Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PENGAMBILAN SAMPEL AIR


DAN PENGECEKAN HASIL ANALISIS

A. Persiapan Pengambilan Sampel

Botol yang akan digunakan untuk mengambil sampel harus bersih, telah dibilas

dengan air suling terlebih dahulu, kemudian dengan cairan yang akan mengisi botol

tersebut, dan kering (kalau mungkin). Catatan yang sama berlaku untuk alat

pengambilan sampel; pipa, pompa dan lain-lain dimana sampel akan mengalir, harus

bersih dan tidak boleh mengandung sisa-sisa dari bekas sampel terdahulu. Tumbuhnya

lumut dan jamur harus dicegah. Sekaligus kontaminasi dari logam atau bahan alat

pengambilan sampel yang dapat larut dalam sampel harus dicegah. Besi, kuningan,

perunggu dapat larut dalam air asam atau basa, sedangkan bahan plastik dan karet dapat

larut dalam air buangan industri yang mengandung pelarut organik atau minyak dan

bensin.

Sampel dapat diambil secara terpisah, dengan menggunakan ember, botol plastik,

atau kaca (terbuka dan diperbarat, misalnya dengan cincin timah hitam pada lehernya)

yang diikat dengan tali, kemudian dimasukkan kedalam sungai, aliran, sumur dan

sebagainya, sampai terisi penuh dengan sampel. Untuk mengambil sampel pada

kedalaman tertentu, disediakan botol tertutup yang dapat membuka bila sampai pada

kedalaman yang dikehendaki. Cara lain adalah dengan menggunakan sejenis pompa

yang mengisap, kemudian menekankan sampel melalui pipa masuk ke botol sampel ;

demikian sampel dapat diambil pada kedalaman tertentu. Sampel dari kran air dapat

BAB II – Halaman 1
diambil dengan beker terbuka atau botol yang akan ditutup,tergantung dari rencana

analisa.

Pengambilan sampel secara berturut-turut juga dapat dilakukan dengan alat

khusus (automatic sampler) yang terdiri dari pipa pengisap (kedalaman titik

pengambilan sampel sekitar 5 meter di bawah alat tersebut), pompa, jam untuk

mengendalikan frekuensi pengambilan sampel, alat untuk membagi sampel ke botol-

botol sampel campuran dengan pendinginan oleh es biasa atau es kering, supaya

pengawetan sampel dapat dilakukan paling lama 1 hari sebelum dibawa ke labolatorium.

Alat tersebut tidak mengisap debit sampel terus menerus karena terlalu sulit dari segi

teknis. Maka alat tersebut mengabil sampel bagian dalam labu yang ada dengan volum

sampel tertentu, misalnya sebanyak a ml setiap b menit, lalu selama m jam akan diisikan

kali a ml sampel bagian ke dalam 1 botol, hingga terbentuk sampel campuran

setiap m jam (isi botol tersebut 1 sampai 2 L). Sampel sebaiknya atau pada umumnya

harus mengisi botol pengambilan hingga penuh dan botol tersebut harus ditutup dengan

baik untuk menghindari kontak dengan udara.

B. Gangguan Penyimpanan dan Pengawetan Sampel

Gangguan–gangguan yang dapat timbul selama penyimpanan dan pengangkutan

sampel hingga dapat berubah sifat dari keadaan asli sampel (sampel menjadi tidak

representatip), adalah sebagai berikut:

- Gas seperti O2 dan CO2 dapat diserap air sampel atau dapat lenyap dari air sampel

ke udara;

BAB II – Halaman 2
- Zat tersuspensi dan koloidal dapat membentuk flok-flok sendiri dan mengendap,

hingga terdapat sampel yang berbeda dengan keadaan aslinya; paling sedikit lumpur

tersebut harus dijadikan suspense lagi secara merata sebelum analisa, dengan

mengocok botol simpanan; sedangkan zat dan ciran yang ringan (lumpur lemak,

minyak dan seterusnya) dapat mengapung pada permukaan sampel;

- Beberapa zat terlarut dapat dioksidasikan oleh oksigen terlarut hingga senyawanya

berubah misalnya. Mn2+ terlarut dapat dioksidasi oleh oksigen sehingga menjadi

MnO2 yang dapat mengendap sehingga “hilang” dari larutannya;

- Beberapa zat terlarut dapat bereaksi, misalnya Ca2+ dan CO23- dapat membentuk

CaCO3 yang mengendap ; hal tersebut terjadi bila pH berubah, misalnya karena

kadar CO2 tidak tetap sama, atau karena perubahan ganggang;

- Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang tidak disimpan pada

tempat gelap dan dingin atau bila pHnya rendah, zat organis (seperti BOD dan

COD) akan terus dicerna oleh bakteri yang aktif;

- Populasi bakteri dapat berubah secara menyeluruh dalam waktu beberapa jam saja

hingga merupakan gangguan bagi analisa mikrobiologi.

Cara pengawetan sampel tergantung dari analisa yang akan dilakukan; juga bagi

suatu unsur tertentu, cara analisa dapat dipilaih tergantung cara pengawetan yang ada.

Cara–cara pengawetan untuk beberapa analisa yang di uraikan secara singkat dan akan

terbatas pada tabel 2.1.

BAB II – Halaman 3
Tabel 2.1. Cara pengawetan sampel (dikutip Alaert dan Santika).
Analisa Volume Cara pengawetan Batas waktu pengawetan
sampel maksimum yg dianjurkan
Alkanalitik 200 Didinginkan 1/14 hari
BOD 1000 Didinginkan 6 jam / 14 hari
CO2 10 Dianalisa segera 0
Ditambahkan H2SO4 sp pH
COD 100 7/28 hari
<2
Daya hantar listrik 500 Didinginkan 28 hari
Penyaringan: segera; lalu
Fosfat ) 100 2 hari
dibekukan pada -10OC
Kekeruhan - Disimpan di tempat gelap, ½ hari
Kesadahan Ca2+ Mg2+ 100 Ditambah HNO3 sp pH<2 6 bulan
Klor Cl2 500 Dianalisa segera 0.5/2 jam
Penyaringa: segera
Logam 3) - ditambahkan HNO3 sp 6 bulan
pH<2
Dianalisa segera, atau
Nitrogen-amoniak NH3 500 ditambah H2SO4 sp pH <2 7/28 hari
dan didinginkan
Ditambahkan H2SO4 sp pH
Nitrat-NO3- 100 2 hari
<2 dan didinginkan
Dianalisa segera atau
Nitrat-nitrit 200 0/28 hari
dibekukan – 20 OC
Dianalisa segera atau
Nitrit NO2- 100 0/2 hari
dibekukan – 20 OC
Didinginkan, atau ditambah
Nitrogen kjeldahl 500 7/28 hari
H2SO4; pH <2
- Cara elektroda khusus
*dianalisa segera
Oksigen O2 4) 300 - Cara titrasi Winkler 8 jam
*dianalisa segera atau
Ditambah s H2SO4 sp pH
<2
pH 100 Dianalisa segera 2 jam
Suhu - Dianalisa segera -
Warna 500 Didinginkan 2 hari
Zat tersuspensi 200 Didinginkan 7/14 hari
Catatan:
1
) Dingin berarti suhu sekitar 4OC
2
) Botol (terbuat dari gelas) harus dibilas dahulu dengan asam 1+1 HNO 3.
3
) Botol (gelas atau plastik jenis poliyelin) harus dibilas dahulu dengan asam 1+1 HNO 3.
4
) Botol BOD atau Winkler, terbuat dari kaca.

BAB II – Halaman 4
C. Pemilihan Titik Pengambilan Sampel

Kecepatan aliran dalam sungai, saluran dan sebagainya tidaklah merata; didalam

danau dan kolam, sifat-sifat air pun tidak homogen, tetapi berbeda dalam lapisan-lapisan

dengan sifat yang berbeda. Maka bila diperlukan data-data mengenai badan air tersebut

secara keseluruhan, titik pengambilan sampel harus dipilih agar supaya sampel dapat

dianggap mewakili seluruh badan air dan tidak hanya satu bagian dengan karakteristik

yang kebetulan dapat diselidiki.

Karena setiap keadaan dan situasi berbeda, agak sulit untuk memberi petunjuk

yang umum. Dibawah ini hanya beberapa usulan dan anjuran yang dapat dikemukakan,

namun diharapkan adanya pemikiran bahwa setiap pengambilan sampel, merupakan

suatu kasus yang tersendiri.

Bila sampel diambil dari saluran, sungai dan sebagainya yang kedalamannya

tidak lebih dari 5 meter, dan alirannya cukup turbulen bagi air tersebut untuk menjadi

homogen, sampel sebaiknya diambil pada kira-kira ½ sampai 2/3 tinggi penampang

basah dari bawah permukaan air. Dekat dasar sungai air mengandung terlalu banyak zat

tersuspensi yang menendap atau yang dapat tergerus oleh aliran air. Dekat lapisan

permukaan air, ada resiko bahwa lapisan tersebut mengandung banyak zat yang ringan

seperti lumut, minyak dan lemak, dan sebagainya. Sampel tidak boleh diambil telalu

dekat dengan tepi penampang sungai atau tepi saluran yang tidak diplester dengan baik

karena air didaerah tersebut kurang mewakili seluruh badan air; namun untuk saluran

yang diplester dengan baik sampel dapat diambil ± 10 cm dari tepi saluran.

BAB II – Halaman 5
Gambar 2.1. Titik Pengambilan Contoh Air Sungai
Keterangan:
Titik pengambilan contoh air dengan alat tipe mendatar
Titik pengambilan contoh air dengan alat tipe tegak terpadu
D = kedalaman air
L = lebar sungai

BAB II – Halaman 6
Gambar 2.2. Titik Pengambilan Contoh Air Waduk/Danau
Keterangan :
Titik Pengambilan Contoh
d = Kedalaman

BAB II – Halaman 7
Bila sampel diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari aliran-aliran yang

terpisah, misalnya pada musim kering, sampel harus diambil dari aliran bagian yang

paling besar dan yang dapat dianggap bersifat sama dengan keadaan asli sungai tersebut.

Bila penampang sungai tidak teratur (irregular) sampel harus diambil (bila mungkin)

ditengah aliran utama, yaitu dimana tinggi penampang basah terbesar dan alirannya

tidak terganggu. Pengambilan sampel bisa dilakukan dari jembatan, perahu, ponton dan

sebagainya. kalau aliran bagian dianggap penting pula, misalnya yang berasal (secara

terpisah) dari pipa pembuangan sebuah pabrik, dapat dilakukan jenis sampel sesaat

campuran.

Bila sampel diambil dari saluran atau anak sungai yang bermuara di dalam

sungai maupun laut, harus diingat bahwa tinggi permukaan sungai atau laut tersebut

dapat berubah pada wktu hujan atau air pasang. Pada saat itu, air sungai atau air laut

masuk ke dalam anak-anak sungai sehngga sifat-sifat air dalam anak sungai dipengaruhi

oleh anak induk sungai atau air laut. Sifat air di anak sungai pada saat itu sebenarnya

merupakan campuran dari air anak sungai dan air sungai atau laut. Untuk menghindari

hal tersebut, titik pengambilan sampel harus dipilih cukup jauh dari muara, dimana

aliran anak sungai ataun saluran tidak terganggu. Hal yang sama berlaku untuk

penentuan debit aliran pada anak sungai.

BAB II – Halaman 8
Gambar 2.3 Pemilihan titik pengambilan sampel suatu sungai yang menerima air limbah
dari industri, pertanian dan sebagainya.

Sumber pencemaran setempat seperti pabrik gula dan pabrik konstruksi besi

mempunyai saluran air limbah tersendiri yang dapat diselidiki secara terpisah (pada titik

A). Titik B adalah titik pengambilan sampel air anak sungai yang mengandung semua

atau hampir semua air buangan dari sumber-sumber pencemaran yang tersebar seperti

air tanah yang dipengaruhi air rembesan dari tempat sampah, air bekas irigasi dan air

buangan penduduk. Titik yang tepat untuk mengambil sampel yang mewakili sifat air

dengan keseluruhan pencemaran pada sungai tersebut adalah titik C; titik D kurang tepat

karena air limbah pada pabrik gula belum dirat-ratakan oleh turbulensi air pada semua

penampang sungai. Pada keadaan tertentu, misalnya bila kecepatan aliran sungai agak

rendah selama musim kering, zat tersuspensi organis dapat mengendap dan dicerna pada

BAB II – Halaman 9
dasar sungai; hal tersebut dapat merupakan pencemaran baru, yang terjadi agak jauh dari

tempat pembuangan.

Bila antara tempat pengambilan sampel yang “aman” dan muara, yaitu tempat

yang terganggu alirannya, juga merupakan tempat pembuangan air tercemar yang harus

diselidiki pula, cara pengambilan sampel yang khusus harus dipikirkan atau sampel

dapat diambil dari daerah yang terganggu tersebut, namun jumlah sampel harus

diperbanyak dan pengukuran debit harus cukup terliti agar supaya interpretasi keadaan

dapat didukung oleh data-data yang cukup lengkap dan tepat.

Pada umumnya, titik pengambilan sampel dipilih agar supaya sampel benar-

benar dapat mewakili badan air tersebut, debit dapat diukur secara cukup teliti, dan

daerah drainase yang menyebabkan penemaran dapat diketahui secara lengkap. Daerah

tersebut teridri dari sumber pencemaran setempat (point source) dan sumber

pencemaran yang tersebar (diperse ource). Termasuk sumber pencemaran setempat

adalah pabrik, rumah sakit dan sebuah kampong yang seluruh air buanagannya

ditampung oleh satu saluran drainase atau anak sungai; termasuk sumber pencemaran

yang tersebar adalah saluran-saluran dan anak sungai diberbagi tempatsepanjang induk

sungai tersebut, atau air irigasi yang keluar dari sawah-sawah dan di buamg kedalam

induk sungai ditempat-tempat yang berbeda.

Untuk pemilihan titik pengambilan sampel dari air leding (air bersih), harus

diingat bahwa waktu detensi air tersebut didalam bagian tertentu system distribusi bias

bampai beberapa hari ataupun minggu tergantung dari debit pemakaiannya dibagian pipa

trsebut. Maka sebelum sampel diambil, waktu detensi tersebut sudah harus diperkirakan.

Sebelum sampel-sampel tersebut diambil, harus diketahui apakah sampel harus

mewakili : (1) air yamg baru diolah (waktu detensi nol) guna menyelidiki efektivitas

BAB II – Halaman 10
system pengolahan air minum, atau (2) air dengan waktu detensi sedang dalam system

perpipaan guna menentukan kadar klor yang masih ada, atau (3) air pipa titik terjauh

dalam suatu system distribusi air minum dan dengan waktu detensi yang lama, guna

menentukan kadar klor aktif atau daya pelarutan air leding terhadap bahan pipa. Dalam

kasus pertama sampel harus diambil dari clear well instalasi pengolahan air minum,

dalam kasus kedua sampel harus berasal dari kran atau kran umum yang sering kali

dipakai dan tidak terlalu jauh dari instalasi pengolahan air minum, sedangkan dalam

kasus terakhir titik pengambilan sampel memerlukan informasi yang lengkap mengenai

system distribusi tersebut.

D. Frekuensi Pengambilan Sampel

1. Perubahan pencemaran dengan waktu.

Faktor utama yang menetapkan frekuensi pengambilan sampel air adalah sifa-

sifat badan air yang akan diteliti. Sifat air dari sumur dalam, pasti tidak berubah

secepat air limbah industri hanya satu atau beberapa parameter saja dari air sumur

tersebut yang aka berubah dengan musim (kemarau dan hujan) dan tidak memerlukan

pemeriksaan kualitas air yang sering, sedangkan pada air limbah industri dapat terjadi

perubahan yang besar baik pada debit maupun konsentrasi dari hampir semua

komponen air dalam waktu singkat (beberapa menit sampai jam).

Sumber-sumber pencemaran dengan karakteristik yang tertentu adalah air

buangan penduduk, air limbah industri, air buangan pertanian dan air alam.

Pencemaran disini berarti semua keadaan atau perubahan keadaan yang dapat

membahayakan manfaat dari badan air tersebut. Pada umumnya, pencemaran oleh

salah satu sumber secara merata tetap ada (tidak pernah nol) namun masih dapat

BAB II – Halaman 11
diterima karena msih dibawah konsentrasi standar bahaya; diatas “pencemaran tetap”

tersebut terletak pencemaran yang besarnya berubah dengan waktu dan kadang-

kadang mencapai puncak yang melampaui standar tersebut. Ada pula beberapa

sumber pencemaran lain yang mengadakan pencemaran dan gangguan lingkungan

hidup hanya selama waktu yang tertentu dan kadang-kadang relative singkat,

misalnya pencemaran oleh adanya kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk dan

pestisida yang hanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu; adanya tumpah yang tidak

disengaja (spill) disuatu pabrik dalam waktu yang singkat. Contoh lain adalah sumber

pencemaran yang diakibatkan oleh perubahan suatu faktor dalam sungai; misalnya,

pada musim hujan, air hujan mengadakan pengglontoran dan akan terjadi

pengenceran (konsentrasi pencemaran yang mungkin ada, dapat berkurang), tetapi

ada faktor lain yang berubah yaitu akibat kecepatan aliran dalam sungai atau saluran

bertambah, endapan pada dasar sungai dapat tergerus dan terbawah oleh aliran

sehingga kekeruhan naik secara drastis dan endapan sungai yang sudah membusuk

pada dasar sungai tersebut bercampur dengan air yang segar pada lapisan atas. Dalam

hal ini pencemaran akan terjadi, tergantung dari mampu tidaknya efek pengglontoran

air mengimangi efek bertambahnya kekeruhan dan endapan organis yang tergeru

stadi.

Garis besar perubahan pencemaran dengan waktu yang dijelaskan pada table 1.5;

dianggap bahwa perubahan yang cukup penting yang dapat terjadi dalam waktu

menitan, jaman, harian, mingguan dan bulanan.

BAB II – Halaman 12
Table 2.2. Perubahan-perubahan jenis pencemaran dengan waktu

Perubahan Perubahan Perubahan


Badan air Perubahan jam-an Perubahan bulanan
menitan harian mingguan
Tekanan/debit dalam Hari Musim
Air
- sist.dist.pagi/siang/sore/ kerja/akhir - kering/musim hujan;
minum
malam minggu waktu parawisata
Air Pengenceran pada
buanagan - pagi/siang/sore/malam - - musim hujan; waktu
penduduk pariwisata.
Pengoson
gan
tangki;
Industri hasil
Air kecelakaa Hari
pertanian (pabrik
buangan n dalam kerja/hari -
gula dan
indusri pabrik; libur
sebagainya)
jam
kerja/jam
isterahat
Buangan dari
Hari
pengolahan hasil penen
Pertanian - kerja/hari - waktu panen
; jam kerja/jam
libur
isterahat
Musim
Pengenceran oleh
kering/musim hujan;
hujan; erubahan pH;
sumur: pada musim
CO2 dan sebagainya Proses
Alam - - kering bias payau;
karena ganggang; biologis
suhu; oksigen
perubahan oksigen
terlarut; dan
terlarut.
sebagainya

Faktor terakhir yang mempengaruhi perbedaan pencemaran dengan waktu adalah

jenis aliran sungai atau saluran antara titik asal pencemaran dan titik asal pencemaran

dan tititk pengambilan sampel. Bila aliran tersebut bersifat laminar, maka bagian air

tercemar sulit dapat bercampur secara merata dalam air sungai atau saluran karena

membutuhkan jarak yang sangat panjang, sehingga pada tititk pengambilan sampel

kemungkinan ada bagian air yang tidak mengandung zat pencemar, sedangkan ada

bagian lain yang sangat tercemar dan yang mengikuti hampir semua perubahan-

BAB II – Halaman 13
perubahan sumber pencemaran tanpa pengurangan (dampening) puncak-puncak tetapi

dengan waktu keterlambatan yang tergantung jarak dan kecepatan aliran antara kedua

titik tersebut. Keadaan ini dinamakan aliran sumbat (plug flow). kasus kedua terjadi bila

aliran sungai atau saluran adalah sangat turbulen; pencampuran air buangan dengan air

sungai mudah dan cepat, dan merata kesemua arah dalam air sungai.

Akibat adanya aliran tercampur sempurna (completely mixed flow) ini, terjadi

pengenceran dan puncak dapat diratakan. Dari segi pengambilan dan analisa sampel,

aliran tercampur ini lebih cocok karena menjamin sampel dapat mewakili badan air

sungai atau saluran secara keseluruhan.

2. Frekuensi pengambilan sampel dan jenis sampel.

Frekuensi pengambilan sampel sangat erat kaitannya dengan kemungkinan

terjadinya perubahan mutu air, misalnya perubahan beban pencemaran yang

dikelompokkan dalam tiga kasus:

Kasus I: Tidak ada perubahan beban pencemaran dengan waktu.

Jumlah sampel dalam 1 hari: 1 sampel cukup.

Misalnya pH, alkalinity, dsb dalam air sumur.

Kasus II: Terdapat perubahan pencemaran dengan waktu satu kali maksimum dan satu

kali minimum.

Jumlah sampel dalam satu hari: 2 sampel cukup

Misalnya: kekeruhan, klor aktif di sistem PAM

Kasus III: Terdapat banyak perubahan pencemaran dan banyak puncak

Jumlah sampel dalam 1 hari:?

BAB II – Halaman 14
Dalam kasus ketiga sebenarnya sebanyak mungkin sampel diperlukan, namun hal

tersebut kadang-kadang tidak mungkin dilaksanakan, sehingga perlu di adakan beberapa

jenis sampel, untuk mengatasi kesulitan diatas:

a) Sampel sesaat (grap sample), merupakan volum sampel yang diambil langsung dari

badan air yang sedang di teliti ;

b) Sampel sesaat tersusun (integrated sample), perlu bila badan air pada titik

pengambilan sampel terdiri dari n aliran bagian, maka sampel tersusun yang

dimaksudkan untuk mewakili seluruh badan air akan terdiri dari n sampel bagian (1

sampel sesaat dari tiap aliran bagian) dengan volum tiap sampel sebanding dengan

debit masing-masing airan bagian :

(i=1…………n)

c) Sampel campuran (composite sample): dimaksudkan untuk mewakili secara merata

perubahan parameter badan air yang sedang diteliti selama masa yang cukup

panjang, secara mendetail dengan pekerjaan yang terbatas.

Sampel campuran meliputi x menit dan terdiri dari y sampel bagian yang diambil

setiap x/y menit dan dengan volum tiap sampel bagian sesuai denagn volum air

yang mengalir melalui tempat pengambilan sampel dalam waktu x/y menit yaitu

sekitar saat pengambilan sampel tersebut, hingga:

(i =1,2,………..n )

BAB II – Halaman 15
Penyusunan sampel dapat dilakukan setelah seluruh debit diketahui, artinya setelah

semua sampel dapat dilakukan setelahsemua sampel bagian telah diambil dengan

volum yang cukup besar.

Untuk sampel campuran, biasanya dipakai alat pengambilan sampel yang

otomatis. Namun kalau alat tersebut tidak dilengkapi dengan alat pengukur debit, alat

tersebut akan mengambil sampel dengan volumenya tetap sama sebagai pendekatan

sampel campuran yang asli, misalnya untuk sampel campuran ±2 L, 1 sampel sebanyak

± 180 ml tiap 10 menit selama 2 jam.

Frekuensi pengambilan sampel tergantung dari faktor-faktor berikut ini:

1. Perubahan-perubahan beban pencemaran dan puncak yang tidak bisa diabaikan,

khususnya pada parameter air yang akan diteliti, perlu taksiran teoritis dahulu,

misalnya karena adanya industri, kota, perubahan debit sungai dan sebagainya.

2. Maksud dan tujuan analisa, misalnya air sungai yang digunakan sebagai air baku

untuk produksi air minum, serta produksi air minum sendiri harus diawasi kualitasnya

dengan teliti karena pentingnya kesehatan masyarakat, walaupun perubahan mutu air

baku yang terjadi biasanya dapat diabaikan. Contoh lain adalah sampel-sampel yang

diambil, guna merencanakan sebuah instalasi pengolahan (air minum atau buangan

air); karena waktu detensi disetiap langkah system pengolahan tersebut

(prasedimentasi, flokulasi + pengendapan, system lumpur aktif dan sebagainya)

adalah paling sedikit 2 jam, tidak ada pentingnya untuk mengambil sampel campuran

lebih dari 2 jam. Bila parameter mutu air yang diperiksa adalah mengenai zat yang

bersifat racun terhadap manusia, ikan, tanaman, lumpur aktif dan mkroorganisme

lain, harus dibedakan efek racun kronis (jumlah racun kecil dan masa pencemaran

panjang) yang memerlukan frekuensi rendah saja, dan efek racun akut (jumlah racun

BAB II – Halaman 16
tinggi tetapi masa pencemaran singkat) yang memerlukan frekuensi pengawasan yang

tinggi.

3. Peralatan dan dana yang tersedia. Sebenarnya pengambilan sampel bisa cukup murah,

tetapi biaya pengangkutan dan analisa dapat membatasi jumlah sampel dan jumlah

parameter yang diperiksa pada setiap sampel (ongkos satu analisa COD bisa sampai

Rp.10.000,-). Harus dipertimbangkan antara jumlah analisa per sampel ( = banyak

informasi pada 1 sampel) dengan jumlah sampel (= banyak informasi mengenai

badab air yang sedang diperiksa, tetapi hanya mengenai beberapa parameter saja) dan

juga antara jumlah sampel yang bisa diambil disatu titik saja (banyak informasi di

berbagai saat), atau dibeberapa titik tang berbeda (banyak informasi pada berbagai

loaksi).

Dari uaraian-uraian diatas jelas bahwa pada umumnya sulit untuk memberi

ketentuan mengenai frekuensi pengambilan sampel. Penentuan frekuensi tersebut

tergantung sifat badan air yang sedang diteliti, maksud dan tujuan penelitian dan jenis

analisa. Namun beberapa anjuran akan diberikan disini, yaitu :

a) Penelitian sungai atau saluran yang sangat tercemar (terutama bila alat pengambilan

sampel tersedia) : diperlukan 12 buah sampel campuran (waktu 2 jam) yang terdiri

dari 4 sampai 12 buah sampel bagian (satu sampel bagian tiap 10 sampai 15 menit)

untuk analisa parameter yang utama (seperti COD, BOD, pH daya hantar listrik, dan

sebagainya); dari 12 sampel campuran tersebut dibuat 2 sampel tercampur lagi yang

masing-masing mewakili waktu siang (jam 6.00 sampai jam 20.00) dan waktu malam

(jam 20.00 sampai jam 6.00), untuk analisa parameter yang mahal, dan yang khusus

(logam, fluorida, minyak dan lemak dan sebagainya).

BAB II – Halaman 17
Skema mengenai penyediaan sampel campuran dapat dilihat pada gambar 2.4.

bila selama penelitian, ternyata salah satu unsure pencemaran harus diawasi dengan

lebih teliti, sampel sesaat dapat diambil misalnya tiap 30 menit dan dianalisa sesuai

keperluannya.

1 2 11 12 142 143 144


1144

A B C D E K L

SIANG MALAM
GGGG
Gambar 2.4. Skema penyediaan sampel.
Dengan alat pengambilan sampel yang otomatis diambil 144 sampel

bagian dengan volumnya ± 180 ml selama24 jam (nomor 1-144); 12 sampel

bagian tersebut mengisi (terjadi secara langsung dialat pengambilan sampel

yang otomatis) 1 dari 12 buah campuran (mewakili sampel selama 2 jam)

dengan volum ± 2L (huruf A sampai L); botol sampel campuran yang

mewailiwaktu siang mengisi botol sampel campuran “mengisi” dan sisanya

botol sampel campuran “malam” (hal ini dilakukan di labolatorium setelah

semua informasi mengenai debit telah diketahui).

b) Pengawasan badan air secara rutin (setelah penelitian selesai dilakukan) frekuensi

pembagian sampel tidak perlu sesering pada waktu penelitian; misalnya sampel

sesaat diambil (dan debit bada air diukur) satu kali sehari pada saat pencemaran

paling tinggi diduga terjadi. Dengan bertambahnya pengalaman, frekunsi tersebut

lebih dapat disesuaikan lagi.

BAB II – Halaman 18
c) Penelitian air pada system pengolahan air minum dan distribusi air minum : karena

pentingnya bagi kesehatan masyarakat dan pengalaman sudah ada, anjuran dari

World Health Organization mengenai frekuensi pengambilan sampel telah tersedia

(lihat table 2.3).

Tabel 2.3. Frekuensi Pengambilan Sampel pada Sistem Pengolahan dan Distribusi
Air Minum Sesuai Anjuran WHO
*Pada setiap langkah system pengolahan : sampel paling sedikit diteliti 2 kali
perhari
*Pada sistem distribusi adalah sebagai berikut :
Waktu maksimum Jumlah minimum dari seluruh
Jumlah langganan
antara 2 sampel system distribusi
Sampai 20.000 1 bulan
20.001 sampai
2 minggu 1 sampel per 5000 langganan
50.000
per bulan
50.001 sampai
4 hari
100.000
1 sampel per 10.000 langganan
Lebih dari 100.000 1 hari
per bulan
Sumber: Alaerts dan Santika (1984)

3. Analisa yang diperlukan pada sampel.

Sangat sulit untuk menganjurkan analisa apa yang harus dilakukan pada sebuah

sampel, karena hal tersebut tergantung jenis badan air yang sedang diperiksa,

kegunaan badan air tersebut (bagi masyarakat setempat untuk perikanan, penyediaan

air minum, dan sebagainya) dan jenis pencemaran yang diduga dapat terjadi. Paling

sedikit diperlukan pengetahuan pendahuluan yang baik tentang kota dan industri

sekitarnya serta perincian-perincian proses yang dipakai dimasing-masing industri

BAB II – Halaman 19
tersebut. Faktor lain yang sangat penting juga adalah pengetahuan atau pengukuran

secara berturut-turut debitnya supaya beban pencemaran dapat dihitung. Beberapa

jenis pencemaran atau unsure air adalah konserpativ, artinya tidak hilang dari larutan

air selama perjalanan dalam sungai, seperti ion Cl-, SO24- dan berbagai Janis logam.

Jenis unsure air lain tidak bersifat konserfativ hingga kadarnya berubah selama

perjalanan, seperti oksigen terlarut (absorbs-desorbsi), Ca2+ (dapat mengendap

sebagai CaCO3 atau larutan dari dasar sungai), Fe2+ / Fe3+, Mn2+ / Mn4+. Alkalinity,

BOD, (turun karena kegiatan biologis dalam sungai), zat tersuspensi (mengendap,

atau tergerus), dan sebagainya.

Faktor terkhir yang menentukan analisa parameter adalah maksud penelitian

tersebut: apakah dicari efek keracunan, analisa air yang lengkap atau data untuk

perencanaan? Dalam kasus ketiga, biasanya juga perlu mengadakan analisa tidak hanya

pada sampel yang segar dengan semua zat tersuspensinya, tetapi juga pada sampel yang

telah terendap selama 0,5 sampai 2 jam agar supaya data yang didapatkan lebih sesuai

bagi perencanaan langkah-langkah pengolahan berikutnya sesudah langkah

prasedimentasi di instalasi pengolahan tersebut.

Akhirnya, hasil analisa dapat diinterpretasikan. Bila jumlah data analisa besar,

diperlukan bantuan ilmu statistic. Namum ilmu statistic yang tidak dikuasai dengan

mantap malah akan merumitkan interpretasi saja.

E. Aturan Umum Pengecekan Hasil Analisis

BAB II – Halaman 20
Aturan umum untuk mencegah terjadinya kekeliruan-kekeliruan atau

penyimpangan besar pada hasil analisa sampel, adalah cukup sederhana dan nyata;

dibawah ini akan diuraikan beberapa anjuran yang dapat digunakan yaitu:

 Semua peraturan mengenai pengambilan serta pengawetan sampel harus diikuti

dengan baik ;

 Untuk setiap analisa sampel, dibuat duplikat yang hasilnya harus mendekati sama

dengan hasil penentuan pertama (dengan penyimpangan 1 atau 2% masih

diperbolehkan); duplikat tidak diperlukan untuk larutan referensi, karena selalu

diperlukan paling sedikit 4 larutan referensi dengan kadar yang berbeda, namun yang

dapat saling dibandingkan sehingga kekeliruan dapat dilihat langsung (awas harus

didasari bahwa ketelitian kadar larutan referensi tergantung pada ketepatan larutan

persediaan (stock solution));

 Semua larutan standard dan larutan referensi harus berlaku, artinya dibuat dengan

teliti, dan tidak boleh tercemar, misalnya karena sudah tua, tidak disimpan dengan

baik, atau karena sebahagian dari larutan tersebut telah diambil lalu dituang kembali

kedalam botol (misalnya sisa dari titrasi); sebenarnya larutan standar, referensi dan

sebagainya yang sudah dikeluarkan dari botolnya, tidak boleh dikembalikan lagi.

 Cara kerja diikuti dengan disiplin, namun dengan sikap yang kritis yaitu: apakah

semua tahap masuk akal dan konsekuen?

BAB II – Halaman 21

Anda mungkin juga menyukai