Anda di halaman 1dari 20

Laboratorium Kimia & Kesuburan Tanah

UPN ”Veteran” Yogyakarta

Tata Tertib Praktikum Kimia Pertanian

1. Setiap peserta harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan. Apabila seorang
peserta terlambat lebih dari 5 menit dari waktu tersebut, maka ia tidak diperkenankan
untuk mengikuti praktikum pada acara tersebut.
2. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum (berwarna putih).
3. Setiap peserta praktikum diwajibkan mengikuti pre-test yang diadakan sebelum acara
praktikum dimulai.
4. Setiap peserta diwajibkan membuat laporan praktikum yang bentuknya sudah
ditentukan, dan ditandatangani oleh asisten setelah selesai suatu acara praktikum.
Sebelum mengikuti praktikum berikutnya, peserta harus sudah menyelesaikan laporan
praktikum yang telah dikerjakan sebelumnya.
5. Setiap peserta menjaga kebersihan Laboratorium dan bekerja dengan tertib, tenang dan
teratur. Selama mengikuti praktikum, peserta harus bersifat sopan, baik dalam
berpakaian cara berbicara maupun dalam cara bergaul. Apabila hal ini tidak diindahkan
maka praktikan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum .
6. Setiap peserta harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih
dan kering serta mengembalikan ke tempat semula.
7. Setiap peserta harus mengembalikan bahan-bahan kimia yang diambil ke tempat
semula, dengan tutup botol jangan sampai tertukar.
8. Peserta yang karena alasan tertentu tidak dapat melakukan praktikum, dimohon
mengajukan permohonan tertulis kepada kepala laboratorium dengan dilampiri surat
keterangan yang sah. Ijin tertulis dari Kepala laboratorium diberikan apabila surat
keterangan tersebut diatas dianggap sah dan layak untuk dipertimbangkan.
9. Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur lebih lanjut oleh
pimpinan Laboratorium dengan pengUmuman tersendiri
DAFTAR ISI

Tata Tertip Praktikum Kimia Pertanian dan Lingkungan .......................................... 1


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
ACARA I........................................................................................................................... 3
PENGENALAN ALAT DAN PENGGUNAANNYA, PEMBUATAN DAN
PENGENCERAN ZAT .......................................................................................... 3
ACARA II .......................................................................................................................... 7
PENETAPAN pH, REDOKS POTENSIAL dan DHL LARUTAN .................. 7
ACARA III ...................................................................................................................... 14
PENETAPAN KALIUM (K) DAN NATRIUM (Na) ...................................... 14
ACARA IV ....................................................................................................................... 16
PENETAPAN BESI FERRI DAN FERRO DENGAN TETRASI REDOKS. 16
ACARA V ........................................................................................................................ 18
PENETAPAN N PROTEIN................................................................................ 18

2
ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN PENGGUNAANNYA, PEMBUATAN
DAN PENGENCERAN ZAT

TUJUAN
1. Mengenalkan beberapa macam alat yang sederhana dan Penggunaanya
2. Percoabaan ini merupakan percobaan pendahuluan untuk percobaan berikutnya
3. Mengetahui cara membuat larutan dengan berbagai macam konsentrasi.
4. Mengetahui cara mengencerkan larutan dengan berbagai konsentrasi.

DASAR TEORI
Dalam percobaan berikut ini akan dijelaskan alat-alat sederhana yang akan dipakai antara
lain :
1. Tabung reaksi :
Terbuat dari gelas, dapat dipanaskan, dipakai untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam
jumlah yang sedikit.
2. Penjepit:
Terbuat dari kayu atau kawat. Gunanya untuk memegang tabung reaksi waktu
pemanasan.
3. Pengaduk gelas :
Untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan
reaksi kimia,atau untuk menolong waktu penuangan/mendekantir cairan dalam proses
penyaringan.
4. Corong :
Biasanya terbuat dari gelas untuk menolong waktu memasukkan cairan kedalam suatu
tempat yang sempit mulutnya, seperi botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
5. Gelas arloji :
Terbuat dari gelas, untuk tempat menimbang zat yang berbentuk kristal
6. Gelas ukur :

3
Dipakai untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair, alat ini mempunyai skala
dan terdiri dari bermacam-macam ukuran. Jangan digunakan untuk mengukur larutan /
pelarut yang panas.
7. Gelas piala /gelas beker :
Alat ini bukan alat ukur (volume sangat kasar ) digunakan sebagai tempat larutan dan
dapat juga untuk memanaskan larutan zat-zat kimia, untuk penguapan sovent/pelarut,
atau untuk memekatkan.
8. Erlen meyer :
Alat ini juga bukan alat pengukur, dipakai untuk tempat zat yang ditetrasi. Kadang-
kadang boleh juga dipakai untuk memanaskan larutan.
9. Labu takar :
Terbuat dari gelas, mempunyai bermacam-macam ukuran. Digunakan untuh membuat
larutan standard atau larutan tertentu dengan volume setepat-tepatnya. Sering juga
dipakai dalam pengenceran sampai volume tertentu. Jangan dipakai untuk mengukur
larutan / pelarut yang panas.
10. Pipet :
- Pipet gondok :
dibagian tengah pipet ini ada bagian yang membesar (gondok). Ujungnya runcing.
Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu dengan tepat. Alat ini
lebih teliti dibanding gelas ukur. Ukurannya juga bermacam-macam.
- Pipet ukur :
Beda dengan pipet gondok, pipet ini semua bagiannya sama. Digunakan
untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. mempunyai ukuran yang
berbeda, dan mempunyai skala.
- Pipet tetes (pipet Pasteur) :
Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah yang kecil.
11. Buret :
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dan kran. Digunakan untuk melakukan tetrasi.Zat
yang dipakai untuk menetrasi ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit- demi
sedikit melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.

4
Macam-macam satuan konsentrasi larutan :
Prosen (%) berat/volume : jumlah zat dalam satuan gram tiap 100 ml larutan.
Ppm : Jumlah zat dalam satuan ug per ml larutan atau mg/liter
larutan
Molaritas (M) : Jumlah gram mol zat dalam satu liter larutan
Normalitas (N) : Jumlah gram ekuivalen dalam satu liter larutan

Grol (gram mol ) = Gr/BM

Untuk membuat larutan standar kadang-kadang dilakukan dengan pengenceran larutan


yang sudah tersedia :
Untuk kepentingan ini diperlukan rumus umum pengenceran :

V1.N1 = V2.N2

V1 = V2.N2/ N1
V1 : Volume larutan asli yang dipakai
V2 : Volume larutan standartd yang akan dibuat
N1 : kepekatan larutan asli
N2 : Kepekatan larutan yang diinginkan./yang akan dibuat

Rumus umum yang digunakan untuk mengubah larutan pekat menjadi larutan tidak pekat

N.V.M
a=
10 . n . L . K

a : Larutan pekat yang digunakan untuk membuat larutan sebanyak V ml.


V : Volume larutan yang dikehendaki
N : Normalitas larutan yang diinginkan
M : Berat molekul

5
K : Prosen larutan
L : Kerapatan jenis larutan
n : Valensi

CARA KERJA
1. Amati jenis alat-alat yang ada dan gambar serta beri keterangan.
2. Buatlah larutan standar masing -masing 100 ml (gunakan labu takar 100 ml)
yang mengandung 0,1 N NaOH
Hitung dan timbang jumlah NaOH yang dibutuhkan, masukkan dalam labu
takar 100 ml tambahkan Aquadest sampai separo labu gojok dan apabila
telah larut tambahkan lagi aquadest sampai tanda garis.
3. Buat larutan 0,1 N HCl dari larutan 1 N HCl sebanyak 100 ml
Hitung Volume kebutuhan HCl 1 N yang d iperlukan, Ambil
dengan pipet gondok/pipet volume masukkan dalam labu takar 100 ml
tambahkan aquades kira-kira separonya gojok dan tambahkan lagi
aquadest sampai tanda garis.
4. Buat laporan pada kertas yang telah tersedia dan mintakan Acc atau persetujuan
dari asisten yang membimbing saudara.

6
ACARA II
PENETAPAN pH, REDOKS POTENSIAL dan DHL LARUTAN

A. PENETAPAN pH, REDOKS POTENSIAL


TUJUAN
Menetapkan pH bermacam-macam larutan dan Potensial redoksnya.

DASAR TEORI
pH merupakan satuan yang menunjukkan intensitas kemasaman dalam larutan
dan didefinisikan sebagai minus log konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.

pH = - log ( H+ )

Ada beberapa definisi mengenai teori kemasaman


1) Teori Arenius
asam didefinisikan sebagai sutu zat yang larutannya dalam air menghasilhan ion H+
sedang basa yang larutannya dalam air menghasilkan ion OH- .
HCl H+ + Cl-
NaOH Na+ + OH-
H20 H+ + OH-
2) Teori Bronstead – Lowry
pelarut bisa air maupun bukan air asam adalah zat yang dapat memberikan proton
(proton donor) basa adalah zat yang dapat menerima proton (proton aseptor)
HCl H+ + Cl-
(asam) (basa)
H2O + H+ H3O+
(basa) (asam)
H2O + H2O H3O+ + OH-
(basa) (asam)

7
3) Lewis
Asam sebagai zat berupa molekul, radical atau ion yang dapat menerima
sebuah elektron dari atom yang lain. Dengan kata lain asam yang dapat menerima
pasangan elektron (aseptor elektron), sedang basa sebagai zat yang dapat
memberikan pasangan elektron (elektron donor) SO3. CO2 dapat dianggap asam
meskipun tak mengandung H.
Contoh
NH3 + H+ NH4+
(basa) (Asam)
H2O + SO3 H2SO4
basa Asam
H2O + CO2 H2CO3
basa Asam

Pengukuran pH
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan cara potensiometrik menggunakan pH
meter atau kolorimetrik menggunakan indikator atau kertas lakmus.
1. Potensiometrik
2. Kolorimetrik
Pengukuran pH secara potensiometrik dilakukan dengan menggunakan elektroda
standar dan elektroda pembanding. Pengukuran pH secara ini hasilnya lebih teliti
dibanding dengan cara colorimetri. Penggunaan metode ini memerlukan larutan standar
yang mempunyai pH tertentu (biasanya larutan buffer) sebelum pengukuran terhadap
sampel untuk menera alat.
Cara kolorimetri melibatkan penggunaan indikator tertentu yang mengalami
perubahan warna sesuai daerah pH tertentu, pengukuran pH larutan dengan cara ini
menggunakan banyak indikator yang dicampur atau hanya memakai indikator yang hanya
menunjukkan nilai asam atau basa saja seperti kertas lakmus.

8
Potensial redoks ( potensial oksidasi- reduksi) /Eh
Potensial elektrode didefinisikan oleh IUPAC (International Union of Applied
Chemistry), l960 sebagai ketersediaan elektron atau potensial elektro kimia dari elektron
pada kedaan setimbang
secara umum rumus Eh dapat ditulis sebagai berikut ;
Eh : Eo – (RT/nF) ln (reduksi/oksidasi)
Potensial standar dari suatu sel jika elektrode yang lainnya adalah elektrode
standar hidrogen secara definisi disebut potensial standar elektrode.
Tergantung cara penulisan reaksi, potensial elektrode adalah potensial oksidasi
atau reduksi.
Apabila reaksinya ditulis sebagai reaksi reduksi.
Cu2+ (aq) + 2 e- ==== Cu (s) potensial standarnya disebut potensial reduksi.
Sebaliknya apabila reaksinya ditulis sebagai reaksi oksidasi, maka potensial
standarnya sama dengan potensial oksidasi. Seperti pengukuran pH, pengukuran potensial
reduksi-oksidasi dapat menggunakan potensiometrik dan colorimetrik, secara
potensiometri menggunakan elektrode sedang colorimetrik menggunakan senyawa yang
mengalami perubahan warna pada nilai redoks tertentu. Beberapa potensial terpilih
kaitannya dengan reaksi kimia yang berlangsung disajikan dalam contoh di bawah
(Sumber Soil and Rice 1981).

Contoh : Hubungan antara Potensial Redoks dengan Reaksi Kimia Tanah


Reduksi Potensial Redoks (mv)
O2 H2O + 380 s/d +320
NO3 N2 + 280 s/d +220
Mn4+ Mn2+ + 180 s/d +150
Fe3+ Fe2+
SO42- S2- - 120 s/d - 180
CO2 CH4 - 200 s/d - 280

9
pH larutan mempunyai peranan yang amat penting dalam menentukan
berlangsungnya reaksi-reaksi yang ada dalam tubuh makhluk hidup termasuk tanaman dan
lingkungannya.
Reaksi -reaksi dalam tubuh tanaman atau metabolisme hampir semuanya melalui
kegiatan enzymatis baik dalam perombakan dan penyusunan senyawa organik dalam tubuh
tumbuhan maupun aktifitas infeksi patogen pada tanaman inang aktifitas enzym sangat
dipengaruhi oleh pH lingkungan. Dalam larutan tanah pH akan banyak berperan dalam
menentukan reaksi dan ketersediaan nutrisi tanaman.
Seperti halnya pH redoks potensial juga berperan dalam mentukan reaksi baik
metabolisme dalam tubuh tumbuhan maupun reaksi-reaksi redoks dalam tanah,
transformasi unsur hara maupun aktifitas mikrobia, baik yang merombak bahan organik
tanah maupun tranformasinya.
Kelarutan unsur-unsur pada tubuh perairan baik air alami maupun limbah akan
banyak dipengaruhi oleh pH dan Eh. Unsur-unsur logam kelarutannya meningkat dengan
meningkatnya kemasaman dan untuk unsur yang dapat berada pada kondisi redoks seperti
Fe dan Mn kelarutannya sangat tergantung dari Eh maupun pH lingkungannya.
Keadaan redoks dalam sistem hidup adalah tak homogen, bahkan juga dalam satu
sel.sebagai contoh, dalam fotosintesis air dipisahkan menjadi hidrogen dengan sifat reduksi
yang kuat dan oksigen yang bersifat oksidasi kuat, di dalam kloroplas.

BAHAN
• Aquades,
• larutan NaOH 0, 0001 N; 0,001 N; 0,01 N; 0,1 N
• larutanHCl 0,0001 N, 0,001 N ; 0,01 N; 0,1 N pH
• larutan (NH4)2SO4 0,1 N
• larutan NaCl 0,1 N
• larutan SnCl2 0,01 N ; 0,1 Eh
• larutan K2Cr2O7 0.01 N ; 0,1 N
* Air sungai, air laut, air muara, air limbah, air sumur, air bawah tanah, air tanah sawah

10
ALAT
- Cepuk plastic
- Pengaduk,
- pH meter dan
- Eh meter,
- gelas ukur.

CARA KERJA
1. Siapkan masing-masing cepuk plastik sebanyak 9 buah dan isilah masing- masing
dengan larutan diatas kira-kira ¾ bagian.
2. lakukan peneraan pada alat pH meter dengan menggunakan larutan buffer pH
4 dan pH 8 serta Eh meter dengan menggunakan larutan yang mempunyai nilai
redoks potensial tertentu,
3. Ukur pH degan cara mencelupkan pH meter kedalam larutan masing-masing,
ingat setelah dicelupkan pada satu sampel alat perlu dibilas dengan aquades dan
pengukuran larutan NaOH dan HCl dilakukan paling akhir, catat angka
pengukuran dengan 1 angka dibelakang koma.
4. Setelah pH larutan diukur lanjutkan dengan pengukuran Eh pada larutan bekas
pengukuran pH, pengukuran Eh diukur pada satuan millivolt.

B. PENGUKURAN DHL
TUJUAN
Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan terhadap daya hantar listrik dan penetapan
DHL berbagai jenis larutan.

DASAR TEORI
Menurut pandangan modern, arus listrik dapat ditafsirkan sebagai arus elekron yang
membawa muatan negatip melewati penghantar. Perpindahan muatan ini dapatterjadi bila
terdapat beda potensial antar satu tempat terhadap tempat yang lain, dan arus listrik akan
mengalir dari tempat yang memiliki potensial tinggi ke tempat yang berpotensial rendah.

11
A vvvvvvvvvvvvv B
(V1) (V2)
Pada gambar ini potensial di A lebih tinmggi bila dibandingkan dengan di B, sehingga bila
dibandingkan dengan potensial di B, sehingga bila dipasang suatu penghantardengan
tahanan R, maka akan mengalir arus listrik sebesar i. Untuk beda potensial yang sama tidak
selalu menghasilkan kuat arus listrik yang sama, melainkan tergantung pada dasarnya
tahanan penghantar yang dipakai penghantar tersebut. Atau dengan perkataan lain makin
besar tahanan R, makin sedikit muatan listrik yang dihantarkan.
Kemampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan listrik dikenal sebagai
“daya hantar listrik” yang besarnya berbanding terbalik dengan tahanan R.

L = 1/R
–1
L = daya hantar (ohm )
R = tahanan (ohm)
Penghantar logam disebut penghantar kelas pertama, dalam penghantar ini listrik
mengalir sebagai elektron, tahan dari penghantar ini bertambah dengan naiknya
temperatur.
Larutan elektrolit juga dapat menghantarkan aliran listrik, penghantar ini disebut
penghantar kelas dua, dalam penghantar ini arus listrik disebabkan oleh gerakan dari ion-
ion dari kutub yang satu ke kutub yang lain. Khusus untuk ion H3O+, aliran listrik
disebabkan oleh tranfer proton, H+ . Atas dasar ini kecepatan dari H+ dalam larutan relatip
besar. Berbeda dengan dengan penghantar logam, penghantar elektrolit tahanannya
berkurang bila temperatur naik.
Pengukuran daya hantar listrik mempunyai arti penting dalam proses-proses kimia. Pada
pembuatan aquades, efisiensi dari penghilangan zat terlarut yang berupa garam-garam,
Penetapan kadar garam dari larutan, peristiwa plasmolisis dari sel, kelarutan garam- garam
dan hidrolisis garam-garam dapat diselidiki dengan jalan mengukur daya hantarnya.

12
ALAT
- Cepuk plastik ukuran 25 cc,
- Ec meter,
- gelas ukur,
- pengaduk

BAHAN
1. larutan NaCl 0,0001 N ; 0,001 N ; 0,01 N ; 0,1 N
2. larutan KCl 0,0001 N ; 0,001 N ; 0,01 N ; 0,1 N
3. larutan NaOH 0,0001 N ; 0,001 N, 0,01 N ; 0,1 N
4. larutan HCl 0,0001 N ; 0,001 N ; 0,01 N ; 0,1 N
5. larutan (NH4)2SO4 0,0001 N ; 0,001 N ; 0,01 N ; 0,1 N
6. larutan NaOAc 0,0001 N ; 0,001 N ; 0,01 N ; 0,1 N
7. Beberapa sumber air : air sumur, air sungai, air limbah, air laut, air bawah tanah, air
tanah sawah / rawa.

CARA KERJA
1. Siapkan cepuk plastik /cepuk film,isi masing-masing sebanyak ¾ bagian dengan
bahan yang telah disediakan.
2. Lakukan peneraan pada alat Ec meter
3. Lakukan pengukuran Daya hantar listriknya.
4. Gambarkan grafik hubungan antara konsentrasi larutan KCl dengan DHL
5. Untuk sampel Air tentukan besarnya garam terlarut (lihat daftar)

Daftar Hubungan Nilai DHL Air dengan Total Garam Terlarut


DHL terukur ( m mhos) Harkat Total Garam (g/l)
0–2 bebas garam < 0,15
2–8 agak garaman 0,15 – 0,35
8 – 15 garaman 0,35 – 0,65
> 15 sangat garaman > 0,65

13
ACARA III
PENETAPAN KALIUM (K) DAN NATRIUM (Na)

TUJUAN
Penetapan Kalium dan Natrium dengan Flame Fotometer

DASAR TEORI :
Kalium dan Natrium merupakan golongan alkali yang mempunyai valensi satu,
kelarutan unsur ini sangat besar dalam air, di alam unsur ini terutama berasal dari
pelapukan batuan yang kemudian dapat masuk perairan pada air tanah, sungai maupun
lautan. Secara konvensional penetapan unusur dapat dilakukan secara kualitatip yang
bertujuan untuk menetapkan keberadaannya sedang analisa kuantitatif untuk menentukan
kadar atau jumlahnya.
Penetapan Kalium dan Natrium secara flame fotometer dilakukan pengukuran secara
kuantitatip menggunakan prinsip tranmisi cahaya, Cara ini dilakukan dengan pembakaran
sampel yang mengandung ion K dan Na, Ion K dan Na yang dibakar akan mengalami
eksitasi perpindahan elektron kearah lintasan yang lebih luar karena adamasukan energi
dan elektron ini ada kecenderungan untuk kembali ke posisi semula atauenergi dasar. Saat
elektron kembali ke tingkat energi dasar ini akan dilepaskan energi dalam bentuk cahaya
yang mempunyai warna khas dan dengan intensitas cahaya yang berbanding lurus dengan
konsentrasi unsur dalam larutan yang diperiksa. Dengan menggunakan larutan standar
pembanding yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti dan dengan membuat regresi
maka tranmisi cahaya yang dilepaskan saat pembakaran sampel dapat dihitung konsentrasi
dari larutan yang diukur.
Dalam bidang pertanian pengukuran K mempunyai arti penting unsur K dibutuhkan
oleh tumbuhan dalam jumlah besar disamping C, H, O, N, S, P, Ca, Mg, sementara Natrium
dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh tanaman akan tetapi dalam jumlah besar dalam
lingkungan perakaran dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan kerusakan tanah.

14
ALAT
- Labu takar 50 cc sebanyak 6 buah
- Flame fotometer
BAHAN
- Larutan standar K dan Na masing-masing 0,39 gr K/lt (390 ppm) dan 0,23 gr Na/lt
(230 ppm Na) dari garam KCl dan garam NaCl.
- sampel : larutan garam NaCl (air laut), air sumur, air sungai/air pengairan, air tanah
sawah.

CARA KERJA
1. Siapkan cepuk plastik sebanyak sampel air dan isilah masing-masing cepuk dengan
sampel air sampai kira-kira tiga per empat bagian.
2. Buat larutan standar masing-masing 10 ; 20 ; 40 ;60 ;80 ;100 ; 120 ; 140 ; 160; 180
; 200 ppm K dan Na dari 390 ppm K dan 230 ppm Na masing-masing 50 ml.
3. Baca larutan standar K dan Na pada flame fotometer dan catat angka
tranmisinya dilanjutkan untuk sampel air.
4. Tentukan persamaan regresi pada pengukuran standar K dan Na
5. Berdasar regresi Standar K dan Na tentukan kadar K dan Na dari sampel air

15
ACARA IV
PENETAPAN BESI FERRI DAN FERRO DENGAN TETRASI
REDOKS

TUJUAN
Menentukan kandungan besi ferri dan besi ferro dalam larutan,sampel air .

DASARA TEORI
Penetapan besi ferri dan ferro dapat dilakukan dengan dasar fotometer
menggunakan spektro fotometer maupun tetrasi, penggunakan spektro fotometer
menggunakan prinsip pewarnaan akibat penambahan bahan lain untuk membentuk warna
apabila bereaksi dengan ion ferro, warna ini akan mengabsorbsi sinar, besarnya absorpsi
sinar berbanding lurus dengan konsentrasi ion ferro dalam larutan. Dengan menggunakan
standar yang telah diketahui dan dibuat persamaan regresi hasil pengukuran sampel dapat
dihitung konsentrasi ion ferro.
Penetapan lain ion ferro yaitu melalui tetrasi redoks yaitu dengan cara menetrasi
sampel ferro dengan larutan standar oksidator yang telah diketahui normalitasnya, dengan
menggunakan indikator redoks titik akhir tetrasi dapat diketahui dan jumlah ferro dalam
larutan dapat dihitung. Dalam hal sampel terdiri campuran ferro dan ferri,penetapan
ferrodapat langsung akan tetapi ferri baru dapat ditentukan apabila diubah menjadi ferro
dan dengan cara yang sama ferri dapat dihitung.
Dalam bidang pertanian penetapan kandungan besi dapat dilakukan untuk
kepentingan keharaan tanaman (plant nutrition) melalui penetapan besi pada jaringan
tanaman, tanah dan batuan.

ALAT
- Labu takar,
- erlen meyer,
- pipet
BAHAN
- Sampel larutan kalium ferro sulfat, air tanah sawah, dan air sungai
16
- Larutan standar oksidator K2Cr2O7 , indikator diphenil amin.

CARA KERJA
Penetapan Besi ferro
1. Buat larutan standar oksidator K2Cr2O7 0,1 N
2. Siapkan erlenmeyer 125 cc sebanyak 3 buah masing diisi 25 cc larutan sampel
3. Tambahkan indikator diphenil amine dan titrasi larutan dengan K2Cr2O7 0,1 N
sampai titik ekuivalen tercapai ( warna berubah menjadi biru violet)
Penetapan besi Ferri:
1. Siapkan erlenmeyer 125 CC, pipet 25 cc sampel air
2. Tambahkan HCl pekat secukupnya hingga larutan menjadi 5 N panasi sampai 70oC,
tambahkan SnCl2 tetes demi tetes sambil diaduk-aduk sehingga warna kuninghilang
dan teruskan sampai larutan berwarna hijau. kemudian didinginkan dengan air
ledeng.
3. Setelah dingin tambahkan 10 ml HgCl2 untuk menghilangkan kelebihan SnCl2
sehingga terbentuk endapan HgCl2.
4. Tambahkan 100 ml H2SO4 5%, 2 ml H3PO4 pekat tambahkan 0,4 ml indikator
dipenilamine.
5. Tetrasi dengan K2Cr2O7 0,1 N sampai timbul warna biru violet.

17
ACARA V
PENETAPAN N PROTEIN

TUJUAN
Menetapkan Protein dari jaringan tanaman/bahan makanan atas dasar penetapan N nya.

DASAR TEORI
Protein merupakan senyawa organik yang tersusun oleh asam-asam amino dan
N terdapat dalam asam amino. Penetapan protein mendasarkan pada penetapan N . Dari
hasil penetapan N kemudian dikonversikan ke kandungan protein atas dasar kandungan
rata –rata N dalam protein. Penetapan protein melalui penetapan ini didahului dengan
destruksi kimia dari bahan yang akan ditetapkan kadungan N nya melaui cara kyeldahl dan
kemudian dilanjutkan dengan distilasi untuk pemisahan N, pekerjaan dilanjutkan dengan
tetrasi untuk untuk menetapkan kadar nitrogennya, dari nilai N ini dikonversi ke prosen
protein dalam bahan.

ALAT
- Seperangkat alat destruksi
- Seperangkat alat distilasi
- Seperangkat alat titrasi
BAHAN
- Tepung beras/tepung gandum
- Tepung kedelai
- H2SO4 pekat
- H2O2 pekat
- HCl 0,1 N
- NaOH 30 %
- Indikator campuran MR dan BC

18
CARA KERJA
1. Timbang dengan tepat 100 mg bahan tepung beras, gandum atau kedelai masukkan
dalam labu kyeldahl, tambahkan 5 ml H2SO4 pekat diamkan semalam dan paginya
lakukan destruksi dalam almari asam.
2. Destruksi dilakukan dengan memanaskan cairan dan diselingi penambahan beberapa
tetes H202 penambahan ini dilakukan berulang ulang sampai distruksi selesai (cairan
tak berwarna).
3. Pindahkan cairan distruksi dalam labu takar 50 cc dan encerkan sampai tanda garis
dengan aquadest.
4. Ambil 10 ml cairan destruksi pekat ke dalam labu distilasi dan tambahkan 10 ml NaOH
30 %. segera pasang/ tutup alat distilasi . Lakukan distilasi dengan menggunakan
penanpung 50 cc asam borat 2 % yang diberi indikator BCG.
5. Siapkan juga untuk blanko atau dengan mengganti 10 ml cairan distruksi pekat dengan
aquades.
6. Lakukan distilasi sampai cairan penampung volumenya menjadi 75-100 ml kemudian
encerkan sampai volume 100 cc.
7. Ambil 25 cc hasil distilasi dan titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna dari hijau ke merah.
8. Hitung kadar N dalam bahan tersebut dan kemudian dikonversikan ke kadar protein.

19

Anda mungkin juga menyukai