TEKNOLOGI FERMENTASI
DISUSUN OLEH :
NIM : K1A018062
KELAS :B
DAFTAR ISI
TEKNOLOGI FERMENTASI
I. TUJUAN
Mengetahui tahapan proses-proses pada teknologi fermentasi.
II. REVIEW VIDEO DEMONSTRASI
2.1 Green Fluorescent Protein
Green Fluorescent Protein (GFP) adalah protein yang terdiri dari 238 residu
asam amino dan memiliki berat molekul 26.9 kDa yang dapat menunjukkan
fluoresensi hijau bila terkena sinar biru (Helianti, 2007). GFP memiliki sifat yang
mampu memendarkan warna hijau. Pemurnian dan karakterisasi GFP dari ubur-
ubur Aequoreavictoria pertama kali dilakukan oleh ilmuwan Jepang Osamu
Shimomura pada tahun 1960-an. Namun kegunaannya sebagai alat deteksi biologi
molekuler masih belum jelas sampai pada awal tahun 1992 (Chalfie, 1994).
Menurut Helianti (2007), GFP dari Aequorea victoria memiliki puncak
eksitasi utama pada panjang gelombang 395 nm dan yang kecil pada 475 nm.
Puncak emisi adalah pada 509 nm, pada bagian hijau yang lebih rendah dari
spektrum yang dapat terlihat. GFP dari seapansy (Renillareniformis) memiliki
puncak eksitasi tunggal utama pada 498 nm. Di dalam GFP terdapat gugus yang
disebut chromophore yang berperan sangat penting dalam proses perpendaran
hijau. Chromophore terdiri dari tiga residu asam amino di posisi 65 (Serin), 66
(Tirosin), dan 67 (Glisin). Ketika dikenai energi cahaya biru atau UV maka pada
gugus ini akan terjadi reaksi oksidasi. Energi yang diserap membuat elektron-
elektron di dalam gugus ini tereksitasi dan menghasilkan energi yang lebih rendah
yaitu energi cahaya hijau.
Beberapa penelitian telah memanfaatkan gen GFP sebagai marker pada
pelaksanaan transformasi. Bahkan beberapa hewan telah berhasil disisipi dengan
gen GFP ini sehingga dapat memendarkan warna hijau contohnya kera, ikan, dan
tikus. Sedangkan dibidang kedokteran gen GFP telah dimanfaatkan untuk
mendeteksi penderita penyakit Alzeimer. Menurut Rahmawati (2003) gen GFP
dapat dijadikan sebagai penyeleksi alternatif untuk transformasi tanaman.
Sedangkan Widayati (2008), melaporkan bahwa dengan menggunakan gen GFP
dapat mendeteksi keberadaan bakteri diazotrof endofit dalam jaringan tebu. GFP
juga telah digunakan untuk menyelidiki proses infeksi dalam kultivar padi
2
2.2 Fermentation
Video ini menjelaskan peran proses fermentasi dalam pembuatan produk
biologis dan menggambarkan fermentasi skala komersial pada tingkat sel.
Termasuk di dalamnya adalah uraian jenis fermentasi (intraseluler, ekstraseluler),
jenis sel (aerobik, anaerobik), dan nutrisi sel (komponen media). Program ini
mengikuti produksi batch Green Fluorescent Protein (GFP) dari persiapan hingga
panen, termasuk pertumbuhan stok benih, peningkatan skala, dan fase pola
pertumbuhan siklus hidup (lag, eksponensial / log, stasioner, kematian).
Dalam bioteklogi sel-sel dapat digunakan untuk memproduksi banyak produk
dalam proses fermentasi. Sel-sel tersebut dapat berupa jamur atau bakteri tertentu
3
dari tumbuhan maupun hewan. Produksi yougurt, mentega, susu, dan keju yang
digunakan dalam fermentasi merupakan bakteri. Pembuatan roti dan minuman
beralkohol menggunakan ragi sebagai jamur. Kemudian beberapa produksi vaksin
membutuhkan pertumbuhan sel mamalia yang terinfeksi virus yang spesifik.
Produk pembuatan sel biasanya merupakan zat bahan kimia yang dikandung sel
secara alami, sel-sel yang telah diubah secara genetic untuk membuat atau menjadi
produk sisa metabolisme, contohnya alkohol.
1. Fermentasi
Pertama merupakan How Fermentation Work, bagaimana cara kerja
fermentasi. Fermentasi merupakan proses yang cukup sederhana untuk memilih sel
berdasarkan kemampuannya untuk berproduksi produk yang diinginkan.
Fermentasi membutuhkan media pertumbuhan khusus yang mempertahankan pH
yang tepat dan menyediakan sel dengan oksigen, air, mineral penting, dan sumber
karbon dan nitrogen. Karena setiap organisme memiliki kebutuhan fisik dan kimia
yang berbeda untuk pertumbuhan, formulasi media dan kondisi pertumbuhan dapat
sangat bervariasi. Media pertumbuhan yang spesifik memungkinkan sel untuk tetap
dalam kondisi yang mendorong proses bioproses. Ketika sel telah tumbuh dan
banyak mengkonsumsi nutrisi, maka dipindahkan dalam wadah yang lebih besar
dan mengandung media yang lebih banyak, dan akan berulang. Perbanyakan isolat
bakteri pada skala laboratorium di video ini sudah menggunakan teknologi
produksi, dimana fermentasi dilakukan pada fermentor sebagai bioreaktornya.
Berikut merupakan gambaran dari bioreaktor :
Bioreaktor dilengkapi dengan selubung air untuk mengatur suhu dan sensor.
Hal tersebut berfungsi untuk memantau faktor lingkungan atau parameter selama
proses fermentasi meliputi pH, suhu, oksigen, tekanan, dll.
3. Proses Fermentasi
sampel diambil untuk memeriksa presentase padatan. Sel produk disebut dengan
broth, dimana broth ini berisi media, dan sel-sel nya lengkap saat nutrisi glukosa
dikonsumsi serta batch telah mencapai konsentrasi yang diinginkan. Batch
didinginkan dan dipompa ke dalam tangki dan diberi nomer identitas, volume,
waktu dan tanggal. Fermentasi selesai, hasil dibawa ke proses dimana sel-sel akan
dipecah untuk membebaskan GFP, dan protein akan dipisahkan dari hasil
fermentasi.
dibuang di pada awal pemisahan dan media yang berisi produk disimpan
untuk diproses lebih lanjut.
2. Produksi “intraseluler” adalah saat produk yang dihasilkan oleh sel
disimpan dalam sel. Selama tahap awal pemisahan, biomassa dikumpulkan
lalu setelah itu dihentikan agar produk dapat dilepaskan.
Berdasarkan video, analisis merujuk pada produksi intraseluler untuk
menghasilkan produk hasil fermentasi yang diinginkan. Produk akhir fermentasi
disebut dengan kaldu, yang mana kaldu mengandung dengan molekul produk yang
dihasilkan. Namun, molekul tersebut masih terkunci di dalam sel inang, dan jutaan
sel inang ini tersuspensi. Tahap recovery atau pemulihan, dilakukan dua fungsi
penting yaitu memisahkan sel padatan dalam kaldu dari cairan dan memisahkan
molekul yang akan dihasilkan dari sel inangnya. Pada tahap recovery ini alat-alat
yang digunakan seperti sentrifugasi, cell disrupters atau pemisah sel, mikrofiltrasi
untuk mengisolasi produk.
Proses pemulihan dilakukan dengan pembuatan GFP (Green Fluorescent
Protein), GFP digunakan sebagai penanda biologis yang jika diletakkan pada obat
dapat memberikan pandangan visual berupa fluoresen. Setelah proses fermentasi
selesai, kaldu dipanen lalu sen inang E.Coli dipisahkan dari kaldu cair, selanjutnya
akan tersuspensi di dalam larutan baru untuk mencuci sel, terpisahkan kembali,
diproses kembali, berikutnya dihomogenisasi untuk membuka sel. Puing-puing sel
dihilangkan, dan ketika proses recovery selesai maka produk sudah siap. Lalu akan
dilakukan proses pemurnian pada produk.
Berikutnya merupakan “Fluorescent Green Protein Recovery Process”. Yang
termasuk dalam tahap ini, yaitu :
1. Sentrifugasi untuk memisahkan padatan dari cairan.
2. Homogenizer untuk membuka sel E.Coli
3. Mikrofiltrasi untuk memisahkan padatan yang tersisa dalam larutan produk.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu produk hasil fermentasi berupa kaldu; air
dengan angka kemurnian tinggi yang telah disaring, diionisasi dan disterilkan
dengan UV; larutan buffer untuk menstabilkan pH produk dan menjaga suspense
serta mencegah terjadinya degradasi pada produk.
10
siap untuk langkah berikutnya lysing. Sel-sel disuspensi kembali dalam larutan
buffer dan kemudian dipompa pada tekanan tinggi, 900 bar yaitu sekitar 13.000 psi
(pounds per square inch) melalui homogenizer. Didalam homogenizer sel dipaksa
masuk melalui lubang kecil yang menyebabkan sel-selnya tidak dapat menahan dan
sel akan pecah. Kemudian untuk memastikan bahwa semua sel pecah, larutan
tersebut dilakukan percobaan secara duplo.
Setelah homogenisasi kedua telah selesai, larutan sel yang sudah terlisis
dipompa kembali melalui sentrifugasi. Untuk percobaan ini, saat sel-sel sudah
pecah termasuk sitplasma dan GFP dicampur kedalam larutan buffer. Lakukan
dsentrifugasi sekali lagi dengan cara memutar padatan dan sisa-sisa sel yang belum
terpecah dan dihasilkan cairan yang dikenal sebagai lysate. Meskipun centrifuge
telah menghilangkan hamirr semua sel, masih ada beberapa partikel tersisa dan
akan dihilangkan melalui proses filtrasi.
Langkah Filtrasi, lysate sentrifuge dipompa melalui filter 0,22 mikron. Filter
ini akan menghilangkan sisa sel-sel yang masih ada dan akan dilanjutkan ke proses
selanjutnya. Saat proses pemulihan selesai, clarified lysate dipompa kedalam bejana
transfer berventilasi. Tangki lysate ini kemudian bergerak menuju akhir dan akan
dilanjutkan ke proses berikutnya. Langkah selanjutnya yaitu pemurnian. Pada
proses ini kotoran terlarut akan dikeluarkan dari larutan GFP, dan GFP kemudian
dipekatkan dan distabilkan.
2.4 Purification
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan
pada perbedaan partisi zat pada fase diam dan fase gerak. Tujuan kromatografi
preparatif biasanya untuk memisahkan senyawa dalam campuran dan kromatografi
analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam suatu
campuran. Kromatografi dibagi menjadi dua yaitu kromatografi preparatif dan
kromatografi analitik. Dan juga memang terdapat banyak metode pemisahan tetapi
kromatografi sendiri dikerjakan dan lebih sering dilakukan karena metode ini dapat
dilakukan dengan sederhana dan cepat yaitu hanya dengan beberapa menit saja dan
hanya menggunakan peralatan yang relatif sederhana (Sastroamidjojo, 1985).
Filtrasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan
cairandengan melewatkan umpan (padatan + cairan) melalui medium penyaring.
12
Adapun yang berkaitan dengan air. Molekul yang berinteraki dan larut dalam
air disebut dengan hidrofilik (water-loving), sedangkan yang tidak disebut dengan
hidrofobik (water-hating). Protein memiliki area yang hidrofobik, ada pula yang
hidrofilik. Air cenderung membuat pelindung pada area hidrofobik dalam protein,
sehingga mereka tidak terekspos untuk berinteraksi dengan resin beads. Dengan
menambahkan garam pada larutan protein, maka pelindung tadi akan hilang, dan
mengekspos daerah hidrofobik sehingga resin bisa berinteraksi, Tipe ini dinamakan
Hydrophobic-Interaction Chromatography (HIC).
dan retentate bisa diperoleh secara maksimal, yang lalu akan tersirkulasi ke supply
tank dan akan terus berputar melewati filter selama proses berjalan.
dikumpulkan dan disiapkan. Proses Pemurnian dimulai saat tangki berisi clarified
lysate dari proses recovery dihubungkan ke pompa pada skid kromatografi.
Langkah pertama dalam proses pemurnian Green Fluorescent Protein adalah:
1. Anion-exchange Chromatography
Pada langkah dari proses ini, pH dari clarified lysate yaitu sebesar 8.0 yang
berarti protein bermuatan negative. Dikarenakan protein bermuatan negative
maka GFP akan mengikat pada resin penukar anion yang bermuatan positif.
Proses ini diawali dengan:
a. Pompa menarik lysate dari bejana, melewaeti sensor dan pre-filter 0.45
micron. Pre-filter ini menghilangkan residu dari sel debris atau partikulat
yang telah mengkontaminasi larutan. Jika pre-filter mulai tersumbat, maka
sensor tekanan di sisi masuk filter akan mencatat kenaikan tekanan, dan
pengontrol akan memberi sinyal perlunya penggantian filter.
b. Setelah pra-penyaringan dan sebelum kolom, lysate melewati pengukur
aliran dan sensor udara. Kemudian, saat lisat melewati resin beads, protein
negatif mengikat beads yang bermuatan positif.
c. Larutan meninggalkan kolom melewati sensor densitas optik UV, sensor
konduktivitas dan sensor pH. Pembacaan rendah sensor densitas optik
memastikan bahwa GFP tidak ada di dalam larutan, sehingga katup outlet
mengirimkan larutan untuk limbah.
d. Ketika semua lisat telah memasuki kolom atau ketika kapasitas beads untuk
mengikat protein telah tercapai, inilah waktunya untuk elusi. Elusi adalah
pelepasan, dalam hal ini green flourescent protein dari beads menggunakan
larutan baru dalam hal ini buffer yang mencakup larutan NaCl.
e. Buffer baru dipompa melalui beads, pada beberapa waktu, GFP tidak lagi
mengikat ke beads dan dilepaskan ke buffer. Aliran produk yang dihasilkan
biasanya disebut sebagai eluate.
f. Sensor densitas optik UV, yang mengukur konsentrasi protein,
menunjukkan kapan produk mulai terelusi dari kolom.
g. Katup outlet dialihkan untuk mengikuti aliran eluate ke bejana pengumpul.
h. Ketika sensor UV menunjukkan bahwa semua GFP telah terlepas dari resin
Kromatografi, katup outlet diubah ke limbah.
18
III. KESIMPULAN
Pada acara dua ini, terdapat empat video. Video yang pertama “Green Fluorescent
Protein” berisikan penjelasan mengenai produksi Green Fluorenscent Protein. GFP
adalah pewarna fluorenscent yang dapat ditoleransi dengan sangat baik oleh sebagian
besar sel dan tidak mengganggu fungsi normal sel. Ada 3 fase utama produksi GFP yaitu
fermentasi, pemulihan, dan pemurnian.
Video yang kedua “Fermentation” berisikan penjelasan mengenai 3 hal, yaitu
bagaimana cara fermentasi bekerja, proses persiapan fermentasi, dan yang terakhir adalah
proses fermentasi. Video ini menjelaskan peran proses fermentasi dalam pembuatan
produk biologis dan menggambarkan fermentasi skala komersial pada tingkat sel.
Program ini mengikuti produksi batch Green Fluorescent Protein (GFP) dari persiapan
hingga panen, termasuk pertumbuhan stok benih, peningkatan skala, dan fase pola
pertumbuhan siklus hidup (lag, eksponensial / log, stasioner, kematian).
Video yang ketiga “Separation / Recovery” berisikan penjelasan mengenai proses
produk biologi (molekul Green Fluorenscent Protein) yang dihasilkan dari sel Ecoli.
Langkah-langkah proses ini adalah: pemisahan padatan sel dari kaldu, gangguan sel inang
untuk melepaskan produk yang terkandung di dalamnya, dan isolasi produk melalui
penghilangan puing-puing sel dan kotoran lainnya. Alat yang digunakan untuk
melakukan langkah-langkah ini termasuk sentrifugal, pengganggu sel dan mikrofilter.
Video yang terakhir “Purification” berisikan gambaran tahapan utama fermentasi
dalam sekala industri. Video ini menjelaskan tipikal proses purifikasi yang digunakan
pada manufaktur Green Fluorescent Protein. Purification merupakan salah satu dari tiga
inti dari bioteknologi, yaitu fermentation, recovery, dan purification. Purification
(purifikasi) proses memisahkan semua yang mengkontaminasi produk, menyisakan hasil
yang murni.
DAFTAR PUSTAKA
21