LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH :
NIM : C1011181084
DOSEN PENGAMPU :
STERILISASI ALAT
1.1.Sterilisasi Alat
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui cara
mensterilisasi alat-alat yang akan digunakan dalam pekerjaan kultur jaringan
tanaman.
b. Alat dan Bahan
Alat yang disiapkan seperti Autoclave, Oven listrik, Dissection set,
Botol-botol kultur dan glass ware. Bahan yang disiapkan seperti Tissue,
kertas, karet/tali pengikat.
c. Cara Kerja
Siapkan 4 baskom yang berisi air. Baskom pertama untuk
perendaman botol sebelum dicuci, baskom kedua untuk pembilasan
botol setelah dicuci menggunakan detergen, baskom ketiga air bilas
yang ditambahkan Clorox 2%, baskom keempat air bilas yang bersih.
Botol yang telah digunakan direndam kedalam air.
Kemudian dicuci menggunakan detergen. Bagian dalam botol disikat
menggunakan sikat khusus tujuannya agar sisa - sisa media dapat
dihilangkan.
Setelah dicuci botol dibilas dengan air bersih.
Selanjutnya perendaman botol dengan larutan Clorox 2%.
Pembilasan terakhir, botol dibilas dengan air bersih.
Pembungkusan alat dissecsion set sebelum disterilisasi dengan
autoclave.
Preparasi autoclave, menambahkan sedikit air aquadest kedalam
autoclave.
Kemudian masukkan botol – botol kedalam autoclave.
Pengaturan siklus sterilisasi automatic.
After sterilisasi, tutup autoclave dibuka dan botol yang ada didalam
autoclave dibiarkan dulu.
Jika tidak langsung digunakan, alat dapat disimpan dengan
menggunakan plastik.
d. Pembahasan
Pada praktikum acara 1 sterilisasi alat dilakukan pencucian alat
kultur jaringan dengan menggunakan detergen dan larutan clorox. Setelah
melakukan pencucian terhadap alat kultur , proses sterilisasi dilanjutkan
dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121℃ selama 60 menit.
Sterilisasi ini dilakukan 3 kali dengan suhu dan tekanan yang sama.
Autoclave yang digunakan adalah autoclave otomatis dengan kapasitas
sebanyak 3 susun.
Sterilisasi adalah suatu proses di mana kegiatan ini bertujuan untuk
membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme.
Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup
yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk
nonvegetatif (spora) (Subaghdja, 2010).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik
yang ada, jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik
yang dapat berkembang baik. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang
paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz,1992).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang
merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan
(Lay dan Hatowo, 1992).
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang akan
disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di
laboratorium Mikrobiologi ialah dengan pemanasan. Bila panas digunakan
bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab, bila
tanpa kelembaban disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering
(Ammi, dkk., 2013).
Menurut Ratna (1993) Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
merupakan Sterilisasi basah yang biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau
sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air
jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Maka sterilisasi basah
dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap
air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang biasanya disterilkan
dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan
laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang tercemar, dan bahan-
bahan dari karet. Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan
sterilisasi basah:
Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus
dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator.
Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena
itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur
agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus
permeabel terhadap uap.
Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai
121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit.
Autoklaf yang lebih komplit menggunakan sumber energi dari listrik.
Alatnya dilengkapi dengan timer dan thermostat. Bila pengatur automatis ini
berjalan dengan baik. Maka autoklaf dapat dijalankan sambil mengerjakan
pekerjaan lain. Kelemahannya adalah bila salah satu pengatur tidak bekerja,
maka pekerjaan persiapan media menjadi sia-sia dan kemungkinan
menyebabkan kerusakan total pada autoklaf. Sebagai sumber uap, juga
berasal dari air yang ditambahkan ke dalam autoklaf dan didihkan. Untuk
autoklaf sederhana diperlukan beberapa proses validasi yang bisa menjamin
kelayakan autoklaf itu. Salah satunya pengujian dengan menggunakan
indikator biologi. Pengujian lain bisa dilakukan dengan menggunakan
indikator kimia ataupun indikator fisika (Irby, 1994).
Sterilisasi Alat Seluruh alat yang digunakan dibungkus menggunakan
kertas perkamen kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu
121
0C selama 15 menit. Setelah itu, alat kualitatif yang telah disterilisasi
dimasukan ke dalam oven dengan suhu 150 0C selama 1 jam. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995; Hagman, 2005).
e. Kesimpulan
Sterilisasi alat merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam
Teknik kultur jaringan. Sterilisasi bertujuan untuk menghindari alat kultur
dari kontaminasi mikroorganisme. Sterilisasi alat yang banyak digunakan
yaitu dengan menggunakan autoclave.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Farmaka
Volume 14 Nomor 1 68 Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal. 9; 855; 1110-1114.
Fardiaz, Srikandi. 1992.Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Hagman, DE. 2005. Sterilization. In: Remington; The Science and Practice
of Pharmacy. 21st Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and
Witkins. p. 776.
Irby, T. 1994. Pembersihan, Sterilisasi dan Penyimpanan. Tersedia di:
http://www.uaf.edu [Diakses tanggal 29 desember 2020]
Lay, B. W. dan Hastowo. 1992.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.
Ratna, 1993, Mikrobiologi Dasar, Gramedia, Jakarta.
Subaghdja, Rickie, 2010, Sterilisasi dan Pengenalan Alat
Mikrobiologi, Yudistira: Bandung.
BAB II
2.1.Pembuatan Media
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui cara membuat media
dengan benar.
Alat yang disiapkan seperti pH meter, Becker glass, Hot plate + stirrer,
sendok timbang, Labu Ukur, pipet + bulb, Timbangan. Bahan yang disiapkan
seperti Larutan stok MS, Vit dan ZPT, Aquadest, Sukrosa/gula, Air kelapa,
Aluminium foil, Tissue, Larutan KOH/HCL 1 N, agar-agar.
c. Cara Kerja
Siapkan semua larutan yang ingin digunakan.
Kemudian pipet semua larutan stok MS sesuai dengan keterangan pada
labelnya dan masukkan dalam becker glass.
Kemudian lakukan pemipetan stok NAA (0,1 ppm) dan BAP (0,5 ppm)
dan masukkan dalam becker glass. Pipet yang telah digunakan diganti.
Larutan yang telah dipipet dicampur, kemudian ditambahkan air yang
bersih (aquades) dan aduk hingga homogen.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengaturan pH terhadap larutan
tersebut.
Pemberian 4 tetes KOH kedalam larutan tersebut, aduk hingga homogen.
Setelah itu, Langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran pH
terhadap larutan tersebut.
Pembuatan media preconditioning, siapkan bahan yang ingin digunakan
seperti gula dan pupuk (gramor).
Masukkan gula dan pupuk kedalam becker glass.
Tambahkan aquadest sebanyak 800 – 900 ml atau mendekati 1000 ml
Kemudian proses homogenitas larutan.
Setelah proses homogrnitas larutan selesai, selanjutnya pengukuran pH
pada larutan tersebut.
Jika pH larutan tidak sesuai dengan pH yang diinginkan, maka dilakukan
penambahan KOH untuk menaikkan pH.
Kemudian larutan dimasukkan kedalam gelas ukur hingga mencapai
1000 ml.
Setelah diukur hingga mencapai 1000ml, larutan dimasukkan kedalam
teflon, kemudian tambahkan 1 bungkus agar – agar.
Setelah itu, larutan dipanaskan sambil diaduk hingga homogen.
Setelah larutan mendidih, larutan akan dimasukkan kedalam botol.
Kemudian botol tersebut ditutup menggunakan plastic tahan panas dan
diikat dengan karet.
c. Cara Kerja
Siapkan media yang akan disterilisasi
Tempatkan dalam botol-botol kultur yang sudah disterilisasi ± 10 – 20
ml (tergantung volume yang diinginkan).
Tutup mulut botol dengan penutup khusus atau plastic tahan panas atau
aluminum foil dan pastikan tutup dalam keadaan rapat dan melekat kuat
pada botol.
Masukkan botol-botol tersebut dalam autoclave, dan nyalakan powernya.
Tunggu sampai suhu mencapai ± 121oC dan tekanan ± 17.5 psi,
kemudian mulai hitung waktunya selama 22 – 30 menit.
Setelah waktu tersebut tercapai, matikan autoclave dan turunkan
tekanannya sampai ± 0 secara perlahan-lahan dengan membuka tombol
pembuangan uapnya atau biarkan sampai turun sendiri.
Keluarkan media dan tempatkan pada rak-rak penyimpanan media di
ruang kultur.
d. Pembahasan
Sterilisasi merupakan hal yang paling utama dan paling penting dalam
teknik kultur jaringan. Hal ini dikarenakan sterilisisasi itu kunci untuk menuju
keberhasilan dari teknik kultur jaringan itu sendiri. Hal-hal yang menyebabkan
sterilisasi alat dan pembuatan media mengalami kegagalan antara lain alat dan
bahan yang bahan kurang steril dan media tidak tertutup rapat sehingga jamur
dan bakteri mudah masuk. Sesuai dengan pernyataan Gunawan (2005) yaitu,
masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja,
pertumbuahn dan perkembangannya dalam botol saja tetapi juga sangat bisa
dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan
muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan. Praperlakuan dilakukan
umumnya untuk
tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan
hambatan.
Selain sterilisasi, pembuatan media serta larutan stok zat pengatur tumbuh
juga sama pentingnya. Menurut Hadioetomo (2000), bahan-bahan untuk
pertumbuhan medium mengandung unsur-unsur nutrien yang dapat diambil dari
bahan alam, meliputi karbohidrat, lemak dan asam-asam organik, sumber
nitrogen yang mencakup pepton dan protein, garam-garam kimia (K, Na, Fe dan
Mg), vitamin, dan sari buah, ekstrak sayuran dan susu. Serta bahan-bahan
tambahan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam medium dengan
tujuan tertentu seperti indikator maupun antibiotik.
Untuk menumbuhkan eksplan menggunakan media MS atau Murashige
and Skoog. Media MS ini merupakan media yang universal digunakan untuk
teknik kultur jaringan karena sesuai dengan kebanyakan eksplan. Hartmann et al
(2002) menyatakan bahwa media yang banyak digunakan dalam kultur jaringan
adalah Murashige-Skoog (MS) yang tersusun atas senyawa anorganik. Media ini
kaya akan makroelemen, nitrogen khusus termasuk NO3 dan ion amonium
(NH4), sukrosa dan vitamin. Inisiasi divisi sel dan selanjutnya produksi kalus
membutuhkan masukan auksin dan sitokinin pada media dalam proporsi yang
tepat. Auksin pada konsentrasi yang sedang sampai tinggi adalah substansi
utama pertumbuhan untuk memproduksi kalus. Auksin yang terutama
digunakan, termasuk di dalamnya indoleacetic acid (IAA), naphtaleneacetic acid
(NAA) dan 2,4-Dichlorophenoxy acetic acid (2,4 D) dalam meningkatkan
keefektifan.
Media MS mempunyai komposisi yang hampir sama dengan media
lainnya yang digunakan untuk tujuan kultur jaringan, yaitu agar, gula, nutrient,
hara makro dan mikro dan ZPT . Menurut Gilang (2009) komposisi media yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang
digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula (digunakan sebagai sumber
energi), dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan. Langkah selanjutnya, media yang sudah dibuat
kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol kultur dan di tutup dengan plastik
sebanyak 2 kali ulangan serta diikat dengan karet. Hal ini dilakukan agar media
tidak terkontaminasi. Botol-botol yang sudah tertutup dimasukkan ke autoklaf
selama 30 menit. Sterilitas dengan autoklaf adalah suatu metode sterilitasasi
dengan uap air dibawah tekanan. Kapas penyumbat, kasa, peralatan
laboratorium, plastic penutup, peralatan gelas, penyaring, pipet, air, dan media
nutrisi dapat disterilisasi dengan autoklaf. Hampir semua mikroba mati apabila
terkena uap air yang sangat panas dari autolaf selama 10-15 menit. Semua obyek
hendaknya disterilisasi pada suhu 121 0C dan takanan 15 Psi selama 15-20
menit. Setelah di autoklaf, botol-botol kultur kemudian dimasukkan keruangan
steril yang sudah disediakan dan di tata di rak-rak sesuai kelompok.
Gunawan 2001. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman
PAU Bioteknologi IPB.
Hartmann, Ketser, Davies and Geneve 2002. Plant Propagation : Principles and
Practices. 6 th edition. New Jersey: Prentice Hall.
Hendaryono dan Wijayani 2004. Teknik Kultur Jaringan: Pengendalian dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Modern. Yogyakarta: Kanisius
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui bahan dan cara-cara
mensterilisasi bahan tanaman (eksplan) dari lapang yang akan digunakan
sebagai eksplan.
Alat yang disiapkan seperti Pinset steril, Botol steril, Bunsen, Laminar.
Bahan yang disiapkan seperti Banlate/Agrept, air steril, Clorox, antibiotik,
Betadine, Tissue, Alkohol 70 %.
c. Cara Kerja
Edamame
Kupas kulit biji edamame,pisahkan antara kulit dan bijinya.
Masukkan biji edamame ke dalam botol kultur.
Rendam dengan larutan clorox 10% selama 5 menit.
Buang larutan clorox ke dalam beaker glass,jangan sampai biji ikut
terbuang.
Bakar mulut botol sebelum dibilas.
Bilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali.
Masukkan aquades steril ke dalam botol kultur kemudian aduk dengan
memutarkan botol,buang aquades steril ke dalam beaker glass,ulangi
sebanyak 3 kali.
Persiapan isolasi inokulasi eksplan
Tiriskan biji edamame ke dalam petri,tuangkan betadine ke dalam petri.
Isolasi eksplan kotiledon biji edamame.
Dengan cara memotong menggunakan pisau,belah kotiledonnya menjadi
2 bagian.
Penirisan eksplan sebelum dilakukan penanaman.
Letakkan eksplan ke dalam cawan petri yg baru menggunakan pinset.
Inokulasi eksplan ke media.
Bakar mulut botol kemudian ambil eksplan pada cawan petri
menggunakan pinset,kemudian masukkan ke dalam botol kultur.
Bakar kembali botol kultur dan tutup menggunakan plastik lalu ikat
dengan karet.
Anggur
Sterilisasi dan inokulasi biji anggur.
Pisahkan biji anggur dengan daging buahnya.
Masukkan biji anggur ke dalam botol kultur.
Persiapan peralatan di laminar :
Siapkan pinset kemudian rendam ke dalam alkohol, nyalakan
bunsen,siapkan petri.
Tuangkan larutan clorox 20% ke dalam botol kultur yg berisi biji anggur
kemudian dikocok,buang larutan clorox ke dalam beaker glass yang
sudah disiapkan,jangan sampai biji anggur ikut terbuang.
Bakar tutup botol sebelum dibilas dengan air steril.
Kemudian bilas dengan air steril sebanyak 3 kali dengan cara
menuangkan air steril ke dalam botol kultur kemudian dikocok atau
diaduk,lalu buang air ke dalam beaker glass.
Jika ada biji anggur yang menempel pada tutup botol maka masukkan ke
dalam botol dengan menggunakan piset.
Inokulasi eksplan:
Biji anggur yang sudah disterilisasi lalu ditiriskan pada cawan petri.
Ambil botol kultur lalu buka plastik penutupnya, bakar mulut botol
kemudian ambil biji anggur pada cawan petri menggunakan pinset yang
sudah dibakar sebelumnya.Tutup kembali cawan petri agar tidak
terkontaminasi.
Masukkan biji anggur sebanyak 3 ke dalam botol kultur.
Bakar kembali mulut botol, tutup menggunakan plastik tadi lalu ikat
menggunakan karet.
Bawang Putih
Kupas kulit bawang dari umbinya, pisahkan antara kulit dan umbinya.
Masukkan umbi ke dalam botol kultur.
Rendam dengan larutan fungisida (2g/L).
Dishaker dalam larutan fungisida selama 10 menit, kemudian airnya
dibuang.
Kemudian dilanjutkan dengan perendaman umbi dalam larutan clorox
25% selama 10 menit.
Pembilasan dengan aquades steril sebanyak 3x.
Perendaman dalam larutan clorox 10% selama 5 menit, kemudian
dibilas dengan aquades steril 3x.
Steril akhir dengan betadine.
Isolasi tunas vegetative sebagai bahan eksplan.
Setelah itu tiriskan tunas vegetative beberapa saat pada cawan petri.
Ambil botol kultur lalu buka plastik penutupnya, bakar mulut botol
kemudian ambil tunas vegetative bawang putih pada cawan petri
menggunakan pinset yang sudah dibakar sebelumnya. Tutup kembali
cawan petri agar tidak terkontaminasi.
Masukkan tunas vegetative bawang putih sebanyak 3 ke dalam botol
kultur.
Bakar kembali mulut botol, tutup menggunakan plastik tadi lalu ikat
menggunakan karet.
d. Pembahasan
Pada praktikum acara 3 sterilisasi eksplan dan inokulasi, bahan yang
digunakan yaitu edamame, anggur dan bawang putih. Edamame, anggur diambil
bijinya dan bawang putih diambil tunas vegetativenya. Sebelum ditanam
kedalam botol eksplan edamame dan anggur di sterilisasi menggunakan
clorox dengan
dosis yang sudah ditentukan. Berbeda dengan bawang putih, sterilisasi bawang
putih dilakukan dengan menggunakan fungisida dan clorox dengan dosis yang
sudah ditentukan. Setelah melakukan proses sterilisasi eksplan sudah siap untuk
ditanam ke dalam botol dengan memasukkan 3 eksplan kedalam satu botol.
Sterilisasi dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Teknik sterilisasi
kimiami dengan cara merendam dengan detergen/bayclin, setelah itu direndam
dengan alkohol 70% (Rahayu, 2016).
Tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kultur jaringan sangat
ditentukan oleh sejumlah faktor, terutama sterilisasi dan komposisi media yang
digunakan. Sterilisasi bahan kultur dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
penggunaan berbagai bahan sterilan maupun perlakuan secara fisik
(pemanasan/pembakaran pada suhu tertentu). Bahan sterilan yang sering
digunakan diantaranya deterjen, bakterisida dan fungisida.Penggunaan bahan
sterilan seperti deterjen (sunlight, Clorox, bayclin dan tween 80), bakterisida dan
fungisida.
Sterilisasi eksplan bawang putih didukung oleh hasil penelitian
Budiono(2003) pada multiplikasi in vitro tunas bawang merah kultivar bawang
Sumenep menunjukkan bahwa pada sterilisasi eksplan menggunakan bahan
kimia sterilan berupa deterjen, Dithane M-45 plus Agrept masing-masing 4g L-1
selama 24 jam dan Chlorox 10% plus 5 tetes Tween-20 selama 20 menit dapat
menekan tingkat kontaminasi sehingga eksplan sehat dapat mencapai 90%.
Perlakuan sterilisasi dengan suhu tinggi (pembakaran) tidak umum dilakukan,
namun dianggap penting apabila menggunakan eksplan yang kontak langsung
dengan tanah seperti pada tanaman bawang. Guna mendapatkan tingkat
sterilisasi yang baik, maka penggunaan sterilan bahan kimia dengan ataupun
disertai perlakuan fisik (pembakaran) dianggap penting untuk dilakukan pada
kultur jaringan tanaman yang eksplannya bersentuhan langsung dengan tanah.
Eksplan yang dipilih akan disterilisasi permukaannya dengan berbagai
bahan sterilisasi. Tipe dan konsentrasi sterilisasi serta waktu yang digunakan
ditentukan berdasarkan pengalaman dan pengamatan. Bahan sterilisasi yang
digunakan untuk sterilisasi permukaan misalnya sodium hipoklorit, hidrogen
peroksida, bromin, dan perak nitrat. Pada sterilisasi permukaan dibasahi dengan
larutan sterilisasi. Penggunaan alkohol 70% dan penambahan detergen dan
tween 20 sebanyak 1-2 tetes bertujuan supaya tegangan permukaaan bahan
desinfektan dapat menyentuh lekukan-lekukan kecil atau rongga kecil seperti
celah diantara bulu-bulu halus yang ada di eksplan sehingga eksplan benar-benar
steril. Hal ini dapat lebih mengefektifkan sterilisasi (Zulkarnain, 2009).
e. Kesimpulan
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/martiwi28proses-menginisiasikan-
eksplan.com.diakses tanggal 29 desember 2020.
Rahayu, T. (2016). Modul Praktek Kultur Jaringan Tanaman. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi
Daya. Bumi Aksara, Jakarta.
BAB IV
SUB KULTUR
4.1.Sub Kuljar
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui cara
melakukan sub kultur dengan benar.
b. Alat dan Bahan
c. Cara Kerja
Persiapan laminar air flow.Menyalakan UV.Menyalakan lampu
TL.
Nyalakan lilin (bunsen),siapkan pinset yang sudah direndam
dalam alkohol 96%.
Buka plastik yang ada pada botol kultur ,jangan sampai
menyentuh mulut botol.
Bakar mulut botol,bakar pinset.
Buka petri secukupnya dan ambil tunas anggrek menggunakan
pinset lalu masukkan ke dalam botol kultur, boleh didirikan atau
diletakkan saja pada media.
Tutup petri,kemudian bakar mulut botol.
Ambil plastik tadi kemudian tutup mulut botol menggunakan
plastik dan diikat dengan karet.
Setelah itu beri label.
d. Pembahasan
Kegiatan praktikum acara 4 ini adalah subkultur anggrek.
Persiapan laminar air flow.Menyalakan UV.Menyalakan lampu TL.
Nyalakan lilin (bunsen),siapkan pinset yang sudah direndam dalam
alkohol 96%. Buka plastik yang ada pada botol kultur ,jangan sampai
menyentuh mulut botol. Bakar mulut botol,bakar pinset. Buka petri
secukupnya dan ambil tunas anggrek menggunakan pinset lalu masukkan
ke dalam botol kultur, boleh didirikan atau diletakkan saja pada media.
Tutup petri,kemudian bakar mulut botol. Ambil plastik tadi kemudian
tutup mulut botol menggunakan plastik dan diikat dengan karet.
Daftar Pustaka
Anonim.2010. KulturJaringan.http://www.dephut.go.id/INFORMASI/se
tjen/ PUSSTAN/info_5_1_0604/ si_11.htm, diakses 30 desember
2020.
AKLIMATISASI
5.1.Aklimatisasi
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui planlet yang
siap diaklimatisasi dan cara melakukan aklimatisasi dengan benar.
b. Alat dan Bahan
c. Cara Kerja
Mengeluarkan planlet dari dalam botol.
Mencuci planlet sampai bersih dibawah air mengalir.
Perendaman dengan larutan fungisida dengan dosis sesuai
anjuran (2 gram/liter).
Pelembaban media tanam, dilakukan penyemprotan dengan air.
Penanaman dilakukan dengan menanam planlet sebanyak 4
planlet dalam satu pot.
Penyungkupan, agar kelembaban terjaga kurang lebih 7 – 10 hari,
mulai hari ke 3 lubangi sedikit plastik sungkupan, hari berikutnya
dilubangi lagi sampai tanaman tersebut mampu beradaptasi
dengan lingkungan luar.
d. Pembahasan
Daftar Pustaka