Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : INDAH SITANGGANG
KELAS : XII MIPA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak jaman dahulu manusia sudah mengenal Bioteknologi. Dahulu bioteknologi diasumsikan berupa
pengolahan makanan dan minuman menggunakan mikroba. Dahulu bioteknologi hanya menghasilkan
tempe, keju, anggur, yogurt, dsb. Seiring dengan perkembangan jaman, Bioteknologi menghasilkan
alkohol, penicilin, sampai kemudian antibbodi monoklonal.

Bioteknologi itu sendiri merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa
(teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan
barang dan/atau jasa (Bull, et all, 1982). Jasad hidup yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah
agen biologi. Bioteknologi di era modern sekarang banyak menghasilkan produk dalam skala industri.
Dalam memanfaatkan agen biologi, bioteknologi menggunakan peranan penting enzim, sehingga enzim
memegang peranan penting dalam industri.

Enzim adalah protein tidak beracun namun mampu mempercepat laju reaksi kimia dalam suhu dan derajat
keasaman yang lembut. Produk yang dihasilkannya sangat spesifik sehingga dapat diperhitungkan dengan
mudah. Walaupun berat mikroba, seperti contohnya bakteri hanya mencapai sepersejuta gram,
kemampuan kimiawinya cukup mengagumkan. Selnya tersusun atas ribuan jenis zat kimia, kebanyakan
diantaranya bersifat sangat kompleks. Semua zat ini tentunya dibangun dengan reaksi kimia dari bahan-
bahan penyusun yang relatif sederhana yang ditemukan mikroba di lingkungannya. Semua reaksi kimia
harus terkoordinasi secara harmonis dan protein yang disebut enzim memainkan peran utama pada setiap
tahap.

Enzim menjadi primadona industri bioteknologi saat ini dan di masa yang akan datang karena melalui
penggunaannya, energi dapat dihemat dan akrab dengan lingkungan. Saat ini penggunaan enzim dalam
industri makanan dan minuman, industri tekstil, industri kulit dan kertas di Indonesia semakin meningkat.
Dilaporkan, enzim amilase yang digunakan dalam industri tekstil di Bandung - Jawa Barat, jumlahnya
tidak kurang dari 4 ton per bulan atau sekitar 2- 3 juta dolar Amerika setiap bulannya dan semuanya
diimpor.

B. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini bertujua untuk:

1. Mengetahui pengertian enzim dan peranan enzim

2. Mengetahui sumber enzim

3. Mengetahui produksi dan legislasi enzim

4. Mengetahui immobilisasi enzim

5. Mengetahui aplikasi bioteknologi enzim

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Peranan Enzim

Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator (protein katalitik) untuk reaksi-reaksi kimia di
dalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut serta dalam
reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reaksi telah selesai. Suatu katalis adalah suatu agen kimiawi
yang mengubah laju reaksi tanpa harus dipergunakan oleh reaksi tersebut. Aktivitas enzim dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya konsentrasi substrat, pH, suhu, dan inhibitor (penghambat). (Campbell,
1987: 98).

Berbeda dengan katalisator nonprotein (H+, OH-, atau ion-ion logam), tiap-tiap enzim mengkatalisis
sejumlah kecil reaksi, kerapkali hanya satu. Jadi enzim adalah katalisator yang reaksi-spesifik karena
semua reaksi biokimia perlu dikatalis oleh enzim, sehingga terdapat banyak jenis enzim.

Menurut Smith (1981: 39), enzim merupakan komplek molekul organik yang berada dalam sel hidup
yang beraksi sebagai katalisdalam mempercepat laju reaksi kimia. Tanpa enzim, tidak akan ada
kehidupan. Meskipun enzim hanya dibentuk dalam sel hidup, namun beberapa dapat dipisahkan dari
selnya dan melanjutkan fungsinya dalam kondisi in vitro.

Menurut Steve Prentis (1990: 12), enzim adalah katalisator biologis, karena suatu katalisator merupakan
suatu senyawa yang mempercepat laju reaksi kimia. Hampir semua reaksi kimia yang penting bagi
kehidupan akan berlangsung sangat lambat tanpa adanya katalisator yang sesuai.

Bisa disimpulkan bahwa enzim merupakan senyawa organik bermolekul besar yang berfungsi untuk
mempercepat jalannya reaksi metabolisme di dalam tubuh tanpa memperngaruhi keseimbangan reaksi.
Dari beberapa pengertian tersebut jelaslah bahwa enzim sangat berperan dalam sebagian besar reaksi
kimia dalam tubuh makhluk hidup, tak terkecuali mikroba yang banyak digunakan sebagai agen biologi
dalam bioteknologi.
Mekanisme kerja enzim berlangsung dalam dua tahap. Banyak enzim menggunakan lebih dari satu
substrat tetapi untuk memahami prinsip dasar kerja enzim dengan mudah dengan memperhatikan reaksi
enzim dengan satu substrat seperti berikut (Primrose, 1987: 40)

Kemampuan enzim yang unik, spesifik terhadap substrat meningkatkan penggunaannya dalam proses
industri secara kolektif yang dikenal dengan istilah teknologi enzim. Teknologi enzim mencakup
produksi, isolasi, purifikasi, menggunakan bentuk yang dapat larutdan akhirnya sampai pada immobilisasi
dan penggunaan enzim dalam skala yang lebih luas melalui sistem reaktor.

Peranan teknologi enzim berkontribusi pada pemecahan beberapa masalah vital di era modern seperti
sekarang, misalnya produksi makanan, kekurangan dan pemeliharaan energi, dan peningkatan
lingkungan. Teknologi baru ini dasarnya dari biokimia tetapi diterangkan lebih luas dengan mikrobiologi,
kimia, dan proses alat teknologi yang mendukung keberadaan sains.

B. Sumber Enzim

Berbagai enzim yang digunakan secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan, dan dari
mikroorganisme yang terseleksi. Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan termasuk
protease (papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim khusus tertentu. Dari jaringan
hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas, lipase dan enzim untuk pembuatan mentega. Dari
jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas, lipase, dan enzim untuk pembuatan
mentega. Dari kedua sumber tumbuhandan hewan tersebut mungkin timbul banyak persoalan, yakni:
untuk enzim yang berasal dari tumbuhan, persoalan yang timbulantara lain variasi musim, konsentrasi
rendah dan biaya proses yang tinggi. Sedangkan yang diperoleh dari hasil samping industri daging,
mungkin persediaan enzimnya terbatas dan ada persaingan dengan pemanfaatan lain. Sekarang jelas
bahwa banyak dari sumber enzim yang tradisional ini tidak memenuhi syarat untuk mencukupi kebutuhan
enzim masa kini. Oleh karena itu, peningkatan sumber enzim sedang dilakukan yaitu dari mikroba
penghasil enzim yang sudah dikenal atau penghasil enzim-enzim baru lainnya.

Program pemilihan produksi enzim sangat rumit, dan dalam hal tertentu jenis kultivasi yang digunakan
akan menentukan metode seleksi galur. Telah ditunjukkan dahwa galur tertenttu hanya akan
menghasilkan konsentrasi enzim yang tinggi pada permukaan atau media padat, sedangkan galur yang
lain memberi respon pada teknik kultivasi terbenam (submerged), jadi teknik seleksi harus sesuai dengan
proses akhir produksi komersial.

Beberapa sumber enzim disajikan dalam tabel berikut:


C. Produksi Enzim

Produksi enzim secara industri saat ini sangat mengandalkan metode fermentasi tangki dalam (deep tank).
Penggunaan mikroorganisme sebagai sumber bahan produksi enzim dikembangkan dengan beberapa
alasan penting, yaitu:

1. Secara normal mempunyai aktivitas spesifik yang tinggi per unit berat kering produk.

2. Fluktuasi musiman dari bahan mentah dan kemungkinan kekurangan makanan kaitannya dengan
perubahan iklim.

3. Mikroba mempunyai karakteristik cakupan yang lebih luas, seperti cakupan pH, dan resistansi
temperatur.

4. Industri genetika sangat meningkat sehingga memungkinkan mengoptimalisasi hasil dan tipe enzim
melalui seleksi strain, mutasi, induksi dan seleksi kondisi pertumbuhan, yang akhir-akhir ini,
menggunakan inovasi teknologi transfer gen.

Bahan mentah (raw material) untuk industri fermentasi enzim biasanya terbatas pada unsur-unsur dimana
bahan tersedia dengan harga yang murah, dan aman secara nutrisi. Beberapa yang lazim menggunakan
substrat amilum hidrolase, mollase, air dadih, dan beberapa gandum.

Dalam produksi enzim, menggunakan batch untuk proses fermentasi dengan aerasi yang baik (diagram 1),
tetapi proses mungkin ditingkatkan dengan memelihara satu atau beberapa komponen selama fermentasi.
Beberapa enzim yang digunakan dalam skala industri adalah enzim ekstraseluler, enzim yang secara
normal dihasilkan oleh mikroorganisme sesuai dengan substratnya dalam lingkungan eksternal dan dapat
disamakan dengan enzim pencernaan pada manusia dan hewan. Kemudian ketika mikroorganisme
memproduksi enzim untuk memisahkan molekul eksternal besar agar bisa dicerna biasanya digunakan
media fermentasi. Dalam fermentasi sari dari kultivasi mikroorganisme tertentu, seperti contoh, bakteri,
yeast atau filamentous jamur, dijadikan sumber utama protease, amilase dan sedikit selolosa, lipase, dsb.
Kebanyakan industri enzim hidrolase mampu bertindak tanpa komplek kofaktor, yang segera dipisahkan
dari mikroorganisme tanpa merusak dinding sel dan larut dalam air. Beberapa enzim intraseluler,
sekarang juga banyak diproduksi secara industri dan diantaranya glukosa oksidase untuk pengawetan
makanan, asparginase untuk terapi kanker, dan penicilin asilase untuk antibiotikTahap pemulihan standar
untuk enzim ekstraseluler seperti berikut: memindah mikroorganisme, mengkonsentrasikan, penambahan
bahan pengawet, standarisasi dan pengepakan. Untuk ekstraksi enzim intraseluler memerlukan cara
mekanis, fisik atau gangguan kimiapada dinding sel atau membran.

Pada akhir proses fermentasi, kondisi ideal adalah cairan dengan konsentrasi enzim tinggi, sebuah
organisme biomass yang mudah dipisahkan.

Produk enzim yang aman sebaiknya mempunyai potensi alergi yang rendah, dan dalam partikelnya
terbebas dari kontaminan.

D. Legislasi Enzim

Produk enzim dari mikroba harus memenuhi spesifikasi yang ketat berkenaan dengan sifat racun dan
aspek keamanan yang lain. Lingkup pemikiran penting yang berhubungan dengan penentuan keamanan
dari enzim komerisal teruatam adalah :
1. Reaksi alergenik yang disebabkan oleh suatu protein yang ada dalam produk termasuk protein enzim
dan bahan lainnya.

2. Aktivitas katalisis dari enzim.

3. Terjadinya senyawa racun, seperti mikotoksin dan antibiotika.

Mikroorganisme yang digunakan utuk memproduksi enzim dpat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
Tergantung pada kelompoknya, maka ada tingkatan yang berbeda dalam pengujian sifat racunnya.
Kelompok mikroorganisme yang secara tradisional digunakan dalam makanan dan mikroorganisme yang
dianggap sebagai kontaminan tidak berbahaya yang ada dalam makanan umumnya pengujian tidak
dibutuhkan. Tetapi mikroorganisme yang tidak termasuk dalam dua kelompok tersebut perlu penyelidikan
sifat racun yang lebih ekstensif.

Jadi, merupakan tugas produsen untuk dapat memenuhi spesifikasi tersebut.

E. Immobilisasi Enzim

Sebagai molekul bebas yang laruut dalam air, enzim sulit dipisahkan dari substrat dan produk, selain itu
enzim sulit untuk digunakan secara berulang-ulang. Dewasa ini, berbagai usaha telah dilakukan untuk
mengatasi hambatan tersebut, yaitu dengan proses immobilisasi enzim. Immobilisasi biasanya dapat
dianggap sebagai perubahan enzim dari yang larut dalam air, keadaan bergerak menjadi keadaan tak
bergerak yang tidak larut. Immobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan
mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk dengan teknik pemisahan padat
atau cair yang sederhana.

Immobilisasi enzim dapat dicapai dengan mengikat enzim secara kovalen ke permukaan bahan yang tak
larut dalam air: pengikatan silang dengan bahan yang cocok untuk menghasilkan partikel yang baru;
penjebakan di dalam suatu matrik atau gel yang permeabel terhadap enzim, substrat, dan produk;
enkapsulasi; dan dengan absorbsi pada zat pendukung.

Keuntungan immobilisasi enzim antara lain;

1. Memungkinkan penggunaan kembali enzim yang sudah pernah digunakan.

2. Ideal untuk proses berkelanjutan (continous procces).

3. Memungkinkan kontrol yang lebih akurat untuk proses katalisis.

4. Meningkatkan stabilitas enzim.

5. Memungkinkan pengambangan sistem reaksi multienzim.

F. Aplikasi Enzim
Ribuan tahun yang lalu proses seperti membuat bir, membuat roti, dan produksi keju melibatkan enzim
yang belum diketahui jenisnya. Dalam cara konvensional ini, teknologinya dipercayakan pada konversi
enzim sebelum bangun pengetahuan yang koheren dikembangkan.

Di negara barat, industri menggunakan enzim pada produksi yeast dan ragi dimana pembuatan bir dan roti
secara tradisional sudah jarang dikembangkan. Beberapa perkembangan awal biokimia dipusatkan pada
fermentasi yeast dan konversi energi pada glukosa. Di negara timur, industri yang sama memproduksi
sake dan banyak makanan fermentasi, semuanya dibuat dari filamentous fungi sebagai sumber aktivitas
enzim.

Pada tahun 1896, memperlihatkan permulaan yang sebenarnya dari teknologi mikrobia enzim dengan
pemasaran pertama takadiastase, campuran kasar dari enzim hidrolitik yang disiapkan pada pertumbuhan
jamur Aspergillus oryzae pada tepung gandum. Perkembangan lebih lanjut dari penggunaan enzim
meningkatkan proses secara konvensional ke era baru. Meskipun sebagian besar produksinya masih
menghasilkan enzim kasar.

Sampai saat ini lebih dari 200 enzim telah diisolasi dari mikroorganisme, tumbuhan dan hewan, tetapi
kurang dari 20 macam enzim yang digunakan pada skala komersial atau industri. Kini, produsen enzim
komersial memasarkan enzim dalam bentuk kasar karena proses isolasinya lebih sederhana, terutama
digunakan dalam makanan dan dalam industri detergen (menggunakan enzim amilase), industri roti
(menggunakan enzim proteinase), industri pembuatan bir (menggunakan enzim betaglukanase,
amiloglukosidase), industri tekstil (menggunakan enzim amilase), industri kulit (menggunakan enzim
tripsin), industri farmasi dan obat-obatan (menggunakan enzim tripsin, enzim pankreatic tripsin).

BAB III
KESIMPULAN
1. Pengertian enzim secara umum yaitu enzim merupakan senyawa organik bermolekul besar yang
berfungsi untuk mempercepat jalannya reaksi metabolisme di dalam tubuh tanpa memperngaruhi
keseimbangan reaksi. Enzim banyak berperan pada pemecahan beberapa masalah vital di era modern
seperti sekarang, misalnya produksi makanan, kekurangan dan pemeliharaan energi, dan peningkatan
lingkungan dan beberapa industri.

2. Berbagai enzim yang digunakan secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan, dan dari
mikroorganisme yang terseleksi.

3. Produksi enzim secara industri saat ini sangat mengandalkan metode fermentasi tangki dalam (deep
tank). Dalam produksi enzim, menggunakan batch untuk proses fermentasi dengan aerasi yang baik
(diagram 1), tetapi proses mungkin ditingkatkan dengan memelihara satu atau beberapa komponen selama
fermentasi.

4. Produk enzim dari mikroba harus memenuhi spesifikasi yang ketat berkenaan dengan sifat racun dan
aspek keamanan yang lain dengan legislasi.

5. Untuk mengatasi hambatan pemisahan enzim dari substratnya dan produk, serta enzim yang sulit
untuk digunakan secara berulang-ulang, maka dilakukan proses immobilisasi.

6. Saat ini, produsen enzim komersial memasarkan enzim dalam bentuk kasar karena proses isolasinya
lebih sederhana, terutama digunakan dalam makanan dan dalam beberapa industri.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Albert Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Campbel and Reece. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

John E. Smith. 1981. Biotechnology. London: Edward Arnold Publisher.

Primrose. 1987. Modern Biotechnology. London: Blackwell Scientific Publications.

Anda mungkin juga menyukai