Puji syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunanNya,
saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar ini.
Penyusunan laporan praktikum Mikrobiologi dasar ini merupakan hasil dari pelaksanaan
praktikum sebagai syarat dalam penawaran mata kuliah mikrobiologi dasar. Laporan praktikum
ini terdiri atas enam percobaan praktikum dan tiap percobaan praktikum memiliki tujuan,
landasan teori, alat dan bahan praktikum, cara kerja dan hasil pengamatan.
Saya mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyusunan laporan praktikum
mikrobiologi dasar ini. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya
perlukan untuk penyempurnannya.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM I
PENDAHULUAN
Laboratorium adalah tempat untuk melakukan kegiatan praktikum atau kegiatan penelitian.
Banyak alat-alat yang terdapat dilaboratorium baik yang berbahaya maupun tidak, oleh sebab itu
penting untuk mengetahui cara penggunaan, fungsi dan prinsip kerja setiap alat-alat tersebut.
Pengenalan alat-alat praktikum sangat penting dilakukan untuk keselamatan kerja pada saat
penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika digunakan
meminimalisirkan terjadinya kesalahan pada saat melakukan praktikum. Oleh karena itu,
perlunya dilakukan praktikum ini untuk dapat mengenal dan mengetahui fungsi dari setiap alat-
alat laboratorium.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui nama-nama fungsi serta menggunakan
alat-alat yang digunakan dalam laboratorium khususnya pada praktikum mikrobiologi umum.
Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa/praktikan akan dapat mengetahui alat-alat yang
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah autoklaf, oven, cawan petri, tabung
reaksi, lampu bunchen, hot plate, labu erlenmeyer, kaca objek biasa, kaca penutup, mikroskop
cahaya, pipet tetes, pipet ukur, pinset. Timbangan analitik, batang pengaduk, gelas ukur,
incubator, dan laminar air flow serta alat dan bahan lain pada lab mikrobiologi.
3.2 Pembahasan
Dari hasil yang di peroleh dapat diketahui bahwa masing_masing alat mempunyai
pengenalan alat merupakan dasar dari melakukan suatu percobaan atau penelitian. Hal ini
menyatakan bahwa pengenalan alat-alat laboraturium merupakan hal yang sangat penting
Sebelum melakukan suatu praktikum tersebut, hal yang pertama sekali yang harus di
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
- Mengamati preparat segar jamur
- Mengamati preparat segar protozoa
- Mengamati preparat segar algae
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.
Kaca objek, alcohol, kertas tissue, mikroskop, kawat ose, pinset, Lactofenoll Cotton Blue, cover
glass, air kolam, dll.
1. bersihkan kaca objek dengan alcohol dan kertas tissue. teteskan 1-2 tetes air destilasi ke atas
objek. secara aseptic ambil sebagian miselium dan konidia dengan menggunakan jarum
2. letakan pada tetesan air di kaca objek lalu diceraiberaikan dengan menggunakan kawat ose
dan pinset. teteskan Lactofenol Cotton Blue pada preparat tersebut lalu biarkan sekitar 1 menit
untuk meresap
3. lakukan pengamatan dibawah mikroskop dari perbesaran kecil ke besar. Temukan jamur jenis
apa yang ditemukan
4. catat atau gambar hasilnya. Bandingkan protozoa mirip apa yang dihasilkan
PENDAHULUAN
menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan
bantuan manusia. Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba. Media harus mengandung semua unsur hara dan nutrien yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba agar mikroba dapat tumbuh dan
berkembang biak. Nutrien merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun
komponen-komponen baru dan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam proses
kehidupan sel. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum ini guna menambah keterampilan
Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua organisme yang dapat menjadi
untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan
bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autoklaf), sedangkan
1.2 Tujuan
mikroba.
-
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.
- Autoklaf
1. Pembuatan Media
1. Dikupas kentang dan di potong-potong kecil seperti dadu kemudian ditimbang sebanyak 40
gram.
4. Ditambahkan dextrose dan diaduk sampai larutan homogen. Dipanaskan hingga larutan tersebut
mendidih.
5. Diturunkan dari hot plate, kemudian ditambahkan agar 3 gram sedikit demi sedikit sambil
diaduk.
9. Diamati.
Alcohol 70%
a. Semprotkan alcogol pada tangan dan meja yang akan digunakan untuk pengamatan
b. Bersihkan meja dengan lap bersih
Cawan petri diletakkan di tengah-tengah kertas HVS. Kemudian kertas HVS tersebut dilipat
hingga ujungnya saling bertemu. Ujung HVS yang saling bertemu dilipat ke belakang.
Selanjutnya, sisi samping kertas masing-masing dilipat dengan bentuk segitiga. Setelah terbentuk
segitiga, sisi tersebut dilipat ke belakang. Setelah itu, semua cawan petri yang telah dibungkus,
dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan diikat dengan menggunakan karet. Lalu
dimasukkan ke autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC.
BAB III
3.2 PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan dengan dua tahapan. Tahapan pertama yakni sterilisasi. Sterilisasi
cawan petri dilakukan dengan membungkusnya menggunakan kertas HVS. Apabila kertas HVS
yang digunakan adalah kertas bekas, maka bagian kertas yang berisi tulisan (tinta) diletakkan di
bagian luar. Kertas yang putih (tidak ada bekas tinta) yang digunakan untuk membungkus cawan
petri. Setelah semua cawan petri dibungkus, cawan-cawan tersebut dimasukkan ke dalam plastik
tahan panas untuk selanjutnya disterilisasi menggunakan oven selama 2 jam dengan suhu 120oC.
Tahapan kedua yakni pembuatan media. Pada praktikum ini, media yang dibuat adalah media
PDA (Potato Dextrose Agar). Kentang yang telah dipotong dadu sebanyak 50 gram direbus
bersama aquades 250 ml hingga mendidih. Setelah mendidih, air rebusan tersebut dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer. Lalu dicampur dengan 5 gram potongan agar dan 5 gram dextrose.
Selanjutnya Erlenmeyer ditutup dengan menggunakan kertas alumunium.
Adapula ulasan mengenai cara penghitungan, yakni misalnya perhitungan 20 gram NA. maka
dihitung dengan cara berat pada botol dikalikan dengan milliliter yang akan dibuat dibagi 1000.
Maka 20 gram dikali 75 ml dibagi 1000 mililiter maka didapat 1,5 gram yang merupakan berat
media.
Steril merupakan keadaan dimana alat-alat yang digunakan sudah terbebas dari bakteri yang
mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme
hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang
terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik
dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari
metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran
mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2008).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikrob) sehingga mikroorganisme tertahan pada saringan tersebut.
Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan
antibiotik. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Pemanasan
dapat dilakukan dengan cara pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas, dan
menggunakan uap air panas bertekanan.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolate mikroorganisme menjadi
kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Meskipun telah dijabarkan berbagai macam jenis dari medium, perlu diiingat bahwa tidak ada
satupun perangkat kondisi yang memuaskan bagi kultivasi untuk semua bakteri di laboratorium.
Bakteri amat beragam, baik dari persyaratan nutrisi maupun fisiknya. Beberapa berapa bakteri
memiliki persyaratan nutrient yang sederhana, sedang yang lain memiliki persyaratan yang
rumit. Karena alasan ini kondisi harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga bisa
menguntungkan bagi kelompok bakteri yang sedang ditelaah.
PRAKTIKUM IV
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
- mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan dari masing-masing mikroba yang diisolasi
dan diinokulasi pada medium pertumbuhan yang digunakan
- mahasiswa dapat mengetahui media apa saja yang biasa digunakan untuk isolasi dan
pembiakan bakteri
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.
A. Isolasi E.Coli (Pada medium EMBA dalam cawan petri secara goresan)
3. MBA cair dituang dalam cawan petri steril dan biarkan hingga memadat
4. biakan E.Coli diambil dengan Ose bulat dan dipindahkan ke medium MBA dalam cawan petri
dengan cara menggoreskan secara langsung dan kuadran
7. cawan petri dimasukan dalam incubator dengan posisi terbalik pada suhu 34c selama 2x24
jam
Pada pembuatan pengenceran diambil 1 ml larutan uji dan dimasukan dalam cawan petri.
Kemudian dimasukan ke media cair steril sebanyak 10 ml. cawan petri digerakan diatas meja
dengan gerakan melingkar seperti angka delapan. Gunanya untuk menyebarkan sel mikroba
secara merata. Setelah agar memadat, cawan diinkubasikan dengan posisi terbalik selama 48
jam.
Media cair steril dituang terlebih dahulu kedalam cawan petri. Setelah membeku dituang 0,1 ml
sediaan yang telah diencerkan. Lalu diratakan dengan alat pengusap diatas permukaan media.
Kemudian inkubasikan selama 48 jam.
BAB III
A. HASIL PENGAMATAN
Gambar Hasil Isolasi Bakteri
B. PEMBAHASAN
1. Metode Piringan Goresan (Streak Plate)
Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 45 , dituang ke dalam cawan petri steril
(cawan gelas dengan garis tengah 3 inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat. Kemudian
dengan kawat gelang penginokulasi yang penuh dengan biakan campuran, goresan
dilakukan diatas permukaan agar. Ada beberapa metode penggoresan yang berbeda,
namun semua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar organisme pada
beberapa goresan pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan menggerakkan kawat
gelang kian kemari dari satu bagian kebagian lain cawan petri, bakteri yang tertinggal
pada kawat gelang semakin berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir
akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain. Sehingga setelah
mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan benar-benar
terpisah satu sama lain. Kemudian, koloni tunggal dapat dipindahkan kemedium steril,
dan akan tumbuhlah biakan murni
PEWARNAAN BAKTERI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
- Mengetahui morfologi bakteri
- Mengetahui pewarnaan spora bakteri
- Mengamati gambar mikroskopik jamur
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lampu bunsen, tabung reaksi, kaca benda,
jarum ose, pipet dan tissue. Bahan yang digunakan adalah biakan murni, alkohol dan larutan
KOH
Pewarnaan Gram
Bakteri Bacillus Sp,Ecoli dipersiapkan terlebih dahulu,Kaca Preparad/Objek gelas
disterilkan dengan bantuan Bunsen dan alchol,agar tidak terjadi kontaminasi pada objek
gelas,bakteri di usapkan pada permukan kaca preparat dengan ose,lakukan dengan setipis
mungkin dan jangan terlalu tebal,sebab akan sukar di amati karna bakteri akan bertumpuk,objek
gelas di keringkan di daerah sekitar Bunsen agar bakteri kering dan menempel pada objek
gelas,zat warna 1 (ungu violet) di teteskan pada kaca preparat dan biarkan selama kurang lebih
20 detik,kaca preparat dibilas dengan aquades sehingga ungu violet yang ada pada kaca preparat
larut dan telah terserap dan biarkan selama 2 detik, kaca preparat di teteskan dengan larutan
iodine dan biarkan selama 30 detik sampai dengan 1 menit,bilas kembali kaca preparat yang
telah di tetesi dengan iodine dengan aquades dan biarkan selama 2 detik, kaca preparat di cuci
dengan alchol hingga larutan yang berwarna sudah tidak mengalir kembali, kaca preparat dinilas
kembali dengan larutan aquades dan tahap yang terakhir dalam pewarnaan tersebut adalah kaca
preparat di cuci dengan larutan pewarna yang ke 2 (Safranin),Amati kaca preparat di bawah
lensa mikroskop dari mulai perbesaran 4x hingga 100x dan gunakan minyak inersi untuk
mempermudah kita pada saat pengamatan dengan perbesaran 100x.
Pewarnaan Spora
Seperti halnya pewarnaan Gram perwarnaan spora juga Pertama fiksasi bakteri yang akan
diamati, kemudian genangi olesan bakteri dengan malacite green yang diletakkan diatas pemanas
selama 2-3menit dan jaga agar pewarna tidak menguap dan mendidih, setelah itu dinginkan dan
bilas dengan aquades serata keringkan dengan hati-hati, setelah itu tambahkan safranin dan
tunggu selama 30detik, kemudian bilas dengan aquades dan keringkan, terkhir amati di bawah
mikroskop sampai perbesaran 1000x menggunakan minyak emersi.
BAB III
A. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan didapat data seperti yang terlihan pada tabel berikut ini :
Tabel 1 Pewarnaan gram pada bakteri
Bakteri Gram (+/-) Warna
Escherchia Coli - Merah muda
Bacillus + Ungu
Tabel 2 Pewarnaan spora bada bakteri Bacillus
Bakteri Gram (+/-) Warna
Bacillus + Merah muda
B. PEMBAHASAN
Pewarnaan Bakteri dilakukan untuk mengidentifikasi bentuk bakteri dan termasuk dalam bakteri
gram positif atau negatif dan letak endosporanya. Pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu
gram positif dan gram negatif, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau
Kristal violet. Contoh dari bakteri gram positif ialah Clostridium perfringens, Staphylococcus
aureas, dan bacillus, sedangkan bakteri gram negative misalnya adalah Eschericia Coli.
Bakteri Gram Positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel cukup tebal (20 - 80 mm) dan
terdiri atas 60 % sampai 100 % peptidoglikan yaitu polimer N asetil glukosamin dan asam N
asetil muramat + beberapa asam amino yang menyusun dinding sel yang kaku pada organisme
prokariota. Sedangkan Bakteri Gram Negatif Adalah bakteri yang memiliki dinding sel
dengan peptidoglikan lebih sedikit dari bakteri Gram Positif, yaitu hanya sekitar 10 % sampai
20 % bobot kering dinding sel nya, akan tetapi diluar lapisan peptidoglikan terdapat struktur
membran ke dua yang tersusun dari protein fosfolipida (komposisi lipid specifik dari membran
sel) dan lipopolisakarida (asam lemak yang dirangkai dengan polisakarida), komponen
komponen ini sangat penting karena toksisitas nya pada hewan maupun manusia dan lebih
dikenal dengan istilah endotoksin (molekul lipopolisakarida yang berukuran besar pembentuk
komponen sel bakteri), endotoksin inilah yang dapat menimbulkan demam tinggi dan goncangan
terhadap hewan atau manusia selama terjadinya infeksi sewaktu kemasukan bakteri gram
negative.
Kelebihannya dari pengecatan gram ialah sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi
antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan kepekaan bakteri
terhadap antibiotik). Hal ini dikarenakan bakteri gram positif dan negatif mempunyai kepekaan
yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah
dicat gram mempunyai makna dignostik. Misalnya pada pemeriksaan gram ditemukan gram
negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana), uretral, maka memberikan presumptive
diagnosis untuk penyakit infeksi gonoro. Sedangkan Kekurangannya adalah pengecatan gram
memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 ml per ml. Sampel yang
cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur
sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil
sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.
Sedangkan Pewarnaan Spora Merupakan pewarnan tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang
paling banyak digunakan.Spora bakteri sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan
spora, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora, seperti
halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat karbol-fukhsin harus dipanaskan untuk
bisa menembus lapisan lilin asam Mycolic dari Mycobacterium.
Data dan hasil pengamatan yang saya lakukan di atas menunjukkan bahwa bakteri e.coli
termasuk gram negatif dengan morfologi sel basil (batang) Sedangkan bakteri bacllus termasuk
gram positif dengan morfologi sel batang atau basil.
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap
pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik bagi mereka, maka pecahlah bungkus
spora dan tumbuhlah bakteri. Spora juga disebut endospora yang masih terletak didalam sel
bakteri. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk daripada bakteri biasa
yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif, Sporulasi (proses pembentukan spora) dapat dicegah
apabila selalu diadakan pemindahan biakan ke medium yang baru.
Pengecatan endospora dengan larutan hijau malasit, bakteri penghasil endospora akan
menunjukkan reaksi positif yaitu larutan hijau malasit akan berikatan dengan spora sehingga saat
pencucian akan tetap berwarna hijau dan cat penutup atau safranin tidak bisa diikat oleh
endospora. Sedangkan pada bakteri yang tidak menghasilkan endospora maka larutan hijau
malasit tidak dapat diikat.
PRAKTIKUM VI
PENDAHULUAN
mereka yang tersebar pada air, tanah, maupun atmosfer. Pada masing-masing
mikroorganisme memiliki cara tersendiri untuk hidup yang berhubungan dengan lingkungan
hidupnya sendiri. Kehidupan mikroorganisme pada umumnya sangat tergantung pada faktor
faktor lingkungan ini dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikrobia.
Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor abiotik (suhu, kelembaban, pH, tekanan osmosa,
sinar glombang pendek, dan daya oligodinamik). Faktor biotik yang mencakup adanya
asosiasi atau kehidupan bersama antar mikroorganisme. Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum ini untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan tempat hidupnya
1.2 Tujuan
mikroba
yang diperlukannya
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Januari 2016. Pukul 14.00 16.00 WIT.
Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unpatti.
a. Pengaruh Suhu
6. tabung nomor 1 dimasukan kedalam suhu ruang dengan suhu 30c. tabung nomor 2 pada
incubator suhu 34c dan tabung nomor 3 dalam kulkas suhu 0-24c
7. didiamkan selama 2x24 jam dan kembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya.
4. masukan dalam incubator dengan suhu 34c dengan posisi cawan petri terbalik
5. inkubasi selama 2x24 jam dan kembalikan alat dan bahan pada tempatnya
BAB III
Pengaruh Suhu
No Perlakuan Hasil
1 Inkubator Sedikit keruh
2 Suhu Ruang Keruh
3 Kulkas Jernih
No Perlakuan Hasil
1 Kontrol +++
2 10 menit/365 Nm +
PENUTUP
Kesimpulan
Dari seluruh hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum ini mengenai
pengenalan alat laboratorium, pengamatan preparat, pembuatan media dan sterilisasi, isolasi dan
inokulasi mikroba, pewarnaan bakteri, dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba.
Dapat menjadi acuan dasar dalam perluasan dan pemahaman yang menjadi dasar dalam
mikrobiologi.
DAFTAR PUSTAKA