Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

TEKNIK STERILISASI ALAT DAN RUANG

Nama : Eva Sundari Febriana


NIM : 24020220120003
Kelompok : 6 (Enam)
Asisten : Rina Sari Asih

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
PS BIOTEKNOLOGI-DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
ACARA II

TEKNIK STERILISASI ALAT DAN RUANG

I. KOMPETENSI
Mahasiswa dapat memahami cara dan melakukan sterilisasi peralatan
yang akan digunakan untuk propagasi in vitro.

II. TUJUAN
Mempersiapkan peralatan steril untuk pembuatan kultur jaringan
tanaman.

III. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teknik Sterilisasi
Proses sterilisasi ada yang menggunakan teknik termal dengan
uap jenuh di bawah tekanan berlangsung dan di suatu bejana yang
disebut autoklaf. Suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam
farmakope untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada
suhu 121 0C kecuali dinyatakan lain. Autoklaf yang sederhana
menggunakan sumber uap dari pemanasan air yang ditambahkan
ke dalam autoklaf. Dengan autoklaf sederhana ini, tekanan dan
temperatur diatur dengan jumlah panas dari api. Kelemahan
autoklaf ini adalah bahwa perlu penjagaan dan pengaturan panas
secara manual, selama masa sterilisasi dilakukan (Kurniawansyah,
2016).
Prosedur uji sterilitas menggunakan teknik penyaringan
membran dilakukan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara
inokulasi langsung ke dalam media uji, uji tidak kurang dari volum
dan jumlah seperti yang tertera pada Pemilihan spesimen uji dan
masa inkubasi. Peralatan unit penyaring membran yang sesuai
terdiri dari satu perangkat yang dapat memudahkan penanganan
bahan uji secara aseptik dan membran yang telah diproses dapat
dipindahkan secara aseptic untuk inokulasi ke dalam media yang
sesuai atau satu perangkat yang dapat ditambahkan media steril ke
dalam penyaringnya dan membran di inkubasi in situ. Membran
yang sesuai umumnya mempunyai porositas 0,45 μm, dengan
diameter lebih kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55
ml sampai 75 ml per menit pada tekanan 70 cmHg. Unit
keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan membran
sebelum digunakan, atau membran dapat disterilkan secara terpisah
dengan cara apa saja yang dapat mempertahankan karakteristik
penyaring dan menjamin sterilitas penyaring dan perangkatnya.
Jika bahan uji berupa minyak, membran dapat disterilkan terpisah,
dan setelah melalui pengeringan, unit dirakit secara aseptik
(Siddiq, 2014).

Gambar 1. Teknik sterilisasi basah dengan autoklaf


(Agri, 2012)

2.2 Sterilisasi Alat


Sterilisasi sangat berperan penting bagi kelancaran hasil kultur
sel. Peralatan pendukung yang steril juga berperan penting dalam
upaya pencegahan agar penelitian terhindar dari kontaminasi.
Peralatan pendukung ini antara lain terdiri dari: tip kuning, tip biru,
tabung 1,5 ml, petri dish, alat bedah, dan tabung 15 ml. Peralatan
tersebut perlu dikemas sebelum dilakukan sterilisasi dengan
autoklaf. Bahan atau wadah untuk mengemas peralatan pendukung
diperlukan untuk menjaga peralatan dari tekanan dan suhu tinggi
selama proses sterilisasi dengan autoclave. Salah satu bahan
alternative yang dapat digunakan untuk mengemas adalah plastik
prolipropilen standing pouch. Proses penelitian di laboratorium
yang dilakukan oleh mahasiswa atau peneliti sebagian besar
menggunakan peralatan yang steril.
Penelitian yang memerlukan peralatan steril antara lain: kultur
bakteri, kultur sel, kultur tanaman dan penelitian di bidang biologi
molekuler seperti DNA/RNA. Peralatan yang perlu disterilkan
antara lain: tabung kaca,alat bedah, tabung plastik berbagai ukuran,
petridish, tip kuning, dan tip biru. Peneliti memerlukan bahan
untuk mengemas dan melindungi peralatan tersebut selama proses
sterilisasi dengan tekanan dan suhu tinggi di dalam alat autoklaf.
Bahan pengemas yang sering dipakai antara lain: kertas payung,
kertas koran, rak tip, aluminium foil, dan plastik tebal, akan tetapi
bahan-bahan tersebut masih memiliki kelemahan. Penggunaan
kertas payung/koran sering meninggalkan bercak pada peralatan
setelah disterilisasi di dalam autoklaf. Penggunaan plastik tebal
masih membutuhkan staples dan selotip yang terkadang kurang
rapat. Penggunaan alumunium foil mudah robek sedangkan rak tip
harganya relatif mahal (Istini, 2019).

Gambar 2. Sterilisasi alat


(Agri, 2012)

2.3 Sterilisasi ruang


Laboratorium kultur jaringan tumbuhan terdiri atas ruangan-
ruangan yang dipisahkan berdasarkan fungsinya. Ruangan-ruangan
tersebut di antaranya yaitu ruang persiapan (preparation area),
ruang penanaman (transfer area), ruang pertumbuhan (growing
area). Seberapa pun luas laboratorium kultur jaringan tanaman,
ketiga ruang tersebut harus ada di dalamnya. Ketiga ruang di atas
juga harus terpisah dari kebun bibit dan green house untuk
menghindari masuknya kontaminasi ke dalam ruang kultur.
Kebersihan lantai, meja dan kursi harus tetap dijaga secara intensif
agar tidak menjadi sumber kontaminasi. Ruang penanaman
merupakan ruang yang digunakan untuk isolasi, inokulasi dan
subkultur (penjarangan) pada kondisi steril yang di dalamnya
terdapat lemari kaca atau kabinet yang disebut Laminar Air flow
(LAF). Laminar Air flow ini digunakan untuk pemotongan eksplan,
untuk melakukan penanaman dan subkultur. Akan tetapi, jika tidak
ada LAF yang memadai, tahap isolasi (pemotongan eksplan) dapat
dilakukan di antara kertas saring steril. Sangat dianjurkan untuk
menggunakan jas laboratorium yang bersih selama tahap persiapan
dan mensterilkan tangan dengan alkohol 96% (Sugiyarto, 2012).

Gambar 3. Sterilisasi ruang kerja dengan lampu UV.


(Hars, 2020)
IV. METODE
4.1 Alat
1. Laptop/handphone
2. Alat tulis
3. Autoklaf
4. Filter membran

4.2 Bahan
1. Buku penuntun praktikum Kultur Jaringan Tanaman
2. PPT praktikum acara II “Sterilisasi Alat dan Ruang”
3. Kertas
4. Akuades
5. Peralatan yang akan disterilisasi (cawan petri, alat diseksi,
botol kultur, dll).
6. Aluminium foil

4.3 Cara Kerja

4.3.1 Sterilisasi Alat


1. Semua alat gelas dan logam dicuci bersih terlebih dahulu
menggunakan sabun, kemudian dibilas dengan cermat
dan dikeringkan.
2. Cawan petri, peralatan diseksi dan pisau dibungkus
dengan kertas, sehingga saat dibuka sterilitas alat tersebut
tetap terjaga.
3. Botol kultur ditutup dengan aluminium foil dan dilapisi
dengan kertas.
4. Lembaran aluminium dipotong-potong sesuai dengan
ukuran mulut botol kultur, kemudian dimasukkan ke
dalam botol selai dan tutup, lapisi tutup dengan kertas.
5. Botol kultur/Erlenmeyer berukuran 100 mL diisi dengan
akuades sebanyak 50 mL.
6. Erlenmeyer ditutup rapat dengan aluminium foil dan
lapisi dengan kertas.
7. Sementara itu, untuk alat logan dan cawan petri dapat
disterilisasi menggunakan oven pada suhu 160-170 C o

selama 2 jam.
8. Akuades dan aluminium foil dapat disetrilkan dalam
autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit.
o
9. Setelah semua peralatan selesai disterilisasi, kemudian
alat dibiarkan dingin dan disimpan sampai saat akan
digunakan.

4.3.2 Sterilisasi Bahan


1. Botol kultur yang telah berisi media, ditutup dengan
aluminium foil dan dilapis kertas/plastik.
2. Botol kultur dengan tutup plastik tahan panas, ditutup
tidak terlalu kencang.
3. Media/bahan disterilisasi dengan autoklaf pada  suhu
121⸰C dan tekanan 1.12 atm selama 15 menit.

4.3.3 Sterilisasi Ruang


1. Dilakukan sterilisasi udara dalam ruang inokulasi.
2. Selanjutnya, udara disterilisasi dengan aerosol
3. Dilakukan penyemprotan larutan alkohol 70% ke tembok
dan udara.
4. Udara disterilisasi dengan lampu UV di atas ruangan.
5. Meja kerja dan lantai disterilisasi setiap kali akan bekerja
dengan cara disemprot alkohol 70% dan dikeringkan.
V. HASIL PENGAMATAN

No Nama alat Langkah sterilisasi Keterangan gambar berdasarkan


. video Youtube dari Adam Hars,
2020).
https://www.youtube.com/
watch?v=rAhkobsG_Y4

1. Autoklaf Sebelum disterilisasi,


pinset dibungkus
dengan kertas dengan
rapat.

Botol kultur
dibungkus dengan
aluminium foil di
bagian tutupnya.

Peralatan yang ingin


disterilisasi
dimasukkan ke dalam
autoklaf.

Autoklaf ditutup
rapat, diatur suhunya
menjadi 121oC, lalu
alat ditunggu hingga
15 menit sampai
benar-benar steril.
2. Laminar Kain lap yang
Air Flow digunakan untuk
membersihkan LAF,
direndam
menggunakan
alkohol, kemudian
peras sebelum
digunakan.

Lakukan pengelapan
pada LAF secara
searah dari atas ke
bawah.

Dilakukan
penyinaran
menggunakan lampu
UV.

3. Enkas Sama dengan LAF,


lakukan pengelapan
dengan kain yang
sudah disterilkan
dengan alkohol.

Setelah dilakukan
penyinaran UV,
maka Enkas dapat
ditutup dengan rapat
supaya tidak ada
kontaminan masuk.
VI. PEMBAHASAN
Praktikum Kultur Jaringan Tanaman Acara ke-2 yang berjudul
“Sterilisasi Alat dan Ruang” dilaksanakan pada hari Senin, 7 Maret
2022 secara daring menggunakan aplikasi Microsoft Teams. Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk memperkenalkan mahasiswa mengenai
cara mempersiapkan peralatan dan ruang yang steril untuk pembuatan
kultur jaringan tanaman. Alat dan bahan yang digunakan yaitu
laptop/handphone, alat tulis, autoklaf, buku penuntun praktikum
Kultur Jaringan Tanaman, PPT praktikum acara II “Sterilisasi Alat dan
Ruang”, kertas, akuades, peralatan yang akan disterilisasi, seperti
cawan petri, alat diseksi, botol kultur, dan aluminium foil.

5.1 Sterilisasi Alat


Sterilisasi peralatan laboratorium adalah proses membersihkan
peralatan yang akan digunakan dalam kultur jaringan tanaman
sebelum digunakan. Hal tersebut didukung oleh pendapat dari
Istini (2020), bahwa sterilisasi alat merupakan proses penghilangan
atau membunuh mikroorganisme, baik itu protozoa, fungi, bakteri,
mycoplasma, virus dalam benda/peralatan untuk menjaga peralatan
di laboratorium tetap bersih dan steril untuk mencegah terjadinya
kontaminasi.
Alat-alat laboratorium dapat disterilisasi dalam autoklaf,
sehingga memerlukan bahan pembungkus agar peralatan tersebut
terhindar dari resiko kerusakan karena tekanan uap panas dari
autoklaf. Hal ini sesuai dengan pendapat Istini (2020), bahwa
peralatan laboratorium yang akan disterilisasi memerlukan bahan
pengemas. Kemasan adalah suatu benda yang digunakan sebagai
wadah/tempat yang dikemas dan dapat mencegah kerusakan,
melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran, serta
gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran.
Gambar 4. Sterilisasi alat
Zulfahmi (2021)

5.1.1 Alat-alat kaca


Peralatan kaca merupakan instrumen laboratorium yang
berbahan dasar gelas, bersifat transparan sehingga
memudahkan praktikan dalam melakukan pengamatan suatu
reaksi. Contoh peralatan kaca yaitu cawan petri, botol kultur,
Erlenmeyer, tabung reaksi, dan lain-lain. Hal ini didukung
oleh pendapat dari Dwiyani (2015), bahwa glassware adalah
semua peralatan kecil yang terbuat dari bahan gelas seperti
gelas ukur, gelas, labu erlenmeyer, serta botol kultur. Alat-
alat ini dapat disterilisasi dengan oven maupun dengan
autoklaf. Peralatan tersebut harus dibungkus dengan kertas
saat sterilisasi agar kondisi steril tetap terjaga sampai alat
tersebut digunakan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat dari
Armaleni (2019), bahwa alat-alat yang terbuat dari kaca yang
aka digunakan mesti dicuci terlebih dahulu, dikeringkan,
kemudian dibungkus dengan kertas koran dan mulut wadah
ditutup dengan kapas. Sterilisasi dilakukan dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121˚C, tekanan 1 atm
selama 15 menit. Jarum ose dan pinset disterilisasikan dengan
mencelupkan ke dalam alkohol 70% dan melakukan
pemijaran menggunakan api bunsen.
Gambar 5. Alat-alat gelas
(Meidi, 2021)

5.1.2 Alat-alat logam


Peralatan logam merupakan alat laboratorium yang dibuat
dari bahan dasar nongelas (logam). Contoh alat-alat logam
yaitu dissection kit yang terdiri atas; scalpel, gunting, pisau,
dan alat lain-lain. Peralatan tersebut harus disterilisasi dengan
membungkusnya dengan kertas dan diberi tekanan uap panas
pada autoklaf. Hal ini didukung oleh pendapat Sukma (2021),
bahwa gunting berfungsi untuk memotong jaringan yang
tebal. Sementara pinset jaringan berfungsi untuk menangkap
atau mengambil jaringan. Sesuai pula dengan pendapat
Dwiyani (2015) bahwa peralatan kecil lainnya terdiri dari
dissecting kit (perataan untuk memotong/mengiris), pinset,
spatula dan lain-lain yang umumnya terbuat dari bahan logam
(stainlessteel). Spatula merupakan pengaduk atau digunakan
untuk mengambil bahan berupa serbuk. Pinset digunakan
untuk memegang/menjepit benda, umumnya digunakan pada
saat penanaman eksplan. Scalpel adalah gagang pisau yang
dalam penggunaannya berpasangan dengan blade (pisau).
Gunanya adalah untuk mengiris/memotong, dalam hal ini
bahan eksplan yang akan ditanam.
Gambar 6. Alat-alat logam
(Maher, 2020)

5.2 Bahan Sterilisasi


Bahan sterilisasi merupakan aneka bahan yang disiapkan untuk
disterilisasi atau dibebaskan dari mikroba. Bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum kultur jaringan tanaman harus
melewati tahap sterilisasi karena sel/jaringan yang ditanamkan
hanya akan tumbuh apabila kondisi lingkungannya aseptis. Contoh
bahan yang harus disterilisasi sebelum digunakan dalam proses
kultur jaringan tanaman adalah; alkohol, larutan pemutih, larutan
merkuri. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Shofiyani (2012)
bahwa sterilisasi untuk inisiasi dengan teknik kultur jaringan
menggunakan kombinasi air mengalir, detergen, fungisida,
bakterisida, alkohol 70%, antiseptik PCMX 10%, surfaktan
polysorbate 3 tetes per liter, antiseptik povidone-iodine, clorox
(10% dan 20%) dan HgCl2 0,1% menerangkan bahwa kombinasi
bahan sterilan yang tepat merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan streilisasi. Ada berbagai bahan kimia
sterilan yang dibutuhkan untuk sterilisasi dalam laboratorium
antara lain yaitu alcohol 70%, larutan pemutih, merkuri dan
detergen. Jenis bahan sterilan tersebut termasuk ke dalam bahan
kimia desinfektan. Desinfektan sendiri merupakan bahan kimia
yang digunakan untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme penyebab kontaminasi yang tidak diharapkan,
misalnya bakteri, jamur, dan virus. Disinfektan didefinisikan
sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Didukung pula oleh
pendapat Churaez (2020), bahwa disinfektan biasanya dijadikan
bahan disinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Dalam suatu waktu tertentu disinfektan digunakan sebagai salah
satu cara dalam proses sterilisasi atau proses pembebasan kuman.

Gambar 7. Bahan sterilisasi


(Esha, 2022)

5.2.1 Alkohol 70%


Alkohol 70%  sebenarnya merupakan larutan berbahan
utama isopropil alkohol yang umumnya digunakan sebagai
disinfektan dan antiseptik. Namun, pada kondisi
tertentu, alkohol 70% mungkin disalahgunakan sehingga
menyebabkan keracunan. Sesuai dengan pendapat Armaleni
(2019), bahwa salah satu contoh antiseptik adalah
chlorhexidine dan alkohol. Chlorhexidine dengan alkohol
memiliki mekanisme yang mirip, yaitu bekerja mengganggu
struktur membran bakteri, sehingga mengakibatkan lisis.
Penggunaan antiseptik kombinasi untuk bakteri
Staphylococcus aureus menghasilkan zona hambat yang
signifikan lebih besar dari pada alkohol atau chlorhexidine.
Sesuai pula dengan pendapat dari Indrawan (2015), bahwa
pemberian larutan desinfeksi dengan menggunakan
kombinasi Chlorexidine gluconate cetrimide-alkohol 70%
memiliki efektifitas yang lebih baik dalam menurunkan
koloni kuman. Sesuai pula dengan pendapat dari Fitriani
(2019), bahwa sterilisasi merupakan salah satu upaya untuk
menghilangkan mikoorganisme penyebab kontaminan pada
eksplan. Kontaminasi merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi keberhasilan dalam teknik kultur jaringan
terutama pada eksplan. Beberapa bahan kimia yang dapat
digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah
sunligth cair, clorox, (NaOCl), HgCl2 , AgNo3 dan alkohol.
Gambar 8. Alkohol 70%
(Glorya, 2022)

5.2.2 Larutan Pemutih


Larutan pemutih merupakan salah satu bahan
laboratorium yang berupa senyawa klorin yang paling
terkenal yang digunakan sebagai pemutih adalah klorox.
Nama standar klorox adalah natrium hipoklorit, NaClO.
Klorox ini dikenal juga sebagai zat pelantang yang dapat
melunturkan warna–warna pada pakaian. Sesuai dengan
pendapat dari Tambunan (2021) bahwa cairan pemutih
pakaian, Natrium Hipoklorit disebut pula dengan Sodium
Hipoklorit merupakan oksidator dengan daya oksidasi tinggi
dengan potensial redoks yang besar.6 Dengan kereaktifan
tersebut. Natrium hipoklorit memiliki konsekuensi untuk
bereaksi dengan serat menyebabkan kerusakan serat. Bahaya
kerusakan seratnya jauh lebih tinggi dari pada zat
pengelantang yang lain. Zat ini memiliki berat molekul 74,5
g/mol, berwarna putih sedikit kekuningan pada kondisi bubuk
anhidrat. bahanbahan kimia yang terkandung dalam cairan
pemutih pakaian seperti natrium hipoklorit, natrium
hidroksida, hidrogen peroksida, dan kalsium hipoklorit.
Gambar 9. Larutan pemutih
(Kamini, 2022)

5.2.3 Merkuri
Merkuri adalah salah satu bahan kimia yang bisa
digunakan untuk steriliasi eksplan dalam kultur jaringan.
Penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati karena bersifat
racun. Cara perlakuan sterilisasinya sama dengan Clorox atau
NaClO, hanya waktunya lebih pendek karena sublimat
bersifat keras. Sterilisasi dengan HgCl2 (Mercurie chloride)
0,1% (10 menit) dan alkohol 95% (5 menit) menunjukkan
persentase eksplan kontaminasi dan browning terendah yaitu
33,33% dan 16,67% dan eksplan hidup tertinggi yaitu
50,00%, serta paling banyak menekan kontaminan mata tunas
anggrek Phalaenopsis h merkuri klorida (HgCl2). Pada bidang
pertanian khususnya kultur jaringan, merkuri klorida sering
dijadikan sebagai agen sterilan. Beberapa penelitian yang
menggunakan merkuri klorida pada proses sterilisasi eksplan
tunas samping antara lain adalah penelitian yang dilakukan
Anthony et al. (2015). Mereka menggunakan HgCl2 pada
konsentrasi 0,15% selama 15 menit pada eksplan jati, tetapi
menunjukkan tingkat keberhasilan kultur yang rendah
(41.68%). Penggunaan merkuri klorida 0,1% selama 20 menit
juga dilakukan pada tanaman manggis dan dapat
mengeliminasi sumber kontaminan pada eksplan tunas bibit
manggis dari pesemaian (Handayani dkk., 2013).
Mercuri atau air raksa (Hg) merupakan logam yang
berbentuk cairan dalam suhu ruang (25°C) berwarna
keperakan. Sifat merkuri sama dengan sifat kimia yang stabil
terutama di lingkungan sedimen, yaitu mengikat protein,
mudah menguap dan mengemisi atau melepaskan uap
merkuri beracun walaupun pada suhu ruang.Merkuri biasa
digunakan sebagai bahan kimia pembantu yang sesuai dengan
sifatnya untuk mengikat butiranbutiran emas agar mudah
dalam pemisahan dengan partikel-partikel lainnya. Cara
penambangan emas dan pengolahan bijih emas oleh para
penambang liar ini sangat sederhana, tetapi akibat
kesederhanaan dan ketidaktahuan serta ketidakpedulian
mereka telah membawa akibat buruk bagi kelangsungan
hidup di lingkungan sekitarnya yang berpotensi
menyebabkan efek racun pada lingkungan perairan. Merkuri
dalam bentuk logam biasanya akan menumpuk di ginjal dan
sistem saraf yang akan mengganggu bila akumulasinya
semakin banyak (Yulis, 2018).

Gambar 10. Merkuri


(Sandi, 2018)

5.2.4 Deterjen
Deterjen merupakan produk pembersih yang merupakan
penyempurnaan dari sabun. Kelebihan deterjen dibandingkan
sabun adalah kemampuannya dalam mengatasi air sadah dan
larutan asam. Detergen sering disebut dengan istilah deterjen
sintetis yang dibuat dari bahan-bahan sintetis. Berdasarkan
penelitian dari Armila (2014) multiplikasi in vitro tunas
bawang merahkultivar bawang Sumenep menunjukkan
bahwa pada sterilisasi eksplan menggunakan bahan kimia
sterilan berupa deterjen, Dithane M-45 plus Agrept masing-
masing 4g L-1 selama 24 jam dan Chlorox 10% plus 5 tetes
Tween-20 selama 20 menit dapat menekan tingkat
kontaminasi sehingga eksplan sehat dapat mencapai 90%.
Gambar 11. Deterjen.
(Parapuan, 2021)
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diketahui
bahwa peralatan dan ruang laboratorium kultur jaringan tanaman harus
disterilkan terlebih dahulu sebelum melakukan proses penanaman.
Peralatan laboratorium dapat disterilkan menggunakan autoklaf.
Sementara itu, ruang penanaman baik itu enkas maupun Laminar Air
Flow juga harus disterilkan menggunakan penyinaran dengan sinar
UV.
DAFTAR PUSTAKA
Istini. 2020. Pemanfaatan Plastik Polipropilen Standing Pouch Sebagai Salah Satu
Kemasan Sterilisasi Peralatan Laboratorium. Indonesian Journal of
Laboratory, 2 (3): 41-46.
Sari, Sri Adella dan Nilmarito, Suriati. 2019. Red Spinach (Alternanthera amoena
voss) as an Environmental Friendly Acid Base Indicator. Red Spinach
(Alternanthera amoena voss) as an Environmental Friendly Acid Base
Indicator, 02 (2): 104 – 107.
Sulistya, Ida Ayu. 2020. Pemanfaatan Penggunaan Natrium Hipoklorit (NaOCl)
dalam Cairan Pemutih Pakaian sebagai Pereaksi Pengujian Amonia
pada Air. Integrated Lab Journal, 1 (1): 32-28.
Soemardjati, Wiwi dan Muqsith. 2013. Sistem Filtrasi dan Sterilisasi Ultra Violet
(UV) pada Pemeliharaan Abalone (Holiotis tokobushi / squamata).
Jurnal Ilmu Perikanan, 4 (1): 1-6.
Yulis, Putri Ade Rahma. 2018. Analisis Kadar Logam Merkuri (Hg) dan pH Air
Sungai Kuantan terdampak Penambangan Emas Tanpa Izin. Jurnal
Pendidikan kimia, 2 (1): 28-36.
Irma Ria Ferdianti, Noor Fadiawati, Lisa Tania, M. Mahfudz Fauzi S. 2016. Alat
Penentuan Jenis-jenis Sistem berbasis Gelas. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia, 5 (1), 38-49.
Olivia Cininta, AT. Diana Nerawati, Koerniasar. 2017. Kualitas Udara Ruang
Operasi RSU X Surabaya. 15 (2): 76-80.
Dwiyani, Rindang. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Bali: Pelawasari.
Kurnianingsih, Rina., Ghazali, Murzal., Rosidah, Siti., Muspiah, Aida., Astuti,
Sri., Nikmatullah, Aluh. 2020. Pelatihan Teknik Dasar Kultur Jaringan
Tanaman. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(5): 888-896.
Ningsih, Nia Purnama., Sari, Rafika., Apridamayanti, Pratiwi. 2018. Optimasi
Aktivitas Bakteriosin yang Dihasilkan oleh Lactobacillus brevis dari
Pisang Ijo. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains,7 (2): 233-242.
Yunita, Wulansari., Cahyono, Edi., Wijayanti, Nanik. 2016. Pengembangan KIT
Stoikiometri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Melalui
Pembelajaran Scientific Approach. Journal of Innovative Science
Education, 2 (2): 63-72.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 7 Maret 2022

Asisten, Praktikan,

Rina Sari Asih


Eva Sundari Febriana
(24020219140064)
(24020220120003)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai