Anda di halaman 1dari 15

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

Nama :
NRP :
Kelompok/Kelas : /

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN ANALITIKA DATA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2022
1
TATA TERTIB PRAKTIKUM PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
1. Presensi
a. Mahasiswa diwajibkan datang tepat pada waktunya serta mengisi daftar hadir
sebelum praktikum.
b. Bila tidak masuk praktikum harus memberi surat keterangan.
c. Terlambat 15 menit tanpa alasan yang sah, dianggap absen dan tidak boleh
melakukan praktikum.
2. Pelaksanaan Praktikum
a. Sebelum praktikum mahasiswa diharuskan menyerahkan buku kerja praktikum
yang telah diisi diagram alirnya pada asisten dan kepada para mahasiswa diberikan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan praktikum yang dilakukan.
b. Mahasiswa diwajibkan memakai jas praktikum, selama berada di laboratorium
kimia anorganik.
c. Mahasiswa yang kurang mengetahui cara penggunaan alat agar menghubungi
asisten atau pembimbing sebelum mulai praktikum
d. Mahasiswa diwajibkan membersihkan meja praktikum sebelum meninggalkan
laboratorium.
3. Pengamatan praktikum
a. Semua pengamatan harus dicatat pada buku kerja praktikum masing-masing atau
laporan seemntara tiap kelompok dan diserahkan ke asisten saat praktikum selesai
dan sebelum peralatan dikembalikan.
b. Semua data pengamatan dinilai dan disahkan oleh asisten yang ditunjuk.
c. Setelah peralatan selesai dikembalikan dan meja dibersihkan, mahasiswa diberi
waktu untuk mengerjakan diskusi dan kesimpulan yang ada di buku kerja,
kemudian diserahkan ke asisten.
d. Penyerahan laporan harus disertai dengan tanggal dan tanda tangan asisten yang
menerima pada kertas penyerahan laporan.

Surabaya, 14 Januari 2022

Ttd,

Dosen Pengampu Kimia Dasar 1

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
PERCOBAAN 1 OKSIDASI HIDROGEN ............................................................................... 4
PERCOBAAN 2 STOIKHIOMETRI : HUKUM KEKEKALAN MASSA ............................. 6
PERCOBAAN 3 PEMISAHAN CAMPURAN ........................................................................ 8
PERCOBAAN 4 UJI PH OKSIDA ......................................................................................... 12
PERCOBAAN 5 PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP LAJU REAKSI .................. 14

3
PERCOBAAN 1 OKSIDASI HIDROGEN
Tujuan
Mengetahui volume udara yang dibutuhkan dalam membakar hidrogen secara efisien

Pendahuluan :
Hidrogen saat ini menarik perhatian dunia sebagai sumber energi bersih untuk masa
depan. Hidrogen diproduksi melalui elektrolisis air menggunakan energi terbarukan atau energi
nuklir, atau melalui jalur gas alam atau batubara dengan penangkapan dan penyimpanan
karbon, untuk digunakan dalam sel bahan bakar, pembakar industri dan domestik, dan
pembakaran mesin (Kéromnès dkk., 2013). Berikut adalah reaksi oksidasi hidrogen,

H + O2 ↔ OH + O (i)

H + O2 (+M) ↔ HO2 (+M) (ii)


Kedua reaksi ini bersaing untuk mendapatkan atom H dan sangat mempengaruhi sifat
ledakan hidrogen. Reaksi rantai perambatan (ii) lebih disukai daripada reaksi rantai
percabangan (i) oleh tekanan yang lebih tinggi, sehingga mengurangi reaktivitas oksidasi
keseluruhan (Mueller dkk., 1998; Shao dkk., 2019). Reaksi oksidasi hidrogen sebagai reaksi
kunci dalam sel bahan bakar hidrogen-oksigen telah diselidiki secara luas (Gasteiger dkk.,
2005; Debe, 2012). Namun, reaksi kinetika menjadi dua kali lipat lebih lambat di basa daripada
di asam (Herranz and Gasteiger, 2014).
Alat dan Bahan :
- Zinc
- Asam Hidroklorida (2 M)
- Larutan tembaga(II) sulfat (0,8 M)
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Satu set tabung hantar (delivery tube)
- Splint
- Bung

4
Prosedur :
1. Tandai tiga tabung reaksi, satu tabung reaksi bertanda isi seperempat penuh, setengah
penuh, dan tiga perempat penuh
2. Siapkan peralatan seperti yang ditunjukkan yaitu beberapa tetes larutan tembaga(II)
sulfat yang berfungsi untuk mempercepat produksi hidrogen
3. Dengan menggunakan tanda sebagai panduan, isi satu tabung reaksi dengan air
sebanyak seperempat, setengah, tiga perempat dan satu lagi reaksi penuh air.
4. Balikkan tabung yang berisi seperempat air di bak untuk mengumpulkan hidrogen
dengan mengganti air.
5. Pasang bung ke dalam tabung reaksi.
6. Ulangi ini dengan tabung setengah penuh, tiga perempat penuh dan tabung yang berisi
penuh air.
7. Letakkan 4 tabung reaksi di rak tabung reaksi dan singkirkan generator hidrogen.
8. Dengan menggunakan splint yang menyala, lakukan uji 'pop' pada masing-masing
tabung.

5
PERCOBAAN 2 STOIKHIOMETRI : HUKUM KEKEKALAN MASSA
Tujuan
Mengamati reaksi kimia yang terjadi dan menghitung perbandingan unsur serta
menuliskan reaksi kimia yang terjadi.
Pendahuluan
Perubahan kimia atau reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi, baik
pembebasan energi atau penyerapan energi. Meskipun setiap reasi disertai oleh perubahan
energi, namun massa zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi selalu sama.
Seperti yang dilakukan oleh Lavoisier dalam perconbaannya dapat disimpulkan bahwa
pada suatu reaksi kimia tidak terjadi penambahan atau pengurangan massa zat. Sedangkan
Einstein mengatakan bahwa zat sebenarnya dapat dimusnahkan dan sebagai penggantinya akan
diperoleh energi. Sebaliknya energi juga bisa diubah menjadi zat. Akan tetapi pada reakasi
kimia biasa perubahan massa itu sangat kecil sehingga sangat sulit untuk diukur. Dalam
percobaan ini dilakukan reaksi kimia biasa sehingga hukum kekekalan massa Lavoisier masih
berlaku.
Alat dan Bahan :
- Botol selai tertutup - Es batu
- Botol kecil 10 mL - Larutan CuSO4
- Gelas ukur 25 mL - Larutan NaOH 0,1 M
- Benang wol

Prosedur :
1. Sediakan sebuah botol selai dengan tutupnya yang rapat.
2. Masukkan ke dalamnya beberapa potong es dan tutuplah botol itu rapat-rapat. Timbang
botol tersebut dan catat massanya.
3. Biarkan es mencair menjadi air dan bersihkan dengan tisu air yang mengembun di
bagian luar botol. Timbanglah kembali botol tersebut.
4. Pada percobaan di bawah ini, botol selai pada percobaan 1 akan dipakai kembali.
5. Ke daam botol tersebut masukkan kira-kira 20 mL larutan CuSO4.
6. Ke dalam botol lain yang kecil (volume 10 mL) masukkan 3-5 ml larutan NaOH 0,1 M.
7. Ikatkan seutas benang ke leher botol kecil, kemudian masukkan botol kecil tersebut ke
dalam botol selai yang berisi larutan CuSO4 dan tutup botol selai dengan rapat.
Timbanglah botol selai yang berisi botol kecil dan catat massanya.
8. Sekarang miringkan botol besar sampai botol kecil di dalamnya terguling, sehingga
larutan akan bercampur serta bereaksi. Setelah reaksi selesai timbanglah kembali botol
tersebut dan catat massanya
Hasil Pengamatan
a. Apakah ada perubahan fisika atau terjadi perubahan massa? Dan bagaimana pada
perubahan kimia?
6
b. Apakah pada reaksi ini terjadi perubahan massa? Seandainya terjadi perubahan massa,
berapa besarnya?
c. Tuliskan reaksi antara CuSO4 dengan NaOH. Bila CuSO4 mula-mula 2 mol, berapa
garam NaOH yang diperlukan dan berapa gram hasil reaksi produknya?

7
PERCOBAAN 3 PEMISAHAN CAMPURAN
Tujuan
Mengamati perubahan fasa yang terjadi pada proses pemisahan dan pemurnian zat serta
melakukan pemisahan zat padat dari zat padat dengan cara sublimasi.
Pendahuluan
Dalam praktikum ilmu kimia, seringkali berbagai campuran zat harus dipisahkan
menjadi zat murni. Cara pemisahan ini dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Pemisahan zat padat dari zat cair dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Untuk zat adat yang tidak larut dalam zat cair dapat dilakukan dengan cara dekantasi,
penyaringan dan destilasi.
• Untuk zat padat yang larut dalam zat cair dapat dilakukan dengan cara penguapan,
kristalisasi dan destilasi.

b. Pemisahan zat padat dari zat padat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
• Melarutkan dan menyaring, misalnya pemisahan garam dapur (larut dalam air) dari
pasir (tidak larut dalam air)
• Kristalisasi bertingkat
• Sublimasi
Kelarutan
Besarnya suatu zat terlarut di dalam perlarut tergantung pada struktur zat terlarut
maupun pelarut. Pada umumnya senyawa-senyawa yang bersifat polar seperti KCl dan
NH4NO3 yang mempunyai ion dengan densitas muatan yang rendah akan larut dalam pelarut
polar, misalnya air.
Pelarut non polar misalnya wax dan glas akan larut dalam pelarut non polar seoerti
toluena atau minyak tanah. Mengekstrasksi zat terlarut dalam campuran dengan suatu pelarut
adalah dasar proses pemisahan.
Sublimasi
Beberapa zat padat dapat mengalami sublimasi misal perubahan secara langsung dari
fasa padat menjadi fasa gas tanpa melalui fasa cair. Meleleh adalah proses pembentukan fasa
cair dari fasa padat melalui pemanasan. Zat padat yang mengalami sublimasi dapat dipisahkan
dengan zat padat lain dengan cara sublimasi. Uapnya dapat didinginkan dan zat ini dapat berupa
zat padat. Naftalen iodida adalah hasil zat padat yang mengalami sublimasi bila dipanaskan.
Destilasi
Bila dua komponen memiliki dua titik didih yang sangat berbeda, dimana zat yang
mempunyai titik didih lebih rendah dapat menguap lebih cepat dibandingakan zat yang
mempunyai titik didih yang tinggi dan senyawa-senyawa tersebut dapat dipisahkan dengan
metode penguapan. Zat padat NaCl dapat dipisahkan dari laut garam H2O dengan menguapkan
air. Bila uap mengalami kondensasi sebagai cairan dan ditampung, proses ini disebut destilasi.

8
Sifat-sifat sublimasi dan kelarutan dapat digunakan untukmemisahkan tiga komponen dalam
campuran. Teknik filtrasi dan penguapan dapat digunakan. Campuran dalam percobaan
mengandung dua zat yang larut dalam air yaitu NaCl dan NH4Cl dan SiO2 (tanah) yang tidak
larut dalam air. SiO2 meleleh pada suhu 1723 °C, NaCl meleleh pada suhu 801 °C dan NH4Cl
mengalami sublimasi pada suhu 340 °C.
Alat dan Bahan
- Gelas beker 150 mL - NH4Cl
- Bunsen dan kasa/kaki tiga - NaCl
- Gelas ukur 25 mL - Tanah
- Kertas saring - Cawan penguap
- Kaca arloji - Erlenmeyer
- Batang pengaduk - Penjepit
- Corong - Pipet tetes
Prosedur
1. Ambil cuplikan unknown dari asisten. Catat dan amati serta identifikasi cuplikan
tersebut.
2. Timbang gelas beker 150 mL dalam keadaan bersih dan kering dengan ketelitian 0,001
gram. Catat berapa massa gelas beker tersebut.
3. Masukkan seluruh cuplikan unknown ke dalam gelas beker. Catat berapa massanya,
kemudian hitung massa dari senyawa unknown.
4. Letakan gelas beker dan isinya di atas kasa yang terdapat pegangan besinya.
5. Panaskan gelas beker dan isinya di atas pemanas gas. Mulai pemanasan dekat ujung
beker dan gerakan perlahan-lahan sampai pada dasar beker. Panaskan selama kurang
lebih 10 menit. Catatan : NH4Cl mengalami sublimasi dari campuran dan akan tinggal
di bagian dasar gelas beker bila tidak dipanaskan.
6. Selanjutnya gekas beker didinginkan pada suhu ruang. Timbang gelas beker dan
residu dengan ketelitian 0,001 gram. Catat massanya.
7. Panaskan residu selama 5 menit, dinginkan dan timbanglah gelas beker dan residunya.
Catat berapa massanya.
8. Tambahkan 15 mL air destilasi ke dalam residu di dalam gelas beker untuk melarutkan
NaCl. Aduk selama 3 menit untuk melarutkan padatannya.
9. Timbanglah secara terpisah selembar kertas saring dan cawan penguap, catat
massanya.
10. Siapkan corong dengan kertas saring, tampunglah larutan garam dengan menuangkan
melalui kertas saring dan timbanglah cawan penguap.
11. Aduklah larutan garam dan tanah dalam gelas beker dan segera tuangkan ke dalam
kertas saring di dalam corong. Dengan memakai pengaduk tuangkan tanah ke kertas
saring bila memungkinkan. Larutan garam mengalir melalui corong ke cawan
penguap dan tanahnya tinggal di kertas saring.
12. Gunakan 10 mL air destilasi lebih banyak ke dalam gelas beker dan tuangkan tanah
dari gelas beker ke dalam corong.

9
13. Tambahkan 5 mL air dengan pipet tetes untuk mencuci kertas saring dan tanah agar
bebas dari NaCl.
14. Pindahkan kertas saring yang basah dan isinya ke kaca arloji. Kemudian masukkan ke
dalam oven dan panaskan pada suhu 110 °C selama 30 menit.
15. Letakkan cawan penguap di atas kasa. Kemudian panaskan sampai mendidih hingga
volumenya tinggal ¼.
16. Dengan menggunakan penjepit pindahkan cawan penguap di atas beker. Panaskan
dengan kuat untuk menguapkan larutan sampai kering.
17. Bila garam mendekati kering, segera pindahkan gelas beker dan letakkan cawan
penguap di atas kasa.
18. Dengan api yang kecil, panaskan cawan selama 5-10 detik. Selanjutnya panaskan hati-
hati supaya padatan yang terbentuk tidak keluar dari cawan.
19. Panaskan cawan penguap selama 5 menit.
20. Cawan penguap didinginkan, pada waktu yang bersamaan ambil kaca arloji dan kertas
saring dari oven.
21. Timbanglah kertas saring dan tanah, catat massanya.
22. Timbanglah cawan penguap dan NaCl, catat massanya.
23. Hitunglah massa NH4Cl, NaCl dan tanah, berapa jumlah massa dari masing-masing
komponen dan bandingkan massa tersebut dengan massa cuplikan semula.
24. Dengan menggunakan massa cuplikan total, hitunglah persen berat NH4Cl, NaCl dan
tanah dalam campuran dan total persen yang didapatkan kembali.
Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan perbedaan campuran dengan zat!
2. Jelaskan tentang proses meleleh, mendidih, sublimasi dan pelarutan (pembentukan
larutan).
3. Seorang mahasiswa mempunyai cuplikan yang mengandung NaCl, SiO2 dan
NH4Cl. Cuplikan ini diperlakukan seperti dalam percobaan. Dari data di bawah,
hitunglah % berat NaCl, SiO2 dan NH4Cl!
- Massa gelas beker dan campuran : 61.044 g
- Massa gelas beker : 58.179 g
- Massa gelas beker dan residu : 60.234 g
- Massa kertas saring : 0.470 g
- Massa kertas saring dan tanah : 1.770 g
- Massa cawan penguap : 24.090 g
- Massa cawan penguap dan NaCl : 24.845 g
Hasil dan Pengamatan
1. Identitas zat unknown :
2. Massa gelas beker dan unknown :
3. Maasa gelas beker :
4. Massa total cuplikan unknown :
5. Massa gelas beker dan residu 1 :
6. Massa gelas beker dan residu 2 :

10
7. Massa gelas beker dan residu 3 :
8. Massa NH4Cl dalam total cuplikan :
9. Massa kertas saring dan tanah :
10. Massa kertas saring :
11. Massa tanah dalam total cuplikan :
12. Massa cawan penguap :
13. Massa cuplikan NaCl dalam total cuplikan :
14. Jumlah massa komponen yang didapatkan kembali :
15. % berat NH4Cl :
16. % berat tanah :
17. % berat NaCl :
18. Jumlah % keseluruhan :
Tugas Setelah Praktikum
Bagaimana pengaruh yang terjadi pada % komposisi dari masing-masing komponen bila:
a. Di bagian atas gelas beker ada endapan putih setelah gelas beker dan isisnya
dipanaskan.
b. Larutan NaCl terpencar keluar pada penguapan selama penguapan.
c. Tanah dan kertas saring tidak dicuci setelah penyaringan larutan garam.
d. Ada jelaga di bawah cawan penguap

11
PERCOBAAN 4 UJI PH OKSIDA

Tujuan
Mengetahui perbedaan dari asam dan basa melalui uji pH oksida
Pendahuluan
Pada umumnya oksida logam bersifat basa, non logam bersifat asam. Beberapa oksida
logam bereaksi dengan air untuk membentuk larutan alkali. Namun beberapa oksida logam
tidak bereaksi dengan air. Oksida logam diuji pada kondisi netral dalam air karena oksida
logam tidak larut namun dia basa dan dapat bereaksi dengan asam. Oksida non logam bereaksi
dengan air dan membentuk asam.
Alat dan Bahan
- Tabung reaksi - KOH 0,2 M
- Rak tabung reaksi - H3PO4 0,2 M
- Pipet tetes - Ca(OH)2 0,2 M
- Asam nitrat 0,2 M - Indikator universal
- NaOH 0,2 M - Jeruk Nipis

Prosedur
1. Dimasukkan masing – masing sampel oksida pada masing – masing tabung reaksi
2. Tambahkan 3 tetes larutan indikator universal pada setiap sampel
3. Catat perubahannya dalam tabel

Nama Oksida Warna dari Indikator Universal Nilai pH Asam, basa, atau netral

12
Nitrogen Oksida(NO ) 2

Sodium Oksida (Na O)


2

Potassium Oksida (K O) 2

Fosfor(V) Oksida (P O )
2 5

Kalsium Oksida (CaO)

Tugas Setelah Praktikum


1. Senyawa apa dalam tabel yang merupakan oksida logam?
2. Komentari hasil anda untuk oksida logam!
3. Beberapa oksida logam tidak bereaksi dengan air. Prediksikan pH dari senyawa ini!

13
PERCOBAAN 5 PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP LAJU REAKSI

Tujuan
Mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Pendahuluan
Agar reaksi kimia terjadi, molekul-molekul harus bertumbukan satu sama lain. Teori
tumbukan dari laju reaksi adalah suatu model yang mengasumsikan bahwa agar reaksi terjadi,
molekul pereaksi harus bertumbukan dengan energi yang lebih besar daripada nilai minimum
yang ada, dan dengan orientasi yang tepat (searah sumbu utama). Namun, tidak semua
tumbukan antarmolekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Hanya tumbukan efektif
yang akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi
molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi
(energi pengaktifan), yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul
pereaksi agar tumbukan antarmolekul menghasilkan zat hasil reaksi. Teori tumbukan dan
energi aktivasi berguna untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Laju
suatu reaksi kimia dapat dipercepat dengan cara memperbesar harga energi kinetik molekul
atau menurunkan energi aktivasi. Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju
reaksi. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah berbeda untuk setiap reaksi.
Alat dan Bahan
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3(aq) 50 gram/L
- Asam klorida (HCl) 2M

Prosedur
1. Masukkan 50 mL larutan sodium tiosulfat pada sebuah erlenmeyer
2. Ukur 5 mL asam klorida encer pada gelas ukur kecil
3. Tuangkan asam klorida ke dalam erlenmeyer lalu secara langsung lakukan
perhitungan waktu. Goyangkan erlenmeyer untuk mereaksikan campuran dan
letakkan di atas selembar kertas yang telah diberi tanda X
4. Lihat tanda X dari atas Erlenmeyer. Apabila tanda X telah menghilang maka
berhentikan perhitungan waktu dan tulis waktu yang dibutuhkan tersebut. Catat pada
tabel

14
5. Ulangi percobaan tersebut dengan konsentrasi larutan sodium tiosulfat yang berbeda.
Buatlah sebanyak 50 mL dari setiap larutan. Campurkan volume larutan sodium
tiosulfat dan air yang berbeda seperti ditunjukkan pada tabel
6. Setelah selesai, segera buang larutan ke tempat yang ditentukan

Volume larutan Volume Waktu yang Konsentrasi awal 1/waktu yang


sodium tiosulfat air /mL dibutuhkan larutan sodium dibutuhkan
/mL sampai tanda X tiosulfat /g dm-3 /s-1
hilang /s
50 0 50
40 10
30 20
20 30
10 40

15

Anda mungkin juga menyukai