Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PERCOBAAN 1
STERILISASI ALAT, BAHAN, DAN MEDIA

Disusun Oleh :

Nama: Ena Vadila


NIM: 200106061
Kelas: 22-5B
Kelompok: 4B
Asisten Praktikum: Ariel Muhamad Yusuf

Dosen Pengampu :

Apt. Nurul Zakiyah M.Farm


apt. Mutiara Imansari, M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2023
I. Tujuan
1.1 Menentukan persiapan dan melakukan sterilisasi alat-alat dan bahan yang digunakan
dalam pemeriksaan secara mikrobiologi.
1..2 Menentukan beberapa metode sterilisasi alat dan bahan yang digunakan dalam
pengamatan mikrobiologi.
1.3 Menentukan hal-hal penting yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan
sterilisasi peralatan dan pengamatan mikrobiologi menurut metode sterilisasi yang
digunakan.
II. Prinsip Percobaan
Sterilisasi dilakukan untuk membebaskan bahan atau benda dari semua bentuk
kontaminasi yang dapat merugikan (Ahmadi, 2011). Prinsip awal alat sterilisasi didasarkan
pada jenis sterilisasi yang akan digunakan, ketersediaan alat sterilisasi di laboratorium
(Radji, 2017). Proses sterilisasi perlu dilakukan pada setiap alat praktikum yang akan
digunakan. Hal ini untuk mematikan mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi
percobaan (Manurung, 2010).
Prinsip sterilisasi dilakukan untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan
cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme yang tumbuh
pada produk pangan biasanya dapat mencemari produk pangan dan membuat makanan
lebih cepat basi. Mikroorganisme pembusuk bisa berupa bakteri, khamir (yeast) dan kapang
(jamur).
Sterilisasi dapat dilakukan menggunakan metode fisika dan kimia (Tille, 2017).
Sterilisasi dengan metode fisika dapat dilakukan dengan pemanasan kering (pemijaran,
pembakaran, hot air oven), pemanasan basah (dengan tekanan tinggi, contohnya
menggunakan autoklaf), filtrasi (filtrasi berupa cairan, filtrasi berupa udara).
Prinsip kerja autoklaf dilakukan dengan digunakannya uap air jenuh pada tekanan di
atas tekanan atmosfer yang digunakan untuk memanaskan isi autoklaf. Secara umum,
autoklaf sudah dirancang bekerja pada temperatur 121oC dengan tekanan 103,4 kPa (15 lbf
in-2) atau pada temperatur 115oC dengan tekanan 69 kPa (10 lbf in-2) (Gilang & Deni,
2017).
III. Alat dan BahanAlat
3. 1 Alat
No Nama Alat Kegunaan Gambar

1. Alumunium Untuk membungkus


Foil dan menutup
erlenmeyer, cawan
petri dan erlenmeyer.
2. Autoklaf Untuk mensterilkan
suatu alat gelas dengan
presisi yangcukuptinggi
menggunakan uap panas
bertekanantinggi.

3. Batang Alat yang akan


pengaduk disterilkan dan berfungsi
ntuk mengaduk larutan.

4. Beaker Glass Sebagai tempat untuk


mencampurkan dan
membuat media untuk
bakteri.

5. Benang Kasur Untuk mengikat.


6. Botol Media Untuk menyimpan
aquades dan digunakan
untukmenaruh media.

7. Bunsen Untuk pemanasan,


sterilisasi, dan
pembakaran.

8. Cawan Petri Sebagai wadah untuk


penyelidikan tropi dan
juga untuk mengkultur
bakteri, khamir dan
spora.

9. Corong Alat untuk membantu


memasukan atau
memindahkan larutan ke
wadahlainnya.

10. Erlenmeyer Sebagai wadah untuk


mencampurkan bahan.

11. Gelas Ukur Alat untuk mengukur


volume larutan atauzat
cair.
12. Gunting Untuk menjepit
peralatan gelas.

13. Kaki Tiga Sebagai penahan kawat


kasa dan penyangga
ketika proses
pemanasan.

14. Kapas Untuk menutup


Berlemak mulut pipet, pembatas,
dan pelindung pada alat-
alat laboratorium.

15. Kasa Asbes Sebagai perata panas


sekaligus alas wadah
yang dipanaskan.

16. Kertas Label Untuk ditempel di alat-


alat lab,menamai larutan
dan menulis etiket.

17. Kertas Sebagai alas untuk


Timbang menimbang bahan.
18. Labu Takar Untuk mengukur larutan
secara spesifik dengan
ketelitian pengukuran
yang sangat tinggi. Alat
ini juga bisa digunakan
untuk mengencerkan
larutan.

19. Lap Tangan Untuk membersihkan


atau mengeringkan
.
peralatan atau meja.

20. Neraca Untuk menimbang


Analitik bahan atau sampel.

21. Oven Sebagai alat sterilisasi


dengan menggunakan
panas kering, suhu yang
diatur sekitar 180oC
22. Pipet Volume Alat yang akan
disterilkan sekaligus alat
untuk memindahkan
cairan-cairan yang
digunakan dalam proses
pengujian.

23. Pinset Untuk menjepit benda

24. Pipet Tetes Untuk memindahkan


cairan dari wadah satu
ke wadah lainnya dalam
skala kecil.

25. Rak Tabung Alat untuk menyangga


Reaksi tabung reaksi agar tetap
dalam kondisi tegak.

26. Spatel Alat untuk mengambil


bahan.
27. Tabung Tempat untuk media
Reaksi padat, cair dan miring.

III. 2 Bahan
No. Nama Bahan Kegunaan Precaution

1. Aquadest Digunakan untuk Tidak berbahaya


membersihkan alat –
alat laboratorium dari
zat pengotor dan untuk
campuranlarutan.
2. Larutan NaCl Larutan untuk Tidak berbahaya
0,9% b/v menyeimbangkan
tekanan osmotik sel
bakteri dan medium.

3. Nutrien Agar Media untuk Tidak berbahaya


pertumbuhan bakteri.
4. Nutrien Broth Media untuk Tidak berbahaya
pertumbuhan bakteri.
IV. Prosedur Percobaan
4. 1 Persiapan Alat dan Sterilisasi Alat

1. Alat dan bahan 2.Ditutup alat-alat 3.Alat di balut


dicuci bersih dan yang mempunyai dengan
dikeringkan mulut aluminium
foil

5. Alat gelas yang 4. Jika alat yang


tidak berpresisi berpresisi
disterilisasi dengan disterilisasi dengan
oven autoklaf

Prosedur
Alat-alat yang akan disterilisasi dicuci bersih terlebih dahulu dan
dikeringkan. Tutup alat-alat yang mempunyai mulut seperti : tabung reaksi,
erlenmeyer, botol media, gelas ukur, labu takar, dan pipet dengan kertas berlemak.
Caranya adalah sebagai berikut : ambil sepotong kapas, lipat kedua ujungnya
sehingga berbentuk segiempat (besarnya segiempat tergantung pada besarnya mulut
alat). Khusus untuk pipet, tutup kapas ini dimasukkan ke dalam mulut pipet dengan
menggunakan sebatang kawat dan kapas yang terurai keluar dari mulut pipet
dihilangkan dengan cara melewatkan mulut pipet melalui nyala api bunsen. Sebelum
disterilisasi, kapas penutup tabung, labu takar, erlenmeyer, dan botol media ditutup
dengan alumunium foil, kemudian diikat dengan benang kasur. Alat-alat yang
permukaannya harus steril seperti pipet, dibungkus satu persatu dengan alumunium
foil. Untuk cawan petri, dibungkus seluruhnya dengan aluminium foil. Alat-alat gelas
dan alat lain yang tidak berpresisi (memiliki ukuran) disterilisasi menggunakan oven
pada suhu 170 ºC selama 1 jam, sedangkan alat-alat yang berpresisi disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit. Bila telah selesai
disterilisasi dengan autoklaf, alat-alat tersebut dikeringkan dalam oven pengering
dengan suhu 70ºC selama 30 menit untuk menghilangkan uap air yang masih tersisa.
Simpan alat-alat tersebut untuk digunakan pada praktikum selanjutnya dan jangan
lupa diberi etiket supaya tidak tertukar.
4. 2 Pembuatan dan Sterilisasi Media

1.Ditimbang 2. Dimasukan 3.Ditambahkan aquades


nutrient agar, media nutrient ke kemudian dipanaskan sambil
nutrient broth dalam erlenmeyer diaduk
untuk 1000 mL
dan nacl 0,9%

6. Media disimpan di 4. Dituangkan


lemari pendinginan 5. Sterilkan ke dalam
media dalam botol media
autoklaf lalu tutup
dengan kapas
dan
alumunium foil
dan beri etiket

7. Diamati media dan larutan


selama penyimpana
Prosedur :

Tiap kelompok, menimbang Nutrient Agar, Nutrient Broth, dan NaCl untuk
pembuatan 50 mL. Catatan : Nutrient Agar = 28 gram untuk 1000 mL, Nutrien Broth = 8
gram untuk 1000 mL, dan NaCl fisiologis adalah 0,9% b/v. Masukkan masing-masing
media yang telah ditimbang ke dalam Erlenmeyer yang sudah diberi tanda sesuai dengan
nama media tersebut. Tambahkan aquades 50 mL, lalu panaskan di atas nyala api bunsen
sambil diaduk sampai larutan tidak keruh lagi/ jernih (awal larutan akan mendidih).
Tuangkan dalam botol media, lalu tutup dengan kapas dan alumunium foil serta ikat dengan
benang kasur. Setiap wadah media harus diberi etiket.
Contoh :
 Sterilisasi media yang telah dibuat dalam autoklaf pada suhu 121°C selama
15-20 menit. (Catatan : Prosedur penggunaan autoklaf harus dikuasai
sebelum menggunakan alat tersebut).
 Setelah steril, biarkan dahulu pada suhu kamar sampai suhunya sama
dengan suhu kamar, kemudian masukkan ke dalam lemari pendingin untuk
disimpan. Media dan larutan pengencer ini, akan digunakan pada
praktikum selanjutnya.
 Amati apakah media dan larutan pengencer tersebut tetap steril(tetap
jernih) atau telah terkontaminasi (menjadi keruh) selamapenyimpanan.
Pengamatan dilakukan selama 4 hari.
4.3 Perhitungan
 Pengenceran NaCl 0,9 %
0,9
= > 100 × 50 = 0,45
 Media Na untuk 50 ml
M1.V1 = M2.V2
M1.50 = 28.1000
M1.50 = 28000
M1 = 560 Mg
 Media Nb untuk 50 ml
M1.VI = M2.V2
M1.50 = 8.100
M1.50 = 8000
M1 = 160 Mg
V. Hasil Pengamatan
No Nama Kondisi hari Kondisi hari Kondisi hari Kondisi hari
. Media ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
dan
Larutan
Pengence
r
1. Nutrient
Agar

Berbentuk Berwarna Berwarna Berwarna


padat kuning bening kuning bening kuning bening
berwarna dan padat dan padat dan padat
kuning seperti agar seperti agar seperti agar
bening (tetap
berwarna sama
karena tidak
terkontaminasi
)
2. Nutrient
Broth

Larutan Larutan Larutan Larutan


berwarna berwarna berwarna kuning
kuning kuning bening kuning bening berwarna
bening jernih bentuk cair jernih bentuk kuning bening
bentuk cair cair jernih bentuk
cair
3. NaCl
0,9%

Larutan Larutan Larutan Larutan


berwarna berwarna berwarna berwarna
bening dan bening dan bening dan bening dan
kelarutan kelarutan kelarutan kelarutan
sempurna sempurna serta sempurna serta sempurna serta
serta cair cair cair cair
VI. Diskusi dan Pembahasan
6.1 Diskusi
1. Kenapa alat harus di sterilisasi ? Untuk proses penghilangan semua jenis organisme
hidup, dalam hal ini mikroorgnisme (protozoa, bakteri, fungi, mytoplasma, virus)
yang terdapat pada suatu benda. Proses ini dapat melibatkan aplikasi biocidal agent
atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi untuk
membunuh mikroorganisme dengan target suatu metode inaktivasi tergantung dari
metode dan tipe mikroorganisme seperti dari asam nukleat, protein/membran
mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant dan bisa juga
menggunakan alat autoklaf untuk sterilisasi basah dan oven untuk sterilisasi kering
(Pratiwi, 2006)
2. Mengapa pengerjaan prosedur disetiap lab harus aseptis/aseptik ? Menurut saya
karena untuk menjaga kultur tidak terkontaminasi dengan bakteri yang ada di udara,
karena kalau sudah terkontaminasi semue prosedur harus diulang kembali. Oleh
karena itu, tempat pertumbuhan bakteri dan sekitarnya serta perlakuannya harus
dilakukan secara aseptis dan ditutup menggunakan kapas lemak yang dibungkus kasa
lalu dibungkus plastic wrap/kertas putih untuk mencegah kontaminasi serta tangan
yang menggunakan sarung tangan. Menurut literatur proses pemindahan mikroba
secara aseptik sangat membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi dan teknik ini
dilakukan untuk menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme
untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan.
Karena mikroba yang tidak diinginkan dapat mempengaruhi hasil dari suatu
percobaan. Teknik ini dilakukan untuk meminimalisir partikel yang digunakan
terhadap media kultur. da beberapa aturan umum yang harus diperhatikan dalam
teknik aseptis yaitu pertama letak meja kerja sebaiknya jauh dari suasana yang dapat
menciptakan aliran udara, misalnya tidak ada jendela yang terbuka, tidak dekat
dengan pintu yang selalu dibuka, tutup dan jauh-jauh dari lalu lintas orang lain.
Kedua, kebersihan meja kerja harus bersih dari kotoran dan benda-benda yang tidak
akan digunakan. Kotoran sering kali sulit dibersihkan pada sudut-sudut ruang.
Ketiga, aseptik mengusap meja kerja dengan aseptik atau senyawa pembersih lain
sebelum digunakan. Di sebagian besar laboratorium umumnya menggunakan etanol
70% untuk membersihkannya. Sediakan etanol pada posisi selalu dekat dengan meja
( M. Machmud, 2008).
3. Mengapa media dituang ke Erlenmeyer lalu disterilisasi ke autoklaf, kenapa bukan
di cawan petri? Karena autoklaf menggunakan Erlenmeyer (media) karena
erlenmeyer memiliki tutup yang rapat dan menahan tekanan yang dihasilkan selama
proses sterilisasi. Autoklaf menggunakan uap panas bertekanan tinggi untuk
membunuh mikroorganisme yang ada dalam media. Autoklaf dapat mencapai suhu
yang lebih tinggi . sedangkan cawan petri hanya digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme dalam kondisi yang lebih terbuka, dalam hal pembiakan mikroba
atau pengujian sterilisasi antibiotic (Fauzi dkk, 2013).
4. Penyebab kontaminasi di laboratorium dari kimia, fisika dan mikroba, contohnya
?
a. Kontaminasi fisika, alat yang digunakan untuk membantu saat praktikum seperti
Bunsen (spiritus) yaitu mudah terbakar maka hati-hati dalam penggunaannya, untuk
menghindari kecelakaan gunakan APD di laboratorium tidak boleh sendiri, tidak
boleh merokok dan gunakan alat sesuai prosedur (Centers For Disease Control and
Prevention, 2019).
b. Kontaminasi kimia, yang dilakukan di laboratorium mikro yaitu identifikasi kultur
dan pembuatan media, untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi kimia maka
reagen kimia diberikan simbol-simbol dengan reagen yang bersifat iritan, toksik,
mudah terbakar, karsinogenik yang mudah dipahami (Tille, 2017).
c. Kontaminasi biologi (mikroba), disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan
mikroorganisme tersebut sangat kecil dan bersifat aerosol (mudah terhirup) serta ada
yang memiliki struktur berupa spora (gunakan APD lengkap, masker mulut dan
hidung supaya tidak terhirup dan dapat menyebabkan infeksi jamur (mikosis).
5. Fungsi kapas berlemak? Kapas berlemak dapat mencegah kontaminan dan udara
kedalam erlenmeyer, karena kapas berlemak sudah dikhususkan untuk laboratorium
serta memiliki serat yang halus. Kapas berlemak dapat mencegah
partikel/mikroorganisme lain masuk ke media karena berfungsi sebagai penghalang
sehingga tetap menjaga kebersihan dan kesterilan media tersebut. Isolasi untuk
mengisolasi senyawa atau zat tertentu (Hidayanto, 2017).
6. Kenapa autoklaf berfungsi sebagai pensteril? Autoklaf difungsikan sebagai
pensteril karena dapat membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh
bakteri, karena sel tersebut tahan dengan suhu panas, kering antik( Lies Winarsih dkk,
2020).
7. Bahan yang dapat disterilkan oleh autoklaf adalah bahan berbasis air yaitu dengan
uap air jenuh pada suhu 121C dalam 15 menit. Alat yang dapat diautoklaf yaitu
penjepit, tabung reaksi, gelas kimia, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, corong
pemisah, labu destilasi, pipet tetes, pipet volume, pipet ukur, kaca arloji, buret, mortir
( Fika, 2011).
6.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikkan melakukan sterilisasi alat dan bahan /
media. Sterilisasi ini merupakan proses atau suatu kegiatan untuk membebaskan
bahan atau benda dari semua bentuk kontaminasi yang dapatmerugikan. Prinsip awal
dari sterilisasi yaitu didasarkan pada jenis sterilisasi yang akan digunakan,
ketersediaan alat sterilisasi di laboratorium. Proses sterilisasi perlu dilakukan pada
setiap alat praktikum yang akan digunakan. Hal ini bertujuan untuk mematikan
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi percobaan. Proses sterilisasi harus
dapat membunuh mikroorganisme yang paling tahan panas yaitu spora bakteri
Geobacillus stearothermophilus.
Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan metode fisika maupun kimia. Namun
kali ini, praktikan melakukan sterilisasi dengan metode fisika. Dimana metode ini
menggunakan pemanasan basah dan kering. Sterilisasi dengan metode panas kering
condong berguna untuk mematikan organisme dengan cara mengoksidasi komponen
sel ataupun mendenaturasi enzim. Sedangkan sterilisasi panas basah condong untuk
membunuh sel-sel vegetatif dan spora eukariot (Pratiwi, 2008).
Pada sterilisasi pemanasan kering, digunakan alat bantu yakni oven.Prinsip
kerja dari oven laboratorium yaitu sterilisasi melalui konduksi panas. Proses ini
dilakukan dengan suhu sekitar 140C - 170°C. Fungsi oven laboratorium ini adalah
untuk mengeringkan alat-alat Lab sebelum digunakan, dimana sterilisasi yang
dilakukan menggunakan udara kering. Alat laboratorium yang disterilisasikan
meliputi erlenmeyer, tabung reaksi, hingga Petridish (cawan petri). Alat yang
memiliki presisi tinggi tidak bisa disterilisasi dengan pemanasan kering Jika alat
laboratorium yang memiliki presisi tinggi disterilisasi dengan oven, maka presisi nya
pun akan menurun dikarenakan memuai. Oleh karena itu, jika alat yang memiliki
presisi tinggi, lebih baik disterilisasi dengan panas basah atau autoklaf.
Pada sterilisasi basah, digunakan alat bantu yakni autoklaf. Prinsip kerja dari
autoklaf sebenarnya cukup sederhana. Pertama, ketika sumber panas dinyalakan air
pada autoklaf akan mendidih dengan perlahan. Adanya uap air mendidih tersebut
akhirnya mampu mendesak udara yang terdapat di dalam autoklaf. Apabila udara telah
tergantikan oleh uap air, katup udara atau katup uap akan ditutup jadi tekanannya
semakin bertambah. Kedua, saat tekanan mencapai suhu yang sudah diatur maka
proses sterilisasi dapat dimulai. Timer yang ada pada autoklaf pun akan
menghitungnya secara mundur.
Pada saat menggunakan autoklaf, praktikan harus memilih dan memisahkan
alat terlebih dahulu. Harus dipastikan produk atau alat medis tersebut tahan panas.
Sebab, ada beberapa peralatan medis tertentu yang tidak tahan terhadap suhu panas.
Peralatan medis tersebut dapat meleleh dan bisa saja membuat autoklaf menjadi rusak.
Umumnya sterilisasi dengan metode ini dapat digunakan untuk sterilisasi biohazard
(bakteri limbah hasil praktikum) dan alat-alat yang tahan terhadap panas (blue tip,
mikropipet), pembuatan media, dan sterilisasi cairan. Pemanasan yang digunakan
pada suhu 121°C selama 15 menit. Sterilisasi basah ini digunakan pada botol kultur,
kertas tissue dan alat-alat yang terbuat dari plastik atau alat yang memiliki presisi
tinggi. Dalam hubungannya antara autoclave dan sterilisasi terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti :
A. Suhu atau temperatur memiliki satuan derajat celcius atau fahrenheit
B. Tekanan atau pressure memiliki satuan bar
C. Lama waktu sterilisasi memiliki satuan waktu menit
D. Lama waktu pengeringan memiliki satuan waktu menit
Sebelum dilakukan sterilisasi, alat-alat yang digunakan harus melewati uji
performa/kualifikasi autoklaf, uji kalibrasi serta uji validasi. Hal ini bertujuan untuk
membuktikan apakah suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjang sesuai dengan
spesifikasi yang telah diterapkan. (BPOM, 2006).
Uji performa merupakan salah satu metode pengujian untuk memilih ternak
bibit berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif yang meliputi pengukuran,
penimbangan dan penilaian (Ditjennak 2007). Tujuan → memastikan, menjaga, dan
menjamin peralatan atau instrumen terpasang dan berfungsi secara benar. Untuk
mengetahui performa autoklaf dilakukan Performa Qualifikasi (PQ) terdiri atas :
A) Kalibrasi Temperature Sensor, untuk mengetahui kinerja dari sensor.
B) Heat Distribution Test, untuk mengetahui pemerataan distribusi panas ke
seluruh ruang dalam autoklaf.
C) Heat Penetration Test untuk efektivitas kinerja autoklaf pada material yang
disterilkan.
Uji Kalibrasi, uji ini mencakup rangkaian kalibrasi. Objek ukur / unit under
test standar ukur harus mengacu ke standar kalibrasi internasional atau prosedur yang
sudah teruji Operator/teknisi bersertifikat Lingkungan yang terkondisikan. Adapun
Uji Validasi autoklaf, bisanya uji validasi ini melibatkan Chemical Indicators dan
Biological Indicators.
A) Chemical Indicators merupakan indikator yang menandai terjadinya
paparan sterilisasi uap panas atau gas pada objek yang disterilkan dengan
adanya perubahan warna. Beberapa jenis indikator kimia :
1. Brown's Sterilizer Control Tubes (Terjadi perubahan warna menjadi hijau
jika suhu dan waktu sterilisasi telat tercapai).
2. Filter Paper Strip
- Royce sachet (gas Et-O, etilen klorohidrin yang terbentuk, kuning
berubah menjadi ungu).
- Dosimeter radiasi, terjadi perubahan densitas optik karena radiasi, diukur
dengan spektro UV.
B) Biological Indicators merupakan sediaan berisi populasi mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora. Prinsip kerja nya yaitu mensterilkan spora hidup
mikroorganisme yang non-patogen dan sangat resisten dalam jumlah tertentu.
Biological Indicators dirancang untuk pemantauan autoklaf sterilisasi uap
pada suhu 121- 135° C. Di dalam Biological Indicators terdapat spora
Geobacillus Stearothernorphillus.
- Sterilisasi efektif, media indikator akan tetap ungu setelah inkubasi.
Inkubasi dilakukan selama 24 jam pada suhu 55- 62°C.
- Sterilisasi tidak efektif, media indikator berubah warna dari ungu menjadi
kuning (di suhu 55-62°C).
Setelah dilakukannya pengujian dan dilakukan pengamatan selama 4 hari
pengamatan, pada Nutrien agar terbentuk larutan berwarna kuning bening jernih dan
padat seperti agar dan sesuai dengan literatur seharusnya dihasilkan warna jernih.
Tidak terbentuknya larutan keruh menandakan tidak adanya mikroorganisme yang
hidup dan proses sterilisasi berhasil. Pada Nutrien Broth didapatkan hasil larutan
berwarna kuning bening jernih berbentuk cair dan sesuai dengan literatur seharusnya
dihasilkan warna jernih. Terbentuknya larutan berwarna kuning bening jernih
berbentuk cair menandakan tidak adanya mikroorganisme yang hidup dan proses
sterilisasi berhasil. Lalu para media NaCl 0,9 % tidak ditemukan adanya partikel atau
serabut putih di dalam larutan yang menandakan bahwa larutan ini tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme. Hal ini bisa terjadi karena faktor suhu maupun pengerjaan
prosedur diperhatikan dengan prosedur kerja aseptik dalam sterilisasi.
VII. KESIMPULAN
7.1 Saat praktikan melakukan sterilisasi alat dan bahan, perlu diperhatikan beberapa
hal seperti ketahanan alat maupun bahan terhadap pemanasan untuk menghindari
terjadinya kerusakan pada alat maupun bahan.
7.2 Praktikum kali ini digunakan 2 metode sterilisasi yakni dengan sterilisasi
pemanasan basah dan pemanasan kering. Untuk pemanasan basah digunakan alat
autoklaf dengan uap panas. Sterilisasi basah ini

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Ruslan Hani. (2007). Sterilisasi aseptik, Vol. 67, No. 6. Yogyakarta.
Fauzi, Hikmah. (2013). Sterilisasi dan Macam-macamnya. Lembaga Sumber Daya
Informasi, IPB, Bogor.
Fika, K. (2011). Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Gilang & Deni, D. (2017). Prinsip Kerja Autoklaf, Edisi Kedua. Bandung: Alumni
Hidayanto, A. P. (2017). Modul praktikum. Jakarta: Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul.
Lies Winarsih, Aprira, Dedi Susanto, Edwar. (2020). Mencari Media Pemanas
Autoclave yang Murah dan Bersih. INDONESIAN JOURNAL OF LABORATORY.
Vol 3 (1) 34-38. Laboratorium biologi sub lab mikrobiologi prodi Biologi fakuktas
MIPA Universitas Bengkulu.
H. Machmud. M. (2008). Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai
Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.
Kusuma, Sri Agung Fitri. (2010). Uji Biokmia Bakteri dan seterilisasi. Fakultas
Farmasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Pratiwi, D.A. (2006).Penuntun Praktikum mikrobiologi, INDONESIAN JOURNAL
OF LABORATORY ; Jakarta .
Radji, M. (2011). Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Tille, Patricia M. 2017. BAILEY & SCOTTS DIAGNOSTIC MICROBIOLOGY
FOURTEENTH EDITION. Dakota : ELSEVIER.

Anda mungkin juga menyukai