Anda di halaman 1dari 26

COVER

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN TANAMAN

OLEH :

NAMA : FEBRIYATI VEBIOLA

NIM : C1011181084

DOSEN PENGAMPU :

ASNAWATI, S.HUT., M.SI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2020


DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................1
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN........................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
BAB I STERILISASI ALAT................................................................................................3
1.1. Sterilisasi Alat.........................................................................................................3
Daftar Pustaka.......................................................................................................................6
BAB II PEMBUATAN DAN STERILISASI MEDIA.........................................................7
2.1. Pembuatan Media...................................................................................................7
2.2 Sterilisasi Media.....................................................................................................8
Daftar Pustaka.....................................................................................................................12
BAB III STERILISASI EKSPLAN DAN INOKULASI....................................................13
3.1. Sterilisasi Eksplan dan Inokulasi..........................................................................13
Daftar Pustaka.....................................................................................................................18
BAB IV SUB KULTUR.....................................................................................................19
4.1. Sub Kuljar.............................................................................................................19
Daftar Pustaka.....................................................................................................................22
BAB V AKLIMATISASI...................................................................................................23
5.1. Aklimatisasi..........................................................................................................23
Daftar Pustaka.....................................................................................................................25
BAB I

STERILISASI ALAT
1.1.Sterilisasi Alat
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui cara
mensterilisasi alat-alat yang akan digunakan dalam pekerjaan kultur jaringan
tanaman.
b. Alat dan Bahan
Alat yang disiapkan seperti Autoclave, Oven listrik, Dissection set,
Botol-botol kultur dan glass ware. Bahan yang disiapkan seperti Tissue,
kertas, karet/tali pengikat.
c. Cara Kerja
 Siapkan 4 baskom yang berisi air. Baskom pertama untuk
perendaman botol sebelum dicuci, baskom kedua untuk pembilasan
botol setelah dicuci menggunakan detergen, baskom ketiga air bilas
yang ditambahkan Clorox 2%, baskom keempat air bilas yang bersih.
 Botol yang telah digunakan direndam kedalam air.
 Kemudian dicuci menggunakan detergen. Bagian dalam botol disikat
menggunakan sikat khusus tujuannya agar sisa - sisa media dapat
dihilangkan.
 Setelah dicuci botol dibilas dengan air bersih.
 Selanjutnya perendaman botol dengan larutan Clorox 2%.
 Pembilasan terakhir, botol dibilas dengan air bersih.
 Pembungkusan alat dissecsion set sebelum disterilisasi dengan
autoclave.
 Preparasi autoclave, menambahkan sedikit air aquadest kedalam
autoclave.
 Kemudian masukkan botol – botol kedalam autoclave.
 Pengaturan siklus sterilisasi automatic.
 After sterilisasi, tutup autoclave dibuka dan botol yang ada didalam
autoclave dibiarkan dulu.
 Jika tidak langsung digunakan, alat dapat disimpan dengan
menggunakan plastik.
d. Pembahasan
Pada praktikum acara 1 sterilisasi alat dilakukan pencucian alat
kultur jaringan dengan menggunakan detergen dan larutan clorox. Setelah
melakukan pencucian terhadap alat kultur , proses sterilisasi dilanjutkan
dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121℃ selama 60 menit.
Sterilisasi ini dilakukan 3 kali dengan suhu dan tekanan yang sama.
Autoclave yang digunakan adalah autoclave otomatis dengan kapasitas
sebanyak 3 susun.
Sterilisasi adalah suatu proses di mana kegiatan ini bertujuan untuk
membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme.
Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup
yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk
nonvegetatif (spora) (Subaghdja, 2010).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik
yang ada, jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik
yang dapat berkembang baik. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang
paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz,1992).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang
merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan
(Lay dan Hatowo, 1992).
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang akan
disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di
laboratorium Mikrobiologi ialah dengan pemanasan. Bila panas digunakan
bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab, bila
tanpa kelembaban disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering
(Ammi, dkk., 2013).
Menurut Ratna (1993) Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
merupakan Sterilisasi basah yang biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau
sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air
jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Maka sterilisasi basah
dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap
air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang biasanya disterilkan
dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan
laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang tercemar, dan bahan-
bahan dari karet. Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan
sterilisasi basah:
 Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus
dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator.
 Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena
itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur
agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
 Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus
permeabel terhadap uap.
 Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai
121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit.
Autoklaf yang lebih komplit menggunakan sumber energi dari listrik.
Alatnya dilengkapi dengan timer dan thermostat. Bila pengatur automatis ini
berjalan dengan baik. Maka autoklaf dapat dijalankan sambil mengerjakan
pekerjaan lain. Kelemahannya adalah bila salah satu pengatur tidak bekerja,
maka pekerjaan persiapan media menjadi sia-sia dan kemungkinan
menyebabkan kerusakan total pada autoklaf. Sebagai sumber uap, juga
berasal dari air yang ditambahkan ke dalam autoklaf dan didihkan. Untuk
autoklaf sederhana diperlukan beberapa proses validasi yang bisa menjamin
kelayakan autoklaf itu. Salah satunya pengujian dengan menggunakan
indikator biologi. Pengujian lain bisa dilakukan dengan menggunakan
indikator kimia ataupun indikator fisika (Irby, 1994).
Sterilisasi Alat Seluruh alat yang digunakan dibungkus menggunakan
kertas perkamen kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu
121
0C selama 15 menit. Setelah itu, alat kualitatif yang telah disterilisasi
dimasukan ke dalam oven dengan suhu 150 0C selama 1 jam. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995; Hagman, 2005).
e. Kesimpulan
Sterilisasi alat merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam
Teknik kultur jaringan. Sterilisasi bertujuan untuk menghindari alat kultur
dari kontaminasi mikroorganisme. Sterilisasi alat yang banyak digunakan
yaitu dengan menggunakan autoclave.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Farmaka
Volume 14 Nomor 1 68 Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal. 9; 855; 1110-1114.
Fardiaz, Srikandi. 1992.Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Hagman, DE. 2005. Sterilization. In: Remington; The Science and Practice
of Pharmacy. 21st Edition. Philadelphia: Lippincott Williams and
Witkins. p. 776.
Irby, T. 1994. Pembersihan, Sterilisasi dan Penyimpanan. Tersedia di:
http://www.uaf.edu [Diakses tanggal 29 desember 2020]
Lay, B. W. dan Hastowo. 1992.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.
Ratna, 1993, Mikrobiologi Dasar, Gramedia, Jakarta.
Subaghdja, Rickie, 2010, Sterilisasi dan Pengenalan Alat
Mikrobiologi, Yudistira: Bandung.
BAB II

PEMBUATAN DAN STERILISASI MEDIA

2.1.Pembuatan Media
a. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui cara membuat media
dengan benar.

b. Alat dan Bahan

Alat yang disiapkan seperti pH meter, Becker glass, Hot plate + stirrer,
sendok timbang, Labu Ukur, pipet + bulb, Timbangan. Bahan yang disiapkan
seperti Larutan stok MS, Vit dan ZPT, Aquadest, Sukrosa/gula, Air kelapa,
Aluminium foil, Tissue, Larutan KOH/HCL 1 N, agar-agar.

c. Cara Kerja
 Siapkan semua larutan yang ingin digunakan.
 Kemudian pipet semua larutan stok MS sesuai dengan keterangan pada
labelnya dan masukkan dalam becker glass.
 Kemudian lakukan pemipetan stok NAA (0,1 ppm) dan BAP (0,5 ppm)
dan masukkan dalam becker glass. Pipet yang telah digunakan diganti.
 Larutan yang telah dipipet dicampur, kemudian ditambahkan air yang
bersih (aquades) dan aduk hingga homogen.
 Langkah selanjutnya adalah melakukan pengaturan pH terhadap larutan
tersebut.
 Pemberian 4 tetes KOH kedalam larutan tersebut, aduk hingga homogen.
 Setelah itu, Langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran pH
terhadap larutan tersebut.
 Pembuatan media preconditioning, siapkan bahan yang ingin digunakan
seperti gula dan pupuk (gramor).
 Masukkan gula dan pupuk kedalam becker glass.
 Tambahkan aquadest sebanyak 800 – 900 ml atau mendekati 1000 ml
 Kemudian proses homogenitas larutan.
 Setelah proses homogrnitas larutan selesai, selanjutnya pengukuran pH
pada larutan tersebut.
 Jika pH larutan tidak sesuai dengan pH yang diinginkan, maka dilakukan
penambahan KOH untuk menaikkan pH.
 Kemudian larutan dimasukkan kedalam gelas ukur hingga mencapai
1000 ml.
 Setelah diukur hingga mencapai 1000ml, larutan dimasukkan kedalam
teflon, kemudian tambahkan 1 bungkus agar – agar.
 Setelah itu, larutan dipanaskan sambil diaduk hingga homogen.
 Setelah larutan mendidih, larutan akan dimasukkan kedalam botol.
 Kemudian botol tersebut ditutup menggunakan plastic tahan panas dan
diikat dengan karet.

2.2 Sterilisasi Media


a. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui cara mensterilisasi


media yang akan digunakan dalam pekerjaan kultur jaringan tanaman dengan
autoclave.

b. Alat dan Bahan

Alat yang disiapkan seperti Autoclave, Botol-botol steril. Bahan yang


disiapkan seperti Media, Tissue, Plastik tahan panas/aluminium foil

c. Cara Kerja
 Siapkan media yang akan disterilisasi
 Tempatkan dalam botol-botol kultur yang sudah disterilisasi ± 10 – 20
ml (tergantung volume yang diinginkan).
 Tutup mulut botol dengan penutup khusus atau plastic tahan panas atau
aluminum foil dan pastikan tutup dalam keadaan rapat dan melekat kuat
pada botol.
 Masukkan botol-botol tersebut dalam autoclave, dan nyalakan powernya.
Tunggu sampai suhu mencapai ± 121oC dan tekanan ± 17.5 psi,
kemudian mulai hitung waktunya selama 22 – 30 menit.
 Setelah waktu tersebut tercapai, matikan autoclave dan turunkan
tekanannya sampai ± 0 secara perlahan-lahan dengan membuka tombol
pembuangan uapnya atau biarkan sampai turun sendiri.
 Keluarkan media dan tempatkan pada rak-rak penyimpanan media di
ruang kultur.
d. Pembahasan

Praktikum acara 2 menggunakan larutan stok N11 yang terdiri dari


larutan MS, NAA dan BAP. Larutan stok media MS dengan komposisi larutan
stok yang digunakan masing-masing sebanyak 10 ml stok A, 10 ml stok B, 10
ml stok C,10 ml stok D, 10 ml stok E, 5 ml stok F, dan 10 ml Vit. Pemipetan
semua larutan harus dilakukan secara berurutan untuk menghindari terjadi reaksi
kimia antar larutan. Selain media MS juga dibuat media preconditioning dari
bahan gula dan pupuk grumol. Lakukan pengecekan pH terhadap semua larutan.
Jika pH tidak sesuai dengan yang diingikan maka tambahkan KOH atau HCL.
Untuk 1 liter larutan tambahkan 1 bungkus agar-agar sebagai bahan pemadat.
Larutan stok disimpan kedalam botol yang telah steril.

Sterilisasi merupakan hal yang paling utama dan paling penting dalam
teknik kultur jaringan. Hal ini dikarenakan sterilisisasi itu kunci untuk menuju
keberhasilan dari teknik kultur jaringan itu sendiri. Hal-hal yang menyebabkan
sterilisasi alat dan pembuatan media mengalami kegagalan antara lain alat dan
bahan yang bahan kurang steril dan media tidak tertutup rapat sehingga jamur
dan bakteri mudah masuk. Sesuai dengan pernyataan Gunawan (2005) yaitu,
masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja,
pertumbuahn dan perkembangannya dalam botol saja tetapi juga sangat bisa
dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan
muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan. Praperlakuan dilakukan
umumnya untuk
tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan
hambatan.

Selain sterilisasi, pembuatan media serta larutan stok zat pengatur tumbuh
juga sama pentingnya. Menurut Hadioetomo (2000), bahan-bahan untuk
pertumbuhan medium mengandung unsur-unsur nutrien yang dapat diambil dari
bahan alam, meliputi karbohidrat, lemak dan asam-asam organik, sumber
nitrogen yang mencakup pepton dan protein, garam-garam kimia (K, Na, Fe dan
Mg), vitamin, dan sari buah, ekstrak sayuran dan susu. Serta bahan-bahan
tambahan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam medium dengan
tujuan tertentu seperti indikator maupun antibiotik.
Untuk menumbuhkan eksplan menggunakan media MS atau Murashige
and Skoog. Media MS ini merupakan media yang universal digunakan untuk
teknik kultur jaringan karena sesuai dengan kebanyakan eksplan. Hartmann et al
(2002) menyatakan bahwa media yang banyak digunakan dalam kultur jaringan
adalah Murashige-Skoog (MS) yang tersusun atas senyawa anorganik. Media ini
kaya akan makroelemen, nitrogen khusus termasuk NO3 dan ion amonium
(NH4), sukrosa dan vitamin. Inisiasi divisi sel dan selanjutnya produksi kalus
membutuhkan masukan auksin dan sitokinin pada media dalam proporsi yang
tepat. Auksin pada konsentrasi yang sedang sampai tinggi adalah substansi
utama pertumbuhan untuk memproduksi kalus. Auksin yang terutama
digunakan, termasuk di dalamnya indoleacetic acid (IAA), naphtaleneacetic acid
(NAA) dan 2,4-Dichlorophenoxy acetic acid (2,4 D) dalam meningkatkan
keefektifan.
Media MS mempunyai komposisi yang hampir sama dengan media
lainnya yang digunakan untuk tujuan kultur jaringan, yaitu agar, gula, nutrient,
hara makro dan mikro dan ZPT . Menurut Gilang (2009) komposisi media yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang
digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula (digunakan sebagai sumber
energi), dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan. Langkah selanjutnya, media yang sudah dibuat
kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol kultur dan di tutup dengan plastik
sebanyak 2 kali ulangan serta diikat dengan karet. Hal ini dilakukan agar media
tidak terkontaminasi. Botol-botol yang sudah tertutup dimasukkan ke autoklaf
selama 30 menit. Sterilitas dengan autoklaf adalah suatu metode sterilitasasi
dengan uap air dibawah tekanan. Kapas penyumbat, kasa, peralatan
laboratorium, plastic penutup, peralatan gelas, penyaring, pipet, air, dan media
nutrisi dapat disterilisasi dengan autoklaf. Hampir semua mikroba mati apabila
terkena uap air yang sangat panas dari autolaf selama 10-15 menit. Semua obyek
hendaknya disterilisasi pada suhu 121 0C dan takanan 15 Psi selama 15-20
menit. Setelah di autoklaf, botol-botol kultur kemudian dimasukkan keruangan
steril yang sudah disediakan dan di tata di rak-rak sesuai kelompok.

Pembuatan media kultur memiliki keberhasilan 100%, namun belum


diketahui kemampuannya untuk menumbuhkan eksplan. Media yang dibuat pada
awalnya belum tampak kontaminasi, namun setelah beberapa hari ada beberapa
yang mengalami kontaminasi. Kontaminasi dikarenakan tidak adanya kesterilan
baik alat, bahan ataupun individu yang membuat media. Ciri media yang baik
adalah tidak terlalu keras atau tekstur yang tidak terlalu padat. Media yang
terlalu padat akan menyulitkan pertumbuhan eksplan terutama dibagian akar.
Selain tidak terlalu padat, ciri media yang baik mempunyai gel yang jernih, ini
menandakan semua komponen yang telah ditambahkan telah homogen. Hal ini
seperti penyataan Hendaryono dan Wijayani (2004), media yang terlalu padat
dapat mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar-akar sulit untuk menembus
ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek, akan menyebabkan
kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya eksplan yang
ditanam, terutama eksplan yang berat seperti eksplan bawang putih. Eksplan
yang tenggelam, tidak akan dapat tumbuh menjadi kalus, karena tertutup oleh
medium. Tenggelamnya eksplan di dalam tempat tumbuh kalus, yaitu pada irisan
(jaringan yang luka) tertutup oleh medium. Tenggelamnya eksplan di dalam
medium juga akann menyebabkan busuk karena keadaannya sangat lembab dan
akhirnya mengandung jamur dan bakteri.
Hal-hal yang penting dalam media adalah komposisi agar, pengaturan pH,
dan air. pH diatur dari kisaran 5,6 sampai 5,8 dengan 1N KOH atau 1N HCl.
Pengaturan pH ini bertujuan agar menyediakan pH yang cocok untuk
pertumbuhan eksplan.Kalau pH kurang dari 5 atau lebih dari 7 akan
menghambat pertunbuhan dan perkembangan eksplan. Hal ini terkait dengan
pengaruhnya pada ketersediaan unsur hara yang terlarut (Yuwono 2008).
e. Kesimpulan

Pembuatan Media MS merupakan media yang universal digunakan untuk


teknik kultur jaringan karena sesuai dengan kebanyakan eksplan. dalam
pembuatan media perlu dilakukan sterilisasi agar media terhindar dari
kontaminasi mikroorganisme. Sterilisasi merupakan hal yang paling utama dan
paling penting dalam teknik kultur jaringan. Hal ini dikarenakan sterilisisasi itu
kunci untuk menuju keberhasilan dari teknik kultur jaringan itu sendiri. Hal-hal
yang menyebabkan sterilisasi alat dan pembuatan media mengalami kegagalan
antara lain alat dan bahan yang bahan kurang steril dan media tidak tertutup
rapat sehingga jamur dan bakteri mudah masuk.
Daftar Pustaka

Gunawan 2001. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman
PAU Bioteknologi IPB.

Gunawan 2005. Teknik Kultur Jaringan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hartmann, Ketser, Davies and Geneve 2002. Plant Propagation : Principles and
Practices. 6 th edition. New Jersey: Prentice Hall.

Hendaryono dan Wijayani 2004. Teknik Kultur Jaringan: Pengendalian dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Modern. Yogyakarta: Kanisius

Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.


BAB III

STERILISASI EKSPLAN DAN INOKULASI

3.1.Sterilisasi Eksplan dan Inokulasi


a. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui bahan dan cara-cara
mensterilisasi bahan tanaman (eksplan) dari lapang yang akan digunakan
sebagai eksplan.

b. Alat dan Bahan

Alat yang disiapkan seperti Pinset steril, Botol steril, Bunsen, Laminar.
Bahan yang disiapkan seperti Banlate/Agrept, air steril, Clorox, antibiotik,
Betadine, Tissue, Alkohol 70 %.

c. Cara Kerja
 Edamame
 Kupas kulit biji edamame,pisahkan antara kulit dan bijinya.
 Masukkan biji edamame ke dalam botol kultur.
 Rendam dengan larutan clorox 10% selama 5 menit.
 Buang larutan clorox ke dalam beaker glass,jangan sampai biji ikut
terbuang.
 Bakar mulut botol sebelum dibilas.
 Bilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali.
 Masukkan aquades steril ke dalam botol kultur kemudian aduk dengan
memutarkan botol,buang aquades steril ke dalam beaker glass,ulangi
sebanyak 3 kali.
 Persiapan isolasi inokulasi eksplan
 Tiriskan biji edamame ke dalam petri,tuangkan betadine ke dalam petri.
 Isolasi eksplan kotiledon biji edamame.
 Dengan cara memotong menggunakan pisau,belah kotiledonnya menjadi
2 bagian.
 Penirisan eksplan sebelum dilakukan penanaman.
 Letakkan eksplan ke dalam cawan petri yg baru menggunakan pinset.
 Inokulasi eksplan ke media.
 Bakar mulut botol kemudian ambil eksplan pada cawan petri
menggunakan pinset,kemudian masukkan ke dalam botol kultur.
 Bakar kembali botol kultur dan tutup menggunakan plastik lalu ikat
dengan karet.
 Anggur
 Sterilisasi dan inokulasi biji anggur.
 Pisahkan biji anggur dengan daging buahnya.
 Masukkan biji anggur ke dalam botol kultur.
 Persiapan peralatan di laminar :
 Siapkan pinset kemudian rendam ke dalam alkohol, nyalakan
bunsen,siapkan petri.
 Tuangkan larutan clorox 20% ke dalam botol kultur yg berisi biji anggur
kemudian dikocok,buang larutan clorox ke dalam beaker glass yang
sudah disiapkan,jangan sampai biji anggur ikut terbuang.
 Bakar tutup botol sebelum dibilas dengan air steril.
 Kemudian bilas dengan air steril sebanyak 3 kali dengan cara
menuangkan air steril ke dalam botol kultur kemudian dikocok atau
diaduk,lalu buang air ke dalam beaker glass.
 Jika ada biji anggur yang menempel pada tutup botol maka masukkan ke
dalam botol dengan menggunakan piset.
 Inokulasi eksplan:
 Biji anggur yang sudah disterilisasi lalu ditiriskan pada cawan petri.
 Ambil botol kultur lalu buka plastik penutupnya, bakar mulut botol
kemudian ambil biji anggur pada cawan petri menggunakan pinset yang
sudah dibakar sebelumnya.Tutup kembali cawan petri agar tidak
terkontaminasi.
 Masukkan biji anggur sebanyak 3 ke dalam botol kultur.
 Bakar kembali mulut botol, tutup menggunakan plastik tadi lalu ikat
menggunakan karet.

 Bawang Putih
 Kupas kulit bawang dari umbinya, pisahkan antara kulit dan umbinya.
 Masukkan umbi ke dalam botol kultur.
 Rendam dengan larutan fungisida (2g/L).
 Dishaker dalam larutan fungisida selama 10 menit, kemudian airnya
dibuang.
 Kemudian dilanjutkan dengan perendaman umbi dalam larutan clorox
25% selama 10 menit.
 Pembilasan dengan aquades steril sebanyak 3x.
 Perendaman dalam larutan clorox 10% selama 5 menit, kemudian
dibilas dengan aquades steril 3x.
 Steril akhir dengan betadine.
 Isolasi tunas vegetative sebagai bahan eksplan.
 Setelah itu tiriskan tunas vegetative beberapa saat pada cawan petri.
 Ambil botol kultur lalu buka plastik penutupnya, bakar mulut botol
kemudian ambil tunas vegetative bawang putih pada cawan petri
menggunakan pinset yang sudah dibakar sebelumnya. Tutup kembali
cawan petri agar tidak terkontaminasi.
 Masukkan tunas vegetative bawang putih sebanyak 3 ke dalam botol
kultur.
 Bakar kembali mulut botol, tutup menggunakan plastik tadi lalu ikat
menggunakan karet.
d. Pembahasan
Pada praktikum acara 3 sterilisasi eksplan dan inokulasi, bahan yang
digunakan yaitu edamame, anggur dan bawang putih. Edamame, anggur diambil
bijinya dan bawang putih diambil tunas vegetativenya. Sebelum ditanam
kedalam botol eksplan edamame dan anggur di sterilisasi menggunakan
clorox dengan
dosis yang sudah ditentukan. Berbeda dengan bawang putih, sterilisasi bawang
putih dilakukan dengan menggunakan fungisida dan clorox dengan dosis yang
sudah ditentukan. Setelah melakukan proses sterilisasi eksplan sudah siap untuk
ditanam ke dalam botol dengan memasukkan 3 eksplan kedalam satu botol.
Sterilisasi dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Teknik sterilisasi
kimiami dengan cara merendam dengan detergen/bayclin, setelah itu direndam
dengan alkohol 70% (Rahayu, 2016).
Tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kultur jaringan sangat
ditentukan oleh sejumlah faktor, terutama sterilisasi dan komposisi media yang
digunakan. Sterilisasi bahan kultur dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
penggunaan berbagai bahan sterilan maupun perlakuan secara fisik
(pemanasan/pembakaran pada suhu tertentu). Bahan sterilan yang sering
digunakan diantaranya deterjen, bakterisida dan fungisida.Penggunaan bahan
sterilan seperti deterjen (sunlight, Clorox, bayclin dan tween 80), bakterisida dan
fungisida.
Sterilisasi eksplan bawang putih didukung oleh hasil penelitian
Budiono(2003) pada multiplikasi in vitro tunas bawang merah kultivar bawang
Sumenep menunjukkan bahwa pada sterilisasi eksplan menggunakan bahan
kimia sterilan berupa deterjen, Dithane M-45 plus Agrept masing-masing 4g L-1
selama 24 jam dan Chlorox 10% plus 5 tetes Tween-20 selama 20 menit dapat
menekan tingkat kontaminasi sehingga eksplan sehat dapat mencapai 90%.
Perlakuan sterilisasi dengan suhu tinggi (pembakaran) tidak umum dilakukan,
namun dianggap penting apabila menggunakan eksplan yang kontak langsung
dengan tanah seperti pada tanaman bawang. Guna mendapatkan tingkat
sterilisasi yang baik, maka penggunaan sterilan bahan kimia dengan ataupun
disertai perlakuan fisik (pembakaran) dianggap penting untuk dilakukan pada
kultur jaringan tanaman yang eksplannya bersentuhan langsung dengan tanah.
Eksplan yang dipilih akan disterilisasi permukaannya dengan berbagai
bahan sterilisasi. Tipe dan konsentrasi sterilisasi serta waktu yang digunakan
ditentukan berdasarkan pengalaman dan pengamatan. Bahan sterilisasi yang
digunakan untuk sterilisasi permukaan misalnya sodium hipoklorit, hidrogen
peroksida, bromin, dan perak nitrat. Pada sterilisasi permukaan dibasahi dengan
larutan sterilisasi. Penggunaan alkohol 70% dan penambahan detergen dan
tween 20 sebanyak 1-2 tetes bertujuan supaya tegangan permukaaan bahan
desinfektan dapat menyentuh lekukan-lekukan kecil atau rongga kecil seperti
celah diantara bulu-bulu halus yang ada di eksplan sehingga eksplan benar-benar
steril. Hal ini dapat lebih mengefektifkan sterilisasi (Zulkarnain, 2009).

Inokulasi bahan eksplan adalah kegiatan penanaman bahan tanam


(eksplan) ke dalam media inisiasi baik berupa media padat/cair dalam botol
kultur di laminar air flow cabinet/enkas dengan kondisi aseptik. Kondisi aseptik
diperlukan untuk keberhasilan inokulasi eksplan sehingga kegiatan inokulasi
memerlukan peralatan dan bahan yang mendukung terciptanya kondisi yang
aseptik. Laminar atau enkas merupakan meja kerja steril tempat
inokulasieksplan maka untuk menciptakan kondisi aseptik laminar atau enkas
perlu disterilisasi terlebih dahulu dengan cara menyalan lampu Ultra Violet
(UV) minimal 30 menit sebelum dioperasikan. Apabila pada enkas tidak
terdapat lampu UV, Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara menempatkan
larutan formalin 5% pada petridish/cawan petri yang diletakkan didalam enkas
selama 1 malam.

Alat-alat diseksi terdiri dari pinset yang digunakan untuk menjepit


eksplan dan menanam eksplan serta scalpel beserta mata pisau digunakan dalam
pemotong eksplan. Cawan Petri atau Petridish digunakan untuk alas memotong
eksplan atau digunakan untuk menyimpan sementara bahan eksplan sebelum
diinokulasikan kedalam media kultur. Lampu bunsen atau lampu spiritus
berfungsi untuk membakar atau mensterilkan alat-alat diseksi (pinset dan pisau
scalpel) dan eksplan.

Jika sudah melakukan sterilisasi bahan eksplan dan melakukan sterilisasi


ruangan beserta Laminar atau Enkas. Langsung saja mulai menginisiasikan
bahan eksplan yang sudah steril untuk dimasukkan kedalam laminar atau enkas.
Melakukan inisiasi seperti ini harus sangat steril, mulai dari jas lab, sarung
tangan, hingga masker yang kita gunakan. Jika tidak steril, maka hati-hati saja
jika bahan eksplan akan langsung terkontaminasi sebelum dibawa ke lab
kultur. Lakukan
dengan sangat teliti dan jangan melakukan hal lainnya selama menginisiasikan
eksplan.

e. Kesimpulan

Tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kultur jaringan sangat


ditentukan oleh sejumlah faktor, terutama sterilisasi dan komposisi media yang
digunakan. Sterilisasi bahan kultur dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
penggunaan berbagai bahan sterilan maupun perlakuan secara fisik
(pemanasan/pembakaran pada suhu tertentu). Bahan sterilan yang sering
digunakan diantaranya deterjen, bakterisida dan fungisida.Penggunaan bahan
sterilan seperti deterjen (sunlight, Clorox, bayclin dan tween 80), bakterisida dan
fungisida.

Inokulasi bahan eksplan adalah kegiatan penanaman bahan tanam


(eksplan) ke dalam media inisiasi baik berupa media padat/cair dalam botol
kultur di laminar air flow cabinet/enkas dengan kondisi aseptik. Kondisi aseptik
diperlukan untuk keberhasilan inokulasi eksplan sehingga kegiatan inokulasi
memerlukan peralatan dan bahan yang mendukung terciptanya kondisi yang
aseptik.

Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/martiwi28proses-menginisiasikan-
eksplan.com.diakses tanggal 29 desember 2020.
Rahayu, T. (2016). Modul Praktek Kultur Jaringan Tanaman. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi
Daya. Bumi Aksara, Jakarta.
BAB IV

SUB KULTUR

4.1.Sub Kuljar
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui cara
melakukan sub kultur dengan benar.
b. Alat dan Bahan

Alat yang disiapkan seperti Laminar air flow, pinset, Petridish,


gunting, Bunsen, scalpel. Bahan yang disiapkan seperti Eksplan yang
akan di sub kultur, Tissue, Alkohol 70 % dan 96%, Spiritus.

c. Cara Kerja
 Persiapan laminar air flow.Menyalakan UV.Menyalakan lampu
TL.
 Nyalakan lilin (bunsen),siapkan pinset yang sudah direndam
dalam alkohol 96%.
 Buka plastik yang ada pada botol kultur ,jangan sampai
menyentuh mulut botol.
 Bakar mulut botol,bakar pinset.
 Buka petri secukupnya dan ambil tunas anggrek menggunakan
pinset lalu masukkan ke dalam botol kultur, boleh didirikan atau
diletakkan saja pada media.
 Tutup petri,kemudian bakar mulut botol.
 Ambil plastik tadi kemudian tutup mulut botol menggunakan
plastik dan diikat dengan karet.
 Setelah itu beri label.
d. Pembahasan
Kegiatan praktikum acara 4 ini adalah subkultur anggrek.
Persiapan laminar air flow.Menyalakan UV.Menyalakan lampu TL.
Nyalakan lilin (bunsen),siapkan pinset yang sudah direndam dalam
alkohol 96%. Buka plastik yang ada pada botol kultur ,jangan sampai
menyentuh mulut botol. Bakar mulut botol,bakar pinset. Buka petri
secukupnya dan ambil tunas anggrek menggunakan pinset lalu masukkan
ke dalam botol kultur, boleh didirikan atau diletakkan saja pada media.
Tutup petri,kemudian bakar mulut botol. Ambil plastik tadi kemudian
tutup mulut botol menggunakan plastik dan diikat dengan karet.

Perbanyakan anggrek pada umumnya dilakukan dengan cara


perkecambahan biji secara in-vitro, sehingga hasil yang diperoleh tidak
seragam dan menghasilkan warna bunga yang beragam. (Rianawati, dkk.
2009 dalam Anonim, 2010) Setelah membentuk buah dan berbiji, maka
penumbuhan bijinya dilakukan secara in-vitro hingga menjadi tanaman
yang siap ditanam di area terbuka untuk berproduksi atau dipasarkan.
Anggrek merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang
tinggi. Tanaman anggrek biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia sebagai tanaman hias. Pada zaman sekarang ini, perbanyakan
anggrek lebih banyak dilakukan dengan kultur jaringan. Teknik
kultur jaringan dapat untuk memperbanyak tanaman anggrek secara
cepat. Apabila ada anggrek yang bunganya bagus tetapi jumlahnya
sedikit, maka anggrek tersebut dapat diperbanyak dengan mengambil
beberapa tunasnya. Dengan menggunakan hormon yang tepat, tunas
tersebut dapat digandakan.
Menurut Herdaryono dan Wijayanti (1994), overplanting adalah
pemindahan anggrek yang masih sangat kecil dari medium lama ke
dalam medium baru yang dilakukan secara aseptik di dalam entkas atau
ruang penabur (laminar air flow). Istilah lain yang digunakan adalah
“subkultur”. Tujuan dilakukan overplanting adalah agar anggrek tetap
mendapatkan unsur hara untuk pertumbuhannya. Bila media agar lebih
dari tiga bulan tidak diganti, maka media akan tampak kecoklatan,
menjadi semakin sedikit, dan mengering. Untuk anggrek hasil
silangan,keadaan demikian akan sangat merugikan. Oleh karena itu,
sebelum terlambat, anggrek botol harus segera disubkultur dengan media
segar yang baru.
Pada dasarnya subkultur merupakan tahap kegiatan yang relatif
mudah dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan.
Subkultur dilakukan karena beberapa alasan berikut:
1. Tanaman sudah memenuhi atau sudah setinggi botol.
2. Tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga pertumbuhannya
berkurang.
3. Tanaman mulai kekurangan hara.
4. Media dalam botol sudah mongering.
Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang
dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan
tumbuh yang berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga
berbeda- beda. Tanaman yang harus segera atau relatif cepat disubkultur
adalah jenis pisang-pisangan, alokasia, dan caladium. (Henuhili, 2012)
Tanaman yang relatif lama adalah aglaonema. Untuk tanaman yang
diperbanyak dengan kultur biji, kultur embrio, baik pada embrio somatik
maupun embrio mikrospora, serta multifikasi tunas, maka subkultur
dapat dilakukan dengan memisahkan anakan tanaman dari koloninya
atau melakukan penjarangan. Contoh tanamannya adalah anggrek,
pisang, dan tanaman lain yang satu tipe pertumbuhan. Untuk tanaman
yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan batang maka subkultur
bisa dilakukan dengan memotong tanaman perruas tanaman yang ada.
Namun jika ada planlet yang masih terlalu kecil dan beresiko tinggi
untuk dipotong, maka subkulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan
dari induknya dan ditanam kembali secara terpisah. Contoh tanamannya
adalah jati, krisan, dan tanaman lain yang memiliki karakteristik
pertumbuhan yang sama. kita dapat menghitung kecepatan produksi
tanaman dengan mengetahui kecepatan tanaman melakukan multifikasi
hingga siap disubkultur.
Menurut Anonim (2010), setiap individu yang dikultur dapat
dipecah menjadi 5-6 subkultur dengan maksud dan tujuan:
 Agar eksplan tidak tumbuh berdesakan..
 Agar eksplan tidak kehabisan unsur hara pada media sebelumnya.
 Agar pertumbuhan eksplan seragam.
Eksplan atau kalus yang sudah waktunya dipindahkan ke dalam
media kultur yang baru harus segera dilaksanakan dan tidak boleh
sampai terlambat. Sub kultur yang terlambat dapat menyebabkan
pertumbuhan eksplan atau kalus tersebut akan terhenti atau mengalami
pencoklatan atau bahkan terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.
e. Kesimpulan
Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang
dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan
tumbuh yang berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga
berbeda- beda.
Eksplan atau kalus yang sudah waktunya dipindahkan ke dalam
media kultur yang baru harus segera dilaksanakan dan tidak boleh
sampai terlambat. Sub kultur yang terlambat dapat menyebabkan
pertumbuhan eksplan atau kalus tersebut akan terhenti atau mengalami
pencoklatan atau bahkan terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.

Daftar Pustaka

Anonim.2010. KulturJaringan.http://www.dephut.go.id/INFORMASI/se
tjen/ PUSSTAN/info_5_1_0604/ si_11.htm, diakses 30 desember
2020.

Hendaryono, D.P.S, dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Henuhili, V. 2012. Kultur Jaringan Tumbuhan. Petunjuk
Praktikum. Yogyakarta: FMIPA UNY.
BAB V

AKLIMATISASI

5.1.Aklimatisasi
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk Mengetahui planlet yang
siap diaklimatisasi dan cara melakukan aklimatisasi dengan benar.
b. Alat dan Bahan

Alat yang disiapkan seperti pinset. Alat yang disiapkan seperti


planlet yang siap diaklimatisasi, tissue, media aklimatisasi, Pot plastic,
Plastik transparan.

c. Cara Kerja
 Mengeluarkan planlet dari dalam botol.
 Mencuci planlet sampai bersih dibawah air mengalir.
 Perendaman dengan larutan fungisida dengan dosis sesuai
anjuran (2 gram/liter).
 Pelembaban media tanam, dilakukan penyemprotan dengan air.
 Penanaman dilakukan dengan menanam planlet sebanyak 4
planlet dalam satu pot.
 Penyungkupan, agar kelembaban terjaga kurang lebih 7 – 10 hari,
mulai hari ke 3 lubangi sedikit plastik sungkupan, hari berikutnya
dilubangi lagi sampai tanaman tersebut mampu beradaptasi
dengan lingkungan luar.
d. Pembahasan

Pada praktikum acara 5 yaitu proses aklimatisasi planlet tanaman


anggrek. Aklimatisasi adalah tahapan terakhir metode kultur jaringan.
Tahapan ini menentukan apakah planlet bisa ditanam di lapangan atau
tidak. Tahapan mengadaptasi tanaman dengan kondisi diluar . Planlet di
keluarkan dari dalam botol kultur, kemudian dicuci sampai bersih dialir
yang mengalir. Setelah itu planlet direndam menggunakan fungisida
dengan dosis (2 gram/liter). Penanaman dilakukan dengan menanam
planlet sebanyak 4 planlet dalam satu pot. Penyungkupan, agar
kelembaban terjaga kurang lebih 7 – 10 hari, mulai hari ke 3 lubangi
sedikit plastik sungkupan, hari berikutnya dilubangi lagi sampai tanaman
tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan luar.

Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan planlet dari


dalam botol ke dalam pot untuk selanjutnya dipelihara didalam screen
house agar suhu, udara dan kelembabannya dapat diatur dan terkontrol
dengan baik. Apabila habitatnya sesuai, anggrek dapat tumbuh subur,
sehat dan daunnya hijau segar. Menurut Yusnita (2003) aklimatisasi
berarti melatih tanaman yang sebelumnya ditumbuhkan didalam botol
kultur dengan suplai media yang lengkap untuk dapat hidup secara
mandiri dan berfoto sintesis pada kondisi eksternal.
Menurut Taji et al (2002), secara umum prosedur aklimatisasi
diuraikan sebagai berikut :
Planlet – planlet yang akan diaklimatisasi dikeluarkan dari dalam
wadah kultur. Agar – agar yang masih menempel dicuci bersih untuk
membuang sumber kontaminasi. Selanjutnya, planlet tersebut ditanam
pada medium tanah steril ( dipasteurisasi) di dalam pot kecil. Pada
awalnya, planlet harus dilindungi dari kerusakan dengan menempatkan
di bawah naungan.
Pot anggrek yang digunakan pada pada tahap aklimatisasi ini
sebaiknya memiliki system aerasi yang baik karena akar anggrek secara
alamiah menempel pada pohon sehingga selain berfungsi untuk
menyerap makanan juga berfungsi sebagai akar napas. Beberapa factor
yang perlu dipertimbangkan ketika memilih pot anggrek adalah bahan
baku, drainase (saluran pembuangan air) dan kelancaran aerasi udara,
(Edhi Sandra,2001:16).
Dalam proses aklimatisasi sebaiknya digunakan media tanam
yang halus dan lunak, sehingga akar bisa tumbuh optimal. Media
aklimatisasi berupa sekam bakar, serbuk pakis, moss atau akar pakis.
Prinsipnya media
tersebut harus cukup halus, dapat memegang air dengan baik, serta bebas
dari jamur dan penyakit. Media aklimatisasi sebaiknya disterilisasikan
dengan cara merebus atau menggunakan autoklaf. Bisa juga media
tersebut disemprot fungisida dan dicampur dengan furadan (Edhi Sandra,
2003 : 49).
Selama masa aklimatisasi, kultur anggrek dibiasakan untuk
beradaptasi dengan lingkungan luar dengan menggunakan penyungkup.
Caranya dengan membuka sungkup secara bertahap, interval dan
lamanya pembukaan semakin lama. Setelah sungkup dapat dibuka
sepenuhnya, anggrek dibiarkan menjadi agak besar, kemudian
dipindahkan ke dalam pot pembesaran. Biasanya pemindahan dilakukan
setelah berumur 3 bulan sejak tanaman tersebut dibuka sepenuhnya,
(Edhi Sandra, 2003:51).
e. Kesimpulan

Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan planlet dari


dalam botol ke dalam pot untuk selanjutnya dipelihara didalam screen
house agar suhu, udara dan kelembabannya dapat diatur dan terkontrol
dengan baik.

Dalam proses aklimatisasi sebaiknya digunakan media tanam


yang halus dan lunak, sehingga akar bisa tumbuh optimal. Media
aklimatisasi berupa sekam bakar, serbuk pakis, moss atau akar pakis.
Prinsipnya media tersebut harus cukup halus, dapat memegang air
dengan baik, serta bebas dari jamur dan penyakit. Media aklimatisasi
sebaiknya disterilisasikan dengan cara merebus atau menggunakan
autoklaf. Bisa juga media tersebut disemprot fungisida dan dicampur
dengan furadan

Daftar Pustaka

Edhi Sandra. 2003. Kultur Jaringan Anggrek, Cetakan pertama. Jakarta:


Penerbit PT Agro Media Pustaka.

Handayani, R.F.2011.Proses Aklimatisasi Pada Kultur Jatingan Anggrek


Di Laboratorium Kultur Jaringan Unit Wonocatur,
Banguntapan,Bantul, Yogyakarta.
Taji, A., P. Kumar dan P. Lakshmanan. 2002. In Vitro Plant Breeding.
Haworth Press, Inc., New York.

Yusnita, 2003. Kultur Jaringan, Cara Memperbanyak Tanaman Secara


Efisien. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai