Anda di halaman 1dari 37

I.

PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa dapat menyebutkan dan mengetahui fungsi dari macam-macam alat
yang digunakan dalam percobaan kimia.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat dengan tepat dan benar.

DASAR TEORI
Pada percobaan kimia terdapat bermacam-macam alat tergantung jenis
percobaan yang digunakan. Alat-alat tersebut diklasifikasikan berdasarkan fungsinya
(alat ukur dan bukan alat ukur) serta berdasarkan jenis bahan pembuatannya (alat
gelas, logam ataupun plastik).
Dari beberapa jenis alat yang ada, praktikan dapat mengelompokkannya
berdasarkan fungsinya yaitu :
- Alat untuk mereaksikan
- Alat untuk melarutkan
- Alat untuk mengukur volume
- Alat untuk mengukur berat
- Alat untuk mengukur suhu
- Alat untuk mengukur tekanan
- Alat untuk mengukur pH, mV, daya hantar
- Alat untuk mengukur intensitas cahaya
- Alat untuk memanaskan
- Alat untuk mengukur kecepatan gas, dll.

A. ALAT-ALAT GELAS (GLASSWARE)


1. Tabung Reaksi
Berfungsi untuk mereaksikan zat yang bersifat kualitatif. Cara penggunaannya
yaitu tabung dimiringkan ± 60 o dan mulut botol reagen kimia didekatkan
dengan tabung reaksi secara perlahan sambil digoyang. Jika perlu dipanaskan,
tabung reaksi dipegang dengan penjepit dan dihadapkan pada api spiritus.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 1


2. Erlenmeyer
Berfungsi untuk mereaksikan zat dengan metode titrasi.
3. Beaker Glass/Gelas Piala dan Gelas Ukur
Beker glass berfungsi untuk melarutkan dan memanaskan zat. Beaker glass
dilengkapi dengan skala ml tetapi tidak dapat digunakan untuk mengukur
volume larutan karena mempunyai derajat ketelitian yang rendah.
Gelas ukur, berbentuk tabung memanjang yang dilengkapi dengan skala
pengukuran (ml) dan berfungsi untuk mengukur volume cairan.
4. Labu
Ada bermacam-macam labu yang digunakan dalam percobaan kimia yaitu:
a. Labu Ukur; berfungsi untuk mengukur volume secara tepat dan teliti, sering
digunakan untuk pengenceran larutan.
b. Labu Didih; berfungsi untuk mendidihkan campuran zat, sering digunakan
pada pemisahan zat dengan metode distilasi mapun ekstraksi.
c. Labu Kjedahl; digunakan untuk mendestruksi zat, sering digunakan untuk
penentuan kandungan protein suatu bahan.
5. Botol Timbang dan Gelas Arloji
Berfungsi untuk menimbang zat. Botol timbang biasanya digunakan untuk
menimbang bahan yang bersifat higroskopis (mudah menyerap air) seperti
kristal NaOH.
6. Corong
Berfungsi untuk membantu penuangan larutan dalam botol dan penyaringan.
Corong ada bermacam jenisnya seperti corong pemisah dilengkapi dengan kran
yang berfungsi untuk memisahkan 2 sifat yang berbeda, maupun untuk
membantu menuangkan larutan/mereaksikan secara perlahan-lahan.
7. Pengaduk
Berfungsi membantu mempercepat reaksi pelarutan. Terdapat bermacam-
macam jenis sperti pengaduk magnetik (magnetic stirrer), pengaduk
plastik/gelas dan pengaduk dari logam inert (logam mulia).
8. Pendingin
Alat pendingin biasanya digunakan dalam bentuk rangkaian dengan alat yang
lain. Berfungsi untuk mendinginkan/mengatur jalannya proses distilasi,

BKPM Kimia Program Studi D-IV 2


destruksi dan ekstraksi. Jalannya air pendingin berlawanan dengan jalannya
bahan yang didinginkan. Berdasarkan tipe pendingin dapat digolongkan type
graham yaitu bentuk bagian dalam lurus, type liebig yaitu bentuk bagian dalam
spiral dan type allin yaitu berbentuk seperti bola digunakan khusus untuk
hidrolisa.
9. Pipet
Terdapat bermacam-macam pipet seperti pipet Mohr yang berfungsi untuk
mengukur volume larutan. Pipet volume/pipet gondok berfungsi mengukur
volume larutan dan mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pipet Mohr. Pipet tetes yang berfungsi mengambil larutan secara
kualitatif tanpa ditentukan jumlahnya.
10. Buret
Berfungsi untuk mereaksikan 2 senyawa atau lebih secara titrasi.

B. ALAT-ALAT NON GELAS/ INSTRUMEN ELEKTRONIK


1. Neraca/timbangan
Berfungsi untuk menentukan berat suatu senyawa. Berdasarkan macamnya
terdapat timbangan satu lengan, neraca sartorius (analitis), neraca elektronik
dll.
2. pH meter
berfungsi untuk menentukan pH suatu larutan, kemampuan daya hantar (mV),
dan suhu.
3. Oven
Berfungsi untuk mengeringkan. Oven biasanya dilengkapi dengan pengatur
suhu dan pengatur waktu.
4. Alat Pemanas/Heater
Berfungsi untuk memanaskan. Prinsip kerjanya sama dengan Bunsen (lampu
spiritus).
5. Spektronik 20/Kolorimeter
Berfungsi untuk mengukur konsentrasi suatu zat berdasarkan banyaknya
serapan panjang gelombang yang biasanya dinyatakan dengan % transmitan
ataupun absorban (kemampuan penyerapan).

BKPM Kimia Program Studi D-IV 3


PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengenal Alat
- Mengamati alat-alat di atas meja praktikum
- Mencatat nama alat, menggambar bentuk alat dan menjelaskan secara singkat
fungsinya.
2. Menggunakan Alat
Menggunakan Pipet
Pipet dipegang tangan kanan menggunakan ibu jari satu sisi dan sisi lain
menggunakan jari tengah, jari manis dan kelingking. Telunjuk untuk menutup
pipet. Cairan diiisi dengan mulut. Penggunaan lebih lanjut diterangkan
asisten/dosen atau petugas laboratorium praktikum.
Cara Menimbang
Pastikan neraca dalam posisi nol, timbang wadah kosong (a), wadah diisi
sampel (b), wadah + sampel ditimbang, berat sampel (b-a).
Mengencerkan
Mengambil 10 ml 0,1 M NaOH, encerkan dan buat larutan NaOH 0,001, catat
jumlah aquadest yang dibutuhkan. Gunakan rumus V1M1 = V2M2.
Titrasi
Memipet sampel asam cuka 5 ml tambah 3 tetes indicator phenolftalin
kemudian titer NaOH 0,1 M menggunakan buret. Catat jumlah volume NaOH
yang dipakai pada peniteran.
Contoh Perhitungan :
Data : ml NaOH yang dibutuhkan 10 ml
Ditanyakan konsentrasi Asam cuka?
Jawab :
Reaksi : CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O
Mol NaOH : 1 NaOH x M NaOH
: 0,01 liter NaOH x 0,1 NaOH
: 0,001 mol NaOH
Mol CH3COOH : mol NaOH = 1:1
M CH3COOH : 0,001 mol/0,005 liter = 0,2 M
Molar = mol/liter

BKPM Kimia Program Studi D-IV 4


II. STOKIOMETRI DAN REAKSI KIMIA

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengenali reaksi-reaksi kimia berdasarkan perubahan yang
terjadi.
2. Mahasiswa mengerti cara-cara perhitungan reaksi-reaksi kimia.
3. Mahasiswa menjelaskan suatu sistem reaksi kimia mencapai titik stokiometri.

DASAR TEORI
Pada percobaan kimia terdapat bermacam-macam reaksi seperti reaksi
pengendapan, oksidasi-reduksi, pembentukan senyawa kompleks dan lain-lain yang
dapat diamati secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengamatan kualitatif dapat
dilakukan dengan melihat perubahan warna, pembentukan gas, adanya gelembung-
gelembung udara dan lain-lain. Sedangkan pengamatan secara kuantitatif dapat
diketahui dengan menghitung jumlah zat yang terurai maupun jumlah zat yang
terbentuk. Oleh karena itu perlu mengetahui konsep-konsep dasar perhitungan kimia
sperti Molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N), persen berat dan volume (%), serta
yang lainnya.
Pada percobaaan yang akan dilakukan terbatas kepada pembahasan reaksi
kimia sederhana supaya mudah dipahami. Yang harus dilakukan pada setiap percobaan
adalah mengamati perubahan secara fisik sebelum dan sesudah reaksi terjadi seperti
warna larutan, endapan, perubahan suhu (dengan tangan lebih panas/lebih dingin),
pengendapan cepat atau lambat, adanya gelembung, kekeruhan dan lain-lain. Selain itu
dilakukan perhitungan sederhana secara teoritis reaksi yang terjadi.

Variasi Kontinyu
Dalam prosesing produk bioenergi ataupun produk-produk industry lainnya
seperti pengolahan bahan pangan/bahan hasil pertanian, pertimbangan penggunaan
variasi kontinyu sering dilakukan untuk mengamati sampai sejauh mana reaksi
penggunaan bahan kimia masih berlangsung serta menentukan bentuk reaksi yang
terjadi berdasarkan pengamatan berat, suhu, volume, daya hantar listrik dan lainnya.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 5


Sebagai contoh, seseorang akan melakukan proses pembuatan bioetanol,
tentunya akan mengamati bentuk-bentuk reaksi antara H2SO4 dengan NH4OH dalam
proses detoksifikasi. Selain itu juga mengamati bentuk-bentuk reaksi kimia lainnya
secara kuantitatif dan terukur.
Pada percobaan yang akan dilakukan terbatas pada pengukuran suhu selama
selang waktu tertentu campuran sebelum dan sesudah reaksi terjadi kemudian
ditentukan titik stokiometri reaksi yang terjadi.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : K2CrO4 0,1 M; K2Cr2O7 0,1 M; NaOH 0,1 M dan 1 M; HCl 0,1 dan 1 M;
AgNO3 0,1 M; CaCO3 0,1 M; BaOH 0,1 M; H2SO4 1 M.
Alat : Tabung reaksi, Bunsen, pipa U atau selang, pipet volume, pipet tetes dan
beaker glass.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Perubahan bilangan oksidasi
- Siapkan 2 tabung reaksi diisi masing-masing dengan 1 ml 0,1 M K2CrO4 diberi
label A dan B. Tabung A ditambahkan HCl 1 M 5 tetes dan tabung B
ditambahkan NaOH 1 M 5 tetes. Amati perbahan warna yang terjadi.
- Siapkan 2 tabung reaksi diisi masing-masing dengan 1 ml 0,1 M K2CrO7 diberi
label C dan D. tabung C ditambahkan HCl 1 M 5 tetes dan tabung D
ditambahkan NaOH 1 M 5 tetes. Amati perubahan warna yang terjadi.
- Larutan tabung A dituangkan ke Cdan tabung B dituangkan ke D. Amati
perubahan warna yang terjadi.
2. Reaksi pembentukan endapan
- Siapkan 1 tabung reaksi diisi dengan 1 ml NaCl 0,1 M dan ditambahkan 10
tetes AgNO3 0,1 M. Amati perubahan endapan yang terjadi.
3. Reaksi peruraian
- Siapkan 2 tabung reaksi A dan B. A diisi 1 ml CaCO3 0,1 M + 0,1 M HCl 1 ml
dan B diisi BaOH 0,1 M sebanyak 1 ml. Kedua tabung dihubungkan dengan
pipa kecil. Kemudian A dipanaskan dengan Bunsen dan amati gas yang
terbentuk dalam BaOH.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 6


4. Variasi Kontinyu (Sistem Campuran H2SO4 dan NaOH)
- Siapkan larutan H2SO4 1 M dan NaOH 1 M.
- Siapkan campuran seperti dalam table berikut ini:
No ml H2SO4 ml NaOH Waktu
1. 10 20 2
2. 15 15 2
3. 20 10 2

- Amati perubahan suhu selang waktu 20 detik selama 2 menit setiap system
campuran yang dibuat.
- Dari data yang ada buat grafik hubungan antara suhu dengan H2SO4.
- Dari ketiga campuran yang ada tentukan yang mencapai titik stokiometri.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 7


III. KINETIKA REAKSI

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat memahami tentang kecepatan/laju reaksi
2. Mahasiswa dapat menentukan tingkat reaksi
3. Mahasiswa dapat mengetahui factor yang mempengaruhi kecepatan reaksi.

DASAR TEORI
Kinetika reaksi mempelajari tentang kecepatan reaksi dan mekanisme dari
reaksi kimia. Keterkaitan antara kinetika reaksi dan termokimia adalah kinetika
digunakan sebagai pelengkap termokimia karena kesetimbangan reaksi kimia
dipelajari dalam kinetika.
Kinetika reaksi dipengaruhi bermacam-macam faktor antara lain :
1. Konsentrasi pereaksi, bila reaksi dapat balik, konsentrasi hasil reaksi juga
berpengaruh.
2. Temperatur reaksi.
3. Tekanan untuk reaksi-reaksi gas.
4. Katalisator.
5. Intensitas dan panjang gelombang cahaya untuk reaksi-reaksi foto kimia.
Kecepatan reaksi biasanya dinyatakan sebagai jumlah pereaksi yang diubah
persatuan waktu, persatuan volume atau jumlah hasil reaksi yang dibentuk persatuan
volume, persatuan waktu.
Kecepatan reaksi dapat dianalisa dengan beberapa cara. Salah satu cara adalah
mengambil sampel yang kemudian dianalisa dengan cara titrasi ataupun dengan
presipitasi. Cara yang lebih baik adalah dengan mengikuti sifat-sifat fisika atau kimia
dari campuran reaksi sebagai keseluruhan, seperti warna, indeks refraksi, sifat optis,
daya hantar listrik dan lain-lain.
Laju Reaksi dan Pengukuran
Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi per waktu = mol L -1s-1
Laju reaksi dapat diukur konsentrasi reaktan/produk, sedangkan pengukuran dapat
digunakan interval waktu. Jika reaktan yang diukur maka estimasi grafik menurun,
sedangkan jika produk yang diukur maka estimasi grafik akan naik.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 8


Tingkat Reaksi
Tingkat reaksi dapat mengikuti orde satu, dua ataupun tiga. Reaksi disebut
tingkat satu jika kecepatan reaksi berbanding lurus dengan salah satu konsentrasi
pengikutnya. Reaksi disebut tingkat dua jika kecepatan reaksi berbanding lurus dengan
dua pengikut atau salah satu konsentrasi pengikut berpangkat dua. Reaksi tingkat tiga
jika kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi tiga pengikutnya. Pada
reaksi tingkat tiga jarang ditemukan. Reaksi tingkat nol bila kecepatan reaksi tidak
tergantung konsentrasi pengikut reaksi.

Katalisator
Katalisator adalah zat yang dapat mengubah kecepatan reaksi. Hampir semua
katalisator dapat mempercepat reaksi. Katalisator disebut homogen bila membentuk
dua fase dengan pereaksinya.
Sifat-sifat katalisator adalah :
1. Tidak berubah selama reaksi.
2. Tidak mempengaruhi letak kesetimbangan.
3. Reaksi yang dikatalis harus sudah berjalanmeskipun lambat
4. Katalisator yang digunakan untuk mempercepat reaksi jumlahnya sedikit.
Contoh penggunaan katalisator : enzim α-amilase yang digunakan sebagai katalis
pada proses hidrolisis dalam pembuatan high frukto syrup atau bioetanol.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : KI 0,1 M, larutan Tio (Na2S2O3) 0,1 M, Amylum 10%, Aquadest, Kalium
pirodisulfit 1 M, HCl
Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass, pipet tetes, penanggas air,
Bunsen.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 9


PROSEDUR PERCOBAAN
1. Konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi
- Membuat larutan tabel seperti berikut ini :
No. Tab 0,1 M KI 0,1 M Na2S2O3 H2O Amylum 10%
1 1 2 1 1
2 1 2,5 1 1
3 1 3 1 1
4 1 3,5 1 1

- Larutan tersebut diatas digojok merata dan diletakkan di atas rak tabung reaksi.
- Masing-masing ditambahkan 2 ml Kalium pirodisulfit 1 M kemudian catat
waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya pertama kali warna muncul.
- Buat grafik hubungan mol Tio (Na2S2O3) dengan waktu, kemudian tentukan
tingkat reaksinya.
- Ulangi yang sama hanya saja Na2S2O3 dibuat tetap 1 ml dan larutan KI dibuat
bervariasi.
2. Temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi
- Siapkan 2 tabung reaksi diisi dengan 3 ml HCl 0,1 M beri label a dan b.
- Siapkan 2 tabung reaksi diisi dengan 3 ml Tio 0,1 M beri label c dan d.
- Tabung a dan c dipanaskan diatas nyala api/penanggas air ± 60 oC kemudian
campur dan catat waktu yang dibutuhkan untuk larutan menjadi
keruh/terbentuk endapan.
- Tabung b dan d langsung dicampur pada suhu kamar kemudian catat waktu
dibutuhkan untuk larutan menjadi keruh atau terbentuk endapan.
- Bandingkan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 10


IV. TERMOKIMIA

Tujuan Praktikum :
Mahasiswa dapat memahami bahwa pada reaksi kimia disertai dengan perubahan
kalor/panas yang dapat diukur dengan percobaan sederhana.

Dasar Teori :
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang kalor atau panas, terkait
dengan adanya reaksi kimia. Kalor atau panas yang timbul akibat dari reaksi kimia
dinamakan dengan kalor reaksi atau panas reaksi atau perubahan entalpi reaksi.
Besarnya entalpi suatu zat dapat diukur. Jika suatu zat direaksikan, maka zat tersebut
akan menyerap atau membebaskan kalor dari energi yang tersimpan. Pembebasan atau
penyerapan kalor dalam reaksi kimia itulah yang disebut dengan perubahan entalpi
(∆H).
Penentuan besarnya energi atau perubahan entalpi tidak dapat secara langsung.
Misalnya jika kita memanaskan air dengan cara pembakaran gas elpiji, maka reaksi
dari pembakaran elpiji atau energi yang diserap oleh air tidak bisa ditentukan secara
langsung tetapi dapat ditentukan dari perubahan suhu air. Untuk itu perlu diketahui
hubungan energi (kalor) dengan suhu, yang dikemukakan dalam pengertian 1 kalori :

Kalori adalah banyaknya energi yang diperlukan untuk menaikkan


suhu air 1 oC sebanyak 1 gram.

Dari definisi tersebut, berarti kalau massa air diketahui dan perubahan suhu air
dari eksperimen dapat ditentukan, maka banyaknya energi dapat dihitung dengan
rumusan :
𝑞 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑡
Dimana :
q = kalor = besarnya energi yang dibebaskan/diperlukan
m = massa air
c = kalor jenis air = 1 kalori/gr oC = 4,184 Joule/gr oC
∆t = perubahan suhu.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 11


Harga q merupakan harga dari ∆H, tinggal tandanya disesuaikan antara
perubahan suhu dengan sifat energi. Jika suhu air naik, maka reaksi membebaskan
energi, berarti reaksi eksoterm, tanda ∆H negative. Tetapi jika suhu air turun, maka
reaksi menyerap energi, berarti reaksi endoterm, tanda ∆H positif.

Alat dan Bahan :


Alat : beker glass, lampu/kompor etanol (Bunsen), penyangga /kaki tiga, sekat
kompor (asbes), thermometer, neraca/timbangan.
Bahan : etanol (spiritus) , air

Prosedur kerja :

1. Timbanglah lampu bunsen sebelum diisi dengan etanol (spiritus) dan catat
hasilnya (m0)..
2. Isi lampu bunsen dengan etanol, kemudian timbang kembali dan catat hasilnya
(m1)
3. Masukkan air sebanyak 200 mL ke dalam gelas kimia, kemudian ukur suhu air
dengan menggunakan thermometer dan catat hasil pengukuran sebagai suhu
mula-mula (T1).
4. Panaskan air dengan menggunakan lampu bunsen hingga mendidih, kemudian
ukur suhu akhir sebagai T2.
5. Matikan lampu bunsen setelah air mendidih dan diamkan hingga dingin,
kemudian lampu di timbang kembali dan catat hasilnya (m2).
6. Ulangi percobaan anda dengan volume air yang berbeda sebanyak 3 kali
(misalnya 150 ml, 250 ml, atau 300 ml)
7. Masukkan data pengamatan ke dalam table pengamatan kemudian lakukan
perhitungan.
8. Bahas dan simpulkan hasil percobaan anda dalam laporan.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 12


Parameter Percobaan :

a. Massa lampu Bunsen tanpa spiritus (m0) = …. gr


b. Massa lampu Bunsen dengan spiritus sebelum dibakar (m1) = … gr
c. Massa lampu Bunsen dengan spiritus setelah pembakaran (m2) = … gr
d. Massa air yang dididihkan (m), jika berat jenis air = 1.
e. Suhu air sebelum dididihkan (T1) = … oC.
f. Suhu air sesudah dididihkan (T2) = … oC.
g. Mol etanol yang terbakar = gr/Mr = … mol.
h. Entalpi pembakaran etanol = entalpi pendidihan air yang dihitung dengan
rumus q = m.c.∆T = … joule atau kJ.
i. Hitung nilai entalpi pembakaran 1 mol etanol dari percobaan.

Tabel Hasil Percobaan :

No Parameter percobaan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3


a. Massa lampu Bunsen tanpa spiritus … gr … gr … gr
(m0)
b. Massa lampu Bunsen dengan spiritus … gr … gr … gr
sebelum dibakar (m1)
c. Massa lampu Bunsen dengan spiritus … gr … gr … gr
setelah pembakaran (m2)
d. Massa air yang dididihkan (m), jika … gr … gr … gr
berat jenis air = 1
e. Suhu air sebelum dididihkan (T1) … oC … oC … oC
f. Suhu air sesudah dididihkan (T2) … oC … oC … oC
g. Mol etanol yang terbakar = gr/Mr … mol … mol … mol
h. Entalpi pembakaran etanol …J …J …J
i. Entalpi pembakaran 1 mol etanol …J …J …J

BKPM Kimia Program Studi D-IV 13


V. ELEKTROKIMIA

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mempelajari sifat kelistrikan senyawa
2. Mahasiswa mempelajari cara pengukuran listrik
3. Mahasiswa mempelajari sifat kimia dan sifat kelistrikan.

DASAR TEORI
Jika kita mengamati perubahan energy dalam bentuk pelepasan panas atau
penyerapan panas dari lingkungan maka kita akan bertanya lagi. Apa yang terjadi
selama perubahan tersebut. Kemudian kita juga berpikir mengapa hanya dengan accu
lampu mobil bisa hidup dan dapat menggerakkan seluruh system yang ada dimobil.
Bentuk energy yang dihasilkan dapat berupa kerja listrik yang terjadi dalam system
kimia ataupun pada perubahan system kimia itu sendiri.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan penyebaran electron dalam ion
maupun molekul. Adanya perubahan dapat dilihat berdasarkan sifat fisik seperti kuat
arus listrik, beda potensial maupun besarnya daya hantar listrik. Peristiwa yang terjadi
berupa perpindahan electron, bertambah atau berkurang electron dikenal dengan
peristiwa reduksi-oksidasi (redoks).

Sel Galvanis
Sel galvani/ sel volta adalah dua batang logam yang tidak sama dicelupkan
kedaam dua macam larutan elektrolit yang dihubungkan dengan jembatan garam.
Bilamana kedua batang logam dihubungkan dengan kawat penghubung akan terjadi :
1. Salah satu logam larut menjadi ion, sedangkan pada batang logam yang lain
akan terjadi pengendapan, ion mengendap.
2. Pada kawat penghubung terjadi aliran electron (Amperemeter).
Dalam sel volta terjadi reaksi reduksi – oksidasi pada masing-masing batan.
Adanya perubahan logam menjadi ion dan ion menjadi logam berarti menunjukkan
adanya pelepasan dan penerimaan electron. Perbedaan jumlah electron dikedua batang
akan menimbulkan daya hantar listrik dan dapat diukur besarnya beda potensial

BKPM Kimia Program Studi D-IV 14


dikedua batang. Adanya kawat penghubung, electron mengalir satu logam ke batang
logam lain, besar kecilnya aliran disebut dengan kuat arus (ampere atau A).
Apa yang terjadi bila sebatang aluminium dicelupkan kedalam larutan CuSO4,
maka akan terbentuk endapan tembaga (Cu) pada permukaan aluminium. Reaksinya
adalah sebagai berikut :
Al padat Cu2+aq -------- Al3+aq + Cu padat
Sekarang batang Zn dan Cu dicelupkan kedalam larutan elektrolit. Pada logam Zn
terjadi reaksi oksidasi dan ion Cu direduksi dengan transfer dua electron dari atom Zn
kepada ion Cu2+. Untuk mengetahui adanya perpindahan electron – electron ini maka
reaksi diatas dapat dipisahkan menjadi dua reaksi yaitu :
Zn (padat) ------------- Zn2+ + 2 elektron  oksidasi
Cu (Aq) + 2 e ------------- Cu (padat)  reduksi

Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia pemecahan oleh arus
listrik. Alat elektrolisis terdiri dari sel elektrolit dan dua buah elektroda, anoda dan
katoda. Pada anoda terjadi oksidasi sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi.
Pada suatu percobaan elektrolisis reaksi yang terjadi pada katoda tergantung
pada kecenderungan terjadinya reaksi oksidasi reduksi. Elektrolisis NaCl pada
berbagai keadaan menunjukkan pentingnya suasana system dielektrolisis. Jika larutan
NaCl yang sangat encer, dielektrolisa menggunakan elektroda platina maka akan
terjadi reaksi sebagai berikut :
Pada kedua elekroda :
Anoda : 2 H2O ------------- O2 + 4 H+ + 4 e
Katoda : 2 H2O ------------- H2 + 2 OH-
Jika larutan NaCl pekat akan terjadi :
Anoda : 2 Cl- ------------ Cl2 + 2e
Katoda : 2 H2O + e ----------- H2 + 2 OH-
Jika elektrolisis pada leburan NaCl
Anoda : 2 Cl- ------------ Cl2 + 2e
Katoda : Na+ + e ------------ Na
Jika s pada elektrolisis elektroda yang digunakan raksa (Hg) maka yang terjadi adalah :

BKPM Kimia Program Studi D-IV 15


Anoda : 2 Cl- ----------- Cl2 + 2e
Katoda : Na+ + e ----------- Na
Natrium yang terbentuk melarut dalam raksa membentuk amalgam.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : H2SO4 1 M, plat tembaga (Cu), plat aluminium (Al), plat kuningan, H 2O,
plat stainless stell.
Alat : beker glass, digital multimeter, toples mika, balon udara, catu daya 12 V,

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penentuan Gaya Gerak Listrik dua Buah Elektroda
a. Siapkan larutan H2SO4 1 M dan plat tembaga (Cu), aluminium (Al) serta
kuningan.
b. Masukkan larutan H2SO4 ke dalam beker glass sebanyak 100 ml.
c. Masukkan plat logam tersebut ke dalam beker glass berisi larutan. Logam yang
ada dalam larutan H2SO4 tersebut disebut dengan elektroda.
d. Hubungkan elektroda dengan digital multimeter dan ukur berapa beda
potensialnya. Tentukan juga mana yang berperan sebagai katoda dan anoda.
Masukkan data pengamatan anda ke dalam tabel berikut :
No Elektroda Katoda Anoda Voltage
1. Al – Cu
2. Al – Kuningan
3. Cu - Kuningan

2. Elektrolisis
a. Buatlah wadah elektrolisis dari toples mika yang dilengkapi slang plastik.
b. Masukkan air (H2O) sebanyak ¼ bagian toples (ukur berapa ml).
c. Masukkan elektroda (stainless stell) ke dalam toples.
d. Kondisikan toples tertutup rapat sehingga tidak terjadi aliran udara.
e. Pasang balon udara pada ujung slang plastic.
f. Hubungkan kedua elektroda dengan catu daya 12 Volt. Amati perubahan yang
terjadi pada air dalam toples. Gelembung udara yang terbentuk adalah gas H 2

BKPM Kimia Program Studi D-IV 16


dan O2. Gelembung tersebut akan meniup balon. Diamkan selama beberapa
saat (waktu diukur).
g. Lakukan percobaan dengan jarak elektroda yang berbeda-beda (2 cm, 4 cm
dan 6 cm) kemudian ukur berapa diameter balon.
No Jarak elektroda Diameter balon (cm)
1. 2 cm
2. 4 cm
3. 6 cm

BKPM Kimia Program Studi D-IV 17


VI. ASAM DAN BASA

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti konsep asam basa dan pH
2. Mahasiswa dapat menggunakan indikator asam basa dengan tepat dan benar.
3. Mahasiswa dapat memperkirakan titik ekivalen titrasi dengan indikator.

DASAR TEORI
Klasifikasi asam dan basa didasarkan pada karakteristik yang ditunjukkan
apabila dilarutkan kedalam air. Asam mempunyai sifat antara lain memerahkan
lakmus, mempunyai rasa asam, sedangkan basa membirukan lakmus, pahit dan licin.
Teori asam dan basa telah dikemukakan oleh Arhenius, Brosted – Lowry dan
Lewis yang berisi bahwa asam adalah zat yang mengandung ion hidrogen, sebagai
donor proton. Basa adalah zat yang mengandung hidroksida, sebagai aseptor proton.
Karakteristik yang ada pada asam dan basa adalah sebagai berikut:
reaksi asam dan basa adalah cepat, suatu asam kuat atau basa kuat dapat mengganti
asam yang lebih lemah atau basa lemah dari senyawa, indikator dapat digunakan untuk
menentukan titik akhir titrasi, asam dan basa merupakan katalis penting.

Indikator Asam dan Basa


Indikator umumnya adalah senyawa organik dengan berat molekul besar.
Indikator dapat dibuat dari tanaman tergantung dari suasana larutan pH. Indikator
dapat derdisosiasi sebagai berikut :

H In =========== H+ + In-
warna dalam asam warna dalam basa

BKPM Kimia Program Studi D-IV 18


Untuk memudahkan dalam penentuan indikator suatu titrasi asam basa dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Indikator Trayek perubahan warna pada pH


2 4 6 8 10 12
methyl violet Yellow
cresol red Red Yellow
bromphenol blue Yellow Blue
methyl orange Red Yellow
bromcresol green Yellow Blue
methyl red Red yellow
bromtymol blue Yellow blue
Litmus Red blue
thymol blue Red Yellow yellow blue red violet
Phenothaline tidak
berwarna

Titrasi
Analisa volumetri adalah suatu cara untuk mengetahui konsentrasi suatu
reaktan berdasarkan volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Cara ini
biasanya dengan titrasi yaitu penambahan larutan ke dalam larutan yang akan diukur
konsentrasinya melalui buret. Penambahan disini sampai titik ekivalen tercapai. Pada
saat ini jumlah ekivalen larutan standart sama dengan jumlah ekivalen larutan yang
dianalisa. Peranan ketepatan memilih indikator sangat penting untuk mengukur
ketelitian titrasi dari suatu bahan yang akan dianalisa, kepekaan melihat warna serta
faktor penimbangan ikut menentukan.
Sebagai contoh perhitungan titrasi dapat dilihat pada bab I Pengenalan Alat.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : KI 0,1 M, tio 0,1 M, Amylum 10%, Aquadest, Kalium pirodisulfit 1 M, HCl
Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass, pipet tetes, penanggas air,
Bunsen.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Perubahan warna indikator pada keadaan asam, basa dan netral
- Siapkan 6 tabung reaksi 3 diisi 5 ml HCl dan 3 diisi 5 ml CH 3COOH

BKPM Kimia Program Studi D-IV 19


- Siapkan 6 tabung reaksi 3 diisi 5 ml NaOH dan 3 diisi 5 ml NaHCO 3
- Masing-masing ditetesi indikator pp, mm dan mj.
- Amati perubahan warna yang terjadi dan kenali apakah tergolong asam atau
basa serta tentukan pH nya.
- Tuangkan NaOH ke dalam HCl dan selanjutnya, sesuaikan dengan indikator
yang sejenis.
- Amati perubahan warna yang terjadi.
2. Pembuatan Indikator dari bunga
- Siapkan daun mawar, melati dan anggrek (tergantung sampel bunga) dan
timbang masing-masing 5 gram.
- Gerus menggunakan mortal dengan alkohol 20%.
- Tentukan trayek pH dari bunga dengan larutan standar di bawah ini :
No. Larutan pH
1 0,1 M HCl 1
2 0,1 M asam asetat 3
3 2% asam borat 5
4 5% NaCl 7
5 5% NaHCO3 8,3
6 5% Na2CO3 10,6
7 0,01 M NaOH 12

- Ambil 1 ml larutan diatas dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 5 tetes


hasil daun terestrak dan tentukan trayek pH bunga yang dibuat.
3. Titrasi Asam Basa
Memipet sampel asam cuka 5 ml encerkan 100ml kemudian ambil 10 ml tambah 3
tetes indikator phenoftalin kemudian titer dengan NaOH 0,1 M menggunakan
buret. Catat jumlah volume NaOH yang dipakai pada peniteran dan hitung jumlah
sampel asam tersebut.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 20


VII. KESETIMBANGAN KIMIA

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan
2. Mahasiswa mempelajari jenis-jenis kesetimbangan dan cara menentukan nilai
kesetimbangan.

DASAR TEORI
Kesetimbangan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kesetimbangan fisika dan
kimia. Beberapa kesetimbangan fisika dapat diketahui pada proses penguapan cairan,
pembekuan cairan, sublimasi, kelarutan suatu zat dan sebagainya.
Pada penguapan air, terjadi kesetimbangan antara air dan uapnya, sedangkan
pada pelarutan gula dalam air terjadi kesetimbangan antara gula yang padat dengan
gula dalam larutan.
H2O (cair) ======== H2O (uap)
C12H22O11 ======= C12H22O11 (larutan)
Untuk mempelajari reaksi kesetimbangan yang perlu dipelajari adalah
bagaimana cara yang tepat untuk menentukan kapan terjadi kesetimbangan dan
bagaimana mengetahui keadaan tersebut telah setimbang. Berdasarkan peristiwa
tersebut kesetimbangan dapat ditera melalui konsentrasi senyawa yang berada dalam
udara maupun dalam cairan. Untuk mengetahui konsentrasi senyawa dapat diukur
berdasarkan warna larutan, tekanan gas, daya hantar listrik, beda potensial, pH larutan,
berat endapan dan sebagainya.
Contoh : Ion besi (Fe3+) dengan tiosianat (FeSCN2+) dalam larutan akan
berwarna merah. Jika besi – tiosianat yang dilarutkan dalam air yang mempunyai
konsentrasi berbeda-beda maka warna larutan juga berbeda-beda maka warna larutan
juga berbeda-beda.
Pada percobaan ini yang akan dipelajari adalah kesetimbangan kimia dalam
bentuk ion dan molekul. Kesetimbangan kimia sangat dipengaruhi oleh : kestabilan ion
atau molekul, reagent yang berlebihan dan pH dari larutan.
Kesetimbangan ion yang akan dipelajari sebagai acuan adalah ion Fe dalam
bentuk ferisianat. Makin besar jumlah ion Fe maka akan cenderung berada dalam

BKPM Kimia Program Studi D-IV 21


bentuk kompleks, perubahan ini dapat dilihat berdasarkan intensitas warna yang
tampak.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : FeCL2 1 M; K2CrO4 1 M; NaOH 2 M; Fe(NO3)3 0,2 M; KSCN 0,1 M;
NaHPO4
Alat : Tabung reaksi, pipet volume, rak tabung reaksi, beaker glass, pipet tetes,
sentrifuse dan penggaris.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kesetimbangan Ferri --------- Ferro
- Isi tabung reaksi dengan 1 ml FeCl2 1 M (fero) dan tambahkan 5 ml K2CrO4 1
M dan endapkan dengan sentrifuse. Kemudian pisahkan endapan pelarutnya
dan kemudian endapan ditambah beberapa tetes NaOH 2 M. Amati perubahan
yang terjadi.
2. Pengaruh Reagent
- Siapkan 10 ml KSCN 0,1 M dan campur dengan 1 ml Fe(NO3)3 0,2 M.
- Siapkan 4 tabung kemudian beri label a, b, c dan d kemudian diisi dengan 2
campuran larutan diatas.
- Tabung a sebagai pembanding tanpa perlakuan, tabung b ditambah 5 tetes
KSCN 0,1 M, tabung c ditambahkan 5 tetes Fe(NO3)3 0,2 M dan tabung d
ditambahkan sebutir NaHPO4.
- Amati keseluruhan dengan pengamatan warna, endapan, suhu (diukur dengan
tangan sebelum dan sesudah reaksi terjadi dan pengamatan lain yang anda
dapatkan.
- Dari pengamatan yang anda dapatkan kemudian prediksikan apakah reaksi
kimia berlangsung atau reaksi bergeser kemana, semua jawaban dimasukkan
dalam pembahasan sesuai dengan data yang didapatkan.
3. Kesetimbangan karena pengaruh konsentrasi
- Siapkan 3 tabung reaksi kering dan bersih, beri label a, b, c dan masing-masing
ditambahkan 1 ml KSCN 0,1 M. Tabung a ditambahkan 1 ml Fe(NO3)3 0,2 M
sebagai standart.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 22


- Siapkan tabung reaksi beri label d kemudian diisi dengan 1 ml Fe(NO 3)3 0,2 M
kemudian diencerkan sampai volume 5 ml kemudian ambil 1 ml dan masukkan
pada tabung b.
- Tabung a, b, dan c dibuat berderet kemudian tabung b dan c anda tambahkan
KSCN 0,1 M setetes demi setetes sampai intensitas warnanya dianggap sama
dengan tabung a.
- Ukur ketinggian dari ketiga tabung tersebut diatas.

Cara Perhitungan :
Dalam reaksi diatas diasumsikan :
1. Larutan Fe(NO3)3 dan KSCN berada dalam bentuk ion.
2. Pada tabung pertama dianggap semua ion tiosianat (SCN-) bereaksi sempurna
membentuk FeSCN.
3. Perhitungan :
- Konsentrasi FeSCN tabung b = tinggi tabung a/b × konsentrasi standart × 1/5
- Perhitungan tabung c sama dengan tabung b
- Dari prosedur penentuan diatas dengan penambahan KSCN berlebihan ke
tabung b dan c apakah keadaan setimbang dapat terjadi ? Uraiakan dalam
pembahasan sesuai dengan pengamatan warna yang anda dapatkan.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 23


VIII. KIMIA KARBON

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengenali sifat-sifat gugus fungsional
2. Mahasiswa dapat memahami sifat kimia karbohidrat, protein dan lemak.

DASAR TEORI
Kimia karbon di kehidupan sehari-hari banyak ditemukan seperti gula,
benzene, ester dan lainnya. Sifat-sifat dari gugus fungsional sangat menentukan sifat
kimia dari senyawa. Sebagai contoh adalah glukosa dan fruktosa dimana glukosa
terdapat gugus fungsional aldehid dan fruktosa adalah keton. Keduanya mempunyai
sifat beda pada kemampuan mereduksi.
Karbohidrat banyak ditemukan di alam dalam bentuk monosakarida, disakarida
ataupun polisakarida. Perbedaan didasarkan pada panjangnya gugusan glukosa yang
terikat. Sifat-sifat kimia golongan karbohidrat dapat dilihat dari kemampuan untuk
mereduksi, hidrolisa maupun dehidratasi.
Protein merupakan komponen utama sel hidup. Fungsi utama protein adalah
pembentuk sel. Protein berfungsi sebagai enzim, biokatalisator dalam proses biokimia
di dalam sel. Denaturasi dan hidrolisa umumnya kerusakan yang dialami protein.
Lemak/minyak secara kimiawi diartikan sebagai trigliserol yang biasanya
disebut trigliserida. Senyawa trigliserida pada suhu kamar mempunyai bentuk padat
dan cair. Lemak dapat dibedakan atas dasar jenuh/tak jenuh. Asam lemak jenuh
bilamana rantai atom C tidak terdapat ikatan rangkap. Minyak palma sebagian besar
minyak jenuh yaitu palmitat. Stearat adalah contoh lemak jenuh yang sebagian besar
ditemukan pada jaringan hewani. Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang
mempunyai ikatan rangkap satu atau lebih. Jumlah ikatan rangkap lebih dikenal
dengan derajat ketidakjenuhan minyak. Banyak terdapat pada jaringan nabati,
contohnya adalah asam oleat, linoleat, dan linoleat.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : Aseton, formal dehide, benzene, larutan glukosa, methanol, etanol, butanol,
propanol, glukosa, fruktosa, maltose dan amylum, alkohol 95%, HCl pekat,

BKPM Kimia Program Studi D-IV 24


NaOH pekat, CuSO4, minyak hewani, minyak nabati dan minyak goring, air
brom.
Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass, pipet tetes, penanggas air,
bunsen.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kepolaran gugus fungsional
- Siapkan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml aseton, formal
dehide, benzene, larutan glukosa, etanol.
- Masing-masing dilarutkan dalam 2 ml air dan minyak.
- Anda bedakan yang larut dalam air dan minyak kemudian anda rangking,
senyawa mana yang paling larut sampai tidak larut kemudian beri alasan di
pembahasan sesuai dengan data yang didapatkan.
2. Kepolaran gugus fungsional OH-
- Siapkan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml methanol, etanol,
butanol dan propanol.
- Masing-masing dilarutkan dalam 2 ml air dan minyak.
- Anda bedakan yang larut dalam air dan minyak kemudian anda rangking,
senyawa mana yang paling larut sampai tidak larut kemudian beri alasan di
pembahasan sesuai dengan data yang didapatkan.
3. Kemampuan mereduksi karbohidrat
- Siapkan 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml glukosa, fruktosa,
maltose dan amylum.
- Masing-masing ditambahkan larutan fehling 1 ml kemudian anda panaskan di
penanggas air/ dengan bunsen.
- Anda amati perubahan warna yang terjadi, kemudian anda beri alasan jika
terjadi perubahan warna.
4. Koagulasi protein
- Siapkan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml albumin;
 Tabung 1 dipanaskan
 Tabung 2 ditambah alkohol 95% 1 ml
 Tabung 3 ditambah HCl pekat 5 tetes

BKPM Kimia Program Studi D-IV 25


 Tabung 4 ditambah NaOH pekat 5 tetes
 Tabung 5 ditambah CuSO4 5 tetes.
- Amati perubahan yang terjadi.
5. Sifat kejenuhan lemak/minyak
- Siapkan 2 ml ke dalam tabung reaksi minyak hewani, minyak nabati dan
minyak goereng yang telah dipakai.
- Tambahkan 1 ml pelarut organik petroleum eter atau benzene ke dalam tabung
reaksi di atas.
- Tambahkan setetes demi setetes air brom menggunakan pipet tetes.
- Catat jumlah tetesan sampai larutan berubah warna.
- Catatan asumsi : semakin banyak tetesan lemak semakin tidak jenuh.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 26


IX. IDENTIFIKASI SENYAWA HIDROKARBON
DAN SENYAWA ORGANIK

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengetahui kelarutan dari senyawa hidrokarbon aliafatis
dan aromatis.
2. Mahasiswa mampu mengamati dan mengidentifikasi perubahan reaksi yang
terjadi.

DASAR TEORI
Hidrokarbon merupakan persenyawaan organik yang paling sederhana yang
hanya terdiri dari atom karbon dan atom hydrogen. Meski secara biologis
persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon tidak penting, tetapi persenyawaan-
persenyawaan biologis dapat dipandang sebagai turunan dari hidrokarbon (hidrokarbon
dipandang sebagai persenyawaan induk).
Senyawa hidrokarbon dapat dikelompokkan menjadi :
- Hidrokarbon aliafatik
- Hidrokarbon aromatik .
Senyawa-senyawa tersebut digolongkan dalam bentuk ikatan atom karbonnya :
- Alkana
- Alkena
- Alkuna
Semua persenyawaan hidrokarbon bersifat non polar, sehingga ikatan antar
molekulnya sangat lemah. Karena itu hidrokarbon yang berat molekulnya berbentuk
gas. Karena sifat non polar ini, hidrokarbon akan mudah larut dalam pelarut-pelarut
berpolaritas rendah seperti karbon tetraclorida (CCl3), chloroform (CHCl3), benzena
(C6H6) dan eter (R-O-R). Selain itu hidrokarbon mempunyai kerapatan yang lebih
kecil dari air.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : Asam nitrat pekat (HNO3), Benzena (C6H6), etanol, aquades, kristal iodium,
asam sulfat (H2SO4), parafin, minyak kelapa.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 27


Alat : tabung reaksi, Erlenmeyer, pipet tetes, kapas sebagai penutup, gelas ukur,
pipet gondok.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Hidrokarbon Alifatis (Alkana)
- Masukkan 1 ml asam sulfat pekat ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 1 ml alkana (paraffin cair).
- Kocok hingga berubah warna dan amati.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
2. Hidrokarbon Aromatis (Benzena)
- Sediakan 2 tabung reaksi dan masing-masing tabung diisi dengan 1 ml aquades.
- Tambahkan 1 ml etanol pada tiap-tiap tabung kemudian tetesi dengan benzene
pada masing-masing tabung sebanyak 1 ml secara perlahan-lahan.
- Amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
3. Sifat Benzena sebagai pelarut
- Sediakan 6 tabung reaksi, 3 tabung masing-masing diisi dengan 1 ml aquades
dan 3 tabung lainnya yaitu tabung 4,5,6 masing-masing diisi dengan 1 ml
benzene.
- Pada tabung 1, 2 dan 3 yang berisi aquades tambahkan paraffin pada tabung 1,
1 ml minyak kelapa pada tabung 2 dan 1 gr kristal iodium pada tabung 3.
- Ulangi perlakuan diatas terhadap tabung 4, 5, dan 6 yang berisi benzene.
- Amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi sekali lagi.
4. Nutrisi Benzena
- Sediakan 1 tabung reaksi kemudian isi dengan 1 ml asam sulfat pekat.
- Kemudian tambahkan dengan 3 ml asam nitrat pekat secara perlahan-lahan.
Lakukan percobaan tersebut pada ruang asam.
- Tetesi dengan 1 ml benzene (amati perubahan yang terjadi).
- Lalu tuangkan 25 ml aquades secara perlahan-lahan (lakukan di ruang asam).
Selanjutnya amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 28


X. PEMBUATAN SENYAWA ALKANA

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa diharapkan mampu dan mengerti tentang cara pembuatan senyawa
hidrokarbon aliafatis jenuh (alkana).
2. Mahasiswa mengetahui sifat-sifat dari bahan yang digunakan.
3. Mahasiswa dapat menuliskan reaksi dan mekanismenya.

DASAR TEORI
Alkana termasuk dalam hidrokarbon jenuh (asiklik). Jenis alkana yang palind
sederhana adalah metana. Alkana tidak larut dalam air dan senyawa ini berbentuk
cairan yang lebih ringan dari air, karena itu alkana terapung di atas air. Hal ini
disebabkan karena alkana bersifat non polar.
Alkana mempunyai titik didih yang rendah dibandingkan dengan senyawa
organik lain dengan berat molekul yang sama. Hal ini disebabkan karena daya tarik
menarik di antara molekul non polar lemah, sehingga proses pemisahan molekul satu
dengan yang lainnya (sama dengan proses perubahan dari fase cair ke fase gas) relative
memerlukan sedikit energi.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : NaOH, Natrium benzene
Alat : pipet kapiler, tabung reaksi, motar stemper, api bunsen dan kapas.

PROSEDUR PERCOBAAN
- Gerus 1 sendok makan natrium benzoate dan 1 sendok NaOH dalam mortar.
- Kemudian ambil 1 sendok campuran tadi dan masukkan dalam tabung reaksi
serta tutup dengan kapas.
- Panasilah tabung reaksi yang berisi bahan campuran sampai keluar gelembung.
- Amati apakah ada cairan lain dan bagaimana baunya? Ulangi percobaan sekali
lagi.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 29


XI. REAKSI ALKOHOL

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menunjukkan adanya air pada alkohol
2. Mahasiswa mampu mengetahui esterifikasi alkohol

DASAR TEORI
Alkohol adalah persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus
hidroksil. Karena ikatan hidroksil bersifat kovalen, maka sifat alkohol tidak serupa
dengan hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama yang
berakhiran –ol. Alkohol dapat digolongkan berdasarkan :
a. Letak gugus OH pada atom karbon
b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya)
c. Bentuk rantai karbonnya.
Alkohol yang paling sederhana adalah methanol (CH3OH) atau disebut juga
alkohol kayu. Methanol merupakan larutan mudah menguap yang tidak berwarna dan
dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan. Methanol di jual sebagai
spiritus untuk bahan bakar. Methanol sangat beracun, bila terminum atau terhirup
dapat menyebabkan kebutaan atau lumpuh.
Alkohol lain yang banyak digunakan adalah etnol (CH3CH2OH). Minuman
beralkohol mengandung etanol dengan konsentrasi berbeda. Etanol dapat menekan
susunan saraf pusat. Dapat digunakan antiseptic dan pengawet, sebab dapat
mengkoagulasikan protoplasma. Alkohol dapat juga dihasilkan dari karbohidrat secara
biologis yaitu dengan kerja enzim zymase (terdapat dalam sel khamir atau yeast).
Reaksinya terdiri dari beberapa tahap yang dapat dituliskan secara sederhana sebagai
berikut :
C6H12O6 =========== 2 CO2 + 2 C2H5OH
Alkohol dengan rantai aromatic bersifat lebih asam daripada alkohol aliafatik.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya delekalisasi electron pada cincin aromatic yaitu
electron pada oksigen (O2) dan hydrogen (H2) cenderung tertarik ke arah cincin
aromatic.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 30


BAHAN DAN ALAT
Bahan : alkohol 50%, CuSO4, asam sulfat, gliserol, etanol, kalium karbonat (K2CO3),
asam asetat, aquades, kalium hidrosulfat (KHSO4).
Alat : Tabung reaksi 5 buah, spatula 2 buah, gelas arloji 2 buah, pipet tetes, pipet
volume 3 buah, neraca analitik, hot plate.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penunjukan adanya air
- Masukkan 5 ml alkohol 50% ke dalam tabung reaksi, timbang 2 gram CuSO 4
dengan menggunakan neraca analitik dan masukkan ke dalam tabung yang
berisi alkohol, lalu kocok. Amati perubahan yang terjadi.
- Masukkan 5 ml alkohol 50% ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan 2 gr
K2CO3, kocok dan amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
2. Esterifikasi alkohol
- Masukkan 2 ml etanol ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan beberapa
tetes asam asetat.
- Selanjutnya tambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5 ml (tutup dengan kapas).
- Masukkan pada gelas ukur yang sudah diisi aquades 25 ml selama 2 menit.
Amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
3. Acrolin test
- Panaskan campuran 0,5 ml gliserol, tambahkan dengan 1 ml KHSO 4 dalam
tabung reaksi dengan suhu 280oC (lakukan dalam lemari asam).
- Amati perubahannya.
- Ulangi percobaan sekali lagi.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 31


XII. REAKSI ALDEHID DAN KETON

TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengetahui perubahan dan reaksi reduksi yang terjadi pada
aldehida dan keton.

DASAR TEORI
Aldehida merupakan salah satu jenis persenyawaan karbonil dan gugus
fungsionalnya adalah gugus aldehida. Aldehida dan keton keduanya mempunyai gugus
fungsi yang sama yakni gugus karbonil (C=O). oleh sebab itu, aldehida dan keton
menjalankan reaksi yang sama pula. Di bawah ini merupakan gugus dari aldehida dan
keton.

R C H (Aldehida)

R1 C R2 (Keton)

Biasanya aldehida bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen
yang sama. Ini disebabkan karena atom karbon karboksil dari keton. Aldehida lebih
mudah menjalani oksida daripada keton.
Contoh aldehida yang penting adalah formaldehyde (HCHO3), suatu gas yang
berbau merangsang. Biasa digunakan sebagai germisida dan fungisida pada
konsentrasi 37 - 40% dalam air (formalin), atau digunakan juga sebagai bahan
pensteril alat-alat operasi. Sedangkan sifat keton hampir menyerupai sifat aldehida,
hanya saja keton bersifat lebih polar akibat dari kepolaran gugus karbonilnya. Bau dari
keton lebih enak daripada aldehida.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 32


BAHAN DAN ALAT
Bahan : acetaldehyde, perak nitrat (AgNO3), natrium karbonat (Na2CO3) 10%,
natrium hidroksida (NaOH) 10%, natrium hidrosulfat (NaHSO4), larutan
fehling, aceton.
Alat : tabung reaksi, pipet volume, bola penghisap, Erlenmeyer/beaker glass,
kapas.

PROSEDUR PERCOBAAN
a. Acetaldehide
1. Reduksi larutan Perak Amonikal
- Masukkan 1 ml larutan acetaldehyde ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 4 tetes larutan perak amonikal, kocok.
- Panaskan dalam beaker glass yang sudah berisi aquades 20-25 ml dengan
suhu 70oC. Amati perubahannya.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
2. Reduksi larutan Fehling
- Masukkan 1 ml acetaldehyde pada tabung reaksi
- Tambahkan 2 tetes larutan fehling, kocok larutan tersebut.
- Kemudian panaskan (seperti halnya pada percobaan A). Amati
perubahannya.
- Jika perubahan yang terjadi tampak kurang jelas, tambahkan larutan
NaCO3 10% sebanyak 5 tetes. Amati perubahannya.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
3. Pembuatan Resin (Pendamaran)
- Masukkan 1 ml acetaldehyde ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 1 ml NaOH 10%, tutup menggunakan tissue atau kapas.
- Kemudian panaskan dengan menggunakan beaker glass yang sudah di isi
aquades. Amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 33


b. Keton
- Masukkan 1 ml aceton.
- Tambahkan 0,5 ml NaHSO4 pekat ke dalam tabung reaksi, kocok. Amati
perubahan yang terjadi.
- Kemudian panaskan larutan tersebut (seperti pada percobaan aldehide).
- Selanjutnya dinginkan, amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 34


XIII. KIMIA KOLOID

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam koloid
2. Mahasiswa mempelajari sifat-sifat larutan koloid

DASAR TEORI
Jika kita melarutkan suatu zat ke dalam suatu pelarut, maka kita akan
mendapatkan bermacam-macam system, tergantung dari besarnya diameter partikel
yang dilarutkan. Walaupun demikian kita dapat membagi system ini menjadi tiga jenis
yaitu :
1. Larutan sejati atau dispers molekuler, bila diameter partikelnya lebih kecil dari
1 mµ, misalnya larutan gula, garam dan sebagainya.
2. Larutan koloid atau dispers molekuler, bila diameter partikelnya terletak antara
1 mµ - 100 mµ, misalnya sol emas, sol AgCl, larutan makro molekul dan
sebagainya.
3. Dispersi kasar, bila diameter partikelnya lebih besar dari 100 mµ.
System koloid dibagi berdasarkan fase disperse dan medium dispersinya. Jenis
system koloid seperti padat dan cair akan membentuk sol seperti emas, sulfur dalam
air, cair, dan cair membentuk emulsi seperti lemak dalam air, gas dan cair akan
membentuk busa seperti buih sabun dan lain-lain system koloid yang ada di alam.
Peranan dalam dunia pertanian sangat penting artinya, seperti pada proses
pembuatan edible coating dari wax (lilin buah). α lesitin berfungsi untuk membentuk
fase air dan minyak bercampur menjadi satu dan dapat menempel pada kulit buah.
Di dalam tanah sendiri bahan organic dan bahan padat tanaman juga berada
dalam bentuk koloid. Humus, protoplasma dan dinding sel menunjukkan banyak sifat-
sifat dari koloid.

BAHAN DAN ALAT


Bahan : Sabun dan detergen, NaOH encer, CH3COOH encer, NaHCO3, minyak
kelapa, minyak tanah, tanah halus, agar-agar powder, tepung terigu, H2SO4
encer.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 35


Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass, pipet tetes, penangas air,
bunsen.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pengenalan bentuk-bentuk koloid
- Siapkan dua tabung reaksi diberi label a dan b, timbang 1 gr sabun atau
detergen, tambahkan air 3 ml, kemudian panaskan tabung b sampai mendidih.
- Amati tabung a dan b secara fisik meliputi viskositas, adanya buih dan
pengamatan lain yang ditemukan pada waktu praktikum.
Pada pembahasan :
- Jelaskan gerakan partikel sabun atau detergen sebelum dan sesudah dipanaskan
.
- Jelaskan perbedaan kekeruhan antara air tanpa detergen, air diberi detergen
tidak dipanaskan dan air diberi detergen kemudian dipanaskan.
- Dari percobaan diatas apakah tergolong koloid? Jika koloid anda jelaskan.
2. Pembuatan campuran
- Timbang 0,5 gram agar-agar powder dan tepung tapioca
- Siapkan 2 buah beaker glass diisi 10 ml air kemudian panaskan sampai
mendidih.
- Masukkan agar-agar dan tepung tapioca ke dalam air diatas kemudian aduk dan
biarkan.
- Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik seperti viskositas, kekerasan,
kekeruhan sebelum dan sesudah dipanaskan.
- Apakah percobaan diatas tergolong koloid? Jika koloid sebutkan cirri-ciri yang
ada sehingga disebut koloid.
3. Penentuan jenis koloid
- Siapkan campuran seperti di bawah ini :
- Minyak kelapa 1 ml + air kapur 2 ml
- Minyak kelapa 1 ml + air 2 ml
- Minyak kelapa 1 ml + minyak tanah 2 ml
- Minyak tanah 1 ml + air 2 ml
- Tanah halus 1 sendok + 3 ml air

BKPM Kimia Program Studi D-IV 36


- Pengamatan dilakukan sebelum dan sesudah dikocok/dicampur kemudian
tentukan jenis koloidnya.
4. Pengaruh zat lain terhadap system koloid
- Siapkan lima tabung reaksi
- Masing-masing tabung diisi dengan albumin 2 ml (putih telur)
- Tabung 1 dibiarkan sebagai control
- Tabung 2 ditambah asam sulfat encer 5 tetes
- Tabung 3 ditambah asam asetat encer 5 tetes
- Tabung 4 ditambah NaOH encer 5 tetes
- Tabung 5 ditambah NaHCO3 encer 5 tetes
- Bandingkan tabung ke 1-5, kemudian dilihat perbedaan pengaruh penambahan
asam kuat dan asam lemah, pengaruh penambahan basa kuat dan basa lemah.

BKPM Kimia Program Studi D-IV 37

Anda mungkin juga menyukai