Anda di halaman 1dari 45

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

DISUSUN OLEH :
ROSLIANA LUBIS, SSi, MSi

LABORATORIUM KIMIA
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya, sehingga Buku Penuntun Kimia Dasar ini telah selesai

disusun. Buku Penuntun Kimia Dasar ini disusun sebagai panduan bagi

Mahasiswa Biologi, Pertanian, dan Tekhnik Universitas Medan Area untuk

melakukan Praktikum Kimia Dasar, terdiri dari 9 (Sembilan) judul praktikum dan

disertai dengan pengenalan alat-alat dasar laboratorium yang umum digunakan.

Penyusunan Buku Penuntun Praktikum Kimia Dasar ini dilakukan dengan

memperhatikan GBPP/SAP mata kuliah Kimia Dasar, Fasilitas sarana, bahan, dan

alat di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area serta pengembangan ilmu

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa, khususnya dalam

pembelajaran Kimia Dasar.

Atas kerjasama yang baik dari berbagai pihak, saya mengucapkan ribuan

terimakasih. Semoga Buku Penuntun Praktium Kimia Dasar ini bermanfaat bagi

peningkatan ilmu dasar khususnya Kimia Dasar.

Medan, Oktober 2015


Penyusun

Rosliana Lubis, SSi, MSi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TATA TERTIB DILABORATORIUM
PERALATAN DASAR LABORATORIUM
FUNGSI ALAT-ALAT LABORATORIUM

PERCOBAAN 1 : Reaksi-Reaksi Kimia

PERCOBAAN 2 : Titrasi Asam-Basa

PERCOBAAN 3 : Stoikiometri; Menghitung % Rendemen:

Pembuatan Tawas (AlK(SO4). 12.H2O

PERCOBAAN 4 : Penentuan Kadar CaCO3 dalam Batu Kapur

PERCOBAAN 5 : Penentuan Kadar Cu (tembaga) dalam logam Tembaga

PERCOBAAN 6 : Penentuan Bilangan Penyabunan

PERCOBAAN 7 : Penentuan Kadar Asam Lemak (FFA)

PERCOBAAN 8 : Pembuatan Sabun

PERCOBAAN 9 : Skala pH dan Penggunaan Indikator


TATA TERTIB DI LABORATORIUM

1. Mahasiswa harus datang di Laboratorium 10 menit sebelum praktikum

dimulai.

2. Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa diwajibkan mempelajari materi

yang akan dipraktikumkan.

3. Mahasiswa harus mengikuti semua kegiatan praktikum yang diselenggarakan

di laboratorium.

4. Pada waktu praktikum mahasiswa diharuskan memakai baju praktikum/ Jas

Lab

5. Jika akan meninggalkan Laboratorium sebelum waktunya selesai, mahasiswa

diwajibkan minta ijin terlebih dahulu kepada asisten yang bertugas

6. Mahasiswa bertanggung jawab atas alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan

di dalam praktikum.

7. Waktu praktikum mahasiswa harus bekerja dengan tenang dan penuh

tanggung jawab, dilarang bersendau gurau, ribut, main, merokok dan makan

ataupun minum di Laboratorium.

8. Mahasiswa dilarang melakukan percobaan atau mencoba-coba dengan bahan-

bahan kimia di Laboratorium tanpa seijin asisten yang bertugas.

9. Bila ada kesulitan atau kecelakaan harus segera lapor pada asisten yang

bertugas.

10. Bila mahasiswa memecahkan ataupun merusakkan barang-barang/ alat-alat

Laboratorium diharuskan mengganti dengan barang yang sama.

11. Selesai melakukan praktikum setiap mahasiswa diharuskan membuat laporan

sementara.
12. Seminggu setelah laporan sementara, mahasiswa harus menyerahkan laporan

resmi dari percobaan yang telah dilakukan. Keterlambatan pengumpulan

laporan dikenai sangsi pengurangan nilai 2,5% perhari.

13. Penanggung jawab Laboratorium/ Asisten berwenang untuk mengambil

tindakan, jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan tata tertib di atas.

14. Pelanggaran terhadap tata tertib ini dikenakan sanksi sebagai berikiut :

a. Peringatan atas pelanggaran yang dilakukan.

b. Tidak diijinkan mengikuti praktikum.


PERALATAN DASAR LABORATORIUM
FUNGSI ALAT-ALAT LABORATORIUM

Beberapa peralatan dasar laboratorium yang sering digunakan

dilaboratorium dasar adalah sebagai berikut :

1. Tabung reaksi : terbuat dari gelas, dapat dipanaskan untuk mereaksikan zat-

zat kimia dalam jumlah relatif kecil

2. Rak untuk Tempat Tabung reaksi

rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan

tabung reaksi.

3. Gelas kimia (gelas beaker, gelas piala)

Bukan alat pengukur volum, digunakan sebagai tempat larutan dan juga

dapat untuk memanaskan zat-zat kimia, untuk menguapkan pelarut

4. Erlenmeyer

Bukan alat pengukur volum (walaupun mempunyai skala). Dipakai

untuk tempat zat-zat yang dititrasi


5. Gelas ukur

Dipakai untuk mengukur volum cairan yang tidak memerlukan ketelitian

tinggi dan tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut yang panas.

6. Pipet volum

Berfungsi untuk memindahkan sejumlah volum tertentu larutan sesuai

ukurannya dengan tepat. Ukuran : 5 mL, 10 mL,25 mL. Alat ini cukup teliti

dengan kesalahan + 0,02%.

Cara penggunaan :

Larutan disedot/ditarik ke dalam pipet sampai melewati sedikit di atas garis batas,

kmdn diturunkan tepat sampai garis batas, dan selanjutnya larutan

dialirkan/dipindahkan.

Catatan:

Jika larutan yang akan dipindahkan berbahaya atau beracun harus menggunakan

“ball-pipet” untuk menyedotnya, jangan menggunakan mulut


7. Labu Takar (labu ukur)

Ada beberapa ukuran volum ( 50 mL, 100 mL, 200 mL, 250 mL, 500

mL, 1000 mL). Terbuat dari gelas. Digunakan untuk membuat larutan tertentu

dengan volum yang setepat-tepatnya. Kadang juga dipakai untuk pengenceran

sampai volum tertentu. Jangan dipakai untuk mengukur larutan/pelarut yang

panas.

8. Biuret

Berfungsi untuk memindahkan larutan dalam berbagai ukuran volum.


9. Corong

Biasanya dari gelas, tapi ada juga dari plastik. Digunakan untuk

menolong pada waktu memasukkan cairan ke dalam wadah dengn mulut

sempit, misalnya : botol, labu ukur, biuret, dan lain sebagainya

10. Neraca : untuk menentukan massa suatu zat

11. Hot plate


12. Gelas Arloji

Terbuat dari gelas, digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.

13. Cawan Porselin

Digunakan sebagai wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan

pemanasan

14. Termometer : merupakan alat untuk mengukur temperatur


PERCOBAAN 1
REAKSI-REAKSI KIMIA

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Untuk memahami berbagai reaksi kimia berdasarkan perubahan yang terjadi.

2. Untuk mengetahui karakteristik tiap tipe reaksi kimia.

3. Untuk menentukan stoikiometri reaksi kimia berdasarkan sifat fisik yang

teramati pada reaksi kimia.

II. TEORI

Reaksi Kimia adalah dimana satu atau atau lebih zat berubah menjadi zat-

zat baru yang sifat-sifatnya berbeda dibandingkan dengan zat-zat penyusunnya

sebelumnya. Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar,

yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, terdapat perbedaan

yang mendasar antara kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi

perubahan bilangan oksidasi (biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada

perubahan biloks. Kedua kelompok reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke

dalam 4 tipe reaksi: Sintesis, Dekomposisi, Penggantian Tunggal, dan

Penggantian Ganda.

1. Reaksi sintesis

Reaksi sintesis merupakan reaksi dimana dua atau lebih zat membentuk

zat tunggal dalam suatu reaksi kimia. Reaksi sintesis dapat terdiri :

a. Unsur + unsur Senyawa

Fe + S FeS

H2 + O2 H2O

b. Senyawa + Senyawa Senyawa

SO2 + H2O H2SO3


2. Reaksi Dekomposisi

Reaksi dekomposisi merupakan reaksi yang menghasilkan dua atau lebih

zat yang terbentuk dari suatu zat tunggal, Misalnya : Suatu senyawa terurai

menjadi dua atau lebih zat yang lebih sederhana.

2 H2O 2H2 + O2

3. Reaksi Penukargantian tunggal (Single Replacement)

Merupakan reaksi dimana unsur menggantikan unsur lainnya

Misal : 2 Na+ 2 H2O 2 NaOH + H2

4. Reaksi Penukargantian ganda (Double Replacement)

Merupakan reaksi dimanan ion-ion positif dari dua senyawa saling

dipertukarkan

Misal : Mg(OH)2 + H2SO4 2 H2O + MgSO4

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : Beaker glass, Gelas ukur, batang

pengaduk, Neraca analitis, tabung reaksi, dan rak tabung reaksi

Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : barium klorida (BaCl 2), natrium

sulfat (Na2SO4), timbal nitrat (Pb(NO3)2 ), kalium iodida (KI), tembaga (II) sulfat

pentahidrat (CuSO4.5H2O),
IV. PROSEDUR

a. Bagian I

1. Larutan barium klorida (BaCl2) sebanyak 3 mL dituangkan ke dalam tabung

reaksi,

2. lalu ditambahkan larutan natrium sulfat (Na2SO4) sebanyak 3 mL, kemudian

diamati.

3. Selanjutnya, 5 mL larutan timbal nitrat 0,1 M (Pb(NO 3)2 ) dituangkan ke

dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan larutan kalium iodida 0,1 M (KI)

sebanyak 5 mL, kemudian diamati.

4. Kedua reaksi di atas dibandingkan dan diklasifikasikan tipe reaksinya, lalu

persamaan reaksi yang terjadi dituliskan pada lembar pengamatan.

b. Bagian II

1. Padatan tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) sebanyak 1 sendok

spatula dimasukkan bersamaan dengan 1 sendok padatan KI ke dalam tabung

Erlenmeyer. Labu digoyangkan, lalu diamati.

2. Berikutnya, beberapa butir CuSO4.5H2O dilarutkan di dalam sekitar 5 mL air

dalam tabung reaksi.

3. Di tempat terpisah, beberapa butir KI juga dilarutkan dalam 5 mL air dalam

tabung reaksi yang lain.

4. Setelah itu, larutan CuSO4.5H2O dituangkan ke dalam tabung reaksi berisi

larutan KI, lalu diamati.

5. Kedua prosedur di atas dibandingkan, dibuat kesimpulannya, lalu

diklasifikasikan tipe reaksinya.


V. DATA PENGAMATAN

a. Reaksi Kimia, Bagian I

No. Prosedur Pengamatan

1
(BaCl2)aq + (Na2SO4)aq

2 (Pb(NO3)2 ) aq + (KI)aq

b. Reaksi Kimia, Bagian II

No. Prosedur Pengamatan

1
(CuSO4.5H2O)s + KI
2
(CuSO4.5H2O)aq + (KI)aq

3 Kesimpulan kedua prosedur

PERCOBAAN 2
TITRASI ASAM-BASA
I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep asam basa

2. Mahasiswa diharapkan dapat memahami prinsip titrasi asam basa

3. Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi asam/basa dari hasil reaksi titrasi

asam basa

II. TEORI

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan

konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan

sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang melibatkan

dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetrik.

Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang

seksama volume-volume suatu asam dan basa yang tepat saling menetralkan.

Titrasi asam-basa dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

a. Asidimetri

Titrasi dengan menggunakan larutan standart asam yang digunakan untuk

menentukan basa. Larutan standart asam yang biasa digunakan adalah HCl,

asam cuka, asam oksalat dan asam borat.

b. Alkalimetri

Titrasi ini merupakan kebalikan dari asidimetri dimana larutan standart yang

digunakan untuk menentukan asam. Disini dipakai larutan standart NaOH.

Titrasi asam-basa dipergunakan secara luas untuk analisa kimia. Dalam

praktikum di laboratorium adalah biasa untuk membuat dan menstandarisasi suatu


larutan asam dan suatu larutan basa. Larutan asam lebih mudah diawetkan dari

suatu asam biasanya dipilih sebagai standard pembanding tetap yang lebih baik

dari basa. Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standard faktor-faktor

berikut harus diperhatikan :

1. asam harus kuat, yaitu terdisosiasi tinggi

2. asam tidak boleh menguap

3. larutan asamnya harus stabil

4. garam dari asamnya harus larut

5. asamnya harus tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat

untuk merusak senyawa organik yang digunakan sebagai indikator.

Asam-asam klorida dan sulfat merupakan yang paling luas digunakan

sebagai larutan standard, meskipun tidak satupun mencukupi semua persyaratan

diatas. Asam nitrat jarang digunakan, sebab merupakan pereaksi oksidasi kuat dan

larutannya akan terurai bila dipanaskan atau dikenai cahaya. Natrium hidroksida

merupakan basa yang paling umum digunakan dibandingkan dengan kalium

hidroksida karena kalium hidroksida adalah lebih mahal. Natrium hidroksida

selalu terkontaminasi oleh sejumlah kecil zat pengotor, yang paling berat

diantaranya adalah natrium karbonat. Bila CO2 diserap oleh larutan NaOH maka

terjadilah reaksi berikut :

CO2 + NaOH Na2CO3 + H2O

Ion karbonat merupakan suatu basa, akan bereaksi dengan ion hidrogen dalam

dua tahap :

CO3-2 + H3O+ HCO3- + H2O


HCO3- + H3O+ H2 CO3 + H2O

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : Labu erlenmeyer, Gelas ukur,

Biuret, Botol aquadest, pipet volume, dan Neraca analitis,

Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : asam asetat (CH 3COOH),

natrium hidroksida (NaOH), dan indikator phenolptalein (PP)

IV. PROSEDUR

a. Ambil beberapa ml larutan asam asetat 0,1 N (minta ukuran volume larutan

b. pada asisten) dengan menggunakan pipet, masukkan dalam erlenmeyer.

c. Tambahkan 2-3 tetes indikator pp

d. Titrasi larutan ini dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari

e. tidak berwarna menjadi merah lembayung

f. Amati sehingga terjadi suatu perubahan warna dan hentikan penitrasian.

g. Ulangi percobaan sekali lagi dan catat volume penitrasi, kemudian rata-rata

hasilnya.

h. Hitung kadar asam asetat (gram/100 ml)

V. DATA PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
No Pengamatan
I II
1 Awal titrasi

2 Akhir titrasi

3 Volume asam asetat (CH3COOH)

........ + ..........
V= ml
2

100 N NaOH X V NaOH X BM asam asetat


Kadar asam asetat = +
V asam asetat 1000

Keterangan :

V : Volume rata-rata penitir

PERCOBAAN 3
STOIKIOMETRI
MENGHITUNG % RENDEMEN ; PEMBUATAN TAWAS
[AlK(S04).12H2O]
A. TUJUAN

a. Memahami beberapa aspek tentang unsur aluminium.

b. Mengetahui cara pembuatan tawas.

B. TEORI DASAR

Aluminium (Al) merupakan unsur golongan IIIA berada dialam sebagai

aluminosilikat dikerak bumi dan lebih melimpah daripada besi. Walaupun Al

adalah logam mulia yang mahal diabad ke-19, harganya jatuh bebas setelah dapat

diproduksi dengan jumlah besar elektrolisis alumina, Al2O3 yang telah dilelehkan

dalam krolit (Na3AlF6). namun karena produksinya memerlukan sejumlah besar

energi listrik, metalurgi aluminium hanya di negara dengan harga energi listrik

yang rendah. Sifat aluminium dikenal dengan baik dan aluminium banyak

digunakan dalam keseharian, misalnya untuk koin dan kusein. Logam aluminium

digunakan dengan kemurnian lebih dari 99% dan logam atau paduannya (misal :

duralium) banyak digunakan.

Aluminium dibuat dalam skala besar dari bauksit Al 2O3.nH2O (n=1-3). Ia

dimurnikan dengan pelarutan dalam NaOH cair dan diendapkan ulang sebagai

Al(OH)3 dengan mengunakan CO2. Hasil dehidrasi dilarutkan dalam lelehan

kriolit dan lelehannya pada suhu 800-1000oC di elektrolisis mesti sangat

elektropositif, ia bagaimanapun juga tahan terhadap korosi karena lapisan

oksidanya yang kuat dan liat yang terbentuk pada permukaannya. Aluminium

larut dalam asam encer, tetapi tidak larut oleh HNO3 Pekat. Logamnya dapt

bereaksi dengan NaOH panas, Halogen dan berbagai non logam.


Senyawa tawas merupakan senyawa Al yang memiliki rumus molekul

AlK(SO4)2 .12 H2O. Senyawa ini dapat dijumpai dengan mudah di pasaran,

bermanfaat dalam proses penjernihan air dan industri pencelupan atau pewarnaan.

Aluminium sulfat dapat juga dipakai sebagai bahan pemadam kebakaran dan

akan menghasilkan busa jika dicampur dengan soda (NaHCO3). Dalam proses

penjernihan air, biasanya tawas dicampur dengan air kapur Ca(OH) 2 dan

persamaan reaksi yang terjadi adalah :

Al3+ (aq) + SO4 -2 (aq) + Ca2+ (aq) + 3OH - (aq) → Al(OH)3 (s) + CaSO4 (s)

Produk reaksi berupa glatin yang mampu menyerap kotoran dan bakteri

untuk dibawa mengendap kedasar tempat air sehingga diperoleh air yang jernih.

Kekeruhan air dapat dihilangkan dengan penambahan zat kimia yang

disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti tawas (AlK(SO 4)2), fero sulfat

(Fe(SO4)2, polialuminium klorida (PAC) dan poli elektrolit organic dapat

digunaka sebagai koagulan.

Senyawa Al2(SO4)3 atau tawas digunakan untuk menjernihkan air.

Aluminium sulfat ini dengan kapur membentuk endapan glatin Al(OH) 3. Senyawa

ini dibuat dengan mereaksikan bauksit dengan asam sulfat dengan reaksi sebagai

berikut :

Al 2O3 (s) + 3H2SO 4 (g) → Al2(SO4)3 (aq) + H2O (l)

Dan bila mengkristal menjadi Al2(SO4)3.18 H2O (Syukri, 1999: 631).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain : Beaker glass, Gelas ukur, batang

pengaduk, hot plate/ Bunsen, Neraca analitis, dan Oven

Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : dikalium sulfat (K2SO4)s¸

Al2(SO4)3 . 18 H2O, dan aquadest

IV. PROSEDUR

1. Dilarutkan 8,7 g dikalium sulfat (K2SO4)s dengan 50 ml aquadest hingga

homogen (larutan dikalium sulfat (K2SO4)s)

2. Dilarutkan 3,3 g aluminium sulfat Al2(SO4)3 . 18 H2O dengan 25 ml aquadest

(suhu aquadest 80oC) hingga homogeny ( larutan aluminium sulfat Al2(SO4)3 .

18 H2O)

3. Larutan dikalium sulfat (K2SO4)s ditambahkan kedalam larutan aluminium

sulfat Al2(SO4)3 dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya larutan tersebut

disaring

4. Endapan yang diperoleh dari penyaringan dibilas dengan aquadest, dan

dikeringkan.

5. Kristal yang diperoleh ditimbang dengan teliti.

V. HASIL PENGAMATAN

No. Perlakuan Pengamatan


1. Pelarutan aluminium sulfat Al2(SO4)3.18 H2O
2. Pelarutan dikalium sulfat (K2SO4)s
3. Pencampuran kedua larutan (panas)
4. Pencampuran kedua larutan (dingin)
5. Hasil akhir

F. ANALISIS DATA

1. Persamaan Reaksi

(K2SO4)s + Al2(SO4)3.18 H2O ? + ?

2. Perhitungan % Rendemen

Bobot KAl(SO4)2 = ……………………

Mol K2SO4 = gr/Mr

= ………………………..?

Mol Al2(SO4)3.18 H2O = gr/Mr

= ………………………...?

Mol AlK(SO4). 18H2O = gr/Mr

= ………………………..?

Teori

K2SO4 + Al2(SO4)3.18 H2O ……...? + ……?

M ……. ……………..

B ……. ……………..

S ……. ……………. …….. ………

% Rendemen = Bobot Praktek

Bobot teori

PERCOBAAN 4
PENENTUAN KADAR CaCO3 DALAM BATU KAPUR
I. TUJUAN

a. Mahasiswa dapat menganalisa bahan-bahan kimia yang terdapat dalam

industri bahan bangunan

b. Mahasiswa dapat menentukan kadar CaCO3 dalam batu kapur.

II. TEORI DASAR

Kalsium karbonat (CaCO3) umumnya bewarna putih dan sering dijumpai

pada batu kapur, kalsit, marmer, dan batu gamping. Selain itu kalsium karbonat

juga banyak dijumpai pada skalaktit dan stalagmit yang terdapat di sekitar

pegunungan. Karbonat yang terdapat pada skalaktit dan stalagmit berasal dari

tetesan air tanah selama ribuan bahkan juataan tahun. Seperti namanya, kalsium

karbonat ini terdiri dari 2 unsur kalsium dan 1 unsur karbon dan 3 unsur oksigen.

Setiap unsur karbon terikat kuat dengan 3 oksigen, dan ikatan ini ikatannya lebih

longgar dari ikatan antara karbon dengan kalsium pada satu senyawa. Kalsium

karbonat bila dipanaskan akan pecah dan menjadi serbuk remah yang lunak yang

dinamakan calsium oksida (CaO). Hal ini terjadi karena pada reaksi tersebut

setiap molekul dari kalsium akan bergabung dengan 1 atom oksigen dan molekul

lainnya akan berikatan dengan oksigen menghasilkan CO2 yang akan terlepas ke

udara sebagai gas karbon dioksida. dengan reaksi sebagai berikut:

CaCO3 CaO + CO2

Reaksi ini akan berlanjut apabila ditambahkan air, reaksinya akan berjalan

dengan sangat kuat dan cepat apabila dalam bentuk serbuk, serbuk kalsium

karbonat akan melepaskan kalor. Molekul dari CaCO3 akan segera mengikat

molekul air (H2O) yang akan menbentuk kalsium hidroksida, zat yang lunak

seperti pasta. Sebagaimana ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut:


CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2

Pembuatan kalsium karbonat dapat dilakukan dengan cara mengeringkan

Ca(OH)2 hingga molekul H2O dilepaskan ke udara sedangkan molekul CO 2

diserap dari udara sekitar sehingga Ca(OH)2 dapat berubah kembali menjadi

CaCO3. Reaksinya dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O

secara kimia, sama saja dengan bahan mentahnya, namun kalsium

karbonat yang terbentuk kembali tampak berbeda dari CaCO3 yang semula

sebelum bereaksi, karena kalsium karbonat yang terbentuk kembali tidak

terbentuk dalam tekanan yang tinggi di dalam bumi.

Dalam industri manfaat dari kalsium karbonat adalah sebagai pembuat

pasta gigi dan obat anti asam lambung.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : gelas Erlenmeyer, Pipet volum,

biuret, statif, gelas arloji, dan Neraca analitis.

Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : batu kapur, larutan asam

klorida (HCl), larutan natrium hidroksida (NaOH), dan indikator phenolptalein

(PP).

IV. PROSEDUR

1. ditimbang batu kapur sebanyak ± 1 g dalam gelas arloji


2. dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambah dengan 25 ml aquadest dan

50 ml HCl 0,5 N

3. Larutan dipanaskan, kemudian didinginkan

4. dititrasi dengan larutan NaOH 0,1N dengan indikator phenolptalein (PP)

sampai tercapai titik kesetimbangan

V. DATA PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
Pengamatan
No. I II
1. Awal titrasi
2. Akhir titrasi
3. Volume asam klorida (HCl)

(50 x 0,5 ) − (V NaOH x N NaOH ) x 100


Kadar CaCO 3 = x 100 %
2 x 100 x bobot contoh

PERCOBAAN 5
PENENTUAN KADAR Cu (TEMBAGA) DALAM LOGAM
TEMBAGA
I. TUJUAN

a. Mahasiswa dapat menganalisa bahan-bahan kimia yang terdapat dalam

industri bahan bangunan

b. Mahasiswa dapat menentukan kadar Cu dalam logam tembaga

II. TEORI DASAR

Tembaga dengan nama kimia Cupprum dilambangkan dengan Cu, unsur

logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-

unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan

mempunyai bobot atom (BA) 63,546.

Unsur tambahan di alam dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau

dalam senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut tembaga

dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO 3, Cu(OH)2, dan

sebagainya.

Tembaga merupakan suatu unsur yang sangat penting dan berguna untuk

metabolisme. Batas konsentrasi dari unsur ini yang mempengaruhi pada air

berkisar antara 1-5 mg/l merupakan konsentrasi tertinggi. Dalam industri,

tembaga banyak digunakan dalam industri cat, industri fungisida serta dapat

digunakan sebagai katalis, baterai elektroda, sebagai pencegah pertumbuhan

lumut, turunan senyawa-senyawa karbonat banyak digunakan sebagai pigmen dan

pewarna kuningan. Tembaga berperan khususnya dalam beberapa kegiatan seperti

enzim pernapasan sebagai tirosinase dan silokron oksidasi. Tembaga juga

diperlukan dalam proses pertumbuhan sel darah merah yang masih muda, bila

kekurangan sel darah merah yang dihasilkan akan berkurang

III. ALAT DAN BAHAN


Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : gelas Erlenmeyer, Pipet volum,

biuret, statif, gelas arloji, labu takar, dan Neraca analitis.

Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : logam tembaga (kabel), larutan

asam nitrat (HNO3), larutan amonium hidroksida (NH4OH), asam asetat

(CH3COOH), larutan KI, larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan indikator amilum

IV. PROSEDUR

1. ditimbang logam tembaga (misalnya kabel) sebanyak ± 1,5 g dalam gelas

arloji

2. dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambah dengan HNO3 6N sebanyak

25 ml

3. Larutan dipanaskan samapi semuanya larut

4. Tambahkan 20 ml aquadest dan panaskan lagi sampai uap kuning hilang.

Pindahkan dalam labu ukur 100 ml dan bilas dengan aquadest

5. Encerkan menjadi 100 ml dengan aquadest

6. Pipet 10 ml larutan dan masukkan kedalam Erlenmeyer

7. Tambahkan NH4OH 5N sedikit demi sedikit sampai larutan menjadi basa

(warna menjadi biru tua)

8. Tambahkan CH3COOH 2N sebanyak 15 ml dan 10 ml larutan KI 1N

9. Titrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 0,1 N memakai indikator

amilum

V. DATA PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
Pengamatan
No. I II

1 Awal titrasi

2 Akhir titrasi

3 Volume Na2S2O3 0,1 N

b x N Na x 100/10 x 63 , 5
2 S 2O
Kadar Cu = 3
x 100 %
1000 x bobot contoh ( g )

Keterangan :

b : volume Na2S2O3 0,1 N

PERCOBAAN 6
PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN

I. TUJUAN

a. Menentukan nilai bilangan penyabunan dari suatu sampel minyak/lemak


b. Memahami hubungan bilangan penyabunan terhadap kualitas minyak

II. TEORI DASAR

Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk

menyabunkan 1 g lemak. Untuk menetralkan 1 molekul gliserida diperlukan 3

molekul alkali.

CH2 – COOR1 CH2OH

CH2 – COOR1 + 3KOH CH2OH + 3 RCOOK

CH2 – COOR1 CH2OH

Pada trigliserida dengan asam lemak yang rantai C-nya pendek, akan didapat

bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada asam lemak dengan rantai C

panjang. Mentega yang kadar butiratnya tinggi mempunyai bilangan penyabunan

yang paling tinggi.

(ml x N KOH ) − (ml x N HCl ) X 56 ,1


BP =
bobot contoh

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : Beaker glass, Gelas ukur, gelas

Erlenmeyer, pengaduk, hot plate/ Bunsen, Neraca analitis, Biuret, dan botol

aquadest

Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : etanol 95%, Kalium hidroksida

(KOH), asam hidrogen klorida (HCl), indikator PP (phenolptalein), dan sampel

minyak/lemak

IV. PROSEDUR
1. ditimbang minyak atau lemak dengan teliti 1,5 – 5 g, kemudian dimasukkan

kedalam gelas Erlenmeyer

2. ditambah dengan 50 ml larutan KOH etanolik 0,5 N ( KOH yang dibuat dari

40 g KOH dalam 1l etanol 95%),

3. dipanaskan hingga mendidih (± 30 menit)

4. selanjutnya didinginkan, dan ditambah 2-3 tetes indikator phenolptalein (PP)

5. dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N sampai diperoleh titik kesetimbangan

6. dicatat volume HCl yang dibutuhkan.

V. DATA PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
Pengamatan
No. I II
1. Awal titrasi
2. Akhir titrasi
3. Volume asam klorida (HCl)

( B − S ) X N X 56 ,1
Bilangan Penyabunan =
W

Keterangan :

B : volume HCl ttitrasi dari blanko

S : volume HCl titrasi dari contoh

N : normalitas larutan HCl

W : bobot contoh (g)

PERCOBAAN 7
PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FFA)

I. TUJUAN

a. Menentukan nilai bilangan penyabunan dari suatu sampel minyak/lemak


b. Memahami hubungan bilangan penyabunan terhadap kualitas minyak

II. TEORI DASAR

Asam-asam lemak yang ditemukan dialam, biasanya merupakan asam-asam

monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah

atom karbon genap. Asam-asam lemak yang ditemukan dialam dapat dibagi

menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.

Asam-asam lemak tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan

rangkapnya, dan berbeda dengan asam lemak jenuh dalam bentuk molekul

keseluruhannya.

Asam-asam lemak mempunyai jumlah atom C genap dari C2 sampai C30 dan

dalam bentuk bebas atau ester dengan gliserol. Asam lemak jenuh yang paling

banyak ditemukan dalamn bahan pangan adalah asam palmitat, yaitu 15 - 50%

dari seluruh asam-asam lemak yang ada. Asam stearat terdapat dalam konsentrasi

tinggi pada lemak biji-bijian tanaman tropis dan dalam lemak cadangan beberapa

hewan darat yaitu 25% dari asam-asam lemak yang ada.

Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin

maupun air panas. Asam lemak dari C 4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam

lemak C12 dan C14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang

mempunyai berat molekul rendah dan tak jenuh lebih mudah larut dalam alkohol

daripada garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan

jenuh.

Asam-asam lemak dengan jumlah atom C genap mempunyai nama umum

sebagai berikut :

C4 = asam butirat (asam butanoat)


C6 = asam kaproat (asam heksanoat)

C8 = asam kaprilat (asam oktanoat)

C10 = asam kaprat (asam dekanoat)

C12 = asam laurat (asam dodekanoat)

C14 = asam miristat (asam tetradekanoat)

C16 = asam palmitat (asam heksadekanoat)

C18 = asam stearat

C24 = asam lignoserat

C18:1 = asam oleat (asam 9-oktadekanoat)

C18:2 = asam linoleat (asam 9,12-oktadekadienoat)

C18:3 = asam linolenat (asam 9,12,15-oktadekatrienoat)

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : Beaker glass, Gelas ukur, gelas

Erlenmeyer, pengaduk, hot plate/ Bunsen, Neraca analitis, Biuret, dan botol

aquadest
Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : etanol 95%, natrium hidroksida

(NaOH), indikator PP (phenolptalein), dan sampel minyak/lemak

IV. PROSEDUR

1. ditimbang sebanyak 28,2 g sampel minyak/lemak dan dimasukkan kedalam

gelas Erlenmeyer

2. ditambah 50 ml alkohol netral (harus dinetralisasi terlebih dahulu dengan

menggunakan indikator phenolptalein)

3. dititrasi dengan larutan 0,1N NaOH hingga warna merah jambu tercapai dan

tidak hilang selama 30 detik.

4. dicatat volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi tersebut.

V. DATA PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
Pengamatan
No. I II
1. Awal titrasi
2. Akhir titrasi
3. Volume natrium hidroksida (NaOH)

ml NaOH x N x bobot molekul asam lemak


% FFA = x 100
bobot contoh x 1000

Asam lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang

terdapat paling banyak dalam minyak tertentu, dengan demikian asam lemak

bebas sebagai berikut dipakai sebagai tolak ukur jenis minyak tertentu :

Sumber minyak Jenis asam lemak Bobot

terbanyak molekul

Susu Asam palmitat 256

Sawit Asam palmitat 256


Inti sawit Asam laurat 200

Kelapa Asam laurat 200

Jagung Linoleat 278

Kedele Linoleat 278

Bilangan asam merupakan mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan 1 g

contoh, maka untuk merubah % FFA menjadi bilangan asam, kalikan % FFA

dengan faktor = bobot molekul KOH

Bobot molekul asam lemak/10

PERCOBAAN 8
PEMBUATAN SABUN

I. TUJUAN

a. mengetahui prinsip saponifikasi

b. membuat berbagai macam sabun untuk bahan pencuci dan untuk kosmetik

c. menguji daya kerja sabun dalam air sadah

II. TEORI DASAR


Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-

asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C 16 dan C18, namun juga

mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah.

Dewasa ini sabun dibuat praktis sama dengan teknik yang digunakan pada

zaman lampau. Lelehan lemak sapi atau lemak lain dipanaskan dengan lindi

(natrium hidroksida) dan karenanya terhidrolisa menjadi gliserol dan garam

natrium dari asam lemak. Reaksi penyabuuunan adalah sebagai berikut :

CH2 – O – C – O – C16H33

O CH2OH O

CH2 – O – C – O - C16H33 + 3 NaOH CH2OH + C16H33 – C - ONa

O CH2OH sodium stearat

CH2 – O – C – O - C16H33 gliserol

Tristearin

Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak

sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua

sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat

non polar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun ,

yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang

menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes

sabun-minyak, maka minyak itu dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.

Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni

senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa

saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu ranti hidrokarbon atau lebih) dan
satu ujung hidrofilik (biasanya, namun tidak harus ionik). Porsi hidrokarbon dari

suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 tom karbon atau lebih agar efektif.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : Beaker glass, Gelas ukur, gelas

Erlenmeyer, pengaduk, hot plate/ Bunsen, tabung reaksi, rak tabung reaksi,

neraca analitis, dan botol aquadest

Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : etanol 95%, natrium hidroksida

(NaOH), Natrium klorida (NaCl), kalsium klorida (CaCl 2), magnesium sulfat

(MgSO4), timbal nitrat (Pb(NO3)2), dan sampel minyak/lemak

IV. PROSEDUR

1. kedalam gelas piala 500 ml masukkan 5 ml minyak kelapa, kemudian

tambahkan 15 ml NaOH 3 M dan 200 ml etanol

2. aduk campuran tersebut dan atur suhu sekitar 900C selama 20 menit, lalu

didinginkan.

3. setelah terjadi padatan, ambil sedikit padatan ini dengan bantuan batang

pengaduk dan masukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya tambahkan dengan

air panas, kocok dengan kuat. Jika busa yang dihasilkan baik, berarti tidak

terdapat asam lemak bebas.

4. kedalam gelas piala yang berisi sabun tersebut, tambahkan 25 ml larutan panas

NaCl jenuh, maka padatan akan terpisah dan gliserol, dinginkan dan angkat

padatan sabun yang diperoleh.


5. Ujilah daya kerja sabun dalam berbagai larutan. Sediakan 4 tabung reaksi dan

masukkan kedalamnya sekitar 3 ml larutan sabun dalam air.

Tabung 1 : tambahkan 1 ml, kalsium klorida 1 M

Tabung 2 : tambahkan 1 ml magnesium sulfat 1 M

Tabung 3 : tambahkan 1 ml timbal nitrat 1 M

Tabung 4 : tidak ditambahkan apapun.

E. DATA PENGAMATAN

a. Pengamatan terhadap daya kerja sabun

No Sabun dalam larutan Pengamatan

1 CaCl2

2 MgSO4

3 Pb(NO3)2

4 Air

c. Persamaan reaksi

Tuliskan Persamaan reaksi antara sabun dengan masing-masing senyawa

diatas:

PERCOBAAN 9
SKALA pH DAN PENGGUNAAN INDIKATOR

I. TUJUAN

a. membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai konsentrasi

b. mengukur pH larutan dengan berbagai indikator

c. memilih indikator yang sesuai dengan pH

II. TEORI DASAR


Konsep mengenai asam dan basa didasarkan pada beberapa sifatnya

ditunjukkan oleh kelompok senyawa dalam larutannya dalam air. Berdasarkan

sifat-sifat yang ditunjukkan tersebut, asam adalah senyawa yang mempunyai rasa

asam, dan memerahkan lakmus biru. Basa adalah senyawa yang mempunyai rasa

pahit, dan membirukan lakmus merah. Dalam larutan air, asam menghasilkan H +

dan basa OH-. Ion H+ dari asam ion OH- dari basa dapat bereaksi membentuk H2O

sehingga larutan yang terjadi bersifat netral.

Skala pH

Berdasarkan pengertian (H+ dan OH-), kita dapat mengetahui skala pH. pH

adalah logaritma negatif (H+) atau secara matematika ditulis pH = -log (H+).

Misalnya : bila [H+] = 10-3 mol/l, maka pH = 3. Bila yang diketahui [OH-] = 10-2

mol/l, maka [H+] = 10-11/10-2 mol/l = 1012 mol/l pH = 12

Indikator

Indikator asam-basa merupakan senyawa yang warnanya dalam larutan

asam maupun basa berbeda. Tidak semua indikator berubah warnanya pada pH

yang sama. Beberapa indikator berubah warnanya pada pH 7, yang lain pH 4,5,

atau 6, 8, dan seterusnya. Perubahan warna indikator bergantung pada (H+) dalam

larutan, maka indikator asam suatu larutan (tabel 1)

Tabel 1. Perubahan warna dengan interval pH dari berbagai indikator yang


penting
No Indikator Interval pH Perubahan Warna
1 Metil ungu 0,2 -3,0 Kuning-ungu
2 Timol biru 1,2 -2,8 Merah-kuning
3 Metil jingga 3,1-4,4 Merah-jingga-kuning
4 Brom fenol biru 3,0-4,6 Kuning-biru-ungu
5 Kongo merah 3,0-5,0 Biru-merah
6 Bromkresol hijau 3,8-5,4 Kuning-biru
7 Metil merah 4,4-6,2 Merah-kuning
8 Bromkresol merah hijau 5,2-6,2 Kuning-merah jambu
9 Lakmus 4,5-8,5 Merah-biru
10 Bromtimol biru 6,0-7,6 Kuning-biru
11 Fenol merah 6,8-8,2 Kuning-merah
12 Timol biru 8,0-9,6 Kuning-biru
13 Fenolftalen 9,3-10,0 Tak berwarna-merah
14 Timolfalen 9,3-10,5 Kuning- biru
15 Alizarin kuning 10,0-12,0 Kuning- merah
16 Indigokarmin 11,4-13,0 Biru-kunig
17 Trinitro benzene 12,0-14,0 Tak berwarna-jingga

III. ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain : Beaker glass, Gelas ukur, gelas

Erlenmeyer, pengaduk, hot plate/ Bunsen, Neraca analitis, Biuret, dan botol

aquadest

Bahan

Bahan- bahan yang digunakan antara lain : asam klorida (HCl), natrium

hidroksida (NaOH), indikator phenolptalein (PP), indikator jingga metil, indikator

biru brom timol (BTB), indikator merah metil, dan indikator kuning alizarin.

IV. PROSEDUR

A. Daerah asam, Skala pH 2 sampai pH 6

1. diisi tabung pertama dengan larutan standard HCl 0,01M, karena HCl

terionisasi sempurna maka pH larutan ini adalah 2

2. buatlah larutan lain dengan pH 3, pH 4, pH 5, dan pH 6, dengan setiap kali

melakukan pengenceran 10 kali dimulai dengan pH 2. Caranya sebagai

berikut:
3. untuk membuat larutan pH 3, ambil 1 ml larutan pH 2, encerkan dengan 9 ml

air suling.

4. pipet 1 ml larutan pH 3, encerkan dengan 9 ml air suling untuk mendapatkan

larutan pH 4, dengan cara yang sama, buatlah larutan dengan pH 5 dan 6

B. Daerah basa, Skala pH 6 sampai pH 12

1. diisi tabung pertama dengan larutan standard NaOH 0,01M yang akan

menghasilkan larutan yang pH-nya 12

2. encerkan 1 ml larutan (1) dengan 9 ml air suling yang telah didihkan untuk

membuat larutan pH 11, diaduk larutan tersebut.

3. Buatlah larutan dengan pH10, pH 9, pH 8 dengan cara yang sama seperti pada

bagian A

4. Beri label setiap larutan yaitu sesuai dengan pHnya, lalu letakkan pada rak

tabung reaksi (pH 2 s/d pH 12)

5. teteskan 1 tetes indikator pada setiap tabung reaksi sampai terjadi perubahan

warna. Amati dan catat perubahan warna indikator pada setiap pH dan

perhatikan pula didaerah mana dijumpai perubahan warna.

6. indikator yang digunakan berturut-turut adalah jingga metil, fenolftalein, biru

brom timol, kuning alizarin, dan merah metil.

C. Petunjuk pH berbagai zat.

Dengan menggunakan indikator yang disediakan, tentukan pH dari zat

berikut :

a. larutan cuka (encerkan 10 x)

b. sari buah anggur/jeruk

c. minuman berkarbonat (encerkan 50%)


d. shampoo

e. detergen cair (larutan 5%)

f. soda kue larutan (10%)

g. tablet aspirin (asam salisilat dilarutkan dalam 20 ml air)

1. pipet sekitar 2 ml dari setiap larutan/zat tersebut diatas dan masukkan masing-

masing kedalam 5 tabung reaksi

2. teteskan 2 tetes indikator yang telah disediakan kedalam masing-masing

tabung reaksi

3. bandingkan warnanya dengan larutan standard

4. tentukan pH dari setiap larutan berdasarkan warna larutan yang terjadi setelah

penambahan indikator.

V. DATA PENGAMATAN

pH Jenis Indikator
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Trayek pH indikator ………………….. = ………………………..

Trayek pH indikator ………………….. = ………………………..

Trayek pH indikator ………………….. = ………………………..

Trayek pH indikator ………………….. = ………………………..

No Nama Zat Jenis indikator pH Ket


1
2
3
4
5
6
7
8
9

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1995, Kimia Organik, Edisi ketiga, Jilid 2,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hadimoeljono, M., dan Soetikno, 1981, Petunjuk Praktek Kimia Analisa 2,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi, 1998, Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian, Edisi ketiga, Penerbit Liberty, Yogyakarta
Tim Kimia Umum, 2011, Penuntun Praktikum Kimia Umum I, Laboratorium
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam Universitas Negeri
Medan.
Tim Penyusun, 2010, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Universitas Sumatera
Utara, Pusat Laboratorium & Perkuliahan Kimia Dasar.
Winarno, F.G., 1992, Kimia Pangan dan Gizi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai