Anda di halaman 1dari 26

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

EKSPERIMEN KIMIA SEKOLAH

Disusun Oleh:

Baiq Amelia Riyandari, M.Sc.

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku
“Petunjuk Praktikum Eksperimen Kimia Sekolah”. Buku Petunjuk Praktikum ini
diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi Tadris Kimia yang akan melakukan Praktikum
Eksperimen Kimia Sekolah.
Penulis menyadari bahwa Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Kimia Sekolah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan yang dilakukan dan dalam penulisan laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Besar harapan dari penulis semoga Buku Petunjuk ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Kimia Analitik.

Wassalamualaikum wr wb

Mataram, 11 Februari 2022

Penulis

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa yang boleh mengikuti praktikum Eksperimen Kimia Sekolah adalah


mahasiswa yang telah mengambil atau sedang menempuh mata kuliah Eksperimen Kimia
Sekolah serta telah mengisi KRS untuk mata praktikum Eksperimen Kimia Sekolah.
2. Setiap praktikan harus hadir tepat waktu pada waktu yang telah ditentukan. Apabila
praktikan terlambat 15 menit dari waktu yang ditentukan, maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
3. Praktikan diwajibkan menghadiri pertemuan teori ataupun responsi yang dilakukan
sebelum praktikum dilaksanakan.
4. Sebelum praktikum dimulai, praktikan membawa perlengkapan praktikum lengkap yang
telah ditetapkan baik yang umum untuk semua praktikum maupun perlengkapan yang
ditugaskan untuk masing-masing praktikum.
5. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai jas praktikum yang bersih dan
dikancingkan dengan rapi dan memakai SEPATU TERTUTUP dan KAOS KAKI
(dilarang mengenakan sandal atau sepatu sandal).
6. Setiap praktikan wajib membuat laporan sementara praktikum yang berisi data
pengamatan selama ACARA dan ditandatangani oleh asisten praktikum. Laporan resmi
praktikum dibuat sesuai dengan format yang sudah ditentukan dan ditandatangani asisten
praktikum, serta melampirkan laporan sementara. Pengumpulan laporan resmi praktikum
sesuai kesepakatan dengan asisten praktikum, maksimal 1 minggu setelah kegiatan
praktikum.
7. Setiap praktikan harus memeriksa alat praktikum sebelum dan sesudah praktikum
kemudian mengembalikan alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan kering. Botol
bahan kimia yang telah selesai digunakan harus ditutup rapat dan dikembalikan ke tempat
semula. Tutup botol harus sesuai (tidak boleh tertukar). Praktikan praktikum yang
memecahkan alat gelas wajib mengganti.
8. Praktikan dilarang membawa makanan/minuman ke dalam laboratorium/ruang praktikum.
9. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan Laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang
dan teratur. Selama praktikum, praktikan harus bersikap sopan.
10. Setiap praktikan harus melaksanakan semua mata praktikum dan mematuhi budaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), seperti memakai Alat Pelindung Diri (jas
praktikum, sepatu, sarung tangan, masker, goggle) dan membuang limbah praktikum
sesuai dengan kategorinya.
11. Apabila praktikan melanggar hal yang telah diatur pada butir diatas, maka praktikan akan
dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum pada hari
itu.
12. Hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum akan
diatur kemudian.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ........................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................ iv
ACARA I : HUKUM KEKEKALAN MASSA .................................. 1
ACARA II : KONSEP MOL ............................................................... 4
ACARA III : KEPOLARAN ............................................................... 7
ACARA IV : HIDROKARBON .......................................................... 10
ACARA V : LARUTAN PENYANGGA............................................ 13
ACARA VI : HIDROLISIS ................................................................. 15
ACARA VII : LARUTAN ELEKTROLIT & NONELEKTROLIT ... 17
ACARA VII : UJI KARBOHIDRAT, PROTEIN, & LEMAK ........... 20

iv
ACARA I
HUKUM KEKEKALAN MASSA (LAVOISER)

1. TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami prosedur dan konsep mengenai hukum kekekalan massa.

2. DASAR TEORI
Hukum kekekalan masa merupakan massa yang dapat diubah menjadi energi. Hukum
kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu
hukum yang menyatakan masaa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi
berbagai macam proses di dalam sistem tersebut (dalam sistem tertutup massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan).
Bunyi hukum kekekalan massa yaitu dalam sistem tertup massa zat sebelum bereaksi
sama dengan massa zat setelah bereaksi. Pernyataan yang biasanya digunakan untuk
menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan. Seorang tokoh kimia bernama Antonie Laurent
Lavoisier menjelaskan hukum kekekalan massa dimana dalam percobaan reaksi kayu
menjadi abu atau besi berkarat karena proses reaksi yang terjadi di sistem terbuka.
Hukum kekekalan massa berlaku pada reaksi kimia, dimana massa pereaksi haus
sama dengan massa produk. Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi
pembentukan hidrogen dan oksigen dari air. Ilustrasi hukum Lavoiser dapat dilihat pada
Gambar di bawah ini:

1
3. ALAT & BAHAN
 Alat yang digunakan:
1. Neraca Analitik
2. Gelas Kimia 500 mL
3.Tabung Reaksi
4. Tabung Erlenmeyer
5. Gelas Ukur 10 mL
6. Pipet Tetes

 Bahan yang digunakan:


1. NaOH 0,1 M
2. KI 0,1 M
3. Pb(NO3)2 0,1 M
4.CuSO4 0,1 M

4. PROSEDUR KERJA

a. Eksperimen 1 (Reaksi NaOH dan CuSO4)

a) Masukkan larutan NaOH sebanyak 3 ml yang telah ditakar ke dalam tabung reaksi
kemudian timbang massa solusi dan catat hasilnya.
b) Ambil larutan NaOH sebanyak 3 ml menggunaka gelas ukur
c) Ambil larutan CuSO4 sebanyak 3 ml yang telah ditakar kedalam tabung reaksi
kemudian timbang massa larutan dan catat hasilnya.
d) Zat dari tabung reaksi dan masukkan cairan dalam tabungan reaksi kedalam labu
erlenmeyer
e) Catat hasil campuran kedua zat NaOH + CuSO4
f) Timbang massa larutan dan catat hasilnya.

2
b. Eksperimen 2 (Reaksi Pb(NO3)2 dan KI)

a) Ambil larutan Pb(NO3)2 sebanyak 3 ml menggunaka gelas ukur


b) Masukkan larutan Pb(NO)3 sebanyak 3 ml yang telah ditakar ke dalam tabung reaksi
kemudian timbang massa solusi dan catat hasilnya.
c) Ambil larutan KI sebanyak 3 ml yang telah ditakar kedalam tabung reaksi kemudian
timbang massa larutan dan catat hasilnya.
d) Zat dari tabung reaksi dan masukkan cairan dalam tabungan reaksi kedalam labu
erlenmeyer.
e) Catat hasil campuran kedua zat Pb(NO3)2 + KI. Timbang massa larutan dan catat
hasilnya.

5. HASIL PENGAMATAN

Data sebelum direaksikan


LARUTAN Pb(NO3)2 KI NaOH CuSO4

Massa sebelum
larutan
Warna sebelum
larutan

Data setelah direaksikan


Larutan Pb(NO3)2 + KI NaOH + CuSO4
Massa sesudah
tercampur
Warna sesudah
tercampur

3
ACARA II

KONSEP MOL

1. TUJUAN
Mahasiswa dapat mempelajari hubungan koefisien reaksi dengan jumlah mol zat-zat yang
terlibat dalam reaksi dan mempelajari hukum Gay-Lussac

2. DASAR TEORI

Pada tahun 1811, Amedo Avogadro memecahkan dilema ini dengan mengajukan
bukan saja hipotesis “volume sama-jumlah sama” melainkan juga bahwa molekul gas dapat
pecah menjadi setenggah molekul jika molekul-molekul itu bereaksi. Dengan
menggunakan istilah modern, kita akan mengatakan bahwa molekul O 2 terbelah
menjadi atom-atomnya, yang kemudian bergabung dengan molekul H2 membentuk molekul
H2O. Dengan cara ini, volume oksigen yang diperlukan hanya setengah dari volume
hidrogen. Hipotesis Avogadro tentang “volume sama-jumlah sama” dapat dinyatakan dengan:
a. Volume yang sama dari gas-gas berbeda yang dibandingkan pada suhu dan tekanan
sama akan mengandung jumlah molekul yang sama
b. Jumlah molekul yang sama dari gas-gas berbeda yang dibandingkan pada
suhu dan tekanan sama akan menempati volume yang sama.

Hubungan yang mengikuti hipotesis Avogadro, sering disebut Hukum Avogadro,


yang berbunyi:

“Pada suhu dan tekanan tetap, volume gas berbanding lurus dengan jumlah gas.”

Jika jumlah mol gas (n) dilipat-duakan, volumenya akan berlipat-dua, dan seterusnya. Secara
matematis dapat dinyatakan dengan:

V∞ n dan V = c x n.
Pada STP, jumlah molekul yang terkandung dalam 22,4 L gas adalah 6,02 x 1023, atau 1
mol.
1 mol gas = 22,4 L gas (pada STP)

Hukum gay lussac adalah hukum yang membahas tentang reaksi zat – zat yang
berupa gas. Dimana pada tekanan dan suhu yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan
volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
Ahli kimia dari Perancis bernama Joseph Louis Gay Lussac melakukan eksperimen berbagai
reaksi senyawa gas yang dilakukan pada suhu di atas 100∘C. Ia mereaksikan 2 mL gas
hidrogen dengan 1 mL gas oksigen menghasilkan 2 mL uap air, sehingga perbandingan
volume gas hidrogen, oksigen dan uap air adalah 2:1:2.

4
Reaksi pembentukan air dari reaksi antara hidrogen dan oksigen dapat dituliskan:

2H2(g)+O2(g)→2H2O(g)

Bila diperhatikan bahwa hasil perbandingan volume dari percobaan Gay-Lussac


sama dengan perbandingan koefisien gas-gas yang bereaksi dalam persamaan reaksi setara.
Sehingga ia menyimpulkan penerapan hukum perbandingan volume dalam kehidupan sehari-
hari bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan hasil reaksi
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. Inilah yang disebut Hukum Gay-Lussac
atau Hukum Perbandingan Volume, yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai:
perbandingan koefisien reaksi = perbandingan volume gas

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 EKSPERIMEN 1 (Hukum Avogadro)
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Gelas ukur
d. Penggaris
e. Larutan Pb(NO3)2 0,5 M
f. Aquades
g. Larutan NH4Cl 0,5 M

3.2 EKSPERIMEN 2 (Hukum Gay-Lussac)


a. Lilin
b. Korek api
c. Piring kecil
d. Gelas
e. Aquades
f. Pewarna

4. PROSEDUR KERJA
4.1 EKSPERIMEN 1 (Hukum Avogadro)

Cara Kerja
1. Siapkan 6 tabung reaksi yang sama besarnya, beri nomor 1 sampai dengan 6, kemudian
isilah tabung-tabung itu sesuai dengan daftar.
2. Guncangkan tabung – tabung itu sehingga isinya benar-benar bercampur
3. Diamkan sampai endapan turun sempurna (larutan di atas endapan menjadi jernih)
4. Ukur tinggi endapan pada setiap tabung dan catat hasilnya pada tabel.

5
3.2 EKSPERIMEN 2 (Hukum Gay-Lussac)

Cara Kerja :

1. Siapkan piring berisi larutan berwarna


2. Letakkan lilin di atas piring
3. Nyalakan lilin di atas piring kecil yang berisi larutan berwarna
4. Ambil gelas kemudian tutup lilin dengan gelas

6
ACARA III
KEPOLARAN

1. TUJUAN
Mahasiswa dapat menentukan sifat polar atau non polar dari suatu senyawa

2. DASAR TEORI
Kepolaran adalah persebaran elektron yang tidak merata. Kepolaran dipengaruhi oleh
faktor kelektronegatifan, momen dipol, bentuk molekul dan pasangan elektron bebas (PEB).
Kepolaran adalah kecenderungan suatu molekul terpolarisasi membentuk kutub karena
adanya perbedaan keelektronegatifan dan menyebabkan persebaran elektron yang tidak
merata. Hal ini menyebabkan kecenderungan elektron untuk tertarik ke salah satu atom yang
berikatan. Atom yang lebih kuat menarik elektron ikatan akan memiliki muatan negatif
sebagian (parsial negatif), sedangkan atom yang lebih lemah dalam menarik elektron ikatan
akan bermuatan parsial positif. Ciri-ciri senyawa polar adalah:

a. Berbentuk tidak simetris


b. Mempunyai momen dipol

Faktor yang memengaruhi kepolaran senyawa:


a. Perbedaan keelektronegatifan : Senyawa polar memiliki perbedaan elektronegatifitas yang
besar, sedangakan senyawa nonpolar memiliki perbedaan elektronegatifitas kecil atau nol
b. Momen dipol : Senyawa polar memiliki momen dipol lebih besar dari nol, sedangkan
senyawa nonpolar memiliki momen dipol sama dengan nol
c. Bentuk molekul : Bentuk molekul simetris merupakan senyawa non polar, sedangkan
bentuk molekul asimetri merupakan senyawa polar
d. Pasangan Elektron Bebas (PEB) : Senyawa polar memiliki PEB pada atom pusatnya,
sedangkan senyawa nonpolar tidak memiliki PEB pada atom pusatnya.
Tidak semua atom menarik elektron dengan kekuatan yang sama. Jumlah "tarikan"
atom yang diberikan pada elektron disebut elektronegativitas. Atom dengan
elektronegativitas tinggi seperti fluor, oksigen dan nitrogen mengerahkan daya tarik elektron
lebih besar daripada atom dengan elektronegativitas rendah. Hal ini menyebabkan pembagian
elektron yang tidak setara antara atom, karena elektron akan tertarik mendekati atom dengan
elektronegativitas yang lebih tinggi. Kepolaran molekul adalah perilaku suatu zat yang
menyerupai medan magnet, yaitu terdapat kutub sementara yang disebut dipol. Berdasarkan
perbedaan elektronegativitas tersebut maka senyawa terbagi menjadi senyawa ionik, polar,
dan non polar. Adapun perbedaan senyawa polar dan nonpolar dapat dilihat pada tabel
berikut.
Karakteristik Senyawa polar Senyawa nonpolar
Momen dipol (tingkat kepolaran Tidak sama dengan nol Sama dengan nol
molekul polar non-polar simetris

7
asimetris)
Elektronegativitas antara 0.5 dan 2.0 kurang dari 0.5
Bentuk molekul Asimetris Simetris
PEB pada atom pusat Ada PEB Tidak ada PEB

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaain ini adalah gelas kimia, penggaris
plastik, gelas kimia, kain flannel, dan buret
b. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang dugunakan dalam percobaan ini adalah aquades, bensin,
Pelarut n-heksana, etanol, dan HCl.

4. PROSEDUR KERJA
Cara Kerja
a. Eksperimen pada etanol
1. Buret dipasang pada tempatnya
2. Buret diisi dengan etanol sebanyak 25 ml
3. Penggaris plastic digosok searah dengan kain flanel
4. Etanol dialirkan dari buret ke dalam gelas kimia secara perlahan
5. Penggaris yang telah digosok, didekatkan etanol yang dialirkan
6. Diamati apa yang terjadi dengan arah aliran etanol tersebut.

8
b. Eksperimen pada bensin
1. Buret dipasang pada tempatnya
2. Buret diisi dengan bensin sebanyak 25 ml
3. Penggaris plastic digosok searah dengan kain flanel
4. Bensin dialirkan dari buret ke dalam gelas kimia secara perlahan
5. Penggaris yang telah digosok, didekatkan pada bensin yang dialirkan
6. Diamati apa yang terjadi dengan arah aliran bensin tersebut

c. Eksperimen pada aquades


1. Buret dipasang pada tempatnya
2. Buret diisi dengan air aquades 25 ml
3. Penggaris plastic digosok searah dengan kain flanel
4. Air Aquades dialirkan dari buret ke dalam gelas kimia secara perlahan
5. Penggaris yang telah digosok, didekatkan pada aquades yang dialirkan
6. Diamati apa yang terjadi dengan arah aliran aquades tersebut

d. Eksperimen pada HCl


1. Buret dipasang pada tempatnya
2. Buret diisi dengan HCL sebanyak 25 ml
3. Penggaris plastic digosok searah dengan kain flanel
4. HCl dialirkan dari buret ke dalam gelas kimia secara perlahan
5. Penggaris yang telah digosok, didekatkan pada HCL yang dialirkan
6. . Diamati apa yang terjadi dengan arah aliran HCl tersebut

e. Eksperimen pada pelarut n-heksana


1. Buret dipasang pada tempatnya
2. Buret diisi dengan n-heksana sebanyak 25 ml
3. Penggaris plastic digosok searah dengan kain flanel
4. N-heksana dialirkan dari buret ke dalam gelas kimia secara perlahan
5. Penggaris yang telah digosok, didekatkan n-heksana yang dialirkan
6. Diamati apa yang terjadi dengan arah aliran n-heksana tersebut.

9
ACARA IV
HIDROKARBON

1. Tujuan
Menyelidiki keberadaan unsur C dan H dalam beberapa senyawa organik .

2. Dasar teori
Senyawa hidrokarbon merupakan salah satu senyawa organik yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini tersusun atas unsur karbon dan hidrogen saja.
Salah satu peran penting senyawa hidrokarbon bagi kehidupan yaitu sebagai bahan bakar.
Bensin merupakan campuran berbagai senyawa hidrokarbon. Gas metana, propana, dan
butana juga termasuk hidrokarbon yang dapat menghasilkan energi dalam jumlah besar.
Senyawa hidrokarbon dapat mengandung ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, atau ikatan
rangkap tiga. Senyawa hidrokarbon juga dapat membentuk cincin yang mengandung ikatan
tunggal atau ikatan rangkap dua.
Senyawa hidrokarbon adalah golongan senyawa kimia yang terdiri atas unsur karbon
(C) dan hidrogen (H). Contoh senyawa hidrokarbon yang paling sederhana mempunyai
rumus CH4. Senyawa CH, dinamakan metana. Metana terdiri atas 1 atom C dan 4 atom H.
Beberapa contoh senyawa hidrokarbon yang lain yaitu C3H8 (propana), C4H10 (butana), dan
C2H2, (asetilena).
Senyawa hidrokarbon merupakan sumber utama untuk membentuk senyawa organik
yang lebih besar dan kompleks. Minyak bumi dan gas alam merupakan senyawa organik
yang tersusun atas campuran senyawa hidrokarbon. Kegunaan lain dari campuran senyawa
hidrokarbon adalah sebagai bahan baku produk-produk industri, seperti plastik dan karet
sintetis. Industri-industri yang menggunakan bahan baku senyawa hidrokarbon dinamakan
industri petrokimia.
Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam senyawa organik dapat diketahui melalui
reaksi identifikasi. Perhatikan saat Anda membakar kayu atau kertas. Senyawa apa yang
terbentuk pada reaksi pembakaran kayu atau kertas? Kayu atau kertas setelah dibakar akan
berwarna hitam, bukan? Warna hitam ini menunjukkan adanya unsur karbon yang terkandung
dalam kayu atau kertas. Unsur karbon akan ditemui pada pembakaran tidak sempurna. Saat
dibakar, kertas dan kayu juga akan menghasilkan gas CO2, dan uap air (H2O). Hal ini akan
terjadi jika reaksi pembakaran berlangsung sempurna. Anda dapat mengamati adanya gas
CO2, dan uap air dalam reaksi pembakaran.
Dalam praktikum kali ini akan disiapkan beberapa bahan makanan yang ada di sekitar
kita dan akan diuji apakah makanan tersebut merupakan senyawa yang memiliki unsur
karbon C dan unsur H. Adapun hasil yang diharapkan yaitu:
 Bila sampel mengandung karbon maka yang terjadi adalah air kapur akan berubah
menjadi keruh. Kemudian selanjutnya pada tabung reaksi tempat sampel direaksikan,
sumbat dibuka dan bila ada uap yang menempel pada dinding reaksi maka letakkan
kertas kobalt disitu. Bila kertas kobalt berubah warna dari biru menjadi merah muda,

10
itu menandakan bahwa uap yang menempel pada dinding tabung reaksi tersebut
adalah H2O.
 Bagaimana menjelaskan berubahnya air kapur menjadi keruh dengan persamaan
reaksi kimia?
Persamaan reaksi saat air kapur menjadi keruh:
Ca(OH)2 +CO2  CaCO3 + H2O

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
1. Tabung reaksi + sumbat berlubang
2. Gelas Beker
3. Statif
4. Spiritus
5. Slang kecil
6. Sendok Makan
7. Spatula

b. Bahan:
1. Tempe
2. Roti
3. Nasi
4. Gula pasir
5. Kertas kobalt
6. Air kapur
7. Serbuk CuO

4. PROSEDUR KERJA
Cara kerja

11
1. Siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Masukkan sendok nasi yang telah
dihaluskan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan serbuk CuO ke dalam nasi, lalu aduk
dengan spatula hingga bercampur.
2. Tutup tabung reaksi dengan sumbat berlubang, lalu pasang pada statif.
3. Isi gelas beaker dengan air kapur yang telah diendapkan dan disaring.
4. Hubungkan tabung reaksi dengan air kapur menggunakan slang kecil seperti pada
gambar.
5. Panaskan tabung reaksi menggunakan pembakar spiritus dengan hati-hati. Amati
perubahan yang terjadi pada air kapur dengan teliti.
6. Matikan api pada pembakar spiritus, lalu buka sumbat pada tabung reaksi dengan
bantuan kain atau tisu. Untuk menahan panas. Uji titik-titik air yang menempel pada
dinding tabung reaksi dengan kertas kobalt(II). Amati perubahan yang terjadi pada
kertas kobalt(!!) dengan saksama.
7. Dengan prosedur yang sama, ulangi praktikum yang telah Anda lakukan, tetapi ganti
nasi dengan gula pasir, tempe, dan roti. Bandingkan hasil pengamatan sampel nasi
dengan sampel gula pasir.

Pertanyaan:
1. Bagaimanakah perubahan warna yang terjadi pada air kapur dan kertas kobalt(II)?
2. Senyawa apakah yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada air kapur dan kertas
kobalt(II)?
3. Apa fungsi serbuk CuO pada praktikum tersebut?
4. Apa kesimpulan dari praktikum ini?

12
ACARA V
LARUTAN PENYANGGA

1. TUJUAN
Untuk mengukur atau mengamati larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa.

2. DASAR TEORI
Larutan penyangga, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan
nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang
khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian
sedikit asam kuat atau basa kuat.
Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari:
 Asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat asam.
 Basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan
larutan bersifat basa.

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:


a. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan
larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi
dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu
basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang
bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natriumNa), kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain.

b. Larutan penyangga yang bersifat basa


Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan
larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam
kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu
asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

3. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan
Alat Bahan
1. Pipet tetes 1. 10 ml NH4OH

13
2. Tabung reaksi 2. 10 ml NH4cl
3. Rak tabung reaksi 3. 10 ml CH COOH
4. Gelas ukur 4. 10 ml CH COONa
5. Gelas kimia 5. NaOH 0,1 m
6. pH Meter 6. HCl 0,1 m
7. Akuades
8. Indikator Universal

4. PROSEDUR KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan


2. Masukkan 10 ml CH3COOH dan 10 ml CH3COONa, dan dilabeli tabung reaksi
tersebut
3. Tuang tiap 5ml campuran asam kedalam tiga tabung reaksi, dan di labeli tabung
reaksi
4. Masukan 1 tetes HCl ke dalam tabung reaksi 1, 1 tetes NaOH ke dalam tabung reaksi
2, dan masukkan 5 ml air suling ke dalam tabung reaksi 3, dan ukur pH tiap tabung
reaksi
5. Ulangi langkah 1-4 namun larutan CH3COOH dan CH3COONa diganti dengan
larutan NH4OH dan NH4Cl
6. Dokumentasikan dan catat hasil pengamatannya (pH mula-mula dan setelah
ditambahkan)!

14
ACARA VI
HIDROLISIS GARAM

1. TUJUAN
Menentukan apakah bahan yang diuji mengalami proeses hidrolisis atau tidak

2. DASAR TEORI
Hidrolisis adalah penguraian zat dalam reaksi kimia yang disebabkan oleh air.
Reaksi kimia dalam hidrolisis memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen
(H+) dan anion hidroksida (OH−). Hidrolisis bergantung pada kimiawi, kelarutan, derajat
keasaman dan oksidasi-reduksi dari setiap senyawa. Ketika dalam larutan air terurai
menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH−) yang selanjutnya akan
bereaksi dengan ion senyawa lain yang menyebabkan tertinggal atau berlebihnya kation
hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH−) sehingga larutan bersifat asam atau basa. Jika
ion-ion air tidak bereaksi dengan senyawa pada larutan tertentu, larutan tersebut tetap
bersifat netral (masih merupakan pH air). Proses ini biasanya digunakan untuk memecah
polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh bertahap.
Biasanya hidrolisis merupakan proses kimia yaitu penambahan satu molekul air ke
zat kimia. Kadang-kadang penambahan ini menyebabkan zat kimia dan molekul air
berpisah menjadi dua bagian. Pada reaksi semacam ini, satu pecahan dari molekul target
(atau molekul induk) mendapat sebuah ion hidrogen. Secara umum, terdapat 3 tipe
hidrolisis yaitu hidrolisis asam, hidrolisis garam dan hidrolisis basa.
Hidrolisis garam adalah reaksi antara air dan ion ion ysng berasal dari asam lemah
atau basa lemah suatu garam ( Brady.1994). Hidrolisis garammerupakan reaksi
kesetimbangan larutan yang homogen.Garam yang berasal dari reaksi asam kuat dan
basa lemah akan menghasilkan ion H+ dan bersifat asam, sedangkan garam yang berasal
dari asam lemah akan menghasilkan ion OH-dan bersifat basa. Garam yang berasal dari
asam lemah dan basa lemah akan terhidrolisis sempurna. Adapun garam yag berasal
asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan bersifat netral
Adapun empat jenis garam yaitu:
a. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl, K2SO4,
dan lain –lain) tidak mengalami hidrolisis untuk jenis garam yang demikian nilai pH =
7 ( bersifat netral)
b. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dan basa lemah (misalnya NH4Cl,
AgNO3 dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis
parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai PH-nya<7( bersifat asam )
c. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH3COOK,
NaCN dan lain-lain) hanya anionya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial).
Untuk jenis garam yang demikian pH>7 ( bersifat basa).
d. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dan basa lemah (misalnya
CH3COONH4, Al2S3 dan lain-lain). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH-nya
tergantung harga Ka dan Kb.

15
3. ALAT DAN BAHAN
Alat
1) batang pengaduk/sendok makan
2) Gelas kimia/ gelas plastik

Bahan
1) garam dapur
2) sabun
3) cuka
4) indikator alami kunyit
5) aquades/air
6) Tisu
7) Kertas label

4. PROSEDUR KERJA

Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Dimasukkan bahan ke masing masing gelas kimia yang sudah dinamai sesuai nama bahan
tersebut. Cuka sebanyak ±5 sendok makan, garam ±½ sendok makan, dan sabun sebanyak
±½ sendok makan.
3. Ditambahkan aquades/air sebanyak ±5 sendok makan ke masing masing gelas kimia.
4. Diaduk hingga larut
5. Dimasukkan indikator alami sebanyak 3 sendok makan
6. Ditunggu beberapa menit, dan Bandingkan dengan indikator alami serta ditulis hasil
pengamatannya

Jenis Larutan Perubahan warna pada Sifat larutan Hidrolisis Perkiraan


indikator alami kunyit pH
Larutan garam
dapur
Larutan sabun
Larutan cuka

16
ACARA VII
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

1. TUJUAN
Menentukan apakah suatu larutan merupakan elektrolit kuat, lemah atau nonelektrolit

2. DASAR TEORI
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen dengan perbandingan komposisi
yang sesuai dengan komponen penyusunnya. Berdasarkan daya hantar listrik larutan
dapat dibedakan menjadi larutan elktrolit dan non elektrolit. Larutan elektrolit
merupakan larutan dimana ion-ion terurai dan bergerak bebas serta dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dibagi menjadi elektrolit kuat dan elektrolit
lemah. Pada larutan elektrolit kuat ion-ionnya terionisasi sempurna dengan derajat
ionisasi yaitu 1. Sedangkan pada larutan elektrolit lemah ion-ion tidak terionisasi
sempurna dengan derajat ionisasi mendekati 1.
Larutan non elektrolit merupakan larutan dimana zat-zat yang terlarut tidak
terionisasi dan sehingga tidak dapat mengalirkan arus listrik dengan derajat ionisasinya
yaitu 0.

 Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Ketika
dialirkan arus listrik ke dalamnya, larutan ini akan memberikan gejala berupa
menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Larutan
elektrolit bisa menghantarkan listrik karena terdapat ion-ion bebas yang berasal dari zat
terlarut yang terdisosiasi menjadi ion-ionnya. Gejala pertama dalam menentukan larutan
elektrolit yakni berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelembung gas
dalam larutan.

 Larutan Nonelektrolit
Selanjutnya, larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan
arus listrik, yang ditunjukan hasil percobaan (a), di mana lampu alat uji mati dan tidak
dihasilkan gelembung gas dalam larutan. Larutan nonelektrolit ini tidak dapat
menghantarkan listrik, sebab tidak terdapat ion-ion bebas dalam larutan, karena zat
terlarutnya tidak terdisosiasi.

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1.kabel penghubung
2.Elektroda karbon/paku
3.Lampu LED
4.Batrai
5.Gelas Kimia

17
6.Batang Pengaduk

b. Bahan
1.Glukosa
2.NaCl
3.Alcohol
4.Cuka
5.HCl
6.NaOH
7.Air
8.Tisu
9.kertas label

4. PROSEDUR KERJA
Cara Kerja
1. Siapkan kabel penghubung, baterai, elektroda karbon / paku, dan lampu kemudian
dirangkai seperti pada gambar.

2. Siapkan masing-masing larutan yang akan diuji.


3. Campurkan masing-masing bahan seperti glukosa dan NaCl dengan air secukupnya
lalu dilabeli.
4. Celupkan kedua elektroda / paku kedalam larutan dengan keadaaan dimana elektroda /
paku tidak boleh saling bersentuhan.
5. Mengamati perubahan yang terjadi seperti adanya gelembung gas / tidak dan lampu
menyala / tidak.
6. Setelah pengujian selesai dilakukan maka elektroda / paku dibersihkan terlebih dahulu
dengan air lalu dilap menggunakan tisu.
7. Ulangi langkah 4 - 6 secara berurut hingga semua larutan diuji.
8. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

Hasil Pengamatan:

18
19
ACARA VIII
UJI KARBOHIDRAT, PROTEIN, DAN LEMAK PADA MAKANAN

1. TUJUAN
- Mahasiswa dapat memahami teknik pengujian karbohidrat, protein dan lemak pada
makanan
- Mahasiswa dapat mengidentifikasi kandungan karbohidrat, protein dan lemak pada
suatu makanan

2. DASAR TEORI
Karbohidrat adalah senyawa organik yang tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen
(H) dan oksigen (O) yang dilambangkan dengan Cn(H2O)n. karbohidrat berfungsi
sebagai sumber energi utama bagi makhluk hidup. Karbohidrat dapat diperoleh dari nasi,
jagung dan roti. Karbohidrat dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
 Monosakarida: jenis karbohidrat yang paling sederhana dan tidak dapat dibagi
menjadi senkarbohidrat yang lebih sederhana. Contohnya glukosa, fruktosa,
dan galaktosa.
 Disakarida: jenis karbohidrat yang terdiri atas dua molekul monosakarida.
Contohnya maltosa (terdiri atas dua molekul glukosa), sukrosa terdiri atas
glukosa dan fruktosa), dan laktosa (terdiri atas glukosa dan laktosa).
 Polisakarida: jenis karbohidrat yang terdiri atas banyak molekul
monosakarida. Contohnya amilum dan selulosa.

Karbohidrat merupakan komponen bahan makanan yang penting dan merupakan


sumber energi yang utama. Karbohidrat berfungsi untuk mencegah timbulnya ketosis,
mencegah pemecahan protein tubuh yang berlebihan, mencegah kehilangan mineral, dan
untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Salah satu cara mendeteksi kandungan
karbohidrat pada bahan makanan adalah dengan menggunakan larutan yodium. Selain
itu, untuk mengetahui kandungan karbohidrat bisa menggunakan uji benedict yang
dilakukan melalui reaksi gula pereduksi.

Lemak adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut
dalam pelarut organik non polar seperti eter dan kloroform. Lemak berfumgsi sebagai
cadangan makanan dalam tubuh dan pelarut vitamin A, D, E,dan K. lemak terbagi atas 2
jenis yaitu:
 Lemak nabati: jenis lemak yang terdapat dalam tumbuh- tumbuhan.
Contohnya durian dan alpukat.
 Lemak hewani: jenis lemak yang terdapat dalam hewan. Contohnya susu, ikan
dan daging.
Lipid atau lemak merupakan sekelompok organik yang terdapat dalam tumbuhan,
hewan, atau manusia yang memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel.
Lemak memiliki sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar

20
seperti eter, kloroform, aseton, dan benzena. Lemak memiliki fungsi penting bagi tubuh
yakni menjadi sumber tenaga kedua dalam tubuh, sebagai bantalan penahan panas di
bawah kulit, komponen struktural dalam tubuh, dan pembawa bagi absorpsi vitamin larut
lemak. Menguji kandungan lemak dapat dilakukan untuk mengetahui sifat, kelarutan,
dan jenis lipid dalam suatu bahan. Menguji lemak dalam suatu bahan makanan dapat
dilakukan dengan mengoleskan larutan pada kertas. Jika kertas menjadi transparan atau
buram, maka bahan yang diuji mengandung lemak. Pengujian lemak juga dapat
dilakukan dengan menggunakan etanol dan air, dengan cara memasukkan etanol ke
dalam air, apabila dalam larutan tersebut menjadi emulsi putih keruh berarti bahan
makanan tersebut mengandung lemak.
Protein adalah senyawa organik yang sekurangnya terdiri atas satu gugus asam
amino dan satu gugus karboksil. Unsur utama pembangun protein adalah karbon (C),
hudrogen (H), Oksigen (O), dan nitrogen (N). Protein memiliki banyak fungsi bagi
tubuh, beberapa diantaranya adalah sebagai katalis (enzim) dalam proses metabolisme
dan sebagai pembangun struktur sel. Protein dapat ditemukan dari susu dan telur.
Struktur protein dapat dibagi menjadi empat tingkatan yaitu struktur primer, sekunder,
tersier dan kuarter. Protein merupakan salah satu bahan makronutrien yang lebih
berperan dalam pembentukan biomolekul dari apda sebagai sumber energi. Meskipun
begitu, bila organisme sedang kekurangan energi maka protein juga dapat digunakan
sebagai sumber energi setelah karbohidrat dan lemak.

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan petri, spatula, baskom, gelas
plastic, spatula, bunsen/hotplate, dan gelas kimia 250 mL

b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan etanol 90%, larutan
yodium/ reagen lugol, tembaga sulfat (CuSO4), NaOH, air kapur, nasi putih, roti tawar,
kertas label, tissue, kertas saring, magarin, pisang, telur, susu, kecap, minyak.

4. PROSEDUR KERJA
a. Eksperimen 1 (pengujian karbohidrat)
1. Siapkan alat dan bahan praktikum
2. Taruh bahan seperti Nasi dan Roti Tawar pada cawan petri.
3. Tambahkan masing-masing 5 tetes etanol pada setiap bahan yang di uji, kemudian di
aduk menggunakan batang pengaduk/spatula.
4. Amati perubahan warna yang terjadi (apabila bahan makanan yang diberi tetesan
iodin atapun reagen lugol warnanya berubah menjadi warna kebiruan/keunguan,
maka bahan makanan dapat dikategorikan sebagai makkanan yang mengandung
karbohitrat).
5. Kemudian tulislah hasilnya pada tabel hasil pengamatan.

21
b. Eksperimen 2 (Pengujian protein)

1. Larutkan dua sendok makan tembaga sulfat ke dalam satu cangkir air.
2. Letakkan bahan makanan yang akan diuji di atas cewan petri
3. Siapkan pipet sebanyak dua buah, satu untuk menghisap air kapur dan yang
lainnya untuk menghisap larutan tembaga sulfat. Harus diingat bahwa kedua pipet
tersebut jangan saling tertukar, artinya jika sejak pertama dipakai untuk
menghisap air kapur seterusnya dipakai untuk menghisap air kapur demikian pula
jika pertama dipakai untuk menghisap larutan tembaga sulfat maka seterusnya
untuk larutan tembaga sulfat.
4. Berikan dua tetes larutan kapur untuk setiap bahan makanan yang diuji. Pada
daerah bekas tetesan air kapur, berikan pula 2 tetes tembaga sulfat. Amati dan
catat perubahan warna yang terjadi. Jika berwarna ungu, maka mengandung
protein.

c. Eksperimen 3 (Pengujian lemak)


1. Siapkan alat dan bahan praktikum
2. Ambil sedikit bahan makanan, kemudian oles bahan pada kertas buram. Diamkan
beberapa menit
3. Amati dan tulislah hasil pada tabel pengamatan. Jika bahan makanan yang
mengandung lemak akan membuat kertas buram menjadi transparan.

22

Anda mungkin juga menyukai