DISUSUN OLEH:
NIM : K1A018062
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2020
ANALISIS BORAKS DALAM KERUPUK
1. TUJUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan tambahan pada pangan mempunyai peran yang penting dalam proses
produksi pangan. Penggunaan bahan tambahan pangan bertujuan untuk
meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat
bahan pangan mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.
Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila bertujuan
untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan. Bahan
tambahan makanan tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan
yang salah atau tidak memenuhi persyaratan. Bahan tambahan makanan juga tidak
digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi yang baik untuk pangan, serta tidak digunakan untuk menyembunyikan
kerusakan bahan pangan (Cahyadi, 2009).
A. NaOH 0.1M
1. NaOH sebanyak 1g ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 100mL
aquadest dalam gelas beker.
2. Larutan dipindahkan dalam labu ukur 250mL, kemudian
diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas.
B. Larutan Standar Primer asam oksalat 0.1N
1. Kristal asam oksalat sebanyak 0.63g ditimbang dengan teliti.
2. Kristal dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 100mL hingga
tanda batas.
• Standarisasi NaOH
Diketahui:
V asam oksalat = 10mL
N asam oksalat = 0.122N
V NaOH rata-rata = 16.06mL
Ditanya N NaOH =?
Jawab:
V1×N1 = V2×N2
10×0.122 = 6.06×N2
N2 = 0.076N
(Putri, 2014)
• Analisis kadar boraks pada kerupuk gendar coklat secara volumetric
Diketahui:
Kadar borak pada kerupuk gendar coklat rata-rata = 1.77%
(Nurhayati dkk, 2014)
Ditanya: M?
Jawab:
% ×𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 ×10
M = 𝑀𝑟
1.77 × 1.73 ×10
M = 381.37
M = 0.080 M
4.3 Pembahasan
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada
suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat
(NaB4O7.10 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat
(H3BO3). Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat
deterjen dan antiseptic. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak
berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit
karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Larangan penggunaan
boraks juga diperkuat dengan adanya Permenkes RI No 235/Menkes/VI/1984
tentang bahan tambahan makanan, bahwa Natrium Tetraborate yang lebih dikenal
dengan nama boraks digolongkan dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan
dalam makanan, tetapi pada kenyatannya masih banyak bentuk penyalahgunaan
dari zat tersebut (Subiyakto, 1991). Berikut merupakan struktur dari boraks:
Gambar 4.3.1 Struktur Boraks
Penggunaan boraks dalam waktu lama dan jumlah yang banyak dapat
menyebabkan kanker. Namun pelanggaran peraturan di atas masih sering dilakukan
oleh produsen makanan. Menurut Pane (2012), hal ini terjadi selain karena
kurangnya pengetahuan para produsen juga karena harga pengawet yang khusus
digunakan untuk industri relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pengawet
yang khusus digunakan untuk makanan maupun minuman.
Larutan baku ada dua macam, yaitu larutan baku primer dan larutan baku
sekunder. Larutan baku primer adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat
ditentukan dengan jalan menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan dengan
tepat. Larutan baku primer harus dibuat dengan penimbangan dengan teliti
menggunakan neraca analitik dan dilarutkan dalam labu ukur. Bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan standar primer harus benar-benar
dalam keadaan murni, stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat
higroskopis, serta memiliki berat ekivalen besar, sehingga meminimalkan
kesalahan akibat penimbangan. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang
konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer
(Chang, 2005).
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer
adalah asam oksalat (H2C2O4. 2H2O). Asam oksalat adalah zat padat, halus, putih,
larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu
sampai terbentuk garam normalnya. Berat ekivalen asam oksalat adalah 63 g/mol
(Chang, 2005). Sedangkan larutan baku skunder yang digunakan adalah NaOH.
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Natrium
hidroksida bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari
udara bebas. Natrium hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan. Natrium hidroksida juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan
KOH. Natrium hidroksida tidak larut dalam dietil eter dan pelarut nonpolar lainnya
(Chang, 2005).
Titrasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah titrasi asam basa. Titrasi
asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan
titer tepat habis bereaksi), keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen. Perhitungan
didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekivalen titrasi.
Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara
sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi-alkalimetri. Apabila larutan
yang bersifat asam, maka analisis yang dilakukan adalah analisis asidimetri.
Sebaliknya, jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar maka analisis
tersebut disebut analisis alkalimetri (Cotton dan Wilkinson, 1989).
(Vogel, 1990)
Boraks bersifat toksik bagi sel, berisiko terhadap kesehatan manusia yang
mengonsumsi makanan mengandung boraks. Keracunan kronis akibat boraks
karena absorpsi dalam waktu lama, akibat yang dapat ditimbulkan antara lain
anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam kulit, kebotakan (alopesia),
anemia, dan konvulsi. Konsumsi terus menerus dapat mengganggu peristaltik usus,
kelainan susunan saraf, depresi, dan gangguan mental. Dosis tertentu
mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati,
dan kulit karena boraks cepat diabsorpsi oleh saluran pernafasan dan pencernaan,
kulit yang luka, atau membran mukosa (Saparinto and Hidayati, 2006). Boraks
dapat mempengaruhi sel dan kromosom manusia, dan dapat mengakibatkan
abnormalitas kromosom manusia serta menyebabkan cacat genetik (Pongsavee,
2009). Peningkatan dosis boraks dapat mengakibatkan edema, inflamasi sel,
neovakularisasi, dan dosis sangat tinggi dapat menyebabkan kematian mendadak
(Kabu dkk, 2015).
5. KESIMPULAN
Cahyadi W. 2009. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. II.
Bandung: Penerbit Bumi Aksara
Fitry A, Rusnaeni ESS. 2017. Penetapan Kadar Boraks Pada Kerupuk Olahan Di
Distrik Heram Kota Jayapura Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS.
Pharmacon Jurnal Ilmu Farmasi. 6(3):285–90
Fuad NR. 2014. Identifikasi Kandungan Boraks pada Tahu Pasar Tradisional di
Daerah Ciputat. Skripsi. Universitas Islam Negeri Jakarta
Kabu, M., Tosun, M., Elitok, B. and Akosman, M.S. 2015. Histological evaluation
of the effects of borax obtained from different sources in different rat organs.
Int. J. Morphol. 33(1):255-261
Muharrami LK. 2015. Analisis kualitatif kandungan boraks pada krupuk puli di
kecamatan kamal. Jurnal Pena Sains. 2(2)
Putri, R.O.S,. 2014. Standarisasi Larutan 0.1N NaOH dan Penggunaannya dalam
Penentuan Kadar Asam Cuka. Laporan Praktikum. Yogyakarta: Institute
Pertanian Stiper
Subiyakto, M.G,. 1991. Bakso Boraks dan Bleng. Jakarta: PT. Gramedia
Tyree. 1961. Text Book of Inorganic Chemistry. New York: McMillan Company:
New York
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Yuliarti dan Nurheti, 2009. Awas Dibalik Lezatnya Makanan. Edisi I. Yogyakarta:
Andi