Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

BIOKIMIA
“ENZIM”

OLEH :
STIFA E 2020
KELOMPOK 2

ASISTEN : FERNISARI TIMANG

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Biokimia adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang proses kimia atau reaksi kimia yang terjadi didalam zat hidup (sel,
makhluk hidup). Baik itu mikrooganisme, tanaman, invertebrata,
avertebrata, hewan menyusui, dan manusia. Dalam hal ini, dapat kita
ketahui bagaimana kumpulan zat hidup bercampur atau bereaksi
menghasilkan zat yang disebut dengan zat hidup. Dan peranan biokimia
ini adalah sebagai dasar pengembangan pengetahuan dasar kedokteran,
pertanian, peternakan, biologi, mikrobiologi,dan lainnya yang sehubung
(Bintang, 2010)
Terdapat berbagai macam reaksi kimia dalam proses metabolisme
tubuh. Reaksi kimia ini merupakan bagian dari sistem yang bekerja
spesifik dan menghasilkan senyawa –senyawa kimia. Dalam aktivitas
metabolisme kita mengenal adanya katalisator. Katalisator dalam reaksi
ini disebut enzim (Bintang, 2010)
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam
sel hidup. Sekarang, kira-kira lebih dari 2000 enzim telah teridentifikasi,
yang masing-masing berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam
sistem hidup. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian enzim
dapat diperoleh dengan ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya
(Sirajuddin, dkk 2011).
Pengaturan reaksi-reaksi kimiawi dalam sel terpusat pada molekul
protein, yaitu enzim. Enzim merupakan katalis yang dapat mempercepat
reaksi kimiawi yang dihasilkan oleh sel dimana enzim berfungsi. Ketika
sel-sel otot membutuhkan banyak energi pada saat olahraga, enzim dapat
mempercepat penguraian molekum gula (glukosa), melepaskan energi
yang digunakan untuk bekerja. Sebaliknya, pada saat istirahat, enzim-
enzim mempercepat glukosa, yang ditambahkan kedalam cadangan
bahan bakar tubuh (Tim Dosen Biologi, 2010).
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Enzim
bekerja dengan urutan yang teratur dan mengkatalisis ratusan reaksi dari
reaksi yang sangat sederhana seperti replikasi kromosom sampai reaksi
yang sangat rumit, misanyal reaksi yang menguraikan molekul nutrient;
menyimpan; dan mengubah energi kimiawi. Masing-masing reaksi
dikatalisis oleh sejenis enzim tertentu. Enzim dapat mengenali berbagai
isyarat metabolisme yang diterima. Melalui aktivitasnya, enzim pengatur
mengkoordinasi sistem enzim dengan baik, sehingga menghasilkan
hubungan harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolisme yang
berbeda (Sirajuddin, dkk. 2011).
Pemilihan acang hijau sebagai sumber enzim α-amilase karena
dalam bentuk kecambah megandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4 ppm,
fenolik 11,3 ppm. Senyawa tersebut merupakan antioksidan yang sangat
penting terhaddap kesehatan terutama balita. Senyawa fenolik dengan
antioksidan lainnya pada konsentrasi rendah dapat melindungi bahan
pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain itu, kacang hijau memiliki
kelebihan dari segi ekonomis dan agronomis dibandingkan dengan
tanaman kacang-kacangan lainnya (Anam, 2010).
Dengan peran enzim pada hampir tiap reaksi biologis, dapat
dikatakan enzim memiliki peran sangat penting. Dalam mendukung
perannya sebagai katalisator atau mempercepat reaksi yang terjadi tentu
saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
antara lain konsentrasi enzim, konsentrasi ion hidrogen (pH), suhu, dan
konsentrasi. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilaksanakan
praktikum mengenai enzim ini.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahani uji aktivitas enzim amilase dan enzim lipase, faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim, dan mengetahui pengaruh penambahan pati,
iodine, dan buffer asetat terhadap percobaan enzim.
1.2.1 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah adalah untuk mengetahui
dan memahani uji aktivitas enzim amilase dan enzim lipase, faktor-faktor
yang mempengaruhi kerja enzim, dan mengetahui pengaruh penambahan
pati, iodine, dan buffer asetat terhadap percobaan enzim.
1.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah untuk mengamati secara
langusung uji aktivitas enzim amilase dan enzim lipase, faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim, dan mengamati secara langsung pengaruh
penambahan pati, iodine, dan buffer asetat terhadap percobaan enzim.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar mahasiswa(i)
dapat mengetahui uji aktivitas enzim amilase dan enzim lipase, faktor-
faktor yang mempengaruhi kerja enzim, dan mengetahui pengaruh
penambahan pati, iodine, dan buffer asetat terhadap percobaan enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
I.1.1 Pengertian Enzim
Enzim merupakan suatu kelompok protein yang /erperan penting di
dalam aktivitas biologi. Enzim berfungsi sebagai katalisatorsi dalam sel
dan sifatnya sangat khas. Di dalam jumlah sangat kecil, enzim dapat
mengatur reaksi tertentu sehingga di dalam keadaan normal tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Di dalam sel terdapat
banyak jenis enzim yang berlainan kekhasannya, sehingga suatu enzim
hanya mampu menjadi katalisator untuk reaksi tertentu saja. Ada enzim
yang dapat mengkatalisa suatu kelompok substrat, ada pula yang hanya
satu kelompok substrat saja, dan ada pula yang bersifat stereospesifik.
Karena enzim mengkataliser reaksi breaksi di dalam system biologis,
maka enzim juga disebut sebagai biokatalisator (Soenardi, 2008).
Berdasarkan tempat bekerjanya, enzim dapat dibedakan dalam dua
golongan, yaitu endoenzim dan eksoenzim. Endoenzim disebut juga
enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di dalam sel. Umumnya
merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di dalam sel dan
untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan
sel, misal dalam proses respirasi. Eksoenzim disebut juga enzim
ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di luar sel. Umumnya berfungsi
untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul
yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat masuk
melewati membran sel.Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan
substrat di luar sel tidak digunakan dalam proseskehidupan sel (Pedjiadi,
2006).
Berdasarkan biosintesisnya, enzim dibedakan menjadi enzim
konstitutif dan enzim induktif. Enzim konstitutif adalah enzim yang selalu
tersedia di dalam sel mikroba dalam jumlah yang relatif konstan,
sedangkan enzim induktif adalah enzim yang ada dalam jumlah sel yang
tidak tetap, tergantung pada adanya induser. Enzim induktif ini jumlahnya
akan bertambah sampai beberapa ribu kali bahkan lebih apabila dalam
medium mengandung substrat yang menginduksi, terutama bila substrat
penginduksi merupakan satu-satunya sumber karbon (Kurnia, 2010).
I.1.2 Mekanisme Reaksi Enzim
Terikatnya substrat pada sisi aktif enzim menyebabkan berubahnya
keadaan substrat sehingga berada dalam keadaan transisi dan akibatnya
molekul substrat mengalami perubahan konformasi transisi yang
diperlukan agar dapt diubah menjadi produk. Beberapa ion logam yang
merupakan kofaktor juga membantu terjadinya ikatan sustrat dengan
enzim. Jika enzim telah melakukan pembentukan ikatan antara enzim
dengan substrat dengan membentuk molekul kompleks enzim substrat,
pembentukan molekul ini sangat dipengaruhi oleh bentuk sisi aktif enzim
dan kespesifikan substrat (Saryono, 2011).
Menurut Shahib (2005) ada dua teori yang mendukung dalam
penjelasan pembentukan kompleks enzim substrat, teori pertama yang
diajukan oleh Fisher yaitu teori Kunci dan Gembok / “Lock and Key” yang
menjelaskan bahwa adanya kespesifikan enzim terhadap substrat tertentu
yang bentuknya sesuai dengan sisi aktif enzim. Teori kedua adalah teori
yang diajukanoleh Koshland yaitu teori “ Induced Fit” yang menjelaskan
bahwa substrat akan menginduksi suatu perubahan bentuk sisi aktif enzim
sehingga dapat dengan mudah berikatan.
I.1.3 Penggolongan Enzim
Klasifikasi enzim secara internasional meliputi: nama golongan dan
macam reaksi yang dikatalisisnya. Menurut Ngili (2013), enzim yang
dibagi kedalam enam golongan tersebut digolongkan berdasarkan pada
jenis reaksi yang dikatalisis, keenam golongan enzim tersebut yaitu :
a.Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan
pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah
enzimelektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada
beberapa macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase,
oksigenase,hidroksilase dan dehidrogenase
b. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari
suatumolekul ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa
enzim sebagai berikut:
1.Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.
2.Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.
3.Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.
c. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim
adalah:
1.Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan
esterkarboksil.
2.Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).
3.Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida.
d. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau
penambahan gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis,
sebagaicontoh adalah:
1.L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
2.Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi
pengambilan gugus karboksil.
e. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi
isomerisasi,yaitu:
1.Rasemase, merubah l-alanin D-alanin.
2.Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat D-xylulosa-5-fosfat.
3.Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisrentolal.
4.Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfat
dihidroksiaseton fosfat.
5.Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA
suksinil-CoA.
f. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan
dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh
adalahenzim asetat=CoASH ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai
berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP Asetil CoA + AMP + P-P
I.1.4 Faktor yang mempengaruhi aktivitas Enzim
a. Suhu
Peninggian suhu reaksi akan meningkatkan jumlah molekul yang
dapat bereaksi, baik dengan peningkatan frekuensi benturanya. Jumlah
molekul yang energikinetiknya melampaui rintangan energi terjadinya
reaksi akan bertambah seiring suhu naik dari rendah, melalui suhu
intermediet, hingga mencapai suhu tinggi. Di sampingitu, setiap kenaikan
suhu meningkatkan gerakan molekul dan dengan demikianmenaikkan
frekuensi benturan. Kedua faktor ini turut menyebabkan
peningkatankecepatan reaksi yang menyertai kenaikan suhu reaksi.
Meskipun demikian, peningkatan kecepatan reaksi ini tidak berlanjut tanpa
batas karena pada akhirnyaakan tercapai suatu suhu, yang pada suhu ini,
molekul yang bereaksi tidak lagi stabil.Suhu yang membatasi reaksi ini
cenderung sangat tinggi bagi kebanyakan molekulorganik, tetapi tetap di
bawah 100⁰C bagi sebagian besar reaksi dalam lingkup bidang
biologi(Soewoto, dkk 2000)
b. Konsentrasi Reaktan (Substrat)
Pada konsentrasi reaktan yang makin tinggi, baik jumlah molekul
yangmemiliki energi cukup untuk bereaksi maupun frekuensi benturannya
tinggi. Hal ini berlaku baik jika semua atau hanya suatu fraksi molekul saja
yang mempunyai cukupenergi untuk bereaksi. Perhatikan reaksi yang
melibatkan 2 molekul berbeda, A danB:
A + B → AB
Melipat gandakan konsentrasi A atau B akan melipatgandakan
kecepatanreaksi. Melipatgandakan konsentrasi A maupun B akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya benturan molekul sebanyak empat
kali lipat. Kecepatan reaksi berbandinglurus dengan konsentrasi molekul-
molekul yang bereaksi.Kecepatan awal reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim. Kecepatanawal reaksi merupakan kecepatan yang
diukur sebelum produk terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk
memungkinkan terjadinya reaksi balik. Kecepatan awalsuatu reaksi yang
dikatalis enzim selalu sebanding dengan konsentrasi enzim.Konsentrasi
substrat mempengaruhi kecepatan reaksi. Dalam pembahasan berikut ini,
reaksi enzim seolah-olah memiliki satu substrat tunggal dan satu
produktunggal. Sementara kondisi ini berlaku untuk beberapa reaksiyang
dikatalis enzim,sebagian besar reaksi yang dikatalis enzim memiliki dua
atau lebih substrat serta produk. Jika konsentrasi substrat [S] meningkat
sementara semua kondisi laindipertahankan tetap konstan, kecepatan
awal yang terukur v1 (kecepatan yang diukur ketikamasih sedikit sekali
substrat yang sudah bereaksi), akan meningkat hinggamencapai nilai
maksimum, Vmaks dan tidak lebih jauh lagi.Kecepatan reaksi akan
bertambah seiring meningkatnya konsentrasi substrat
hingga tercapai suatu keadaan yang enzimnya dikatakan “jenuh” oleh
substrat.Kecepatan awal yang terukur akan mencapai suatu nilai
maksimal dan tidakdipengaruhi lagi oleh peningkatan konsentrasi substrat
lebih lanjut karena substratyang terdapat dalam jumlah molar berlebihan
yang melampaui jumlah molar enzim.Sebagai contoh, jika suatu enzim
dengan berat molekul 100.000 bekerja pada substratdengan berat molekul
100 dan keduanya terdapat pada konsetrasi 1mg/ml, akantersedia 1000
mol substrat untuk setiap mol enzimnya(Soewoto, dkk 2000).
c. Keasaman (pH)
pH dapat memengaruhi aktivitas enzim. Daya katalis enzim menjadi
rendah pada pH yang rendah maupun tinggi, karena terjadinya denaturasi
protein enzim.Enzim mempunyai gugus aktif yang bermuatan positif (+)
dan negatif (-). Aktivitas enzim akan optimum kalau terdapat
keseimbangan antara kedua muatannya. Padakeadaan asam, cenderung
muatannya positif, dan pada keadaan negatif cendrungmuatannya negatif
sehingga aktivitas enzim menjadi berkurang atau bahkan tidakaktif. pH
optimum untuk masing-masing enzim pun berbeda tergantung tempat
enzim bekerja. Sebagai contoh amilase jamur mempunyai pH optimum
5,0, arginasemempunyai pH optimum 10, dan pepsin mempunyai pH
optimum 1,5 (Sadikin,2002).
d. Inhibitor
Inhibitor enzim diklasifikasikan menjadi dua tipe menurut cara
kerjanya :
1.Inhibisi Kompetitif
Seperti nama yang digunakan, suatu inhibitor kompetitif secara klasik
telahdiimpikan sebagai suatu senyawa yang berkompetisi dengan suatu
subsratalamiah dari enzim untuk tempat aktif (pengikatan subsrat).
Inhibitor seperti inisecara structural hamper selalu mirip dengan substrat
alamiah , dan melalu caramenirunya, berikatan dengan enzim dan
menghalangi aktivitas katalitik. Inhibisikompetitif adalah reversible dan
dapat diatasi dengan meningkatkan konsentrasisubstrat. Efektivitas dari
suatu inhibitor kompetitif ditentukan oleh afinitasrelative yang dimiliki
enzim terhadap substrat dan inhibitor.Oksaloasetat dan malonat
merupakan inhibitor kompetitif dari suksinatdehidrogenase, yang
mengkatalisis perubahan dari suksinat menjadi furamat.Sulfanilamid,
suatu obat sulfa merupakan suatu agen antibakteri karenaberkompetisi
secara efektif dengan asam ƿ
-aminobenzoat, yang diperlukan untuksintesis dari metabolit asam folat
esensial oleh beberapa pathogen. Sulfanilamidedapat mengha,bat enzim
bakteri secara selektif karena manusia memerlukan asamfolat vitamin-
B (tidak dapat mensintesis vitamin ini dari asam ƿ-aminobenzoat,dank
arena itu tidak memiliki enzim yang sebanding. Sebagian besar
terapikimiawi yang digunakan untuk menyerang kanker menggunakan
senyawa yangsecara structural dirancang untuk berkompetisi dengan
substrat yang diperlukanuntuk proses enzimatik dan replikasi DNA dalam
sel kanker, dan dengan cara ini, pembelahan sel dapat dicegah(Murray,
dkk 2003).
2. Inhibisi Nonkompetitif
Inhibisi nonkompetitif umumnya karakteristik sebagai suatu inhibisi
dariaktivitas enzimatik melalui senyawa yang tidak mempunyai hubungan
structuraldengan substrat dan karena itu inhibisi tidak dibalik oleh
peningkatan konsentrasisubsrat. Tidak seperti inhibitor kompetitif, inhibitor
nonkompetitif reversibletidak dapat berinteraksi pada tempat aktif, tetapi
berikatan dengan beberapa bagian lain dari suatu enzim atau kompleks
enzim-substrat. Jenis inhibisi inimencakup suatu varietas dari berbagai
mekanisme inhibisi dank arena iyu tidaksesuai dengan suatu penjelasan
yang sederhana. Inhibisi dari aktivitas enzimatikoleh ion logam berat,
contohnya AG+, Hg2+, atau Pb 2+, sering diberikansebagai contoh dari
inhibisi nonkompetitif yang reversible(Murray, dkk 2003).
3. Inhibisi Ireversibel
Inhibitor irreversible biasanya tidak mengaktifkan enzim dengan ikatan
secarakovalen pada tempat aktifnya. Walaupun inhibisi irreversible
pernahdikategorikan dan diuji sebagai inhibisi nonkompetitif, namun saat
ini dikenalsebagai suatu jenis khas. Senyawa organofosfor,
contohnyadiisopropilfosfofluoridat (DIFP atau DFP), merupakan inhibitor
irreversible potendari enzim yang memilki residu serif aktif pada tempat
katalitiknya. DIFP secarakimiawi berhubungan erat dengan gas saraf,
yang letalitasnya disebabkan olehinaktivasi dari asetikolinesterase, suatu
enzim kritis untuk transmisi dari impulssaraf. Senyawa organofosfor
merupakan zat toksik dari insektisida tertentu,contohnya malatin dan
parotion (Murray, dkk 2003).
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: alu, bunsen, labu
erlenmeyer, lumpang , gelas beker, kertas saring (kertas whatman), pipet
tetes, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi sentrifugasi dan tabung
reaksi.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu: alkohol, buffer asetat
( 0,1 – 0,5 M) pH 5,5, buffer pospat, dedak padi, eter, kacang hijau,
kacang tanah, NaOH, NaCl, pati 4%, dan iodine 1%.
III.2 Cara kerja
III.2.1 Ekstraksi enzim lipase
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dihancurkan 5 gram kecambah kacang hijau
3. Ditambahkan 50 ml buffer asetat (0,1- 0,5 M) pH 5,5; diamkan selama
30 menit (sesekali diaduk)
4. Disaring dengan kertas saring whatman, lalu ambil fitratnya
5. Disentrifugasi 1500 rpm selama 30 menit
6. Diambil supernatannya lalu uji aktivitas
III.2.2 Uji aktivitas enzim amilase
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dihancurkan kecambah biji kacang hijau
3. Ditambahkan 1 ml substrat pati 4%
4. Ditambahkan iodin 1% sebanyak 3 tetes, lalu tambahkan 0,5 mL
larutan enzim
5. Diamati perubahan warna enzim
6. Diinkubasi pada suhu kamar dengan pengamatan setiap 10 menit
selama 60 menit
III.2.3 Ekstraksi enzim lipase
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 10 gram dedak padi
3. Disaring dengan cara fitrat disisihkan dan ampasnya dilarutkan kembali
dengan 40 mL 50 mM buffer pospat pH 7
4. Dimagnetik strirrer selama 30 menit
5. Disaring kembali
6. Disentrifugasi hasil fitrat
7. Diambil supernatannya lalu uji aktivitas
III.2.2 Uji aktivitas enzim lipase
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditambahkan 1 ml substrat pati 4%
3. Ditambahkan iodin 1% sebanyak 3 tetes, lalu tambahkan 0,5 mL
larutan enzim
4. Diamati perubahan warna enzim
5. Diinkubasi pada suhu kamar dengan pengamatan setiap 10 menit
selama 60 menit
III.3.1 Titrasi blanko
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 8 ml hasil inkubasi enzim lipase
3. Dimasukkan 2 ml larutan pengekstrak enzim yaitu larutan NaCl atau
buffer phospat
4. Ditambahkan 40 ml alkohol tanpa inkubasi
5. Ditambahkan 5 tetes indicator pp dan titrasi 0,1 N NaOH hingga
mencapai warna pink
BAB IV
PEMBAHASAN
Adapun pada praktikum kali ini dilakukan uji enzim amilase dan
lipase. Untuk tujuan dari percobaan kali ini yaitu menguji aktvitas enzim
terhadap sampel yang digunakan. Pada uji enzim amilase, dilakukan uji
kualitatif dengan tujuan melihat aktivitas enzim pada perlakuan kacang ijo
lewat dari perubahan warna yang dihasilkan. Sedangkan pada uji enzim
lipase dilakukan uji kuantitatif dengan menggunakan titrtasi blanko dan
pada sampel dedak padi.
Percobaan enzim yang bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas
enzim amilase dan enzim lipase pada uji aktivitas enzim amilase
digunakan kacang hijau karena enzim amilase banyak terdapat pada
kecambah kacang-kacangan. Enzim amilase dalam biji dibentuk pada
waktu awal perkecambahan oleh asam gibilik. Asam gibilik adalah suatu
senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan
suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan. Kacang
hijau yang digunakan dibagi menjadi 5 kemudian diberi perlakuan berbeda
yaitu 12 jam dan 48 jam. Kacang hijau dikecambahkan pada waktu yang
berbeda berpengaruh terhadap aktivitas enzim amilase (Aptado, 2011).
Pada uji aktivitas enzim amilase, digunakan 5 sampel dengan
perlakuan yang berbeda. Tujuannya untuk melihat aktivitas enzim terjadi
pada perlakuan yang mana dan untuk melihat warna yang paling
mencolok pada sampel mana. Percobaan I ekstraksi enzim amilase.
Ekstraksi enzim amilase dilakukan dengan kecambah digerus hingga
halus karena semakin kecil ukuran dari sampel akan semakin mudah
ekstraksi dilakukan. Kemudian sampel yang digerus ditambahkan dengan
50 ml buffer asetat (0,1-0,5 M) pH. Hal ini bertujuan agar pH dari sampel
tidak berubah selama reaksi berlangsung. Larutan tersebut didiamkan
selama 15 menit. Setelah itu, sampel disaring menggunakan kertas saring
sehingga filtratnya terpisah. Tujuan dari sentrifugasi ini untuk memisahkan
sel-sel padat dari sel-sel yang ringan dan memisahkan endapan suatu
suspense selanjutnya supernatant dapat diuji aktivitasnya (Ciptaeli, 2011).
Uji aktivitas enzim amilase dilakukan dengan langkah 1 ml subtrat
pati 1 ml 4% ditetesi dengan iodin 1% kemudian ditambahkan larutan
enzim 0,5 mL. kemudian diamati perubahan warna pada enzim.
Selanjutnya dinkubasi pada suhu kamar dengan pengamatan setiap 60
menit. Penambahan iodin pada sampel bertujuan untuk mendeteksi sisa
amilum yang masih terdapat dalam tabung setelah dihidrolisis. Amilum
terdiri dari amilosa dan amilopektin. Iodin bersama amilosa membentuk
warna biru tersebut menunjukkan sisa amilum yang semakin banyak.
Warna biru tersebut adalah karena pembentukan kompleks iodin dan
amilum, dimana iodin terjebak dalam strukutur heliks amilosa (Manbulo,
2008).
Pada percobaan yang dilakukan untuk sampel biji kering
didapatkan warna hijau, untuk sampel biji kering yang direndalm 12 jam
warna hijau untuk biji yang dikecambahkan menghasilkan warna biru,
untuk biji yang dikecambahkan 24 jam warna biru tua dan untuk 48 jam
adalah warna biru.
Terdapat beberapa sampel yang tidak sesuai dengan literatur, hal
ini disebabkan oleh beberapa kesalahan. Diantaranya kelebihan
pengambilannya supernate sampel. Terdapat beberapa kelompok yang
menggunakan endapan dari sampel. Seharusnya yang digunakan adalah
supernate.
Prinsip uji aktivitas enzim amilase adalah untuk mengetahui
aktivitas hidrolisis enzim amilase terhadap subtract pati kehilangan
kemampuan untuk memberi warna biru saat bereaksi dengan iodin.
Pada percobaan enzim lipase digunakan 2 sampel yaitu dedak padi
dan kacang tanah. Hal pertama yang dilakukan adalah dedak padi
ditambahkan dengan dietil eter kemudian disisihkan dengan ampasnya.
Melarutkan kembali dengan buffer asetat pH 7 untuk mempertahankan pH
dari sampel. Campuran tersebut kemudian dimagnetik stirrer selama 30
menit. Magnetik stirrer bertujuan untuk mengaduk sampel hingga
tercampur menjadi homogen. Selanjutnya sampel disaring kembali
dengan kertas saring 2 lapis. Filtrat kemudian disentrifugasi, setelah di
sentrifugasi supernatant sampel dan diuji aktivitas enzimnya.
Uji aktivitas lipase pada dedak padi dilakukan dengan 0,2 mL
subtrat pati ditambahkan dengan substrat yang telah dipanaskan di labu
enlemenyer. Kemudian dilakukan 10 menit. Setelah itu ditambahkan 40 ml
alkohol, ditambahkan indicator pp. Kemudian dilakukan absilitas lipase
dan didapatkan hasil 20 u/mL.
Sampel kedua yang digunakan ialah kacang tanah. Langkah 1
adalah kacang tanah dihancurkan dengan digerus. Proses menghasilkan
bertujuan untuk merusak jaringan pada dinding sel, sehingga dinding sel
dapat keluar. Kemudian ditambahkan larutan NaCl 0,1 N. hal ini bertujuan
untuk mempertahankan pH sampel, kemudian didiamkan selama 25
menit. Setelah itu disaring menggunakan kertas saring dan filtrate
merusak ekstrak, enzim lipase subtrat yang digunakan adalah susu.
Subtract dipanaskan 37ºC selama 10 menit, kemudian 8 ml dimasukkan
ke labu enlemnyer 100 ml. ditambahkan 2 ml ekstrak enzim lipase kasar,
kemudian inkubasi selama 10 menit. Setelah enzim lipase sebelum
dititrasi. Selanjutnya indicator PP untuk perubahan warna. Kemudian
dengan NaOH hingga menjadi warna pink terbentuknya asam kuat. Hasil
titrasi di dapatkan sudah sesuai dengan literature, volume titrasi dengan
digunakan adalah 16 ml.
Percobaan selanjutnya yaitu titrasi blanko sebanyak 8 mL suhu
dimasukkan ke dalam labu enlemenyer, kemudian ditambahkan larutan
pengestrak enzim (larutan NaCl). Kemudian ditambahkan 40 ml alkohol
lalu diinkubasi. Ditambahkan 5 tetes indicator PP, kemudian dititrasi pada
12 ml. setelah itu, dilakukan perhitungan aktivitas lipase dan di dapatkan
hasil 20 u/mL.
Pada titrasi blanko adalah titrasi yang dilakukan tanpa sampel
digunakan sebagai koreksi untuk memastikan subtrat atau ragi yang
digunakan. Indicator yang digunakan adalah indicator PP atau
phenoftalein dimana ia berubah menjadi merah muda (pink) dalam larutan
basa (Dirjen POM, 1995).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah uji aktivitas enzim
pada pengujian enzim amilase dan lipase. Pada kacang hijau yang
diberikan 5 perlakuan yang hasilnya kacang yang dikecambahkan 12 jam
atau 24 jam memiliki aktivitas enzim yang tinggi dikarenakan tumbuhan
kcang hijau mengalami masa pertumbuhan pada waktu itu. Namun, pada
praktikum kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan dari pengujian enzim
amilase yaitu pada saat selesai disentrifugasi, larutan yang diambil adalah
endapannya,bukan suftranatannya. Yang seharusnya warna yang
dihasilkan yaitu warna biru.
Uji aktivitas lipase dedak padi dan kacang tanah mendapatkan
hasil yang sama yaitu 20 u/mL. Pada dedak padidan kacang tanah
megandung enzim lipase yang dapat mengkatalis proses hidrolisis
triglesirida pada dedak padi dan kacang tanah menjadi asam lemak.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Adapun saran untuk dosen adalah sebaiknya dosen bisa mengamati
dan membimbing kami para praktikan secara langsung.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten adalah diharapkan agar kerja sama
asisten dengan praktikan dapat ditingkatkan lagi sehingga praktikum
berjalan dengan lancar.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Adapun saran untuk laboratorium adalah diharapkan alat
laboratorium dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale) Kajian
Dari Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu. Jurnal Pertanian
MAPETA. Vol. XII, No.2, p: 72-144, ISSN : 1411-2817.
Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga. Jakarta.
Kurnia, Dianty Rosirda. 2010. Studi Aktivitas Enzim Lipase dari
Aspergillus niger sebagai Katalis dalam Proses Gliserolisis
dalam Menghasilkan Monoasilgliserol. Tesis. Semarang:
Universitas Dipenogoro.
K. Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia. Harper . Jakarta : EGC
Poedjiadi, A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Ngili,Y.2003. Biokimia dasar. Bandung: Rekayasa Sains
Shahib, M. (1992). Pemahaman Seluk Beluk Biokimia dan Penerapan
Enzim. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Sirajuddin, S dan Najamuddin U., 2011. Biokimia. Makassar: Unhas-
Press.
Sadikin, Mohamad. 2002.Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000.Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta:
Widya Medika
Soenardi, 2008. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Universitas Ilmu
Pangan dan Gizi.yogyakarta.
Sirajuddin, Saifuddin dan Ulfa Najamuddinn. 2011.Penuntun Praktikum
Biokimia. Makassar. Universitas Hasanuddin
Volk, Wesley A. Dan Wheeler, margaret F. 1994. Mikrobiologi Dasar Jilid
2
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Tim Dosen Biologi. 2010. Biologi Manusia. Makassar :UPT MKU
Universitas Hasanuddin
Lampiran
Uji aktivitas enzim lipase
GAMBAR KETERANGAN

Pengerusan sampel

Peredaman sampel dengan


aquadest

Penyaringan sampel

Sentrifugasi sampel
Setelah ditambahkan iodin 1%

Lampiran
Uji aktivitas enzim amilase
GAMBAR KETERANGAN

Peredaman sampel dengan


aquadest

Penyaringan sampel

Sentrifugasi sampel
Setelah penambahan iodin 1%

Anda mungkin juga menyukai