Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kimia analitik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang teori
dengan cara cara penganalisaanya baik secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisa kualitatif merupakan analisa yang berhubungan dengan teori dan
yang terdapat didalam sampel. Sedangkan analisa kuantitatif yaitu analisa
yang berhubungan erat dengan perhitungan, seperti dalam menentukan titrasi
asam/basa, perhitungan volume dan lain lain.
Cabang dari ilmu kimia bukan hanya kimia analitik, namun ada juga kimia
anorganik, organik, fisik dan biokimia. Jika dibandingkan dengan beberapa
cabang ilmu tersebut kimia analitik mempunyai penerapan yang lebih luas.
Ilmu kimia analitik merupakan patokan dalam melakukan sebuah
praktikum. Praktikum kimia analitik ini merupakan praktikum yang
dilakukan untuk menganalisis suatu jenis larutan. Dalam praktikumnya
terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan misalkan dalam penentuan
konsentrasi suatu zat sehingga hasil yang dicapai bisa maksimal.
Dalam mengerjakan suatu praktikum dibutuhkan alat alat yang
mendukung dalam melaksanakan praktikum, maka sangat penting sekali jika
alat praktikum harus lengkap, sehingga dapat menganalisis suatu larutan
dengan baik dan sesuai kaidah yang benar.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari melakukan praktikum ini tak lepas dari penganilisan suatu zat
zat dalam kimia sehingga mahasiswa tau pereaksian suatu zat kimia. Dan
tujuan saya membuat laporan dan mengikuti praktikum semata mata untuk
mengetahui cara pereaksian suatu zat kimia dalam mendukung ilmu kimia
analitik.
BAB II
PERCOBAAN
2.1 PEENGENALAN ALAT ALAT ALAT PRAKTIKUM
2.1.1 DASAR TEORI
Alat-alat laboratorium merupakan alat yang kita butuhkan dalam
proses peneitian atau pun proses praktikum. Dalam praktikum
pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan dijelaskan
secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat
tersebut. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari
mikrobia yang tidak diinginkan (soetarto, dkk). Pada umumnya kegiatan
praktek laboratium diarahkan pada upaya supaya mahasiswa dituntut
untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan hukum atau prinsip
ilmiah yang sudah dijelaskan oleh dosen,asisten dosen atau buku teks.
Ada juga percobaan yang dirancang oleh dosen atau asisten dosen adalah
mahasiswa disuruh melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah
terstruktur yang membawa mahasiswa kepada prinsip atau hukum yang
tidak diketahui sebelumnya dari data empiris yang mereka kumpulkan
hasil dari percobaan tersebut. Namun terdapat berbagai kelemahan dasar
dari cara seperti ini, secara logis prinsip ilmiah dan hukum alam tidak
dapat dibuktikan secara langsung; prinsip ilmiah dan hukum alam juga
tidak dapat diuji hanya dengan jumlah percobaan yang terbatas yang
dilakukan oleh mahasiswa. Keterbatasan alat yang digunakan,
keterampilan yang dipunyai, waktu yang singkat dan kompleksitas
generalisasi, merupakan keterbatasan percobaan mahasiswa yang
menunjukkan hal yang hebat kalau mahasiswa bisa menghasilkan prinsip
teoritis yang penting dari sekumpulan data mentah hasil percobaan.maka
bimbingan dari dosen dan asisten dosen sangat di butuhkan dalam proses
penelitian.
Banyak sekali alat-alat praktikum yang harus kita kenal dan kita
ketahui agar dalam proses penelitian dan praktikum berjalan lancar tanpa
ada masalah.pengenalan alat ini juga akan menambah wawasan dan
pengetahuan bagaimana cara kerja alat tersebut besert fungsinya.tentu
dari sini kita bisa belajar bagaman penggunaannya agar dalam penelitian
kita nanti mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipercaya.hasil
penelitan tergantung dari proses penelitian,jika penelitian baik dan
penggunaan alatnya benar tentu hasil pengamatan kita baik pula.alat-alat
laboratorium juga tidak bisa digunakan jika tidak sesuai dengan
fungsinya maka dari itu kita harus teliti dan mebutuhkan pengetahuan
bagaimana mengunakan alat tersebut agar tidak terjadi salah penggunaan
dan pemakainnya.
2.1.2 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
A. Alat
Bolpoint, Kertas
B. Bahan
Alat alat praktikum kimia analisis
2.1.3 LAPORAN PENGENALAN ALAT ALAT PRAKTIKUM
a. Penjepit Tabung Reaksi

Berfungsi untuk menjepit tabung

b. Pengaduk Gelas
Berfungsi untuk mengaduk suatu
campuran atau larutan zat zat kimia
pada waktu melakukan reaksi reaksi
kimia. Digunakan pula untuk membantu
proses menuangkan endapan ada dalam
larutan pada waktu penyaringan
c. Corong
Berfungsi untuk memasukan cairan kedalam
suatu tempat tertutup atau kedalam larutan
d. Tabung Reaksi

Tabung reaksi adalah alat yang terbuat dari kaca,


digunakana untk mereaksikanzat kimia dalam jumlah
yang sedikit.

e. Erlenmayer

Alat ini bukan alat pengukur. Karena alat ini


digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi, bias
juga untuk memanaskan zat

f. Gelas Ukur

Berfungsi untukmengukur volume zat kimia dalam


bentuk cair. Alat ini mempunyai skala dan terdiri
dari bermacam macam ukuran
g. Gelas Piala

Berfungsi sebagai tempat larutan, dan juga unttuk


memanaskan larutan zatzat kimia yang
fungsinyauntuk menguapkan atau memekatkan

h. Pipet Pasteur

Digunakan untuk mengambil larutan dalam yang


kecil / tetes – tetes

i. Pipet Gondok
Digunakan untuk mengambil larutan dengan
volume tertentu dan tepat. Alat ini lebih
tepat daripada gelas ukur. Terdiri dari
bermacam macam ukuran

j. Pipet Ukur

Digunakan untuk mengambil larutan dalam


bentuk cair dengan volume yang tepat.
k. Buret

Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang


dipakai untuk menitrasi ditempatkan dalam buret,
dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran.
Volume yang dipakai dapat dilihat pada skala buret.

l. Gelas Arloji

Berfungsi untuk tempat menimbang zat


yang berbentuk Kristal

m. Labu Ukur

Berfungsi untuk membuat larutan standar atau larutan


tertentu dengan volume yang tepat. Alat ini digunakan
untuk pengenceran sampai volume tertentu. Tidak boleh
digunakan untuk mengukur larutan/pelarut yang panas

n. Tabung Spiritus

Digunakan untuk pembakaran/suatu alat yang


dipakai untuk memunculkanapi
2.2 PENYARINGAN ENDAPAN, PENGENALAN BAU GAS, DAN
PENGGUNAAN KERTAS LAKMUS
2.2.1 DASAR TEORI
 ENDAPAN
Endapan adalah yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat
keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan(S) suatu endapan adlah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung
pada nerbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan
lain dlam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya.
Umumnya dapat dilatakan bahwa kelarutan endapan bertambah
besar nengan kenaikan suhu, meskipun dalam nenerapa hal yang
istimewa terjadi yang sebaliknya. Pada beberapa hal perubahan
kelarutan dengan nerubahnya suhu dapat menjadi dasar untuk
pemisahan.
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain
terutama ion-ion dalam larutan itu. Ion sekutu adalah suatu ion yang
juga merupakan salah satu bahan endapan. Kelarutan suatu endapan
banyak sekali berkurang jika sakah satu ion sekutu terdapat dengan
berlebihan, meskipun efek ini mungkin diimbangi nengan pembentukan
suatu kompleks yang dapat larut dengan ion-sekutu yang berlebihan
itu.nDengan adanya ion asing, kelarutan endapan bertambah, tetapi
penambahan ini umumnya sedikit, kecuali bila terjadi reaksi kimia (
seperti pembentukan kompleks atau reaksi asam-basa ) antara endapan
dengan ion asing, pada mana pertambahan kelarutan kebih mencolok.
Reaksi pengendapan adalah suatu jenis reaksi yang dapat
berlangsung dalam cairan, misalnya air. Suatu reaksi dapat dikatakan
reaksi pengendapan apabila reaksi tersebut menghasilkan endapan.
Endapan yaitu zat padat yang tidak larut dalam cairan tersebut.
Senyawa-senyawa yang sering digunakan dalam reaksi pengendapan
yaitu senyawa-senyawa ionik.
 GAS
Gas adalah suatu fase benda. Seperti cairan, gas mempunyai
kemampuan untuk mengalir dan dapat berubah bentuk. Namun berbeda
dari cairan, gas yang tak tertahan tidak mengisi suatu volume yang telah
ditentukan, sebaliknya mereka mengembang dan mengisi ruang apapun
di mana mereka berada. Tenaga gerak/energi kinetis dalam suatu gas
adalah bentuk zat terhebat kedua (setelah plasma). Karena penambahan
energi kinetis ini, atom-atom gas dan molekul sering memantul antara
satu sama lain, apalagi jika energi kinetis ini semakin bertambah.

Kata “gas” kemungkinan diciptakan oleh seorang kimiawan


Flandria sebagai pengejaan ulang dari pelafalannya untuk kata Yunani,
chaos (kekacauan).
Sifat sifat gas
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas
tidak diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan
tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan
luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi
merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar
dikurangi, gas akan mengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan
mengkerut.
Selain itu sifat gas yang lainnya:
– gaya tarik menarik sangat kecil
– susunannya sangat tidak teratur
– letaknya saling berjauhan
– bergerak sangat bebas
Fakta tentang gas
Sampai abad 17 Masehi, tidak terdapat konsep yang ril tentang gas,
seperti yang diungkapkan oleh William H. Brock:
“Dan mungkin bagian yang paling tersandung pada perkembangan
lebih jauh dari kimia adalah ketidak cukupan analisis, ada kekosongan
secara menyeluruh mengenai pengetahuan atau konsep tentang materi
yang bersifat gas. Kimia tetap sebagai 2 dimensi alam, yang dipelajari,
dan hanya mempunyai peralatan untuk digunakan pada benda
solid/keras dan cairan”
Materi ketiga benar-benar baru dikenal pada akhir abad 18 oleh
seorang ahli alam perancis, Antoine-Laurent Lavoisier (1743-1794)
yang mengatakan:
Semua materi di alam ini menunjukkan pada kita dalam 3 keadaan
yang berbeda. Sebagian adalah benda keras, seperti batu, bumi, garam
dan metal-metal. Lainnya adalah cairan seperti air, merkuri, spirit dari
anggur; dan akhirnya keadaan ketiga yang saya definisikan keadaan
dari expansi atau uap air, seperti air yang bila dipanaskan di atas titik
didih.

2.2.2 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

A. Alat

a. Alat Penyaringan Endapan

Tabung Reaksi, Gelas Ukur, Pipet Tetes, Gelas Piala, Corong,


Kertas Saring.

b. Alat Pengenalan Bau Gas dan Penggunaan Kertas Lakmus

Tabung reaksi, Gelas Ukur, Pipet Tetes Tabung Spiritus, Kertas


Lakmus.
B. Bahan

a. Bahan Penyaringan Endapan

Pb(CH3COO)2, H2SO4

b. Bahan Pengenalan Bau Gas dan Penggunaan Kertas Lakmus

NH4Cl, NaOH

2.2.3 CARA KERJA

A. Penyaringan Endapan
Cara Kerja :
• Ambil 5 ml larutan Pb Asetat masukkan dalam tabung pereaksi
• Tambahkan H2SO4 amati apa yang terjadi dan catat (endapan
dan warna
• Ambil kertas saring yang berbentuk lingkaran dan lipat menjadi
¼ lingkaran, kemudian lipat lagi 2 – 3 kali lipatan
• Masukkan kertas saring dalam corong dan basahi sedikit
dengan air suling/aquades, agar kertas menempel di dinding
corong.
• Pasang corong yang berkertas saring tersebut diatas erlenmayer
untuk menampung fitrat/air larutan pada endapan dan air
cucian endapan.
• Tuangkan larutan yang akan disaring endapanya kedalam
corong. Penuangan dibantu dengan gelas pengaduk, agar
larutan mengarah ke lubang corong. Tuangkan sedikit demi
sedikit dan hati hati agar tidak jatuh keluar corong.
B. Pembuatan dan Pengenalan Bau Gas
Cara Kerja :
• Ambil 4 – 5 tetes larutan NH4Cl masukkan kedalam tabung
reaksi
• Tambahkan beberapa tetes larutan NaOH
• Pegang tabung reaksi dengan penjepit, lalu dipanaskan sambal
digoyang – goyangkan
• Arahkan mulut tabung ke tempat kosong, dan tabung agak
dicondongkan
• Setelah mendidih, angkat dari atas api jangan sampai larutan
yang dididihkan tumpah
• Praktekkan cara membau gas dengan cara mengipas ngipaskan
tangan diatas mulut tabung kea rah hidung kita yang berjarak
relative jauh untuk membau yang keluar
• Reaksi yang terjadi : NH4Cl + NaOH NaCl + NH4OH
• Dekatkan kertas lakmus merah ke mulut tabung, lihat apa yang
terjadi pada kertas lakmus merah tersebut dan simpulkan.
2.2.4 LAPORAN PENYARINGAN ENDAPAN

A. PENYARINGAN ENDAPAN

NAMA :M. Isna Almuzakki ACARA : Penyaringan Endapan

NO. MHS : 410016007 ASISTEN : Krisna Dwi

KELOMPOK : 1 D BAHAN : Pb(CH3COO)2, H2SO4

TANGGAL : 6 April 2017 ALAT : Tabung Reaksi, Gelas Ukur,


Pipet Tetes, Gelas Piala,
Corong, Kertas Saring

NO Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan


1. Pb(CH3COO)2 + - Larutan bening Pb(CH3COO)2 + - Terdapat endapan
H2SO4 - Timbul H2SO4  PbSO4 + PbSO4 menyerupai
bau/aroma asam 2 CH3COOH debu
- Terdapat endapan
menyerupai debu
* disaring - Endapan - Endapan PbSO4
menyerupai debu menyerupai debu
semakin jelas tampak semakin
- Larutan bening jelas
- Tidak berbau
B. PENGENALAN GAS DAN PENGGUNAAN KERTAS LAKMUS

NAMA :M. Isna Almuzakki ACARA : Pengenalan Gas dan


Penggunaan Kertas Lakmus

NO. MHS : 410016007 ASISTEN : Krisna Dwi

KELOMPOK : 1 D BAHAN : NH4Cl, NaOH

TANGGAL : 6 April 2017 ALAT : Tabung reaksi, Gelas Ukur,


Pipet Tetes Tabung Spiritus,
Kertas Lakmus

NO Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan


1. NH4Cl + NaOH - Larutan bening NH4Cl + NaOH  - Larutan bening
tidak berbau NH4OH + NaCl endapam NaCl

* dipanaskan - Berbau NH4Cl + NaCl 


menyengat (urea) NH3 + NaCl + H2O - Timbul gas
- Kertas lakmus ammonia yang
berubah warna diindikasikan
menjadi biru warna lakmus
setelah dikenai merah jadi biru
uap dari lautan
2.3 ANALISIS ANION
2.3.1 DASAR TEORI
Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa
adanya ion dalam sampel. Sedangkan analisa kualitatif dilakukan untuk
mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel. Jadi,
analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk
mengetahui adanya anion serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam
suatu sampel.
Untuk anion dikelompokkan ke dalam beberapa kelas, diantaranya:
• Anion sederhana seperti : O2-, F-, atau CN-.
• Anion okso diskret seperti : NO3-, SO42-.
• Anion polimer okso seperti : silikat, borat, atau posfat yang
terkondensasi.
• Anion kompleks halida seperti : TaF6 dan kompleks anion yang
berbasa banyak seperti oksalat.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi
kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat
dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering
yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya
modifikasi kecil. Dengan memperhatikan daftar kelarutan berbagai
garam dalam air dan pelarut yang lain, jenis anion yang terdapat dalam
larutan bisa diperkirakan. Misalnya garam sulfida tidak larut dalam
asam, garam karbonat tidak larut dalam sulfida.
Untuk mendeteksi anion tidak diperlukan metode sistematik seperti
pada kation. Anion dapat dipisahkan dalam golongan-golongan utama,
bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam kalsium atau
bariumnya dan garam zinknya. Namun, ini hanya dianggap berguna
untuk memberi indikasi dari keterbatasan pada metode ini.
2.3.2 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

A. Alat

a. IDENTIFIKASI ANION KARBONAT (CO32-)

Gelas Piala, Pengaduk, Timbangan Digital, Gelas Arloji,


Tabung Reaksi

b. IDENTIFIKASI ANION HIDROGEN KARBONAT (HCO3)

Tabung Reaksi Besar, Tabung Reaksi, Erlenmenyer,


Corong,Pipa Bengkok

B. Bahan

a. IDENTIFIKASI ANION KARBONAT (CO32-)

Na2CO3 (cair), Na2CO3 (kristal), HCl, H2SO4

b. IDENTIFIKASI ANION HIDROGEN KARBONAT (HCO3)

NaHCO3, CaCl3, NH4OH, Air Kapur (CaCO3)

2.3.3 CARA KERJA


A. Anion Karbonat
Cara Kerja :
• Tambahkan larutan padat Ca(OH)2 dengan HCl encer, maka
akan terjadi penguraian dengan berbuih, karena gas karbon
dioksida (CO2) dilepaskan. Reaksi : CO32- + 2 H+  CO2 + H2O
• Tambahkan larutan Na2CO3 dengan larutan CaCl
• Tambahkan larutan Na2CO3 dengan AgNO3 0,01 N
B. Anion Hidrogen Karbonat
Cara Kerja :
• Didihkan larutan NaHCO3, maka hydrogen karbonat akan
terurai reaksinya : 2HCO3- CO32- + H2O + CO2
• Larutan NaHCO3 ditambahkan larutan CaCl2 berlebih, terbentuk
endapan putih, saring dan ambil filtratnya
• Tambahkan filtrat dengan ammonia maka akan terbentuk
endapan atau larutan menjadi keruh keputihan.
• Hal tersebut menunjukan adanya ion HCO3-
2.3.4 LAPORAN ANALISIS ANION
A. IDENTIFIKASI ANION KARBONAT (CO3 2-)

NAMA :M. Isna Almuzakki ACARA : Identifikasi Anion Karbonat

NO. MHS : 410016007 ASISTEN : Riski

KELOMPOK : 1 D BAHAN : Na2CO3 (cair), Na2CO3


(kristal), HCl, H2SO4

TANGGAL : 13 April 2017 ALAT : Gelas Piala, Pengaduk,


Timbangan Digital, Gelas ,
Arloji, Tabung Reaksi

NO Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan


1. NaCO3 + HCl - Saat ditetesi HCl Na2CO3 + 2 HCl  - Terurainya gas CO2
larutan memberi 2 NaCl + HCO3 saat berbuihnya
reaksi buih/ larutan
berbuih
- Warna bening

* Uji air barite/ air - Timbul endapan CaCO3 + O2  - Gelembung gas


kapur seperti debu CaO3 + CO2 CO2 pada air kapur
- Larutan keruh mengindikasikan
terurainya gas CO2
dari Na2CO3 + HCl
2. Na2CO3 + CaCl - Timbul endapan Na2CO3 + 2 CaCl - Timbul endapan
seperti debu  2 NaCl + CaCO3 CaCO3
- Larutan keruh

* Ditambah H2SO4 - Larutan menjadi CaCO3 + H2SO4  - Endapan CaCO3


bening Ca(SO4)2 + H2CO3 larut menjadi
- Saat penetesan bening saat ditetesi
H2SO4 larutan H2SO4
berbuih

3. Na2CO3 + AgNO3 - Larutan keruh Na2CO3 + AgNO3 - Adanya endapan


- Endapan putih  AgCO3 + NaNO3 perak karbonat
seperti debu (AgCO3)

* Ditambah NH4OH - Adanya endapan AgCO3 + NH4OH - Endapan debu


berlebih bewarna hitam  Ag(OH) + hitam pada dasar
NH4CO3
4. Na2CO3 + AgNO3 - Larutan menjadi Na2CO3 + AgNO3  - Timbul endapan
keruh AgCO3 + Na2NO3 AgCO3
- Timbul endapan

* dipanaskan - Larutan menjadi - Terkumpulnya


bening endapan AgCO3
- Endapan berwarna hitam
terkumpul
berwana hitam
B. IDENTIFIKASI ANION HIDROGEN KARBONAT (HCO3 )

NAMA :M. Isna Almuzakki ACARA : Identifikasi Anion Hidrogen


Karbonat (HCO3)

NO. MHS : 410016007 ASISTEN : Riski

KELOMPOK : 1 D BAHAN : NaHCO3, CaCl3, NH4OH,


Air Kapur (CaCO3)

TANGGAL : 20 April 2017 ALAT : Tabung Reaksi Besar,


Corong,
Tabung Reaksi,
Erlenmenyer,
Pipa Bengkok, Kertas,
Saring

NO Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan


1. NaHCO3 + - Muncul NaHCO3 + CaCO3 - Gelembung gas
CaCO3 gelembung saat  CaCO3 + menandakan
gas NaHCO3 Na(HCO)3 terurainya
masuk ke tabung hydrogen karbonat
CaCO3 (air
kapur)
2. NaHCO3 + CaCl - Terdapat endapan NaHCO3 + CaCl  - Endapan CaCO3
putih NaCl + Ca(HCO3)2 berwarna putih
- Warna larutan yang terjadi dari
putih reaksi reaksi
tersebut
Disaring dan - Terbentuk CaCO3 + NH4OH - Endapan endapan
ditambah fitrat endapan  Ca(OH)2 + putih tersebut
NH4OH menyerupai debu (NH4)CO3 merupakan
bewarna putih endapan
- Warna larutan menyerupai debu,
putih keruh membuktikan ion
HCO3 terurai

2.4 ANALISIS KATION


2.4.1 DASAR TEORI
Analisa kation adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa
adanya ion dalam sampel. Sedangkan analisa kualitatif dilakukan untuk
mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel. Jadi,
analisa kation secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk
mengetahui adanya kation serta jenis kation apa saja yang terdapat
dalam suatu sampel.
Penggolongan kation yang paling umum berdasarkan pada
kelarutan dari klorida , sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation
digolongkan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut
terhadap beberapa pereaksi.
Golongan - golongan kation memiliki ciri khas yaitu :
• Golongan I : membentuk endapan dengan asam klorida encer,
ion - ion yang termasuk dalam golongan ini adalah timbal,
raksa, dan perak.
• Golongan II : membentuk endapan dengan hydrogen sulfide
dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk
dalam golongan ini adalah mercurium (II) , tembaga , cadmium,
bismuth, stibium , timah .
• Golongan III : membentuk endapan dengan ammonium sulfit
dalam suasana netral . Kation golongan ini antara lain nikel,
besi, kromium, allumunium , seng, mangan, dan kobalt.
• Golongan IV : membentuk endapan dengan ammonium
karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana
netral atau sedikit asam .
• Golongan V : disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi
dengan pereaksi - pereaksi golongan sebelumnya. Ion kation
yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium,
natrium, kalium ammonium, lithium, dan hidrogen.
2.4.2 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

A. ALAT

a. IDENTIFIKASI KATION KALSIUM ( Ca2+)

Tabung Reaksi, Pipet

b. IDENTIFIKASI KATION MAGNESIUM (Mg 2-)

Tabung Reaksi, Pipet

B. BAHAN

a. IDENTIFIKASI KATION KALSIUM ( Ca2+)

CaCl2, H2SO4

b. IDENTIFIKASI KATION MAGNESIUM (Mg 2-)

MgCl2, CaCO2
2.4.3 CARA KERJA
A. Kation Kalsium
Cara Kerja :
• Masukkan larutan tersebut(CaCl2) ke dalam tabung pereaksi dan
berikan pereaksi berikut ini
Larutan H2SO4 encer, terjadi endapan putih CaSO4 (CaCl2 +
H2SO4 CaSO4 + HCl)
Reaksi : Ca2+ + SO42- CaSO4
• Masukkan larutan CaCl2 tambahkan ammonia, taka da endapan
karena kalsium hidroksida larut cukup banyak (kelarutan tinggi).
Jika larutan basa itu terkena udara luar, sedikit karbon dioksida
akan terserap dan terjadi kekeruhan yang ditimbulkan oleh
kalsium karbonat.
B. Kation Magnesium
Cara Kerja :

Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan liat, melebur


pada suhu 6500C. Logam ini mudah terbakar dalam udara atau
oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang,
membentuk oksida MgO dan beberapa nitrida Mg3N2. Logam ini
perlahan-lahan terurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik
didih air reaksi berlangsung dengan cepat (Mg + 2H2O  Mg(OH)2
+ H2 )

Digunakan larutan MgCl2 atau MgSO4

Masukan larutan tersebut ke dalam tabung pereaksi dan tambahkan


pereaksi berikut ini :

a. Larutan NaOH, maka akan terbentuk endapan putih Mg(OH)2.

Reaksinya : Mg2+ + 2OH-  Mg(OH)2.

b. Larutan amonia, terbentuk pengendapan parsial magnesium


hidroksi yang putih seperti gelatin. Reaksinya : Mg2+ + 2 NH3
+ 2 H2O  Mg(OH)2 + 2 NH4+. Endapan mudah larut dalam
garam-garam amonuim sedikit sekali larut dalam air

c. Larutan natrium karbonat, terbentuk endapan putih, bervolume


besar, yaitu karbonat basa. Reaksinya : 5 Mg2+ + 6 CO32- + 7
H2O  4 MgCO3.Mg(OH)2.5H2O + 2 HCO3- . Endapan
mudah larut dalam asam dan garam amonium, tak larut dalam
asam.
2.4.4 LAPORAN ANALISIS KATION

A. IDENTIFIKASI KATION KALSIUM ( Ca2+)

NAMA : M. Isna Almuzakki ACARA : Identifikasi Kation Kalsium

NO. MHS : 410016007 ASISTEN : Krisna Dwi

KELOMPOK : 1 D BAHAN : CaCl2, H2SO4

TANGGAL : 9 Juni 2017 ALAT : Tabung Reaksi, Pipet

NO Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan


1. CaCl2 + H2SO4 - Warna awal CaCl2 + H2SO4  - Terdapat endapan
bening setelah CaSO4 + 2 HCl CaSO4 menyerupai
ditambahkan debu
H2SO4 larutan
masih bening
namun timbul
endapan debu

2. CaCl2 + NH4OH - Warna awal CaCl2 + NH4OH  - Terdapat endapan


bening, setelah Ca(OH)2 + Na2SO4 Ca(OH)2
ditambah NH4OH menyerupai debu
menjadi keruh
dan timbul
endapan debu
B. IDENTIFIKASI KATION MAGNESIUM (Mg 2-)

NAMA : M.Isna Almuzakki ACARA : Identifikasi Kation


Magnesium

NO. MHS : 410016007 ASISTEN : Krisna Dwi

KELOMPOK : 1 D BAHAN : MgCl2, CaCO2,

TANGGAL : 9 Juni 2017 ALAT : Tabung Reaksi, Pipet

NO Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan


1. MgSO4 + NaOH - Terdapat MgSO4 + NaOH  - Terjadi perubahan
perubahan warna Mg(OH)2 + Na2SO4 warna larutan
menjadi keruh

2. MgSO4 + - Terjadi MgSO4 + NH4OH - Terjadi perubahan


NH4OH perubahan warna  Mg(OH)2 + warna menjadi
yang terjadi (NH)2SO4 keruh dan timbul
menjadi keruh endapan (NH)2SO4
dan timbul serta bau
endapan menyengat
menyerupai debu
serta bau
menyengat
* Ditambah - Tetap keruh dan - Warna masih
aquades tetap ada keruh dan masih
endapan, larut ada endapan
tidak sempurna
* Ditambah
- Larut dengan
NH4CL - Larut dengan
sempurna,
sempurna, warna
endapan hilang
menjadi bening
dan warna bening
dan endapan
hilang bau
menyengat masih
ada
3. MgSO4 + - Larutan berwarna MgSO4 + Na2CO3 - Warna menjadi
Na2CO3 keruh  MgCO3 + keruh dan timbul
- Terdapat endapan Na2SO4 endapan Na2SO4
menyerupai debu menyerupai debu

* Ditambah NH4Cl - Terjadi Na2SO4 + NH4Cl - Warna menjadi


perubahan warna NaCl + NH2SO4 bening dan
menjadi menjadi endapanya hilang
bening, serta menandakan larut
endapan hilang dengan sempurna
menandakan larut
dengan sempurna
Ditambah HCl - Timbul Na2SO4 + HCl  - Timbul gelembung
gelembung gas NaCl + H2SO4 warna menjadi
- Warna larutan bening serta
menjadi bening endapanya hilang,
- Endapan hilang larut dengan
- Larut dengan sempurna
sempurna
2.5 PENGENCERAN DENGAN LABU UKUR
2.5.1 DASAR TEORI
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil
solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat
terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam solute
(terlarut).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air
(H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol,
amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat.
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas
lainnya. Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan,
maka setiap campuran gas adalah homogen ia merupakan larutan.
Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam
suatu cairan. Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut
larutan berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana
satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari
komponen lainnya
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan
larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk
menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan
berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan
yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas,
molalitas, normalitas, persen massa, persen volume, persen berat per
volume.
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir
yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat
diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama
dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke
dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam
sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat
memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini
merusak kulit.
2.5.2 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

A. ALAT

Labu Ukur, Gelas Ukur, Corong

B. BAHAN

HCl 0,2 N (50ml), aquades (50ml)

2.5.3 CARA KERJA


Cara Kerja :
• Tentukan larutan HCl 0,1 N yang akan dibuat yaitu 100 ml.
kemudian hitung dengan rumus V1N1 = V2N2 daei HCl 0,2 N yang
diencerkan menjadi HCl 0,1 N. Maka diperoleh volume HCl 0,2 N.
• Ambil sejumlah larutan HCl 0,2 N diatas yang sudah dihitung
volumenya dengan menggunakan pipet gondok. Perhatikan minikus.
Cara menggunakan pipet gondok setelah cairan yang masuk pas
batas skala maka tutup dengan telunjuk jari. Buka telunjuk pelan
pelan untk memasukan cairan kedalam labu.
• Masukan HCl tersebut kedalam labu ukur yang volume ukuranya
sesuai dengan volume yang sudah ditentukan diatas.
• Encerkan denga aquades sampai batas skala labu ukur. Lakukan
dengan hati hati harus tepat pada batas garis skala labu. Jangan lebih
dan kurang karena menimbulkan kesalahan.
• Pada pengenceran diatas didapat hasil larutan standar HCl 0,1 N
yang diinginkan.
2.5.4 LAPORAN PENGENCERAN DENGAN LABU UKUR

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

ANALISA KUANTITATIF

Nama : M. Isna Almuzakki Asisten : Rizki

No. Mhs. : 410016007 Acara : Pengenceran


menggunakan Labu
Ukur

Kelompok :1D Alat : Labu Ukur, Gelas


Ukur,Corong
Tanggal : 18 Mei 2017 Bahan : HCl (0,2 N) 50 ml,
aquades 50 ml

Cara Kerja :

• Tentukan larutan HCl 0,1 N yang akan dibuat yaitu 100 ml. kemudian
hitung dengan rumus V1N1 = V2N2 daei HCl 0,2 N yang diencerkan
menjadi HCl 0,1 N. Maka diperoleh volume HCl 0,2 N.
• Ambil sejumlah larutan HCl 0,2 N diatas yang sudah dihitung volumenya
dengan menggunakan pipet gondok. Perhatikan minikus. Cara
menggunakan pipet gondok setelah cairan yang masuk pas batas skala
maka tutup dengan telunjuk jari. Buka telunjuk pelan pelan untk
memasukan cairan kedalam labu.
• Masukan HCl tersebut kedalam labu ukur yang volume ukuranya sesuai
dengan volume yang sudah ditentukan diatas.
• Encerkan denga aquades sampai batas skala labu ukur. Lakukan dengan
hati hati harus tepat pada batas garis skala labu. Jangan lebih dan kurang
karena menimbulkan kesalahan.
• Pada pengenceran diatas didapat hasil larutan standar HCl 0,1 N yang
diinginkan.
Penghitungan :

Diketahui : N HCl = 0,2 N

N2 HCl = 0,1 N

V2 HCl = 100 ml

Ditanya : a. Berapa V1 HCl ? b. Berapa Penambahan volume


aquades?

Dijawab : a. Rumus : V1 . N1 = V2 . N2.

V1 . 0,2 = 100 . 0,1

0,2 V1 = 10

V1 = 10 / 0,2

V1 = 50 ml

b. Penambahan Aquades = V2 – V1

Penambahan Aquades = 100 ml – 50 ml

Penambahan Aquades = 50 ml

Kesimpulan :

Untuk mendapatkan hasil larutan standar HCL 0,1 N volume 100 ml. maka perlu
dilakukan pengenceran larutan HCl 0,2 N volume 50 ml, dienceran dengan
aquades volume 50 ml.
2.6 ANALISIS KUANTITATIF
2.6.1 DASAR TEORI
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui kadar suatu zat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan
dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung
dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau
sebagian besar sampel yang di analisis (Day dan Underwood,
2002).Pengertian lain dari analisa kuantitatif adalah analisa yang
bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu
bahan atau campuran bahan (Sumardjo, 1997).
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis
kuantitatif dibagi menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif
instrumental, yaitu metode analisis bahan-bahan kimia menggunakan
alat-alat instrumen, dan analisa kimia konvensional. Metode dalam
analisa kuantitatif dibedakan menjadi 2 bagian: metode gravimeter,
yaitu penetapan kadar suatu unsur atau senyawa berdasarkan berat,
tetapnya dengan cara penimbangan. Cara dilakukan dengan unsur atau
senyawa yang diselidiki dan bahan yang menyusunnya. Bagian terbesar
yang dilakukan metode gravimetri adalah perubahan unsur berat
tetapnya. Berat senyawa selanjutnya dapat dianalisa berdasarkan jenis
senyawa (khoppar, 1990).. Metode volumetri, adalah analisa kuantitatif
yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang
lebih diketahui kadarnya. Dengan mengetahui jumlah larutan baru yang
ditambahkan dan reaksinya berjalan secara kuantitatif sehingga
senyawa yang dianalisis dapat dihitung jumlahnya (Sumardjo, 1997).
Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi
kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan
dengan zat lainnya telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu
titik ekuivalensi hingga kepekatan zat yang kita cari dapat dihitung.
Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan teliti disebut larutan
standar. Larutan ini biasanya diteteskan dari buret ke dalam erlenmeyer
yang mengandung reaksinya selesai. Proses ini dinamakan titrasi. Titik
dimana terjadi perubahan karena indikator disebut titik titrasi. Titik ini
seharusnya jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal ini sulit karena
kesulitan dalam mencari indikator yang pH intervalnya mendekati pH
ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut
kesalahan titrasi (Day dan Underwood, 2002). Indikator adalah asam
organik lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan akan
terionisasi sebagian dimana warna yang terionisasi berbeda dengan
warna yang tak terionisasi (Sumardjo, 1994).
Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk menentukan
suatu volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya
untuk mengukur volume larutan standar tersebut harus ditambahkan
dengan melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan
standar ke dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang
sempurna disebut titrasi (Lehninger, 1995).
2.6.2 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

A. ALAT

Buret, Gelas Ukur, Pipet Tetes, Erlenmeyer

B. BAHAN

NaOH (0,1 N) 50 ml, HCl (0,1 N) 20 ml, Indikator Phenolphtalein


(pp)

2.6.3 CARA KERJA


Analisa Kuantitatif dengan titrasi volumetric
Cara Kerja :
• Masukan buret, masukan larutan standard NaOH 0,1 N sebanyak
50ml
• Ambil larutan HCl 0,1 N dengan pipet gondok 20 ml, kemudian
masukan erlenmayer dan tambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes
• Bukalah kran buret tetes perlahan titran ini kedalam erlenmayer,
dam goyangkan zat yang dititrasi di erlenmayer secara perlahan
• Titran dihentikan ketika zat sudah berubah warna menjadi merah
muda
• Catat berapa ml volume titran yang ada di buret (larutan standard)
yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan hingga warna merah muda
tidak hilang
• Hitung normalitas larutan zat yang dititrasi. Gunakan rumus
V1N1=V2N2
2.6.4 LAPORAN ANALISIS KUANTITATIF

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

ANALISA KUANTITATIF

Nama : M. Isna Almuzakki Asisten : Aziz

No. Mhs. : 410016007 Acara : Analisa Kuantitatif


dengan Titrasi
Volumetri

Kelompok :1D Alat : Buret, Gelas Ukur,


Pipet Tetes,
Erlenmeyer
Tanggal : 31 Mei 2017 Bahan : NaOH (0,1 N) 50ml,
HCl (0,1 N) 20 ml,
Indikator
Phenolphtalein (pp)

Cara Kerja :

• Masukan buret, masukan larutan standard NaOH 0,1 N sebanyak 50ml


• Ambil larutan HCl 0,1 N dengan pipet gondok 20 ml, kemudian masukan
erlenmayer dan tambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes
• Bukalah kran buret tetes perlahan titran ini kedalam erlenmayer, dam
goyangkan zat yang dititrasi di erlenmayer secara perlahan
• Titran dihentikan ketika zat sudah berubah warna menjadi merah muda
• Catat berapa ml volume titran yang ada di buret (larutan standard) yang
dibutuhkan untuk menitrasi larutan hingga warna merah muda tidak hilang
• Hitung normalitas larutan zat yang dititrasi. Gunakan rumus V1N1=V2N2

Pengamatan :

Pembacaan Buret sampai 50 ml


Bacaan Awal : warna bening 50 ml NaOH
Bacaan Akhir : Berubah warna menjadi merah muda 13,5 ml NaOH

Terpakai : 50 – 13,5

:36,5

Penghitungan :

Diketahui : N1 HCl = 0,1 N

V1 HCl = 20 ml

V2 NaOH = 36,5 + 20

= 56,5

Ditanya : N2 NaOH

Dijawab : V1 . N1 = V2 . N2

20 . 0,1 = 56,5 . N2

2 = 56,5 N2

0,03 = N2

Kesimpulan :

Untuk mendapatkan normalitas yang dibutuhkan dalam pencampuran HCl +


Indikator PP dibutuhkan NaOH sebanyak 36,5 ml dengan HCl sebanyak 20 ml 0,1
N dan indikator PP sebanyak 3 tetes maka normalitas NaOH 0,03 N

2.7 STANDARISASI LARUTAN


2.7.1 DASAR TEORI
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan
proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan
yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam
basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi
penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan
titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa
yang bereaksi (Syukri, 2009).
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam satu
cairan yang mengandung reaktan ditempatkan dalam biuret, sebuah
tabung yang panjang salah satu ujungnya terdapat kran (stopkok)
dengan skala milimeter dan sepersepuluh milimeter. Cairan di dalam
biuret disebut titran dan pada titran ditambah indikator, perubahan
warna indikator menandai habisnya titrasi (Wahyudi, 2000).
Larutan merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan
disebut homogen karena sifat-sifatnya sama disebuah cairan. Karena
larutan adalah campuran molekul biasanya molekul-molekul pelarut
agak berjauhan dalam larutan bila dibandingkan dalam larutan murni.
Gaya tarik inter molekul tidak sejenis menyebabkan pelepasan energi
dan entalpi menurun. Lerutan pada dasarnya adalah campuran
homogen, dapat berupa gas, zat cair maupun padatan. Menyebabkan
komponen-komponen dalam larutan saja tidak cukup memberikan
larutan secara lengkap. Banyak cara untuk memberikan konsentrasi
larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam
kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian setiap sistem
konsentrasi menyatakan satuan yang digunakan zat terlarut, kuantitasn
zat terlarut pelarut (Annafi, 2007).
Zat yang ada di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut
(solvent). Sedangkan zat yang ada dalam jumlah yang relatif lebih
sedikit disebut zat terlarut (solut). Baik solut maupun solvent dapat
berupa zat padat, cair, ataupun gas (Andrian, 2003).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui
konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering
dilakukan dengan titrasi (Harjadi, 2000).
Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang
akan digunakan pada analisis volumetri. Ada dua cara menstandarkan
larutan yaitu, 1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu
zat murni dengan berattertentu, kemudian diencerkan sampai
memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan
standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar
primer. 2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan
cara menimbang zatkemudian melarutkannya untuk memperoleh volum
tertentu, tetapi dapatdistandartkan dengan larutan standar primer,
disebut larutan standar skunder. Zat yang dapat digunakan untuk larutan
standar primer, harus memenuhi persyaratan, 1. Mudah diperoleh dalam
bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahuikemurniannya.
Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02. 2. Harus stabil. 3. Zat ini
mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air,
tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 2000).
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri
apabila memenuhi persyaratan berikut, 1. Reaksi harus berlangsung
cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu
lama. 2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga
didapat kesetaraanyang pasti dari reaktan. 3. Reaksi harus berlangsung
secara sempurna. 4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar. Larutan
standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu
erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya
sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena
terjadi perubahan warna. Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan
standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut
indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini
disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama
dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu
terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah,
2000).
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat
dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat
disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang
diinginkan, yang ditimbang dengan tepat, dalam volume larutan yang
diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit,
disebut standar primer (Day, 2008).
2.7.2 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

A. ALAT

a. Alat Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

Gelas Ukur, Erlenmeyer, Buret, Corong, Pipet Tetes, Labu


Ukur, Timbangan

b. Alat Penentuan Kadar Asam Cuka dengan Larutan Standar


NaOH

Pipet Tetes, Labu Ukur, Erlenmeyer, Buret, Gelas Ukur

B. BAHAN

a. Bahan Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

C2H2O4 (0,63gr), NaOH (15ml), indikator phenolphtaline (pp)


(2 tetes), aquades (100ml)

b. Bahan Penentuan Kadar Asam Cuka dengan Larutan Standar


NaOH

CH3COOH / Asam Cuka, NaOH (0,1 N), indikator


phenolphtaline (pp), aquades

2.7.3 CARA KERJA


A. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat
Cara Kerja :
• Timbang 0,62 gram asam oksalat dengan gelas arloji,
timbang gelas arloji dan tambahkan 0,63 gram asam oksalat,
masukan kedalam labu ukur 100 ml, hitung konsentrasi asam
oksalat
• Tambahkan aquades hingga volumenya tetap
• Ambil buret dam cuci, masukan asam oksalat sampai batas
• Ambil dengan pipet 15 ml NaOH masukan kedalam
erlenmayer, tambahkan 10 ml air suling dan 1 – 3 tetes
indicator PP
• Titrasi hingga warna warna merah jambu hilang
• Catat volume asam oksalat untuk titrasi
• Hitung konsentrasi NaOH dengan rumus V1N1 = V2N2

B. Penentuan Kadar Asam Cuka dengan Larutan Standard


Cara Kerja :
• Ambil 10 ml CH3COOH kemudian masukan kedalam labu
ukur
• Ambil air suling 250 ml, campurkan
• Gojog – gojog hingga tercampur homogeny
• Ambil 40 ml larutan ts kedalam erlenmayer dan kemudian
teteskan 2 kali indicator PP
• Isi buret dengan NaOH 0,1 N
• Titrasi hingga terjadi perubahan warna
• Catat volume NaOH
• Hitung konsentrasi larutan
2.7.4 LAPORAN STANDARISASI LARUTAN
A. STANDARISASI LARUTAN NaOH DENGAN ASAM OKSALAT

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

STANDARISASI LARUTAN

Nama : M. Isna Almuzakki Asisten : Aziz

No. Mhs. : 410016007 Acara : Standarisasi larutan


NaOH dengan Asam
Oksalat

Kelompok :1D Alat : Gelas Ukur,


Erlenmeyer,Buret,
Corong, Labu
Ukur,Timbangan,
Pipet Tetes

Tanggal : 9 Juni 2017 Bahan : C2H2O4(0,63gr),


NaOH (15ml),
aquades (100ml)
indicator
phenolphtaline (pp)
(2 tetes)

Cara Kerja :

• Timbang 0,62 gram asam oksalat dengan gelas arloji, timbang gelas arloji
dan tambahkan 0,63 gram asam oksalat, masukan kedalam labu ukur 100
ml, hitung konsentrasi asam oksalat
• Tambahkan aquades hingga volumenya tetap
• Ambil buret dam cuci, masukan asam oksalat sampai batas
• Ambil dengan pipet 15 ml NaOH masukan kedalam erlenmayer,
tambahkan 10 ml air suling dan 1 – 3 tetes indicator PP
• Titrasi hingga warna warna merah jambu hilang
• Catat volume asam oksalat untuk titrasi
• Hitung konsentrasi NaOH dengan rumus V1N1 = V2N2

Pengamatan :

Pembacaan Buret sampai 50 ml


Bacaan Awal I :0 ml Bacaan Akhir I : 16 ml
Bacaan Awal II : 31 ml Bacaan Akhir II : 44,2 ml

Warna Awal : Merah muda Warna Akhir : Putih


Perhitungan :

Diketahui : V1 = 16 ml Mr C2H2O4 = 90

V2 = 13,2 ml Mr H2O = 25,2

Mr Total = 126

Ditanya : a.Vrata rata? b. Nx ? c. Ny?

Dijawab :

16+13,2 29,2
a. 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 14,6 ml
2 2
630 𝑥 2 𝑥 100 126000
b. 𝑁𝐾 = = = 1,6 M
14,6 𝑥 126 𝑥 25 45990
2,7 𝑥 14,6 34,42
c. 𝑁𝑦 = = = 1,6 𝑁
25 25

Kesimpulan :

Untuk mendapatkan larutan standard NaOH dengan asam oksalat diperlukan


volume sebesar 16 L dan 13,2 L dengan cara titrasi maka diperoleh volume rata –
rata sebesar 14,6 L dengan Nk sebesar 2,7 dan Ny sebesar 1,6
B. PENENTUAN KADAR ASAM CUKA DENGAN LARUTAN STANDAR
NaOH

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

STANDARISASI LARUTAN

Nama : M. Isna Almuzakki Asisten : Aziz

No. Mhs. : 410016007 Acara : Penentuan Kadar


AsamCuka dengan
larutan Standar
NaOH

Kelompok :1D Alat : Pipet Tetes, Labu


Ukur,Erlenmeyer,
Buret, Gelas Ukur

Tanggal : 8 Juni 2017 Bahan : CH3COOH / Asam


Cuka,NaOH (0,1 N),
aquades, indicator
phenolphtaline

Cara Kerja :

• Ambil 10 ml CH3COOH kemudian masukan kedalam labu ukur


• Ambil air suling 250 ml, campurkan
• Gojog – gojog hingga tercampur homogeny
• Ambil 40 ml larutan ts kedalam erlenmayer dan kemudian teteskan 2
kali indicator PP
• Isi buret dengan NaOH 0,1 N
• Titrasi hingga terjadi perubahan warna
• Catat volume NaOH
• Hitung konsentrasi larutan
Pengamatan :

Pembacaan Buret sampai 50 ml


Bacaan Awal I : Vol NaOH 50 ml

Bacaan Akhir I : Vol NaOH 25 ml

Pengamatan Awal : Warna bening

Pengamatan Akhir : Warna menjadi ungu

Penghitungan :

Diketahui :

VCH3COOH : 10 ml

VH2O : 250 ml

VNaOH : 25 ml

MrCH3COOH : 60

Jawab :

100 250
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐶𝑢𝑘𝑎 ∶ 𝑥 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 25 𝑚𝑙 𝑥 60
20 40

= 9375 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚

= 9,375 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kesimpulan :

Untuk mendapatkan larutan standar CH3COOH dibutuhkan larutan NaOH 0,1 N


sebanyak 25 ml, sehingga diperoleh konsentrasi asam cukanya sebesar 9375
mgram atau 9,375 gram

Anda mungkin juga menyukai