Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI 1

ACARA 1

PENGENALAN ALAT LABOLATORIUM

Disusun Oleh :

Nama : Amelia Istiqomah


NIM : 2011050001
Prodi : TLM 1A

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABOLATORIUM MEDIK D4


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum pengenalan alat labolatorium adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui macam macam alat yang ada di
labolatorium
2. Praktikan dapat menjelaskan fungsi dari macam macam alat yang ada
di labolatorium
3. Praktikan dapat mengetahui bahan pembuatan alat alat labolatorium
4. Praktikan dapat memahami hal hal yang diperhatikan ketika
menggunakan alat alat labolatorium
II. DASAR TEORI
Pengenalan alat alat yang ada di labolatorium merupakan hal yang
terpenting bagi seorang praktikan untuk mengetahui berbagai macam
peralatan yang terdapat dilabolatorium. Tanpa mengenal alat alat di
dalam labolatorium maka dapat mengakibatkan kesalahan dalam
melakukan berbagai kegiatan di labolatorium, seperti mengukur,
menimbang, memanaskan, mensterilisasikan, mentitrasi, dan lain
sebagainya. Labolatorium merupakan tempat untuk melakukan berbagai
aktivitas kimiawi ataupun biologi yang melibatkan berbagai reaksi kimia.
Labolatorium juga digunakan untuk tempat penelitian, pengamatan,
percobaan suatu hal yang dalam prosesnya perlu melibatkan berbagai
peralatan labolatorium untuk merealisasikan aktivitas di dalam
labolatorium.
Pada umumnya peralatan labolatorium terbuat dari bahan gelas dan
non gelas seperti porselen, keramik, kayu, dan plastik. Namun di dalam
labolatorium terdapat lebih banyak alat yang terbuat dari bahan gelas,
seperti gelas ukur, beaker glass, objek glass, deck glass, erlenmeyer, labu
ukur, labu didih, corong pisah, labu destilasi, kondestor, desikator, bejana
pewarnaan, kuvet, dan lain sebagainya. Dalam penggunaan alat dan
bahan labolatorium harus digunakan dengan hati hati dan teliti agar alat
tidak rusak dan tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Alat
merupakan faktor pendukung dari keberhasilan suatu pekerjaan di dalam
labolatorium. Sehingga untuk memudahkan dan melancarkan berjalannya
praktikum sangat diperlukan untuk mengenal dan mengetahui macam
macam dan fungsi dari masing masing alat yang ada di dalam
labolatorium. Dengan mengenal dan memahami fungsi dari masing
masing alat labolatorium, maka praktikan dapat menggunakan alat alat
labolatorium dengan serta menerapkan peraturan standar operasional
yang ada di dalam labolatorium. Pentingnya mematuhi peraturan standar
operasional labolatorium ketika bekerja yaitu untuk mewujudkan
keamanan dan keselamatan ketika bekerja di dalam labolatorium. Pada
saat bekerja di dalam labolatorium kita tidak boleh makan dan minum
serta merokok , karena hal tersebut dapat mengganggu kelancaran ketika
melakukan aktivitas di dalam labolatorium serta dapat membahayakan
diri sendiri. Bahan dan alat yang ada di labolatorium cenderung lebih
sensitif ketika bereaksi dengan zat lain. Hal tersebut dapat menyebabkan
reaksi seperti mudah terbakar, beracun, meledak, mencemari lingkungan,
korosif, dan lain sebagainya. Maka sangat diperlukan ilmu mengenai
pengenalan serta pemahaman alat alat yang ada di dalam labolatorium
demi keselamatan dan kelancaran ketika sedang bekerja di dalam
labolatorium.
Setiap percobaan, penelitian, dan pengamatan di dalam
labolatorium selalu menggunakan peralatan yang berbeda dan beragam
fungsinya. Misalnya yaitu ketika kita hendak mengukur volume zat cair
tentu kita dapat menggunakan gelas ukur atau labu ukur untuk hasil yang
lebih teliti. Dan ketika kita akan mentitrasikan suatu larutan maka kita
perlu menggunakan buret dan Erlenmeyer sebagai perlengkapan yang
dibutuhkan. Di dalam proses titrasi akan menghasilkan perubahan warna
secara perlahan . Maka diperlukan ketelitian dan kesabaran di dalam
melakukan proses titrasi suatu larutan. Lalu ketika kita akan melakukan
pemanasan dengan hot plate dan sterilisai menggunakan autoklaf dalam
proses pembuatan pertumbuhan mikroorganisme, kita memperlukan
peralatan berupa cawan petri, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, hot
plate, dan alat sterilisasi autoklaf. Ketika kita melakukan pemanasan
dengan hot plate dan sterilisasi menggunakan autoklaf, diperlukan kehati
hatian yang tinggi di dalam menggunaan alatnya. Jangan sampai kita
terlalu menggampangkan dan tidak waspada maka hal tersebut dapat
menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan pada saat proses
pemanasan dan sterilisasi menggunakan autoklaf. Suhu tinggi pada hot
plate dan autoklaf tentunya dapat beresiko tinggi apabila saat
menggunakannya kita tidak patuh terhadap peraturan standar operasional
dan malah menyepelekannya. Tentu hal tersebut tidak diinginkan oleh
semua praktikan, maka kita sangat memerlukan pengetahuan tentang
pengenalan dan pemahaman tentang peralatan yang ada di dalam
labolatorium. Hal tersebut bertujuan untuk keamanan dan kelancaran
pada saat melakukan segala aktivitas di dalam labolatorium, baik proses
pemanasan, pencampuran bahan kimia, sterilisasi, pembuatan media
agar, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini akan
membahas berbagai macam peralatan yang ad di dalam labolatorium,
fungsi setiap peralatan, dan juga cara penggunaan dan cara merawat alat
tersebut.
III. HASIL PENGAMATAN
1. Alat Gelas
No Nama Alat Fungsi Gambar
1. Labu Ukur Digunakan untuk
menakar volume zat
kimia dalam bentuk cair
pada proses preparasi
larutan.

2. Gelas Ukur Digunakan untuk


mengukur volume zat
kimia dalam bentuk cair.
Didalam gelas ukur
terdapat 2 jenis miniskus,
yaitu :
1. Miniskus bawah :
digunakan untuk
membaca volume
larutan tidak
berwarna atau
bening
2. Miniskus atas :
digunakan untuk
pengukuran
volume larutan
pekat
3. Gelas Beaker Digunakan untuk tempat
larutan dan dapat juga
untuk memanaskan
larutan kimia

4. Pengaduk Digunakan untuk


gelas mengaduk suatu
campuran atau larutan
kimia pada waktu
melakukan reaksi kimia

5. Corong Digunakan untuk


menolong pada saat
memasukkan cairan ke
dalam suatu wadah

6. Erlenmeyer Digunakan untuk tempat


zat yang akan dititrasi dan
memanaskan larutan
7. Tabung reaksi Digunakan untuk
mereaksikan bahan kimia,
perkembangbiakan
mikroba

8. Kuvet Digunakan sebagai


tempat sampel untuk
analisis dengan
spektrofotometer . Kuvet
tidak boleh dipanaskan.

9. Gelas arloji Digunakan untuk tempat


zat yang akan ditimbang

10. Pipet tetes Digunakan untuk


mengambil bahan
berbentuk larutan dalam
jumlah yang kecil
11. Pipet ukur Digunakan untuk
mengambil larutan
dengan volume tertentu

12. Pipet gondok Digunakan untuk


mengambil larutan
dengan volume tepat
sesuai dengan label yang
tertera pada bagian yang
menggelembung

13. Buret Digunakan untuk


melakukan titrasi

14. Labu destilasi Digunakan sebagai bagian


perangkat alat penyuling
15. Corong pisah Digunakan untuk
memisahkan campuran
larutan yang memiliki
kelarutan , yang berbeda
berat jenis. Biasanya
digunakan dalam proses
ekstraksi

16. Bejana Digunakan untuk proses


perwarnaan perwarnaan dalam
(staining jar) pembuatan preparat
mikroskopis

17. Botol pereaksi Berfungsi untuk


menyiapkan pereaksi
18 Desikator Digunakan sebagai
tempat menyimpan
sampel yang harus bebas
air, mengeringkan
padatan dan proses
penghampaan

19. Labu didih Digunakan untuk


memanaskan larutan dan
menyimpan larutan

20. Botol tmbang Digunakan di dalam


menentukan kadar air
suatu bahan dan
menyimpan bahan yang
akan ditimbang terutama
untuk bahan cair dan
pasta

21. Kondensor Digunakan sebagai


pendingin uap panas,
biasanya digunakan
dalam proses destilasi
22. Bilik hitung Alat yang digunakan
untuk menghitung sel
darah

23. Objek Gelas Digunakan untuk


meletakkan sampel yang
akan diamati dengan
mikroskop

24. Deck Gelas Digunakan untuk


menutupi preparat pada
saat pengamatan
menggunakan mikrosop

25. Pipet Hb Digunakan untuk


pemeriksaan Hb serta
pemeriksaan hitung sel.
26. Pipet LED Digunakan untuk
menghitung laju endap
darah atau untuk
menghitung dari sampel
darah yang diperiksa dan
dinyatakan dalam
mm/jam
27. Cawan Petri Digunakan untuk
kultivasi (pembiakkan)
mikroorganisme
2. Alat Non Gelas
No Nama Alat Fungsi Gambar
1. Gelas ukur Digunakan untuk
plastik mengukur volume
cairan sesuai dengan
kebutuhan

2. Pipet plastik Digunakan untuk


mengambil bahan
berbentuk larutan
dalam jumlah yang
kecil

3. Kuvet Digunakan sebagai


plastik tempat sampel untuk
analisis dengan
spektrofotometer .
Kuvet tidak boleh
dipanaskan
4. Mikropipet Digunakan untuk
memipet cairan
berukuran kurang
lebih atau sama
dengan 1000 ul (1ml)

5. Syringe Digunakan sebagai


alat injeksi

6. Penjepit Digunakan untuk


tabung menjepit tabung
reaksi reaksi pada saat
tabung reaksi panas
7. Bola Digunakan untuk
penghisap membantu
menghisap larutan

8. Rak tabung Digunakan untuk


reaksi meletakkan tabung
reaksi

9. Mortar dan Digunakan untuk


pestle menumbuk bahan
IV. PEMBAHASAN
Peralatan labolatorium merupakan suatu benda yang digunakan untuk
proses penelitian atau pengamatan di dalam labolatorium. Tanpa adanya
peralatan labolatorium seorang peneliti atau praktikan tidak bisa
melakukan kegiatan di dalam labolatorium baik itu sebagai penelitian,
pengamatan, ataupun eksperimen mengenai suatu hal. Di dalam
labolatorium terdapat macam macam alat labolatorium dan memiliki
kegunaan yang berbeda beda. Peralatan labolatorium terbuat dari bahan
gelas, non gelas, porselen, plastic, dan logam. Berikut adalah macam
macam alat labolatorium dari bahan gelas dan non gelas beserta
penjabarannya :
A. Alat Gelas
1. Labu Ukur
a. Pengertian labu ukur
Labu ukur merupakan alat gelas dalam labolatorium terbuat dari jenis
gelas boroksilikat yang umumnya berfungsi untuk mengencerkan dan
membuatkan larutan kimia. Labu ukur dibutuhkan dan harus ada di
dalam setiap labolatorium kimia .Ciri khusus yang dimiliki labu ukur
adalah memiliki bentuk seperti labu di bagian bawah alat sedangkan
bentuk leher memanjang dan dapat ditutup dibagian atas labu ukur. Nama
lain dari labu ukur adalah volumetric. Labu ukur memiliki beberapa
volume diantaranya 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml, dan
1000 ml. Ketelitian labu ukur sesuai dengan ukuran volumenya.
b. Fungsi labu ukur
Labu ukur memiliki beberapa bagian, yaitu bagian bawah seperti buah
labu, leher yang memanjang, mulut labu yang berbentuk lingkaran , dan
bagian garis garis angka pada perut labu. Mulut labu digunakan untuk
memasukan bahan yang akan diencerkan. Sedangkan bagian garis garis
angka pada perut labu digunakan untuk memudahkan perhitungan
volume larutan dengan labu ukur. Fungsi umum dari labu ukur dibagi
menjadi dua yaitu sebagai pengenceran dan pembuatan larutan kimia.
Pada proses pengenceran bahan kimia ,labu ukur digunakan sebagai
tempat untuk menyiapkan bahan kimia yang akan diencerkan. Di dalam
labolatorium kita dapat mengencerkan bahan kimia dengan labu ukur
sehingga diperoleh konsentrasi bahan kimia yang diinginkan. Pada proses
pengenceran bahan kimia digunakan labu ukur yang sesuai dengan
volume , agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pengenceran bahan
kimia. Selain pengenceran, fungsi labu ukur juga sebagai pembuatan
larutan . Pada saat pembuatan larutan di dalam labolatorium, bahan
kimia berbentuk padat kemudian dilarutkan dengan pelarut menggunakan
labu ukur. Proses pembuatan larutan perlu memperhatikan volume pada
labu ukur. Hal tersebut dapat mempengaruhi ketepatan di dalam
perhitungan pada saat pembuatan larutan dengan labu ukur.
c. Prinsip kerja labu ukur
Pada labu ukur memiliki ketelitian yang tinggi sehingga sering digunakan
untuk mengukur volume larutan secara teliti. Di dalam labu ukur
memiliki volume yang berbeda beda, diantaranya 10 ml, 25 ml, 50 ml,
100 ml, 250ml, 500 ml, dan 1000 ml. Semakin kecil volume labu ukur
maka dibutuhkan ketelitian yang semakin tinggi pula.
d. Cara penggunaan labu ukur
Cara menggunakan labu ukur adalah sebagai berikut :
1) Dihitung dan ditimbang terlebih dahulu bahan yang akan dilarutkan,
agar memperoleh volume dan massa zat yang tepat dalam pembuatan
larutan.
2) Dilarutan bahan padat ke dalam labu ukur, kemudian ditambahkan
pelarut sesuai dengan garis garis volume yang dibutuhkan
3) Ditutup penutup mulut labu ukur dengan rapat menggunakan
penutup yang baik
4) Digoyangkan labu ukur agar larutan tercampur merata

e. Cara merawat labu ukur


Cara merawat labu ukur yaitu di simpan pada tempat yang aman, karena
bahan labu ukur terbuat dari gelas dan dapat pecah jika tidak disimpan
dengan baik. Kemudian labu ukur tidak boleh dipanaskan, karena bahan
kaca atau gelas tidak kuat saat terkena api dan dapat menyebabkan labu
ukur menjadi pecah karena suhu tinggi dari api. Saat menggunakan labu
ukur pastikan mengunakan dengan kedua tangan agar tidak terjadi
kecelakaan kerja pada saat pengenceran larutan. Setelah labu ukur
digunakan, cuci kembali labu ukur hingga bersih supaya dapat digunakan
kembali dengan aman dan nyaman.

Gambar 1.1 Labu Ukur

2. Gelas Ukur
a. Pengertian gelas ukur
Gelas ukur adalah salah satu peralatan yang ada di labolatorium yang
digunakan untuk mengukur volume larutan dari suatu bahan kimia yang
akan digunakan. Gelas ukur terbuat dari polypropylene atau
polymethylpentene. Pada polypropylene memiliki ketahanan kimia yang
baik sehingga gelas ukur mampu bertahan oleh beberapa bahan kimia .
Sedangkan polymethylpentene mampu membuat gelas menjadi lebih
ringan namun lebih rapuh dari kaca, maka tidak diperbolehkan untuk
mengukur larutan/ pelarut dalam kondisi panas.
b. Fungsi gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur takaran benda cair dan juga
untuk mengukur benda padat seperti tepung terigu , gula pasir, dan
lainnya. Pada gelas ukur terdapat mulut gelas, skala, dan dasar gelas.
Fungsi dari mulut gelas yaitu untuk memasukan cairan yang akan diukur,
fungsi dari skala yaitu sebagai angka untuk menghitung volume cairan,
dan fungsi dasar gelas yaitu sebagai tempat berdirinya gelas ukur.
c. Prinsip kerja gelas ukur
Prinsip kerja gelas ukur yaitu mengukur larutan kimia tetapi tidak
memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi serta tidak masuk ke dalam
perhitungan. Gelas ukur tidak diperbolehkan untuk dipanaskan, karena
dapat menyebabjan penurunan tingkat ketelitian pada gelas ukur . Jadi
hindari proses pemanasan pada gelas ukur.
d. Cara penggunaan gelas ukur
Cara menggunakan gelas ukur dibagi menjadi 2, yaitu pada miniskus atas
dan miniskus bawah. Miniskus atas digunakan untuk mengukur volume
larutan pekat ( air raksa) sedangkan miniskus bawah digunakan untuk
mengukur volume larutan tidak berwarna / bening ( aquades) . Berikut
adalah cara penggunaan gelas ukur :
1. Disiapkan terlebih dahulu bahan larutan yang akan diukur dan jenis
volume gelas ukur yang akan digu
2. Dituangkan larutan ke dalam gelas ukur secara perlahan
3. Diukur larutan sesuai dengan volume yang dibutuhkan
4. Dibaca skala dengan melihat batas pengukuran, jika larutan pekat
permukaan terlihat cembung maka pembacaan skala pada permukaan
paling atas (miniskus atas) sedangkan pada larutan bening / tidak
berwarna permukaan terlihat cekung maka pembacaan skala pada
permukaan paling bawah (miniskus bawah).
5. Dituangkan volume yang sudah diukur ke dalam wadah dan bersihkan
kembali gelas ukur
e. Cara merawat gelas ukur
Ketika akan menggunakan gelas ukur, pastikan gelas ukur dalam kondisi
bersih dan kembali dalam kondisi bersih pula. Gelas ukur disimpan pada
tempat yang aman dan terhindar dari benda yang dapat membuat gelas
ukur menjadi pecah. Hindari proses pemanasan pada gelas ukur karena
dapat menyebabkan penurunan tingkat ketelitian pada gelas ukur.
Gambar 1.2. Gelas Ukur

3. Gelas Beaker
a. Pengertian gelas beaker
Gelas beaker adalah suatu alat labolatorium yang digunakan untuk
menyiapkan, mengaduk, mencampurkan, dan memanaskan cairan di
dalam pembuatan larutan. Gelas beaker terbuat dari tipe boroksilikat,
memiliki bermacam tipe dan ukuran volume terdiri dari 5 ml - 6000 ml.
b. Fungsi gelas beaker
Gelas beaker terdiri dari 4 bagian, yaitu mulut gelas, skala, badan gelas,
dan dasar gelas. Mulut gelas berfungsi untuk tempat masuknya cairan
yang akan diukur, skala digunakan untuk membaca berapa volume cairan
yang telah diukur, badan gelas digunakan untuk meletakkan cairan di
dalam gelas beaker. Fungsi umum gelas beaker yaitu sebagai tempat
menyiapkan larutan yang akan digunakan, mereaksikan zat dalam
volume yang banyak dan melarutkan cairan untuk pembuatan larutan.
c. Prinsip kerja gelas beaker
Gelas beaker memiliki prinsip kerja sebagai wadah larutan, skala gelas
beaker berfungsi untuk mengukur larutan secara tidak teliti.
d. Cara penggunaan gelas beaker :
1. Disiapkan bahan cair yan akan digunakan
2. Dituangkan cairan pada gelas beaker secara perlahan
3. Diukur dengan membaca skala yang ada pada gelas beaker
4. Diaduk larutan dengan pengaduk gelas hingga tercampur secara
homogen
5. Dipanaskan diatas hot plate dan diaduk dengan magnetic stirer
6. Dituangkan ke wadah sesuai dengan keperluan
e. Cara merawat gelas beaker
Gelas beaker dibersihkan ketika sebelum dan sesudah digunakan,
disimpan ditempat yang aman agar tidak membahayakan gelas beaker,
merendam gelas beaker ke dalam aquades saat menuangkan larutan asam
dengan konsentrasi yang tinggi, dan menggunakan lap saat mengangkat
gelas beaker dari pemanasan supaya beaker glass tidak jatuh dan pecah.

Gambar 1.3. Gelas Beaker

4. Pengaduk gelas
a. Pengertian pengaduk gelas
Pengaduk gelas merupakan alat labolatorium yang digunakan untuk
mengaduk larutan agar tercampur secara homogen. Alat ini terbuat dari
bahan gelas, polietilen atau logam yang dibungkus dengan polietilen.
Pengaduk gelas memiliki panjang yang bervariasi , mulai dari 6 cm
hingga 30cm.
b. Fungsi pengaduk gelas
Pengaduk gelas digunakan untuk mengaduk larutan supaya tercampur
secara homogen. Pada pengaduk gelas terdapat dua bagian, yaitu mulut
pengaduk dan batang pengaduk. Mulut pengaduk digunakan untuk
tempat pengadukan sedangkan batang pengaduk digunakan untuk
memegang pada saat mengaduk bahan.
c. Prinsip pengaduk gelas
Pengaduk gelas memiliki prinsip untuk mengaduk larutan atau suspense
dalam wadah . Pengadukan dilakukan dengan cara bertolak belakang dari
arah jarum jam.
d. Cara penggunaan pengaduk gelas :
1. Disiapkan pengaduk gelas yang sesuai dan bahan cair yang akan
diaduk
2. Diaduk larutan secara merata dengan memegang bagian batang
pengaduk
3. Dibersihkan pengaduk gelas setelah selesai digunakan
e. Cara merawat pengaduk gelas
Disimpan dalam wadah yang aman agar tidak membahayakan pengaduk
gelas , bersihkan alat saat sebelum dan sesudah digunakan, saat
mengaduk tidak boleh terlalu keras agar cairan tidak keluar sehingga
dapat mengotori area meja labolatorium.

Gambar 1.4. Pengaduk Gelas

5. Corong
a. Pengertian corong
Corong adalah alat labolatorium yang terbuat dari gelas jenis boroksiliat
dan digunakan untuk mempermudah memasukan cairan yang akan
digunakan ke dalam wadah . Corong memiliki garis tengah 35 mm
hingga 300 mm dan terdapat juga jenis corong panjang, sedang, dan
pendek.
b. Fungsi corong
Corong dibagi menjadi dua bagian, yaitu mulut corong atas dan mulut
corong bawah. Mulut corong bagian atas digunakan sebagai tempat
masuknya cairan ke dalam wadah dan mulut corong bagian bawah
digunakan sebagai jalannya cairan ke dalam wadah dengan ukuran mulut
yang kecil.
c. Prinsip corong
Corong memiliki prinsip kerja membantu memasukkan cairan ke dalam
wadah yang memiliki ukuran mulut lebih kecil
d. Cara penggunaan corong :
1. Disiapkan bahan yang akan dimasukan
2. Diletakkan corong di mulut wadah tetapi corong tidak bersentuhan
langsung dengan wadah
3. Dimasukkan bahan cair yang akan dicorong
4. Diperhatikan berapa volume cairan yang akan dimasukkan
5. Dibersihkan corong setelah digunakan
e. Cara merawat corong
Corong disimpan pada tempat yang aman dan tidak membahayakan
corong, bersihkan sebelum dan sesudah menggunakan corong, dan
berhati hati saat menggunakan corong .

Gambar 1.5. Corong


6. Erlenmeyer
a. Pengertian Erlenmeyer
Erlenmeyer adalah alat labolatorium yang terbuat dari gelas jenis
boroksilikat yang memiliki berbagai macam ukuran dari 25 ml hingga
2000 ml. Erlenmeyer digunakan untuk tempat titrasi larutan dengan
pengocokan sehingga larutan menjadi tercampur merata.
b. Fungsi Erlenmeyer
Erlenmeyer dibagi menjadi 4 bagian, yaitu mulut , badan, skala, dan
dasar.Pada mulut erlenmeyer digunakan sebagai tempat masuknya cairan
ke dalam erlenmeyer, badan erlenmeyer berfungsi sebagai tempat cairan ,
skala digunakan untuk membaca perhitungan volume zat cair di dalam
erlenmeyer, dasar berfungsi untuk tempat berdirinya erlenmeyer
c. Prinsip Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer digunakan untuk proses pencampuran larutan dengan
dikocok secara merata. Pada Erlenmeyer dengan tutup maka pengocokan
dilakukan dengan kuat, sedangkan tanpa tutup dilakukan pengocokan
secara sedang dan lemah.
d. Cara penggunaan Erlenmeyer :
1. Disiapkan ukuran erlenmeyer yang sesuai dengan bahan yang akan
digunakan
2. Dipegang leher pada Erlenmeyer dengan hati hati
3. Dimasukan bahan cair atau larutan yang akan dititrasi
4. Digoyangkan secara perlahan dan hati hati
5. Diamati perubahan warna yang terjadi pada larutan
6. Dibersihkan kembali Erlenmeyer setelah digunakan
e. Cara merawat Erlenmeyer
Erlenmeyer disimpan pada tempat yang aman dan tidak membahayakan,
bersihkan sebelum dan sesudah digunakan, dan gunakan lap saat
mengangkat alat sesudah dipanaskan supaya alat tidak jatuh dan pecah .
Gambar 1.6. Erlenmeyer

7. Tabung reaksi
a. Pengertian tabung reaksi
Tabung reaksi adalah alat labolatorium yang terbuat dari gelas berbagai
jenis diantaranya yaitu boroksilikat, soda, fiolax, dan supermax. Tabung
reaksi memiliki beberapa ukuran diameter yaitu dari 70 mm hingga 200
mm. Tabung reaksi digunakan untuk tempat mereaksikan larutan,
memanaskan larutan, dan pertumbuhan mikroorganisme.
b. Fungsi tabung reaksi
Tabung reaksi dibagi menjadi 3 bagian, mulut tabung, badan tabung, dan
dasar tabung. Mulut tabung digunakan sebagai masuknya cairan ke
dalam tabung reaksi, badan tabung digunakan untuk tempat cairan di
dalam tabung reaksi, dan dasar tabung merupakan bagian cekung.
Tabung reaksi berfungsi sebagai alat untuk mereaksikan suatu larutan
yang akan digunakan , memanaskan larutan, mentitrasikan bahan cair,
dan sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme.
c. Prinsip tabung reaksi
Tabung reaksi memiliki prinsip kerja sebagai wadah melarutkan larutan,
pemanasan larutan di dalam sterilisasi autoklaf , dan pertumbuhan
mikroorganisme dalam media cair.
d. Cara penggunaan tabung reaksi
1. Disiapkan tabung reaksi dan bahan yang akan digunakan
2. Dimasukan bahan cair yang akan dilakukan pelarutan , pemanasan ,
atau pertumbuhan mikroorganisme
3. Diletakkan di rak tabung reaksi apabila ingin melihat hasil reaksi
pelarutan
4. Dipanaskan ke dalam hot plate atau sterilisasi autoklaf untuk
pertumbuhan mikroorganisme
5. Dijepit menggunakan penjepit tabung ketika ingin mengambil hasil
dari proses pemanasan
6. Dibersihkan kembali ketika selesai digunakan
e. Cara merawat tabung reaksi
Tabung reaksi disimpan pada tempat yang aman dan tidak
membahayakan, bersihkan sebelum dan sesudah digunakan, berhati hati
saat menggunakan tabung reaksi karena terbuat dari gelas, gunakan rak
tabung untuk meletakkan tabung supaya aman, dan gunakan penjepit
tabung saat mengangkat alat sesudah dipanaskan supaya alat tidak jatuh
dan pecah.

Gambar 1.7. Tabung Reaksi

8. Kuvet
a. Pengertian kuvet
Kuvet merupakan alat labolatorium yang digunakan untuk tempat sampel
pada analisis spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk metode analisis kimia yang berdasarkan interaksi energi
dengan materi. Kuvet pada jenis ini berbahan dasar kaca optis atau gelas,
yang memiliki panjang gelombang mencapai 340 hingga 2500 nm yang
mentransmisikan lebih dari 80% cahaya bersama dengan toleransi
pencocokan 1% pada 350 nm. Harga kuvet cukup mahal, oleh karena itu
perlu kehati hatian di dalam menggunakan kuvet.
b. Fungsi kuvet
Kuvet digunakan untuk wadah sampel yang digunakan di dalam analisis
spektrofotometer dan juga dapat berfungsi untuk mentransmisikan sinar
dari sumber cahaya hingga ke detektor kemudian dapat diolah menjadi
print out data.
c. Prinsip kuvet
Pada kuvet memiliki prinsip kerja untuk menyimpan sampel yang akan
dilakukan analisis pada spektrofotometer se rta kuvet yang baik
tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya, memiliki
permukaan secara optis dan benar sejajar, bertahan dari reaksi bahan
kimia, tidak boleh rapuh, dan memiliki design yang sederhana
d. Cara menggunakan kuvet
1. Dibersihkan bagian luar dari kuvet menggunakan tisu agar sampel
yang akan digunakan dapat terlihat jelas oleh alat spektrofotometer.
2. Dipegang kuvet pada bagian yang buram dengan hati hati
3. Dihilangkan sisa gelembung pada kuvet setelah sampel telah
dimasukan dengan hati hati
4. Diposisikan kuvet dengan baik agar dapat dilewati dengan jelas oleh
cahaya yang masuk.
e. Cara merawat kuvet
Kuvet disimpan pada tempat yang aman untuk menghindari kepecahan
pada kuvet, bersihkan kuvet sebelum dan sesudah digunakan, kuvet tidak
boleh dipanaskan karena dapat mengurangi kinerja pada kuvet.

Gambar 1.8. Kuvet


9. Gelas arloji
a. Pengertian gelas arloji
Gelas arloji adalah alat labolatorium yang terbuat dari gelas boroksilat
memiliki diameter yang bervariasi dari 30 mm hingga 200 mm dan
digunakan untuk tempat bahan padat yang akan ditimbang .
b. Fungsi gelas arloji
Pada gelas arloji terdapat dasar gelas yang digunakan untuk meletakkan
bahan bahan kimia yang memiliki sifat higroskopis yang akan ditimbang
, penutup saat melakukan pemanasan dengan bahan kimia, menguapkan
zat cair dalam jumlah kecil dan sebagai wadah untuk mengeringkan
bahan di dalam desikator.
c. Prinsip kerja gelas arloji
Gelas arloji memiliki prinsip sebagai wadah bahan padat yang akan
ditimbang , meletakkan bahan yang akan dimasukkan ke dalam desikator
, penutup bahan kimia agar tidak mudah menguap karena bahan kimia
jika dalam keadaan terbuka juga dapat mnguap dan akan habis sehingga
perlu ditutup dengan gelas arloji agar bahan kimia yang akan digunakan
tidak menguap dan habis.
d. Cara penggunaan gelas arloji
1. Disiapkan bahan dan gelas arloji yang akan digunakan
2. Diletakkan bahan kimia yang akan ditimbang atau dikeringkan di
dalam desikator sedangkan untuk penutup, gelas arloji diletakkan
pada wadah bahan kimia untuk menghindari penguapan bahan kimia
3. Dipindahkan bahan kimia yang telah ditimbang atau dikeringkan ke
dalam wadah yang lain
4. Dibersihkan gelas arloji setelah selesai digunakan
e. Cara merawat gelas arloji
Gelas arloji disimpan pada tempat yang aman dan tidak membahayakan
gelas arloji, bersihkan sebelum dan sesudah menggunakan gelas arloji,
dan berhati hati saat menggunakan gelas arloji .
Gambar 1.9. Gelas Arloji

10. Pipet tetes


a. Pengertian pipet tetes
Pipet tetes adalah alat labolatorium yang digunakan untuk memindahkan
larutan dengan tetes demi tetes hingga volume tepat. Pipet tetes tidak
memiliki skala dan memiliki bentuk panjang pendek serta dilengkapi
karet sebagai penghisapnya.
b. Fungsi pipet tetes
Pipet tetes digunakan untuk memindahkan cairan secara tetes demi tetes
hingga volume yang diinginkan
c. Prinsip kerja pipet tetes
Prinsip pipet tetes yaitu untuk menambahkan cairan secara tetes demi
tetes hingga volume yang diinginkan
d. Cara penggunaan pipet tetes
1. Disiapkan bahan dan pipet tetes yang akan digunakan
2. Dihisap cairan atau larutan yang akan diambil dan dipindahkan ke
dalam wadah
3. Ditekan bagian karet pipet tetes untuk mengangkat atau menurunkan
cairan yang akan dipindah
4. Dibersihkan pipet tetes setelah selesai digunakan
e. Cara merawat pipet tetes
Pipet tetes disimpan pada tempat yang aman dan tidak membahayakan
pipet tetes, serta bersihkan sebelum dan sesudah menggunakan pipet
tetes.
Gambar 1.10. Pipet tetes

11. Pipet ukur


a. Pengertian pipet ukur
Pipet ukur adalah alat labolatorium yang terbuat dari gelas jenis soda
jernih dan memiliki pembagian skala pada dinding pipet dari 0,001 ml
hingga 0,5 ml digunakan untuk mengambil cairan, memindahkan cairan
secara tidak teliti. Pipet ukur terdapat kapasitas 0,01 ml hingga 50 ml.
b. Fungsi pipet ukur
Pipet ukur digunakan untuk mengambil, memindahkan, dan memipet
cairan yang akan digunakan dengan ukuran ml ke dalam wadah.
c. Prinsip pipet ukur
Pipet ukur memiliki prinsip kerja memipe cairan secara kurang teliti dan
perhitungannya tidak masuk dalam penetapan kadar.
d. Cara penggunaan pipet ukur
1. Disiapkan pipet ukur yang sesuai dan bahan cairan yang akan dipipet
2. Diambil cairan dengan cara memasukan pipet ukur ke dalam wadah
hingga dasar wadah agar tidak ada gelembung yang masuk saat
memipet
3. Dikeluarkan cairan secara perlahan dan dimasukan ke dalam wadah,
gunakan ball pipet saat memipet larutan berbahaya dan beracun
4. Ditiup pipet ukur untuk mengeluarkan sisa larutan yang tertinggal
pada pipet ukur
5. Dibersihkan pipet yang telah digunakan
e. Cara merawat pipet ukur
Pipet ukur disimpan pada tempat yang aman dan tidak membahayakan
pipet ukur, serta bersihkan sebelum dan sesudah menggunakan pipet
ukur.

Gambar 1.11. Pipet Ukur

12. Pipet gondok


a. Pengertian pipet gondok
Pipet gondok adalah alat labolatorium yang digunakan untuk
memindahkan atau mengambil cairan pada volume tertentu. Pipet gondok
memiliki bentuk seperti gondok sehingga dinamakan pipet gondok. Pipet
ini memiliki kapeasitas 0,5 ml hingga 100 ml. Pipet gondok terbuat dari
gelas jenis soda jernih.
b. Fungsi pipet gondok
Pipet gondok memiliki fungsi untuk memipet atau mengambil volume
larutan dengan teliti.
c. Prinsip pipet gondok
Prinsip kerja pada pipet gondok adalah memindahkan dan mengambil
volume larutan dengan pengukuran yang teliti
d. Cara penggunaan pipet gondok
1. Disiapkan pipet gondok yang sesuai dengan larutan yang akan
digunakan
2. Dipastikan bahwa pipet gondok yang akan digunakan sudah bersih
dan kering
3. Disiapkan bola hisap dan dipasangkan di atas pipet untuk menghisap
cairan di dalam pipet gondok
4. Ditekan huruf A untuk menyedot cairan lalu ditekan huruf E untuk
melepaskan cairan
5. Dipindahkan larutan atau bahan cair ke dalam tempat yang
diinginkan
6. Dibersihkan pipet setelah selesai digunakan
e. Cara merawat pipet gondok
Pipet gondok disimpan di tempat yang aman dan terhindar dari benda
berat yang mampu membuat pipet menjadi pecah. Setelah digunakan,
pipet dibersihkan agar saat kembali digunakan dalam kondisi bersih.

Gambar 1.12. Pipet gondok


13. Buret
a. Pengertian buret
Buret adalah alat labolatorium yang digunakan untuk memberikan secara
tetes demi tetes sejumlah volume larutan yang diketahui dengan teliti
pada saat proses titrasi. Buret berbentuk silinder, dan terbuat dari jenis
gelas soda, boroksilikat, dan amber. Buret memiliki kapasitas ukuran 1
ml hingga 100 ml dengan pembagian skala 0,01 ml hingga 0,2 ml.
b. Fungsi buret
Buret berfungsi sebagai alat yang memberikan cairan secara tetes demi
tetes sejumlah volume larutan dengan perhitungan teliti pada saat
melakukan titrasi.
c. Prinsip buret
Prinsip kerja buret adalah buret harus bersih, kering , dan bebas lemak
sebelum digunakan. Pada saat sebelum titrasi dimulai, pastikan tidak ada
gelembung udara di bawah kran karena dapat menyebabkan kesalahan
saat melakukan titrasi.
d. Cara penggunaan buret
1. Disiapkan buret dan cairan yang akan dititrasi
2. Diklem buret pada statis dalam posisi tegak lurus dengan datar air
3. Diperiksa kran buret bahwa mudah diputar dan tidak bocor, jika
sukar diputar atau bocor maka oles dengan vaselin
4. Dibilas buret dengan larutan yang akan dipakai titrasi
5. Dialirkan larutan dengan membuka kran
6. Diatur ketinggian miniskus tepat pada angka nol dan dicatat angka
nya
7. Dimulailah proses titrasi dengan tangan kiri memegang kran sambil
memutarnya dan tangan kanan untuk memegang labu Erlenmeyer
sambil digoyangkan sampai bahan tercampur dan terjadi perubahan
warna
8. Dibersihkan kembali buret yang telah digunakan
e. Cara merawat buret
Buret disimpan di tempat yang bersih dan aman, sehingga pada saat
melakukan titrasi buret dapat bekerja dengan baik. Sebelum dan sesudah
pemakaian buret pastikan selalu dalam keadaan bersih.

Gambar 1.13. Buret

14. Labu destilasi


a. Pengertian labu destilasi
Labu destilasi adalah alat labolatorium yang digunakan untuk
memisahkan antara 2 zat atau lebih dengan memfokuskan pada
perbedaan titik didih. Labu destilasi memiliki bentuk yang mirip dengan
labu alas bulat, tetapi memiliki perbedaan yakni pada pipa yang
mengarah ke bawah. Pipa tersebut akan disambungkan dengan alas gelas
pendingin pada saat digunakan untuk keperluan destilasi dan biasanya
akan disangga oleh tiang atau dudukan pada saat digunakan.
b. Fungsi labu destilasi
Fungsi labu destilasi digunakan untuk proses destilasi dengan pemisahan
dua zat atau lebih yang mempunyai perbedaan titik didih.
c. Prinsip labu destilasi
Prinsip labu destilasi yaitu mengenai pemisahan dua zat atau lebih yang
mempunyai perbedaan titik didih. Apabila zat zat yang dipisahkan
memiliki titik didih yang jauh berbeda maka dapat digunakan metode
isolasi biasa. Zat yang memiliki titik didih rendah akan cepat terdestilasi
daripada zat yang memiliki titik didik lebih tinggi. Perbedaan titik didih
dan tekanan uap membuat kedua campuran berpisah , semakin tinggi
tekanan uap maka titik didih cairan akan semakin tinggi.
d. Cara penggunaan labu destilasi
1. Disiapkan labu destilasi dan bahan cair yang akan digunakan
2. Dimasukan cairan pada labu destilasi secara perlahan
3. Dihubungkan labu destilasi dengan alat lain untuk menyalurkan uap
atau hasil destilasinya
4. Dibersihkan kembali labu destilasi setelah selesai digunakan
e. Cara merawat labu destilasi
Labu destilasi disimpan ditempat yang aman dan bersih agar dalam
penggunaan alat berjalan dengan baik, labu destilasi dibersihkan sebelum
dan sesudah pemakaian agar tidak ada zat yang tertinggal di dalam labu
destilasi.

Gambar 1.15. Labu Destilasi

15. Corong pisah


a. Pengertian corong pisah
Corong pisah merupakan alat labolatorium yang terbuat dari gelas
boroksilat, tidak berwarna dan amber digunakan untuk ektraksi zat dan
dapat pula mengatur aliran zat cair pada proses kromatografi kolom dan
reaksi kimia lainnya. Corong pisah berbentuk kerucut seperti buah pear
bulat dan silinder, dilengkapi dengan kran dan tutup yang terbuat dari
bahan gelas asah atau Teflon memiliki kapasitas 50 ml hingga 2000 ml.
b. Fungsi corong pisah
Fungsi corong pisah yaitu digunakan untuk proses ektraksi zat dan untuk
mengatur aliran zat cair pada proses kromatografi kolom dan pada reaksi
lainnya.
c. Prinsip corong pisah
Corong pisah memiliki prinsip kerja yang cukup sederhana namun dapat
akurat, yaitu dengan memisahkan dua komponen yang memiliki
kepadatan berbeda. Pada prosesnya memiliki waktu yang relative cukup
lama, tergantung dari zat yang akan di pisahkan. Hasil pemisahan pada
corong pisah akan membagi dimana cairan yang memiliki kerapatan
lebih kecil berada di bagian bawah komponen yang memiliki kerapatan
lebih besar. Kemudian faucet bagian bawah dibuka secara perlahan untuk
menuangkan zat yang memiliki kerapatan lebih kecil dan tutup kran.
d. Cara penggunaan corong pisah
1. Disiapkan corong pisah beserta larutan yang akan dipisahkan
2. Dipastikan kran telah tertutup sebelum dimasukan larutan yang akan
diekstraksi
3. Dimasukan larutan ke dalam corong pisah secara perlahan dan hati
hati
4. Dikocok dengan memasukannya ke dalam lemari asam agar
terjadinya proses pertumbukan antar partikel larutan
5. Dibuka kran untuk mengeluarkan gas selama proses ekstraksi
6. Ditempatkan kembali corong pisah dalam statif dan klem tunggu
hingga didapatkan lapisan yang memisahkan dua pelarut secara
sempurna
7. Dibuka kran dan ditampung dengan menggunakan gelas beaker.
e. Cara merawat corong pisah
Corong pisah disimpan ditempat yang aman dan bersamaan dengan alat
berbahan gelas lainnya. Sebelum dan sesudah penggunaan corong pisah
pastikan selalu dalam keadaan bersih agar saat proses ektraksi tidak ada
zat lain yang ikut terekstrak. Lakukan pengecekan pada tutup dan kran
corong pisah supaya tepat dalam pengektraksian.

Gambar 1.15. Corong Pisah

16. Bejana pewarnaan (staining jar)


a. Pengertian bejana perwarnaan
Bejana perwarnaan adalah alat labolatorium yang digunakan untuk
tempat meletakkan sediaan dalam pembuatan pewarnaan mikrobia. Pada
staining jar dapat menampung serbagai jumlah slide yang telah disiapkan
selama prosedur pewarnaan . Staining jar memiliki berbagai bentuk,
ukuran, dan design yang beraneka ragam digunakan sesuai dengan
kebutuhan pewarnaan.
b. Fungsi bejana perwarnaan
Fungsi dari bejana pewarnaan yaitu untuk proses pewarnaan dalam
pembuatan preparat mikroskopis. Pada bejana pewarnaan spesimen
seperti bakteri, sel, dan jaringan diberikan pewarnaan yang tepat agar
specimen dapat diamati dan dapat dipelajari dengan mudah.
c. Prinsip pipet bejana perwarnaan
Prinsip staining jar yaitu dengan memberikan zat pewarna yang
diperlukan di dalam proses pewarnaan. Kemudian sediaan direndam di
dalam bejana dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pewarnaan.
Sebuah spesimen kebanyakan berwarna bening sehingga perlu diberikan
warna agar dapat diamati dan dipelajari dengan mudah.
d. Cara penggunaan bejana perwarnaan
1. Disiapkan bejana pewarnaan dan spesimen yang akan dilakukan
proses pewarnaan
2. Dimasukkan spesimen ke dalam slide mikroskop lalu dimasukan ke
dalam bejana pewarnaan
3. Dilakukan proses pewarnaan pada spesimen di dalam bejana
pewarnaan
4. Diamati pada mikroskrop setelah selesai dilakukan proses pewarnaan
5. Dibersihkan bejana setelah selesai digunakan
e. Cara merawat bejana perwarnaan
Bejana pewarnaan disimpan ditempat yang aman dan terhindar dari
benda berat yang dapat menyebabkan pecahnya bejana pewarnaan.
Sebelum dan sesudah pemakaian bejana pewarnaan pastikan selalu
dibersihkan agar dalam penggunaan bejana menjadi maksimal.

Gambar 1.16. Bejana Pewarnaan


17. Botol pereaksi
a. Pengertian botol pereaksi
Botol pereaksi merupakan alat labolatorium yang menyimpan bahan cair
pereaksi yang akan digunakan untuk proses kegiatan di labolatorium.
Botol pereaksi terbuat dari bahan boroksilikat, atau gelas soda, baik
jernih atau transparan dan amber. Botol pereaksi memiliki mulut dan
leher lebar dan normal dengan kapasitas 50 ml hingga 10.000 ml dan
dilengkapi tutup yang terbuat dari kaca asah.
b. Fungsi botol pereaksi
Botol pereaksi digunakan untuk penyimpanan larutan dan untuk
penyimpanan asam yang berasap dilengkapi dengan penutup bahan atau
kap asam.
c. Prinsip botol pereaksi
Botol pereaksi berprinsip kerja menyimpan larutan atau bahan cair agar
dapat aman untuk kegiatan di labolatorium. Umumnya botol pereaksi
disimpan mengikuti suhu standar penyimpanan pada isi larutan tersebut.
Pastikan botol pereaksi selalu ditutup rapat agar bahan cair yang di dalam
tidak rusak.
d. Cara penggunaan botol pereaksi
1. Disiapkan botol pereaksi sesuai ukuran larutan yang akan disimpan.
2. Dimasukan larutan kedalam botol pereaksi dengan hati hati dan
hindari penumpahan pada larutan.
3. Ditutup rapat botol pereaksi dengan rapat sehingga larutan tidak
rusak
4. Disimpan pada suhu yang sesuai dengan penyimpanan larutan
e. Cara merawat botol pereaksi
Botol pereaksi disimpan pada tempat yang aman dan bersih. Sebelum dan
setelah digunakan untuk penyimpanan laruta pastikan botol pereaksi
harus dalam kondisi bersih dan terbebas dari zat lain. Hindari dari cahaya
matahari karena dapat mempengaruhi kualitas botol pereaksi.

Gambar 1.17. Botol Pereaksi

18. Desikator
a. Pengertian desikator
Desikator adalah alat labolatorium yang terbuat dari gelas jenis semi
boroksilat, platik, atau mika yang digunakan sebagai pengering atau
mendinginkan bahan atau alat gelas. Di bawah piringan porselen terdapat
bahan pengering yang biasanya terbuat dari silica gel, asam sulfat pekat,
fosfor pentaoksida, kalsium oksida, dan sebagainya.
b. Fungsi desikator
Desikator berfungsi sebagai alat pengering atau pendingin pada saat alat
labolatorium selesai dipanaskan dan akan ditimbang. Di dalam desikator
terdapat piringan berpori yang terbuat dari porselin dan digunakan untuk
meletakkan alat alat gelas. Pengering digunakan untuk mengeringkan
bahan yang masih basah setelah dipanaskan.
c. Prinsip desikator
Prinsip desikator yaitu mendinginkan bahan atau alat , mengeringkan
bahan atau alat yang telah dipanaskan dan akan digunakan kembali untuk
keperluan lain. Di dalam desikator terdapat silica gel yang berfungsi
sebagai pengering dan mengatur kelembaban yang ada di dalam
desikator.
d. Cara penggunaan desikato
1. Disiapkan desikator dan bahan atau alat yang akan dikeringkan
2. Dibersihkan terlebih dahulu desikator yang akan digunakan
3. Diletakkan bahan atau alat pada desikator dan tunggu hingga
mongering
4. Diangkat bahan atau alat yang telah mongering lalu siap digunakan
untuk keperluan yang lainnya
e. Cara merawat desikator
Desikator disimpan dalam tempat yang aman dan terjaga kelembabannya.
Hindari desikator dari benda berat karena dapat menyebabkan
meningkatkan resiko desikator bisa pecah terkena benda berat.

Gambar 1.18. Desikator


19. Labu didih
a. Pengertian labu didih
Labu didih merupakan alat labolatorium yang digunakan untuk
mendapatkan larutan zat tertentu yang akan digunakan sebagai sampel
dan memanaskan larutan . Labu didih terbuat dari gelas yang berbentuk
seperti labu dengan berbagai mecam jenis leher, dari leher single track ,
double track hingga triple track. Labu didih dapat bertahan padas 120oC
hingga 300oC.
b. Fungsi labu didih
Fungsi labu didih yaitu sebagai alat penyimpan bahan cair yang akan
dipanaskan serta sebagai alat untuk pendeteksi larutan zat kimia yang
akan digunakan pada prosesnya. Labu didih selain untuk pemanasan, bisa
juga untuk penyimpanan karena tidak akan jatuh apabila diletakkan di
atas meja.
c. Prinsip labu didih
Labu didih memiliki prinsip kerja yang praktis untuk proses pemanasan
dan penyimpanan larutan dibanding alat pelarut lainnya, karena
memiliki bentuk yang kecil dan mudah disimpan serta dapat dirangkai
menjadi soxhlet.
d. Cara penggunaan labu didih
1. Disiapkan labu didih sesuai dengan volume larutan yang akan
digunakan
2. Dibersihkan terlebih dahulu labu didih agar dapat digunakan secara
maksimal
3. Dimasukan larutan ke dalam labu didih secara perlahan
4. Dikocok larutan agar tercampur secara homogen
5. Dipanaskan larutan hingga mencapai suhu yang diinginkan
6. Dituangkan larutan ke dalam wadah
7. Dibersihkan labu didih jika sudah selesai digunakan
e. Cara merawat labu didih
Labu didih disimpan ditempat yang aman dan terhindar dari benda benda
berat yang dapat menyebabkan labu didih pecah. Setelah labu didih
selesai digunakan, dibersihkan kembali dan bebaskan dari sisa sisa zat
yang telah digunakan agar nantinya bisa steril ketika digunakan lagi.
Untuk pemeriksaan kadar air, labu didih dikeringkan terlebih dahulu.

Gambar 1.19. Labu Didih

20. Botol timbang


a. Pengertian botol timbang
Botol timbang adalah botol yang terbuat dari jenis gelas boroksilikat,
dilengkapi dengan tutup asah dan digunakan untuk menentukan kadar air
dalam suatu bahan serta digunakan untuk menyimoan bahan yang akan
ditimbang terutama pada bahan cair.
b. Fungsi botol timbang
Fungsi dari botol timbang yaitu sebagai menentuan kadar air suatu bahan
cair dan sebagai penyimpanan bahan yang akan ditimbang terutama
untuk bahan cair .
c. Prinsip botol timbang
Prinsip botol timbang yaitu sebagai menentukan kadar air dan penyimpan
untuk bahan cair yang akan ditimbang .
d. Cara penggunaan botol timbang
1. Disiapkan botol timbang sesuai dengan ukuran volume larutan yang
akan digunakan
2. Dimasukan larutan yang akan ditimbang ke dalam botol timbang
3. Ditimbang larutan dengan memperhatikan massa yang ada di dalam
botol timbang
4. Dikeluarkan larutan setelah selesai ditimbang
5. Dibersihkan kembali botol timbang setelah selesai digunakan
e. Cara merawat botol timbang
Perawatan botol timbang yaitu dengan menyimpan di tempat yang aman
dan tidak mempengaruhi kesetaraan nilai timbang pada botol timbang.
Dibersihkan kembali setelah selesai digunakan.

Gambar 1. 20. Botol Timbang

21. Kondensor
a. Pengertian kondensor
Kondensor merupakan alat labolatorium yang terbuat dari gelas
boroksilat dan umumnya dapat dirangkai dengan alat gelas lain untuk
bermacam macam keperluan. Pada kondensor memiliki bentuk panjang
yang berbeda beda sesuai dengan kegunaan masing masing .
b. Fungsi kondensor
Fungsi kondensor digunakan untuk mengembungkan atau mendinginkan
uap yang telah terjadi pada suatu reaksi, sintesa, atau pada system
sestilasi, ekstraksi, saponifikasi, esterifikasi, metilasi, dan sebagainya.
c. Prinsip kondensor
Kondensor memiliki prinsip yaitu suatu zat yang telah dipanaskan
kemudian uap panas akan naik lalu dialirkanlah air dingin melalui selang
pada kondensor sehingga uap panas tidak lepas ke udara tetapi kembali
mengembun dan jatuh kebawah. Prinsip pada kondensor , volume dari
larutan yang dipanaskan otomatis turun disebabkan tidak ada uap yang
keluar ke udara.
d. Cara penggunaan kondensor
1. Disiapkan kondensor dan bahan yang akan digunakan
2. Dimasukan bahan cair yang akan dipanaskan
3. Dialirkan uap ke dalam ruangan yang berisi pipa pipa kondensor
hingga tidak ada uap tersisa
4. Dibersihkan kembali kondensor setelah selesai melakukan
pendinginan bahan cairan yang digunakan
e. Cara merawat kondensor
Cara merawat kondensor yaitu dengan disimpan pada tempat yang aman
dan terjaga kelembabannya, serta setelah kondensor digunakan pastikan
harus kembali bersih agar nanti setelah penggunaan berikutnya
kondensor dapat bekerja dengan baik.

Gambar 1.21 Kondensor


22. Bilik hitung
a. Pengertian bilik hitung
Bilik hitung adalah alat labolatorium yang digunakan untuk menghitung
sel darah dengan menggunakan sampel yang sangat sedikit. Bilik hitung
dapat digunakan untuk menghitung leukosit, eritrosit, dan trombosit.
Leukosit dihitung pada area pojok kanan atas, pojok kiri atas, pojok
kanan bawah, pojok kirim bawah, dan tengah. Sedangkan untuk eritrosit
dan trombosit hanya menggunakan bagian tengah menggunakan minimal
5 kotak kecil.
b. Fungsi bilik hitung
Bilik hitung digunakan untuk menghitung sel darah dari leukosit,
trombosit, dan eritrosit. Perhitungan dilakukan sesuai dengan aturan
perhitungan, jika perhitungan leukosit maka menghitung pada bagian
pojok kanan atas, pojok kanan bawah, pojok kiri bawah , pokok kiri atas,
dan tengah. Sedangkan perhitungan eritrosit dan trombosit dilakukan
dengn menghitung bagian tengah bilik hitung saja.
c. Prinsip bilik hitung
Dalam prinsip kerjanya bilik hitung yaitu dengan meletakkan sampel
pada bilik hitung dalam jumlah yang relative sedikit. Untuk perhitungan
disesuaikan dengan jenis sel yang akan diperiksa, artinya jika jumlah sel
nya banyak maka menggunakan ukuran yang besar dan jika jumlah
selnya sedikit maka menggunakan ukuran yang kecil.
d. Cara penggunaan bilik hitung
1. Disiapkan bilik hitung dan sampel darah yang sudah dihomogenizer
2. Diambil sampel darah menggunakan pipet secara perlahan dan hati
hati
3. Ditambahkan reagen sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan
4. Dilakukan homogenisasi agar sampel darah terlarut dalam reagen lalu
buang 3 tetes pertama karena kemungkinan belum tercampur
5. Dimasukkan larutan ke dalam bilik hitung dan ditutup menggunakan
deck gelas
6. Dimasukkan di bawah mikroskope untuk menghitung jumlah sel
yang sedang diperiksa
7. Dihitung sesuai dengan aturan perhitungan sel yang akan dihitung
8. Dibersihkan bilik hitung dan deck gelas sesudah digunakan.
e. Cara merawat bilik hitung
Bilik hitung disimpan pada tempat yang aman dan terhindar dari benda
berat yang dapat menyebabkan pecahnya bilik hitung. Pastikan segera
dibersihkan setelah selesai pemakaian, karena sedikit kotoran yang
menempel pada bilik hitung dapat mempengaruhi kapilaritas dan
memberikan hasil yang berbeda. Pada saat membersihkan bilik hitung
pastikan jangan sampai menggores permukaan kamar hitung yang
bergaris garis sebagai tempat deck gelas diletakkan.

Gambar 1. 22. Bilik Hitung


23. Objek gelas
a. Pengertian objek gelas
Objek gelas merupakan suatu alat labolatorium yang digunakan untuk
meletakkan sampel yang akan di periksa dan dianalisis menggunakan
mikroskop.
b. Fungsi objek gelas
Fungsi dari objek gelas yaitu untuk meletakkan sampel yang akan
dianalisis di bawah mikroskop.
c. Prinsip objek gelas
Prinsip kerja objek gelas yaitu dimasukkannya sampel diatas objek gelas
lalu ditutup menggunakan deck gelas secara perlahan. Kemudian
dilakukan pengamatan atau pemeriksaan dibawah mikroskope.
d. Cara penggunaan objek gelas
1. Disiapkan objek gelas dan sampel yang akan dilakukan pemeriksaan
2. Dibersihkan terlebih dahulu objek gelas dari berbagai zat yang dapat
mengganggu dalam proses pemeriksaan
3. Diletakkan sampel yang akan diperiksa di atas objek gelas atau kaca
preparat
4. Ditutup objek gelas dengan menggunakan deck gelas agar posisi
sampel tidak berubah.
5. Diletakkan objek gelas pada mikroskop dengan posisi yang pas
6. Dilakukan pemeriksaan pada mikroskop dan diamati sampel
7. Dibersihkan objek gelas setelah selesai digunakan
e. Cara merawat objek gelas
Objek gelas disimpan pada tempat aman dan terhindar dai benda berat
yang dapat membahayakan objek gelas. Pastikan sebelum dan sesudah
digunakan objek gelas selalu dalam kondisi bersih agar dapat
mendapatkan hasil yang sempurna ketika di analisis.

Gambar 1.23 Objek Gelas


24. Deck gelas
a. Pengertian deck gelas
Deck gelas merupakan sebuah alat labolatorium yang berbahan kaca dan
digunakan untuk menutup bilik hitung ketika melakukan perhitungan
jumlah sel dan dapat digunakan untuk menutup objek gelas pada saat
pemeriksaan mikroskopis.
b. Fungsi deck gelas
Deck gelas berfungsi sebagai penutup bilik hitung pada perhitungan
jumlah sel yang diperoleh serta dapat juga sebagai penutup objek gelas
pada pemeriksaan sampel di mikroskopis. Tujuan dari menutup sampel
yaitu menghindari tercampurnya sampel dengan zat lain sehingga dapat
mempengaruhi zat pada saat pemeriksaan atau perhitungan jumlah sel
c. Prinsip deck gelas
Prinsip dari deck gelas yaitu menutup bagian bilik hitung dan juga objek
gelas dimana pada bagian yang ditutup terdapat sampel atau zat yang
akan diperiksa dan dihitung jumlah selnya.
d. Cara penggunaan deck gelas
1. Disiapkan deck gelas , sampel, objek gelas atau bilik hitung .
2. Diletakkan sampel pada objek gelas atau bilik hitung
3. Ditutup sampel dengan menggunakan deck gelas secara perlahan
Dilakukan pemeriksaan atau perhitungan pada sampel dengan tepat
e. Cara merawat deck gelas
Deck gelas disimpan pada tempat yang aman dan terhindar dari benda
berat yang dapat membahayakan deck gelas. Pastikan deck gelas selalu
dalam keadaan bersih dan steril sehingga ketika digunakan dapat bekerja
dengan baik dan tidak ada zat asing yang ikut tercampur dalam sampel.

Gambar 1. 24 Deck Gelas


25. Pipet Hb
a. Pengertian pipet Hb
Pipet Hb merupakan salah satu jenis pipet dalam labolatorium yang
digunakan untuk pemeriksaan Hb atau hemoglobin. Pemeriksaan
hemoglobin bertujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin pada manusia
dan mengetahui ada tidaknya anemia dalam darah.
b. Fungsi pipet Hb
Pipet Hb digunakan sebagai tempat untuk mengambil sampel darah
dalam pemeriksaan hemoglobin atau Hb .
c. Prinsip pipet Hb
Prinsip dari pipet Hb adalah mengambil sampel darah yang akan
dilakukan pemeriksaan hemoglobin. Sampel darah diambil dengan
dihisap menggunakan pipet Hb sampai tanda 20 μl secara perlahan dan
hati hati.
d. Cara penggunaan pipet Hb
1. Disiapkan tabung hemometer yang diidi denga larutan HCl 0,1 N
sampai tanda 2
2. Dihisap darah kapiler atau vena dengan pipet Hb dengan tepat sampai
tanda 20 μl secara perlahan dan hati hati.
3. Dimasukkan darah ke dalam tabung yang berisi larutan HCl tanpa
menimbulkan gelembung udara
4. Dibilas pipet sebelum diangkat dengan menghisap dan mengeluarkan
HCl dari pipet secara berulang ulang 3kali
5. Ditunggu hingga terjadi pembentukan asam hematin
6. Dibaca hasil pemeriksaan dengan memperhatikan miniskus.
e. Cara merawat pipet Hb
Pipet Hb disimpan di tempat yang aman dan bersih serta terhindar dari
benda berat yang dapat meningkatkan resiko pecahnya pipet . Setelah
digunakan pipet dibersihkan agar terbebas dari sisa sisa darah yang masih
ada di dalam pipet Hb. Pipet Hb dibersihkan dengan air dan asetan atau
campuran alcohol dan ether dengan perbandingan yang sama. Pipet Hb
jangan ditiup dengan udara nafas karena uap dalam udara akan
mengembun dan mengotori pipet Hb.

Gambar 1.25. Pipet Hb

26. Pipet LED


a. Pengertian pipet LED
Pipet LED merupakan jenis alat labolatorium yang digunakan untuk
mengukur laju endap darah. Pada pipet LED memiliki 2 macam yaitu
jenis wintrobe dan westergreen. Untuk jenis wintrobe pipet ini memiliki
cara pembacaan yang kurang spesifik tetapi dapat digunakan untuk
mengukur laju endap darah. Sedangkan pada pipet LED jenis westegreen
memiliki skala 0 hingga 20 dan digunakan secara tegak lurus. LED disini
bukanlah memiliki arti seperti lampu LED pada umumnya, tetapi LED
merupakan kepanjangan dari Laju Endap Darah yang merupakan fungsi
dari pipet ini sendiri.
b. Fungsi pipet LED
Fungsi pipet LED yaitu digunakan untuk proses laju endap darah pada
pemeriksaan hematologi rutin untuk mengetahui tingkat peradangan atau
inflamasi di dalam tubuh .
c. Prinsip pipet LED
Prinsip kerja pipet laju endap darah yaitu dengan dimasukkannya darah
ke dalam pipet LED selama satu jam , kemudian sel darah merah akan
mengendap ke bagian dasar tabung karena proses gravitasi dan plasma
darag bergerak ke arah atas tabung. Pemeriksaan laju endap darah
dilakukan dengan satuan millimeter per jam.
d. Cara penggunaan pipet LED
1. Disiapkan pipet LED yang telah disiapkan larutan NaCitrat
2. Dihisap darah yang akan dilakukan pemerksaan laju endap darah
3. Dimasukkan darah kedalam pipet LED yang telah berisi larutan
NaCitrat
4. Dicampur dengan cara melingkar lingkar perlahan
5. Dihisap darah hingga garis bertanda 0 tanpa menimbulkan
gelembung
6. Dibiarkan pipet dalam sikap tegak lurus pada rak wetergreen
7. Dibaca hasil pemeriksaan dengan membaca tingginya lapisan plasma
8. Dibersihkan pipet LED dengan mencucinya setelah selesai
digunakan.
e. Cara merawat pipet LED
Pipet LED dirawat dengan disimpan pada tempat yang anakan man dan
terhindar dari benda berat yang dapat membahayakan pipet. Pipet LED
harus segera dicuci setelah selesai digunakan. Setelah selesai dicuci,
pipet dikeringkan dengan diletakkan di beaker glass yang telah dialasi
dengan tisu. Pipet LED dibersihkan dengan cara memutarbalikkan hingga
mulut mengarah ke bawah.

Gambar 1.26 Pipet LED


27. Cawan petri
a. Pengertian cawan petri
Cawan petri merupakan wadah yang menyerupai mangkuk dengan dasar
rata yang digunakan untuk penyimpanan dan pembuatan
mikroorganisme.
b. Fungsi cawan petri
Cawan petri digunakan sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme dan
sering digunakan dalam praktikum media dan reagensia.
c. Prinsip cawan petri
Prinsip pada cawan petri adalah suatu medium dapat dituangkan ke
dalam cawan petri bagian bawah dan cawan bagian atas digunakan
sebagai penutup.
d. Cara menggunakan cawan petri
1. Disiapkan cawan petri dan media pertumbuhan mikroorganisme
2. Dipanaskan dan dibersihkan cawan petri dengan api bunsen sebelum
digunakan
3. Dimasukan media agar yang mengandung nutrisi secara perlahan dan
hati hati di dalam LAF
4. Ditambahkan sampel bakteri atau mikroorganisme lain dengan cara
memberikan garis zig zag pada media secara perlahan
5. Ditutup cawan petri dengan rapat
6. Dibersihkan cawan petri setelah digunakan
e. Cara merawat cawan petri
Cawan petri disimpan ditempat yang aman dan bersih agar ketika
digunakan cawan petri dalam kondisi steril, karena syarat dalam proses
inokulasi yaitu bahan dan alat yang digunakan harus dalam kondisi steril.

Gambar 1.27 Cawan Petri


B. Alat non gelas
1. Gelas ukur plastik
a. Pengertian gelas ukur plastik
Gelas ukur plastik adalah perlengkapan labolatorium yang digunakan
untuk mengukur volume cair dan terbuat dari plastik sehingga dapat
memudahkan dalam bekerja karena resiko berbahaya lebih minimum.
Gelas ukur plastik lebih aman karena anti pecah dan tahan terhadap
senyawa asam dan basa.
b. Fungsi gelas ukur plastik
Gelas ukur plastik digunakan untuk mengukur volume cair dan juga bisa
digunakan untuk mengukur zat padat.
c. Prinsip gelas ukur plastik
Prinsip kerja gelas ukur plastik yaitu mengukur larutan kimia tetapi tidak
memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi serta tidak masuk ke dalam
perhitungan. Gelas ukur plastik tidak diperbolehkan untuk dipanaskan,
karena dapat menyebabkan melelehnya alat .
d. Cara penggunaan gelas ukur plastik
1. Disiapkan terlebih dahulu bahan yang akan diukur
2. Dituangkan bahan yang akan diukur
3. Dibaca skala pada gelas ukur pada garis angka yang ada di gelas ukur
4. Dituangkan kembali cairan yang telah diukur ke dalam wadah
5. Dibersihkan kembali gelas ukur plastik dari cairan
e. Cara merawat gelas ukur plastik
Cara merawat gelas ukur plastik yaitu dengan menyimpan ditempat yang
aman dan bersih serta bersihkan kembali gelas ukur plastik setelah
digunakan. Hindari gelas ukur plastik dari api karena dapat membuat alat
menjadi meleleh , sifat plastik yang tidak tahan terhadap api.

Gambar 2.1 Gelas Ukur Plastik


2. Pipet plastik
a. Pengertian pipet plastik
Pipet plastik merupakan pipet yang berukuran kecil dan terbuat dari
plastik, memiliki ujung bawah yang runcing dan ujung atas lebih
mengembang karena digunakan untuk mengangkat cairan .
b. Fungsi pipet plastik
Fungsi pipet plastik digunakan untuk membantu memindahkan cairan
dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil
yaitu setetes demi tetes. Pemindahan cairan dengan menggunakan pipet
tetes memang memakan waktu yang sangat lama jika yang di pindahkan
sangat banyak.
c. Prinsip pipet plastik
Pipet plastik digunakan untuk mengambil cairan secara setetes demi
setetes dengan menekan bagian ujung atas agar cairan terangkat ke atas
dan dapat dipindahkan ke wadah yang diinginkan. Hindari larutan yang
bersuhu tinggi karena dapat menyebabkan pipet menjadi rusak dan sulit
digunakan.
d. Cara penggunaan pipet plastik
1. Disiapkan cairan yang akan diambil
2. Ditekan bagian ujung atas pipet plastik secara perlahan agar cairan
masuk ke dalam pipet plastik
3. Dikeluarkan cairan yang telah diambil setetes demi setetes sesuai yang
diinginkan ke dalam wadah
e. Cara merawat pipet plastik
Disimpan pada tempat yang aman , bersihkan alat sebelum dan sesudah
digunakan , hindari bahan cair yang memiliki suhu tinggi karena dapat
mempengaruhi kualitas dari pipet plastic.

Gambar 2.2 Pipet plastik


3. Kuvet plastik
a. Pengertian kuvet plastik
Kuvet plastik merupakan sebuah balok kecil yang digunakan untuk
meletakkan sampel untuk analisis spektrofotometer dan terbuat dari
plastik atau mika. Pada kuvet jenis plastik ini hanya digunakan untuk
satu kali pakai dan tidak boleh dipanaskan. Kuvet plastik memiliki
panjang gelombang mencapai 380 hingga 780 nm dan digunakan untuk
spectrum tampak.
b. Fungsi kuvet plastik
Fungsi kuvet plastik adalah sebagai alat yang akan digunakan untuk
meletakkan sampel pada proses analisis menggunakan spektrofotometer.
Pada kuvet plastic hanya digunakan sekali pakai karena untuk mencegah
terjadinya kontaminasi dari berbagai komponen zat sampel yang tersisa
di dalam kuvet.
c. Prinsip kuvet plastik
Prinsip pada kuvet plastik yaitu memasukkan sampel yang akan
dilakukan analisis spektrofotometri secara perlahan dan hanya digunakan
untuk satu kali karena pemakaian berulang dapat menyebabkan
kontaminasi sampel dengan zat lainnya.
d. Cara menggunakan kuvet plastik
1. Disiapkan kuvet plastic, sampel , dan alat spektrofotometer yang akan
digunakan
2. Dibersihkan terlebih dahulu kuvet agar maksimal dalam
penggunaannya dan tidak ada benda asing yang mengganggu dalam
pemeriksaan sampel.
3. Dimasukkan sampel ke dalam kuvet plastic secara perlahan dan hati
hati
4. Dilakukan pemeriksaan analisis sampel di dalam alat bernama
spektrofotometer
e. Cara merawat kuvet plastik
Kuvet plastic disimpan pada tempat yang aman serta terhindar dari debu
atau hal hal yang dapat membuat kuvet menjadi kotor. Pastikan kuvet
plastic dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis pada
spektrofotometer.

Gambar 2.3 Kuvet Plastik


4. Mikropipet
a. Pengertian mikropipet
Mikropipet adalah alat labolatorium yang digunakan untuk memindahkan
cairan secara akurat dengan volume yang cukup kecil yakni <1000 μL.
Di dalam penggunaannya, mikropipet ditambahkan tip yang berfungsi
untuk mempermudah di dalam pemindahan larutan. Mikropipet memiliki
ukuran volume pengambilan yang bervariasi yakni 1 hingga 1000 μL.
b. Fungsi mikropipet
Mikropipet digunakan untuk pengambilan cairan dalam ukuran yang
cukup kecil yakni kurang dari 1000 μL. Di dalam penggunaan nya ,
mkropipet dilengkapi dengan tip yang diletakkan diujung mikropipet
untuk mempermudahkan di dalam pegambilan cairan ke dalam
mikropipet.
c. Prinsip mikropipet
Prinsip mikropipet yaitu memindahkan cairan yang akurat dengan
volume yang cukup kecil dengan dilengkapi alat bernama tip karena
dapat mempermudah di dalam mengambilan cairan.
d. Cara penggunaan mikropipet
1. Disiapkan mikropipet dan cairan yang akan diambil
2. Dibesihkan alat mikropipet beserta tip sebelum digunakan
3. Ditekan berkali kali thumb knob sebelum mikropipet digunakan untuk
memastikan kelancaran dalam penggunaan mikropipet
4. Dimasukkan tip bersih ke dalam ujung mikropipet
5. Dimasukkan tip ke dalam cairan sedalam 3 hingga 4 mm
6. Ditahan pipet dalam posisi vertical lalu tekanan thumb knob dilepas
dan cairan akan masuk ke dalam tip
7. Dipindahkan ujung tip ke dalam wadah yang telah disiapkan
8. Ditekan secara maksimal thumb knob hingga hambatan kedua maka
semua cairan akan keluar dari ujung tip
9. Dibersihkan kembali alat mikropipet beserta tip setelah digunakan
e. Cara merawat mikropipet
Mikropipet disimpan pada tempat yang aman dan dilakukan pemeriksaan
rutin agar di dalam pengambilan cairan dapat dilakukan secara akurat.
Pastikan rajin membersihkan mikropipet sebelum dan sesudah
penggunakan yaitu dengan menggunakan alkohol atau cairan khusus
pembersih pipet. Pada tip harus dilakukan sterilisasi menggunakan
autoklaf atau sinar UV.

Gambar 2.4 Mikropipet


5. Syringe
a. Pengertian syringe
Syringe merupakan alat labolatorium yang digunakan untuk
mengeluarkan atau memasukan cairan dalam volume ukuran tertentu.
Syringe memiliki ukuran yang beragam, yakni dari 1 ml hingga 50 ml .
Di dalam pemberian cairan menggunakan syringe dilakukan melalui
pemberian secara iv (intravena) , im (intra muscular) , atau sub cutan
(dibawah permukaan kulit dengan ukuran volume tertentu.
b. Fungsi syringe
Fungsi dari syringe yaitu untuk mengeluarkan atau memasukan cairan
baik itu darah, obat, ataupun cairan lainnya dengan ukuran volume yang
berbeda beda.
c. Prinsip pipet syringe
Prinsip kerja di dalam syringe yaitu mengambil atau memasukan cairan
secara aseptis dan steril dengan volume yang beragam dan dilakukan
secara perlahan dan hati hati
d. Cara penggunaan syringe
1. Dibersihkan terlebih dahulu tempat yang akan digunakan untuk
menyuntik
2. Disiapkan segala peralatan untuk melakukan proses penyuntikan obat
atau pengambilan darah
3. Digunakan handscone saat melakukan proses injeksi agar berlangsung
secara aseptis
4. Dipilih lokasi untuk dilakukan penyuntikan lalu sterilkan lokasi yang
akan diberikan injeksi menggunakan kapas yang telah dibasahi
alcohol dan tunggu kering
5. Dilakukan penyuntikan pada lokasi yang telah ditentukan
6. Dibalut lokasi injeksi dengan kapas kering dan tambahkan perban
untuk menahan kapas
7. Dibuang kapas , jarum , dan alat suntik yang telah digunakan ke
wadah limbah medis
8. Dibersihkan tangan kita dengan mencuci tangan menggunakan sabun
atau dengan alkohol 70%.
e. Cara merawat syringe
Syringe disimpan di tempat yang kering , aman, dan steril. Pastikan
syringe digunakan sebelum batas tanggal kadaluarsa. Syringe untuk
pengambilan darah hanya dilakukan sekali pakai karena jika dilakukan
secara berulang kali dapat menyebabkan tercampurnya komponen yang
berbeda di dalam kandungan darah. Syringe dibuang di tempat khusus
limbah medis dan pastikan syringe yang telah dibuang tidak
disalahgunakan oleh pihak tertentu.

Gambar 2.5 Syringe

6. Penjepit tabung reaksi


a. Pengertian penjepit tabung reaksi
Penjepit tabung reaksi merupakan suatu alat labolatorium yang
digunakan untuk mengambil tabung reaksi dalam kondisi panas setelah
pemanasan atau dilakukannya sterilisasi pada autoklaf. Penjepit tabung
reaksi umumnya terbuat dari kayu karena sifat kayu yang tidak
menghantarkan panas sehingga aman digunakan untuk mengambil
tabung reaksi yang masih panas. Penjepit tabung reaksi memiliki bentuk
pesergi dan dipoles dengan nikel, serta memiliki panjang sekitar 18 cm
dan digunakan untuk menjepit tabung reaksi yang memiliki diameter
sekitar 10mm hingga 25 mm.
b. Fungsi penjepit tabung reaksi
Fungsi dari penjepit tabung reaksi yaitu untuk mengambil tabung reaksi
setelah dilakukan proses pemanasan pada hot plate atau sterilisasi dengan
autoklaf. Pada penjepit tabng reaksi memiliki jepitan yang terbuat dari
baja sehingga kuat untuk menghubungkan kayu dan pembentuk suatu
penjepit tabung reaksi.
c. Prinsip penjepit tabung reaksi
Prinsip penjepit tabung reaksi umumnya sama seperti penjepit lainnya,
yakni dengan menjepitkan bagian mulut ke dalam tabung sehingga
tabung reaksi dapat diapit oleh penjepit. Bahan penjepit yang terbuat dari
kayu aman digunakan karena tidak menghantarkan panas.
d. Cara penggunaan penjepit tabung reaksi
1. Disiapkan penjepit dan tabung reaksi yang akan diambil
2. Dibuka bagian penjepit agar mulut penjepit terbuka dan dapat
mengapit tabung reaksi sehingga aman untuk dipindahkan
3. Diletakkan tabung reaksi di dalam rak tabung agar aman dan dapat
berdiri dengan stabil
4. Dibersihkan penjepit tabung reaksi apabila terdapat cairan yang
tertinggal di dalam tabung reaksi
e. Cara merawat penjepit tabung reaksi
Penjepit tabung reaksi disimpan pada tempat yang kering dan tidak
terlalu lembab, karena kelembaban yang tinggi dapat membuat penjepit
berbahan kayu menjadi berjamur dan tidak bisa digunakan lagi. Pastikan
penjepit tebung reaksi dibersihkan agar tidak ada cairan yang tertinggal
di dalam penjepit.

Gambar 2.6 Penjepit Tabung Reaksi


7. Bola penghisap
a. Pengertian bola penghisap
Bola penghisap merupakan alat labolatorium yang memiliki cara kerja
seperti pipet pada umumnya, yaitu dengan menghisap larutan yang akan
diukur dan dipindahkan menggunakan pipet gondok. Bola penghisap
terbuat dari bola karet kenyal dengan 3 knop. Bola penghisap ini
merupakan karet yang tidak mudah lembek karena memiliki tekstur yang
keras.
b. Fungsi bola penghisap
Fungsi bola penghisap yaitu sebagai alat untuk menghisap cairan yang
akan diukur menggunakan pipet gondok dengan cara menekan bagian
bulat pada bola agar cairan tertarik ke atas dan kemudian dapat di ukur
dan dipindahkan ke wadah.
c. Prinsip pipet bola penghisap
Prinsip pada bola penghisap yaitu dengan cara menghisap cairan yang
akan diukur dan dipindahkan ke dalam wadah yang telah disediakan.
Dengan menekan huruf A pada bola penghisap maka cairan akan tertarik
ke atas dan menekan huruf E pada bola penghisap maka cairan akan
terlepas dan turun.
d. Cara penggunaan bola penghisap
1. Disiapkan bahan cair dan bola penghisap berserta pipet gondok yang
akan digunakan
2. Dipasang bola penghisap pada bagian ujung pipet gondok dengan cara
dipasang dan dijadikan satu
3. Diukur cairan dengan menekan huruf A untuk mengangkat cairan dan
huruf E untuk menurunkan cairan
4. Dipindahkan cairan ke dalam wadah yang telah disediakan
5. Dilepaskan bola penghisap dari pipet gondok jika sudah selesai
digunakan
6. Dibersihkan bola penghisap agar tidak ada zat cair yang tertinggal
pada bola penghisap.
e. Cara merawat bola penghisap
Bola penghisap disimpan pada tempat yang aman. Pastikan bola
penghisap rajin dibersihkan agar ketika digunakan dapat bekerja secara
maksimal.

Gambar 2.7 Bola Penghisap


8. Rak tabung reaksi
a. Pengertian rak tabung reaksi
Rak tabung reaksi merupakan alat labolatorium yang digunakan untuk
meletakkan tabung reaksi agar tabung dapat berdiri dan tidak jatuh ketika
diletakkan. Pada rak tabung reaksi terbuat dari bahan kayu keras dan
memiliki 12 lubang yang dibagi dalam dua baris dan berdiameter sekitar
18 mm.Pada bagian dasar rak memiliki lekukan sehingga tabung reaksi
dapat berdiri dengan stabil
b. Fungsi rak tabung reaksi
Fungsi dari tak tabung reaksi yaitu sebagai tempat berdirinya tabung
reaksi sehingga dapat berdiri dengan stabil tanpa dipegang menggunakan
tangan.
c. Prinsip pipet rak tabung reaksi
Tabung reaksi dimasukkan ke dalam lubang yang terdapat pada rak
tabung dan tabung dapat berdiri sendiri dengan posisi yang stabil.
d. Cara penggunaan rak tabung reaksi
1. Disiapakan rak tabung reaksi dan tabung reaksi yang akan digunakan
2. Dimasukkan tabung reaksi kedalam lubang rak dengan posisi yang stabil
3. Dipastikan jumlah tabung reaksi tidak terlalu banyak karena apabila rak
tidak kuat menahan beban maka tabung reaksi akan terjatuh
4. Dibersihkan rak tabung reaksi apabila terdapat zat yang tertinggal pada
rak tabung reaksi
e. Cara merawat rak tabung reaksi
Rak tabung reaksi dapat dirawat dengan menyimpannya di tempat yang
aman serta tidak terlalu lembab, karena bahan kayu dapat berjamur
apabila diletakkan ditempat yang terlalu lembab. Rajin membersihkan
rak tabung reaksi agar tidak ada zat asing yang dapat mempengaruhi
cairan pada tabung reaksi.

Gambar 2.8 Mortir dan pestle


9. Mortir dan pestle
a. Pengertian mortir dan pestle
Mortir dan pestle merupakan peralatan labolatorium yang digunakan
untuk menumbuk dan mencampurkan bahan padat. Mortir merupakan
tempat penumbukan bahan padat sedangkan pestle sebagai alat yang
digunakan untuk mengaduk bahan sehingga dapat tercampur secara
homogen. Pada umumnya mortar dan pestle digunakan untuk
mencampurkan obat di dalam bidang farmasi. Mortir dan pestle terbuat
dari keramik ,berbentuk keras, dan berat.
b. Fungsi mortir dan pestle
Fungsi pada mortar yaitu sebagai wadah untuk menampung bahan padat
yang akan ditumbuk menggunakan pestle hingga halus dan terhomogen.
c. Prinsip pipet mortir dan pestle
Prinsip kerja pada mortar dan pestle yaitu menghaluskan atau
mencampurkan bahan padat yang akan digunakan. Dalam proses
pencampuran bahan dilakukan secara perlahan dan terhomogen.
d. Cara penggunaan mortir dan pestle
1. Disiapkan mortar , pestle , dan bahan yang akan ditumbuk
2. Dibersihkan terlebih dahulu mortar dan pestle dari zat lain
3. Dimasukan bahan padat yang akan ditumbuk ke dalam mortar
4. Ditumbuk dengan pestle secara perlahan hingga halus dan
terhomogen arah pestle memutar berlawanan dengan jarum jam
5. Dipindahkan bahan padat ke dalam kertas perkamen
6. Dicuci mortar dan pestle dengan sabun hingga bersih dan
dikeringkan menggunakan tisu .
e. Cara merawat mortir dan pestle
Pada mortar dan pestle disimpan di tempat yang aman dan usahakan
dibawah lemari karena terbuat dari bahan keramik dan cenderung berat
sehingga lebih aman disimpan dibagian bawah lemari. Sebelum dan
sesudah digunakan sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu agar bahan
padat yang ditumbuk tidak tercampur oleh zat lain. Setelah dicuci bersih,
mortar dan pestle dikeringkan terlebih dahulu sebelum dipakai kembali.
Jika mortar dan pestle masih basah maka bahan padat yang akan
dihaluskan akan menempel pada mortar dan berstekstur lebih basah.

Gambar 2.9 Mortir dan Pestle


V. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dari praktikum kali ini maka didapatkan sebuah
kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat labolatorium merupakan segala peralatan yang digunakan untuk
berbagai macam kegiatan di dalam labolatorium. Terdapat 36 macam alat
yang ada di labolatorium diantaranya yaitu labu ukur, gelas ukur,
erlenmeyer, gelas beaker, labu didih, pipet tetes, pipet ukur, pipet
gondok, pipet LED, pipet Hb, corong, pengaduk gelas, tabung reaksi,
kondensor, gelas arloji, kuvet, deck glass, objek glass, syringe,
mikropipet, cawan petri, desikator, botol reaksi, botol timbang, dan lain
sebagainya.
2. Berbagai macam alat labolatorium memiliki fungsi yang beragam yaitu
untuk mentitrasi, melarutkan , memanaskan, mengukur, menimbang,
menekstraksi, mendestilasi, mendinginkan, menutup, meletakkan,
menghitung, mengaduk , dan sebagainya.
3. Alat labolatorium dapat terbuat dari bahan gelas, non gelas, plastic,
porselen, keramik, kayu, dan logam.
4. Hal yang diperhatikan dalam menggunakan instrumentasi labolatorium
adalah pengertian alat, fungsi alat, prinsip kerja alat, cara penggunaan
alat, dan cara merawat alat.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. (2016). Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk


Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi Vol, 1(1).
Santoso, B., Pratama, F., Hamzah, B., & Pambayun, R. (2011).
PENGEMBANGAN EDIBLE FILM DENGAN MENGGUNAKAN PATI
GANYONG TERMODIFIKASI IKATAN SILANG [Development of
Edible Film by Using Modified Cross-Linking Ganyong Starch]. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan, 22(2), 105-105.
Faatih, M. (2017). Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin di Puskesmas,
Polindes dan Pustu. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, 32-39.
Andrie, M., & Sihombing, D. (2018). Efektivitas Sediaan Salep yang
Mengandung Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) pada Proses
Penyembuhan Luka Akut Stadium II Terbuka pada Tikus Jantan Galur
Wistar. Pharmaceutical Sciences & Research, 4(2), 4.
VII. LAMPIRAN
iginal Article

Efektivitas Sediaan Salep yang Mengandung


Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) pada Proses
Penyembuhan Luka Akut Stadium II Terbuka
pada Tikus Jantan Galur Wistar
The Effectiveness of Snakehead (Channa striata)
ExtractContaining Ointment on Healing Process of
Acute Stage II
Opened Wound on Male Wistar Rats
Mohamad Andrie1*, Dies Sihombing1
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak 78124, Indonesia

Email : mohamadandrie@yahoo.com; *corresponding author

Abstrak
Ekstrak ikan Gabus (Channa striata) terdiri dari fase air yang mengandung
albumin dan fase minyak yang mengandung asam lemak omega-3 dan omega-
6 yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas sediaan salep yang mengandung ekstrak ikan
gabus pada proses penyembuhan luka pada tikus jantan galur wistar yang
diberikan secara topikal pada 6 kelompok. Pada kulit tikus dibuat luka akut
stadium II terbuka, kemudian luka tersebut diolesi dengan sediaan salep dan
proses penyembuhannya diamati selama 16 hari. Luas area luka diamati
dengan program Macbiophotonic Image J. Persentase penyembuhan luka
dihitung berdasarkan luas area lukanya dan dilanjutkan perhitungan nilai
AUC. Hasil nilai AUC tiap kelompok dari terkecil hingga terbesar adalah
kelompok normal (702,84% x hari), negatif (749,56% x hari), positif
(765.146% x hari ), salep yang mengandung fase air ekstrak ikan gabus 10%
(795,146% x hari), salep yang mengandung fase minyak ekstrak ikan gabus
10% (837.282 % x hari), dan salep kombinasi fase air-minyak ekstrak ikan
gabus 10% (874,901% x hari). Data dianalisa dengan Program SPSS versi
22.0 menggunakan One Way ANOVA dan Post Hoc Test-LSD. Hasil analisis
menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p<0,05) antara kelompok
perlakuan salep kombinasi fase air-minyak ekstrak ikan gabus dengan
kelompok kontrol negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salep
kombinasi fase air-minyak ekstrak ikan gabus 10% memiliki efektivitas
penyembuhan terhadap luka akut stadium II terbuka.
Abstract
The snakehead (Channa striata) extract contains albumin (in its water phase)
and omega-3 and omega-6 (in its oil phase) which have been proven to be
effective in wound healing process. This research was aimed to determine
wound healing effect of snakehead extract-containing ointment on 6 groups of
male Wistar rats. The rat’s skin was wounded to produce acute stage II
opened wound, the ointment was applied for sixteen days, and wound healing
process was observed. The width of the wound was measured by using
Macbiophotonic Image J program. The AUC results of each groups from
smallest to largest were normal group (702.84% x day), negative group
(749.56% x day), positive group (765.146% x day), water phase-containing
ointment 10% group (795.146% x day), oil phase-containing ointment 10%
(837.282% x day), and water-oil-phase combination ointment 10% (874.901%
x day). The data were analyzed using One-Way ANOVA and Post-Hoc LSD
test. The result of this research showed significant differences (p<0.05)
between groups of water-oil phase combination of snakehead extract ointment
with a negative control group. This research result showed that ointment
containing water-oil phase combination of snakehead extract had wound
healing effect on acute stage II opened wound.

Keywords : snakehead extract, albumine, fatty acid, acute stage II open


wounded healing
PENDAHULUAN mengandung protein sampai 25,1%
dan 6,224% dari protein tersebut
Ikan merupakan salah satu sumber adalah albumin (Suprayitno, 2009).
daya alam terbesar di Indonesia Albumin digunakan untuk
yang bermanfaat sebagai sumber mempercepat pemulihan jaringan
protein dan sumber bahan obat atau sel tubuh yang rusak
alami, salah satunya yaitu ikan (Suprayitno, 2009). Hasil penelitian
gabus. Secara empiris ikan gabus melaporkan bahwa terjadi
sering dikonsumsi sebagai lauk peningkatan albumin pada pasien
pasca melahirkan dan obat luka pasca bedah yang diberikan kapsul
akibat benda tajam (Ardianto, ekstrak ikan gabus selama 10 hari
2015). Saat ini para praktisi yaitu sebesar 0,7 g/dl dan
kesehatan telah memanfaatkan mempercepat penyembuhan luka
ekstrak ikan gabus sebagai operasi (Taslima et al., 2007).
pengobatan luka pasca operasi Kandungan asam lemak pada ikan
(Mustafa et al., 2012). gabus juga memiliki efek
Penelitian telah mengungkapkan penyembuhan luka. Senyawa ini
fakta bahwa ikan gabus memiliki dapat membantu proses
kandungan protein dengan sebagian pembentukan kembali kolagen dan
besar albumin, lemak, dan beberapa jaringan epitel pada luka. Penelitian
mineral seperti Zn, Cu dan Fe (Mat telah membuktikan bahwa asam
Jais, 2007). Daging ikan gabus lemak omega-3 dan asam lemak
omega-6 yang terkandung dalam ekstrak ikan toman memiliki efek
ikan dapat membantu mempercepat penyembuhan luka sayat pada
proses penyembuhan luka pada kaki konsentrasi 20% (Hairima et al.,
tikus diabetes kronis (Naveh et al., 2014). Salep yang mengandung fase
2011). minyak ekstrak ikan toman pada
konsentrasi 10% juga memiliki efek
Penyembuhan luka merupakan penyembuhan luka sayat (Wijaya et
fenomena alami dimana tubuh dapat al., 2015).
mengatasi kerusakan jaringan itu
sendiri itu namun tingkat Oleh karena itu, pada penelitian ini,
penyembuhannya relatif lambat dan peneliti menggunakan kombinasi
probabilitas terinfeksi mikroba fase air dan fase minyak dari ekstrak
tinggi. Hal ini menyebabkan
ikan gabus yang dibuat dalam
permintaan nutrisi yang cukup
sediaan topikal yaitu salep.
tinggi untuk mempercepat proses
penyembuhan luka (Sabale et al., Penelitian ini menggunakan sediaan
2012). salep dengan basis adeps lanae dan
vaselin flavum. Kombinasi kedua
Ekstrak ikan gabus yang berasal dari
basis dapat memperpanjang waktu
bahan alam telah terbukti
mengandung nutrisi yang dapat kontak obat pada kulit sehingga
dijadikan alternatif penyembuhan meningkatkan daya absorpsi obat
luka yang lebih aman dan efektif. (Voigt, 1994). Penelitian sebelumnya
Hasil penelitian membuktikan juga menyatakan bahwa kombinasi
bahwa sediaan topikal gel ekstrak basis adeps lanae dan vaselin flavum
ikan gabus memiliki efektivitas
(90:10) mampu menyerap fase air
penutupan luka sayat pada
dan fase minyak ekstrak ikan gabus
konsentrasi 5% (Gusdi, 2012).
Penelitian lainnya menyatakan hingga 40% (Andrie, 2015).
bahwa salep minyak ikan gabus Berdasarkan hal tersebut, penelitian
memiliki efektivitas penutupan luka ini dilakukan untuk menguji
sayat pada konsentrasi 10% efektifitas salep yang mengandung
(Sinambela, 2012). kombinasi fase air dan minyak dari
Selain itu, penelitian fase air dan ekstrak ikan gabus terhadap
fase minyak dari ekstrak ikan toman penyembuhan luka akut stadium II
(Channa micropeltes) yang terbuka.
memiliki kesamaan genus dengan
ikan gabus (Channa striata) METODE
menyebutkan bahwa kedua fase
memiliki efek penyembuhan luka.
Alat yang digunakan antara lain alat
Penelitian membuktikan bahwa
press hydrolic, alat sentrifugasi,
salep yang mengandung fase air
gelas beaker 500 ml (Pyrex), clean Penelitian ini akan menggunakan
pack, kamera 14,2 mega pixel hewan percobaan berupa tikus putih
(merek Nikon), gelas beaker 250 jantan (Rattus novergicus) galur
ml, gelas beaker 20 ml (Pyrex), kain Wistar.
katun, kompor gas, panci kukus,
pipet volume, spuit injeksi, tabung Pengolahan sampel
reaksi (Pyrex), timbangan analitik, Daging ikan gabus dikukus selama
sudip, wadah plastik, sendok tanduk, 20 menit dengan suhu 65-70.
erlenmeyer (Pyrex), alumunium foil, Kemudian daging ikan gabus
mortir, stamfer, batang pengaduk, dibungkus dengan kain dan
pot salep, spatula, penggaris plastik, dimasukkan ke dalam alat press
cawan petri, beban 1 g, 3 g, 5 g, 50 hidrolik, dandilakukan pengepresan.
g, gelas objek, cetakan luka, gunting Ekstrak ikan gabus disentrifugasi
bedah, dan pinset. 6000 rpm selama 60 menit.
Kemudian diambil fase minyak
Bahan yang digunakan yaitu fase air (lapisan atas), fase air (lapisan
dan fase minyak dari ekstrak ikan bawah), dan dibuang pengotornya
gabus yang berasal dari Desa Batu (Gusdi, 2012).
Ampar,Kecamatan Sungai Uji albumin
Kakap,Kubu Raya, tikus putih jantan Fase air dari ekstrak ikan gabus
(Rattus norvegicus) galur wistar dari diambil sebanyak 5 ml, dipanaskan
Sewon, Bantul, Yogyakarta, adeps pada penangas air selama 30 menit.
lanae (Brataco), vaselin flavum Dilihat perubahan yang terjadi pada
(Brataco), BHT (Brataco), metil ekstrak. Ekstrak positif mengandung
paraben (Brataco), propil paraben albumin jika terdapat gumpalan
(Brataco), dan propilen glikol putih yang mengapung pada bagian
(Brataco). atas ekstrak (Poedjiadi, 1994).
Tabel 1. Formulasi salep
Nama Bahan F1 F2 F3
Fase air dari ekstrak ikan gabus (g) 2 - 1
Fase minyak dari ekstrak ikan gabus (g) - 2 1

BHT (g) 0,02 0,02 0,02


Metil paraben (g) 0,036 0,036 0,036
Propil paraben (g) 0,004 0,004 0,004
Propilenglikol (g) 0,2 0,2 0,2
Adeps Lanae : vaselin flavum (g) ad 20 ad 20 ad 20
Keterangan:
F1 = Konsentrasi fase air ekstrak 10%
F2 = Konsentrasi fase minyak ekstrak 10%
F3 = Konsentrasi kombinasi fase air-minyak ekstrak 10% (50 : 50)
Formulasi salep yang sedikit demi sedikit larutan di atas
mengandung kombinasi fase air (metil paraben, propil paraben, dan
dan fase minyak dari ekstrak ikan fase air ekstrak ikan gabus) digerus
gabus sampai homogen. Lalu dicampurkan
Tiga formulasi salep dibuat bahan lumpang pertama dan
sebanyak 20 g dengan formula yang lumpang kedua, ditambahkan
dijelaskan pada Tabel 1. vaselin flavum, digerus hingga
homogen. Sediaan dimasukkan ke
Pembuatan salep yang dalam pot salep (Andrie, 2015).
mengandung kombinasi fase air
dan fase minyak dari ekstrak ikan Evaluasi fisik sediaan salep Uji
gabus organoleptik
Pada lumpang pertama dimasukkan Pemeriksaan terhadap organoleptik
BHT dan digerus halus, lalu yang dilakukan meliputi tekstur,
ditambahkan fase minyak dari warna, dan bau yang diamati secara
ekstrak ikan gabus digerus sampai indrawi (Andrie, 2015).
BHT larut, tambahkan sedikit adeps
lanae, digerus hingga homogen. Uji daya sebar
Salep sebanyak 0,5 gram diletakkan
Metil paraben dan propil paraben di atas cawan petri.Kemudian salep
dilarutkan dalam propilenglikol di ditutup dengan cawan petri lainnya
dalam beaker glass, kemudian dan dibiarkan 60 detik dan dihitung
ditambahkan fase air dari ekstrak luas daerahnya. Lalu ditutup lagi
ikan gabus, aduk hingga homogen. dengan cawan petri dan diberi
Pada lumpang kedua dimasukkan variasi beban secara bertahap mulai
sisa adeps lanae, ditambahkan dari 1, 3 dan 5 g. Setiap
pertambahan beban dihitung selama dibersihkan dengan alkohol 70%.
60 detik dan diukur pertambahan Tikus dianestesi menggunakan eter
luas daerah sebarnya (Andrie, 10% dengan jalur inhalasi.
2015). Pembuatan luka akut stadium II
terbuka dilakukan dengan cara
Uji daya lekat membuat luka berbentuk bulat
Salep sebanyak 0,05 g diletakkan di berdiameter 2 cm menggunakan
atas gelas objek, ditutup dengan cetakan luka dengan kedalaman 2
gelas objek lainnya yang di atasnya mm. Selanjutnya dilakukan
diberi beban 50 g selama 30 detik, pengelupasan kulit punggung tikus
lalu diangkat. Kemudian dipasang yang telah dicetak, Luka dibiarkan
beban 16 g pada gelas objek bagian dalam kondisi terbuka (Morton &
atas. Selanjutnya dilepaskan dan Malone, 1992). Pemberian sediaan
dicatat waktunya hingga kedua gelas dilakukan dengan cara pengolesan 2
objek ini terlepas (Andrie, 2015). kali setiap hari dengan dosis
pemberian 0,2 g/3,14 cm2 setiap
Pengelompokkan hewan uji
sekali oles dari hari ke-1 hingga ke-
Sebanyak 24 ekor tikus dibagi ke
16.
dalam 6 kelompok dengan tiap
kelompok berjumlah 4 ekor tikus Pengukuran luas area perlukaan
sebagai berikut: Luas area perlukaan dikuantifikasi
K1 = Kontrol normal yang menggunakan program komputer
mengalami mekanisme Macbiophotonic Image J.
penyembuhan alami K2 = Kontrol
negatif yang diberikan basis adeps
Cara analisis data
lanae dan vaselin flavum K3 =
Data luas area luka dari hari ke hari
Kontrol positif yang diberikan gel
dibuat grafik hubungan antara daya
Bioplacenton
penyembuhan luka (sumbu y) dan
K4 = Diberi sediaan salep fase air
waktu penyembuhan luka (sumbu
ekstrak ikan gabus konsentrasi 10% x), selanjutnya dari grafik tersebut
K5 = Diberi sediaan salep fase akan diperoleh nilai AUC masing-
minyak ekstrak ikan gabus masing kelompok perlakuan. Data
konsentrasi 10% K6 = Diberi sediaan AUC dianalisis secara statistik
salep kombinasi fase air-minyak menggunakan One Way ANOVA
ekstrak ikan gabus dengan dengan bantuan program komputer
SPSS 22.0 for windows.
konsentrasi 10%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlukaan dan pemberian sediaan
pada hewan uji Hasil ekstraksi ikan gabus
Bulu di sekitar punggung dicukur Ekstrak yang telah disentrifus terdiri
dengan diameter 4 cm dan dari 3 lapisan yaitu fase minyak,
fase air, dan pengotor. Rendemen Hasil uji daya sebar
fase air dan minyak ekstrak Uji daya sebar dilakukan untuk
dijelaskan pada Tabel 2. mengetahui kemampuan
penyebaran salep pada kulit.
Hasil uji organoleptik
Semakin mudah salep menyebar
Pengujian organoleptis bertujuan pada kulit maka akan semakin
untuk mengetahui organoleptis memperluas area kulit dan absorpsi
sediaan yang meliputi warna, zat aktifnya semakin besar. Hasil
pengamatan dijelaskan pada
Tabel 2. Hasil rendemen fase air dan fase minyak ekstrak ikan gabus
Rendemen Rendemen
Bahan Baku Perlakuan Hasil terhadap terhadap Pengamatan
daging ikan ekstrak
Ekstrak ikan Bau amis khas
1059 mL ikan , warna
26,48% v/b - kuning keruh
gabus
Bau amis khas
Fase air ekstrak ikan, warna
26,25% v/b 99,15% v/v
Daging ikan 1050 mL kuning pucat,
gabus 4 kg ikan gabus
Fase minyak ekstrak Bau lemak,
ikan 8,8 mL gabus 0,22% v/b 0,8% v/v warna kuning
tua

Tabel 3. Hasil uj i organoleptis


Salep Bau Warna Tekstur

F1 khas lemak dan sedikit amis putih kekuningan Kental, halus, homogen
F2 khas lemak Kuning muda Kental, halus, homogen
F3 khas lemak Kuning muda Kental, halus, homogen

aroma dan konsistensinya. Gambar 1.

Hasil pengamatan secara Daya sebar dipengaruhi oleh fase zat


organoleptis dapat dijelaskan pada aktif dan basis salep. Kandungan
Tabel 3. vaselin flavum dalam sediaan dapat
meningkatkan daya sebar.
Penambahan fase air dapat
meningkatkan konsistensi salep.
Semakin rendah konsistensi salep salep. Semakin besar konsistensi
maka semakin tinggi daya sebar salep maka daya lekatnya akan
salep sehingga menjadi lebih lunak semakin besar sehingga kontak obat
dan lebih mudah dioleskan. Semakin terhadap kulit juga akan semakin
besar daya sebar, semakin luas lama dan absorpsi obat ke kulit akan
membran maka koefisien difusi semakin maksimal (Levin & Miller,
semakin besar dengan difusi obat 2011).
semakin meningkat.

Gambar 1. Grafik hasil uji daya


sebar
Gambar 2. Grafik hasil uji daya
lekat

Hasil uji efek penyembuhan luka


akut stadium II terbuka
Berdasarkan grafik rata-rata
persentase daya penyembuhan luka
Hasil uji daya lekat
(Gambar 3) ditunjukkan semakin
Uji daya lekat bertujuan untuk
hari, persen penyembuhan dari tiap
mengetahui kemampuan sediaan
kelompok percobaan semakin
untuk bertahan pada kulit lebih
meningkat sampai pada hari ke-16.
lama. Semakin lama salep melekat
Hal ini berarti luka pada tikus
pada kulit maka efek yang
semakin hari semakin mengecil
ditimbulkan akan semakin baik
dengan bertambahnya persen
(Wathoni, 2009). Hasil uji daya
penyembuhan luka setiap harinya.
lekat dapat dilihat pada Gambar 2.
Persentase penyembuhan luka
Daya lekat dipengaruhi oleh zat
kemudian dihitung nilai rata-rata
aktif dan basis salep. Kandungan
AUC (Area Under Curve) untuk
adeps lanae dalam sediaan dapat
melihat kelompok mana yang
meningkatkan daya lekat.
memiliki efektifitas penyembuhan
Penambahan fase air dalam sediaan
paling besar. Hasil nilai rata-rata
salep dapat meningkatan konsistensi
AUC penyembuhan luka tiap
kelompok dijelaskan pada Gambar yaitu One Way ANOVA karena
4. telah memenuhi syarat uji
terdistribusi normal dan
homogenitas. Hasil uji parametrik
Pengamatan secara deskriptif melalui menunjukkan bahwa data memiliki
perbedaan yang bermakna antar
grafik (Gambar 4) menunjukkan
kelompok (p<0,05). Hasil analisis
bahwa kelompok kontrol negatif
statisik dilanjutkan dengan Post Hoc
(749,56% x hari). memiliki efek test metode LSD. Hasil analisis
penyembuhan luka yang lebih baik menunjukkan bahwa kelompok
dibanding kontrol normal (702,84% kontrol normal tidak memiliki
x hari). Kelompok salep fase air perbedaan yang bermakna dengan
(795,146% x hari), salep fase minyak kelompok kontrol negatif (p>0,05).
Hal ini berarti kelompok kontrol
(837.282% x hari), dan salep
negatif tidak memiliki efek
kombinasi fase air-minyak ekstrak
penyembuhan luka. Kelompok
ikan gabus (874,901% x hari) perlakuan salep fase air dan salep
memiliki efek penyembuhan lebih fase minyak ekstrak ikan gabus
baik dibanding kelompok kontrol tidak memiliki perbedaan yang
negatif. Kelompok salep kombinasi bermakna dengan kelompok kontrol
fase air-minyak ekstrak ikan gabus negatif (p>0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa salep fase air
memiliki efek penyembuhan luka
dan salep fase minyak ekstrak ikan
lebih besar dibanding kelompok
gabus tidak memiliki efek
salep fase air dan salep fase minyak. penyembuhan luka. Sedangkan,
Sementara, kontrol positif salep kombinasi fase air-minyak
(765.146% x hari) memiliki efek ekstrak ikan gabus memiliki
penyembuhan lebih kecil dibanding
perbedaan yang bermakna dengan
kelompok perlakuan salep fase air,
kelompok kontrol negatif (p<0,05).
salep fase minyak, dan salep
Hal ini menunjukkan bahwa salep
kombinasi fase air-minyak ekstrak
kombinasi fase air-minyak ekstrak
ikan gabus.
ikan gabus memiliki efek
penyembuhan luka. Salep kombinasi
Selanjutnya data nilai AUC
fase air-minyak ekstrak ikan gabus
dianalisis statistik inferensial
menggunakan SPSS22.0 for tidak berbeda bermakna dengan
windows. Hasil uji normalitas kelompok kontrol positif (p>0,05).
menunjukkan bahwa data Hal ini menunjukkan bahwa
terdistribusi normal (p>0,05) dan kelompok kontrol positif tidak
homogen (p>0,05). Analisis data memberikan daya penyembuhan
dilanjutkan dengan uji parametrik lebih baik dibandingkan dengan
salep kombinasi fase air-minyak sebagai bakteriosid (Kalbe Medical
ekstrak ikan gabus. Portal, 2016). Penggunaan
Bioplacenton menyebabkan kondisi
luka menjadi terlalu kering sehingga
Data kualitatif berupa pengamatan
terbentuk jaringan nekrotik (jaringan
luka dapat meliputi kedalaman,
mati) scar yang kering, hitam dan
eksudat, ukuran, infeksi, granulasi,
tebal. Jaringan nekrotik ini menekan
dan nekrosis (kerusakan jaringan)
suplai darah dan nutrisi serta
dari hari ke-2 hingga hari ke-16.
memperlambat migrasi epitel
Daya penyembuhan luka paling
akibatnya proses penyembuhan
rendah adalah pada kelompok
menjadi lambat.
normal. Kelompok normal
merupakan kelompok yang Kelompok kontrol negatif yang
mengalami proses penyembuhan hanya mengandung basis salep
secara alami atau normal. Kelompok memiliki nilai AUC daya
normal menunjukkan kondisi luka penyembuhan luka lebih tinggi
yang kering. Lingkungan luka dibanding normal. Hal ini
kering akan menyebabkan dipengaruhi oleh basis salep yaitu
terbentuknya krusta (keropeng) pada adeps lanae dan vaselin flavum.
luka akibat dehidrasi jaringan luka Kedua basis berfungsi sebagai
sehingga menghambat granulasi penutup oklusif kulit sehingga dapat
(pembentukan jaringan baru dari menghidrasi kulit. Efek hidrasi dari
lapisan bawah ke atas) dan basis salep meningkatkan daya
epitelisasi (migrasi sel epitel dari absorbsi obat dan membuat kondisi
tepi luka ke tengah permukaan luka lembab. Kondisi luka yang
luka). Keropeng adalah bekuan lembab memfasilitasi pertumbuhan
darah yang mengering yang granulasi dan epitelisasi. Perawatan
melindungi dermis dibawahnya. luka pada suasana lembab
Komponen keropeng berupa plasma bermanfaat mencegah dehidrasi
yang mengandung protein albumin, jaringan, mempertahankan suhu
fibrinogen, globulin, sel darah optimal, mempercepat pemecahan
merah dan sel darah putih dan jaringan nekrotik, fase inflamasi,
mikroba yang telah mati (Gitaraja & kontraksi luka dan re-epitelisasi,
Ekaputra, 2011). mempercepat angiogenesis,
mengurangi pembentukan jaringan
Kontrol positif Bioplacenton
parut, dan mengurangi risiko
memiliki nilai AUC lebih rendah
infeksi.
dibanding kelompok perlakuan.
Bioplacenton mengandung ekstrak Kelompok kontrol negatif dapat
plasenta 10% berperan dalam menyebabkan kondisi luka yang
mempercepat regenerasi sel dan basah. Luka basah mengandung
penyembuhan luka. Sedangkan eksudat yang berlebihan. Eksudat
neomisin sulfat 0,5% berperan merupakan cairan yang keluar dari
luka yang mengandung berbagai Kandungan nutrisi merupakan faktor
substansi seperti air, elektrolit, yang sangat penting untuk
nutrisi, sel mediator inflamasi, mempercepat proses penyembuhan
leukosit, dan protease. Dalam luka. Salep kombinasi memiliki
jumah sedikit, eksudat diperlukan kandungan nutrisi yang lebih
untuk menjaga lingkungan optimal lengkap dibanding kandungan
bagi penyembuhan luka. Namun jika nutrisi salep fase tunggal air atau
jumlah eksudat berlebihan, maka salep fase minyak ekstrak ikan
dapat menyebabkan peningkatan gabus. Fase air ekstrak ikan gabus
risiko infeksi pada luka dan mengandung protein albumin,
maserasi pada kulit sekitar luka vitamin C, dan mineral-mineral.
(perlunakan jaringan akibat Fase minyak ekstrak ikan gabus
”terendam” cairan) dan dapat mengandung asam lemak yang
membuat luka melebar (Kalbe tinggi terutama asam lemak omega-
Farma, 2009). Hal ini ditandai 3 dan omega-6 (Suprayitno, 2009).
dengan adanya jaringan nekrotik Kedua fase ini memberikan efek
slough berwarna kuning keputihan. saling menguatkan atau sinergis
Slough dapat menghambat granulasi dalam tahap penyembuhan luka
dan epitelisasi. Salep fase air 10%, kondisi lembab sehingga
salep fase minyak 10%, dan salep mempercepat penyembuhan luka
kombinasi 10% ekstrak ikan gabus dibanding pemberian fase tunggal.
memberikan efek penyembuhan
luka lebih baik dibanding kontrol Albumin memiliki sejumlah fungsi
negatif. Kelompok kombinasi fase pada tahap penyembuhan luka.
air-minyak ekstrak ikan gabus 10% Fungsi pertama adalah albumin
memiliki efektifitas penyembuhan akan menjaga tekanan osmotik
luka. Hal ini disebabkan oleh antara cairan di dalam sel dengan
adanya kandungan zat aktif cairan di luar sel pada fase
kombinasi fase air-minyak ekstrak inflamasi. Albumin menjaga
dan basis salep. Kelompok keberadaan air dalam plasma darah
perlakuan salep kombinasi sehingga dapat mempertahankan
menimbulkan kondisi luka yang volume darah dan menjaga agar
lembab. Hal ini sesuai dengan cairan dari luar sel tidak masuk ke
prinsip penyembuhan luka optimal dalam sel dan menyebabkan sel
yaitu dengan pemberian nutrisi tepat mengalami pembengkakan. Fungsi
dengan kondisi lingkungan kedua adalah albumin bermanfaat
penyembuhan luka lembab untuk sebagai bahan dasar dalam
mengembalikan kontinuitas anatomi pembentukan jaringan tubuh yang
dan fungsi jaringan yang rusak baru melalui proses katabolik
dalam waktu singkat (Gadekar, tubuh yang memecah albumin
2011). menjadi asam amino untuk
kemudian digunakan dalam
pembentukan jaringan baru. eucosanoids jenis prostaglandin dan
Albumin pada fase air ekstrak ikan turunannya (prostasiklin dan
gabus mengandung asam-asam tromboksan). Prostasiklin (PGI2)
amino penyusun serat kolagen berfungsi menghambat pembekuan
dalam jumlah yang banyak yaitu darah dan memperlancar aliran
glisin dan prolin. Hal ini sangat darah, sedangkan tromboksan
mempengaruhi fibroblas untuk (TXA2) yang terbentuk di platelet
mensintesis kolagen sehingga menyebabkan keping darah menyatu
mempercepat proses pembentukan dan membeku Collins, & Sulewski,
jaringan baru pada proliferasi dan 2011) (Astawan, 2009). Asam
maturasi. Fungsi ketiga dari arakidonat juga dikonversi menjadi
albumin adalah sebagai sarana leukotrien (LT4) dengan bantuan
pengangkut atau transportasi enzim lipooksigenase. LT4
nutrisi serta oksigen yang berfungsi menarik netrofil ke arah
dibutuhkan tubuh untuk luka untuk melakukan fagositosis.
pembentukan jaringan baru pada Pada waktu yang bersamaan,
tahap proliferasi (Suprayitno, 2009). neutrofil mengeluarkan mediator
Nutrisi lain yang terkandung pada kimiawi sebagai sinyal untuk
fase air ekstrak ikan gabus adalah merekrut lebih banyak lagi sel
vitamin larut air seperti vitamin C neutrofil dan leukosit untuk
serta mineral-mineral. Mineral seng memusnahkan senyawa asing
berperan dalam memperkuat (Serhan, 2007). Aksi dari neutrofil
jaringan baru sementara vitamin C harus dicegah pada tahap tertentu
berperan dalam pembentukan karena agen dan enzim yang
kolagen (Rusjianto, 2009). dikeluarkan oleh neutrofil dapat
merusak sel dan jaringan.
Minyak yang terkandung dalam ikan Pencegahan terjadi dengan bantuan
gabus adalah asam lemak omega-3 enzim 15-lipooksigenase (15-LO).
dan asam lemak omega-6. Asam Enzim 15-LO dapat mengkonversi
arakidonat (AA) merupakan turunan asam arakidonat menjadi lipoksin,
dari Omega-6. Asam lemak omega- bersamaan dengan konversi ini
3 terdapat dalam bentuk Eicosa pembentukan leukotrien dihentikan.
Pentaenoic Acid (EPA) dan Docosa Lipoksin merupakan mediator anti-
Hexaenoic Acid (DHA) (Daud, inflamasi yang dapat menghalangi
2010). Asam arakidonat merupakan infiltrasi sel neutrofil yang menuju
substrat utama pembentuk ke arah terjadinya inflamasi
eukosanoid jenis tromboksan, sehingga inflamasi dapat dicegah
prostasiklin, dan leukotrien. AA dengan tepat waktu dan tidak
berperan sebagai proinflamasi dan berkelanjutan (Monteiro, et al.,
antiinflamasi. Dengan bantuan 2011).
enzim siklooksigenase, asam
arakidonat dikonversi menjadi
Mekanisme penyembuhan luka yang stadium II terbuka dengan nilai AUC
tejadi pada omega-3 melibatkan 874,901% x hari.
mediator anti inflamasi lainnya yang
juga bekerja menghalangi infiltrasi
DAFTAR ACUAN
netrofil adalah resolvins E1 dan
protectin D1. Resolvins E1
merupakan turunan dari EPA Andrie, M. (2015). Formulasi salep
sedangkan protectin D1 merupakan ekstrak ikan gabus (Channa
turunan dari DHA. Mediator striata) dengan variasi
antiinflamasi (lipoksin, resolvin, dan konsentrasi basis. Penelitian
protectin) dapat memobilisasi sel Dosen dan Dipa. Program Studi
makrofag untuk memakan sel Farmasi, Fakultas Kedokteran
netrofil dan membersihkan sisasisa Universitas Tanjungpura
proses fagositosis. Proses ini Ardianto D. (2015). Buku pintar budi
daya ikan gabus. Yogyakarta:
mengakhiri fase inflamasi atau biasa
Flashbooks
disebut dengan resolution. Fase
proliferasi ditandai dengan Astawan, M. (1998). Teknik
pembentukan jaringan granulasi ekstraksi dan pemanfaatan
pada luka. Fibroblas juga minyak ikan untuk kesehatan.
memproduksi kolagen dalam jumlah Buletin Teknologi dan Industri
besar, kolagen berguna membentuk Pangan, 9(1), 44-51
kekuatan pada jaringan parut. Asam Calder, P.C. (2009). Polyunsaturated
lemak omega-3 khususnya EPA fatty acids and inflammatory
telah terbukti dapat membantu processes: new twists in an old
fibroblas dalam mensintesis tale. Biochimie, 91(6), 791-795
kolagen. EPA berperan Collins, N., Sulewski, C. (2011).
meningkatkan jumlah sitokin jenis Omega-3 Fatty Acids and
IL-6 yang mana dengan Wound Healing. Ostomy Wound
meningkatnya IL-6 terjadi Management; 10-13
peningkatan produksi kolagen oleh
Daud, D.K.C., Mat Jais A.M.,
fibroblas. Dengan meningkatnya
Ahmad, Z., Akim, A.M.D.,
jumlah kolagen maka proses
Adam, A. (2010). Amino and
penyembuhan luka juga akan
fatty Acid Compositions In
berlangsung dengan cepat (Calder,
Haruan Traditional Extract
2009) (Hankenson et al., 2000).
(HTE). Bol. Latinom. Caribe.
KESIMPULAN Plant. Med. Aromat, 9(5), 414-
429
Gadekar, R., Saurabh, M.K., Thakur,
Salep kombinasi fase air-minyak
G.S., Saurabh, A. (2012). Studi
ekstrak ikan gabus 10% memiliki
of Formulation, Characterisation
efektivitas penyembuhan luka akut
and
Wound Healing Potential of Kalbe Medical Portal. Bioplacenton.
Transdermal Patches of [Internet]. (2016). Dicitasi [05
Curcumin. Asian Journal of Agustus 2016]. Tersedia dari:
http://www.kalbemed.
Pharmaceutical and Clinical
com/Products/Drugs/Branded/ta
Research, 5(4), 225-230
bid/245/
Gitaraja, W.S., Ekaputra, E. (2011). ID/5699/Bioplacenton.aspx
Metode perawatan luka. Dalam Levin, J., Miller, R.A. (2011). Guide
: Seminar Nasional to the ingredients and potential
Keperawatan, 13 November benefits of overthe-counter
2011. Jember : PSIK Universitas cleansers and moisturizers for
Jember rosacea patients. J Clin Aesthet
Gusdi, O. (2012). Formulasi sediaan Dermatol, 4(8). 31-49
gel ekstrak ikan gabus (Channa Mat Jais, A.M. (2007).
striata) sebagai obat luka sayat. Pharmacognosy and
Skripsi. Program Studi Farmasi, pharmacology of haruan
(Channa Striatus), A medicinal
Fakultas Kedokteran,
fish with wound healing
Universitas Tanjungpura
properties. Bol. Latinom.
Pontianak Caribe.
Hairima, Andrie, M., Fahruroji, A. Plant. Med. Aromat, 6(3), 52-60
(2014). uji aktivitas salep obat
Monteiro, et al. (2011). Leukotriene
luka fase air ekstrak ikan toman
B4 mediates neutrophil migration
(Channa micropeltes) pada
tikus putih jantan galur wistar. induced by heme. J Immunol,
Jurnal Mahasiswa Farmasi 186(11), 6562-
Fakultas Kedokteran 6567
Universitas Tanjungpura, 1(1), Morton, J.J.P., Malone, M.H. (1992)
1-14 Evaluation of vulnerary by an
Hankenson, K. D., Watkins, B.A., open wound procedure in rats.
Schoenlein, I.A., Allen, K.G., Archieve Int Pharmacodyn,
Turek, J.J. (2000). Omega-3 196, 117-128
fatty acids enhance ligament Mustafa, A., Widodo, M.A.,
fibroblast collagen formation in Kristianto, Y. (2012). Albumin
association with changes in and zinc content of snakehead
interleukin-6 production. Proc. fish (Channa striata) extract
Soc. Exp. Biol. Med, 223(1), 88- and its role in health.
95 International Journal of Science
Kalbe Farma. (2009). BMK and Technology (IJSTE), 1(2),
penyembuhan luka. FK UWKS 1-8
2012 C. [Doc]. Jul [dicitasi 05 Naveh, H.R., Jafari, Taghavi M.M.,
Agustus 2016] Shariati,
M., Vazeirnejad, R., Rezvani M.E. Suprayitno, E. (2009). Penggunaan
(2011). Both omega-3 and omega-6 albumin ikan gabus
polyunsaturated fatty acids stimulate (Ophiocephalus striatus) pada
foot wound healing in chronic
penutupan luka. Artikel Ilmiah,
diabetic rat. Afr J of Pharm and
1(2)
Pharmacol,
5(14),1713-1717 Taslim, N.A., Hidayanty, H., Jafar,
Poedjiadi, A. (1994) Dasar – dasar N. (2007). Pengaruh pemberian
biokimia. Jakarta: UI Press kapsul konsentrat ikan gabus
Rusjianto. (2009). Pengaruh pada pasien pasca bedah
pemberian suplemen seng (Zn) di RSU DR. Wahidin
dan vitamin terhadap Sudirohusodo Makassar.
kecepatan penyembuhan luka Bagian Gizi, Fakultas
pasca bedah di rumah sakit Kesehatan Masyarakat,
umum daerah Kabupaten Universitas Hasanuddin
Sukoharjo. Jurnal Kedokteran Voigt, R. (1994) Buku pelajaran
Indonesia, 1(1) teknologi farmasi. Terjemahan
Sabale, P., Bhimani, B., Prajapati, Soendani Noerono Soewandhi.
C., Sabale, V. (2012). An Yogyakarta: Gadjah Mada
overview of medicinal plants as University Press
wound healers. Journal of Wathoni., Rusdiana, T., Hutagaol,
Applied Pharmaceutical R.Y. (2009). Formulasi gel
Science, 2(11), 143-150 antioksidan ekstrak rimpang
Serhan, C.N. (2007). Resolution lengkuas (Alpinia galanga
phase of inflammation: Novel L.Willd) dengan menggunakan
endogenous antiinflammatory basis aqupec 505 HV. Skripsi.
and proresolving lipid mediators Fakultas Farmasi Unuversitas
Padjadjaran: Jatinangor
and pathways. Annu. Rev.
Wijaya, U., Andrie, M., Fahrurroji,
Immunol, 25, 101–137
A. (2015). Uji aktivitas salep
Sinambela, H.Y. (2012). Optimasi fase minyak ekstrak ikan toman
formulasi sediaan salep minyak (Channa micropeltes) terhadap
ikan gabus (Channa striata luka sayat pada tikus jantan
Bloch) sebagai obat luka sayat galur wistar. Jurnal Mahasiswa
dengan metode simplex lattice Farmasi Fakultas Kedokteran
design. Skripsi. Program Studi Universitas
Farmasi, Fakultas Kedokteran Tanjungpura, 3(1), 1-9
Universitas Tanjungpura
Pontianak

Anda mungkin juga menyukai