
mg sampel yang digunakan sebelum pengenceran
Catatan: titrasi dilakukan secepat mungkin sebab senyawa-
senyawa lain seperti glutation dan sistein mungkin dapat
dioksidasi oleh larutan yodium.
5.5 Penentuan kadar lemak
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
2. Menyiapkan Erlenmeyer, mengeringkan pada oven bersuhu
105oC selama ±15 menit dan mendinginkan dalam desikator
kemudian menimbang bobot tetapnya.
3. Menyumbat selongsong dengan kertas dan kapas lalu
dikeringkan dalam oven selama ±1jam.
4. Masukkan dalam soxhlet yang dihubungkan dengan
Erlenmeyer (rangkaian alat soxhlet)
5. Melakukan ekstraksi pada sampel dengan larutan heksan
sebanyak 150ml selama 6 jam.
6. Menyuling n-heksan dan mengeringkan labu berisi ekstrak
lemak dalamoven pengering pada suhu 105oC
7. Mendingingkan pada desikator dan menimbang.
8. Masukkan kembali kedalam oven sampai diperoleh bobot
tetap (≤0,005gr)
9. Menghitung kadar lemak pada sampel susu bubuk.

5.6 Penentuan kadar protein


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada
praktikum
2. Pembuatan Reagen:
 Membuat larutan A dengan menambahkan 2 gram Na2CO3
dan 0,4 gram NaOH ke dalam labu ukur 100 ml, lalu
ditandabataskan dengan aquadest
 Membuat larutan B dengan menambahkan 0,5 gram
CuSO4.5H2O dan 1 gram Na-K-Tartrat dalam 100 ml, lalu
ditandabataskan dengan aquadest
 Membuat larutan C dengan menambahkan 1 ml larutan B
dengan 50 ml A dalam gelas kimia 250 ml
 Membuat larutan D dengan menambahkan Folin 2N dan
aquadest dengan perbandingan 1:1 (5 ml Folin + 5 ml
Aquadest)

3. Pembuatan Larutan Standar BSA


 Membuat larutan induk BSA 1000 ppm
 Membuat larutan standar dengan konsentrasi berturut-turut
5;10;20;40;80 ppm
 Memimpet larutan induk berturut-turut
50;100;200;400;800µ dengan mikropipet
 Menandabataskan dengan aquadest dalam labu 10 ml
4. Penyiapan Sampel
 Menimbang 0,8 gram sampel susu bubuk.
 Menambahkan 75 ml aquadest kemudian mengaduk
sampai larut.
 Menambahkan NaOH 0,02 N hingga larutan mencapai pH
10.
 Menandabataskan dengan aquadest dalam labu ukur 100
ml
 Melakukan langkah 1sampai 4 untuk simlpo, duplo dan
triplo.
 Memipet 0,5ml sampel kedalam labu ukur 10 ml
kemudian menambahkan 2,5ml larutan C dan diamkan
selama 10 menit.
 Menambahkan 0,25 larutan D dengan mikropipet
kemudian dikocok dan diamkan selama 30 menit
 Mencari panjang gelombang maksimum dengan salah satu
larutan standar (disarankan menggunakan konsentrasi
tengah pada deret larutan standar)
 Melakukan pengukuran dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.

5.7 Penentuan kadar karbohidrat


1). Menimbang bahan padat yang sudah dihaluskan atau bahan cair
sebanyak 2,5 - 25g tergantung kadar gula reduksinya, dan
pindahkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan 50 ml
aquades. Tambahkan bubur Al (OH)3 atau larutan Pb-asetat.
Penambahan bahan penjernih ini diberikan tetes demi tetes
sampai penetesan dan reagensia tidak menimbulkan
pengeruhan lagi. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda
dan disaring.
2). Menampung Filtrat ditampung labu takar 200 ml. Untuk
menghilangkan kelebihan Pb tambahkan Na2CO3 anhidrat atau
K atau Na-oksalat anhidrat atau larutan Na-fosfat 8%
secukupnya, kemudian ditambah aquades sampai tanda,
dikocok dan disaring. Filtrat bebas Pb bila ditambah K atau Na
oksalat atau Na-fosfat atau Na2CO3 tetap jernih.
3). Mengambil 25 ml filtrat bebas Pb yang diperkirakan
mengandung 15 - 60 mg gula reduksi dan tambahkan 25 ml
larutan Luff-Schoorl dalam erlenmayer asa.
4). Dibuat pula perlakuan blanko yaitu 25 ml larutan Luff-Schoorl
dengan 25 ml aquadest.
5). Setelah ditambah beberdpa butir batu didih, Erlenmeyer
dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian dididihkan.
Diusahakan 2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan
dipertahankan selama 10 menit.
6). Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan tambahkan 15 ml KI
20% dan dengan hati-hati tambahkan 25 ml H2S04 26,5%.
7). Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat
0,1 N memakai indikator pati sebanyak 2 3 ml. Untuk
memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi maka
sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir.

VI. DATA PENGAMATAN


6.1 Penentuan kadar air
 Berat Cawan kosong:
Penimbangan 1 :
Simplo : 31,797 g
Duplo : 51,182 g
Triplo : 37,446 g
Penimbangan 2:
Simplo : 31,796 g
Duplo : 51,180 g
Triplo : 37,443 g
 Berat Sampel (Sebelum oven)
Simplo : 1,002 g
Duplo : 1,002 g
Triplo : 1,000 g
 Berat Cawan Kosong + Sampel (Setelah oven)
Penimbangan 1:
Simplo : 32,797 g
Duplo : 51,183 g
Triplo : 38,440 g
Penimbangan 2:
Simplo : 32,795 g
Duplo : 52,180 g
Triplo : 38,440 g

6.2 Penentuan kadar abu


 Berat Cawan kosong
Penimbangan 1:
Simplo : 45,396 g
Duplo : 42,694 g
Triplo : 47,932 g

Penimbangan 2
Simplo : 45,396 g
Duplo : 42,692 g
Triplo : 47,932 g
 Berat Sampel
Simplo : 2,000 g
Duplo : 2,004 g
Triplo : 2,004 g

 Cawan Kosong + Sampel (Setelah dipanaskan)


Penimbangan 1:
Simplo : 45,5320 g
Duplo : 42,8375 g
Triplo : 48,0475 g

Penimbangan 2:
Simplo : 45,5320 g
Duplo : 42,8374 g
Triplo : 48,0472 g

6.3 Penentuan kadar Vitamin A:


Berat sampel Absorbansi
No. Sampel
(gram) (abs)
1. Standar - 0,284
2. Simplo 3,003 0,415
3. Duplo 3,002 0,490
4. Triplo 3,001 0,431

6.4 Penentuan kadar Vitamin C:


Berat sampel Volume titrasi
No. Sampel
(gram) (ml)
1. Simplo 4,003 8,2
2. Duplo 4,003 6,4
3. Triplo 4,004 4,9

6.5 Penentuan kadar lemak:


 Bobot Erlenmeyer kosong:
- Simplo : 114.4654 gr
- Duplo : 115.8716 gr

 Bobot Erlenmeyer + lemak hasil ekstraksi:


- Simplo : 114.8130 gr
- Duplo: 116.4326 gr

 Bobot sampel:
- Simplo : 2.0011 gr
- Duplo : 20006 gr
6.6 Penentuan kadar protein:

 Larutan Standar
Konsetrasi
Abs
(ppm)
0 0,016
5 0,245
10 0,288
20 0,325
40 0,411
80 0,577

 Larutan Sampel
Abs
Simplo 0,328
Duplo 0,378
Triplo 0,352

6.7 Penentuan kadar karbohidrat:

Sampel Volume Titrasi


Blanko 20,2
Simplo 4,5
Duplo 5,5
Triplo 5,1

VII. PERHITUNGAN
7.1 Penentuan kadar air:
𝑊−(𝑊1−𝑊2)
Kadar Air Basis Basah = x 100%
𝑊
Dimana: w = bobot sampel (g)
w1 = bobot sampel + cawan kosong (setelah dipanaskan)(g)
w2 = bobot cawan kosong (g)
Simplo
1,002 𝑔 −(32,795 𝑔−31,796 𝑔)
 Kadar Air Basis Basah = x 100%
1,002 𝑔
0,003 𝑔
= 1,002 𝑔 x 100%
= 0,0029 x 100%
= 0,299%
𝑊−(𝑊1−𝑊2)
 Kadar Air Basis Kering = x 100%
𝑊1−𝑊2

1,002 𝑔 −(32,795 𝑔−31,796 𝑔)


= x 100%
32,795 𝑔−31,796 𝑔
0,003 𝑔
= 0,999 𝑔 x 100%
= 0,003 x 100%
= 0,3%
Duplo
1,002 𝑔 −(52,183 𝑔−51,184 𝑔)
 Kadar Air Basis Basah = x 100%
1,002 𝑔
0,003 𝑔
= x 100%
1,002 𝑔

= 0,0029 x 100%
= 0,299%
1,002 𝑔 −(52,183 𝑔−51,184 𝑔)
 Kadar Air Basis Kering = x 100%
52,183 𝑔−51,184 𝑔
0,003 𝑔
= x 100%
0,999 𝑔

= 0,003 x 100%
= 0,3%

Triplo
1,000 𝑔 −(38,440 𝑔−37,443 𝑔)
 Kadar Air Basis Basah = x 100%
1,000 𝑔
0,003 𝑔
= x 100%
1,000 𝑔

= 0,0029 x 100%
= 0,299%
1,000 𝑔 −(38,440 𝑔−37,443 𝑔)
 Kadar Air Basis Kering = x 100%
38,440 𝑔−37,443 𝑔
0,003 𝑔
= x 100%
0,999 𝑔

= 0,003 x 100%
= 0,3%
7.2 Penentuan kadar abu:
(𝑊1−𝑊2)
Kadar Abu Basis Basah = x 100%
𝑊
Dimana: w = bobot sampel (g)
w1 = bobot sampel + cawan kosong (setelah dipanaskan)(g)
w2 = bobot cawan kosong (g)
(45,5320 𝑔 −45,4211 𝑔)
 Kadar Abu Basis Basah = x 100%
2,000 𝑔
0,1109 𝑔
= x 100%
2,004 𝑔

= 0,055 x 100% = 5,5%


(48,0475 𝑔 −47,932 𝑔)
 Kadar Abu Basis Basah = x 100%
2,000 𝑔
0,1155 𝑔
= x 100%
2,000 𝑔

= 0,057 x 100%
= 5,7%

(48,0475 𝑔 −47,932 𝑔)
 Kadar Abu Basis Basah = x 100%
2,004 𝑔
0,1155 𝑔
= x 100%
2,004 𝑔

= 0,057 x 100%
= 5,7%
Kadar abu basis basah
 Kadar Abu Basis Kering = x 100%
100− Kadar abu basis basah

5,5%
= x 100%
100−5,5%
5,5%
= x 100%
94,5

= 5,8%
Kadar abu basis basah
 Kadar Abu Basis Kering = x 100%
100− Kadar abu basis basah

5,7%
= x 100%
100−5,7%
5,7%
= x 100%
94,3

= 6%
Kadar abu basis basah
 Kadar Abu Basis Kering = x 100%
100− Kadar abu basis basah

5,7%
= x 100%
100−5,7%
5,7%
= x 100%
94,3

= 6%
7.3 Penentuan Vitamin A:
 Simplo:
Abs sampel
x5.6x2
Kadar β karoten = Abs standar
Berat sampel
0,415
x5.6x2
0,284
= 3,003 gram
1,4612 x 5.6 x 2
= 3,003
16,3654
= 3,003 gram
Kadar β karoten = 5,45
 Duplo:
Abs sampel
x5.6x2
Kadar β karoten = Abs standar
Berat sampel
0,490
x5.6x2
0,284
= 3,002 gram
1,7253 x 5.6 x 2
= 3,002 gram
19,3233
= 3,002 gram
Kadar β karoten = 6,440

 Triplo
Abs sampel
x5.6x2
Kadar β karoten = Abs standar
Berat sampel
0,431
x5.6x2
0,284
= 3,001 gram
1,5176 x 5.6 x 2
= 3,001 gram
16,9971
= 3,001 gram
Kadar β karoten = 5,665

7.4 Penentuan kadar Vitamin C:


 Simplo
1 mg vitamin C/100 mg sampel
mg larutan yang digunakan x 0,88 x 100 mg
=mg sampel yang digunakan sebelum pengenceran
8,2 x 0,88 x 100 mg
= 4.000,3 mg
721,6 ml.mg
= 4.000,3 mg
= 0,1803 mg

 Duplo
1 mg vitamin C/100 mg sampel
mg larutan yang digunakan x 0,88 x 100 mg
=mg sampel yang digunakan sebelum pengenceran
6,4 x 0,88 x 100 mg
= 4.000,3 mg
563,2 ml.mg
= 4.000,3 mg
= 0,1407 ml

 Triplo
1 mg vitamin C/100 mg sampel
mg larutan yang digunakan x 0,88 x 100 mg
=mg sampel yang digunakan sebelum pengenceran
4,9 x 0,88 x 100 mg
= 4.000,4 mg
721,6 ml.mg
= 4.000,4 mg
= 0,1077 ml

7.5 Penentuan kadar lemak:


 Kadar lemak basis basah
(𝑊1 − 𝑊2)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = × 100%
𝑊0
Keterangan:
Wo: bobot sampel
W1: bobot Erlenmeyer + lemak hasil ekstraksi
W2: bobot Erlenmeyer kosong

- Simplo
114.8130 𝑔𝑟 − 114.4654 𝑔𝑟)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = × 100%
2.0011 𝑔𝑟
= 17,3704%
- Duplo
(116.4326 𝑔𝑟 − 115.8716 𝑔𝑟)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = × 100%
2.0006 𝑔𝑟
= 28.0415%
 Kadar lemak basis kering
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 (𝑏𝑏)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = × 100%
100 − 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (𝑏𝑏)
Keterangan:
Kadar lemak (bb) : simplo = 17,3704 %
Duplo = 28,0415 %
Kadar air (bb) : simplo = 0.3988 %
Duplo = 0.4004 %
(bb) = basis basah
- Simplo
17.3704 %
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = × 100%
100 − 0.3988%
17.3704 %
= × 100 %
99.6012
= 17.4399 %
- Duplo
28.0415 %
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = × 100
100 − 0.4004%
28.0415 %
= × 100
99.5996 %
= 28.1542

7.6 Penentuan kadar protein:

Kurva Standar Protein


0.7
0.6 y = 0.0043x + 0.236
Absorbansi (ABS)

R² = 0.9962
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Konsenrasi (ppm)

- Penentuan Konsetrasi dan Kadar Protein pada Susu Bubuk


1) Simplo

y = 0,0043x + 0,236
0,328 = 0,0043x + 0,236
0,328 – 0,236 = 0,0043x
0,092 = 0,0043x
0,092
x = 0,0043
x = 21,39 ppm

𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑥 𝑓𝑝
% Protein = 𝑥 100 %
𝑚𝑔

21,39 𝑥 10 𝑚𝑙 𝑥 200
= 𝑥 100%
802,7 𝑚𝑔

42,78
= 802,7 𝑥 100%

= 5,32%
2) Duplo
y = 0,0043x + 0,236
0,378 = 0,0043x + 0,236
0,378 – 0,236 = 0,0043x
0,142 = 0,0043x
0,142
x = 0,0043
x = 33,02 ppm

𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑥 𝑓𝑝
% Protein = 𝑥 100 %
𝑚𝑔

33,02 𝑥 10 𝑚𝑙 𝑥 200
= 𝑥 100%
807,9 𝑚𝑔

66,04
= 807,9 𝑥 100%

= 8,22%

3) Triplo
y = 0,0043x + 0,236
0,352 = 0,0043x + 0,236
0,352 – 0,236 = 0,0043x
0,116 = 0,0043x
0,116
x = 0,0043
x = 26,97 ppm

𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑥 𝑓𝑝
% Protein = 𝑥 100 %
𝑚𝑔

26,97 𝑥 10 𝑚𝑙 𝑥 200
= 𝑥 100%
802,7 𝑚𝑔

53,94
= 802,7 𝑥 100%

= 6,7%

7.7 Penentuan kadar karbohidrat:


Rumus :
NTio
 VTio = VBlanko – VTitrasi × 0,1
𝑉𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑚𝑔𝐺𝑃
 % Karbohidrat = × × 0,9 × 100%
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 𝑚𝑔𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
a. Simplo
NTio
 VTio = VBlanko – VTitrasi × 0,1
0,1
= 20.2 − 4,5 × 0,1

= 15,7 (Lihat pada tabel)


 mg GP = 38,5 mg
𝑉𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑚𝑔𝐺𝑃
 % Karbohidrat = × × 0,9 × 100%
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 𝑚𝑔𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

100 38,5
= × × 0,9 × 100%
25 2500

= 4 × 0,01 × 0,9 × 100%


= 0,04 × 0,9 × 100%
= 0,036 × 100%
= 3,6 %

b. Duplo
NTio
 VTio = VBlanko – VTitrasi × 0,1
0,1
= 20.2 − 5,5 × 0,1

= 14,7 (Lihat pada tabel)


 mg GP = 35,7 mg
𝑉𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑚𝑔𝐺𝑃
 % Karbohidrat = × × 0,9 × 100%
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 𝑚𝑔𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

100 35,7
= × × 0,9 × 100%
25 2500

= 4 × 0,01 × 0,9 × 100%


= 0,04 × 0,9 × 100%
= 0,036 × 100%
= 3,6 %

c. Triplo
NTio
 VTio = VBlanko – VTitrasi × 0,1
0,1
= 20.2 − 5,1 × 0,1

= 15,1 (Lihat pada tabel)


 mg GP = 38,5 mg
𝑉𝑙𝑎𝑏𝑢 𝑚𝑔𝐺𝑃
 % Karbohidrat = × × 0,9 × 100%
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 𝑚𝑔𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100 38,5
= × × 0,9 × 100%
25 2500

= 4 × 0,01 × 0,9 × 100%


= 0,04 × 0,9 × 100%
= 0,036 × 100%
= 3,6 %

VIII. PEMBAHASAN
8.1 Penentuan kadar air
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses atau cara
menentukan kadar air pada sampel susu bubuk. Kadar air adalah
perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakan dalam udara terbuka kadar
airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di
sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air seimbang.
Penentuan kadar air dalam bahan dapat ditentukan dengan beberapa
cara,yaitu: Metode pengeringan (Thermogravimetri), metode destilasi
(Thermovolumetri), metode khemis, metodefisis, dan metode
khususmisalnya dengan kromatografi. Metode pengeringan atau
metode oven biasa merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan
air tersebut dengan menggunakan energi panas. Prinsip dari metode
oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan
akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105oC selama
waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah
dipanaskan adalah kadar air(Astuti 2007).
Pengukuran kadar air perlu dilakukan untuk mengetahui berat
kering dari suatu bahan, selain itu kandungan air dalam bahan makanan
menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri. Sebagian
besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media
air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri. Oleh karena
itu, praktikumpenetapan kadar air penting dilakukan untuk mengetahui
berat bahan keringdan menganalisis kandungan zat gizi suatu bahan.
Pada hasil praktium diperoleh kadar air pada susu bubuk zee
adalah pada basis basah 0,299% dan kadar air abu basis kering 0,3%.
Hal tersebut telah sesuai dengan SNI 01-2970-2006 bahwa syarat mutu
kadar air pada susu bubuk adalah maksimum 4%.

8.2 Penentuan kadar abu


Analisis kadar abu ini adalah bagian dari analisis secara
proksimat, suatu analisis yang menetapkan kadar air, karbohidrat,
lemak, protein dan abu secara kasar. Kadar mineral ditetapkan dengan
dari kadar abu suatu bahan makanan pada suhu 550˚C. Sisa dari hasil
pembakaran tersebut merupakan bagian yang mengandung mineral dari
bahan pangan. Kadar abu merupakan campuran dari komponen
anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan
pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya
merupakan unsur – unsur mineral. Kadar abu tersebut dapat
menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan – bahan
organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen
anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu
pengolahan , mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai
penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan.Abu adalah zat
anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar
abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam
suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.
Semakin tinggi kadar abu maka bubuk cokelat tersebut kurang bersih
dalam pengolahannya, yaitu pada saat pemisahan biji dari kulit ari ada
sebahagian kulit yang ikut menjadi bubuk cokelat (Wirna, 2005).
Berdasarkan hasil praktikum maka diperoleh kadar abu pada
susu bubuk zee 5,7 % basis basah dan 6 % basis kering. Hal tersebut
telah sesuai dengan SNI 01-2970-2006 bahwa syarat mutu kadar abu
pada susu bubuk adalah maksimum 6%.

8.3 Penentuan kadar vitamin A


8.4 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk
menganalisa kadar vitamin A dan C yang terkandung dalam susu
bubuk. Kadar vitamin A dianalisa dengan metode spektrofotometri
UV-Vis, sedangkan kadar vitamin C dianalisa dengan metode titrasi
iodometri.
Penentuan Kadar Vitamin A drngan Metode
Spektrofotometer UV-Vis
Vitamin A atau retinol adalah suatu senyawa poliisoprenoid
yang mengandung cincin sikloheksinil. Vitamin A termasuk vitamin
yang larut dalam lemak (fat soluble) dan agak stabil terhadap suhu yang
tinggi. Di dalamnya termasuk retinol (ester retinil alkoholvitamin A,
ester vitamin A), retinal (aldehid vitamin- A) dan asam retinoat (asam
vitamin A). Vitamin A hanya terdapat pada jaringan hewan dan
produknya dan tidak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Namun banyak
tumbuh- tumbuhan mengandung pigmen yang disebut karoten dan
dapat diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh. Karena karoten dapat
diubah menjadi vitamin A, maka karoten disebut pro- vitamin A.Bahan
makanan yang banyak mengandung vitamin A adalah hati, lemak.
hewan, telur, susu, mentega, keju. Sedangkan makanan yang banyak
mengandung pro- vitamin A adalah sayuran yang berupa daun seperti
bayam, kangkung, wortel, pepaya, dan lain-lain.
Pada percobaan ini dilakukan analisis kadar vitamin A dengan
menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis. *rinsip kerja
spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara
energiyang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan
materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan
menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaandasar ke keadaan
tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak
terjadiseketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur
elektronik, tetapi hanyapada sistem-sistem terkonjugasi, struktur
elektronik dengan adanya ikatan π dan nonbonding elektron .Prinsip
kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer,yaitu bila
cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka
sebagiancahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan
sebagian lagi dipancarkan(It).
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh absorbansi standar
sebesar 0,284 abs dengan sampel diperoleh sebesar (1) 0,415 abs ; (2)
0,490 abs ; dan (3) 0,431 abs. Diperoleh 5 mg.

8.5 Penentuan kadar vitamin C


Penentuan Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi Iodimetri
Pada percobaan analisa kadar vitamin C dengan menggunakan
titrasi iodimetri. Tujuannya agar mahasiswa dapat menentukan kadar
vitamin c dengan metode iodimetri.Vitamin C adalah salah satu vitamin
yang sangat dibutuhkan oleh manusia Vitamin C mempunyai peranan
yang penting bagi tubuh. Vitamin C mempunyai sifat sebagai
antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekulyang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C juga mempunyai peranan yang
penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen,
pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism kolesterol menjadi
asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter
norepinefrin.
Pada praktikum ini menggunakan metode iodimetri. Iodimetri
(titrasi langsung) adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti
natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku. Jika
titrasi terhadapzat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak
langsung. Dilakukan percobaan ini untuk kadar-kadar zat oksidator
secara langsung, seperti kadar yang terdapat pada serbuk susu bubuk .
Indikator yang umum digunakan suatu larutan kanji. Warna yang
terjadi biru tua hasil reaksi I2
Titrasi Iodimetri dilakukan dalam keadaan netral , maka iodin
dapat mengalami reaksi diproporsionisasi menjadi hipordat, tetapi kanji
juga mempunyai kekurangan sebagai indikator :
 Kanji tidak dapat larut dalam air dingin
 Suspensinya dalam air tidak stabil
 Bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan
membentuk kompleks iod-amilum. Jika dalam titrasi
menggunakanindikator kanji maka penambahan kanji dilakukan
pada saat mendekatititik ekuivalen.
Percobaan pertama yang dilakukan yaitu pembakuan iodium
0,01 N . 25ml diencerkan dalam labu ukur 1000 ml dan diambil 10 ml,
kemudian dititrasi. Setelah selesai dititrasi kemudian ditambah 5 tetes
kanji (warna coklat menjadi biru) dan dengan hasil untuk blanko
mencapai titik TAT pada volume 0,284 dan untuk sampel
simplo,duplo,dan triplo secara berurut masing-masing sebesar 0,415 ml
; 0,490 ml ; dan 0,431. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
titrasi iodimetri, diantaranya :

 Oksigen eror, terjadi jika dalam larutan asam , maka oksigen dariudara
akan mengoksidasi iodide menjadi ion ( kesalahan makin besardengan
meningkatnta asam)
 Larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet
yangsulit hilang warnanya , sehingga akan mengganggu peniteran.
 Pemberian kanji terlalu awal akan menyebabkan iod
menguraikanamilum dan hasil peruraian mengganggu perubahan
warna pada titik akhir.
 Larutan thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat
meguraikanlarutan thiosulfat menjadi belerang, pada suasana basa (
pH > 9 )thiosulfat menjadi ion sulfat
Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa kadar vitamin C untuk sampel
secara berturut-turut adalah sebesar 0,1803 mg ; 0,1407 ml ; dan 0,1077
ml.
8.6 Penentuan kadar lemak
Pada pratikum kali ini dilakukan Analisa kadar lemak pada
sampel menggunakan metode Soxhlet. Metode ekstraksi soxhlet adalah
metode ekstraksi dengan prinsip pemanasan dan perendaman sampel.
Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan diluar sel. Dengan
demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan
terlarut ke dalam pelarut organik. Larutan itu kemudian menguap ke
atas dan melewati pendingin udara yang akan mengembunkan uap
tersebut menjadi tetesan yang akan terkumpul kembali. Bila larutan
melewati batas lubang pipa samping soxhlet maka akan terjadi
sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan ekstrak
yang baik (Harborne, 1987). Prinsip metode Soxhlet adalah
penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat
sempurna dan pelarut yang digunakan relative sedikit. Sampel yang
digunakan pada pratikum ini adalah susu bubuk ZEE.
Sampel dimasukkan kedalam selongsong kertas yang telah
dikonstankan sebelumnya, kemudian dimasukkan kedalam alat Soxhlet
untuk diekstraksi. Pelarut yang digunakan adalah N heksan (non polar)
tujuannya agar melarutkan lemak yang ada pada sampel. Karena lemak
yang ada pada susu tidak terlalu banyak, proses ekstraksi hanya
berlangsung salama 1 jam. Jika pelarut yang merendam sampel sudah
tidak berwarna (jernih) artinya sudah tidak ada lagi lemak pada sampel.
Hasil yang diperoleh dalam labu lemak (Erlenmeyer) diuapkan agar
sisa-sisa pelarut hilang dan hanya tersisa lemak.
Hasil kadar lemak yang diperoleh adalah 17% dan 28% hal ini
berarti telah memenuhi standar SNI 3747:2013 yang menyatakan
bahwa kadar lemak pada susu bubuk minimal 10%.

8.7 Penentuan kadar protein


Pada praktikum ini dilakukan Analisa protein menggunakan
metode lowry. Sampel yang digunakan pada praktikum ini ialah susu
ada praktikum yang dilakukan menggunakan metode secara kuantitatif
yaitu metode Lowry untuk mengetahui kadar total protein pada bahan
pangan. Bahan pangan yang digunakan ialah susu merk Zee. Adapun
alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi sampel adalah
spektrofometer UV-Vis. Prinsip pengukuran dengan
spektrofotometer adalah interaksi antara molekul dengan cahaya
elektromagnetik berupa serapan sinar monokromatis oleh suatu
larutan berwarna pada panjang gelombang tertentu.
Sebelum menentukan kadar protein dalam sampel minuman,
dilakukan proses pembuatan larutan reagen, larutan standar, preparasi
sampel, penentuan panjang gelombang maksimum, dan pengukuran
absorbansi larutan standar dan sampel, pembuatan kurva standar dan
terakhir menentukan kadar protein dalam sampel minuman. Larutan
reagen yang dibuat ialah larutan A, B, C, dan D. Pada larutan A dibuat
larutan dari 2 gram Na2CO3 dan 0,4 gram NaOH ke dalam labu ukur
100 ml yang ditambahkan dengan aquadest hingga tanda batas yang
dimana berfungsi sebagai garam yang mengkoordinasikan dalam
suasan basa dan bersifat sebagai penyangga larutan. Pada larutan B
dimana terdapat 0,5 gram CuSO4.5H2O dan 1 gram Na-K-Tartrat yang
berfungsi mencegah terjadinya pengendapaan dan mereduksi
fosfotungstat. Pada larutan C dimana merupakan campuran larutan A
dan B. Sedangkan pada larutan D ialah larutan Folin dan aquadest
dimana larutan folin ini berfungsi sebagai penyebab perubahan warna
dari hasil reduksi fosfotungstat dan fostomolibdat. Larutan standar
yang dibuat sebanyak 5 konsentrasi yaitu 0 ppm; 10 ppm; 20 ppm ; 40
ppm; dan 80 ppm yang dibuat dari hasil pengenceran larutan standar.
Larutan standar yang digunakan ialah larutan BSA yang mempunyai
kandungan serum albumin protein rendah sehingga cocok pada metode
lowry yang memiliki sensifitas tinggi. Sedangkan preparasi sampel
dilakukan pengenceran supaya sampel dapat dengan mudah
dianalisis dan mudah terbaca oleh spektrofotometer UV-Vis.
Penambahan pada reagan yang telah dibuat dalam labu ukur 10 mL dari
0,5 mL sampel. Pengenceran ini dilakukan supaya sampel dapat
dengan mudah dianalisis dan mudah terbaca oleh spektrofotometer
UV-Vis.
Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi larutan standar dibuat
kurva standar sehingga didapatkan persamaan regresi y = 0,0043x +
0,236 (simplo), y = 0,0043x + 0,236 (duplo) dan y = 0,0043x + 0,236
(triplo). Persamaan regresi berfungsi untuk analisis data penentuan
kadar protein. Setelah itu perhitungan data sehingga didapatkan kadar
protein dari sampel 5,32 %; 8,22%; dan 6,7 %. Pada SNI minimal 25%
dan yang didapatkan pada sampel dengan melalukan hingga triplo yang
menghasilkan kadar yang berbeda-beda dibawah standar yang
ditetapkan.

8.8 Penentuan kadar karbohidrat


Percobaan yang dilakukan adalah analisis karbohidrat dengan
penentuan gula reduksi menggunakan metode luff school yang
bertujuan untuk mengetahui proses atau cara menentukan gula reduksi
pada sampel susu bubuk menggunakan metode Luff Schoorl. Pada
umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, yang sukar
larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air (kecuali beberapa
sakarida). Metode Luff-Schrool digunakan untuk menentukan kupri
oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi
blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi
sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakanNatrium tiosulfat
yang akan dibakukan terlebih dahulu dengan KIO3. Untuk
mengetahuititrasi telah berakhir maka diperlukan indikator yaitu
amylum, karena amylum memberikan perubahan warna menjadi biru.
Sampel yang akan ditentukan kadar gulanya adalah susu bubuk merk
Zee.
Pengujian karbohidrat dengan metode luff schoorl dilakukan
preparasi pengenceran sampel dengan aquadest dan ditambah Al(OH)3
bertujuan agar tidak terjadi kekeruhan sehingga larutan yang
dihasilkan jernih. Kemudian dilakukan penetapan kadar gula
reduksi sebelum inverse dan setelah inverse. Sebelum dititrasi dengan
Na2S2O3 sampel dipanaskan dengan pendingin tegak (reflux) selama
10 menit untuk menghidrolisis sampel menjadi karbohidrat yang
lebih sederhana (monosakarida). Proses pemanasan,diusahakan
larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan biarkan mendidih
selama 10menit, hal ini dimaksudkan agar proses reduksi
berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu kurang
lebih 10 menit. Agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu3+ yang
tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang
dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih dalam
waktu 3 menit.
Setelah direflux lalu didinginkan dengan cepat dan dimasukkan
dalam Erlenmeyer dan kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 10
mL dan H2SO4 26,5% perlahan-lahan. Penambahan larutan-larutan
ini akan menimbulkan reaksi antara kuprioksida menjadi CuSO4
dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Reaksi
tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan
menjadi coklat. Larutan tersebut dititrasi dengan Na2S2O3 untuk
mengetahui kadar gula reduksi dalam sampel. Untuk melihat
terjadinya TAT perlu ditambahkan indikator amylum sehingga terjadi
perubahan warna dari biru menjadi putih susu. Hasil penetapan kadar
gula reduksi yang diperoleh dari sampel susu bubuk adalah untuk
simplo 38,5 mg, duplo 35,7 mg dan triplo 38,5 mg. sedangkan untuk
kadar karbohidrat pada sampel simplo, duplo dan triplo sama-sama
diperoleh kadar karbohidrat yaitu 3,6%.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
- Kadar air yang diperoleh pada hasil praktikum yakni 0,29 % basis basah
dan 0,3 % basis kering, telah sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan
SNI.
- Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan.
- Kadar abu yang diperoleh pada hasil praktikum yakni 5,7 % basis basah
dan 6 % basis kering, telah sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan SNI.
- Kadar Vitamin A yang diperoleh secara titrasi langsung atau iodimetri
diperoleh kadar yang hampir mendekati antar ketiga sampel yaitu 5 mg
- Kadar Vitamin A\C yang diperoleh secara spektrofotometer UV-Vis
diperoleh kadar yang hampir mendekati yaitu 0,1803 ml ; 0,1407 ml ; dan
0,1077 ml.
- Hasil analisa kadar lemak yang diperoleh pada sampel susu zee untuk basis
basah sebesar 17,4051% dan untuk basis kering sebesar 28,0978%. Nilai
dari kedua kadar lemak ini memenuhi standar SNI 3747:2013.
- Hasil Analisa kadar protein pada sampel susu adalah 5,32 %; 8,22 %; dan
6,7 %. Dimana pada sampel simplo dibawah SNI.
- Dari kurva dapat dilihat bahwa kadar protein akan semakin tinggi seiiring
dengan semakin besarnya konsentrasinya.
- Kadar gula reduksi yang diperoleh dari sampel susu bubuk adalah untuk
simplo 38,5 mg, duplo 35,7 mg dan triplo 38,5 mg.
- Kadar karbohidrat yang diperoleh untuk simplo, duplo dan triplo sama-
sama 3,6%.

X. DAFTAR PUSTAKA
Penuntun Praktikum Laboratorium Obat dan Makanan. Polteknik Negeri
Ujung Pandang. 2020
Karinda, M. 2013. Perbandingan Hasil Penaetapan Kadar Vitamin C Mangga
Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan
Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi.
Nawawi,Yudhi.2011. Penetapan Kadar Protein.
https://www.scribd.com/document/438277194/Laporan-Analisis-
Protein-dengan-Metode-Lowry-docx diakses 15 desember 2022.
Sari.2019. Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Lowry. Program Studi
Pendidikan Kimia Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta
Paramita, Vilia Darma.2020. Penuntun Praktikum: Lab. Kimia Analisis Obat
dan Makanan (Bagian 1. Analisis Pangan). Jurusan Teknik Kimia.
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
A. A. Putu Putra Wibawa. 2017. Bahan ajar mata kuliah Biokimia
“Karbohidrat”. Program Studi Peternakan. Fakultas Peternakan.
Universitas Udayana. Diakses pada tanggal 15 Desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai