TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa dapat menyebutkan dan mengetahui fungsi dari macam-macam alat
yang digunakan dalam percobaan kimia.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat dengan tepat dan benar.
DASAR TEORI
Pada percobaan kimia terdapat bermacam-macam alat tergantung jenis
percobaan yang digunakan. Alat-alat tersebut diklasifikasikan berdasarkan fungsinya
(alat ukur dan bukan alat ukur) serta berdasarkan jenis bahan pembuatannya (alat
gelas, logam ataupun plastik).
Dari beberapa jenis alat yang ada, praktikan dapat mengelompokkannya
berdasarkan fungsinya yaitu :
- Alat untuk mereaksikan
- Alat untuk melarutkan
- Alat untuk mengukur volume
- Alat untuk mengukur berat
- Alat untuk mengukur suhu
- Alat untuk mengukur tekanan
- Alat untuk mengukur pH, mV, daya hantar
- Alat untuk mengukur intensitas cahaya
- Alat untuk memanaskan
- Alat untuk mengukur kecepatan gas, dll.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengenali reaksi-reaksi kimia berdasarkan perubahan yang
terjadi.
2. Mahasiswa mengerti cara-cara perhitungan reaksi-reaksi kimia.
3. Mahasiswa menjelaskan suatu sistem reaksi kimia mencapai titik stokiometri.
DASAR TEORI
Pada percobaan kimia terdapat bermacam-macam reaksi seperti reaksi
pengendapan, oksidasi-reduksi, pembentukan senyawa kompleks dan lain-lain yang
dapat diamati secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengamatan kualitatif dapat
dilakukan dengan melihat perubahan warna, pembentukan gas, adanya gelembung-
gelembung udara dan lain-lain. Sedangkan pengamatan secara kuantitatif dapat
diketahui dengan menghitung jumlah zat yang terurai maupun jumlah zat yang
terbentuk. Oleh karena itu perlu mengetahui konsep-konsep dasar perhitungan kimia
sperti Molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N), persen berat dan volume (%), serta
yang lainnya.
Pada percobaaan yang akan dilakukan terbatas kepada pembahasan reaksi
kimia sederhana supaya mudah dipahami. Yang harus dilakukan pada setiap percobaan
adalah mengamati perubahan secara fisik sebelum dan sesudah reaksi terjadi seperti
warna larutan, endapan, perubahan suhu (dengan tangan lebih panas/lebih dingin),
pengendapan cepat atau lambat, adanya gelembung, kekeruhan dan lain-lain. Selain itu
dilakukan perhitungan sederhana secara teoritis reaksi yang terjadi.
Variasi Kontinyu
Dalam prosesing produk bioenergi ataupun produk-produk industry lainnya
seperti pengolahan bahan pangan/bahan hasil pertanian, pertimbangan penggunaan
variasi kontinyu sering dilakukan untuk mengamati sampai sejauh mana reaksi
penggunaan bahan kimia masih berlangsung serta menentukan bentuk reaksi yang
terjadi berdasarkan pengamatan berat, suhu, volume, daya hantar listrik dan lainnya.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Perubahan bilangan oksidasi
- Siapkan 2 tabung reaksi diisi masing-masing dengan 1 ml 0,1 M K2CrO4 diberi
label A dan B. Tabung A ditambahkan HCl 1 M 5 tetes dan tabung B
ditambahkan NaOH 1 M 5 tetes. Amati perbahan warna yang terjadi.
- Siapkan 2 tabung reaksi diisi masing-masing dengan 1 ml 0,1 M K2CrO7 diberi
label C dan D. tabung C ditambahkan HCl 1 M 5 tetes dan tabung D
ditambahkan NaOH 1 M 5 tetes. Amati perubahan warna yang terjadi.
- Larutan tabung A dituangkan ke Cdan tabung B dituangkan ke D. Amati
perubahan warna yang terjadi.
2. Reaksi pembentukan endapan
- Siapkan 1 tabung reaksi diisi dengan 1 ml NaCl 0,1 M dan ditambahkan 10
tetes AgNO3 0,1 M. Amati perubahan endapan yang terjadi.
3. Reaksi peruraian
- Siapkan 2 tabung reaksi A dan B. A diisi 1 ml CaCO3 0,1 M + 0,1 M HCl 1 ml
dan B diisi BaOH 0,1 M sebanyak 1 ml. Kedua tabung dihubungkan dengan
pipa kecil. Kemudian A dipanaskan dengan Bunsen dan amati gas yang
terbentuk dalam BaOH.
- Amati perubahan suhu selang waktu 20 detik selama 2 menit setiap system
campuran yang dibuat.
- Dari data yang ada buat grafik hubungan antara suhu dengan H2SO4.
- Dari ketiga campuran yang ada tentukan yang mencapai titik stokiometri.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat memahami tentang kecepatan/laju reaksi
2. Mahasiswa dapat menentukan tingkat reaksi
3. Mahasiswa dapat mengetahui factor yang mempengaruhi kecepatan reaksi.
DASAR TEORI
Kinetika reaksi mempelajari tentang kecepatan reaksi dan mekanisme dari
reaksi kimia. Keterkaitan antara kinetika reaksi dan termokimia adalah kinetika
digunakan sebagai pelengkap termokimia karena kesetimbangan reaksi kimia
dipelajari dalam kinetika.
Kinetika reaksi dipengaruhi bermacam-macam faktor antara lain :
1. Konsentrasi pereaksi, bila reaksi dapat balik, konsentrasi hasil reaksi juga
berpengaruh.
2. Temperatur reaksi.
3. Tekanan untuk reaksi-reaksi gas.
4. Katalisator.
5. Intensitas dan panjang gelombang cahaya untuk reaksi-reaksi foto kimia.
Kecepatan reaksi biasanya dinyatakan sebagai jumlah pereaksi yang diubah
persatuan waktu, persatuan volume atau jumlah hasil reaksi yang dibentuk persatuan
volume, persatuan waktu.
Kecepatan reaksi dapat dianalisa dengan beberapa cara. Salah satu cara adalah
mengambil sampel yang kemudian dianalisa dengan cara titrasi ataupun dengan
presipitasi. Cara yang lebih baik adalah dengan mengikuti sifat-sifat fisika atau kimia
dari campuran reaksi sebagai keseluruhan, seperti warna, indeks refraksi, sifat optis,
daya hantar listrik dan lain-lain.
Laju Reaksi dan Pengukuran
Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi per waktu = mol L -1s-1
Laju reaksi dapat diukur konsentrasi reaktan/produk, sedangkan pengukuran dapat
digunakan interval waktu. Jika reaktan yang diukur maka estimasi grafik menurun,
sedangkan jika produk yang diukur maka estimasi grafik akan naik.
Katalisator
Katalisator adalah zat yang dapat mengubah kecepatan reaksi. Hampir semua
katalisator dapat mempercepat reaksi. Katalisator disebut homogen bila membentuk
dua fase dengan pereaksinya.
Sifat-sifat katalisator adalah :
1. Tidak berubah selama reaksi.
2. Tidak mempengaruhi letak kesetimbangan.
3. Reaksi yang dikatalis harus sudah berjalanmeskipun lambat
4. Katalisator yang digunakan untuk mempercepat reaksi jumlahnya sedikit.
Contoh penggunaan katalisator : enzim α-amilase yang digunakan sebagai katalis
pada proses hidrolisis dalam pembuatan high frukto syrup atau bioetanol.
- Larutan tersebut diatas digojok merata dan diletakkan di atas rak tabung reaksi.
- Masing-masing ditambahkan 2 ml Kalium pirodisulfit 1 M kemudian catat
waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya pertama kali warna muncul.
- Buat grafik hubungan mol Tio (Na2S2O3) dengan waktu, kemudian tentukan
tingkat reaksinya.
- Ulangi yang sama hanya saja Na2S2O3 dibuat tetap 1 ml dan larutan KI dibuat
bervariasi.
2. Temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi
- Siapkan 2 tabung reaksi diisi dengan 3 ml HCl 0,1 M beri label a dan b.
- Siapkan 2 tabung reaksi diisi dengan 3 ml Tio 0,1 M beri label c dan d.
- Tabung a dan c dipanaskan diatas nyala api/penanggas air ± 60 oC kemudian
campur dan catat waktu yang dibutuhkan untuk larutan menjadi
keruh/terbentuk endapan.
- Tabung b dan d langsung dicampur pada suhu kamar kemudian catat waktu
dibutuhkan untuk larutan menjadi keruh atau terbentuk endapan.
- Bandingkan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi.
Tujuan Praktikum :
Mahasiswa dapat memahami bahwa pada reaksi kimia disertai dengan perubahan
kalor/panas yang dapat diukur dengan percobaan sederhana.
Dasar Teori :
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang kalor atau panas, terkait
dengan adanya reaksi kimia. Kalor atau panas yang timbul akibat dari reaksi kimia
dinamakan dengan kalor reaksi atau panas reaksi atau perubahan entalpi reaksi.
Besarnya entalpi suatu zat dapat diukur. Jika suatu zat direaksikan, maka zat tersebut
akan menyerap atau membebaskan kalor dari energi yang tersimpan. Pembebasan atau
penyerapan kalor dalam reaksi kimia itulah yang disebut dengan perubahan entalpi
(∆H).
Penentuan besarnya energi atau perubahan entalpi tidak dapat secara langsung.
Misalnya jika kita memanaskan air dengan cara pembakaran gas elpiji, maka reaksi
dari pembakaran elpiji atau energi yang diserap oleh air tidak bisa ditentukan secara
langsung tetapi dapat ditentukan dari perubahan suhu air. Untuk itu perlu diketahui
hubungan energi (kalor) dengan suhu, yang dikemukakan dalam pengertian 1 kalori :
Dari definisi tersebut, berarti kalau massa air diketahui dan perubahan suhu air
dari eksperimen dapat ditentukan, maka banyaknya energi dapat dihitung dengan
rumusan :
𝑞 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑡
Dimana :
q = kalor = besarnya energi yang dibebaskan/diperlukan
m = massa air
c = kalor jenis air = 1 kalori/gr oC = 4,184 Joule/gr oC
∆t = perubahan suhu.
Prosedur kerja :
1. Timbanglah lampu bunsen sebelum diisi dengan etanol (spiritus) dan catat
hasilnya (m0)..
2. Isi lampu bunsen dengan etanol, kemudian timbang kembali dan catat hasilnya
(m1)
3. Masukkan air sebanyak 200 mL ke dalam gelas kimia, kemudian ukur suhu air
dengan menggunakan thermometer dan catat hasil pengukuran sebagai suhu
mula-mula (T1).
4. Panaskan air dengan menggunakan lampu bunsen hingga mendidih, kemudian
ukur suhu akhir sebagai T2.
5. Matikan lampu bunsen setelah air mendidih dan diamkan hingga dingin,
kemudian lampu di timbang kembali dan catat hasilnya (m2).
6. Ulangi percobaan anda dengan volume air yang berbeda sebanyak 3 kali
(misalnya 150 ml, 250 ml, atau 300 ml)
7. Masukkan data pengamatan ke dalam table pengamatan kemudian lakukan
perhitungan.
8. Bahas dan simpulkan hasil percobaan anda dalam laporan.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mempelajari sifat kelistrikan senyawa
2. Mahasiswa mempelajari cara pengukuran listrik
3. Mahasiswa mempelajari sifat kimia dan sifat kelistrikan.
DASAR TEORI
Jika kita mengamati perubahan energy dalam bentuk pelepasan panas atau
penyerapan panas dari lingkungan maka kita akan bertanya lagi. Apa yang terjadi
selama perubahan tersebut. Kemudian kita juga berpikir mengapa hanya dengan accu
lampu mobil bisa hidup dan dapat menggerakkan seluruh system yang ada dimobil.
Bentuk energy yang dihasilkan dapat berupa kerja listrik yang terjadi dalam system
kimia ataupun pada perubahan system kimia itu sendiri.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan penyebaran electron dalam ion
maupun molekul. Adanya perubahan dapat dilihat berdasarkan sifat fisik seperti kuat
arus listrik, beda potensial maupun besarnya daya hantar listrik. Peristiwa yang terjadi
berupa perpindahan electron, bertambah atau berkurang electron dikenal dengan
peristiwa reduksi-oksidasi (redoks).
Sel Galvanis
Sel galvani/ sel volta adalah dua batang logam yang tidak sama dicelupkan
kedaam dua macam larutan elektrolit yang dihubungkan dengan jembatan garam.
Bilamana kedua batang logam dihubungkan dengan kawat penghubung akan terjadi :
1. Salah satu logam larut menjadi ion, sedangkan pada batang logam yang lain
akan terjadi pengendapan, ion mengendap.
2. Pada kawat penghubung terjadi aliran electron (Amperemeter).
Dalam sel volta terjadi reaksi reduksi – oksidasi pada masing-masing batan.
Adanya perubahan logam menjadi ion dan ion menjadi logam berarti menunjukkan
adanya pelepasan dan penerimaan electron. Perbedaan jumlah electron dikedua batang
akan menimbulkan daya hantar listrik dan dapat diukur besarnya beda potensial
Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia pemecahan oleh arus
listrik. Alat elektrolisis terdiri dari sel elektrolit dan dua buah elektroda, anoda dan
katoda. Pada anoda terjadi oksidasi sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi.
Pada suatu percobaan elektrolisis reaksi yang terjadi pada katoda tergantung
pada kecenderungan terjadinya reaksi oksidasi reduksi. Elektrolisis NaCl pada
berbagai keadaan menunjukkan pentingnya suasana system dielektrolisis. Jika larutan
NaCl yang sangat encer, dielektrolisa menggunakan elektroda platina maka akan
terjadi reaksi sebagai berikut :
Pada kedua elekroda :
Anoda : 2 H2O ------------- O2 + 4 H+ + 4 e
Katoda : 2 H2O ------------- H2 + 2 OH-
Jika larutan NaCl pekat akan terjadi :
Anoda : 2 Cl- ------------ Cl2 + 2e
Katoda : 2 H2O + e ----------- H2 + 2 OH-
Jika elektrolisis pada leburan NaCl
Anoda : 2 Cl- ------------ Cl2 + 2e
Katoda : Na+ + e ------------ Na
Jika s pada elektrolisis elektroda yang digunakan raksa (Hg) maka yang terjadi adalah :
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penentuan Gaya Gerak Listrik dua Buah Elektroda
a. Siapkan larutan H2SO4 1 M dan plat tembaga (Cu), aluminium (Al) serta
kuningan.
b. Masukkan larutan H2SO4 ke dalam beker glass sebanyak 100 ml.
c. Masukkan plat logam tersebut ke dalam beker glass berisi larutan. Logam yang
ada dalam larutan H2SO4 tersebut disebut dengan elektroda.
d. Hubungkan elektroda dengan digital multimeter dan ukur berapa beda
potensialnya. Tentukan juga mana yang berperan sebagai katoda dan anoda.
Masukkan data pengamatan anda ke dalam tabel berikut :
No Elektroda Katoda Anoda Voltage
1. Al – Cu
2. Al – Kuningan
3. Cu - Kuningan
2. Elektrolisis
a. Buatlah wadah elektrolisis dari toples mika yang dilengkapi slang plastik.
b. Masukkan air (H2O) sebanyak ¼ bagian toples (ukur berapa ml).
c. Masukkan elektroda (stainless stell) ke dalam toples.
d. Kondisikan toples tertutup rapat sehingga tidak terjadi aliran udara.
e. Pasang balon udara pada ujung slang plastic.
f. Hubungkan kedua elektroda dengan catu daya 12 Volt. Amati perubahan yang
terjadi pada air dalam toples. Gelembung udara yang terbentuk adalah gas H 2
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti konsep asam basa dan pH
2. Mahasiswa dapat menggunakan indikator asam basa dengan tepat dan benar.
3. Mahasiswa dapat memperkirakan titik ekivalen titrasi dengan indikator.
DASAR TEORI
Klasifikasi asam dan basa didasarkan pada karakteristik yang ditunjukkan
apabila dilarutkan kedalam air. Asam mempunyai sifat antara lain memerahkan
lakmus, mempunyai rasa asam, sedangkan basa membirukan lakmus, pahit dan licin.
Teori asam dan basa telah dikemukakan oleh Arhenius, Brosted – Lowry dan
Lewis yang berisi bahwa asam adalah zat yang mengandung ion hidrogen, sebagai
donor proton. Basa adalah zat yang mengandung hidroksida, sebagai aseptor proton.
Karakteristik yang ada pada asam dan basa adalah sebagai berikut:
reaksi asam dan basa adalah cepat, suatu asam kuat atau basa kuat dapat mengganti
asam yang lebih lemah atau basa lemah dari senyawa, indikator dapat digunakan untuk
menentukan titik akhir titrasi, asam dan basa merupakan katalis penting.
H In =========== H+ + In-
warna dalam asam warna dalam basa
Titrasi
Analisa volumetri adalah suatu cara untuk mengetahui konsentrasi suatu
reaktan berdasarkan volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Cara ini
biasanya dengan titrasi yaitu penambahan larutan ke dalam larutan yang akan diukur
konsentrasinya melalui buret. Penambahan disini sampai titik ekivalen tercapai. Pada
saat ini jumlah ekivalen larutan standart sama dengan jumlah ekivalen larutan yang
dianalisa. Peranan ketepatan memilih indikator sangat penting untuk mengukur
ketelitian titrasi dari suatu bahan yang akan dianalisa, kepekaan melihat warna serta
faktor penimbangan ikut menentukan.
Sebagai contoh perhitungan titrasi dapat dilihat pada bab I Pengenalan Alat.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Perubahan warna indikator pada keadaan asam, basa dan netral
- Siapkan 6 tabung reaksi 3 diisi 5 ml HCl dan 3 diisi 5 ml CH 3COOH
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan
2. Mahasiswa mempelajari jenis-jenis kesetimbangan dan cara menentukan nilai
kesetimbangan.
DASAR TEORI
Kesetimbangan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kesetimbangan fisika dan
kimia. Beberapa kesetimbangan fisika dapat diketahui pada proses penguapan cairan,
pembekuan cairan, sublimasi, kelarutan suatu zat dan sebagainya.
Pada penguapan air, terjadi kesetimbangan antara air dan uapnya, sedangkan
pada pelarutan gula dalam air terjadi kesetimbangan antara gula yang padat dengan
gula dalam larutan.
H2O (cair) ======== H2O (uap)
C12H22O11 ======= C12H22O11 (larutan)
Untuk mempelajari reaksi kesetimbangan yang perlu dipelajari adalah
bagaimana cara yang tepat untuk menentukan kapan terjadi kesetimbangan dan
bagaimana mengetahui keadaan tersebut telah setimbang. Berdasarkan peristiwa
tersebut kesetimbangan dapat ditera melalui konsentrasi senyawa yang berada dalam
udara maupun dalam cairan. Untuk mengetahui konsentrasi senyawa dapat diukur
berdasarkan warna larutan, tekanan gas, daya hantar listrik, beda potensial, pH larutan,
berat endapan dan sebagainya.
Contoh : Ion besi (Fe3+) dengan tiosianat (FeSCN2+) dalam larutan akan
berwarna merah. Jika besi – tiosianat yang dilarutkan dalam air yang mempunyai
konsentrasi berbeda-beda maka warna larutan juga berbeda-beda maka warna larutan
juga berbeda-beda.
Pada percobaan ini yang akan dipelajari adalah kesetimbangan kimia dalam
bentuk ion dan molekul. Kesetimbangan kimia sangat dipengaruhi oleh : kestabilan ion
atau molekul, reagent yang berlebihan dan pH dari larutan.
Kesetimbangan ion yang akan dipelajari sebagai acuan adalah ion Fe dalam
bentuk ferisianat. Makin besar jumlah ion Fe maka akan cenderung berada dalam
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kesetimbangan Ferri --------- Ferro
- Isi tabung reaksi dengan 1 ml FeCl2 1 M (fero) dan tambahkan 5 ml K2CrO4 1
M dan endapkan dengan sentrifuse. Kemudian pisahkan endapan pelarutnya
dan kemudian endapan ditambah beberapa tetes NaOH 2 M. Amati perubahan
yang terjadi.
2. Pengaruh Reagent
- Siapkan 10 ml KSCN 0,1 M dan campur dengan 1 ml Fe(NO3)3 0,2 M.
- Siapkan 4 tabung kemudian beri label a, b, c dan d kemudian diisi dengan 2
campuran larutan diatas.
- Tabung a sebagai pembanding tanpa perlakuan, tabung b ditambah 5 tetes
KSCN 0,1 M, tabung c ditambahkan 5 tetes Fe(NO3)3 0,2 M dan tabung d
ditambahkan sebutir NaHPO4.
- Amati keseluruhan dengan pengamatan warna, endapan, suhu (diukur dengan
tangan sebelum dan sesudah reaksi terjadi dan pengamatan lain yang anda
dapatkan.
- Dari pengamatan yang anda dapatkan kemudian prediksikan apakah reaksi
kimia berlangsung atau reaksi bergeser kemana, semua jawaban dimasukkan
dalam pembahasan sesuai dengan data yang didapatkan.
3. Kesetimbangan karena pengaruh konsentrasi
- Siapkan 3 tabung reaksi kering dan bersih, beri label a, b, c dan masing-masing
ditambahkan 1 ml KSCN 0,1 M. Tabung a ditambahkan 1 ml Fe(NO3)3 0,2 M
sebagai standart.
Cara Perhitungan :
Dalam reaksi diatas diasumsikan :
1. Larutan Fe(NO3)3 dan KSCN berada dalam bentuk ion.
2. Pada tabung pertama dianggap semua ion tiosianat (SCN-) bereaksi sempurna
membentuk FeSCN.
3. Perhitungan :
- Konsentrasi FeSCN tabung b = tinggi tabung a/b × konsentrasi standart × 1/5
- Perhitungan tabung c sama dengan tabung b
- Dari prosedur penentuan diatas dengan penambahan KSCN berlebihan ke
tabung b dan c apakah keadaan setimbang dapat terjadi ? Uraiakan dalam
pembahasan sesuai dengan pengamatan warna yang anda dapatkan.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengenali sifat-sifat gugus fungsional
2. Mahasiswa dapat memahami sifat kimia karbohidrat, protein dan lemak.
DASAR TEORI
Kimia karbon di kehidupan sehari-hari banyak ditemukan seperti gula,
benzene, ester dan lainnya. Sifat-sifat dari gugus fungsional sangat menentukan sifat
kimia dari senyawa. Sebagai contoh adalah glukosa dan fruktosa dimana glukosa
terdapat gugus fungsional aldehid dan fruktosa adalah keton. Keduanya mempunyai
sifat beda pada kemampuan mereduksi.
Karbohidrat banyak ditemukan di alam dalam bentuk monosakarida, disakarida
ataupun polisakarida. Perbedaan didasarkan pada panjangnya gugusan glukosa yang
terikat. Sifat-sifat kimia golongan karbohidrat dapat dilihat dari kemampuan untuk
mereduksi, hidrolisa maupun dehidratasi.
Protein merupakan komponen utama sel hidup. Fungsi utama protein adalah
pembentuk sel. Protein berfungsi sebagai enzim, biokatalisator dalam proses biokimia
di dalam sel. Denaturasi dan hidrolisa umumnya kerusakan yang dialami protein.
Lemak/minyak secara kimiawi diartikan sebagai trigliserol yang biasanya
disebut trigliserida. Senyawa trigliserida pada suhu kamar mempunyai bentuk padat
dan cair. Lemak dapat dibedakan atas dasar jenuh/tak jenuh. Asam lemak jenuh
bilamana rantai atom C tidak terdapat ikatan rangkap. Minyak palma sebagian besar
minyak jenuh yaitu palmitat. Stearat adalah contoh lemak jenuh yang sebagian besar
ditemukan pada jaringan hewani. Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang
mempunyai ikatan rangkap satu atau lebih. Jumlah ikatan rangkap lebih dikenal
dengan derajat ketidakjenuhan minyak. Banyak terdapat pada jaringan nabati,
contohnya adalah asam oleat, linoleat, dan linoleat.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kepolaran gugus fungsional
- Siapkan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml aseton, formal
dehide, benzene, larutan glukosa, etanol.
- Masing-masing dilarutkan dalam 2 ml air dan minyak.
- Anda bedakan yang larut dalam air dan minyak kemudian anda rangking,
senyawa mana yang paling larut sampai tidak larut kemudian beri alasan di
pembahasan sesuai dengan data yang didapatkan.
2. Kepolaran gugus fungsional OH-
- Siapkan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml methanol, etanol,
butanol dan propanol.
- Masing-masing dilarutkan dalam 2 ml air dan minyak.
- Anda bedakan yang larut dalam air dan minyak kemudian anda rangking,
senyawa mana yang paling larut sampai tidak larut kemudian beri alasan di
pembahasan sesuai dengan data yang didapatkan.
3. Kemampuan mereduksi karbohidrat
- Siapkan 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml glukosa, fruktosa,
maltose dan amylum.
- Masing-masing ditambahkan larutan fehling 1 ml kemudian anda panaskan di
penanggas air/ dengan bunsen.
- Anda amati perubahan warna yang terjadi, kemudian anda beri alasan jika
terjadi perubahan warna.
4. Koagulasi protein
- Siapkan 5 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml albumin;
Tabung 1 dipanaskan
Tabung 2 ditambah alkohol 95% 1 ml
Tabung 3 ditambah HCl pekat 5 tetes
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengetahui kelarutan dari senyawa hidrokarbon aliafatis
dan aromatis.
2. Mahasiswa mampu mengamati dan mengidentifikasi perubahan reaksi yang
terjadi.
DASAR TEORI
Hidrokarbon merupakan persenyawaan organik yang paling sederhana yang
hanya terdiri dari atom karbon dan atom hydrogen. Meski secara biologis
persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon tidak penting, tetapi persenyawaan-
persenyawaan biologis dapat dipandang sebagai turunan dari hidrokarbon (hidrokarbon
dipandang sebagai persenyawaan induk).
Senyawa hidrokarbon dapat dikelompokkan menjadi :
- Hidrokarbon aliafatik
- Hidrokarbon aromatik .
Senyawa-senyawa tersebut digolongkan dalam bentuk ikatan atom karbonnya :
- Alkana
- Alkena
- Alkuna
Semua persenyawaan hidrokarbon bersifat non polar, sehingga ikatan antar
molekulnya sangat lemah. Karena itu hidrokarbon yang berat molekulnya berbentuk
gas. Karena sifat non polar ini, hidrokarbon akan mudah larut dalam pelarut-pelarut
berpolaritas rendah seperti karbon tetraclorida (CCl3), chloroform (CHCl3), benzena
(C6H6) dan eter (R-O-R). Selain itu hidrokarbon mempunyai kerapatan yang lebih
kecil dari air.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Hidrokarbon Alifatis (Alkana)
- Masukkan 1 ml asam sulfat pekat ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 1 ml alkana (paraffin cair).
- Kocok hingga berubah warna dan amati.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
2. Hidrokarbon Aromatis (Benzena)
- Sediakan 2 tabung reaksi dan masing-masing tabung diisi dengan 1 ml aquades.
- Tambahkan 1 ml etanol pada tiap-tiap tabung kemudian tetesi dengan benzene
pada masing-masing tabung sebanyak 1 ml secara perlahan-lahan.
- Amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
3. Sifat Benzena sebagai pelarut
- Sediakan 6 tabung reaksi, 3 tabung masing-masing diisi dengan 1 ml aquades
dan 3 tabung lainnya yaitu tabung 4,5,6 masing-masing diisi dengan 1 ml
benzene.
- Pada tabung 1, 2 dan 3 yang berisi aquades tambahkan paraffin pada tabung 1,
1 ml minyak kelapa pada tabung 2 dan 1 gr kristal iodium pada tabung 3.
- Ulangi perlakuan diatas terhadap tabung 4, 5, dan 6 yang berisi benzene.
- Amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi sekali lagi.
4. Nutrisi Benzena
- Sediakan 1 tabung reaksi kemudian isi dengan 1 ml asam sulfat pekat.
- Kemudian tambahkan dengan 3 ml asam nitrat pekat secara perlahan-lahan.
Lakukan percobaan tersebut pada ruang asam.
- Tetesi dengan 1 ml benzene (amati perubahan yang terjadi).
- Lalu tuangkan 25 ml aquades secara perlahan-lahan (lakukan di ruang asam).
Selanjutnya amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa diharapkan mampu dan mengerti tentang cara pembuatan senyawa
hidrokarbon aliafatis jenuh (alkana).
2. Mahasiswa mengetahui sifat-sifat dari bahan yang digunakan.
3. Mahasiswa dapat menuliskan reaksi dan mekanismenya.
DASAR TEORI
Alkana termasuk dalam hidrokarbon jenuh (asiklik). Jenis alkana yang palind
sederhana adalah metana. Alkana tidak larut dalam air dan senyawa ini berbentuk
cairan yang lebih ringan dari air, karena itu alkana terapung di atas air. Hal ini
disebabkan karena alkana bersifat non polar.
Alkana mempunyai titik didih yang rendah dibandingkan dengan senyawa
organik lain dengan berat molekul yang sama. Hal ini disebabkan karena daya tarik
menarik di antara molekul non polar lemah, sehingga proses pemisahan molekul satu
dengan yang lainnya (sama dengan proses perubahan dari fase cair ke fase gas) relative
memerlukan sedikit energi.
PROSEDUR PERCOBAAN
- Gerus 1 sendok makan natrium benzoate dan 1 sendok NaOH dalam mortar.
- Kemudian ambil 1 sendok campuran tadi dan masukkan dalam tabung reaksi
serta tutup dengan kapas.
- Panasilah tabung reaksi yang berisi bahan campuran sampai keluar gelembung.
- Amati apakah ada cairan lain dan bagaimana baunya? Ulangi percobaan sekali
lagi.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menunjukkan adanya air pada alkohol
2. Mahasiswa mampu mengetahui esterifikasi alkohol
DASAR TEORI
Alkohol adalah persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus
hidroksil. Karena ikatan hidroksil bersifat kovalen, maka sifat alkohol tidak serupa
dengan hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama yang
berakhiran –ol. Alkohol dapat digolongkan berdasarkan :
a. Letak gugus OH pada atom karbon
b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya)
c. Bentuk rantai karbonnya.
Alkohol yang paling sederhana adalah methanol (CH3OH) atau disebut juga
alkohol kayu. Methanol merupakan larutan mudah menguap yang tidak berwarna dan
dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan. Methanol di jual sebagai
spiritus untuk bahan bakar. Methanol sangat beracun, bila terminum atau terhirup
dapat menyebabkan kebutaan atau lumpuh.
Alkohol lain yang banyak digunakan adalah etnol (CH3CH2OH). Minuman
beralkohol mengandung etanol dengan konsentrasi berbeda. Etanol dapat menekan
susunan saraf pusat. Dapat digunakan antiseptic dan pengawet, sebab dapat
mengkoagulasikan protoplasma. Alkohol dapat juga dihasilkan dari karbohidrat secara
biologis yaitu dengan kerja enzim zymase (terdapat dalam sel khamir atau yeast).
Reaksinya terdiri dari beberapa tahap yang dapat dituliskan secara sederhana sebagai
berikut :
C6H12O6 =========== 2 CO2 + 2 C2H5OH
Alkohol dengan rantai aromatic bersifat lebih asam daripada alkohol aliafatik.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya delekalisasi electron pada cincin aromatic yaitu
electron pada oksigen (O2) dan hydrogen (H2) cenderung tertarik ke arah cincin
aromatic.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penunjukan adanya air
- Masukkan 5 ml alkohol 50% ke dalam tabung reaksi, timbang 2 gram CuSO 4
dengan menggunakan neraca analitik dan masukkan ke dalam tabung yang
berisi alkohol, lalu kocok. Amati perubahan yang terjadi.
- Masukkan 5 ml alkohol 50% ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan 2 gr
K2CO3, kocok dan amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
2. Esterifikasi alkohol
- Masukkan 2 ml etanol ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan beberapa
tetes asam asetat.
- Selanjutnya tambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5 ml (tutup dengan kapas).
- Masukkan pada gelas ukur yang sudah diisi aquades 25 ml selama 2 menit.
Amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
3. Acrolin test
- Panaskan campuran 0,5 ml gliserol, tambahkan dengan 1 ml KHSO 4 dalam
tabung reaksi dengan suhu 280oC (lakukan dalam lemari asam).
- Amati perubahannya.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengetahui perubahan dan reaksi reduksi yang terjadi pada
aldehida dan keton.
DASAR TEORI
Aldehida merupakan salah satu jenis persenyawaan karbonil dan gugus
fungsionalnya adalah gugus aldehida. Aldehida dan keton keduanya mempunyai gugus
fungsi yang sama yakni gugus karbonil (C=O). oleh sebab itu, aldehida dan keton
menjalankan reaksi yang sama pula. Di bawah ini merupakan gugus dari aldehida dan
keton.
R C H (Aldehida)
R1 C R2 (Keton)
Biasanya aldehida bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen
yang sama. Ini disebabkan karena atom karbon karboksil dari keton. Aldehida lebih
mudah menjalani oksida daripada keton.
Contoh aldehida yang penting adalah formaldehyde (HCHO3), suatu gas yang
berbau merangsang. Biasa digunakan sebagai germisida dan fungisida pada
konsentrasi 37 - 40% dalam air (formalin), atau digunakan juga sebagai bahan
pensteril alat-alat operasi. Sedangkan sifat keton hampir menyerupai sifat aldehida,
hanya saja keton bersifat lebih polar akibat dari kepolaran gugus karbonilnya. Bau dari
keton lebih enak daripada aldehida.
PROSEDUR PERCOBAAN
a. Acetaldehide
1. Reduksi larutan Perak Amonikal
- Masukkan 1 ml larutan acetaldehyde ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 4 tetes larutan perak amonikal, kocok.
- Panaskan dalam beaker glass yang sudah berisi aquades 20-25 ml dengan
suhu 70oC. Amati perubahannya.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
2. Reduksi larutan Fehling
- Masukkan 1 ml acetaldehyde pada tabung reaksi
- Tambahkan 2 tetes larutan fehling, kocok larutan tersebut.
- Kemudian panaskan (seperti halnya pada percobaan A). Amati
perubahannya.
- Jika perubahan yang terjadi tampak kurang jelas, tambahkan larutan
NaCO3 10% sebanyak 5 tetes. Amati perubahannya.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
3. Pembuatan Resin (Pendamaran)
- Masukkan 1 ml acetaldehyde ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 1 ml NaOH 10%, tutup menggunakan tissue atau kapas.
- Kemudian panaskan dengan menggunakan beaker glass yang sudah di isi
aquades. Amati perubahan yang terjadi.
- Ulangi percobaan sekali lagi.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam koloid
2. Mahasiswa mempelajari sifat-sifat larutan koloid
DASAR TEORI
Jika kita melarutkan suatu zat ke dalam suatu pelarut, maka kita akan
mendapatkan bermacam-macam system, tergantung dari besarnya diameter partikel
yang dilarutkan. Walaupun demikian kita dapat membagi system ini menjadi tiga jenis
yaitu :
1. Larutan sejati atau dispers molekuler, bila diameter partikelnya lebih kecil dari
1 mµ, misalnya larutan gula, garam dan sebagainya.
2. Larutan koloid atau dispers molekuler, bila diameter partikelnya terletak antara
1 mµ - 100 mµ, misalnya sol emas, sol AgCl, larutan makro molekul dan
sebagainya.
3. Dispersi kasar, bila diameter partikelnya lebih besar dari 100 mµ.
System koloid dibagi berdasarkan fase disperse dan medium dispersinya. Jenis
system koloid seperti padat dan cair akan membentuk sol seperti emas, sulfur dalam
air, cair, dan cair membentuk emulsi seperti lemak dalam air, gas dan cair akan
membentuk busa seperti buih sabun dan lain-lain system koloid yang ada di alam.
Peranan dalam dunia pertanian sangat penting artinya, seperti pada proses
pembuatan edible coating dari wax (lilin buah). α lesitin berfungsi untuk membentuk
fase air dan minyak bercampur menjadi satu dan dapat menempel pada kulit buah.
Di dalam tanah sendiri bahan organic dan bahan padat tanaman juga berada
dalam bentuk koloid. Humus, protoplasma dan dinding sel menunjukkan banyak sifat-
sifat dari koloid.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pengenalan bentuk-bentuk koloid
- Siapkan dua tabung reaksi diberi label a dan b, timbang 1 gr sabun atau
detergen, tambahkan air 3 ml, kemudian panaskan tabung b sampai mendidih.
- Amati tabung a dan b secara fisik meliputi viskositas, adanya buih dan
pengamatan lain yang ditemukan pada waktu praktikum.
Pada pembahasan :
- Jelaskan gerakan partikel sabun atau detergen sebelum dan sesudah dipanaskan
.
- Jelaskan perbedaan kekeruhan antara air tanpa detergen, air diberi detergen
tidak dipanaskan dan air diberi detergen kemudian dipanaskan.
- Dari percobaan diatas apakah tergolong koloid? Jika koloid anda jelaskan.
2. Pembuatan campuran
- Timbang 0,5 gram agar-agar powder dan tepung tapioca
- Siapkan 2 buah beaker glass diisi 10 ml air kemudian panaskan sampai
mendidih.
- Masukkan agar-agar dan tepung tapioca ke dalam air diatas kemudian aduk dan
biarkan.
- Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik seperti viskositas, kekerasan,
kekeruhan sebelum dan sesudah dipanaskan.
- Apakah percobaan diatas tergolong koloid? Jika koloid sebutkan cirri-ciri yang
ada sehingga disebut koloid.
3. Penentuan jenis koloid
- Siapkan campuran seperti di bawah ini :
- Minyak kelapa 1 ml + air kapur 2 ml
- Minyak kelapa 1 ml + air 2 ml
- Minyak kelapa 1 ml + minyak tanah 2 ml
- Minyak tanah 1 ml + air 2 ml
- Tanah halus 1 sendok + 3 ml air