Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I

PROTEIN

NAMA = NALAT TAZKIA FIRDA

NIM = K1A018062

KELOMPOK =5

SHIFT =B

ASISTEN = INDAH RAHMA CAHYANI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

LABORATORIUM BIOKIMIA

PURWOKERTO

2020
PROTEIN

I. PENDAHULUAN
Protein adalah senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptide. Protein berperan penting
dalam fungsi dan struktur semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan
dari protein merupakan enzim atau subunit enzim. Protein terlibat dalam
system kekebalan (imun) sebagai antibody, system kendali dalam bentuk
hormone, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai
sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam
amini tersebut (Fessenden dan Fessenden, 1986). Struktur dari protein
sebagai berikut:

(Fessenden dan Fessenden, 1986).


Protein merupakan makromolekul terbanyak yang dapat ditemui
dalam sel hidup yang merupakan komponen penting dan utama untuk sel
hewan dan sel manusia. Protein dapat diisolasi dari seluruh sel kebagian sel.
Protein memiliki peranan yang penting dalam biologi yang berguna bagi zat
pembentuk transport, katalisator kimia, hormone, racun, dan lain-lain.
Protein memiliki empat fungsi utama, yaitu untuk memperbaiki jaringan
yang rusak, untuk pertumbuhan jaringan baru, sebagai enzim, dan sebagai
hormone. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein
mempunyai ggus –NH2 pasa atom karbon 𝛼 dari posisi gugus –COOH
(Mandle, 2012).
Asam amino adalah asam karboksilat yang memiliki gugus amina
pada C𝛼. Asam amino umumnya mudah larut dalam air dan hanya sedikit
atau bahkan tidak larut dalam pelarut organic dan memiliki titik lebur yang
tinggi (Mandle, 2012). Protein adalah sumber asam amino yang
mengandung unsur C, H, O dan N, ditambah beberapa sumber lainnya
seperti P dan S. Larutan asam amino dalam protein maupun hubungan
antara asam amino satu dengan yang lainnya menentukan sifat biologis
suatu protein (Girindra, 1990). Protein merupakan polimer alam yang
tersusun dari asam amino yang beragam melalui ikatan peptide (Hart, 1987).
Dalam hubungannya dengan asam amino, protein meruakan polimer
dari sekitar asam amino yang berlainan disambungkan dengan ikatan
peptide, yaitu rantai pendek.karena keragaman rantai samping yang
terbentuk jika asam-asam amino tersebut disambung-sambungkan, protein
yang berbeda dapat mempunyaisifat kimia yang berbeda dan struktur
sekunder dan tersier yang sangat berbeda. Rantai samping ini dapat bersifat
polar maupun nonpolar. Kandungan bagian asam amino polar yang tinggi
dalam protein meningkatkan kelarutannya dalam air. Rantai samping yang
paling polar adalah rantai samping amino basa dan amino asam. Asam-asam
amino ini terdapat dalam alnumin dan globulin yang larut dalam air dengan
aras yang tinggi (Kuhel, dan Gregory, 2002).
Protein berdasarkan struktur molekulnya dibedakan mejadi empat,
yaitu dtruktur primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur
kuartener. Struktur primer terdiri dari asam-asam amino yang diubungkan
satu sama lain secara kovalen mealui ikatan peptide. Struktur sekunder
didominasi oleh ikatan hydrogen antar rantai samping yang membentuk
pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya. Struktur tersier
terbentuk karena adanya pelipatan membentuk struktur yang kompleks.
Struktur kuartener terbentuk dari beberapa bentuk tersier, dengan kata lain
multisub unit, interaksi antar subunit protein ini membentuk struktur
keempat atau kuartener (Hart, 1987).
II. TUJUAN
1. Memisahkan protein dengan mengendapkannya, dengan
penambahan Asam Organik.
2. Mengendapkan protein secara denaturasi ireversibel dengan
penambahan logam
3. Menentukan kadar protein dengan metode Lowry.
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
A. Uji Pengendapan Pritein dengan Logam dan Asam Lemak
Alat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tabung
reaksi, dan pipet tetes.
Bahan-bahan yang digunakan adalah albumin telur, asam
trikloroasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, larutan HgCl2 5%, larutan
CuSO4 5%, dan Pb asetat 5%.
B. Menentukan Kadar Protein dengan Metode Lowry
Alat-alat yang digunakan adalah gelas ukur, mortar, neraca analitik,
sentrifugasi, Erlenmeyer, pipet volume, tabung reaksi, dan
spektrofotometer.
Bahan-bahan yang diperlukan adalah BSA, sampel protein, reagen
A (2% NaCO3 dan 0.1 NaOH), reagen B (0.5% CuSO4 dan 1%
potassium tartrat), reagen C (campuran 50 ml reagen A dan 1 ml reagen
B), reagen D (Folin-Ciocslteu), buffer fosfat, dan aquadest.

3.2 Prosedur Kerja


A. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
1. Sebanyak 5 tabung reaksi disiapkan, masing-masing disi dengan
3 ml larutan albumin.
2. Tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 secara berturut-turut ditambahkan 5
tetes asam trikloroasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, HgCl2
5%, CuSO4 5%, dan Pb asetat 5%.
3. Setiap tabung dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.

B. Menentukan Kadar Protein dengan Metode Lowry


1. Sebanyak 50 mg BSA dilarutkan ke dalam 50 ml air (Larutan 1)
2. Larutan 1 diambil sebanyak 10 ml kemudian diencerkan sampai
volume 20 ml menggunakan aquadest (Larutan 2)
3. Larutan 1 dan 2 dipipet masing-masing 2, 4, 6, 8, dan 10 ml
kedalam 5 tabung reaksi. Kemudian larutan diencerkan menjadi
10 ml. konsentrasi akhir larutan menjadi 1000, 2000, 3000,
4000, dan 5000 mikrogram/ml.
4. Blanko dibuat dari 10 ml air.
5. Sebanyak 0.1 ml supernatant beras, kemudian diencerkan
hingga 10 ml.
6. Ketujuh tabung reaksi ditambahkan 5 ml Lowry C didiamkan
selama 10 menit.
7. Aebanyak 0.5 ml Lowry D ditambahkan larutan dicocok sampai
homongen. Kemudian larutan diinkubasi ditempat yang gelap.
8. Setiap tabung reaksi diukur abs dan dibuat kurva standarnya.
9.
3.3 Skema Kerja
A. Uji Pengendapan Protein dengan Larutan dan Sewana Organik.
3 ml larutan Albumin
- Disiapkan 5 tabung reaksi

- Diisi masing-masing 5 tetes asam trikloroasetat


10%, asam sulfosalisilat 5%, HgCl2 5%, CuSO4 5%
dan Pb asetat 5%.

- Dikocok

- Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

B. Menetukan Kadar Protein dengan Metode Lowry


Beras
- dihancukan
- diambil 5 ml
- dilarutkan dalam 5 ml larutan buffer
- disentrifugasi

Supernata
Standar BSA
- dilarutkakan kedalam 50 ml air
- diencerkan 10 ml dari larutan 1 sampai 20 ml
- dipipet 2, 4, 6, 8, 10 ml kedalam 5 tabung reaksi
- diencerkan menjadi 10 ml
- dibuat blanko dari 10 ml air
- digunakan 0.1 ml supernata beras sebagai sampel
kemudian diencerkan sampai 10 ml
- ditambahkan 5 ml lowry C ke dalam tujuh tabung (5
tabung stadar, 1 sampel, dan 1 blanko)
- didiamkan 10 menit
- ditambahkan 0.5 ml lowry D, dan dikocok hingga
homogen
- siinkubasi selama 30 menit
- diukur abs dan di buat grafik standarnay
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
A. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik

Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung


Bahan
1 2 3 4 5
Albumin telur 3 ml 3 ml 3 ml 3 ml 3 ml
TCA 10% 15 tetes
As. sulfosalisilat
15 tetes
5%
HgCl2 5%, 15 tetes
CuSO4 5% 15 tetes
Pb asetat 5%. 15 tetes
Kocok tabung reaksi dengan kuat
ada ada ada ada
endapan endapan endapan endapan
Hasil: Endapan ada
banyak/sedikit endapan warna warna
warna warna putih putih
keruh biru susu susu

B. Penentuan Kadar Protein dengan Metode Lowry

Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 5 gram beras ditimbang. Berbentuk bubuk,larutan keruh

Sebanyak 5 ml buffer fosfat


ditambahkan dan ditumbuk dengan
mortar, dimasukkan dalam tabung
sentrifugasi.
Sampel disentrifugasi pada Diperoleh supernatan
kecepatan 11.000 rpm selama 10
menit dan diambil supernatannya.
Sebanyak 50 mg BSA ditimbang BSA larut dalam aquades, larutan
dan dilarutkan dalam sedikit tidak berwarna
aquades di erlenmeyer, dikocok.
Sampel dilarutkan dalam sedikit Larutan tidak berwarna
aquades di erlenmeyer, dikocok.
Sampel dimasukkan ke gelas ukur Larutan tidak berwarna
50 ml, di encerkan dengan aquades
hingga volumenya 50 ml.
Larutan tidak berwarna
Sebanyak 10 ml larutan BSA
dimasukkan ke gelas ukur 50 ml.

Larutan diencerkan dengan aquades


hingga volumenya 20 ml.
Larutan akhir no 8 di ambil masing- Larutan tidak berwarna
masing 2, 4, 6, 8, dan 10 ml
dimasukkan ke tabung reaksi.

Sebanyak 0,2 ml sampel


dimasukkan ke tabung lain
Semua tabung diencerkan dengan 10 Larutan tidak berwarna
ml aquades.

Sebanyak 10 ml aquades
Larutan tidak berwarna
dimasukkan ke tabung reaksi
sebagai larutan blanko.
Sebanyak 5 ml reagen C ditambah Larutan tidak berwarna
ke semua tabung reaksi.
Semua tabung didiamkan selama 10
menit.
Sebanyak 0,5 ml reagen D Larutan berwarna kuning kehijauan
ditambahkan ke semua tabung,
dikocok.
Semua tabung diinkubasi dalam Larutan berwarna biru (muncul
tempat gelap selama 30 menit pada warna biru)
suhu ruang.
Diukur absorbansinya dengan Absorbansi = 0.011
spektrofotometer dengan panjang
gelombang 660 nm.

4.2 Data Perhitungan

A. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik


Kadar protein dalam 0,1 mL sampel beras = 4700 µg
Kadar protein dalam 1 mL sampel beras = 4700 x 10
= 47000 µg
= 0,047 g
Kadar protein dalam 5 gram sampel = 0,047 x 5
= 0,235 g
Kadar protein dalam 100 gram sampel = 0,047 x 100
= 4,7 g
4.3 Pembahasan

Kata protein berasal dari Bahasa yunani Preteias, yang artinya


pertama. Protein adalah polimida dan hidrolisis protein menghasilkan
asam-asam amino. Struktur asama amino adalah sebagai berikut:

Gugus
Karbonil
Rantai
samping Gugus
Amino
(Fessenden dan Fessenden, 1986).

Sebagaian besar asam amino dalam organisme hidup adalh asam 𝛼


amino, yaitu fungsi amino yag terdapat pada atom karbon yang
selanjutya menjadi gugus fungsional asam karboksilat. Karena struktur
𝛼 amino adalah sama, maka asam amino tertentu menetapkan
identirasnya dengan sifatv gugs rantai samping (Page, 1989). Asam
amino pada umumnya larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organic nonpolar seperti pada eter, aseton, klorofrom. Sifat asam amino
ini berbeda dengan asam karboksilat alifatik mauoun aromatic yang
terdiri atas beberapa atom karbon yang umumnya kurang larut dalam
air tetapi larut dalam pelarut organic (Poedjadi, 1994).

Berdasarkan bentuk dan sifat fisiknya, protein dibagi menjadi 2


golongan, yaitu protein globular dan protein serabut. Protein globular
terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat-lipat)
membentuk bulat padat, misalnya enzim, albumin, globulin, protamin.
Protein serabut terdiri dari polipeptida berantai panjang dan berupa
serat-serat yang tersusun memanjang, dan memberi peran structural
atau pelindung, misalnya fibroin pada sutra dan keratin pada rambut
dan bulu domba (Hart, 1987).

Percobaan protein yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu uji


pengendapan protein dengan logam dan asam organic, dan penentuan
kadar protein dengan metode lowry.
A. Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic
Percobaan yang pertama adalah uji pengendapan protein
dengan logam dan asam organic. Percobaan ini bertujuan untuk
melihat adanya endapan atau tidak pada larutan, apabila mengalami
pengendapan maka protein mengalami denaturasi irreversible
dengan adanya logam berat. Denaturasi protein adalah hilannya
sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh berkacaunya ikatan hydrogen
dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan ikatan molekul
protein, akibatnya hilangnya banyak sifat-sifat biologis suatu protein
(Fessenden dan Fessenden, 1986). Denaturasi dipengaruhi oleh
bayak hal, diantaranya adalah guncangan dan suhu tinggi
(Lehninger, 1982).
Percobaan ini diawali dengan menyiapkan 5 tabung reaksi
yang masing-masing diisi dengan 3 ml larutan albumin telur.
Kemudian masing-masing tabung ditambahkan 5 tetes asam
trikloasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, HgCl2 5%, CuSO4 5%, dan
Pb asetat 5%. Larutan pada setiap tabung dikocok dan diamati
perubahannya. Fungsi dari penambahan 5 tetes asam trikloasetat
10%, asam sulfosalisilat 5%, HgCl2 5%, CuSO4 5%, dan Pb asetat
5% adalah sebagai peraksi dari golongan logam (Lehninger, 1982).
Logam berat dalam bercobaan ini digunakan sebagai pendenaturasi
untuk mengendapkan protein.
Hasil yang didapatkan dari percobaan tersebut adaah tabung
satu dengan pereaksi asam trikloasetat menghasilkan endapan,
tabung dua dengan pereaksi asam sulfosalisilat menghasilkan
endapan dan bewarna keruh, tabung tiga dengan pereaksi HgCl2
terbentuk endapan dengan warna biru, tabung empat dengan
pereaksi CuSO4 dan tabung lima dengan pereaksi Pb asetat
menghasilkan endapan bewarna putih susu.
Endapan yang dihasilkan dari larutan albumin telur
menunjukan bahwa larutan mengandung protein. Hasil percobaan
pada tabung 1 dan 2 menghasilkan endapan karena mengalami
denaturasi oleh asam-asam organic. Pelarut yang masuk dalah
golongan asam-asam organic dapat menyebabkan denaturasi
protein, karna penambahan asam-asam menyebabkan terbentuknya
garam-garam proteinant yang tidak larut. Protein jika ditambahkan
dengan larutan asam atua basa akan mengalami denaturasi atau
penggumpalan (Hajian, 1990).
Hasil percobaan pada tabung 3, 4, dan 5 larutan
menghasilkan endapan karna mengalami denaturasi oleh logam.
Endapan muncul karena pengaruh dari logam Hg2+, Cu2+, dan Pb+
mendenaturasi protein, sehingga apabila bereaksi dengan logam
berat akan membentuk garam. Apabila larutan garam dimasukan
dalam protein maka daya larut protein akan berkurang dan
menghasilkan endapan. Semakin banyak logam yang ditambahkan
dalam larutan maka akan mengendapan protein semakin banyak
juga (Sudjadi, 2004).

B. Penentuan kadar protein dengan metode lowry


Percobaan selanjutnya adalah penentuan kadar protein
dengan metode lowry. Percobaan ini bertujuan untukmengetahui
kadar protein yang terkandung dalam sampel. Metode yang
digunkan adalah metode lowry, metode ini berdasarkan prinsip
antara Cu+ dengan ikatan peptide dan reduksi asam fosfomolindat
dan asam fosfotungslat oleh tirosin dan triptofan (residu potein) akan
menghasilkan warna biru. Keuntungan dari metode lowry adalah
lebih sensitive dari pada metode biuret, sehingga sampel protein
yang dibutuhkan lebih sedikit (Anwar, 1992).
Metode Lawry merupakan pengembangan dari metode
biuret, awalnya kompleks Cu(II) protein akan terbentuk
sebagaimana metode biuret yang dalam suasana alkalis Cu(II). Ion
Cu+ kemudian akan mereduksi reagen follin ciocalteu, kompleks
phospomolibdat-phospotungstat, menghasilkan heteropoly
molyndenium blueakibat reaksi oksidasi gugus amoniak (rantai
samping asam amino) terkatalisis Cu ang memberikan warna biru
intersif yang dapat dideteksi secara kolometri (Sudarmadji, 2003).
Percobaan diawali dengan menyiapkan larutan sampel yang
dibuat dari beras yang telah ditumbuk kemudian ditambahkan 5ml
buffer fosfat, kemudian larutan disentrifus menghasilkan
supernatant. Langkah selanjutnya membuat larutan standar BSA 0.5
mg/ml, pembuatan ini diawali dengan melarutkan 50 mg BSA
kemudian ditambahkan aquades hingga volumennya 50ml. Larutan
yang diperoleh diambil sebanyak 10ml, kemudian diencerkan
kembali dengan aquadest hingga volumennya mencampai 20ml.
larutan yang diperoleh tersebut kemudian dimasukan kedalam 5
tabung reaksi dengan volume masing-masing 2ml, 4ml, 6ml, 8ml,
dan 10ml. Sebanyak 0.1ml larutan sampel dimasukan kedalalm
tabung yang lain (sebut tabung 6). Aquadest ditambahkan kedalam
enam tabung tersebut hingga volumenya 10ml. larutan blanko dibuat
dengan 10ml aquadest dimasukan kedalam tabung reaksi.
Langkah selanjutnya adalah menambahkan 5ml reagen C
kedalam tujuh tabung reaksi tersebut dan didiamkan sebanyak 10
menit agar terjadi pengikatan antara reagen C dan protein. Reagen
C merupakakan campuran dari reagen A (2% NaCO3 dalam 0.1 N
NaOH) dan reagen B (0.5% CuSO4 dalam 1% Na-K tartat). Reagen
C berfungsi untuk mengetahui adanya protein. Reagen A berfungsi
untuk memmutuskan ikatan peptide pada protein yang terhidrolisis
oleh basa kuat, sedangkan pereaksi B berfungsi untuk membentuk
kompleks Cu2+ (Fessenden dan Fessenden, 1986). Kemudian
sebanyak 0.5ml reagen D dimasukan kedalam tujuh tabung reaksi
tersebut dan kemudian larutan dikocok. Reagen D merupakan folin
ciocalteu yang berfungsi untuk menghidrolisis aromatis dari asam
amino yang akan mereduksi fosfomolibdat menjadi molibdat
(Fessenden dan Fessenden, 1986). Selanjutnya ketujuh larutan
tersebut diinkubasi selama 30 menit agar terbentuk warna biru.
Setelah diinkubasi warna larutan yang semula kuning kehijauan
menjadi warna biru.
Larutan dalam tuju tabung reaksi tersebut kemudian diukur nilai
absorbansinya pada panjang gelombang 660nm menggunakan
spektometer UV-Vis. Spectrometer visible disebutjuga sebagai
spectrometer cahaya tampak, sinar tampak memiliki kisaran panjang
gelombang antara 400-800nm. Penyerapan sinar tampak
menyebabkan terjadinya eksitasi dari tingkat energy dasar ke tingkat
energy yang lebih tinggi (Hendayani, 1994).
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dibuat grafik
hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi larutan. Berikut
grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi:

Gambar 4.3.1 Grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi

Berdasarkan kurva diatas, menunjukan terjadinya kenaikan


konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansinya, semakin tinggi
konsentrasi maka semakin tinggi pula nilai absorbansinya. Hasil
tersebut sesuai dengan referansi yang mengatakan bahwa
meningkatnya konsentrasi analit maka semakin meningkat pula
absorbansinya (Day and Underwood, 1989). Faktor yang
mempengaruhi pengukuran absorbansi antara lain adalah jenis
pelarut, pH larutan, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan adanya
zat pengganggu. Selain itu, kebersihan alat instrument serta
kemurnia larutan juga akan mempengaruhi nilai absorbansi dari
larutan (Khopkar, 2003). Berdasarkan pengamatan absorbansi yang
diperoleh adalah 0.011, sehingga kadar protein yang didapat dengan
persamaan regrasi liner y = bx + c adalah 4700𝜇𝑔 atau 47mg/ml.
V. KESIMPULAN
1. Protein dapat diendapkan dengan penambahan asam organic.
Pengendapan ini akan terjadi jika protein pada titik isoelektrik.
Penambahan asam menghasilkan asam proteinat.
2. Protein dapat diendapkan dengan penambahan logam berat, karena
dengan penambahan logam dapat menyebabkan rusaknya ikatan
peptide pada protein sehingga bermuatan negative dan berikatan
dengan kation loham.
3. Kadar protein yang didapatkan dengan metode lowry:
a. Kadar protein dalam 0,1 mL sampel beras = 4700 µg.
b. Kadar protein dalam 1 mL sampel beras = 0.047 g.
c. Kadar protein dalam 5 gram sampel = 0.235 g.
d. Kadar protein dalam 100 gram sampel = 4.7 g
DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 1992. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yugyakarta: UGM Press

Day R.A, dan Underwood A.L,. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga

Fessenden R.J, dan J.S Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid II. Jakarta: Erlangga

Girindra, A. 1990. Biokimia I. Jakarta: Granmedia

Hajian. 1990. Moderen Chemical Technology. New Jersey: Dientice Hall Inc

Hart. 1987. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Hendayani, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press

Khopkar, S.M,. 2003. Konsep-Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Kuchel, Philip, dan Greogry B Ralston. 2002. Schaum’s Easy Outlines


Biochemistry. USA: McGraw-Hill Companies

Lehninger, A. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga

Mandle, Ari Kumar, Pranita J, Shailendra K.S. 2012. Protein Structure Prediction
Using Support Vector Machine. International Journal on Soft Computing
(IJSC). Vol.3, No.1

Page D.S,. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga

Poedjadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga

Sudarmadji. 2003. Analisis untuk Bahan Kimia dan Pangan. Yogyakarta: Liberty

Sudjadi. 2004. Analisis Bahan Makanan. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai