Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI DAN UJI POTENSI MIKROBA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NALAT TAZKIA FIRDA

NIM : K1A018062

KELAS :B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2


TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI DAN UJI POTENSI MIKROBA ........................ 3
I. TUJUAN ................................................................................................................... 3
II. REVIEW VIDEO DEMONSTRASI ........................................................................ 3
2.1 Sterilisasi alat laboratorium dengan autoklaf ..................................................... 3
2.2 Aseptic Technique: Inoculating broth tubes, slant tubes and stab tubes ........... 5
2.3 Aseptic Technique: Inoculation a Petri Plate -- streaking for isolation............ 7
2.4 Hidrolisis protein (hidrolisis kasein pada media Skim Milk Agar) .................. 10
III. KESIMPULAN ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14
TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI DAN UJI POTENSI MIKROBA

I. TUJUAN
Mengetahui teknik-teknik dasar yang digunakan dalam mikrobiologi serta uji
potensi mikroba.
II. REVIEW VIDEO DEMONSTRASI
2.1 Sterilisasi alat laboratorium dengan autoklaf
Virus dan bakteri dari tangan manusia saat proses sterilisasi serta pengaruh
udara bebas atau proses sterilisasi yang kurang optimal menyebabkan alat
aboratorium kurang steril. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu instrumen yang dapat
melakukan proses sterilisasi basah. Sterilisasi adalah pemusnahan atau
pengeliminasian semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat
resisten. Organisme hidup yang dimaksud disini adalah mikroorganisme yang
termasuk didalamnya bakteri, protozoa, fungi, virus dan mycoplasma. Sterilisasi
dapat dilakukan dengan berbagai macam metode (Hadietomo, 1985).
Autoklaf adalah salah satu alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan
metode pemanasan basah. Autoklaf merupakan suatu alat yang berbentuk bejana
dan dapat ditutup. Dalam proses sterilisasi alat ini akan dialiri dengan uap panas
dan tekanan tinggi (Lukas, 2011). Umumnya autoklaf digunakan untuk sterilisasi
peralatan laboratorium atau medis. Cara kerja alat ini dengan menggunakan udara
panas dari uang air yang mencapai suhu 121°C dan tekanan yg berkisar di 2-4 atm
dalam waktu 15-20 menit. Umumnya proses sterilisasi dengan menggunakan
Autoklaf akan berlangsung sekitar 2 jam termasuk waktu untuk kenaikan suhu dan
penurunan suhu. Sebelum menggunakan autoklaf, pastikan autoklaf sudah terisi
dengan air sampai batas yang ditentukan. Air yang digunakan lebih baik air hasil
destilasi. Saat sumber panas dinyalakan air dalam autoklaf akan mendidih. Uap
yang dihasilkan dari air yang mendidih akan memenuhi ruang dalam autoklaf
menggantikan udara yang ada sebelumnya. Lalu katup udara akan ditutup sehinga
tekanan dalan autoklaf akan naik. Saat tekanan dan suhu didalam autoklaf sudah
tercapai proses sterilisasi akan berjalan sesuai dengan waktu yang sudah di
tentukan. Setelah proses selesai sumber panas akan dimatikan sehingga tekanan
dan suhu di dalam autoklaf turun (Harris, 2002).
Langkah pertama berdasarkan video adalah menstrerilkan labu yang
berisikan nutrient agar. Selanjutnya bagian atas ditutup dengan kertas foil dan
letakkan solatip diatas kertas foil. Solatip ini memiliki tinta khusus yang dapat
menyebabkan munculnya garis diagonal hitam saat terkena suhu tinggi.

Gambar 2.1. Selotip khusus autoklaf


Selanjutnya nyalakan daya dan pastikan katup pembuangannya tertutup.
Tambahkan air deionisasi ke garis indikator lalu tempatkan kedalam labu yang
berisi media. Masukkan dalam keranjang didalam autoklaf lalu tutup penutupnya,
dan putar agar dapat tersegel sehingga kedap udara. Panel kontrol pada percobaan
ini digunakan untuk mengatur mode steril dan mengatur suhu menjadi 121oC dan
tekanan menjadi 15 psi.

Gambar 2.2. Suhu sterilisasi 121oC


Autoklaf dioperasikan minimal 15 menit. Saat autoklaf sedang berjalan
masukkan tanggal dan waktu secara detail pada log operasi. Setelah berakhir dan
pengukur tekanan sudah 0 psi lalu buka secara perlahan. Apabila sudah terlihat
garis hitam pada pita autoklaf menunjukkan bahwa suhu yang diinginkan telah
tercapai. Setelah media dingin (sekitar 45oC) lalu tuang kedalam cawan petri.
Untuk yang kedua kita menggunakan metode fast exhaust untuk mensterilkan
beberapa botol sampel. Tutup autoklaf dikencangkan lalu letakkan solatip autoklaf
di atas tutupnya dan masukkan labu kedalam autoklaf dan atur suhu menjadi
121oC, tekanan 15 psi lalu runtime 20 menit dan pilih mode fast exhaust.
Selanjutnya lengkapi data dan catat pada log book. Setelah runtime berakhir dan
tekanan menunjukkan 0 psi, buka tutupnya secara perlahan dan keluarkan
keranjang yang ada didalam lalu apabila terlihat garis hitam pada pita
menunjukkan suhu yang diinginkan telah tercapai. Autoklaf telah siap untuk
digunakan lagi.
2.2 Aseptic Technique: Inoculating broth tubes, slant tubes and stab tubes
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa
mikron atau lebih kecil lagi. Organisme yang termasuk golongan ini adalah
bakteri, cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk
golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya
nampak dengan mikroskop elektron (Dwidjoseputro, 1990). Mikroorganisme
umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan akuatik,
berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer (Pelczar dan Chan, 1986).
Teknik aseptis adalah suatu metode atau teknik didalam memindahkan atau
menstranfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar
tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer
aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial yang harus
diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Teknik ini
sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial yang diketahui oleh
seseorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel
harus dilakukan secara acak (random sampling). Selain itu digunakan teknik
aseptic selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang
digunakan harus steril. Bahan makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan
padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit yang steril (Pelzcar, M.J.
Chan, 2007).
Teknik aseptic sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme
dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptic
digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar
maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode
sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan
laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode
permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001).
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi
dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan
setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehid, etiloksida, atau
betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia oleh sinar lembayung ultra
atau sinar gama. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh
sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Curtis, 1999).
Video ini membahas teknik aseptic, yaitu suatu metode untuk mencegah
mikroorganime yang tidak diinginkan mendapatkan akses untuk berkembang biak.
Video ini disajikan untuk kita belajar bagaimana menumbuhkan bakteri dalam
berbagai media kultur yang berbeda, broth tubes, slant tubes, and stab tubes.
Prosedurnya yaitu pertama-tama dilakukan sterilisasi pada loop selama 10 detik
kemudian loop dimasukkan pada bakteri, berdasarkan video bakteri yang
digunakan adalah Escherichia coli. Selanjutnya loop yang telah terisi bakteri
kemudian dimasukkan ke dalam broth tube dan loop disterilisasi kembali.

Gambar 2.3. Inokulasi broth tube


Selanjutnya pada slant tube dilakukan prosedur yang sama yaitu diambil
bakteri Escherichia coli dengan loop yang telah diresterilisasi kemudian loop
diusap pada paling bawah agar dari slant tube, diusap sampai ke atas hingga
bakteri menempel pada agar di slant tube tersebut.
Gambar 2.4. Inokulasi slant tube
Terakhir, dilakukan prosedur yang sama pada stab tube, bakteri Escherichia
coli diambil dengan loop yang telah diresterilisasi dan dimasukkan dengan cara
loop ditusuk hingga ke dalam agar dari stab tube, setelah itu tabung di sterilisasi
dengan inoculator dan loop diresterilisasi kembali.

Gambar 2.5. Inokulasi stab tube

2.3 Aseptic Technique: Inoculation a Petri Plate -- streaking for isolation


Isolasi atau tindakan mengisolasi suatu mikroba ialah memisahkan mikroba
tersebut dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni
dalam medium buatan. Untuk isolasi harus diketahui cara-cara menanam dan
menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta syarat-syarat lain untuk
pertumbuhannya (Jutono dkk, 1980). Selain istilah isolasi, kita mengenal pula
istilah inokulasi. Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah
pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru
dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri
(inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam
hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya
kontaminasi (Dwijoseputro,1998). Agar biakan bakteri dapat dibuat, maka alat-
alat harus disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi adalah suatu proses yang
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba, termasuk spora, pada
permukaan benda mati. Prosesnya dapat berupa pemanasan, pemberian zat kimia,
radiasi, atau filtrasi (Gruendemann dan Fernsebner, 2006).
Macam-macam cara isolasi dan inokulasi mikrobia adalah antara lain :
1. Cara tebar atau sebar (spread plate method)
Teknik spread plate merupakan teknik dengan cara menginokulasi kultur
mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah
memadat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur
mikroba. Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak
diketahui, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga
sekurang-kurangnya ada satu dari pengenceran itu yang mengandung koloni
terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia yang terpisah memungkinkan
koloni tersebut dapat dihitung(Jutono dkk, 1980).
2. Cara penuangan (pour plate method)
Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair
pada temperatur 45-50ºC dengan suspensi bahanyang mengandung mikroba,
dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Setelah inkubasi akan
terlihat koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin
berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk,
1980).
3. Cara gores (streak plate method)
Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba pada
cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan
murni. Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang
mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada
cawan petri. Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh
koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari 1 sel mikroba, sehingga
dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980).
Video praktikum 3, terdapat dua tujuan yang disampaikan melalui video,
yang pertama yaitu mendapatkan beberapa koloni bakteri terisolasi dan yang
kedua mengetahui cara mengambil bakteri dari cawan petri.
a. Mendapatkan beberapa koloni bakteri terisolasi
Alat serta bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini, antara lain
cawan petri yang sudah diberi tanda tiga sektor, yaitu Sektor 1, Sektor 2,
dan Sektor 3. Adapun bakteri yang digunakan yaitu E.coli. Tak lupa juga
membutuhkan inoculating loop untuk streaking dan juga incinerator untuk
mensterilkan bakteri.
Pertama-tama, ambil bakteri kultur murni E.coli dengan inoculating loop
yang sudah disterilkan dengan incinerator selama 10 detik. Kemudian buka
tutup cawan petri, dan streak atau lapisi area Sektor 1 sampai sekiranya
sudah cukup semua terlapisi. Posisi tangan dan arah dari cawan petri itu kita
ambil dari arah pukul 12 menuju ke bawah sampai batas sektor yang sudah
ditentukan. Setelah itu, sterilkan kembali inoculating loop dengan
incinerator selama 10 detik dan bersiap untuk proses streaking yang kedua.
Perlu diperhatikan bahwa inoculation loop yang masih panas tidak boleh
langsung digunakan untuk streaking. Perlu waktu dibiarkan untuk dingin
selama 15-20 detik, atau umumnya bisa langsung dicelupkan ke agar pada
cawan petri (di daerah yang tidak akan kita lakukan streaking) untuk
mendinginkan secara instan.

Gambar 2.6. Cawan petri dilapisi atau distreak


Setelahnya, putar cawan petri berlawanan arah jarum jam sehingga posisi
Sektor 1 berada pada arah pukul 9. Lakukan streaking dengan mengambil
sedikit area dari Sektor 1 dan lakukan gerakan streaking secara perlahan ke
Sektor 2 sampai menuju batasnya. Jadi pada intinya, kita mengambil sedikit
bakteri dari Sektor 1 lalu kita lapiskan ke area Sektor 2. Setelah itu, sterilkan
kembali inoculating loop dengan incinerator selama 10 detik dan bersiap
untuk proses streaking yang ketiga. Tidak lupa untuk mensterilkan terlebih
dahulu inoculating loop pada incinerator selama 10 detik.
Lakukan hal yang sama untuk Sektor 3 sama seperti sebelumnya, yaitu
putar cawan petri berlawanan arah jarum jam sehingga posisi Sektor 2
berada pada arah pukul 9, dan ambil sedikit area dari Sektor 2 menggunakan
inoculation loop dan tarik kearah Sektor 3 sampai batas, tanpa mengenai
area Sektor 1. Tak lupa untuk mensterilkan kembali incoluating loop setelah
digunakan. Sekarang pada cawan petri sudah terdapat tiga macam koloni
bakteri terisolasi.
b. Mengambil bakteri dari cawan petri
Pada video, didemonstrasikan juga cara mengambil sampel bakteri yang
ada pada cawan petri dan melakukan kultivasi. Hal pertama yang dilakukan
tentunya menstrerilkan dahulu inoculating loop pada incinerator. Kemudia
buka cawan petri yang sudah berisikan bakteri, celupkan inoculating loop
pada agar yang dimana tidak ada bakterinya, agar cepat dingin. Setelah itu,
scrape off atau keruk sedikit bakteri yang ada pada cawan petri dengan
inoculating loop.
Kemudian ambil bahan yang digunakan untuk kultivasi, pada video
dicontohkan menggunakan broth tube. Buka prop (tutup tabung), panaskan
mulut tabung ke incinerator, lalu masukkan bakteri yang menempel pada
inoculating loop ke dalam broth tube tadi. Panaskan kembali mulut tabung,
dan tutup kembali dengan prop. Tak lupa untuk mensterilkan kembali
inoculating loop pada incinerator selama 10 detik.
2.4 Hidrolisis protein (hidrolisis kasein pada media Skim Milk Agar)
Protein merupakan komponen makro molekul utama yang dibutuhkan
makhluk hidup. Fungsi protein lebih diutamakan untuk sintesis protein-protein
baru sesuai kebutuhan tubuh, sementara karbohidrat dan lipid digunakan untuk
menjamin ketersediaan energi untuk tubuh. Protein susu merupakan kelompok
molekul yang sangat heterogen, terdiri dari lima kategori yaitu kasein, protein
whey, protein globul lemak susu, enzim dan protein minor lainnya. Protein utama
seperti kasein dan protein whey. Kasein terfraksinasi menjadi α-, β-, k-kasein,
sementara protein whey termasuk α-laktalbumiin, β-laktoglobulin, bovine serum
albumin (BSA). Protein susu bukan hanya berfungsi sebagai asupan gizi, protein
susu mengandung berbagai senyawa bioaktif dengan sifat khusus yang terkait
dengan perkembangan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup bayi. Salah satu
fungsinya sebagai antimikroba (Schanbacher et al, 1998).
Protease merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan
peptida pada protein. Protease dapat dihasilkan oleh tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan sumber enzim yang paling
potensial dibandingkan tanaman dan hewan. Penggunanan mikroorganisme lebih
menguntungkan karena pertumbuhannya cepat, dapat tumbuh pada substrat yang
murah, lebih mudah ditingkatkan hasilnya melalui pengaturan kondisi
pertumbuhan dan rekayasa genetik. Beberapa genus bakteri yang diketahui
mampu menghasilkan protease di antaranya Bacillus, Lactococcus, Streptomyces,
dan Pseudomonas (Rao dkk., 1998; Said dan Likadja, 2012).
Video praktikum 5 ini merupakan hidrolisis kasein pada media (Skin Milk
Agar) SMA untuk mengetahui adanya aktivitas proteolitik pada dua bakteri yang
berbeda. Aktivitas proteolitik isolat bakteri, dapat diketahui berdasarkan adanya
zona jernih yang terdapat disekitar koloni bakteri pada media skim milk agar.
Zona jernih yang terbentuk mengindikasikan bahwa protein yang terkandung
dalam susu skim telah dihidrolisis oleh enzim protease yang dihasilkan oleh isolat
bakteri menjadi senyawa sederhana yaitu peptida dan asam amino yang sifatnya
terlarut dalam media (Rosliana, 2009). Menurut Susanti (2002) susu skim
mengandung kasein yang disertakan kedalam medium pertumbuhan bakteri
berfungsi sebagai substrat enzim.
Media SMA ini mengandung pepton (0,1% w/v), NaCl (0,5% w/v), agar
(2,0% w/v) dan susu skim (10% v/v) (Chu, 2006). Prosedurnya yaitu pelat
diinokulasi kemudian ditandai dengan garis pemisah pada bagian bawah pelat
dimana garis tersebut memisahkan dua bakteri yang berbeda untuk diuji. Pelat
diuji dan diinkubasi, hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.7. Hasil hidrolisis kasein dengan media SMA
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa bakteri pada sebelah kanan pelat
tidak terhidrolisis, ditunjukkan dengan agar yang masih terlihat putih yang mana
ini mengandung kasein. Sebaliknya, pada sisi sebelah kiri, menunjukkan bahwa
bakteri yang diinokulasikan merupakan bakteri proteolitik karena mampu
menghasilkan enzim protease yang ditandai dengan terbentuknya zona bening di
sekitar koloni bakteri. Kasein akan membuat agar tampak putih. Enzim
disekresikan oleh bakteri keluar dari agar dan menghidrolisis protein kasein. Zona
bening yang dihasilkan merupakan hasil hidrolisis substrat protein yang
terkandung dalam media SMA oleh enzim protease yang dihasilkan oleh isolat
bakteri. Media SMA mengandung pepton dan susu skim sebagai sumber karbon
utama bagi kebutuhan metabolisme bakteri (Yuniati dkk,2015).
III. KESIMPULAN
Pada acara satu ini, terdapat empat video. Video yang pertama “How to Use an
Autoclave” berisikan penjelasan mengenai proses sterilisasi menggunakan autoklaf.
Autoklaf adalah salah satu alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan metode
pemanasan basah.
Video yang kedua “Aseptic Technique: Inoculating broth tubes, slant tubes, and
stab tubes” berisikan penjelasan mengenai teknik aseptis yang merupakan suatu metode
atau teknik di dalam memindahkan atau menstranfer kultur bakteria dari satu tempat ke
tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam
kultur. Teknik ini digunakan untuk mencegah mikroorganisme yang tidak diinginkan
mendapatkan akses untuk berkembang biak. Bakteri dapat ditumbuhkan dalam berbagai
media kultur yang berbeda, yaitu broth tubes, slant tubes, dan stab tubes.
Video yang ketiga “Aseptic Technique: Inoculating a Petri Plate - Streaking for
Isolation” berisikan penjelasan mengenai cara melakukan streaking atau pelapisan pada
cawan petri sehingga dapat memperoleh bermacam koloni bakteri terisolasi, dan juga
cara mengambil sampel bakteri dari cawan petri.
Video yang terakhir “Casein Hydrolysis in Skim Milk Agar” berisikan penjelasan
untuk mengetahui adanya aktivitas proteolitik pada dua bakteri yang berbeda. Aktivitas
proteolitik isolat bakteri, dapat diketahui berdasarkan adanya zona jernih yang terdapat
disekitar koloni bakteri pada media skim milk agar.
DAFTAR PUSTAKA
Chu, W.H. (2006). Optimization of extracellular alkaline protease production from
species of Bacillus. J Ind Microbiol Biotechnol, 34:241-245.
Curtis., Helena., Bornes. (1999). Biology 5th edition. New York: Worth Publicher Inc.
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dwijoseputro. (1998). Biologi Jilid 2 Ed 2. Jakarta: Erlangga.
Gruendemann, B.J., dan Fernsebner, B. (2006). Buku Ajar Perioperatif. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Hadioetomo, R. S. (1985). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Harris, S. G., Foster, S. J., and Richards, R. G. (2002). An Introduction To
Staphylococcus Aureus, And Techniques For Identifying And Quantifying S.
Aureus Adhesins In Relation To Adhesion To Biomaterials : European Cells and
Materials Vol. 4. 2002 : 39-60.
Jutono, J. Soedarsono., S. Hartadi., S. Kabirun S., Suhadi, D. (1980). Pedoman
Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Pertanian
UGM, Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Press.
Lukas, S. (2011). Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Oram. (2001). Biology Living System. Waterville: Glencoe Division Mc Milan


Company.
Pelczar, Chan. (2007). Elements of Microbiology, New York: Mc Graw Hill Book
Company.
Pelczar, M.J., & E.C.S. Chan. (1986). Penterjemah, Ratna Siri Hadioetomo dkk. Dasar-
Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
R. Susanti., dan E. Hidayat. (2016). Profil Protein Susu dan Produk Olahannya. Jurnal
MIPA, 39(2), 2016: 98-106.
Rao, M.B., Tanksale, A.M., Ghatge, M.S., dan Deshpande, V.V. (1998). Molecular and
biotechnological aspects of microbial proteases. Microbiology and Molecular
Biology Reviews, 62:597-635.
Rosliana, M., 2009, Aktivitas Enzim Protease Isolat Asal Indonesia pada Berbagai
Substrat Limbah Pertanian. Skripsi, FMIPA, IPB, Bogor.
Schanbacher, F. L., Talhouk, R. S., Murray, F. A., Gherman, L. I., dan Willett, L. B.
(1998). Milk-borne Bioactive Peptides. Int Dairy J, 8: 393-403.
Susanti, E. (2002). Isolasi dan Karakterisasi Protease dari Bacillus subtilis 1012M15. J.
Biodiversitas, 4:12 – 17.
Yuniati, R., Titania T., Nugroho., dan Fifi Puspita. (2015). Uji Aktivitas Enzim Protease
Dari Isolat Bacillus sp. Galur lokal RIAU. JOM FMIPA, Vol 1 (2).

Anda mungkin juga menyukai