Anda di halaman 1dari 50

Tugas 1

Penggolonga
n Obat DISUSUN OLEH:
SEPHIA CHRISILLA JANGKUP
2265050112

KEPANITERAAN ILMU FARMAKOLOGI DAN TERAPI


PERIODE 16 OKTOBER – 18 NOVEMBER 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
DAFTAR ISI
● 01 Penggolongan obat berdasarkan awal diketahui khasiat secara Farmakologi

● 02 Penggolongan obat berdasarkan penandaan / logo obat

● 03 Permenkes tentang Obat Wajib Apotek No. 1-3

● 04 Penggolongan obat berdasarkan kebutuhan nasional

● 05 Penggolongan obat berdasarkan etiket obat

● 06 Penggolongan obat berdasarkan cara penggunaan

● 07 Penggolongan obat berdasarkan efer farmakologi

● 08 Penggolongan obat berdasakan bentuk sediaan padat


Definisi Obat
• Definisi Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit,
serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. (Chaerunnisa,
2009).
• Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
kesehatan dan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2014).
• Obat adalah bahan atau campuran bahan, yang merupakan produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Permenkes RI No. 73/2016:1(6)).
PENGGOLONGAN
OBAT
1. BERDASARKAN NAMA OBAT
OBAT GENERIK TANPA LOGO (UNBRANDED DRUGS)

Adalah obat dengan nama generic sesuai


dengan penamaan zat aktif sediaan yang
ditetapkan oleh farmakope Indonesia dan
INN (international non-proprietary
Contoh amoksisilin, metformin dan lain-lain.
Names) dari WHO, tidak memakai nama
dagang maupun logo produsen .
OBAT GENERIK BERLOGO

Adalah obat generic yang mencantumkan logo


produsen (tapi tidak memakai nama dagang)

Contoh simvastatin dan berlogo kimia farma

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
BERDASARKAN NAMA OBAT
OBAT NAMA DAGANG (BRANDED DRUGS)

Adalah obat dengan nama sediaan yang ditetapkan


pabrik pembuat dan terdaftar di departemen
kesehatan negara yang bersangkutan, obat nama
dagang disebut juga obat merek terdaftar

Contoh: amoksan, diafac, pehamoxil

OBAT PATEN
Adalah hak paten yang diberikan kepada industri
farmasi pada obat baru yang ditemukannya
berdasarkan riset Industri farmasi tersebut diberi hak
paten untuk memproduksi dan memasarkannya, setelah
Contoh : Norvask (aslinya Norvasc), melalui berbagai tahapan uji klinis sesuai aturan yang
kandungannya adalah amlodipine besylate telah ditetapkan secara internasional.
Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
BERDASARKAN NAMA OBAT
OBAT MITU / OBAT ME-TOO

Adalah obat yang telah habis masa patennya


yang diproduksi dan dijual pabrik lain
dengan nama dagang yang ditetapkan pabrik
lain tersebut, di beberapa negara barat disebut
branded generic atau tetap dijual dengan nama Contoh : cetirizine yang diproduksi
generik. dengan merk Zyrtec
OBAT TRADISIONAL
Obat tradisional adalah obat jadi yang berasal dari
tumbuhan, hewan, dan mineral atau sediaan
galenik, obat berdasarkan pengalaman empiris turun
temurun

Tolak Angin dengan bahan jahe, daun mint, dsb


Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
BERDASARKAN NAMA OBAT
OBAT JADI

Adalah obat dalam keadaan murni atau


campuran dalam bentuk serbuk, emulsi,
suspensi, salep, krim, tablet, supositoria,
klisma, injeksi dll yang mana bentuk obat
tersebut tercantum dalam farmakope
Indonesia. Contoh : obat dalam bentuk serbuk

OBAT BARU
Adalah obat yang terdiri dari satu atau lebih zat, baik yang
berkhasiat maupun tidak berkhasiat misalnya lapisan, pengisi,
pelarut, bahan pembantu, atau komponen lainnya yang belum
dikenal, hingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya .

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
BERDASARKAN NAMA OBAT
OBAT ESENSIAL

Obat esensial adalah obat yang


paling banyak dibutuhkan untuk
pelaksanaan pelayanan kesehatan
masyarakat banyak, meliputi
diagnosa, profilaksi terapi dan
Contoh :obat TBC, antibiotik, vaksin, obat generik,
rehabilitasi
dll
OBAT WAJIB APOTEK
adalah obat keras yang dapat diperoleh di apotek
tanpa resep dokter, diserahkan oleh apoteker.

Contoh : allopurinol
Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
2. BERDASARKAN PENANDAAN/ LOGO OBAT
OBAT BEBAS

• dapat dijual bebas kepada umum


tanpa resep dokter
• tidak termasuk dalam daftar narkotika,
psikotropika, obat keras, obat bebas
terbatas
• sudah terdaftar di Depkes RI.

OBAT BEBAS TERBATAS


• segolongan obat yang dalam jumlah tertentu aman
dikonsumsi
• jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang
berbahaya
• Biasanya obat bebas terbatas memiliki peringatan pada
kemasannya
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/ Menkes/Per/VI/2000
Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2017.
BERDASARKAN PENANDAAN/ LOGO OBAT
OBAT KERAS

• obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di


bawah pengawasan dokter
• obat hanya dapat diperoleh dari apotek, puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan
dan klinik dengan menggunakan resep dokter
• jika digunakan sembarangan dapat memperparah penyakit
hingga menyebabkan kematian.

Contoh :antibiotik seperti amoxicylin, cefixime, obat


OBAT WAJIB APOTEK hipertensi

• obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker pengelola


apotek tanpa resep dokter
• Obat wajib apotek dibuat bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sehingga
tercipta budaya pengobatan sendiri yang tepat, aman, dan
rasional
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/ Menkes/Per/VI/2000
Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2017.
Contoh : Setirisin
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/X/1993 .
BERDASARKAN PENANDAAN/ LOGO OBAT
PSIKOTROPIKA
• zat atau obat yang secara alamiah ataupun buatan yang berkhasiat untuk
memberikan pengaruh secara selektif pada sistem syaraf pusat
• Dapat menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.
• Contoh : Lisergida, amphetamin, diazepam

GOLONGAN PSIKOTROPIKA
• Psikotropika golongan I : yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuk
tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat
• Psikotropika golongan II : yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi
dapat menimbulkan ketergantungan.
• Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika dengan efek
ketergantungannya sedang dari kelompok hipnotik sedatif.
• Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika yang efek
ketergantungannya ringan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/X/1993 .
BERDASARKAN PENANDAAN/ LOGO OBAT
NARKOTIKA

• zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri
• Untuk memperolehnya harus dengan resep dokter dan apotik
wajib melaporkan jumlah dan macamnya.
• Peresepan tidak boleh diulang dan ada tanda tangan dokter
penulis resep obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai
pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya
boleh diserahkan oleh apotek atas resep dokter.
• Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan
pemakaiannya pada pemerintah
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/X/1993 .
BERDASARKAN PENANDAAN/ LOGO OBAT
GOLONGAN NARKOTIKA

Narkotika golongan I : kokain, heroin

Narkotika golongan II : Metadon, morfina, opium, petidin,


tebain

Narkotika golongan III : kodein.

Contoh : Papaver somniferum, kokain, ganja, heroin


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/X/1993 .
3. Berdasarkan permenkes tentang obat wajib apotek no
1-3
Peraturan Menteri Kesehatan tentang obat wajib apotek :

1. Kepmenkes no 347 tahun1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar


Obat Wajib Apotek No. 1.
2. Kepmenkes no 924 tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2.
3. Kepmenkes no 925 tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1,
memuat perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa
obat yang semula OWA berubah
4. menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas.
5. Kepmenkes no 1176 tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3
PERMENKE
S OWA

Republik Indonesia. KEPMENKES No. 347 Tahun 1990


PERMENKE
S OWA

Republik Indonesia. KEPMENKES No. 347 Tahun 1990


PERMENKE
S OWA

Republik Indonesia. KEPMENKES No. 347 Tahun 1990


P E R M E N K E S O WA

Republik Indonesia. KEPMENKES No. 347 Tahun 1990


P E R M E N K E S O WA

Republik Indonesia. KEPMENKES No. 347 Tahun 1990


PERMENKE
S OWA

Republik Indonesia. KEPMENKES No. 347 Tahun 1990


PERMENKE
S OWA

Republik Indonesia. KEPMENKES No. 347 Tahun 1990


Dalam rangka mewujudkan hak masyarakat untuk menerima jaminan
sosial kesehatan, lahirlah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Mengacu pada UU 36/2009 dan UU 40/2004 untuk memberikan


jaminan kesehatan kepada masyarakat. Pemerintah harus
menyediakan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, alat kesehatan
serta obat yang dibutuhkan masyarakat.
4. BERDASARKAN
KEBUTUHAN Ketersediaan dan keterjangkauan obat menjadi salah satu faktor
NASIONAL penting yang harus meAnjadi perhatian pemerintah dikarenakan
konsumsi obat nasional mencapai angka 40 (empat puluh) persen dari
belanja kesehatan secara keseluruhan.

Harga obat di Indonesia saat ini masih sangat mahal jika dibandingkan
dengan beberapa negara lainnya di dunia2. Mahalnya harga obat di
Indonesia disebabkan oleh obat yang dijual di pasaran merupakan obat
merk dagang dan bukan obat generik yang dibuat oleh pemerintah
yang sering digunakan masyarakat.

Ariati, N. Tata Kelola Obat di Era Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, Volume 3 Nomor 2 - Desember
Berdasarkan data di BPOM, terdapat 14.758 obat yang beredar di Indonesia (di luar obat tradisional) dengan
klasifikasi sebagaimana terlihat pada berikut ini.

Gambar 3. Statistik Obat Beredar di Indonesia


Sumber: BPOM, 2017

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa persentase obat generik yang beredar di Indonesia hanya berkisar
17%, masih kalah jauh dari jumlah peredaran obat dengan merk dagang yang harganya pasti lebih mahal.
5. BERDASARKAN ETIKET OBAT
● Kertas atau label yang berisi keterangan tentang pengonsumsian obat dalam 1 hari.
● Ada dua jenis etiket yaitu etiket obat dalam (warna putih) dan etiket obat luar (warna
biru).
● Berisi keterangan tentang konsumsi obat dalam 1 hari.

Pada etiket obat tercantum :


• Nama pasien
• Nama dan alamat institusi (Rumah Sakit,
Apotik, dan lain-lain).
• Tanggal obat diserahkan/dibuat.
• Nama obat (generik atau dagang),
• Kekuatan obat dan
• Dosis serta jumlah obat.
• Cara pemakaian.

Rusli.Bahan Ajar Farmasi Farmasi Klinik.2018.Jakarta : KEMENKES RI


ETIKET BIRU
1. Logo Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Alamat dan No Telepon Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Nomor Resep yang berisi nomor urutan resep tersebut atau
nomor Rekam Medis pasien
5. Tanggal Resep tersebut diberikan kepada pasien
6. Nama Pasien yang mengkonsumsi obat
7. Aturan Pakai Obat
8. Nama bentuk sediaan
9. Tulisan "Obat Luar" yang menerangkan bahwa obat tersebut
bukan untuk diminum
10. Nama obat atau alat kesehatan yang diberikan sesuai
permintaan
11. Jumlah obat atau alat kesehatan yang diberikan sesuai
permintaan
12. Batas kadaluarsa obat atau alat kesehatan
13. Paraf yang memberikan informasi dan obat atau alat kesehatan
kepada pasien
ETIKET PUTIH
1. Logo Fasilitas
2. Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Alamat dan No Telepon Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Nomor Resep yang berisi nomor urutan resep tersebut atau
nomor Rekam Medis pasien
5. Tanggal Resep tersebut diberikan kepada pasien
6. Nama Pasien yang mengkonsumsi obat
7. Aturan Pakai Obat
8. Bentuk sediaan Obat
9. Waktu menelan obat
10. Paraf yang memberikan informasi dan obat kepada pasien
11. Nama obat yang diberikan sesuai permintaan
12. Jumlah obat yang diberikan sesuai permintaan
13. Batas kadaluarsa obat
BERDASARKAN CARA
PENGGUNAAN
pemakaian obat melalui mulut dan akan masuk ke
ORAL dalam tubuh melalui saluran pencernaan

PARENTERAL dengan cara intravena, intra muskular, subkutan

pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat


pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung,
TOPIKAL lubang telinga, vagina dan rectum

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
ENTERAL
Bertujuan untuk terapi dan memberikan efek sistemik yang dikehendaki
+ -

• cara mengkonsumsi obat yang dinilai paling • bioavailibilitasnya banyak dipengaruhi oleh
mudah dan menyenangkan beberapa factor
• murah serta umumnya paling aman. • perlu kerjasama dengan penderita (tidak dapat
diberikan pada penderita koma)
• timbul efek lambat
• tidak bermanfaat untuk pasien yang sering
muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif
ORAL

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
Obat diletakan dibawah lidah dan akan berdifusi kedalam
Sublingual pembuluh darah

• Umumnya berbentuk supposituria dan ovula


Rektal • Berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan
secara oral / penderita sering muntah-muntah

30
PARENTERAL
memberikan obat dengan Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju
meninginjeksi ke dalam jaringan. sasaran.

Biasanya digunakan untuk:


• obat yang absorbsinya buruk melalui slauran
cerna.
• pengobatan pasien yang tidak sadar
• dalam keadaan yang memerlukan kerja obat
yang cepat.

Intravena Intramuskular Intrakutan Intrathecal subkutan

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
Lainnya

32
7. BERDASARKAN EFEK
FARMAKOLOGI
LOKAL SISTEMIK
Obat atau zat aktif yang hanya
berefek/menyebar/mempengaruhi bagian
tertentu tempat obat tersebut berada, Obat atau zat aktif yang masuk ke
seperti pada hidung, mata, kulit, dan lain- dalam peredaran darah
lain RUT
E
1. Intaokular (oculer), Intranasal (nasalis), Aural
(auris) dengan jalan diteteskan. 1. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal
2. Intrarespiratoral, berupa gas yang masuk ke paru- 2. Parenteral dengan cara intravena, intramuskular,
paru, seperti inhalasi subkutan
3. Rektal, Uretral dan Vaginal dengan jalan 3. inhalasi langsung kedalam paru-paru
dimasukkan.

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
8. BERDASARKAN BENTUK
SEDIAAN

PADAT SETENGAH PADAT CAIR GAS

• Tablet • Salep • Solutio • Inhalasi


• Serbuk • Krim • Sirup • Spray
• Pil • Pasta • Emulsi • Aerosol
• Kapsul • Gel • Suspensi
• Suppositoria • Injeksi
• Guttae
• Infus
• Extract

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
BENTUK SEDIAAN OBAT;
PADAT
TABLET
merupakan sediaan obat berbentuk bundar atau pipih. Tablet paling sering dijumpai di Indonesia
karena bentuk ini mudah dan praktis dalam pemakaian, penyimpanan dan juga dalam produksinya.
Tablet tidak sepenuhnya berisi obat, biasanya tablet juga dilengkapi dengan zat pelengkap atau zat
tambahan yang berguna untuk menunjang agar obat tepat sasaran

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
TABLET

Tablet kompresi ganda


Tablet biasa Tablet kompresi Tablet yang kempa

Tablet dicetak tanpa diberi Tablet yang diproduksi Tablet yang dalam proses Tablet yang
lapisan apapun, pada umumnya dengan sekali tekan, produksinya mengalami dicetak
obat tablet ini akan diserap biasanya terdapat zat penekanan dua kali. Pada berbentuk
pada saluran pencernaan tambahan. umumnya tablet bentuk ini akan silinder kecil
sehingga efek pengobatannya terlihat berlapis.
pun cepat dirasakan. Contoh: decolgen

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan


Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
TABLET

Tablet hipodermik Tablet sublingual Tablet bukal Tablet salut

Tablet yang diproduksi Tablet yang diminum Tablet yang diminum dengan Tablet salut gula, tablet
dengan bahan-bahan yang dengan cara diletakan cara meletakan obat di antara salut film, tablet salut
mudah larut dalam air dibawah lidah. pipi dan gusi. enteric
Contoh: nitrogliserin Contoh: progesteron

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
TABLET SALUT

Tablet salut gula Tablet salut film Tablet salut enteric

Bentuk sediaan obat Tablet salut film adalah Bentuk sediaan tablet yang
berbentuk tablet yang dilapisi tablet kempa yang disalut dilapisi zat sehingga tidak
dengan lapisan gula. Hal ini dengan salut tipis, hancur terkena HCL dalam
dilakukan untuk melindungi berwarna atau tidak dari lambung dan obat akan
obat dari udara, menjaga bahan polimer yang larut hancur di usus. Contoh:
kelembaban obat, dan dalam air yang hancur Voltare 50 mg, dan lain-lain.
memberikan rasa pada obat cepat di dalam saluran
agar menghilangkan cerna.
gangguan bau dan rasa obat
asli. Contoh:
Nuryati, Nono Pahezon, Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Suwarno. Farmakologi
Arcalion Indonesia.2017.
TABLET

Tablet effervescent Tablet diwarnai coklat Chewable tablet Tablet hisap

Sediaan obat berbentuk tablet Bentuk sediaan obat yang Tablet yang cara Bentuk sediaan tablet yang
yang akan berbuih jika dilapisi dengan oksida pemakaiannya harus diminum dengan cara
terkena cairan, biasanya besi, warna coklat ini dikunyah agar meninggalkan dihisap untuk pengobatan
disimpan ditempat tertutup didapatkan dari oksida efek enak di rongga mulut. di rongga mulut dan
untuk menjaga besi. Contoh: Antasida, fitkom tenggorokan. Contoh: FG
kelembabannya Contoh: Sangobion Troches, Ester C

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
KAPSUL

Kapsul merupakan sediaan obat padat dikemas ke dalam sebuah cangkang berbentuk
tabung keras maupun lunak yang dapat larut. Tabung kapsul in biasanya terbuat dari
gelatin, pati, dan lain-lain. Contoh: kapsida, incidal, dan lain-lain.

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
KAPSUL
+ -
• Adanya cangkang dapat menutupi bau • Pada kelembaban tinggi kapsul mudah
ataupun rasa yang tidak enak. berubah bentuk, dan kelembaban yang
• Tidak diperlukan pewarna (coloris) rendah bersifat rapuh, sehingga wadah
pengaroma (odoris), maupun perasa yang baik menggunakan gelas/kaca dan
(saporis) disimpan pada tempat sejuk dan kering
• Tidak memerlukan pengisi atau zat • Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat
tambahan lainnya bereaksi dengan cangkang kapsul
• Cepat melepaskan zat berkhasiat dalam • Tidak bisa untuk balita
lambung • Tidak bisa dibagi-bagi
• Bentuknya cukup menarik karena terbuat
dari gelatin maka cangkang

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
KAPLET

Bentuk sediaan obat kaplet (kapsul tablet) merupakan sediaan berbentuk tablet yang
dibungkus dengan lapisan gula dan pewarna menarik. Lapisan warna dan gula ini
bertujuan untuk menjaga kelembaban dan menjaga agar tidak tekontaminas dengan HCL
di lambung.

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
PIL

Sediaan obat berbentuk bundar dengan ukuran yang kecil. Ada beberapa variasi dari pil,
antara lain: granulae, pilulae, dan boli.

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
PIL
+ -
• Mudah digunakan / ditelan • Obat yang dikehendaki memberikan aksi
• Rasa obat yang tak enak dapat tertutupi yang cepat
• Relatif lebih stabil dibandingkan serbuk • Obat yang dalam keadaan larutan pekat
dan solution dapat mengiritasi lambung
• Sangat baik untuk sediaan yang • Penyimpanan lama sering menjadi keras
penyerapannya dikehendaki secara lambat dan tidak memenuhi waktu hancur
• Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat
diatasi dengan bahan pengawet)

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
SERBUK

Sediaan obat yang berbentuk remahan yang merupakan campuran kering obat dan zat kimia yang
dihaluskan. Serbuk terbagi menjadi serbuk granulae dan serbuk effervescent. Sama seperti
tablet effervescent, serbuk effervescent juga akan mengeluarkan buih ketika bercampur
dengan air. Contoh: adem sari, jesscool, dan lain-lain.

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
SUPOSITORIA
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

Tujuan pengobatan yaitu:


• Penggunaan lokal bertujuan untuk memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
• Penggunaan sistemik seperti: aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti
muntah, chloral hydariat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.2017.
SUPOSITORIA
+ -

• Dapat digunakan untuk obat yang tidak • Daerah absorpsinya lebih kecil
bisa diberikan secara oral. • Absorpsi hanya melalui difusi pasif
• Dapat diberikan pada anak bayi, lansia • Pemakaian kurang praktis
yang susah menelan. • Tidak dapat digunakan untuk zat yang
• Menghindari kerusakan obat oleh enzim rusak
pencernaan

Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan SG, Setiabudi R, editors. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI.2016.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/X/1993
3. Nuryati, Nono Suwarno. Farmakologi Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK).
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2017.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/ Menkes/Per/VI/2000
5. Rusli, Sapriyadi. Farmasi Klinik. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2018.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai