Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunanNya,
saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar ini.

Penyusunan laporan praktikum Mikrobiologi dasar ini merupakan hasil dari pelaksanaan
praktikum sebagai syarat dalam penawaran mata kuliah mikrobiologi dasar. Laporan praktikum
ini terdiri atas enam percobaan praktikum dan tiap percobaan praktikum memiliki tujuan,
landasan teori, alat dan bahan praktikum, cara kerja dan hasil pengamatan.

Saya mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyusunan laporan praktikum
mikrobiologi dasar ini. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya
perlukan untuk penyempurnannya.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM I

PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah tempat untuk melakukan kegiatan praktikum atau kegiatan penelitian.

Banyak alat-alat yang terdapat dilaboratorium baik yang berbahaya maupun tidak, oleh sebab itu

penting untuk mengetahui cara penggunaan, fungsi dan prinsip kerja setiap alat-alat tersebut.

Pengenalan alat-alat praktikum sangat penting dilakukan untuk keselamatan kerja pada saat

penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika digunakan

tidak sesuai dengan prosedur. Pengenalan alat-alat laboratorium gunanya untuk

meminimalisirkan terjadinya kesalahan pada saat melakukan praktikum. Oleh karena itu,

perlunya dilakukan praktikum ini untuk dapat mengenal dan mengetahui fungsi dari setiap alat-

alat laboratorium.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui nama-nama fungsi serta menggunakan

alat-alat yang digunakan dalam laboratorium khususnya pada praktikum mikrobiologi umum.

Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa/praktikan akan dapat mengetahui alat-alat yang

akan digunakan dalam praktikum beserta fungsinya masing-masing.


BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.

2.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah autoklaf, oven, cawan petri, tabung
reaksi, lampu bunchen, hot plate, labu erlenmeyer, kaca objek biasa, kaca penutup, mikroskop
cahaya, pipet tetes, pipet ukur, pinset. Timbangan analitik, batang pengaduk, gelas ukur,
incubator, dan laminar air flow serta alat dan bahan lain pada lab mikrobiologi.

2.3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum mikrobiologi

2. Mengamati bagian-bagian dari alat-alattersebut dan mengetahui fungsi masing-masing alat.

3. Menggambar semua alat-alat tersebut dan menuliskan bagian-bagiannya beserta fungsinya.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

A. Alat dari gelas dan nongelas

NO Nama alat Fungsi


1 Cawan Petri Tempat untuk membiakkan mikroorganisme
dan menyimpan kultur media.

2 Tabung Reaksi Menakar cairan / bahan kimia dalam volume


tertentu. Tempat untuk melakukan
pengenceran dan meletakkan media cair.

3 Gelas Ukur Untuk mengukur volume cairan.


4 Beaker Glass a. Tempat untuk menyimpan dan membuat
larutan. Beaker glass memiliki takaran
namun jarang bahkan tidak diperbolehkan
untuk mengukur volume suatu zat ciar.

5 Bunsen Pembakar dengan gas LPG

6 Kaca Objek Untuk preparat mikroorganisme

7 Cover Glass - Untuk menutup preparat


8 Pipet Volume Digunakan untuk mengambil larutan dengan
volume tertentu sesuai dengan label yang
tertera pada bagian pada bagian yang
menggembung.

9 Pipet Ukur Untuk memindahkan cairan /bahan kimia


dalam ukuran Ml

10 Pipet Tetes Untuk meneteskan atau mengambil larutan


dengan jumlah kecil.

11 Jarum Ose Mengambil dan meninokulasikan bakteri


1 bakteri = 1 ose
12 Mortal & Pastle Untuk memindahkan cairan atau bahan
kimia dan ukuran tetes

13 Rak Tabung Reaksi Tempat meletakan tabung reaksi

Erlenmeyer Wadah medium untuk disimpan


14 Tempat mencampur cairan / bahan kimia

Spatula Untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam


15 bentuk padatan, misalnya dalam bentuk
kristal.
B. Alat-Alat Elektrik
No. Gambar dan Nama Alat Fungsi
1. 1 Autoclave Berfungsi untuk sterilisasi media maupun alat-
alat seperti pipet, scalpel, pinset, cawan petri,
botol mutlak dibutuhkan autoclave.

2. 2 Oven Berfungsi untuk sterilisasi alat-alat yang tahan


terhadap panas tinggi, misalnya cawan petri
tabung reaksi, Erlenmeyer, dan lain-lain.

3. 3 Inkubator Inkubator berfungsi sebagai menumbuhkan


bakteri pada suhu tertentu, menumbuhkan ragi
dan jamur, dan menyimpan biakan murni
mikroorganisme pada suhu rendah.
6. 4 Colony counter Alat ini berfungsi sebagai penghitung jumlah
mikroba pada cawan petri menggunakan sinar
dan luv. Untuk mempermudah perhitungan
koloni yang tumbuh setelah diinkubasi didalam
cawan karena adanya kaca pembesar.

66 5 Neraca Analitik Menimbang media dengan ketelitian tertentu

7 Hot Plate Untuk melarutkan media dalam aquades,


6 kemudian dipanaskan agar larutannya homogen.
88 7 Mikroskop Alat yang digunakan untuk memperbesar
gambarab objek atau specimen yang berukuran
kecil agar lebih mudah untuk diamati

9 Vortex Untuk mengaduk dan menghomogenkan cairan


8 dalam tabung reaksi.

3.2 Pembahasan

Dari hasil yang di peroleh dapat diketahui bahwa masing_masing alat mempunyai

fungsi.Dengan mengetahui fungsinya,maka memudahkan praktikan untuk mengenal alat,karna

pengenalan alat merupakan dasar dari melakukan suatu percobaan atau penelitian. Hal ini

menyatakan bahwa pengenalan alat-alat laboraturium merupakan hal yang sangat penting

sebelum melakukan percobaan karna dapat memperlancar kegiatan praktikum.

Sebelum melakukan suatu praktikum tersebut, hal yang pertama sekali yang harus di

lakukan adalah mengenal nama alat-alat dan fungsinya.


PRAKTIKUM II

PENGAMATAN PREPARAT SEGAR JAMUR


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Untuk
menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan mereka.
Mikroorganisme dapat berkembangbiak dengan alami atau dengan bantuan manusia.
Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut
media. Untuk melakukan hal ini, haruslah di engerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan
oleh bakteri dan juga macam lingkngan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi
pertumbuhannya.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut
medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada
medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber
karbon organic seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium
yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya.

1.2 Tujuan
- Mengamati preparat segar jamur
- Mengamati preparat segar protozoa
- Mengamati preparat segar algae
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.

2.2 Alat dan Bahan

Kaca objek, alcohol, kertas tissue, mikroskop, kawat ose, pinset, Lactofenoll Cotton Blue, cover
glass, air kolam, dll.

2.3 Prosedur Kerja

a. Pengamatan Preparat Segar Jamur

1. bersihkan kaca objek dengan alcohol dan kertas tissue. teteskan 1-2 tetes air destilasi ke atas
objek. secara aseptic ambil sebagian miselium dan konidia dengan menggunakan jarum

2. letakan pada tetesan air di kaca objek lalu diceraiberaikan dengan menggunakan kawat ose
dan pinset. teteskan Lactofenol Cotton Blue pada preparat tersebut lalu biarkan sekitar 1 menit
untuk meresap

3. lakukan pengamatan dibawah mikroskop dari perbesaran kecil ke besar. Temukan jamur jenis
apa yang ditemukan

b. Pengamatan Preparat Segar Protozoa

1. bersihkan kaca objek dengan alcohol dan kertas tissue

2. teteskan 1-2 tetes air rendaman jerami/ air kolam/ selokan

3. amati dibawah mikroskop mulai dari perbesaran kecil sampai besar.

4. catat atau gambar hasilnya. Bandingkan protozoa mirip apa yang dihasilkan

c. Pengamatan Preparat Segar Alga

1. bersihkan kaca objek dengan alcohol dan kertas tissue

2. teteskan 1-2 tetesan air kolam yang berwarna kehijauan

3. amati dibawah mikroskop dari perbesaran kecil hingga besar

4. catat atau gambar hasilnya, kemudian bandingkan alga yang ditemukan.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Preparat Segar Jamur

Mirip dengan Jamur Nomor 2 (Aspergillus) dan 18 (Rhizopus)

b. Preparat Segar Alga

Hasilnya mirip dengan nomor 4 Lyngbya

c. Preparat Segar Protozoa


Bahan: Air kolam
Bentuk: coccus & bacillus
Mikroba: Protoza
warna: abu-abu kehitaman
PRAKTIKUM III

PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua makhluk hidup membutuhkan nutrient untuk melakukan pertumbuhan dan

reproduksinya. Untuk menelaah mikroorganisme di Laboratorium, kita harus dapat

menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan

bantuan manusia. Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai

untuk menumbuhkan mikroba. Media harus mengandung semua unsur hara dan nutrien yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba agar mikroba dapat tumbuh dan

berkembang biak. Nutrien merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun

komponen-komponen baru dan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam proses

kehidupan sel. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum ini guna menambah keterampilan

dan pengetahuan tentang pembuatan media pertumbuhan mikroba.

Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua organisme yang dapat menjadi

kontaminan. Cara tersebut digunakan untuk menghancurkan, menghambat pertumbuhan

mikroorganisme dan menyingkirkan mikroorganisme. Metode yang umumnya diterapkan

untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan

bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autoklaf), sedangkan

jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan oven).

1.2 Tujuan

- Mengetahui cara pembuatan media

- Mengetahui cara dan macam-macam sterilisasi

- Membandingkan hasil dan macam-macam sterilisasi dalam menghambat pertumbuhan

mikroba.
-

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.

2.2 Alat dan Bahan

- Timbangan - Kompor Pemanas

- Gelas ukur - Aquades

- Labu Erlenmeyer - Kapas

- Tabung Reaksi - Kain Kasa

- Batang kaca pengaduk - Beker Glas

- Autoklaf

2.3 Prosedur Kerja

1. Pembuatan Media

. Nutrient Agar (NA)


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menimbang beef ekstrak sebanyak 3 gram, agar-agar 15 gram dan pepton 5 gram.
3. Merebus daging dengan aquades sebanyak 1000 ml hingga mendidih lalu Menyaring dan
mengambil ekstraknya.
4. Mencampur ekstrak daging dengan gula dan agar-agar sambil memanaskan kembali agar zat
tersebut larut sempurna dan campuran menjadi homogen.
5. Memasukkan ke dalam erlenmeyer dan menyumbat dengan kapas, menutup mulut erlenmeyer
dengan kertas aluminium foil dan plastik tahan panas.
6. Mensterilkan medium dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
7. Mendinginkan medium dan menyimpan di dalam kulkas.
2. Membuat medium untuk jamur

Potato Dextose Agar ( PDA)

1. Dikupas kentang dan di potong-potong kecil seperti dadu kemudian ditimbang sebanyak 40

gram.

2. Direbus dengan aquades menggunakan erlenmeyer hingga kentang menjadi lunak.

3. Disaring dengan kain saring dan atur volumenya.

4. Ditambahkan dextrose dan diaduk sampai larutan homogen. Dipanaskan hingga larutan tersebut

mendidih.

5. Diturunkan dari hot plate, kemudian ditambahkan agar 3 gram sedikit demi sedikit sambil

diaduk.

6. Dipanaskan hingga agar mencair dan larut.

7. Ditutup mulut erlenmeyer dengan kapas dan didiamkan.

8. Di sterilisasi dalam autoclave.

9. Diamati.

3. Sterilisasi Cara Kimia

Alcohol 70%

a. Semprotkan alcogol pada tangan dan meja yang akan digunakan untuk pengamatan
b. Bersihkan meja dengan lap bersih

4. Sterilisasi Cara Fisika

Cawan petri diletakkan di tengah-tengah kertas HVS. Kemudian kertas HVS tersebut dilipat
hingga ujungnya saling bertemu. Ujung HVS yang saling bertemu dilipat ke belakang.
Selanjutnya, sisi samping kertas masing-masing dilipat dengan bentuk segitiga. Setelah terbentuk
segitiga, sisi tersebut dilipat ke belakang. Setelah itu, semua cawan petri yang telah dibungkus,
dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan diikat dengan menggunakan karet. Lalu
dimasukkan ke autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL PENGAMATAN

Pada gambar disamping


merupakan gambar sari kentang
yang sudah disaring dan dicampur
dengan dextrase serta agar yang
kemudian dilakukan sterilisasi

Pada gambar disamping merupakan


sterilisasi cawan petri dengan kertas
HVS

3.2 PEMBAHASAN

Praktikum ini dilakukan dengan dua tahapan. Tahapan pertama yakni sterilisasi. Sterilisasi
cawan petri dilakukan dengan membungkusnya menggunakan kertas HVS. Apabila kertas HVS
yang digunakan adalah kertas bekas, maka bagian kertas yang berisi tulisan (tinta) diletakkan di
bagian luar. Kertas yang putih (tidak ada bekas tinta) yang digunakan untuk membungkus cawan
petri. Setelah semua cawan petri dibungkus, cawan-cawan tersebut dimasukkan ke dalam plastik
tahan panas untuk selanjutnya disterilisasi menggunakan oven selama 2 jam dengan suhu 120oC.

Tahapan kedua yakni pembuatan media. Pada praktikum ini, media yang dibuat adalah media
PDA (Potato Dextrose Agar). Kentang yang telah dipotong dadu sebanyak 50 gram direbus
bersama aquades 250 ml hingga mendidih. Setelah mendidih, air rebusan tersebut dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer. Lalu dicampur dengan 5 gram potongan agar dan 5 gram dextrose.
Selanjutnya Erlenmeyer ditutup dengan menggunakan kertas alumunium.

Adapula ulasan mengenai cara penghitungan, yakni misalnya perhitungan 20 gram NA. maka
dihitung dengan cara berat pada botol dikalikan dengan milliliter yang akan dibuat dibagi 1000.
Maka 20 gram dikali 75 ml dibagi 1000 mililiter maka didapat 1,5 gram yang merupakan berat
media.

Steril merupakan keadaan dimana alat-alat yang digunakan sudah terbebas dari bakteri yang
mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme
hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang
terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik
dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari
metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran
mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2008).

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikrob) sehingga mikroorganisme tertahan pada saringan tersebut.
Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan
antibiotik. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Pemanasan
dapat dilakukan dengan cara pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas, dan
menggunakan uap air panas bertekanan.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolate mikroorganisme menjadi
kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.

Meskipun telah dijabarkan berbagai macam jenis dari medium, perlu diiingat bahwa tidak ada
satupun perangkat kondisi yang memuaskan bagi kultivasi untuk semua bakteri di laboratorium.
Bakteri amat beragam, baik dari persyaratan nutrisi maupun fisiknya. Beberapa berapa bakteri
memiliki persyaratan nutrient yang sederhana, sedang yang lain memiliki persyaratan yang
rumit. Karena alasan ini kondisi harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga bisa
menguntungkan bagi kelompok bakteri yang sedang ditelaah.
PRAKTIKUM IV

ISOLASI DAN PEMBIAKAN MIKROBA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan mikroorganisme dalam bidang teknologi semakin banyak digunakan misalnya


dalam menghasilkan berbagai produk seperti bahan pangan, industri, pertanian, obat-obatan, dan
lain sebagainya. Pemilihan mikroorganisme yang tepat untuk suatu tujuan tertentu dan
pemanfaatan mikroorganisme secara maksimal perlu didukung oleh suatu metode isolasi dan
identifikasi yang baik.
Diketahui bahwa mikroba tersebar di alam, terdapat di lingkungan mana saja dalam populasi
campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam.
Untuk mencirikan dan mengidentifikasikan suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama
spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain, lalu ditumbuhkan menjadi biakan
murni.
Dalam mengisolasi suatu mikroorganisme, dilakukan dengan cara yang aseptis untuk
menghindari terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme lain. Kebanyakan mikroorganisme
dapat diisolasi dan diinokulasi dalam biakan murni dengan memindahkan suatu koloni secara
cermat, mensuspensikan kembali dalam cairan dan menanamnya kembali pada medium yang
selektif.
Isolasi dan inokulasi merupakan percobaan yang sangat penting, karena melihat kondisi
lingkungan di sekitar kita yang banyak terdapat mikroorganisme baik yang patogen maupun
yang non patogen, sehingga pemisahan dan identifikasi bakteri yang satu dengan lainnya juga
dibutuhkan.

1.3 Tujuan
- mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan dari masing-masing mikroba yang diisolasi
dan diinokulasi pada medium pertumbuhan yang digunakan
- mahasiswa dapat mengetahui media apa saja yang biasa digunakan untuk isolasi dan
pembiakan bakteri

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu:


1. Cawan Petri
2. Inkubator
3. Jarum Inokulasi (Ose)
4. Bunsen
Bahan yang digunakan yaitu:
1. Medium EMBA
2. Media Potato Dextro Agar (PDA)
3. Bakteri E.Colli
4. Alkohol
2.3 Prosedur Kerja

A. Isolasi E.Coli (Pada medium EMBA dalam cawan petri secara goresan)

1. sediakan alat dan bahan yang akan digunakan

2. medium MBA dicairkan terlebih dahulu

3. MBA cair dituang dalam cawan petri steril dan biarkan hingga memadat

4. biakan E.Coli diambil dengan Ose bulat dan dipindahkan ke medium MBA dalam cawan petri
dengan cara menggoreskan secara langsung dan kuadran

5. ose dipijarkan kembali dan cawan ditutup


6. cawan petri dimasukan dalam incubator

7. cawan petri dimasukan dalam incubator dengan posisi terbalik pada suhu 34c selama 2x24
jam

8. bersihkan dan kembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya

B. Metode tuang (pour plate)

Pada pembuatan pengenceran diambil 1 ml larutan uji dan dimasukan dalam cawan petri.
Kemudian dimasukan ke media cair steril sebanyak 10 ml. cawan petri digerakan diatas meja
dengan gerakan melingkar seperti angka delapan. Gunanya untuk menyebarkan sel mikroba
secara merata. Setelah agar memadat, cawan diinkubasikan dengan posisi terbalik selama 48
jam.

C. Metode permukaan (Spread Plate)

Media cair steril dituang terlebih dahulu kedalam cawan petri. Setelah membeku dituang 0,1 ml
sediaan yang telah diencerkan. Lalu diratakan dengan alat pengusap diatas permukaan media.
Kemudian inkubasikan selama 48 jam.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
Gambar Hasil Isolasi Bakteri

Perhitungan Koloni Bakteri

No Pengenceran Jumlah Koloni CFU


1 10-1 56 56 x 10 1 CFU
560 x 10pangkat1 CFU
2 10-3 12 12 X 10 pangkat3 CFU
120 x 10 pangkat 3 CFU

B. PEMBAHASAN
1. Metode Piringan Goresan (Streak Plate)
Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 45 , dituang ke dalam cawan petri steril
(cawan gelas dengan garis tengah 3 inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat. Kemudian
dengan kawat gelang penginokulasi yang penuh dengan biakan campuran, goresan
dilakukan diatas permukaan agar. Ada beberapa metode penggoresan yang berbeda,
namun semua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar organisme pada
beberapa goresan pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan menggerakkan kawat
gelang kian kemari dari satu bagian kebagian lain cawan petri, bakteri yang tertinggal
pada kawat gelang semakin berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir
akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain. Sehingga setelah
mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan benar-benar
terpisah satu sama lain. Kemudian, koloni tunggal dapat dipindahkan kemedium steril,
dan akan tumbuhlah biakan murni

2. Metode Tuang (Pour Plate Method)


Terdiri atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji yang mengandung agar
cair yang telah didinginkan pada suhu 45 . Isinya diaduk untuk memencarkan bakteri
keseluruh medium. Campuran itu kemudian dituangkan kedalam cawan petri steril dan
dibiarkan padat. Pertumbuhan koloni terjadi baik dalam medium. Tujuan pada kedua
prosedur ialah untuk memisahkan bakteri satu sama lain sehinga sel-sel itu akan tumbuh
menjadi koloni yang terpisah dalam medium yang padat. Kemudian dapat diambil sel-sel
dari satu koloni untuk mendapatkan biakan murni. Dalam praktek, sering piringan kedua
digores kembali dengan organisme yang berasal dari koloni yang diisolasi untuk
menjamin bahwa hasil yang diperoleh adalah biakan murni.

3. Metode Penyebaran (Spread Plate)


Cara penyebaran dilakukan dengan menyiapkan sampel bahan dan medium kultur padat.
Sampel bahan diambil menggunakan pipet kemudian diteteskan diatas medium kultur
yang telah membeku dan tetesan sampel bahan diratakan di permukaan atas medium
kultur menggunakan gelas perata. Hasil kultivasinya diperoleh beberapa koloni terpisah
yang masing-masing dapat dipelihara pada medium lain sebagai biakan murni
Percobaan kali ini membahas tentang cara-cara atau teknik yang biasa digunakan dalam
mengisolasi mikroba dari habitat alaminya. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha
untuk menumbuhkan mikroba di luar lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari
lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi
dengan bakteri lainnya atau yang disebut biakan murni. Di kehidupan normalnya atau di habitat
alamiahnya mikroba sulit ditemukan dalam bentuk koloni sendiri. Mikroba ini pasti ditemukan
dalam bentuk koloni yang hidup bersama-sama dengan koloni mikroba yang lainnya. Oleh
karena itu, pengisolasian ini dilakukan.
Percobaan ini diawali dengan tahap pengenceran. Dalam hal ini, medium agar yang
digunakan diencerkan terlebih dahulu selama 15 menit pada Hot Plate dengan suhu 300C. Hal
ini bertujuan agar medium yang digunakan dapat mencair setelah disimpan selama beberapa hari
di refrigerator. Setelah diencerkan dengan menggunakan Hot Plate, medium ini didinginkan
sekitar 5 menit namun tidak jangan sampai dingin sekali. Hal ini dilakukan untuk menghindari
medium agar tidak kembali mengeras. Setelah agak dingin, medium ini pun siap untuk
digunakan.
Pengisolasian ini dilanjutkan dengan pembuatan medium tempat mikroba ini nantinya akan
tumbuh atau dengan kata lain membuat habitus sintetisnya. Medium ini terlebih dahulu
disterilkan dengan cara melidah-apikan mulut botol tempat penyimpanan medium agar tersebut.
Begitupun dengan cawan petri itu sendiri. Sebelum semua prosedur kerja dilakukan terlebih
dahulu tangan harus disterilkan menggunakan alcohol 70% yang disemprotkan ke seluruh
permukaan tangan.
Dalam percobaan ini, kami menggunakan jarum ose sebagai media untuk memindahkan
mikroba tersebut dari habitus alaminya. Jarum ose tersebut terlebih dahulu harus disterilkan
dengan cara membakarnya pada bunsen sampai jarumnya pijar. Lalu jarum ose tersebut
didiamkan selama 2 menit, tujuan hal ini yaitu untuk mendinginkan jarum ose-nya yang habis
dipijarkan tadi agar ketika jarum ose itu digoreskan ke dalam cawan petri yang berisi objek
mikroba yang akan diisolasi, tidak segera mematikan mikrobanya.
Praktikum kali ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara goresan. Teknik
goresannya dilakukan dalam cawan petri. Dengan menggunakan jarum ose yang sebelumnya
dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan pada alkohol untuk sterilisasi jarumnya. Goresan
diberikan sangat tipis sekali pada permukaan atas medium dalam cawan petri secara zig-zag,
Pada percobaan ini mikroba yang digunakan hanya satu jenis yaitu bakteri dan
menggunakan dua medium yakni medium NA dan medium PDA.
Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganisme serta kultur
bakteri. Sedangkan medium PDA berfungsi untuk menumbuhkan fungi jenis kapang. Pada
praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme
pada medium steril sehingga bisa mendefinisikan bahwa teknik inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium lama kemedium baru dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
dan dituntut untuk bekerja secara aseptic yaitu bebas dari pengaruh kontaminan mikroorganisme
yang lain. Teknik aseptic dilakukan dengan penyediaan alat-alat kerja yang steril dan bekerja
didekat api Bunsen agar terhindar dari kontaminan udara.pada waktu inokulasi jarum yang
digunakan untuk meindahkan mikroba harus dipijarkan diatas api segera sebelum dan sesudah
melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan semua bentuk kehidupan yang ada pada
permukaan jarum atau alat pemindahan, setelah di inokulasi biakan bakteri disimpan dan
diinkubasi dalam lingkungan yang sesuai untuk petumbuhan.
Setelah diinkubasi selama 48 jam diperoleh hasil pertumbuhan mikroba hanya pada
medium NA, sedangkan pada medium PDA tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Hal ini
dikarenakan mikroba yang diisolasi adalah jenis bakteri, dan bakteri hanya dapat tumbuh pada
medium NA. Jadi yang akan dibahas pada kali ini adalah bagaimana pertumbuhan mikroba pada
medium NA. Pada cawan petri pertama, jumlah koloni yang tumbuh adalah sebanyak 8 koloni
dan memiliki morfologi seperti warna putih susu, tepi berlekuk, bentuk tak beraturan dan
menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri kedua, jumlah koloni yang
ditemukan adalah sebanyak 4 koloni dan berwarna kream, tepi berlekuk, bentuk tak beraturan
dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri ketiga dan keempat,
masing-masing ditemukan mikroba dengan jumlah 5 koloni dan 1 koloni, dan untuk
morfologinya sama dengan pada cawan petri kedua. Untuk cawan petri terakhir ditemukan
mikroba sebanyak 6 koloni, dan memiliki morfologi seperti warna kream, tepi tak beaturan,
bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul dan tekstur kusam.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut diatas maka dapat dikatakan percobaan tersebut
belum berhasil. bila menggunakan teknik menggores yang baik maka pada suatu area tertentu
pada permukaan medium yang digores, sel-sel bakteri akan terpisahkan satu dari lainnya. Sel-sel
tunggal yang terpisahkan seperti ini disebut sel induk. Bagi kebanyakan bakteri, setelah masa
inkubasi selama 24 jam, satu koloni murni dapat terdiri dari 50-72 generasi sel yang timbul dari
satu sel induk tunggal. Dengan perkataan lain, satu koloni murni terdiri dari bermilyar-milyar sel
anak. Karena itu, hendaklah dipahami bahwa pertumbuhan bakteri sesungguhnya merupakan
pertambahan jumlah sel dan bukan ukuran sel.
PRAKTIKUM V

PEWARNAAN BAKTERI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri merupakan
mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik, bakteri juga hampir tidak
berwarna atau transparan dan kontras dengan air. Sehingga melihat dan mengamati bakteri
dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu
teknik pewarnaan sel bakteri. Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi.
Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri. Dalam taksonomi mikroba alat
yang paling ampuh digunakan yaitu pewarnaan Gram (Gram Stain), yang dapat digunakan
untuk memisahkan anggota- anggota dominan bakteria ke dalam dua kelompok berdasarkan
perbedaan dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana,
dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding sel bakteri gram-negatif memiliki
peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih kompleks. Membran bagian luar
pada dinding sel gram-negatif mengandung lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat
dengan lipid. Diantara bakteri patogen,yang menyebabkan penyakit,spesies gram-negatif
umumnya lebih berbahaya dibandingkan dengan spesies gram-positif Oleh karna itu, penting
adanya pelaksanaan praktikum pengujian guna untuk mengidentifikasi dan mengetahui
morfologi dari bakteri utamanya pada bakteri yang bergram positif dan gram negative,
dengan cara pewarnaan gram dan uji KOH.

1.2 Tujuan
- Mengetahui morfologi bakteri
- Mengetahui pewarnaan spora bakteri
- Mengamati gambar mikroskopik jamur
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lampu bunsen, tabung reaksi, kaca benda,
jarum ose, pipet dan tissue. Bahan yang digunakan adalah biakan murni, alkohol dan larutan
KOH

2.3 Prosedur Kerja

Pewarnaan Gram
Bakteri Bacillus Sp,Ecoli dipersiapkan terlebih dahulu,Kaca Preparad/Objek gelas
disterilkan dengan bantuan Bunsen dan alchol,agar tidak terjadi kontaminasi pada objek
gelas,bakteri di usapkan pada permukan kaca preparat dengan ose,lakukan dengan setipis
mungkin dan jangan terlalu tebal,sebab akan sukar di amati karna bakteri akan bertumpuk,objek
gelas di keringkan di daerah sekitar Bunsen agar bakteri kering dan menempel pada objek
gelas,zat warna 1 (ungu violet) di teteskan pada kaca preparat dan biarkan selama kurang lebih
20 detik,kaca preparat dibilas dengan aquades sehingga ungu violet yang ada pada kaca preparat
larut dan telah terserap dan biarkan selama 2 detik, kaca preparat di teteskan dengan larutan
iodine dan biarkan selama 30 detik sampai dengan 1 menit,bilas kembali kaca preparat yang
telah di tetesi dengan iodine dengan aquades dan biarkan selama 2 detik, kaca preparat di cuci
dengan alchol hingga larutan yang berwarna sudah tidak mengalir kembali, kaca preparat dinilas
kembali dengan larutan aquades dan tahap yang terakhir dalam pewarnaan tersebut adalah kaca
preparat di cuci dengan larutan pewarna yang ke 2 (Safranin),Amati kaca preparat di bawah
lensa mikroskop dari mulai perbesaran 4x hingga 100x dan gunakan minyak inersi untuk
mempermudah kita pada saat pengamatan dengan perbesaran 100x.

Pewarnaan Spora
Seperti halnya pewarnaan Gram perwarnaan spora juga Pertama fiksasi bakteri yang akan
diamati, kemudian genangi olesan bakteri dengan malacite green yang diletakkan diatas pemanas
selama 2-3menit dan jaga agar pewarna tidak menguap dan mendidih, setelah itu dinginkan dan
bilas dengan aquades serata keringkan dengan hati-hati, setelah itu tambahkan safranin dan
tunggu selama 30detik, kemudian bilas dengan aquades dan keringkan, terkhir amati di bawah
mikroskop sampai perbesaran 1000x menggunakan minyak emersi.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

Pewarnaan Gram E.Colli & Pewarnaan Spora

Berdasarkan hasil pengamatan didapat data seperti yang terlihan pada tabel berikut ini :
Tabel 1 Pewarnaan gram pada bakteri
Bakteri Gram (+/-) Warna
Escherchia Coli - Merah muda
Bacillus + Ungu
Tabel 2 Pewarnaan spora bada bakteri Bacillus
Bakteri Gram (+/-) Warna
Bacillus + Merah muda

B. PEMBAHASAN

Pewarnaan Bakteri dilakukan untuk mengidentifikasi bentuk bakteri dan termasuk dalam bakteri
gram positif atau negatif dan letak endosporanya. Pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu
gram positif dan gram negatif, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau
Kristal violet. Contoh dari bakteri gram positif ialah Clostridium perfringens, Staphylococcus
aureas, dan bacillus, sedangkan bakteri gram negative misalnya adalah Eschericia Coli.
Bakteri Gram Positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel cukup tebal (20 - 80 mm) dan
terdiri atas 60 % sampai 100 % peptidoglikan yaitu polimer N asetil glukosamin dan asam N
asetil muramat + beberapa asam amino yang menyusun dinding sel yang kaku pada organisme
prokariota. Sedangkan Bakteri Gram Negatif Adalah bakteri yang memiliki dinding sel
dengan peptidoglikan lebih sedikit dari bakteri Gram Positif, yaitu hanya sekitar 10 % sampai
20 % bobot kering dinding sel nya, akan tetapi diluar lapisan peptidoglikan terdapat struktur
membran ke dua yang tersusun dari protein fosfolipida (komposisi lipid specifik dari membran
sel) dan lipopolisakarida (asam lemak yang dirangkai dengan polisakarida), komponen
komponen ini sangat penting karena toksisitas nya pada hewan maupun manusia dan lebih
dikenal dengan istilah endotoksin (molekul lipopolisakarida yang berukuran besar pembentuk
komponen sel bakteri), endotoksin inilah yang dapat menimbulkan demam tinggi dan goncangan
terhadap hewan atau manusia selama terjadinya infeksi sewaktu kemasukan bakteri gram
negative.
Kelebihannya dari pengecatan gram ialah sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi
antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan kepekaan bakteri
terhadap antibiotik). Hal ini dikarenakan bakteri gram positif dan negatif mempunyai kepekaan
yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah
dicat gram mempunyai makna dignostik. Misalnya pada pemeriksaan gram ditemukan gram
negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana), uretral, maka memberikan presumptive
diagnosis untuk penyakit infeksi gonoro. Sedangkan Kekurangannya adalah pengecatan gram
memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 ml per ml. Sampel yang
cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur
sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil
sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.
Sedangkan Pewarnaan Spora Merupakan pewarnan tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang
paling banyak digunakan.Spora bakteri sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan
spora, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora, seperti
halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat karbol-fukhsin harus dipanaskan untuk
bisa menembus lapisan lilin asam Mycolic dari Mycobacterium.
Data dan hasil pengamatan yang saya lakukan di atas menunjukkan bahwa bakteri e.coli
termasuk gram negatif dengan morfologi sel basil (batang) Sedangkan bakteri bacllus termasuk
gram positif dengan morfologi sel batang atau basil.
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap
pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik bagi mereka, maka pecahlah bungkus
spora dan tumbuhlah bakteri. Spora juga disebut endospora yang masih terletak didalam sel
bakteri. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk daripada bakteri biasa
yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif, Sporulasi (proses pembentukan spora) dapat dicegah
apabila selalu diadakan pemindahan biakan ke medium yang baru.
Pengecatan endospora dengan larutan hijau malasit, bakteri penghasil endospora akan
menunjukkan reaksi positif yaitu larutan hijau malasit akan berikatan dengan spora sehingga saat
pencucian akan tetap berwarna hijau dan cat penutup atau safranin tidak bisa diikat oleh
endospora. Sedangkan pada bakteri yang tidak menghasilkan endospora maka larutan hijau
malasit tidak dapat diikat.
PRAKTIKUM VI

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebaran mikroba di alam sangat banyak dan mudah ditemukan karena tempat hidup

mereka yang tersebar pada air, tanah, maupun atmosfer. Pada masing-masing

mikroorganisme memiliki cara tersendiri untuk hidup yang berhubungan dengan lingkungan

hidupnya sendiri. Kehidupan mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung pada faktor

lingkungan. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas mikroba,

faktor lingkungan ini dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikrobia.

Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor abiotik (suhu, kelembaban, pH, tekanan osmosa,

sinar glombang pendek, dan daya oligodinamik). Faktor biotik yang mencakup adanya

asosiasi atau kehidupan bersama antar mikroorganisme. Oleh karena itu, perlu dilakukan

praktikum ini untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan tempat hidupnya

mikrobia terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakannya.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan

mikroba

b. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi mikroorganisme berdasarkan suhu pertumbuhan

yang diperlukannya
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan :

Tabung reaksi, kertas label, kulkas, incubator, ose, alat radiasi UV

Bahan yang digunakan :

NB, media NA, dan bakteri E.colli

2.3 Prosedur Kerja

a. Pengaruh Suhu

1.sediakan alat dan bahan praktikum

2. sediakan 3 tabung reaksi dan tempatkan pada rak tabung reaksi

3. masukan 1ml NB kedalam ketiga tabung reaksi

4. masukan bakteri E.colli kemudian celupkan hingga terjadi kekeruhan

5. tutup ketiga tabung reaksi dengan kapas kemudian diberi label.

6. tabung nomor 1 dimasukan kedalam suhu ruang dengan suhu 30c. tabung nomor 2 pada
incubator suhu 34c dan tabung nomor 3 dalam kulkas suhu 0-24c

7. didiamkan selama 2x24 jam dan kembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya.

b. Pengaruh Sinar Ultraviolet

1. sediakan alat dan bahan praktikum


2. masukan bakteri E.colli pada cawan petri

3. masukan media biakan kedalam alat radiasi UV selama 10 menit

4. masukan dalam incubator dengan suhu 34c dengan posisi cawan petri terbalik

5. inkubasi selama 2x24 jam dan kembalikan alat dan bahan pada tempatnya

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Suhu dan Radiasi UV

Pengaruh Suhu

No Perlakuan Hasil
1 Inkubator Sedikit keruh
2 Suhu Ruang Keruh
3 Kulkas Jernih

Pengaruh Radiasi Sinar UV

No Perlakuan Hasil
1 Kontrol +++
2 10 menit/365 Nm +
PENUTUP

Kesimpulan

Dari seluruh hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum ini mengenai
pengenalan alat laboratorium, pengamatan preparat, pembuatan media dan sterilisasi, isolasi dan
inokulasi mikroba, pewarnaan bakteri, dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba.
Dapat menjadi acuan dasar dalam perluasan dan pemahaman yang menjadi dasar dalam
mikrobiologi.
DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar

Michael, 1986. Dasar Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.

Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai