“ENZIM”
BLOK 3
Disusun oleh :
1. Kristanti Naomi Sitanggang (1861050
2. Jasmine Nydia Olata (1861050
3. Kharen Karina (1861050
4. Lucyana Lettisia Apriliani (1861050
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik
yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam
kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis
oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim
terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat
hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi
enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh
makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat
diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang
digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan,
pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat
memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk
maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase,
β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva
(ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini
memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan
disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau
bagian tengah molekul amilum (Poedjiadi, 2006).
Panas
Asam atau basa kuat
Pelarut organik
Pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein
(Campbell, 2000)
Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan
kofaktor yang bisa berupa senyawa organik atau logam. Senyawa
organik itu terikat pada bagian protein enzim. Bila ikatan itu lemah
maka kofaktor tadi disebut co-enzim dan dan jika terikat erat
melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus prostetis. Pada
umumnya dua kofaktor itu tidak dibedakan dan disebut co-enzim
saja. Apabila enzim itu terdiri dari bagian seperti yang diterangkan
diatas maka keseluruhan enzim itu dinamakan holo enzim. Bagian
protein dinamakan apo-enzim dan bagian non proteinnya disebut
co-enzim.fungsi logam pada umumnya adalah untuk
memantapkan ikatan substrat pada enzim atau mentransfer
electron yang timbul selama proses katalisis (Anna Poedjiadi,
1994).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya,
sedangkan masingmasing enzim diberi nama menurut nama
substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping
itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama
misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on
Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim
dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan.
Enam golongan tersebut ialah (Poedjiadi, 2006):
a) Golongan I Oksidoreduktase
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam
dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.
b) Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis
pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada
senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan
ini adalah meeetiltransferase, hidroksimetiltransferase,
karboksiltransferase, asiltransferase dan aminotrandferase atau
disebut juga transminase (Anna Poedjiadi, 1994).
c) Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis.
Beberapa enzim dalam kelompok ini ialah esterase, lipase,
pofatase, amylase, aminopepetidase, karboksipeptidase, pepsin,
tripsin, kimotripsin (Anna Poedjiadi, 1994).
d) Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan
penting dalam reaksi pemindahan suatu gugus dari satu substrat
(bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan
ini natara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase.
e) Golongan V Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi
perubahan intramolekuler, misalnya rekasi perubahan glukosa
menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D,
senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contoh enzim
yang termasuk golongan ini antara lain ribolosafosfat ipomerase
dan glukosafosfat isomerase.
f) Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-
reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim
tersebut juga dinamakan sintesa. Ikatan yang terbentuk anatara
penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C.
contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan
piruvat karboksilase.
KURVA :
PEMBAHASAN :
Tabung A
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan.
Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul – molekul zat yang bereaksi
akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau
lebih besar dari energi aktivasi. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat
mencapai keadaan transisi atau bisa dikatakan bahwa kecepatan reaksi menjadi lebih
besar. Namun, jika suhu dinaikkan melewati suhu optimum, laju reaksi akan menurun
akibat denaturasi dari enzim yang bekerja dalam reaksi.
II.2 Pengaruh konsentrasi enzim :
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi
enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v)
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi
enzim, reaksi makin cepat( Hafiz Soewoto,2000) .
Bagaimana akibat dari perubahan konsentrasi enzim terhadap reaksi
enzimztik itu sendiri? Jawaban dari pertanyaan ini harus dicari dari
pengamatan yang dilakukan atas satu seri campuran yang terdiri atas
substrat dalam konsentrasi yang tetap dan enzim dalam konsentrasi yang
berbeda-beda, dengan volume akhir larutan yang sama. Pengamatan dapat
dilakukan terhadap dua hal, yaitu :
1. terhadap hubungan antara selang waktu pengamatan dan konsentrasi
produk yang terbentuk pada tiap konsentrasi enzim.
2. terhadap hubungan antara konsentrasi enzim dan kecepatan reaksi
enzimatik yang dikatalisis oleh enzim tersebut.
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata
berbanding lurus. Jadi, makin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat
laju reaksi.
Kadang-kadang terjadi penyimpangan dari persamaan ini, sehingga
diperoleh garis agak melengkung. Biasanya, penyimpangan ini terjadi
jika enzim yang dipelajari tidak dalam keadaan murni, sehingga mungkin
terdapat senyawa-senyawa penghambat reaksi dalam jumlah yang sangat
kecil. Sebaliknya, penyimpangan juga terdapat dalam sediaan enzim
dengan kemurniaan yang tinggi. Dalam keadaan ini, penyimpangan
disebabkan oleh senyawa pengaktif (aktivator), misalnya tidak adanya ion
tertentu, meskipun ph yang diperlukan sudah dipastikan dengan
menggunakan larutan dapar dan tidak hanya sekedar larutan dengan ph
yang diperlukan tersebut ( Mohamad Sadikin, 2002 ).
DASAR PERCOBAAN
Kecepatan reaksi enzim (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (E). Semakin
besar jumlah enzim semakin cepat reaksinya. Reaksi enzim dengan subtrat akan
membentuk kompleks ES. ES ini akan dipecah menjadi hasil reaksi (P) dan enzim
bebas (E). Semakin banyak ES terbentuk semakin cepat reaksi berlangsung.
CARA KERJA
1. Masukkan ke dalam 3 tabung reaksi A,B, dan C masing-masing 5 ml susu
0.02
0.02
0.01
0.01
0
0,25 ml 0,5 ml 1 ml
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa besar atau tingginya konsentrasi
enzim sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Pada tabung A diperoleh waktu
45 detik sampai terjadinya penggumpalan pada susu dengan konsentrasi 1 ml pepsin
0,25%, sehingga diperoleh kecepatan reaksi sebesar 0,023 M/detik. Pada tabung B
diperoleh waktu 1 menit 20 detik sampai terjadinya penggumpalan pada susu dengan
konsentrasi 0,5 ml pepsin 0,25%, sehingga diperoleh kecepatan reaksi sebesar 0,0125
M/detik. Pada tabung C diperoleh waktu 1 menit 50 detik sampai terjadinya
penggumpalan pada susu dengan konsentrasi 0,25 ml pepsin 0,25%, sehingga
diperoleh kecepatan reaksi sebesar 0,009 M/detik. Tabung A memiliki kecepatan
reaksi paling cepat.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap
kecepatan reaksi didapat bahwa tabung A memiliki kecepatan reaksi paling cepat,
karena jumlah enzim pepsin paling banyak, sehingga mempercepat laju reaksi.
Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Semakin besar jumlah
enzim maka semakin cepat reaksinya.
DASAR PERCOBAAN
CARA KERJA
PEMBAHASAN
Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia tertentu.
Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada sisi
aktif enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan
untuk mendapatkan sisi aktif. Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor biasanya
mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi substrat
yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi tersebut
berbalik bila konsentrasi substrat naik.
Ada dua macam inhibitor, yang pertama adalah inhibitor yang bersifat irreversible dan
yang kedua adalah inhibitor yang bersifat reversible. Untuk yang reversible dibagi
lagi menjadi dua, yaitu yang kompetitif dan yang non kompetitif. Mekanisme kerja
inhibitor irreversible adalah berikatan kovalen dengan sisi aktif enzim sehingga sulit
untuk putus/ lepas dan substrat tidak dapat masuk ke sisi aktif enzimnya. Sedangkan
yang reversible ikatannya lemah, seperti ikatan hidrogen, mudah diputus. Inhibitor
reversible yang kompetitif memiliki prinsip saling berkompetisi dengan substrat untuk
dapat menempel/ berikatan dengan sisi aktif enzim sehingga substrat akan kalah jika
konsentrasi substrat sedikit. Solusinya adalah penambahan konsentrasi substrat
sehingga tidak banyak inhibitor yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim.
Inhibitor reversible yang bersifat non kompetitif memiliki prinsip tidak saling
berkompetisi dengan substrat, namun inhibitor ini dapat mengubah sisi aktif enzim
dan menempel atau berikatan dengan enzim pada sisi lainnya, bukan pada sisi aktif
enzimnya. Perubahan sisi aktif enzim yang disebabkan oleh inhibitor jenis ini
menyebabkan substrat tidak dapat berikatan dengan enzim dan tidak dapat membuat
produk baru. Jika ada inhibitor reversible non kompetitif ini di dalam larutan maka
penambahan substrat pun tidak dapat berguna untuk membalikkan keadaan.
Pada praktikum ini, inhibitor yang dimaksud adalah zat antiseptik. Zat antiseptik
sendiri berfungsi untuk merusak molekul enzim. Hasil yang didapatkan pada uji
tersebut adalah semuanya mengalami penggumpalan. Pada tabung yang berisi
kloroform terdapat endapan kecil-kecil dipinggir tabung dan menunjukkan bahwa
aktivitas enzim terhambat. Pada tabung berisi toulen terdapat endapan putih dengan
waktu tercepat menunjukkan bahwa aktivitas enzim terhambat. Pada tabung berisi
fenol, terdapat endapan putih di dasar tabung yang membuktikan bahwa sebagian
besar enzim dapat terhidrolisis namun ada sebagian kecil yang tidak dapat
terhidrolisis. Pada tabung berisi merkuri klorida, warnanya menjadi keruh agak
kuning dan terdapat endapan putih. Peristiwa ini menandakan bahwa enzim tidak
terhidrolisis karena adanya logam berat Hg, dimana keberadaan logam ini menjadi
inhibitor pada enzim dan warnanya agak kuning karena inhibitor logam bersifat
reversible non kompetitif yang membuat enzim terdenaturasi sehingga kehilangan
fungsi utamanya. Pada tabung yang berisi aquadest terdapat endapan putih. Pada
percobaan yang ini menyatakan bahwa aquadest bukanlah inhibitor namun adanya
endapan putih mungkin saja karena kesalahan seperti faktor human error dan bisa
saja terdapat kontaminasi saat ditaruh di penangas air. Seharusnya pada tabung ini
tidak ada endapan.
DAFTAR PUSTAKA