Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

BIOTRANSFORMASI E.COLI MENGGUNAKAN PLASMID DNA

DISUSUN OLEH :
NAMA : NALAT TAZKIA FIRDA
NIM : K1A018062
KELAS :B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii


I. TUJUAN .................................................................................................................. 1
II. REVIEW VIDEO DEMONSTRASI........................................................................ 1
2.1. Gene Cloning ..................................................................................................... 1
2.1.1 RNA Extraction and Reverse Transcription............................................... 2
2.1.2 Polymerase Chain Reaction (PCR) ............................................................ 2
2.1.3 Retriction Digestion dan Ligation .............................................................. 4
2.1.4 Transformation ........................................................................................... 7
2.1.5 Extraction of DNA from Bacteria .............................................................. 9
2.2. Transformation of E. coli with Plasmid DNA................................................. 12
III. KESIMPULAN ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16

ii
BIOTRANSFORMASI E.COLI MENGGUNAKAN PLASMID DNA

I. TUJUAN
Mengetahui teknik DNA Rekombinan
II. REVIEW VIDEO DEMONSTRASI
2.1 Gene Cloning
Pada tahun 1971, lahirlah teknologi baru dalam bidang biologi molekuler yang
disebut teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika (Murdiyatmo, 1992).
Teknologi DNA rekombinan merupakan teknik penggabungan DNA dari spesies
yang berbeda sehingga akan diperoleh organisme baru dengan sifat-sifat yang
diinginkan. Kloning gen biologi molecular adalah teknik mendasar dalam
mendapatkan gen dalam bentuk yang sederhana dimana cloning gen merupakan
salinan genetic dari gen induknya yang dimaksudkan yaitu untuk mendapatkan
banyak salinan dari bagian DNA tertentu. Kloning gen diteliti dimana sel di dalam
dapat berkembang biak untuk tetap hidup atau berputar di dalam sel yang
menyebabkan sel berkembangbiak terus menerus dan ketika sel-sel itu prosesnya
salah urutan atau penempatan maka akan menyebabkan kanker yang pada mulanya
berasal dari infeksi yang selanjutkan akan menyebabkan penyakit pada sistem saraf
pusat. Mempelajari kloning gen juga berfungsi untuk mengatur gen pada posisi yang
tepat sehingga informasinya dapat digunakan untuk mengembangkan pengobatan
penyakit guna mengkloning gen (Hala, 1999).
Dengan kemajuan teknologi molekuler ini, perpindahan gen dapat terjadi antar
organisme yang sama sekali tidak berkerabat dekat, misalnya gen manusia
dipindahkan ke bakteri atau gen manusia dipindahkan ke ternak babi dan lain
sebagainya (Muladno, 2002). Kemungkinan memindahkan gen dari satu organisme
ke organisme lain merupakan prospek yang sangat memikat, karena rekayasa
genetika dapat mengurangi biaya dan meningkatkan penyediaan sejumlah besar
bahan yang sekarang dipergunakan di dalam kedokteran, farmasi (Murdiyatmo,
1992), pertanian, dan industri (Prentis, 1990), maupun bidang kelautan (Suhartono,
1989).

1
Secara garis besar kloning DNA dilakukan dengan : mengambil sampel DNA
yang diperkuat dan dimasukkan ke dalam kloning vector sepeti plasmid vector yang
berisi urutan tambahan agar gen tersebut menghasilkan vector rekombinan yang
kemudian direplikasi dalam sel bakteri lalu diisolasi DNA rekombinan dan
menyaringnya untuk DNA kloning sederhana (Brown, 1991). Kloning gen contohnya
yaitu insulin yang akan menghasilkan protein insulin. Insulin merupakan gen pertama
yang dikloning untuk menghasilkan protein secara komersial yang biasa digunakan
oleh jutaan penderita diabetes dengan menggunaan kloning insulin manusia yang
pada produksinya memanfaatkan bakteri atau ragi (Artama, 1991).
2.1.1 RNA Extraction and Reverse Transcription (Ekstraksi RNA dan
Transkripsi Terbalik)
Dalam percobaan ini dibutuhkan DNA yang banyak dari sel tetapi karena
gen eukariotik seperti insulin memiliki intron sehingga tidak dapat mengekstrak
DNA, namun hal ini bisa dilakukan dengan cara lain yaitu ekstrak mRNA sel yang
intronnya telah dihilangkan selama transkripsi karena yang dibutuhkan yaitu versi
DNA dari gen tubuh individu. Maka digunakan enzim reverse transcriptase untuk
membuat cDNA (DNA pelengkap) dari RNA yang akan membuatnya
menggunakan untai ganda DNA polymerase

Gambar 1. Hasil setelah ditambahkan cDNA

2.1.2 Polymerase Chain Reaction (PCR)


Dari percobaan diatas kemudian didaptkan salinan cDNA dari semua gen
yang diekspresikan di dalam sel yang selanjutnya disalin gen yang diinginkan
dengan teknik PCR, yaitu bahwa cDNA yang baru dibuat akan digunakan sebagai
template tempat menyalin gen yang akan dipakai. Gen insulin bertindak sebagai
sampel.
i) cDNA Template. Template cDNA yang telah dibuat sebelumnya kemudian
diambil masing-masing sample dari keduanya. Primer yang dirancang hanya

2
menempel pada kedua sisi gen insulin masing-masing, di dalam insulin primer
terdapat untai ganda yang berbeda-beda. DNA kita ambil contoh dari beberapa
nukleotida
ii) DNA polymerase. Selanjutnya ditambahkan DNA polymerase yang telah
dikembangkan oleh enzim polymerase. Primer dengan nukleotida dengan
cepat bercampur untuk menyalin template DNA
iii) Quick Mix.
Thermocycler merupakan alat yang mengubah suhu untuk proses pembuatan
template DNA untai tunggal dengan memanaskan hingga 95oC suhu
diturunkan sekitar 60 oC kemudian dinaikkan ke 72oC yang merupakan suhu
optimal polimerase yang menambahkan nukleotida ke tiga ujung utama DNA
primer. DNA primer hanya dapat meluas dari potongan DNA yang ada dan
menyalin template sampai kedua untai direplikasi untuk memperbanyak.
Pengulangan siklus ini dilakukan 30 atau 40 kali dimana setiap siklusnya
digandakan sehingga jumlah DNA pada siklus dari 2 menjadi 4, dan 4 menjadi
8, siklus 8 menjadi 16 begitu seterusnya setiap salinan adalah baru pada
template untuk siklus berikutnya sehingga terjadi peningkatan eksponensial

Gambar 2. Proses pembuatan template DNA untai tunggal

Gambar 3. Template DNA untai tunggal pada 95oC

3
Gambar 4. Pengulangan siklus setelah dilakukan 30 atau 40 kali

2.1.3 Retriction Digestion dan Ligation


Salinan gen kemudian dimasukkan ke dalam plasmid yang berisi semua
urutan regulasi yang memungkinkannya untuk digunakan, potong plasmid dan
kedua ujung insulin gen dengan enzim retriksi sehingga keduanya dapat
direkatkan/ digabungkan potongan tersebut dengan enzim retriksi. Urutan DNA
pendek yang disebut urutan retriksi akan memotong DNA pada proses ini. Enzim
ini disebut juga enzim retriksi pencernaan karena digunakan oleh bakteri dalam
memotong

Gambar 5. Urutan retriksi akan memotong DNA

Gambar 6. Urutan retriksi setelah perpotongan

4
i) 2x tubes retriction enzymes and buffer
Perlakuan pertama yaitu menyiapkan dua tabung kemudian ambil enzim
retriksi dan buffer. Sampel dari beberapa plasmid dimasukkan ke tabung
pertama. Plasmid pada awalnya ditemukan pada bakteri dan merupakan
lingkaran kecil yang mereplikasi DNA yang telah direkayasa untuk membuat
sejumlah situs pembatasan yang berbeda di dalamnya yang disebut situs
kloning ganda.
ii) Insulin Gene
Langkah selanjutnya yaitu mengambil sampel gen insulin yang kemudian
ditambahkan ke tabung kedua di situs pembatasan. Kedua ujung gen insulin
ditambahkan sebagai bagian dari proses PCR. Merancang primer untuk
memperkuat gen yang ditambahkan ke situs retriksi. Lima ujung utama dari
setiap primer dan akan meninggalkan enzim retriksi. Hal yang dihasilkan agar
plasmid dan insulin dapat merekat dengan baik yaitu ketika enzim memotong
kedua plasmid tersebut dan gen insulin yang ditinggalkan dapat masuk ke
ujung yang berantai tunggal dan merekat/ menempel pada urutan rantai. Untuk
pemisahan bagian yang dibutuhkan dengan bagian yang tidak dibutuhkan
maka perlunya pemotongan dari akhir untuk pemisahan yaitu dengan
menggunakan elektroforesis gel
iii) Elektroforesis Gel
Merupakan salah satu cara yang berguna untuk memisahkan fragmen DNA
melalui gel agarose di bawah arus listrik, pemisahan DNA berdasarkan
ukuran. Fosfat dalam DNA bermuatan negatif sehingga DNA akan menuju ke
arah positif. Pembuatan gel dilakukan dengan menuangkan agarose cair lalu
menambah sisir kemudian diatur sesekali, kemudian gel di set dan
dimasukkan dalam tangka gel yang berisi tangki berisi penyangga larutan
yang dihubungkan ke elektroda positif dan negatif. Keluarkan sisir setiap
sampel jika sudah tercampur

5
Gambar 7. Proses pembuatan gel
iv) Loading Dye
Sampel dicampur dengan pewarna muatan kemudian memuat sampel plasmid
dan dimasukkan sampel ke dalam dua tempat yang berbeda, gel juga memuat
urutan standar yang berisi fragmen DNA yang diketahui berdasarkan ukuran
dan menerapkan medan listrik fragmen terkecil dengan load ladder
(pemasukan ke dalam sampel gel), dan pasang electric field yaitu penutup
elektroforesis. Jalankan paling cepat hingga pewarna dibagian bawah gel telah
dipisahkan oleh fragmen DNA sesuai ukuran dan dapat pergi serta
memvisualisasikan fragmen di bawah sinar UV.

Gambar 8. Hasil pengukuran dengan sinar UV


Potong plasmid yang dimurnikan dan masukkan gen yang dimurnikan.
Selanjutnya yaitu proses Melt Pieces yang dilakukan proses pencairan dengan
mencampurnya plasmid (mix plasmid & insert). Plasmid akan bergabung
bersama melalui pasangan basa antara kompatibel ujung overhang tetapi itu

6
kekuatan yang relatif lemah yang dibutuhkan untuk membuat ikatan
fosfodiester yang kuat dan dikatalisis oleh enzim ligase yang kemudian
disimpan semalam

Gambar 9. Hasil pemasukkan plasmid pada DNA

2.1.4 Transformation
Sampel dilakukan inkubasi semalaman, dimana di dalamnya mengandung
plasmid molekul dengan sisipan di dalamnya dalam hal ini gen insulin. Di setiap
bakteri di dalamnya terkandung 1 molekul plasmid dimana campuran ligase dan
replikasi sehingga dapat dianalisis secara terpisah untuk keberadaan sisipan proses
yang disebut transformasi. Hal ini cukup sederhana dengan mencampur DNA
(ligase) dengan bakteria yang dibuat permeable dan ditambahkan air panas untuk
membuat bakter dapat bereaksi dengan DNA lalu sterilkan dengan mengambil
beberapa media nutrisi (nutrient media) untuk ditambahkan ke dalam campuran, hal
ini guna untuk menyediakan nutrisi penting untuk pertumbuhan bakteri sehingga
pertumbuhan ini dapat memungkinkan resistensi antibiotic untuk diekspresikan, lalu
diaduk menggunakan alat. Plasmid mengandung gen resistensi antibiotic dan asal
replikasi. Saat bakteri tumbuh, asal replikasi plasmid menduplikasi plasmid secara
independen dari kromosom bakteri dalam sel inang dan plasmid mereplikasikan gen
resistensi antibiotic yang diekspresikan.

7
Gambar 10. Hasil replikasi plasmid dalam sel inang

Plasmid dienkripsikan gen resitensi antibiotiknya sehingga dapat menyebarkan


bakteri keluar ke media nutrisi padat yang mengandung antibiotic lalu di taruh di
incubator untuk pertumbuhan bakteri selama semalaman pada suhu 37oC sel-sel
tumbuh dan memperbanyak plasmid. Maka dapat disimpulkan replikasi tidak
bergantung pada pembelahan sel dan plasmidnya yang didistribusikan ke setiap sel
sebagai sel inang untuk membagi jumlah salinan dari plasmid sangat diperkuat
dengan masing-masing plasmid menghasilkan koloninya sendiri yang identic.

Gambar 11. Koloni plasmid yang terjadi pembelahan

Selanjutnya yaitu plasmid yang telah diinkubator, maka akan tumbuh bakteri di
dalamnya karena plasmid mengandung antibiotic gen resistensi, sehingga hanya
bakteri yang mengandung plasmid yang dapat tumbuh semalaman

8
Gambar 12. Plasmid yang ditumbuhi koloni bakteri

2.1.5 Extraction of DNA from Bacteria


Dilakukan tes untuk memastikan koloni bakteri yang mengandung plasmid
dengan cara mengambil setiap koloni dan menumbuhkannya dalam semalaman.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu: siapkan beberapa tabung media nutrisi
dengan antibiotic yang tiap tabungnya ditambahkan satu koloni lalu diinkubator
selama semalaman. Jadi setiap kultur bakteri ini masing-masing telah berkembang
dari sel bakteri tunggal yang mengandung plasmid dari ligase, selanjutnya
diekstraksi plasmid untuk memeriksa yang berisi sisipan untuk dipisahkan dengan
cara memisahkan sel bakteri dari media kultur yang dilakukan dengan sentrifugasi.
Selama putaran pendek berkecepatan rendah ini, sedimen material terbesar dan
terpadat membentuk palet di bawah tabung yang di dalam palet ini terkandung sel-
sel bakteri yang tak terputus. Bagian atas yaitu sel media kultur kemudian
dipisahkan dan tetap sebagai supernatant.

Gambar 13. Hasil yang didapatkan setelah sentrifugasi

9
Sel bakteri yang terbentuk palet bisa dibuang kulturnya. Selanjutnya
mensuspensi ulang setiap pellet bakteri dalam volume buffer yang konsisten, hal
berikutnya yang dilakukan yaitu membuka sel dan melakukan pemecahan sel lipid
dengan menggunakan detergen dengan pH tinggi. Dinding untuk melepaskan isi sel
kemudian dinetralkan larutan tersebut dengan asam lemah seperti netralisasi asam
asetat untuk mendenaturasi dan menjadi untai ganda dan larutkan secara duplet.
Namun, karena DNA kromosom sangat panjang maka disentrifugasi lagi material
yang berukuran terbesar. Kepadatan bergerak paling cepat ke dasar tabung sehingga
mengalami denaturasi DNA kromosom. Membrane dan protein terlarut di dalamnya
yang kemudian terjadi pengendapan, dan plasmid tetap tersebar di supernatant
(bagian atas) yang akan dilakukan pemisahan dengan transfer solution (pemindahan
supernatant ke tabung baru), sedangkan endapannya dapat dibuang.

Gambar 14. Hasil yang didapatkan setelah sentrifugasi kedua

Plasmid yang telah digabungkan dari semuanya maka dilakukan


penambahan etanol karena asam nukleat tidak larut dalam etanol sehingga plasmid
akan mengendap saat dilakukan sentrifugasi. Setelah plasma diendapkan maka
dapat dibuang supernatant yang kemudian dibiarkan mongering untuk
menghilangkan etanol yang masih tersisa karena etanol dapat mengganggu jalannya
proses. Palet yang sudah kering maka plasmid dimurnikan dalam volume kecil
dengan pelarut buffer sehingga dapat dihasilkan plasmid yang telah diekstraksi dari
masing-masing bakteri. Namun masih belum diketahui plasmid yang mengandung
gen insulin didalamnya maka perlunya penyaringan hal ini untuk memotong

10
plasmid dengan enzim retriksi yang sebelumnya digunakan. Jika sisipan ada di
dalam plasmid maka akan dipotong untuk menghasilkan dua fragmen, namun jika
tidak ada sisipan dalam plasmid maka hanya ada satu fragmen yang dihasilkan

Gambar 15. Hasil plasmid yang terdapat sisipan vs tidak terdapat sisipan
Dari percobaan yang dilakukan maka hanya terdapat 1 plasmid yang
menghasilkan sisipan, yang berarti dapat dimasukkan ke dalam sel, dan sel itu
bertindak sebagai pabrik untuk menghasilkan protein insulin yang digunakan
sebagai obat yang merupakan bukan satu-satunya penggunaan untuk kloning gen.
Kloning gen dilakukan dengan mengambil promotor/pengatur urutan gen tertentu
dan klonnya menjadi plasmid yang kemudian digantikan seperti protein fluoresen
hijau saat memasukkan plasmid ini ke dalam sel-sel hewan yang biasanya
mendapatkan gen yang diinginkan. Pada kloning gen bertujuan untuk mencari tahu
tentang struktur protein dan molekul dalam sel dimana sebenarnya kloning ini yaitu
kloning cDNA gen yang mengkodekan protein yang kita masukkan dalam protein
vector dan menggunakannya di dalam sel untuk menghasilkan produksi sel protein,
sehingga dimungkinkan untuk memperbanyak protein yang akan digunakan pada
kloning gen yang ditargetkan gen tertentu ke sel-sel pusat. Sistem saraf
menggunakan vector DNA plasmid dimasuki gen yang menjadi vector yang
kemudian ditambahkan ke sel sehingga sel akan memproduksi tersebut.

11
Gambar 16. Hasil plasmid yang terdapat satu sisipan

2.2 Transformation of E. coli with Plasmid DNA

Transformasi merupakan salah satu langkah dalam teknologi DNA


rekombinan, yaitu rekayasa genetika untuk menghasilkan sifat baru dengan cara
merekombinasikan gen tertentu dengan DNA genom. Pada dasarnya transformasi
memanfaatkan kemampuan bakteri yang dapat mengambil DNA asing dari
lingkungan di sekitarnya. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
transformasi gen ke dalam sel bakteri yaitu persiapan sel kompeten, pemilihan
vektor plasmid metode transformasi yang digunakan, dan seleksi koloni bakteri
yang berhasil di transformasi (Ekaningtias, 2016).

Metode transformasi yang sering digunakan adalah heat shock (kejutan panas)
yang biasanya dilakukan pada suhu 42oC selama 2 menit, sehingga plasmid dapat
masuk ke dalam sel. Waktu dan suhu dapat mempengaruhi hasil transformasi.
Transformasi plasmid dapat dilakukan pada sel inang Bakteri Escherichia coli.
Bakteri hasil transformasi mudah dikulturkan karena memiliki kemampuan
bereplikasi dengan sangat cepat dan dapat tumbuh pada media sederhana ataupun
media khusus (Rotinsulu dkk., 2019). Prinsip metode heat shock yaitu dengan heat
shock (kejutan panas) selama beberapa wkatu sehingga plasmid dapat masuk ke
dalam sel inang. Heat shock mengubah struktur membran bakteri sehingga
membantu DNA masuk ke dalam sel dengan cepat. Sebelum di transformasi,, sel
bakteri E. coli dibuat menjadi sel kompeten terlebih dahulu agar memudahkan
plasmid masuk ke dalam sel inang ( E.coli). Tahap pembuatan sel menjadi
kompeten merupakan bagian terpenting dalam proses transformasi (Bernadus dkk.,
2019).

12
Plasmid merupakan molekul DNA berukuran relatif kecil, melingkar, dan
beruntai ganda. Plasmid membawa gen-gen yang terpisah dari kromosom bakteri.
Plasmid digunakan sebagai vektor kloning yang bermanfaat untuk dua tujuan dasar,
yaitu membuat banyak salinan gen tertentu dan memproduksi protein dalam jumlah
besar (Reece dkk., 2011). Salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam kloning
gen adalah transformasi (Brown, 2010). Transformasi plasmid rekombinan dapat
dilakukan pada sel inang Escherichia coli. Bakteri ini mampu bereplikasi sangat
cepat dan dapat tumbuh pada medium sederhana ataupun medium khusus, sehingga
mudah dikulturkan (Casali dan Preston, 2003). Metode transformasi yang paling
sering digunakan adalah metode kejutan panas dengan prinsip kejutan suhu tinggi
selama beberapa detik pada sel bakteri sehingga plasmid dapat masuk ke dalam sel.
Metode kejutan panas umumnya dilakukan pada suhu 42oC selama 2 menit
(Sambrook dan Russel, 2001).

Salah satu metode sederhana untuk membuat sel menjadi kompeten (siap
untuk ditransformasi) dengan cara merendam sel bakteri ke dalam larutan garam
dalam kondisi dingin, contohnya kalsium klorida (CaCl2). Larutan garam ini dapat
mengikat DNA dan komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri yang
bermuatan negatif, sehinga DNA terikat dengan dinding sel bakteri. Selain itu,
larutan lain yang dapat digunakan untuk pembuatan sel kompeten adalah polietilene
glikol (Sword, 2003).

Alat dan bahan yang digunakan pada video yaitu, plate sumber e coli,
tabung plasmid DNA, nutrient media plates & recovery broth, ice cold kalsium
kloride solution, ice bucket, micropipet, toothpicks, two waterbath set to 37 and 42
°C , incubator set to 37 C, transfer pipette, sterile loops, microcentrifuge tube.
Selanjutnya masuk ke tahapan transformasinya, pertama mikro tabung sentrifuge
pertama diberi label DNA (+) dan tabung kedua DNA (-). Kemudian sebanyak 500
µl larutan es CaCl2 dingin ke dalam tabung DNA (-) menggunakan pipet steril 1
mil. Dengan menggunakan tusuk gigi, pindahkan 8-10 koloni yang telah diisolasi
dengan baik dari pelat sumber e-coli ke DNA. Putar tusuk gigi dengan kuat di
antara jari untuk membebaskan sel. sel-sel bakteri disuspensi kembali dalam larutan
CaCL2 sampai ada gumpalan sel yang terlihat.
13
Selanjutnya, sebanyak 150 mikrosel suspensi sel dimasukkan ke dalam
tabung berlabel DNA (+). Tambahkan 10 µl DNA plasmid ke label tabung DNA
(+). Kemudian kedua tabung diinkubasi di atas es selama 10 menit. Setelah 10
menit sel dipanaskan dengan menempatkan tabung transformasi dalam waterbath
42oC selama 90 detik, dan segera kembalikan tabung ke ember es, inkubasi lagi
selama 2 menit. Setelah diinkubasi, sebanyak 250 µl Lauria broth dimasukkan ke
dalam tabung menggunakan pipet 1 mil steril, aduk perlahan. Inkubasi kembali sel
selama 30 menit dalam waterbath 37 C.

Sembari menunggu sel selesai diinkubasi, bagian bawah pelat luar di beri
label agar mempermudah tahapan selanjutnya. Setelah inkubasi, lepaskan tabung
dari waterbath, kemudian menggunakan pipet steril 1 mil, sebanyak 25 µl dari sel
yang dipulihkan dipindah ke area yang sesuai pada media, pastikan untuk
menggunakan pipet yang berbeda untuk sampel DNA (+) dan DNA (-). Sebarkan
sel ke seluruh permukaan pelat dengan inokulasi loop steril, kemudian tutup pelat.
Pelat ditumpuk satu sama lain dan tempelkan bersama-sama, selanjutnya diberi
label. Setelah itu, perlu diperhatikan cairan telah benar-benar kering sebelum pelat
ditempatkan di dalam inkubator 38o C selama 1 malam. Setelah diinkubasi,
nantinya hasil dari transformasi E-Coli pada plasmid DNA ini divisualisasikan
menggunakan sinar UV.

14
III. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dan studi pustaka yang telah dilaksanakan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Biotransformasi E.Coli menggunakan Plasmid DNA pada
Teknologi DNA Rekombinan dilakukan dengan 2 tahap yaitu kloning gen dan
transformasi E. coli dengan Plasmid DNA. Teknologi DNA rekombinan merupakan
teknik penggabungan DNA dari spesies yang berbeda sehingga akan diperoleh
organisme baru dengan sifat-sifat yang diinginkan. Kloning gen biologi molecular
adalah teknik mendasar dalam mendapatkan gen dalam bentuk yang sederhana dimana
cloning gen merupakan salinan genetic dari gen induknya yang dimaksudkan yaitu
untuk mendapatkan banyak salinan dari bagian DNA tertentu. Dari percobaan yang
dilakukan maka hanya terdapat 1 plasmid yang menghasilkan sisipan, yang berarti
dapat dimasukkan ke dalam sel pada proses transformasi. Transformasi yaitu plasmid
dimasukkan ke dalam bakteri yang dibuat kompeten, sehingga untuk sementara dinding
sel bersifat permiabel dan dapat dilewati molekul DNA kecil

15
DAFTAR PUSTAKA

Artama, W. T. (1991). Rekayasa Genetika. Yogyakarta: UGM Press.

Bernadus, Z. G., Fatimawali, F., & Kolondam, B. (2019). TRANSFORMASI PLASMID


YANG MENGANDUNG GEN merB pada Escherichia coli BL21
(DE3). PHARMACON, 8(1), 196-202.

Brown, T. (1991). Pengantar Kloning Gena. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Brown, T. A. (2010). Gene cloning and DNA analysis. Blackwell Publishing, Oxford.
Halaman : 95-99.
Casali, N. dan Preston, A. 2003. E. coli plasmid vectors : methods and applications.
Humana Press, New Jersey. Halaman : 317-323
Ekaningtias, M.( 2016). Transformasi Plasmid Dengan Sel Bakteri Escherichia coli
Menggunakan Metode Heat Shock. Oryza Jurnal Pendidikan Biologi, 5(2), 7-12.
Hala. (1999). Penggunaan Gen Penanda Molekular untuk Deteksi Pelekatan dan
Kolonisasi Vibrio harveyi pada Larva Udang Windu (Penaeus monodon). Thesis.
Muladno. (2002). Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha
Muda.
Murdiyatmo. (1992). Kloning dan Over Ekspresi Struktural Dehalogenase dari
Pseudomonas Cepacia MBA4 Pada E. coli. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi (pp. 98-109). Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi. LIPI.
Prentis, S. (1990). Bioteknologi Suatu Revolusi Industri yang Baru. Jakarta: Erlangga.
Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.I., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., dan Jackson, R.B.
(2011). Campbell : Biology, Ninth Edition. Pearson Education Inc., San Fransisco.
Halaman : 452-455
Rotinsulu, S., Fatimawali, F., & Tallei, T. E. (2019). TRANSFORMASI PLASMID
YANG MENGANDUNG GEN merB PADA BAKTERI Escherichia coli TOP-
10. PHARMACON, 8(2), 290-297.
Suhartono, M. (1989). Enzim dan Bioteknolgi. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dirjen DIKTI. PAU-IPB.

Sword, W. E. (2003. Chemical transformation of E. coli. Dalam : Casali, N. dan Preston,


A. E. coli plasmid vectors : methods and applications. Humana Press, New Jersey.

16

Anda mungkin juga menyukai