Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI LAUT

I GEDE SAKTI BHUJANGGA


2013511054
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
ACARA 1
PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bermacam macam alat dan cara penggunaanya dengan benar
2. Untuk mengetahui macam macam teknik sterilisasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Alat
Saat ini yang salah satu yang menjadi pendukung suatu keberhasilan dalam suatu
pekerjaan di laboratorium hinhh memudahkan dan melncarkan berlangsunynya
praktikum adala pengetahuan mengenai pengenai pengenalan alat yang sangat
diperlukan, yang dimana pengenalan ini sangat penting idlakukan untuk keselamatan
kerja saat melakukan suatu penelitian. Dimana alat alat ini dapat rusak atau berbahaya
apabila tidak sesuai dengan prosedur penggunaan nya.
Maka dari itu pentingnya dilakukanpengenalan terhdapa alat alat laboratorium
adalah agar dapat diketahui cara penggunaa lat tersebut secara baik danbbenar, sehingga
kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin (Andriani,
2016)
Adapun alat alat mikrobiologi seperti incubator, autoklav, rak dan tabung reaksi,
beker glass, pipet hisap, pipet ukur, pinset, cawan petri, lidi kapas steril, lampu spiritus
dan juga ose (Selian, dkk., 2013 dalam Andiraini. 2016).
2.2 Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi dapat memiliki berarti membebaskan tiap benda
atau substansi dari semua bentuk kehidupan dalam bentuk apapun (Irianto. 2006).
Sterilisasi juga dapat mengacu pada pembunuhan, penghilangan segala organisme hidup
dari lokasi tertentu atau material dimana hal tersebut dapat dicapai dengan pembakaran,
pemberlakuan panas non destruktif, menggunakan gas tertentu, paparan radiasi, beberapa
bahan kimia cair dan juga filtrasi (Ryan et al. 2018).
Fungsi dari sterilisasi pada bidang mikrobiologi unutk mencegah pencemaran
organisme luar, pada bidang beda untuk memperthankan keadaan asepsis, pada
pembuatan makanan dan obat obatan untuk menjamin kemanan terhdapa pencemaran
oleh mikroorganisme (Gupte, 1990 dalam Rachmawati & Triyana, 2008)
Menurut Machmud (2008) dalam Parwati et al (2014) secara prinsip sterilisasi
terbagi atas 3 cara yaitu terdiri atas mekanik, fisik dan juga kimiawi. Sterilisasi secara
mekanik merupakan sebuah metode sterilisasi yang menggunakan sebuah saringan
berpori yang sangat kecil yang menyebabkan mikroba tertahan pada saringan tersebut
dimana pada sterilisasi ini ditunjukkan kepada bahan yang peka terhadap panas seperti
larutan enzim dan juga antibiotic.
Sterilisasi fisik dapat dilakukan melaui suhu, tekanan, radiasi, dan penyaringan.
Steriliasi secara kimia dapat dilakukan melalui laurtan seperti alcohol, formalin dan
beberapa senyawa lainnya (Habibah dkk. 2013).
Selain ketiga metode tersebut, sterilisasi juga dapat dilakukan dengan
menggunakan autoklaf, dimana autoklaf sendiri merupakan pressure cooker yang sangat
efektif mematikan mikroba dengan cara memanfaatkan uap air panas pada suhu 121
derajat celcius (Dewi. Nurbaity, Suryatmana, Sofyan. 2017).
III. SKEMA KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
NO NAMA ALAT FUNGSI
1 Jarum ose Menanam mikroba dengan cara spread

2 Cawan petri Tempat meletakkan media pertumbuhan


mikroba
3 Mikrotip Untuk menampung dan memindahkan
cairan
4 Spreader/Hocky Tick Menanam mikroba dengan cara spread

5 Autoklaf Digunakan untuk melakukan sterilisasi


dengan menggunakan uap panas
6 Inkubator Digunakan untuk melakukan inkubasi
media yangtelah ditananami mikroba
7 Refrigerator Digunakan untuk menyimpan media

8 Pipet tetes Digunakan untuk memindahkan larutan


secara tetes
9 Vortex mixer Digunakan untuk menghomogenkan
larutan
10 Alumunium foil Untuk mencegah udara masuk

11 Erlenmeyer Digunakan sebagai wadah larutan antara


air sterilir dan NA
12 Gelas beker Digunakan sebagai wadah mikro tip
pada saat sterilisasi
13 Hot plate dan pengaduk Untuk menghomogenkan larutan dengan
magnetik cara dipanaskan

14 Timbangan analitik Digunakan untuk menimbang bahan


15 Tabung reaksi Digunakan untuk wadah pada saat reaksi
16 Penyangga tabung reaksi Digunakan sebagai tempat menyimpan
tabung reaksi
17 Plastic wrap Digunakan untuk membungkus alat

18 Mikroskop Digunakan untuk melihat mikroba


19 Objek glass Digunakan sebagai tempat mikroba

20 Cover glass Digunakan sebagai penutup dari objek


glass
21 Mikro pipet Digunakan untuk mengambil mikrotip

22 Lampu bunsen Digunakan untuk pemanasan dan


pembakaran sterilisasi
3.2 Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
NO NAMA BAHAN FUNGSI
1 Aquades Melarutkan media
2 Media NA dan TCBS media utama pembuatan medium
pertumbuhan
3 Safranin Digunakan sebagai larutan pewarna
4 Lugol Digunakan sebagai larutan pewarna
5 Air laut steril Digunakan sebagai media isolasi
mikroba
6 Alcohol 96% Digunakan untuk melakukan
decolorisasi
7 Isolate murni bakteri Digunakan sebagai bahan utama
pengamatan koloni bakteri dan
pewarnaan
8 Minyak immersi Digunakan untuk memperbanyak
cahaya pada saat pengamatan di
mikroskop
9 Crystal violet Digunakan sebagai media isolasi
mikroba
10 Larutan iodine Digunakan sebagai larutan pewarna

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pengenalan Alat
Pengenalan alat dilakukan dengan cara berikut:
1. Penjelasan mengenai alat alat yang ada di dalam lab dan kegunaanya
2. Penjelasan baagaimana cara menggunakan alat dengan
3. Praktikan melakukan praktek penggunaan alat yang benar
3.3.1 Sterilisasi dengan Autoklaf
Adapun cara untuk melakukan sterilisasi dengan autoklaf adalah sebagai
berikut:
1. Membuka tutup autoklaf
2. Menambah air ke dalam autoklaf sebanyak 5 liter
3. Memasukkan alat dan bahan yang akan disterilkan
4. Menutup autoklaf serapat mungkin
5. Membuka klep udara pada autoklaf
6. Menekan tombol on/off untuk menyalakan alat
7. Setelah 15 menit, tutup klep udara untuk menaikkan suhu dan tekanan
pada autoklaf, dimana setelah suhu dan tekanan naik akan ditandai
dengan keluarnya uap pada suhu 121 derajat celcius dengan tekanan 1
atm
8. Kembali lakukan sterilisasi selama 15 menit
9. Segera set timer kembali selama 15 menit, dimana sterilisasi akan
selesai ditandai dengan bunyi alarm
10. Untuk membuka autoklaf, matikan terlebih dahulu autoklaf dan tunggu
tekanan turun hingga menunjukkan angka 0, kemudain autoklaf dapat
dibuka

IV. HASIL PENGAMATAN


4.1 Pengenalan Alat
Adapaun hasil pengamatan dari praktikum pengenalan alat kali ini adalah alat alat
pada lab mikrobiologi terdiri atas jarum ose, microtip, spreader, autoklaf,
incubator, refrigerator, cawan petri, lampu Bunsen, tabung reaksi, hot plate,
pengaduk magnetic, timbangan analitik, gelas beker, pipet tetes, rak tabung,
Erlenmeyer, alumunium foil dan plastic wrap, mikroskop, vortex mixer, objek
glass, cover glass, mikro pipet. Berikut adalah gambar alat alat tersebut:

1. Jarum ose 2. Cawan petri


3. Mikrortip 4. Spreader/hocky stick

5. Autoklaf 6. Incubator

7. Refrigerator 8. Pipet tetes

9. Vortex mixer 10. Alumunium foil

11. Erlenmeyer 12. Gelas baker

13. Pengaduk magnetic dan hot plate 14. Timbangan analitik


15. Tabung reaksi 16. Penyangga tabung reaksi

17. Plastic wrap 18. Mikroskop

19. Objek glass 20. Cover glass

21. Mikro pipet 22. Lampu bunsen

4.2 Sterilisasi
Sterilisasi secara mekanik: dilakukan dengan cara menggunakan saringan berpori
yang memiliki ukuran sangat kecil
Sterilisasi secara fisik: dilakukan dengan melakukan pemanasan dan penyinaran
Sterilisasi secara kimia: dilakuan dengan menggunakan bahan disinfektan untuk
melakukan sterilisasi
Bagian bagian autoklaf

Keterangan:
1. Tombol on/off: digunakan untuk menyalakan dan mematikan autoklaf
2. Timer: digunakan utnuk mengatur waktu berapa lama proses sterilisasi
berlangsung
3. Skrup pengamana: digunakan untuk menutup dan membuka alat
4. Katup pengaman: digunakan untuk mengatur tekanan pada alat
5. Thermometer: digunakan untuk mengetahui suhu
6. Pengatur tekanan: digunakan untuk mengetahui tekanan uap di dalam autoklaf
7. Katup air: digunakan untuk mengeluarkan uap air yang berlebihan
8. Pembatas air: digunakan sebagai batas pengisian
9. Lempeng pemanas: digunakan sebagai pemanas air
10. Air
V. PEMBAHASAN
Sterilisasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk membersihkan alat dan
bahan yang memiliki tujuan untuk mensterilisasi alat dan juga bahan dari segala bentuk
kehidupan dalam bentuk apapun yang akan digunakan dalam praktikum. Dimana pada
praktikum pengenalan alat dan sterilisasi ini, dijelaskna bahwa sterilisasi terbagai atas 3
jenis sterilisasi yang terdiri atas mekanik, kimia dan fisika, pada praktikum ini dilakukan
sterilisasi menggunakan alat berupa autoklaf dan juga api Bunsen, dimana sterilisasi
menggunakan autoklaf memerlukan waktu 30 menit dan pembakaran menggunakan api
Bunsen hanya menunggu hingga dikira kira sudah steril.
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah bahwa sterilisasi terbagi atas 3
jenis yang terdiri atas sterilisasi mekanik, kimia dan fisika. Sterilisasi pada praktikum kali
ini adalah dengan menggunakan api Bunsen dan alat autoklaf, autoklaf sendiri merupakan
alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dan bahan yang digunakan dalam
praktikum berikutnya, dimana autoklaf ini memiliki banyak bagian berbeda dengan
fungsinya masing masing, pengsterilisasian menggunakan autoklaf sendiri memerlukan
waktu selama 30 menit. Alat alat yang disteriliasi terdiri atas jarum ose, cawan petri,
microtip, spreader, tabung reaksi, erlenmeyer dan gelas beker.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R. (2016). Pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi untuk mengatasi


keselamatan kerja dan keberhasilan praktikum. Jurnal Mikrobiologi, 1(1), 7.

Dewi, T. M., Nurbaity, A., Suryatmana, P., & Sofyan, E. T. (2017). Efek Sterilisasi dan
Komposisi Media Produksi Inokulan Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap Kolonisasi Akar,
Panjang Akar dan Bobot Kering Akar Sorgum. Jurnal Agro, 4(1), 24–31.
https://doi.org/10.15575/1205

Habibah, N. A., Sumadi, & Ambar, S. (2013). Optimization of Leaf Surface Sterilization and
Endophytic Elimination on Burahol. Biosaintifika, 5(2), 95–98.

Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme (N. Nurhayati (ed.); 1st ed.).
PENERBIT YRAMA WIDYA.

Parwati, A., Satria, A., Utomo, A. B., Yani, H. F., & Nurjanah. (2014). Makalah Sterilisasi
“Sterilisasi”.

Rachmawati, F. J., & Triyana, S. Y. (2008). Perbandingan angka kuman pada cuci tangan dengan
beberapa bahan sebagai standarisasi kerja di laboratorium mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Jurnal logika, 5(1).

Ryan, K. J., & Ray, C. G. (2003). Sherris Medical Microbiology.


http://books.google.co.in/books/about/Sherris_Medical_Microbiology.html?id=mcjQ96KsQ
_EC&pgis=1

Siregar, I., & Ekoningtyas, E. A. (2017). EFEKTIVITAS STERILISASI KIMIA DENGAN


LARUTAN DAUN SUKUN PADA ALAT KEDOKTERAN GIGI. Jurnal Kesehatan Gigi,
04(2), 53–56.

Tortora, G. J., Funke, B. R., & Case, C. L. (2018). Microbiology An Introduction (S. Beauparlant
(ed.); 13th ed.). Pearson Educatioon Limited.

Widodo, L. U. (2013). Modul 1 Praktikum Mikrobiologi. Dasar-Dasar Praktikum Mikrobiologi,


1–61. http://repository.ut.ac.id/4486/1/BIOL4445-M1.pdf
LAMPIRAN
ACARA II
PEMBUATAN MEDIUM PERTUMBUHAN

I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah Untuk mengetahui cara pembuatan media
dan syarat yang dibutuhkan oleh suatu media untuk pertumbuhan mikroba
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Medium Pertumbuhan
Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dapat dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain sebagai pembuatan mikroba,
medium sendiri juga dapat digunakan untuk melakukan isolasi, memperbanyak,
pengujuan sifat sifat fisiologi dan perhitungan mikroba. dimana di dalam media
pertumbuhan terkandung berbagai komponen nutrisi seperti gula, amilum, protein
dan mineral dll (Abna, 2017). Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media
berupa molekul molekul kecil yang dirakit untuk Menyusun komponen sel.
Dimana dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolate mikroorganisme
menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya
(Prasetyo, 2009 dalam Kurniaji, 2011).
Media pertumbuhan dapat melakukan perkembangbiakan melalui
beberapa factor yaitum zat terlarut dan aktivitas air, pH, suhu, tingkat oksigen,
tekanan dan radiasi (Basu, 2015). selain berdasarkan teori tersebut, menurut Sofos
(2014) perkembang biakan mikrobiologi dapat didasari dari bakteri maupun
lingkungannya, dimana beberap factor tersebut terdiri atas sebagai berikut:
temperature rendah, evaporasi, aktivitas air, lingkungan asam, fermentasi dan
pengemasan di bawah atmosfer yang dimodifikasi seperti vakum dan penggunaan
antimikroba kimia
Dalam pembuatan suatu media, pembuatan tersebut harus dilakukan dalam
sebuah tempat yang telah disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari suatu kontaminasi pada media pertumbuhan. Media merupakan
suatu subtract yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang menjadi padat
dan tetepa tembus pada pada suhu inkubasi, sedangkan suatu medium merupakan
suatu bahan nutrisi tempat menumbuhkan bakteri di laboratorium.
Berdasarkan bahan yang digunakan dalam pembuatan medium, medium
dapat terbagi atas medium alamiah yaitu medium yang terdiri atas bahan bahan
alam, medium semi alamiah yang terdiri atas bahan bahan alamiah yang
ditambahkan dengan senyawa kimia dan yang terakhir adalah medium buatan
yang terdiri atas senyawa senyawa kimia yang komposisi dan jumlahnya telah
ditentukan (Wulandari dkk, 2020)
2.1.1 Media Nutrient Agar
Nutrient agar merupakan suatu medium yang berbentuk padat dimana
medium ini dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone yang menggunakan
agar sebagai pemadat. Media NA berdasarkan bahan yang digunakan termasuk ke
dalam kelompok media semi alami, dimana media semi alami merupakan sebuah
media yang terdiri atas bahan alami yang ditambahkan dengan menggunakan
senyawa kimia (Rossita dkk., 2015 dalam Hasibuan, 2019).
Agar digunakan senagai pemadat dikarenakan sifatnya yang mudah
membeku dan juga mengandung larbohidrat yang berupa galaktan sehingga tidak
mudah diuaraikan oleh mikroorganisme (Fatmariza, Inayati, Rohmi., 2017)
2.1.2 Media TCBS

Media TCBS merupakan sebuah media yang termasuk kedalam jenis


media selektif. Media selektif merupakan media cair yang ditambahkan zat
tertentu yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu dan
diberikan penghambat untuk mikrobayang tidak diinginkan, berdasarkan
bentuknya media ini termasuk ke dalam media padat yang dapat memiliki fungsi
sebagai media pembiakan vibrio (Yusmaniar, Wrdiyah, Nida., 2017). Selain
fungsi media pembiakan vibrio, menurut Harrigan dan McCance (2014), media
TCBS juga memiliki komposisi Bile salt dimana komposisi ini memiliki fungsi
untuk mendeteksi dan mengosilaso coliform.
III. SKEMA KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
NO NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI
1 Cawan petri Digunakan sebagai
wadah untuk
menglarutkan media
pertumbuhan
2 Tabung reaksi Digunakan sebagai
tempat terjadinya
reaksi
3 Batang pengaduk Digunakan sebagai
pengaduk camputan
media
4 Pipet volum Digunakan untuk
mengambil zat cair
dalam volum tertentu
5 Erlenmeyer Digunakan sebagai
wadah menyimpan zat
cair

6 Api bunsen Digunakan untuk


mensterilkan media
agar terhindari dari
kontaminasi
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
NO NAMA BAHAN GAMBAR FUNGSI
1 Media nutrient Digunakan sebagai
agar (NA) & media utama
TCBS pembuatan medium
pertumbuhan

2 Aquades Digunakan untuk


Melarutkan media

3 Air laut steril Digunakan untuk


Melarutkan media
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Media Nutrient Agar
Adapun langkah pembuatan media NA adalah sebagai berikut:
1. Menimbang media NA sebanyak 0.56 gram
2. Media dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan air
laut steril sebanyak 20 ml
3. Campuran dipanaskan diatas hot plate dan diaduk
menggunakan hot plate magnetic stirrer diaduk rata hingga
mendidih
4. Setelah media NA mendidih, kemudian campuran disterilkan
dengan menggunakan autoklaf
5. Setelah disterilkan menggunakan autoklaf, media NA
kemudian dituangkan ke dalam cawan petri

3.3.2 Pembuatan Media TCBS

Adapun langkah pembuatan media TCBS adalah sebgai berikut:


1. Media TCBS ditimbang sebanyak 1.782 gram
2. Media dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan air
laut steril sebanyak 20 ml
3. Campuran dipanaskan diatas hot plate dan diaduk
menggunakan mangnetic strirrer diaduk rata hingga mendidih
4. Media TCBS disterilkan dengan secara aseptis dan steril

IV. HASIL PENGAMATAN


4.1 Pembuatan Media NA
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini ditemukan
bahwa media NA memerlukan takaran sebanyak 0,56gram dengan penambahan
air laut steril sebanyak 20 ml dan memerlukan kondisi yang benar benar steril
untuk dapat mendapatkan hasil secara maksimal, dimana pada pembuatan media
ini diperlukan sterilisasi menggunakan autoklaf

4.2 Pembuatan Media TCBS


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini ditemukan
bahwa media TCBS memerlukan takaran sebanyak 1,782gram media TCBS
dengan campuran air laut steril sebanyak 20 ml, dimana pembuatan media TCBS
memerlukan sutau kondisi yang steril untuk mendapatkan hasil secara maksimal,
akan tetapi media TCBS ini tidak memerlukan pengsterilan menggunakan
autoklaf setelah pembuatannya
V. PEMBAHASAN
Medium pertumbuhan merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
yang dapat dipakai untuk menumbuhkan mikroba, pada praktikum kali ini medium
pertumbuhan yang digunakan sebagai media untuk menumbuhkan mikroba adalah
dengan menggunakan nutrient agar dan juga TCBS, dimana kedua media ini memerlukan
kondisi yang steril untuk pembuatannya. Selain itu pada proses sterilisasi kedua media,
dilakukan sterilisasi yang berbeda, pada media NA dilakukan sterilisasi menggunakan
autoklaf, sedangkan media TCBS hanya dengan menutup cawan atas dan kemudian
didiamkan dengan suhu ruangan. Dalam pembuatann nya media NA memerlukan takaran
sebanyak 0.56gram media dengan tambahan air laut steril sebanyak 20 ml, dan untuk
media TCBS memerlukan takaran sebanyak 1,782gram media TCBS dengan
penambahan air laut steril sebanyak 20 m.
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah Medium pertumbuhan yang
dipelajari pembuatannya merupakan media pertumbuhan NA dan TCBS, dimana pada
kedua medium pertumbuhan tersebut memerlukan kondisi yang steril untuk mendapatkan
hasil yang maksimal akan tetapi dalam proses pembuatannya, meiliki jumlah takaran
yang berbeda dan mendapatkan perlakuan sterilisasinya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Abna, I. M. (2017). Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dan Parasitologi. Universitas Esa


Unggul. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Course-9389-7_0175.pdf

Basu, S., Bose, C., Ojha, N., Das, N., Das, J., Pal, M., & Khurana, S. (2015). Evolution of
bacterial and fungal growth media. Bioinformation, 11(4), 182.

Fatmariza, M., Inayati, N., & Rohmi. (2017). Tingkat Kepadatan Media Nutrient Agar Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus. Jurnal Analis Medika Bio Sains, 4(2), 69–73.

Harrigan, W. F., & McCance, M. E. (2014). Laboratory methods in microbiology. Academic


press. Pg 42

Juriah, S., & Sari, W. P. (2018). PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN Bacillus sp. Info. JURNAL ANALIS
KESEHATAN KLINIKAL SAINS, 6(1), 24–29.
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/klinikal/article/view/525/361

Sofos, J.N. 2014. Encyclopedia of Food Safety || Safety of Food and Beverages: Meat and Meat
Products. , (), 268–279. doi:10.1016/B978-0-12-378612-8.00282-1

Suryani, Y., & Taupiqurrohman, O. (2021). MIKROBIOLOGI.


http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspace.uc.ac.id/handl
e/123456789/1288

Untari, H. A. D. (2019). Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri dengan Menggunakan Umbi


Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) Terhadap Bakteri Lactobacillus acidophilus,
Staphylococcus aureus, dan Vibrio cholerae. Skripsi.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25429/151501245.pdf?sequence=1&
isAllowed=y

Wulandari, A., Manalu, R. T., Maida, F., Wenas, D. M., & Bahri, S. (2020). PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI FARMASI. FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN
TEKNOLOGI NASIONAL.

Yusmaniar, Wardiyah, & Nida, K. (2017). MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI (1st ed.).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

LAMPIRAN
ACARA III
TEKNIK TEKNIK ISOLASI ATAU PENANAMAN MIKROBA
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk mengetahui teknik
teknik isolasi dan penanaman mikroba
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Isolasi Mikroba
Mikroorganisme di alam terdapat dalam sebuah bentuk kumpulan massa sel yang
disebut dengan koloni. Dimana untuk dapat mempelajari suatu jenis koloni dan
sifat mikrorganisme secara mendalam dilakukan suatu Teknik pembiakan yang
disebut dengan isolasi.
Isolasi merupakan suatu cara unutk memisahkan mikroorganisme tertentu dari
linhkungannya, sehingga dapat memperoleh biakan yang tidak tercampur dengan
jenis lain (Wulandari et al, 2020). Isolasi mikroba merupakan suatu Teknik yang
dilakukan sebagai sebuah percobaan untuk menumbuhkan microrganisme dilaur
dari lingkungan alami nya (Jufri, 2020). Isolasi mikroba memiliki tujuan untuk
mendapatkan biakan murni (Putri & Kridayantini, 2018). Biakan murni
merupakan biakan dimana biakan yang sel selnya berasal dari pembelahan sel
tunggal.
Prinsip dari isolasi mikroba adalah untuk memisahkan satu jenis microba dengan
microba lainnya yang berasal dari campuran bebrbagai jenis microba yang dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam sebuah media solid, yang kemudian
cel micorba akan membentuk sebuah koloni yang diam di tempat (Lestari, 2017
dalam jufri, 2020)
2.2 Inokulasi Mikroba
Inokulasi mikroba adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama ke
medium baru dengan tingkat ketelitian yang tinggi, dimana untuk melakukan
inokulasi bakteri terlebih dahulu diperlukan agar semua alat telah ter sterilisasi,
dimana hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada saat penanaman
bakteri.
Penanaman bakteri dilakukan dengan cara menanam bakteri dengan pengeceran
dari setiap pengenceran diambil sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan pipet
steril dan dimasukkan ke dalam petri dish dan diinkubasi selama 1 x 24 jam pada
suhu ruangan (Yunita et al, 2015).
2.2.1 Metode Streak Plates
Teknik ini memiliki tujuan untuk mengisolasikan mikroorganisme dari
campurannya atau meremajakan kultur ke dalam sebuah medium baru.
Cara ini biasanya digunakan untuk mengisolasikan sebuah koloni mikroba
pada medium agar hingga mendapatkan sebuah koloni terpisah atau murni.
Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan cara menggoreskan suspense
bahan yang mengandung mikroba pada permukaan media agar yang sesuai
pada cawan petri, dimana penggoresan sempurna dari metode ini akan
menghasilan sebuah koloni yang terpisah.
2.2.2 Metode Spread Plate
Metode Spread plate merupakan sebuah Teknik isolasi mikroba dengan
cara menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran pada
permukaan media agar yang telah memadat dengan menggunakan alat
spreader misalnya drigalsky (Wulandari et al, 2020)
2.2.3 Metode Pour Plate
Metode pour plate ini memiliki tujuan untuk menyebarkan sel sel bakteri
tidak hanya di permukaan medium akan tetapi agar sel terendam di dalam
medium yang menyebabkan sel tumbuh ke permukaan yang kaya akan
kandungan oksigen dan ada yang tumbuh di dalam agar dengan
kandungan oksigen sedikit. Metode ini sendiri memerlukan agar yang
belum pada untuk dituangkan ke dalam cawan petri untuk kemidan
dihomgenkan dan dibiarkan memadat
III. SKEMA KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
NO NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI
1 Tip steril Digunakan untuk
menampung dan
memindahkan cairan
2 Pipet mikron 1 ml Digunakan untuk
mengambil mikroba

3 Lampu bunsen Digunakan untuk


sterilisasi alat

4 Vortex mixer Digunakan untuk


menghomogenkan
larutan

5 Cawan petri steril Digunakan untuk


tempat meletakkan
media

6 Spreader Digunakan untuk


menyebarkan kultur
bakteri

7 Pipet volum Digunakan untuk


mengambil sample
dengan volume
tertentu

8 Jarum ose Digunakan untuk


mengggoreskan
media

9 Label Digunakan untuk


memberi tanda
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
NO NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI
1 Tabung reaksi berisi Digunakan sebagai
9 ml air laut media isolasi mikroba
2 Media NA & TCBS Digunakan sebagai
media penanaman
mirkoba

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Isolasi Mikroba
Adapun langkah melakukan isolasi mikroba adalah sebgai berikut:
1. Mengambil 1ml sample air laut menggunakan pipet dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml air laut steril
2. Tabung reaksi kemudian divortex hingga homogen
3. Setelah divortex, ambil kembali 1 ml sample air laut ke dalam 9 ml air
laut steril yang berada di tabung reaksi berikut, dimana hal ini akan
menghasilkan factor pengenceran 10-2 dan dapat dilajutkan ke metode
pour plate dan spread plate
3.3.2 Metode Streak Plate
Adapaun langkah melakukan metode sterak plate adalah sebagai berikut:
1. Memanaskan jarum ose menggunakan api Bunsen kemudian di
dinginkan.
2. Goreskan ose yang telah didinginkan pada permukaan media dalam
cawan petri
3. Mengambil 1 ose sample air laut dan gores pada permukaan media
dimulai dari satu ujung
4. Pijarkan ose terlebih dahulu dan biarkan dingin untuk memulai
penggorsean pada kuadran berikutnya
5. Inkubasi secara terbalik pada suhu 24 jam di suhu 37 derajat celcius
dan amati pertumbuhan nya
6. Letakkan cawan petri dalam radius 20 cm dari sumber api pada saat
sterilisasi dilakukan
3.3.3 Metode Spread Plate
Adapun langkah melakukan metode spread plate adalah sebagi berikut:
1. Memindahkan sample dari factor pengenceran 10-2 sebanyak 0.1 ml
secara aspetis ke media NA pada cawan petri
2. Membakar spreader yang seblumnya telah dicelupkan alkohol dengan
api Bunsen
3. Menyebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan
membiarkan hingga permukaan mengering
4. Setelah mengering, lakukan ikubasi terbalik selama 24 jam pada suhu
ruangan dan amati pertumbuhan
3.3.4 Metode Pour Plate
Adapun langkah melakukan metode pour plate adalah sebagai berikut:
1. Secara aseptic menuangkan media steril sebanyak 10 ml ke dalam
cawan petri dan dbiarkan memadat
2. Mengambil sample dari factor pengenceran 10-2 sebanyak 1 ml dengan
mikro pipet dan diteteskan ke petri steril
3. Biarkan media memadat dan berikan label, diinkubasi selam 24 jam
pada suhu 37 derajat celcius
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Isolasi Mikroba
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum kali ini didapatkan
hasil berupa isolasi mikroba dapat dilakukan dengan 3 metode yang terdiri atas
metode streak plate, metode spread plate dan metode pour plate. Ketiga metode
ini memiliki tujuan yang sama akan tetapi memiliki langkah pembuatan yang
berbeda, dimana pada metode streak dan metode pour plate menggunakan media
TCBS sedangkan pada metode spread plate dilakukan dengan menggunakan
media NA
4.2 Metode Streak Plate
Metode streak plate merupakan sebuah metode yang dilakukan dengan cara
menggoreskan suspense bahan yang mengandung mikroba pada permukaan
medium agar, dimana pada metode ini jarum ose dipanaskan dan kemudain
didinginkan untuk menggoreskan pada permukaan media dan kemudian
mengambil 1 sample air laut untuk digoreskan kembali ke permukaan media dan
pada setiap penggoresan berikutnya, jarum ose perlu untuk di sterilkan
4.3 Metode Spread Plate
Metode spread plate merupakan sebuah metode yang dilakukan dengan cara
menginokulasikan kultur mikroba dengan cara sebaran pada permukaan media
agar yang telah memadat, dimana pada metode ini dilakukan dengan
menggunakan spreader untuk menyebarkan kultur bakteri secara merata pada
permukaan agar
4.4 Metode Pour Plate
Metode pour plate merupakan sebuah metode yang dilakukan dengan cara
menuang media steril ke dalam cawan petri dan dibiarkan memdata untuk
kemudian dilakukan penambahan sample dari factor pengenceran dengan mikro
pipet dan dimaskukkan ke dalam petri untuk selanjutnya diinkubasi selama 24
jam di suhu 37 derajat celcius.
V. PEMBAHASAN
Isolasi mikroba adalah suatu cara unutk memisahkan mikroorganisme tertentu
dari lingkungannya, sehingga dapat memperoleh biakan yang tidak tercampur dengan
jenis lain. isolasi mikroba dapat dilakukan dengan 3 teknik yang terdiri atas metode
spread plate, pour plate dan streak plate yang memiliki tujuan dan waktu inkubasi yang
sama yaitu 24 jam dengan suhu 37 derajat celcius akan tetapi langkah pembuatan dan
media yang berbeda untuk mendapatkan isolasi mikroorganisme yang ingin didapatkan.
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah Teknik isolasi mikroba
dapat dilakukan dengan 3 cara yang terdiri atas metode streak plate, pour plate dan
spread plate, ketiga metode ini memiliki langkah kerjanya masing masing akan tetapi
memiliki waktu inkubasi yang sama selama 24 jam dengan suhu 37 derajat dengan tujuan
yang sama yaitu untuk mengisolasi mikroba
DAFTAR PUSTAKA

Adewale, A. I., Mirghani, M. E. S., Muyibi, S. A., Daoud, J. I., & Abimbola, M. M. (2011).
Disinfection studies of Nahar (Mesua ferrea) seed kernel oil using pour plate
method. African Journal of Biotechnology, 10(81), 18749-18754.

Jufri, R. F. (2020). Microbial Isolation. Journal La Lifesci, 01(01), 18–23.

Moda, K. F. (2019). LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PRAKTIKUM III


“PENANAMAN BAKTERI PADA MEDIUM PADAT & CAIR.”

PANDUAN PRAKTIKUM (ONLINE) MIKROBIOLOGI UMUM. (2009). Laboratorium


mikrobiologi, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG

Pham, V. H., & Kim, J. (2012). Cultivation of unculturable soil bacteria. Trends in
biotechnology, 30(9), 475-484.

Putri, A. L., & Kusdiyantini, E. (2018). Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari pangan
fermentasi berbasis ikan (Inasua) yang diperjualbelikan di Maluku-Indonesia. Jurnal
Biologi Tropika, 1(2), 6–12. https://doi.org/10.14710/jbt.1.2.6-12

Putri, A. L., & Kusdiyantini, E. (2018). Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari pangan
fermentasi berbasis ikan (Inasua) yang diperjualbelikan di Maluku-Indonesia. Jurnal
Biologi Tropika, 1(2), 6-12.

Sanders, E. R. (2012). Aseptic laboratory techniques: plating methods. JoVE (Journal of


Visualized Experiments), (63), e3064.

Wulandari, A., Manalu, R. T., Maida, F., Wenas, D. M., & Bahri, S. (2020). PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI FARMASI. FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN
TEKNOLOGI NASIONAL.

Yunita, M., Y. Hendrawan, dan R. Yulianingsih. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada
Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate
Count) Dengan Metode Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem.
3(3):239
LAMPIRAN
ACARA IV
PEMBUATAN PULASAN BAKTERI
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk mengetahui Teknik
pembuatan pulasan bakteri untuk pengecatan dan pewarnaan bakteri
II. TINJAUAN PSUTAKA
2.1 Morfologi Koloni Bakteri
Bakteri tumbuh pada medium yang padat disebut sebagau satu koloni, dimana
koloni merupakan kumpulan populasi mikrorganisme yang berasal dari satu, yang
secara genetic dianggap sama (Wulandari et al, 2020). Pengidentifikasian bakteri
mencakup morfologi koloni bakteri yang dimana harus terlebih dahulu harus
ditumbuhkan ke dalam satu medium baik cair maupun padat, dimana pada
pertumbuhan mikrorganisme dalam suatu medium pada dapat diamati morfolgi
koloninya.
Dalam pengamatan terhadap morfologi koloni bakteri terdapat beberapa hal yang
harus diamati dan diperhatikan, bebearapa hal tersebut adara lain adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk koloni
2. Ukuran koloni
3. Pgmentasi
4. Elevasi koloni
5. Tepi koloni
6. Permukaan koloni
7. Konsistensi
8. Emulsifiabilitas koloni
9. Bau koloni
2.2 Pewarnaan Gram Bakteri
Dalam pewarnaan gram, bakteri terbagi atas 2 yaitu gram positif dan gram
negative berdasarkan pada reaksi atau sifat bakteri pada cat tersebut. Dimana
reaksi atau sifat dri sel ditentukan atas komposisi dinding sel nya. Dalam
pewarnaan gram diperlukan 4 reagen utama yang memiliki fungsi nya masing
masing yaitu:
1. Zat warna utam (violet kristal)
2. Larutan Iodin yang diigunakan untuk mengitensifkan warna utama
3. Peluntur zat warna yang digunakan untuk melunturkan zat warma utama
4. Safranin yang digunakan untuk mewarnai kembali sel sel yang telah
kehilangan zat warna utama setelah dekolorisasi dengan alkohol
2.2.1 Bakteri Gram Positif
Dalam sebuah pewarnaan gram yang dapat menghasilkan warna ungu
berasal dari pewarna kristal violet yang dapat mempertahankan warna nya
yang disebut dengan gram positif, bakteri yang memilki gram positif
merupakan bakteri yang memilki peptidoglikan sebagai komposisi dinding
sel yang tebal dengan ukuran berkisar antara 20 – 80 nm (Sizar dan
Unakal, 2020). Dinding dari sel gram psoitf ini dapat dicirikan dengan
adanya dinding gel yang sangat tebal lapisan peptidoglikan nya, dimana
dinding tersebut bertanggung jawab untuk mempertahankankan pewarna
kristal violet selama proses pewarnaan gram
2.2.2 Bakteri Gram Negatif
Dalam pewarnaan gram, bakteri yang tidak dapat mempertahankan warna
crystal violet disebut dengan bakteri gram negative diman bakteri ini akan
melalui dekolorasi dengan menggunakan alcohol dan diberi warna merah
menggunakan safranin (Goldman dan Green, 2015). Bakteri gram negative
ini memiliki dinding peptidoglikan yang tipis berkisar dari 2 – 3 nm dan
dilapisi oleh lipiposakarida yang tebal hingga memiliki tingkay dominan
pada lapisan lipid (Sizar & Unakal, 2020). Dinding sel dari bakteri gram
negative sendir berisi lapisan tipis peptidoglikan yang berdekatan dengan
membrane plasma dari sel (Hiremath & Bannigidad, 2011)
III. SKEMA KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
NO NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI
1 Mikroskop cahaya Digunakan untuk
mengamati struktur
bakteri

2 Jarum ose Digunakan untuk


mengambil pulasan
bakteri

3 Kaca preparat Digunakan sebagai


tempat meletakkan
pulasan bakteri di
bawah mikroskop
4 Api Bunsen Digunakan untuk
melakukan sterilisasi

5 Cover glass Digunakan sebagai


penutup kaca prerpart

6 Tabung reaksi Digunakan sebagai


tempat isolate murni

7 Tube holder Digunakan untuk


memegang tabung
reaksi

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
NO NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI
1 Crystal violet Digunakan sebagai
larutan pewarna
2 Larutan iodine Digunakan sebagai
larutan pewarna

3 Alkohol 96% Digunakan sebgai


media decolorasi

4 Safranin Digunakan sebagai


larutan pewarna

5 Isolat murni bakteri Digunakan sebagai


bahan utama
pengamatan koloni
bakteri dan pewarnaan
6 Minyak immersi Digunakan untuk
memperbanyak cahaya
pada saat pengamatan
di mikroskop

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pengamatan Morfologi Koloni bakteri
Adapun langkah pengamatan morfologi koloni bakteri adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan proses pewarnaan gram baktri
2. Melakukan pengamatan di bawah mikroskop
3.3.2 Pewarnaan Gram Bakteri
Adapun langkah pewarnaan gram bakteri adalah sebagai berikut:
1. Membuat pulasan bakteri di atas objek glass kemudian dikeringkan
dan difiksasi dengan api
2. Menambahkan cat crystal violet (Gram A) dan dibiarkan selama 30 –
60 detik
3. Buang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir
4. Meneteskan larutan iodine (Gram B) dan biarkan selama 1 – 2 menit
5. Cuci dengan air mengalir dan tambahkan alcohol 96% (Gram C) untuk
dilakukan decolorisasi
6. Cuci dengan air mengalir dan tambahkan safranin (Gram D) selama 10
hingga 20 detik
7. Cuci dengan air mengalir, angin angkinkan dan amati di bawah
mikroskop mennggunakan minyak immersi
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Pengamatan morfologi koloni bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan
mikroskop cahaya, dimana untuk mengetahui morfologi dari koloni bakteri
tersebut dapat dilakukan dengan mengamati beberapa aspek berikut:
1. Bentuk;
2. Tepian;
3. Permukaan dan;
4. Penonjolan.
4.2 Pewarnaan Gram Bakteri
Pewarnaan gram bakteri digunakan untuk menunjukkan keterangan mengenai
sifat dari gram dan juga bentuk dari sel tersebut, dimana dari pewarnaan ini
ditemukan apabila sebuah bakteri memiliki peptidoglikan maka bakteri tersebut
merupakan bakteri dengan gram positif yang memiliki peptidoglikan nya
cenderung lebih tebal sehingga dapat mempertahankan warna nya sedangkan
bakteri yang memiliki peptidoglikan tipis atau bahkan tidak memiliki
peptidoglikan merupakan bakteri dengan gram negatif dimana bakteri ini tetap
memiliki peptidoglikan akan tetapi cenderung lebih tipis disbanding bakteri gram
positif
V. PEMBAHASAN
Koloni bakteri merupakan kumpulan populasi mikrorganisme yang berasal dari
satu, yang secara genetic dianggap sama, dimana dalam melakukan suatu pengamatan
koloni bakteri perlu dperhatikan aspek aspek tertentu untuk menentukan koloni tersebut
dimana aspek tersebut berperan penting dalam pengamatan koloni bakteri, salah satu cara
untuk melakukan pengamatan koloni bakteri adalah dengan melakukan pengecatan gram
dimana pengecatan ini dapat membantu dalam penentuan sifat dan bentuk dari bakteri
tersebut.
Salah hasil dari pewarnaan gram tersebut adalah dapat diketahuinya bakteri
dengan gram positif maupun gram negative, dimana bakteri dengan gram positif akan
tetap dapat mempertahankan warna nya saat pewarnaan gram dan bakteri dengan gram
negative tidak dapat mempertahankan warnanya
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah Pembuatan pulasan bakteri
dilakukan dengan cara pewarnaan gram, dimana dari pewarnaan tersebut dapat dihasilkan
pengamatan terhadap koloni bakteri dan juga mengetahui apakah bakteri tersebut
termasuk ke dalam bakteri gram positif ataupun negative berdasarkan dari hasil
pewarnaan gram yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bulele, T., Rares, F. E., & Porotu'o, J. (2019). Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram pada
Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado. e-Biomedik, 7(1).
Fitri, L., & Yasmin, Y. (2011). Isolasi dan pengamatan morfologi koloni bakteri
kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 3(2), 20-25.
Goldman, E., & Green, L. H. (Eds.). (2015). Practical handbook of microbiology. CRC press.
Hidayanti, A. S. N., Sulfiani, S., & Taufiq, N. (2021). Pemanfaatan Ekstrak Kulit Ubi Jalar Ungu
Sebagai Pengganti Crystal Violet pada Pewarnaan Gram. Jurnal Sehat Mandiri, 16(2),
46-56.
Hiremath, P. S., & Bannigidad, P. 2011. Automated gram-staining characterisation of bacterial
cells using colour and cell wall properties. International Journal of Biomedical
Engineering and Technology, 7(3), 257-265.
Khariri, K., & Sariadji, K. (2018, October). PENERAPAN TEKNIK LABRATORIUM
SEDERHANA DENGAN PEWARNAAN GRAM UNTUK DETEKSI CEPAT
INFEKSI NEISSERIA GONORRHOEAE PADA WANITA PENJAJA SEKS (WPS).
In PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN (pp. 411-416).
Marbun, R. W. S., Mardanif, F. N., & Aini, U. F. (2020). Pemanfaatan Sari Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas poiret) sebagai Zat Pewarna pada Pewarnaan Gram terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Klinikal Sains: Jurnal Analis
Kesehatan, 8(2), 82-89.
Meylani, V., & Suharsono, S. (2017). Pengaruh Pre Test Terhadap Tingkat Pemahaman
Mahasiswa Calon Guru Biologi Pada Materi Praktikum Pewarnaan Gram Mata Kuliah
Mirobiologi. Bioedusiana: Jurnal Pendidikan Biologi, 2(1).
Sizar, O., & Unakal, C. G. 2020. Gram positive bacteria. StatPearls [Internet].

Wulandari, A., Manalu, R. T., Maida, F., Wenas, D. M., & Bahri, S. (2020). PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI FARMASI. FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN
TEKNOLOGI NASIONAL.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai