1
6. Tabung Durham Berfungsi untuk menampung hasil
fermentasi mikroorganisme berupa gas.
2
3. Inkubator Digunakan sebagai tempat inkubasi.
3
9. Vortex Berfungsi Untuk mengaduk senyawa
kimia yang ada dalam tabung reaksi
atau wadah.
4
BAB II
2.1.1 Tujuan :
5
sumber nitrogen, juga ion inorganik essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti
vitamin (Jawetz dkk, 1996).
3. Aquadest
4. Cawan petri
5. Tabung reaksi
6. Batang pengaduk
7. Pipet volume
8. Erlenmeyer
9. penangas/elemen pemanas
6
2.1.3.2 Cara kerja:
6. Sterilkan seluruh media dalam tabung reaksi tersebut dengan menggunakan autoklaf
selama 15 menit, tekanan 1 atm 121°C. Pelajari cara mengoperasikan autoklaf dengan
benar!
7. Setelah diotoklaf : media NA 10 ml dalam tabung reaksi diletakkan tegak pada rak
tabung dan biarkan memadat, media NA 5 ml inkubasikan miring dan biarkan
memadat. Media sisa NA tuangkan dalam cawan petri dan biarkan memadat (untuk
percobaan 6 : pengenalan mikroba di alam). Media NA 15 ml dibiarkan sampai suhu
45-50oC (untuk percobaan 4b : metode isolasi pour plate).
8. Media NB dalam tabung reaksi biarkan dingin. Seluruh media NA dan NB ini akan
digunakan untuk percobaan selanjutnya.
7
2.1.4 DATA PENGAMATAN
8
2.2 Teknik - Teknik Pemindahan Kultur Mikroba
2.2.1 Tujuan :
4. Jarum ose
5. Jarum inokulasi o
7. Lampu bunsen
8. Vortex mixer
3. Pegang tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri di tangan kiri.
4. Pegang jarum ose pada tangan kanan dan bakar di atas nyala lampu bunsen hingga
kawat memijar.Perhatian : pemanasan jarum ose dilakukan dari pangkal ke ujung
sampai memijar, sebelum digunakan kawat didinginkan beberapa saat!
5. Pegang ose menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, gunakan jari kelingking untuk
membuka tutup tabung reaksi (tutup tabung reaksi tetap dipegang seperti posisi
semula).
9
6. Bakar mulut tabung reaksi, masukkan jarum ose dan ambil 1 ose biakan bakteri.
7. Bakar kembali mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali.
8. Ambillah tabung reaksi yang akan diinokulasi dengan tangan kiri, dengan cara yang
sama buka tutup tabung reaksi, dan bakar mulut tabung reaksi.
9. Inokulasikan biakan bakteri pada tabung reaksi inokulasi dengan cara goresan zigzag
pada permukaan NA miring.
10. Bakar mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali, kemudian bakar ose.
11. Beri label : tanggal percobaan, nama bakteri, teknik pemindahan dan nama
kelompok.
12. Lakukan dengan cara yang sama untuk media nutrien cair/NB menggunakan jarum
ose dan media agar tegak secara tusukan tegak lurus menggunakan jarum inokulasi.
13. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya.
2.3.1 Tujuan :
Adapun tujuan dari percobaan teknik isolasi mikroba adalah sebagai berikut :
2. Untuk mengetahui teknik pemindahan biakan mikroba dari wadah satu ke wadah
lain sehingga tidak bercampur dengan bakteri lain.
10
Mikroba jarang terdapat di alam dalam keadaan murni. Kebanyakan
merupakan campuran bermacam-macam spesies mikroba. Macam-macam cara
mengisolasi dan menanam mikrobia adalah :
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi
kultur mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi
sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran perlu dilakukan
beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari pengenceran itu yang
mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia yang terpisah
memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.
Cara kerja:
1. Buatlah pengenceran 10-1 – 10-6 dari kultur murni bakteri dengan larutan pengencer.
2. Ambil tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri, buka dan bakar leher
tabung.
3. Pindahkan 0,1 ml kultur bakteri secara aseptis ke permukaan media NA dalam cawan
petri.
4. Bakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan dalam alkohol, biarkan dingin.
11
5. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan biarkan sampai
permukaan agar mengering
Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada
temperatur 45-50oC dengan suspensi bahan yang mengandung mikroba, dan
menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Setelah inkubasi akan terlihat koloni-
koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel bakteri,
sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980).
Cara kerja:
1. Dinginkan mediaNA dalam tabung reaksi sampai suhu ± 45 - 500C (cirinya : terasa
hangat di kulit/tidak ‘kemranyas’).
2. Buka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri, dan bakar leher botol.
4. Bakar leher tabung di atas bunsen, dan tuangkan media NA yang telah mengandung
kultur murni bakteri ke dalam cawan petri.
12
5. Goyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai
homogen.Penggoyangan petri jangan terlalu kuat. Pada saat penuangan media, petri
bisa diletakkan dalam radius maksimal 20 cm dari sumber api (zona steril)
6. Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 24 jam. Inkubasi
terbalik dilakukan setelah agar memadat. Amati pertumbuhannya.
Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba pada cawan
agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni. Cara ini
dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada
permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah inkubasi maka pada
bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari 1 sel
mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980).
3. Jarum ose
4. Lampu bunsen
Cara kerja:
1. Panaskan jarum ose hingga memijar di atas bunsen, kemudian dinginkan. Gunakan
ose yang telah dingin untuk menggores pada permukaan media agar dalam cawan petri.
2. Ambil 1 ose kultur murni bakteri dan goreskan pada permukaan media agar dimulai
pada satu ujung. Perhatikan teknik penggoresan Ose disentuhkan pada permukaan
media agar dalam cawan petri, sewaktu menggores ose dibiarkan meluncur di atas
permukaan agar.
13
3. Setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya, pijarkan ose terlebih dahulu
dan biarkan dingin.
4. Inkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan amati
pertumbuhannya.
14
inkubaor kamar bintik granul sebanyak 19
selama 24 jam berwarna putih koloni dimana
setelah diamati buram terdapat 1 koloni
terdapat 1 Koloni buat berukuran
besar dan tidak sedang berwarna
terlihat koloni hijau, koloni
kecil merah besar
berbentuk bulat
dan 15 koloni
kecil berbentuk
bulat dan adanya
7 koloni
menyebar
15
2.3.4 PEMBAHASAN
Media PDA merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan campuran
mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi terpisah-pisah. Teknik
yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada
media PDAmemungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga
memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, sekelompok massa sel
yang dapat dilihat langsung oleh mata. Semua sel dalam koloni itu sama; dianggap
kesemuanya itu merupakan keturunan (progeni) satu mikroorganisme (Pelczar, 2006).
16
sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur
murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Machmud, 2008 ).
2.3.5 KESIMPULAN
17
BAB III
Bakteri atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop cahaya tanpa
pewarnaan/pengecatan atau dengan pewarnaan/pengecatan.Pengamatan tanpa
pengecatan lebih sukar dan tidak dapat dipakai untuk melihat bagian-bagian sel dengan
teliti karena sel bakteri atau mikroba lainnya transparan atau semi transparan.Dengan
pengecatan, dapat dilihat struktur sel mikroba lebih seksama. Fungsi pengecatan adalah
:
a). Memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya sehingga member kontras
dan tampak lebih jelas.
18
e). melekatkan bakteri di atas gelas benda dan,
Cara fiksasi yang paling banyak digunakan dalam pengecatan bakteri adalah dengan
membuat lapisan suspensi/pulasan bakteri di atas gelas benda, kemudian
dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas nyala lampu spiritus (Jutono dkk.,
1980).
1. Gelas benda.
2. Jarum ose.
3. Lampu Bunsen.
4. Label preparat.
5. Aquades steril.
3.1.3.2.Cara kerja :
1. Labellah gelas benda yang kering dan bersih. Sterilkan jarum ose dengan
memijarkannya pada nyala bunsen dan dinginkan.
2. Jika kultur dalam bentuk cair (suspensi), ambillah 1 ose penuh dan letakkan di
tengah-tengah gelas benda dan ratakan seluas ± 1 cm2
3. Jika kultur dalam medium padat, ambillah dengan jarum ose satu bagian kecil kultur
dan letakkan di tengah gelas benda yang sebelumnya telah diberi aquadest steril dan
ratakan.
5. Fiksasi pulasan bakteri dengan melewatkan di atas nyala bunsen (hati-hati, jangan
sampai terlalu kering/gosong), tergantung jenis pengecatannya. 6. Pulasan bakteri siap
untuk diwarnai.
19
3.1.4 Data Pengamatan
2. Ketombe
(PDA)
3. Ketombe Bulat
(PDA)
5. Ketombe
Menyebar
6. Ketombe Bulat
20
3.1.4 Pembahasan
ada praktikum ini sampel yang digunakan adalah ketombe dan roti dengan
media NA (Nutrient Agar) dan PDA (Potato Dextro Agar).
Pada pengamatan air ketombe pada Media PDA (Potato Dextro Agar) telah
ditumbuhi oleh jamur P.Ovale dan jamur Uniselluler, jamur ini berbentuk Ovale dan
terlihat oada mikroskop pembesaran 100x
Pada praktikum sampel media yang digunakan PDA dan NA. Tetapi karena
pengerjaan yang kurang steril maka sampel terkontaminasi oleh bakteri basillus
Pada praktikum sampel roti menggunakan media PDA dan NA. pada
pengamatan roti media NA (Nutrient Agar) ditemukan bakteri coccus gram positif dan
membentuk rantai yang disebut streptococcus, ada juga sampel roti yang
terkontaminasi oleh bakteri basillus .
21
Bakteri coccus gram positif adalah bakteri yang berbentuk bulat dan memiliki
dinding sel. Streptococcus adalah salah satu genus dan bakteri nomofil yang
mengandung sel gram positif, berbentuk bulat, oval dan membentuk rantai pendek
,panjang ,berpasangan, bakteri ini tidak membentuk spora. (Sinell.1980)
Bakteri Basillus adalah genus bakteri tergolong dalam bakteri gram positif yang
umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen (Aerobik). Bakteri basillus
menunjukan koloni yang berbeda-beda pada medium agar, tetapi koloni bermacam-
macam umumnya tidak ada,permukaan kasar dan berlendir, bahkan ada yang
cenderung besar dan tikda berlendir, bahka ada yang cenderung besar dan tidak
mengikat. Bentk koloni dan ukurannya sangat bervariasi tergantung jenisnya,selain itu
setiap jenis juga menunjukan kemampuan dan ketahanan terhadap asam , kadar asam ,
kadar garam dan sebagainya. (Rheihhermen. 1980)
3.1.5 Kesimpulan
22
3.2 Pembuatan Pulasan Bakteri/jamur dan Pewarnaan Gram
3.2.1 Tujuan :
Melihat bentuk sel, rangkaian sel, sifat gram (gram negatif dan gram positif)
Pengecatan ini dikembangkan pertama kali oleh Christian Gram (1884) dan
termasuk pengecatan differensial, karena dapat membedakan bakteri yang bersifat gram
positif dan gram negatif. Dari segi pewarnaan perbedaan antara bakteri Gram positif
dan Gram negatifdapat diamati dengan jelas. Bakteri Gram positif mengikat cat utama
(crystal violet) dengan kuat sehingga tidak dapat dilunturkan oleh cat peluntur dan tidak
diwarnai lagi oleh cat lawan (safranin), hal ini disebabkan karena sifat dinding sel dan
sitoplasmanya, yang mempunyai afinitas kuat terhadap kompleks crystal violet dan
iodine (jodium). Bakteri Gram negatif tidak mengikat cat utama secara kuat, sehingga
dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh cat lawan. Perbedaan sifat
bakteri Gram positif dan gram negatif tidak mutlak tegas dan spesifik, tetapi masih
tergantung pada beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi dalam pengecatan
Gram.
1. Mikroskop cahaya.
2. Crystal violet (Gram A).
3. Larutan iodine (Gram B).
4. Alkohol 96% (Gram C)
5. Safranin (Gram D)
6. Minyak immersi
7. Isolat murni bakteri tanah (hasil percobaan Acara III)
8. Gelas benda
9. Jarum ose
23
3.2.3.2 Cara kerja:
1. Buatlah pulasan bakteri di atas objek gelas, keringkan dan fiksasi dengan api
5. Cuci dengan air mengalir, kemudian di decolorisasi (di beri larutan peluntur) dengan
alkohol (Gram C) (kirakira 20 detik, hati-hati jangan sampai berlebihan yang
mengakibatkan kesalahan hasil).
6. Cuci dengan air mengalir, tambahkan larutan safranin (Gram D) selama 10-20 detik.
7. Cuci kembali dengan air mengalir, angin-anginkan dan amati di bawah mikroskop
dengan perbesaran kuat (1000x) menggunakan minyak immersi. 8. Gambar hasil-hasil
pengecatan bakteri dengan diberi keterangan mengenai warna sel bakteri yang
menunjukkan sifat gram dan bentuk sel.
24
3. Ketombe Bulat Pada sampel ini harusnya
(PDA) warna abu-abu yang bulat P
Ovale yang pisah, jamur
Uniselluler
3.2.4 Pembahasan
25
Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang sulit
diwarnai, dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode
pewarnaan negatif merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan
larutan zat warna yang tidak meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan
melatar belakangi sehingga kelihatan atau nampak sebagai bentuk-bentuk kosong tak
berwarna(negatif) (Lay.1994).
Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya
terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara
yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum(Dwidjoseputro.1998).
Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana
digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke
dalam latar belakangnya (Lay.1994)
Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya
terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara
yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum(Dwidjoseputro.1998).
Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana
digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke
dalam latar belakangnya (Lay.1994)
Crystal violet atau ungu gentian adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini
digunakan sebagai histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal
26
violet memiliki sifat sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan sebelumnya penting
sebagai antiseptik topikal (Sutedjo,1991).
Lugol’s yodium, juga dikenal sebagai solusi lugol, merupakan solusi dari
iodium dan iodida dalam air. Larutan yodium lugol digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan, dan untuk desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi
pasti di dalam laboratorium, pewarnaan dan tes medis (Dwidjoseputro.1998).
3.2.5 Kesimpulan
27
3.3.1 Tujuan: Mengidentifikasi dan mendeterminasi bakteri berdasarkan sifat-sifat
biokimiawinya.
1. Isolat murni bakteri tanah (hasil percobaan Acara III) dalam NA miring dan NB
4. Bahan untuk test O-F : media O-F yang mengandung 0,51% karbohidrat, paraffin
cair
28
5. Bahan untuk test sitrat : Simmons Citrate Agar yang mengandung indikator Brom
Thymol Blue-BTB
6. Bahan untuk test dekarboksilase lisin : media Lysin Iron Agar (LIA) yang
mengandung Lisin dan indikator Brom Cresol Purple-BCP, media tanpa Lisin
8. Gelatin
10. Bahan untuk test pembentukan indol : media Tryptone Water, reagen Kovacs
11. Bahan untuk test MR-VP : media MR-VP, larutan 40% KOH, larutan 5% alpha-
naphtol
12. Bahan untuk test Urease : media Urea Broth, indikator Phenol Red
2. Test Katalase Letakkan 1-2 tetes 10 % atau 30% H2O2 pada gelas benda dan
tambahkan 1 ose atau 2-3 tetes suspensi isolat murni bakteri. Amati, katalase positif
ditandai oleh pembentukan buih seketika. Bandingkan dengan kontrol (tanpa inokulasi
bakteri).
29
laktosa, manitol, maltosa atau sukrosa) secara tusukan. Tabung I ditutup dengan parafin
lunak, tabung II tidak ditutup parafin, tabung III dan IV sebagai kontrol (ditutup
paraffin dan tidak ditutup paraffin tanpa inokulasi bakteri). Amati setelah 24 jam pada
suhu kamar. Bandingkan perlakuan dengan kontrol. Oksidasi (terbentuk warna kuning
pada media O-F yang tidak ditutup paraffin) terjadi pada mikroba aerobik dan
fermentasi (terbentuk warna kuning pada media O-F yang ditutup paraffin) terjadi pada
mikroba anaerob. Bandingkan dengan kontrol. Perhatikan perubahan warna media yang
terjadi dan indikator yang terkandung dalam media O-F.
4. Test Penggunaan Sitrat Isolat murni bakteri diinokulasikan secara goresan zig zag
menggunakan ose dan secara tusukan menggunakan jarum inokulasi pada media
Simmons Citrat Agar miring, kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam.
Perhatikan perubahan warna dengan melihat perubahan warna dari hijau menjadi biru.
Bandingkan dengan kontrol.
5. Test Dekarboksilase Lisin Pada medium yang mengandung lisin dan kontrol (media
tanpa lisin) diinokulasi secara tusukan dengan isolat murni bakteri, inkubasikan pada
suhu kamar selama 24 jam. Positif jika terjadi perubahan warna dari ungu menjadi
kuning dan kembali ke ungu, sementara pada kontrol (media tanpa lisin) terjadi
perubahan warna dari ungu menjadi kuning.
6. Test Hidrolisis Gelatin Dengan cara tusukan, inokulasikan isolat murni bakteri pada
media yang mengandung gelatin sedalam ¾ bagian dari lapisan permukaan.
Inkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar. Pada saat pengamatan, masukkan tabung
perlakuan dan kontrol (media tanpa inokulasi bakteri) dalam almari es selama 30 menit.
Positif berarti terjadi pencairan.
30
8. Test Indol Inokulasikan 1 tabung media Tryptone Water dengan 2 tetes isolat murni
bakteri dan 1 tabung media untuk kontrol (tanpa inokulasi bakteri). Inkubasikan pada
suhu kamar selama 24 jam. Setelah inkubasi, tiap-tiap tabung ditambah 10 tetes reagen
Kovacs. Terbentuknya warna merah/merah muda pada lapisan larutan reagen
menunjukkan terbentuknya indol. Bandingkan dengan kontrol.
9. Test MR (Methy Red) Inokulasikan isolat murni bakteri pada media MR-VP (media
Methyl Red-Voges Proskauer) dan inkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar.
Tambahkan 5 tetes reagen Methyl Red ke dalam tabung berisi media MR-VP. Kocoklah
hati-hati, Hasil tes positif jika terjadi warna merah dalam waktu 30 menit setelah
penambahan reagen. Bandingkan dengan kontrol (tanpa inokulasi bakteri).
10. Test VP (Voges Proskauer) Inokulasikan isolat murni bakteri pada media MR-VP
dan inkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar. Tambahkan 0,6 ml larutan alpha-
naphtol 5% dilanjutkan 0,2 ml KOH 40%. Kocoklah hati-hati, longgarkan tutupnya,
kocok kembali, ulangi setiap 5 menit, bacalah perubahan warnanya setelah 30 menit.
Hasil tes positif jika terjadi warna merah dalam waktu 30 menit setelah penambahan
reagen. Bandingkan dengan kontrol (tanpa inokulasi bakteri).
11. Test Urease Inokulasikan media Urea Broth yang mengandung indikator fenol
merah dengan 1 tetes kultur muni bakteri. Amatilah perubahan warna menjadi merah
(phenol red) setelah 24 jam pada suhu kamar. Bandingkan dengan kontrol.
31
Gambar
3.5 Pembahasan
32
Bakteria adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar
luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang
hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang
menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler
dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau
mikroskopik.( Entjang,2001. )
E. coli adalah baktri coliform yang sering ditemukan pada faces manusia dan
hewan berdarah panas. Organisme ini tersebar luas di alam biasanya lazim terdapat
dalam sel pencernaan manusia dan hewan. Dalam Merchant dan Parker (1961)
disebutkan spesies E. coli tidak dapat mengurangi asam sitrat dan garam asam sitrat
sebagai sumber karbon tunggal dan tidak menghasilkan pigmen, tetapi kadang-kadang
menghasilkan pigmen berwarna kuning. ( Michael J. Pelczar, 1986, ).
Divisio : Schizomycota
Kelas : Schizomycetec
Ordo : Eubacteriaceae
Genus : Escherichia
33
faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat
dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu
yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 80°C-460°C, tetapi suhu
optimumnya adalah 370C. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh
manusia dan vertebrata lainnya. ( ANONIM, 2013 )
Escherichia coli adalah salah satu yang paling sering menyebabkan banyak
infeksi bakteri umum, termasuk kolesistitis ,bakteremia , kolangitis , infeksi saluran
kemih (ISK), dan traveler's diare, dan infeksi klinis lain seperti neonatal meningitis dan
pneumonia.
E.coli dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, kantung kemih, ginjal, dan
prostat. Infeksi saluran kemih (uretritis) dan kantung kemih (sistitis) menimbulkan
gejala demam tidak tinggi, nyeri saat berkemih, sering berkemih, dan terus – menerus
merasa ingin berkemih. Infeksi pada ginjal (pyelonefritis) menyebabkan gejala nyeri
pada pinggang atau punggung bawah, demam tinggi disertai menggigil, mual, muntah,
dan nyeri kepala. Infeksi pada prostat (prostatitis) menimbulkan gejala demam tinggi
dengan menggigil, nyeri di sekitar anus dan punggung bawah; juga dapat disertai nyeri
berkemih dan sering berkemih. Pada beberapa pasien dapat ditemui nyeri otot dan nyeri
sendi. (Raynaldi, 2013 )
34
mereka yang berada pada ventilsi mekanik. Kemih dan saluran pernfasan adalah situs
yang paling umum dari infeksi. Genus Entherobacter adalah anggota dan coliform
kelompok bakteri. Itu bukan milik coliform fecal (atau coliform tahan panas) kelompok
bakteri, seperti halnya bakteri Eschericia Coli, karena tidak mampu tumbuh pada suhu
44,5° C dengan adanya dua garam empedu. Dua species dari genus klinis penting ini
adalah E.Aerogene dan E.Cloaceae
Klasifikasi Enterobacter :
Kingdom : Bakteri
Divisi : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
family : Enterobactericea
Genus : Enterobacter
Salah satu spesies dari Enterbacter yang menimbulkan penyakit bagi manusia
adalah Enterobactersakazaki. Enterobactersakazakii bukan merupakan
mikroorganisme normal pada saluran pencernaanhewan dan manusia. Habitat asli
bakteri Enterobacter sakazakii tidak diketahui secara pasti, sehingga disinyalir bahwa
tanah, air, sayuran, tikus, dan lalat merupakan sumber infeksi.Enterobacter
sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industry makanan pabrik susu,
coklat, kentang, sereal, danpasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab.
Beberapa bahan makanan yang berpotensi terkontaminasi Enterobacter
sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susububuk. (
ANONIM,2014)
35
3.5 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah di dapatkan bahwa dalam uji
biokimia yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri dapat dilihat bahwa tiap jenis
bakteri dapat mengekspresikan atau menunjukkan karakternya tersendiri jika dilakukan
berbagai macam uji misalnya dalam uji Indol jika dapat membentuk cincin merah pada
permukaannya maka sudah dapat di pastikan salah satu bakterinya adalah E.Coli
BAB IV
36
4.1 Uji Potensi Antibiotik Secara Difusi Agar
4.1.1 Tujuan :
Uji potensi antimikroba dapat dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu metode
difusi dan metode dilusi. Cara pengujian potensi (daya atau kekuatan) senyawa
antimikroba ada bermacammacam, tergantung pada sifat dan bentuk sediaan senyawa
antimikroba. Pada umumnya digunakan cara pengenceran, cylinder diffusion plate
method, paper disk diffusion method dan agar dillution plate method. Prinsip kerja
metode difusi adalah terdifusinya senyawa antimikroba (misalnya antibiotik) ke dalam
media padat di mana mikroba uji (misalnya bakteri patogen) telah diinokulasikan.
Metode difusi dapat dilakukan secara paper disk dan secara sumuran.
Pada metode difusi secara paper disk, kertas disk yang mengandung antibiotik
diletakkan di atas permukaan media agar yang telah ditanam mikroba uji, setelah itu
hasilnya dibaca. Penghambatan pertumbuhan mikroba oleh antibiotik terlihat sebagai
zona jernih di sekitar pertumbuhan mikroba. Metode difusi secara sumuran dilakukan
dengan membuat sumuran dengan diameter tertentu pada media agar yang telah
ditanami mikroba uji. Sumuran dibuat tegak lurus terhadap permukaan media.
Antibiotik diinokulasikan ke dalam sumuran ini dan diinkubasikan, setelah itu hasilnya
dibaca seperti pada difusi secara paper disk. Luasnya zona jernih merupakan petunjuk
kepekaan mikroba terhadap antibiotik. Selain itu, luasnya zona jernih juga berkaitan
dengan kecepatan berdifusi antibiotik dalam media (Lay, 1994; Jawetz dkk, 1986).
37
1. Alat gelas : Petridish steril, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet ukur, pipet tetes, gelas
ukur
2. Mikropipet, pelobang gabus no. 4, jangka sorong/penggaris, jarum ose, spidol, kertas
label, vortex mixer, spreader
1. Preparasi Senyawa Uji Preparasi senyawa uji dilakukan sesuai petunjuk dalam
kemasan, kemudian buatlah berbagai variasi konsentrasi senyawa uji. Pada praktikum
ini dibuat 4 variasi konsentrasi senyawa uji (konsentrasi 25; 12,5; 6,25 dan 3,125 mg/ml
(Perhatikan cara pembuatan konsentrasi senyawa uji!)
38
a) Buka petri berisi 20 media NA, secaraaseptis buatlah sumuran pada
petri 1) dengan pelobang gabus no. 4. Ambil bulatan NA pada sumur yang
dibuat dengan jarum ose secara hati-hati sehingga NA di sekelilingnya tidak
tergores/rusak. Masukkan bulatan NA tersebut dalam beker glass berisi alkohol.
secara pour plate, kemudian tuangkan secara merata sebagai seed layer
agar di atas base layer agar, biarkan memadat.
1. Buatlah media base layer agar dan seed layer agar seperti pada tahap
(3). Bagian dasar petri dibuat garis dengan spidol untuk membaginya
menjadi 4 bagian.
2. Buat sumuran pada bagian tengah ke-4 bidang petri tersebut dengan
cara yang sama dengan no. 3).
4. Disk blank
Cara kerja :
40
b) Beri label pada dasar petri : kel. prakt/tgl/perlakuan.
41
MC. 0,5 MC. 2
1. Stapylococcus aureus Ciprofloxacin - -
Tetrasiklin - 4,2 cm
2. Bakteri Comberan Ciprofloxacin 5,6cm -
Tetrasiklin - 4,1cm
4.1.4 Pembahasan
42
merusak protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati, bahkan anti mikroba
bekerja dengan beberapa mekanisme yaitu membunuh dirinya sendiri,
mempertahankan hidupnya dan melawan bakteri lain. (Widjayanti. 1996)
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotic atau biasa disebut juga kepekaan suatu antibiotic yang masih baik untuk dapat
menunjukan posisi yang sesuai dengan daya hambt mikroba. Suatu mikroba akan
menunjukan perubahan kecil yang tidak ditemukan dengan metode kimia, sehingga
penyajian secara mikrologis dapat dilakukan. Uji sensitivitas berbagai macam
dilakukan untuk mengetahui hanya dapat membunuh mikroba atau dapat membunuh
satu jenis mikroba (Dr.Lud Wahyu .2016).
Digunakan metode pengujian difusi agar untuk mengetahui aktivitas mikroba.
Mikroba uji dicampurkan dengan media pertumbuan (Nutrient Agar) dan dituang ke
dalam cawan petri sehngga membentuk lempeng agar, setelah itu ditempelkan paper
disk dan di inokulasikan. Setelah proses inokulasi di lakukan pengukuran diameter
hambat berupa zona bening di sekitar paper disk yang menunjukan pertumbuhan
mikroba(Pelczar dan Chan .1998)
Pada praktikum ini digunakan bakteri staphylococcus aureus yang berasal dari
tanah,bahkan S.Coccus Aureus merupakan bakteri gram positif dengan tumbuh
berkelompok. Bakteri ini normal berada di kulit dan siap untuk tumbuh di jaringan yang
lebih dalam menimbulkan infeksi sapuratif, bakteri ini juga menghasilkan toksin
penghancur membran, yang mampu merusak eritrosit,lekosit,trombosit dan sel
manusia. Patologi -> menimbulkan saporatif dan akses klinik : menistetasi inflasi
S.coccus Aureus bervariasi tergantung pada latasi ( Sudarto Pringgoutomo at all.2002)
Cifrofloxacin merupakan antibiotik berspektrum luas, artinya antibiotic ini
dapat membunuh bakteri baik gram positif (+) maupun gram negative (-), cifrofloxacin
bekerja sebagai bakterisidasi dengan menghambat replikasi otot dan bakteri melalui
pada enzim DNA glirase, yaitu yang peting untuk memisahkan DNA ang berreplikasi
sehingga menyebabkan pemutusan rantai ganda pada kromosom bakteri/dengan kata
lain Cifroloxacin berfungsi untuk menghambat pembuatan sel (Kuswiyanto.2014)
Tetrasiklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas (gram positif dan
negative) , golongan tetrasiklin termasuk antibiotic yang bersifat bakteriostatik dan
bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman (Kuswiyanto.2014)
Pada sampel 1 comberan yang menggunakan antibiotic cifrofloxacin terlihat
jelas zona hambaan yang terbentuk,semua tidak di tumbuhi bakteri kecuali yang kontrol
43
negative, karna tidak diberikan antibiotic, zona hambat terbesar ada di konsentrasi 25ml
dengan luas 5,6cm
Pada sampel 2 comberan yang mengunakan antibiotic tetrasiklin juga terlihat
dengan jelas zona hambat yang terbentuk, semua yang diberi antibiotic,kecuali nomor
3 dan kontrol negative, karena mungkin pada pengerjaan kami lupa meneteskan
(Human Error). Dan zona hambat terbesar pada konsentrasi 3,125cm dengan ukuran
4,1 cm
Pada sampel 3 S.coccus Aureus yang merupaka bakteri golongan gram positif
yang membedakan antara sampel ini yaitu S.coccus Aureus 0,5 menggunakan
Cifrofloxacin tidak terlihat zona hambatnya. Hal ini kemungkinan bisa terjadi karena
beberapa faktor yaitu : waktu penyebaran bakteri tidak bena, penghambatan bakteri
tidak bena, penetesan antibiotic yang tidak benar dan beberapa faktor Human Error.
Pada sampel 4 S.coccus Aureus yang merupakan bakteri gram positif,pada
sampel ini menggunakan antibiotik Tertrasiklin, disini terlihat dengan jelas zona
hambatnya semua tidak ditumbuhi bakteri kecuali kontrol negative (-). Zona hambat
terbesar ada pada konsentrasi 25 dengan ukuran 4,2cm
4.1.5 Kesimpulan
1. Dari data pengamatan dapat disimpulkan bahwa antibiotik ciprofloxacin dan
tetrasiklin cocok untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus karena membentuk zona bening/zona hambat.
2. uji ini bertujuan untuk mengetahui zona hambat suatu Antibiotik
3. Antibiotik yang digunakan ciprofloxacin dan tetrasiklin.
4. Bakteri yang digunakan staphylococcus aureus dan bakteri tanah.
44
4.2 Uji Potensi Antibiotik Secara Dilusi
4.2.1. Tujuan : Menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM) dari suatu antibiotik
secara dilusi padat.
4.2.2. DASAR TEORI :
Kadar Hambat Minimal (KHM) suatu antibiotik adalah konsentrasi antibiotik
terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Kadar Bunuh
Minimal suatu antibiotik adalah konsentrasi antibiotik terendah yang dapat membunuh
pertumbuhan mikroba tertentu. KHM dan KBM dapat ditentukan dengan prosedur
tabung dilusi. Prosedur ini digunakan untuk menentukan konsentrasi antibiotik yang
masih efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis
antibiotik yang efektif dalam mengontrol infeksi pada pasien (Radji, 2004).
Metode dilusi disebut metode pengenceran. Pada metode ini obat (misalnya
antibiotik) dibuat dalam berbagai konsentrasi, kemudian ditambahkan pada media yang
mengandung mikroba uji. Hasil yang dibaca adalah kekeruhan. Kekeruhan
menandakan adanya potensi hambat obat pada konsentrasi tersebut. Keuntungan
metode ini dibandingkan dengan metode difusi adalah dapat menentukan Kadar
Hambat Minimum (KHM) atau MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dari obat
tersebut. Ada 3 macam cara dalam metode dilusi yaitu metode Macro Broth Dilution,
metode Micro Broth Dilution dan metode agar dilusi (dilusi padat). Pada metode agar
45
dilusi digunakan satu seri plate agar, masing-masing mengandung konsentrasi obat
yang berbeda yang berkisar pada dosis terapeutik. Setelah inkubasi dapat dilihat
hasilnya dengan membaca kekeruhan pada masing-masing konsentrasi sehingga bisa
ditentukan MIC (Koneman et al, 1997).
Metode dilusi (dilution method) menggunakan senyawa antimikroba dengan
kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Pada media
yang diinokulasi mikroba uji, dilarutkan senyawa antimikroba dengan menggunakan
beberapa tingkatan konsentrasi senyawa antimikroba, dan kemudian diamati pada
konsentrasi berapakah senyawa antimikrobia tersebut bersifat menghambat atau
mematikan.Pada uji mikrodilusi cair dapat memberikan hasil kuantitatif yang
menunjukkan jumlah antimikrobia yang dibutuhkan untuk mematikan bakteri (Jawetz
dkk, 2001).Metode ini dapat digunakan untuk penentuan Kadar Hambat Minimal
(KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).
4.2.3 Pelaksanaan Praktikum :
4.2.3.1 Alat dan Bahan :
1. Kultur murni bakteri ujidalam media NB umur 24 jam
2. Senyawauji berupa antibiotik (misalnya Amoxycilllin sirup kering). Variasi
konsentrasi ditentukan berdasarkan hasil percobaan VI. (variasi konsentrasi, 6,25;
3,125; dan 1,5625 mg/ml)
3. Alat-alat : petridish steril, pipet volume steril
4. Media nutrien agar (NA)
5. Deret larutan standar Mac Farland
6. NB untuk pembuatan suspensi bakteri uji
7. Alkohol 70 %
8. Aquades steril
4.2.3.2 Cara kerja :
1. Buatlah seri pengenceran/variasi konsentrasi larutan antibiotik dalam aquades steril.
Seri pengenceran ditentukan berdasarkan hasil percobaan acara VI
2. Siapkan media NA (siap dituang ke petri secara pour plate). Bila media dalam
keadaan memadat, cairkan terlebih dahulu dengan pemanas sampai menjadi cair dan
buat hingga suhunya sekitar 45 – 50oC sehingga siap untuk dicampur dengan bakteri
uji.
3. Buatlah suspensi bakteri uji dengan kepadatan yang setara dengan larutan standar
Mac Farland II.
46
4. Pembuatan kontrol kontaminasi media (per meja)
A. Ambil 15 ml media NA, tuang ke dalam petri streril secara pour plate.
Biarkan memadat.
B. Beri label pada dasar petri : kel. prakt/tgl/perlakuan. Inkubasi selama 24 jam.
Bandingkan dengan perlakuan.
5. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji (per meja)
A. Ambil 15 ml media NA dalam tabung. Masukkan 1 ml suspensi bakteri uji
ke dalam tabung tersebut.
B. Tuang dalam petri steril secara pour plate. Biarkan memadat. Beri label pada
dasar petri : kel. prakt/tgl/perlakuan/nama bakteri uji. Inkubasi selama 24 jam.
Bandingkan dengan perlakuan.
6. Pembuatan kontrol negatif (pengujian potensi antibakteri pelarut) (per kelompok
kecil)
A. Ambil 15 ml media NA dalam tabung. Masukkan 1 ml suspensi bakteri uji
dan 1 ml aquades steril pelarut senyawa antibiotik ke dalam tabung tersebut.
B. Tuang dalam petri steril secara pour plate. Biarkan memadat. Beri label pada
dasar petri : kel. prakt/tgl/perlakuan/nama bakteri uji. Inkubasi selama 24 jam.
Bandingkan dengan perlakuan.
7. Pengujian potensi antibiotik secara dilusi padat (per kelompok kecil)
A. Ambil 3 tabung yang masing-masing berisi 15 ml media NA suhu 45 – 50oC,
tambahkan 1 ml suspensi bakteri uji pada masing-masing tabung tersebut.
Tambahkan pula larutan antibiotik dengan konsentrasi yang telah ditetapkan
pada langkah 1.
B. Siapkan 3 petri steril untuk menuang ketiga preparat di atas secara pour plate.
Biarkan memadat. Beri label pada dasar petri.
C. Inkubasi selama 24 jam. Amati dan bandingkan kekeruhan dari masing-
masing petri. Bandingkan antara kontrol dan perlakuan.
8. Pembacaan Hasil
A. Setelah masa inkubasi, kekeruhan media yang menunjukkan kepadatan
pertumbuhan bakteri uji diamati dan diberi penilaian menggunakan notasi (+)
untuk media yang tampak keruh dan (-) jika tidak ada kekeruhan yang berarti
tidak ada pertumbuhan bakteri uji dalam media agar tersebut.
B. Hasil pengamatan dianalisis untuk mendapatkan konsentrasi atau kadar
hambat minimal senyawa antibiotik. Kadar Hambat Minimal (KHM) adalah
47
konsentrasi minimal senyawa antibiotik yang menunjukkan adanya
penghambatan pertumbuhan bakteri uji.
9.Penegasan Hasil
A. Dari pengamatan kekeruhan, pilih perlakuan dengan tingkat kekeruhan (-)
dan perlakuan dengan tingkat kekeruhan (+)
B. Dengan menggunakan jarum ose, ambilah 1 ose dari tabung perlakuan
tersebut dan tanamlah di atas permukaan cawan agar dengan metode goresan
sederhana.
C. Dari hasil goresan pada cawan agar, tentukan harga KHM (Kadar Hambat
Minimal) dan KBM (Kadari Bunuh Minimal). KHM : kadar antibiotik terendah
yang masih menunjukkan pertumbuhan ketika ditanam dalam cawan agar
dengan metode gores. KBM : kadar antibiotik terendah yang sama sekali tidak
menunjukkan pertumbuhan ketika ditanam dalam cawan agar dengan metode
gores. (lihat lampiran 2 : Penentuan KHM dan KBM)
4.2.4 Data Pengamatan
Konsentrasi
Nama Pengamatan ke 1 Pengamatan ke 2
No antibiotic
bakteri 1X24 jam 4X24 jam
(tetrasiklin)
Kontrol
1. -
Kontaminasi –
–
Tumbuh bakteri. Seharusnya
Tumbuh bakteri.
tidak. Dikarenakan
Seharusnya tidak.
pengerjaan yang tidak
Dikarenakan pengerjaan
aseptis
yang tidak aseptis.
2. - Kontrol +
48
+
3. - Kontrol –
+
+
6,25
3,125
(-) KHM
(+) KBM
4 Susu
1,5625
(-) KHM
(+) KBM
49
6,25
3,125
(+) KBM
(+) KBM
1,5626
(+) KBM
(+) KBM
4.2.4 Pembahasan
Antimikroba adalah obat untuk membasmi mikroba,khususnya mikroba
yang merugikan manusia. Antibiotic adalah suatu zat yng dihasilkan oleh mikroba,
terutama turunan yang daoat menghambat/membasmi jenis mikroba lainnya. (Dr.Lud
Wahyu.2016).
Bahan antimikroba berfungsi sebagai mematikan, merusak, menghambat
pertumbuhan dari mikroba. Antimirkoba bekerja dengan cara merusak dinding sel atau
merusak protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati, bahkan anti mikroba
bekerja dengan beberapa mekanisme yaitu membunuh dirinya sendiri,
mempertahankan hidupnya dan melawan bakteri lain. (Widjayanti. 1996)
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotic atau biasa disebut juga kepekaan suatu antibiotic yang masih baik untuk dapat
menunjukan posisi yang sesuai dengan daya hambt mikroba. Suatu mikroba akan
menunjukan perubahan kecil yang tidak ditemukan dengan metode kimia, sehingga
50
penyajian secara mikrologis dapat dilakukan. Uji sensitivitas berbagai macam
dilakukan untuk mengetahui hanya dapat membunuh mikroba atau dapat membunuh
satu jenis mikroba (Dr.Lud Wahyu .2016).
pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar hambar minimum
(KHM) dan kada bunuh minimum (KBM) dari satu sampel terhadap mikroba uji.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode dilusi padat. Kadar hambat
minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri, memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman dan toksisitasnya relative kecil bagi manusia (Pelczar.1986)
Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotic yang dihasilkan oleh jamus
Streptomyces Aureofacens/ S.Simosum. Tetrasiklin merupakan devrivat dari senyawa
hidronaftalen dan berwarna kuning (Subranto.2001). Tertrasiklin merupakan antibiotic
berspektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram positif (+) dan bakteri gram negative
(-) yang bekerja melintangi sintesa protein (Tan dan Raharja.2008). Golongan
tetrasiklin termasuk antibiotic yang terutama memperlihatkan spectrum antibakteri luas
yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan cara menghambat sintesis
protein. Efektivitasnya tinggi terhadap bakteri gram negative . Contohnya : E.Coli,
Pseudomonas Muelli, dan beberapa bakteri terutama Staphylo coccus Aureus.
Meningkat resistensi terhadap tetrasiklin ( artinya cocok dengan tetrasiklin). Resistensi
terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap sema tetrasiklin
lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi Sthapylococcus Aureus dan doksisiklin pada
resistensi 𝛽 fragili. (Setyabudy dan Gan.1955)
Sthapylococcus Aureus merupakan bakteri gram positif (+) berbentuk bulat
biasanya tersusun dalam bentuk mengerombol yang tidak teratur seperti anggur.
Sthapylococcus Aureus, bertambah dengan cepat pada beberapa tipe media dengan aktif
melakukan metabolism, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan
bermacam-macam pigmen dan warna putih hingga kuning gelap. Sthapylococcus cepat
menadi resistensi terhadap antimikroba (Jawetz et al.2001)
Sthapylococcus Aureus, tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi
di bawah suasana aerobic/mikroaerofillik. Tumbuh dengan cepat pada temperature 20-
35°C. koloni pada media padat berbentuk bulat, lambat dan mengkilap. Staphlococcus
Aureus mempunyai 4 karakteristik yaiu faktor Virulensi yang menyebabkan penyakit
yang berbeda pada sisi/tempat yang berbeda, faktor Resistensi bakteri pada lingkungan
51
degan manusia yang membawa gelaja karier dan faktor resistensi berbagai antibiotic
yang sebelumnya masih efektif (Spicer.200)
4.2.5 Kesimpulan
1. Pada bakteri S.Aureus tetrasiklin mempunyai daya bunuh yang baik pada
konsentrasi 1,5625; 3,125; 6,25 mg/ml. Hal ini terbukti jernihnya media
pada cawan. Setelah 1x24 jam masa inkubasi.
2. Bakteri staphloccous aureus, tetrasiklin mempunyai daya bunuh yang
cukup baik dapat dilihat pada kejernihan media.
3. Pada bakteri Susu Tetrasiklin mempunyai daya bunuh yang baik di
konsentrasi 6,25 mg/ml dan memiliki daya hambat di konsentrasi
3,123;1,5625 mg/ml
BAB V
UJI CEMARAN MIKROBA
52
Angka kapang/khamir adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang
ditumbuhkan dalam media yang sesuai selama 5 hari pada suhu 20-250 C dan
dinyatakan dalam satuan koloni /mL (Soekarto, 2008).
Uji AKK (Angka Kapang Khamir) mengandung prinsip yaitu pertumbuhan
kapang dan khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang sesuai dan
diinkubasikan pada suhu 20-25oC. Setelah inkubasi, dipilih cawan petri dari satu
pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni. Jumlah koloni
rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya.
(Anonim, 1992; Anonim, 2002).
53
ml BPW hingga diperoleh pengenceran 10-2 (homogenisasi dengan vortex).
Selanjutnya dibuat pengenceran hingga 10-5.
E. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Dari tiap pengenceran dipipet 1 ml suspensi ke dalam cawan petri steril secara duplo.
Dalam setiap cawan petri dituangkan sebanyak 15 ml media PCA. Cawan petri
digoyang dengan hati-hati agar sampel tersebar merata. Dilakukan pula uji kontrol
untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer. Uji sterilitas media dilakukan dengan
cara menuangkan media PCA dalam cawanpetri dan biarkan memadat. Uji sterilitas
pengencer dilakukan dengan cara menuangkan media PCA dan 1 ml pengencer BPW
lalu dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri diinkubasi terbalik pada suhu 350C
selama 24 - 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung. Perhitungan
Angka Lempeng total dalam 1 ml contoh dengan mengkalikan jumlah rata-rata koloni
pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan.
3. Uji Angka Kapang Khamir (AKK)
Alat dan Bahan :
A. Media Potato Dextrrose Agar (PDA)
B. Larutan pengencer Pepton Dilution Fluid (PDF)
C. Sampel uji ( jamu gendong)
D. Kloramfenikol 100 mg/liter media Pembuatan larutan kloramfenikol : 1 gram
kloramfenikol dalam 100 ml air suling steril.
E. Pipet volume
F. Colony counter (alat hitung koloni)
Cara Kerja :
A. Penyiapan Sampel Uji (sama dengan uji ALT)
B. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar
C. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel 1) Perhitungan Angka Kapang
Khamir (AKK) bertujuan untuk menghitung jumlah koloni kapang dan khamir yang
terdapat dalam bahan. Pada prinsipnya pengujian ini menggunakan metode yang sama
dengan penentuan Angka Lempeng Total (ALT). 2) Media pertumbuhan yang
digunakan adalah PDA (Potato Dextrose Agar) 3) Larutan pengencer yang digunakan
adalah Pepton Dilution Fluid (PDF)
D. Uji AKK Dari masing-masing pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan
petri steril secara duplo. Media PDA yang telah dicairkan sebanyak 20 ml dituangkan
54
ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah ditambah dengan 1 ml larutan
PENGENCERAN
KONTROL
PENGAMATAN MEDIA
KONTAMINASI
10-1 10-2 10-3 10-4
PDA +
- - - - -
TETRASIKLIN
HARI 1
1 X 24 JAM
PCA - 27 52 28 9
PDA+
- - - - 6
TETRASIKLIN
HARI 2
2 X 24 JAM
PCA - 68 70 15 24
55
Kontrol Kontaminasi Pengenceran 10-1 Pengenceran 10-2
PDA
PCA
5.1.4 Pembahasan
56
Pada praktikum kali ini adalaah penentuan ALT(Angka Lempeng Total) dan
AKK (Angka Kamir Kapang). Penentuan ALT merupakan metode kuantitatif yang
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel. Sedangkan
AKK merupakan metode kuantitatif yang di gunakan untuk mengetahui jumlah kadar
mikroba yang ada pada suatu sampel (BPOM.2008)
Jamu adalah obat yang berasal dari bahan tumbuhan ,hewan ,mineral dan
sediaannya atau campuran bahan-bahan campuran tersebut yang digunakan dalam
upaya pengobatan berdasarkan atas pengalaman. Jamu gendong itu sendiri adalah jamu
yang diracik, dicampur, diolah, dan diedarkan sebagai obat tradisional dalam bentuk
cairan,pil,tablet/permen. Tanpa penandaan dan atau merek dagang serta dijajakan
langsung untuk dikonsumsi (Departemen Kesehatan RI.1991)
Jumlah jamu atau kapan kamir yang benar, menunjukan kemunduran dari mutu
obat tradisional yang dihasilkan. Pada beberapa kapang tertentu ada yang menghasilkan
zat racun atau toksin seperti jamur Aspergillus dapat menghasilkan Aflatoksin yang
dapat meracuni organ tubuh bahkan dapat menyebabkan kanker. Untuk obat tradisional
disyaratkan secara umum jika terhadap aflatoksin maka tidak boleh >30 biji (bagian
Pefuso) dan sediaan tersebut (Jamu). (Wasito.2011)
Semakin kecil Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Kamir bagi setiap
produk yang dihasilkan menunjukan semakin tinggi nilai penetapan (POTB dalam
pembuatan obat tradisional tersebut) (Wajito.2011). Pertumbuhan kapang kamir pada
bahan makanan atau bahan baku obat tradisional dapat mengurangi kuantitas. Pada
beberapa kapang menghasilkan toksin yang berbahya bagi tubuh manusia
(Pratiwi.2008)
Uji AKK ini digunakan untuk menghitung jumlah kapang kamir setelah
diinkubasi pada suhu 20-25°C. Tujuan ini untuk memberikan jaminan bahwa sediaan
jamu ini tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang di tetapkan karena
pengaruh terhadap stabilitas sediaan & aflatoksin yang berbahay bagi kesehatan
(DepKes I.2008). dalam uji ALT juga memungkinkan terhadap bakteri pathogen seperti
Salmonella, E.Coli, Dan Shigella yang dapat menyebabkan diare. (Radji.2011)
Uji ALT digunakan untuk menghitung banyaknya bakteri yang tumbuh dan
berkembang pada sampel, juga sebagai acuan yang dapan menentukan kualitas &
kemanan (DepKes. 1994). Pada jamu gendong tidak memerlukan ijin usaha industry
57
tetapi tetap harus aman, sehingga perlu adanya parometer keamanan. Pada pengujian
Angka Lempeng Total digunakan PCA sebagai media padatnya. Medium Plate Count
Agar (PCA) dapat berfungsi sebagai medium untuk pertumbuhan mikroba
(Partic.2008)
Pada Jamu dapat dikonsumsi jika hasil akhir CPUnya tidak melebihi dari
1x10ˉ6 karena jika melewati batas makan jamu/sampel tersebut tidak baik digunakan.
Dan yang diperoleh jamu tersebut dari data kelompok kami jamu dapat dikonsumsi
karena hasil akhirnya adalah 1,2546x10³ dan masih aman
5.1.5 Kesimpulan
1. Bakteri adalah suatu organisme prokariot yang pada umumnya
mengandungukuu g enerasi yaituran sel 0,5-1,0 μm kali 2,0-5,0 µm dan
terdiriwaktuyang dibutukan oleh seldari tiga bentuk dasar yaitu: bentuk bulat
ataukokus, bentuk batang atau basilus dan bentuk spiral
2. Kapang adalah mikroba yang memiliki lebih dari satu sel yang
mengandung benanghalus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium,
dan berkembang biak dengan spora.
3. Khamir adalah mikroba bersel tunggal berbentuk bulat lonjong
danmemperbanyak diri dengan cara membentuk tunas (askospora),
tetapitidakmembentuk miselum.
4. ALT(Angka Lempeng Total) merupakan metode kuantitatif yang digunakan
untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel Sedangkan
AKK(Angka Kamir Kapang) merupakan metode kuantitatif yang di gunakan
untuk mengetahui jumlah kadar mikroba yang ada pada suatu sampel.
5. Hasil dari praktikum ini menyatakan bahwa , sampel yang digunakan yaitu
jamu kunyit asam ini AMAN untuk dikonsumsi
58
Daftar Pustaka
Atlas,R.M.1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition.CRC Press:
Amerika.
Pelczar., Michael J. dan E. C. S. Chan, 2008. Dasar-dasar Mikroorganisme.
Universitas Indonesia Press. Jakarta
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai
Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.
Suriawiria, Unus. 2008. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. Alumni.
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe Division
Mc Millan Company. Waterville.
Jang Nathan,S.K.Mondal.M.2009. AntiProliterasi; Pengaruh Madu dan Polipeptits : A
Review J Biomed Biarchrol.
Dwidjoseputro, D.1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang : Djambatan.
Dawson,T.L.2007. Malassezia globasa der restrica: Terobosan Pemahaman tentang
Etiologi dan Pengobatan Ketombe dan Sebarrhoic Dermatitis melalui whole. Genome
Analis
59
Katzurg, B.G.1998. Farmakologi dasar dan klinik Edisi III. Ahli bahas: Staff Dosen
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Editor: H.Azwar. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC
Lay, Bibiana.W, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium. Rajawali. Jakarta
Sutedjo, Mul Mulyani.1991.Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta.
Schlegel,H.G. dan Schmidt, K.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta.
Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jasad V. Jakarta : Erlangga.
Anonym. 2013 Klasifikasi Morfologi dan Pathogenesis.
Raynaldi, 2103. Bakteri Eschericia Coly.
Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press.
Widjayanti U.1996.Obat-Obatan.Yogyakarta :Kanisius
Sudarto Pringgo Utomo,.M,Kes. 2016. Mikrobiologi Umum. Malang.: UMN Press
Kuswiyanto,S.Si,M,Kes. 2014. Bakteriologi 1. Jakarta : EGC
Setya Budy.R. dan Gan.V.H.S., 1995. Farmakologi Terapi : Pengantar Antimikroba.
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
BPOM.2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia.1991. Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang baik (CPOTB) Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Radji.,M.,2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Wasito.H.2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Pratiwi,S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga
60