Anda di halaman 1dari 34

FARMAKOLOGI

Apt. Herlina Anggraini, M.Farm.


ISTILAH DALAM FARMAKOLOGI
 OBAT
Bentuk-bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang
digunakan pada manusia dan hewan untuk menetapkan
diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rokhaniah.

 BAHAN OBAT
Zat aktif yang dapat berfungsi untuk mencegah, meringankan,
menyembuhkan atau mengenali penyakit.

 ZAT AKTIF
Senyawa-senyawa yang dalam organisme hidup menimbulkan
kerja biologi.
LANJUTAN
 OBAT ESSENSIAL
Adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, meliputi diagnosa, profilaksi terapi
dan rehabilitasi.

 OBAT BARU
Obat yang terdiri atau berisi suatu zat, baik sebagai bagian lapisan
yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, misalnya : lapisan,
pengisi, pelarut, bahan pembantu (vehiculum) atau komponen lain
yang belum dikenal, hingga tidak diketahui khasiat dan
keamanannya.

 OBAT JADI
Adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
sediaan serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria, atau bentuk
lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmakope
Indonesia.
LANJUTAN
 KERJA BIOLOGI
Semua perubahan dalam sistem biologi yang ditimbulkan oleh
zat aktif.

 RACUN
Zat aktif yang menyebabkan kerja yang merusak. Apabila pada
sejumlah senyawa terutama obat, dosis yang menentukan kerja
yang berguna atau merusak, maka dalam arti yang sempit,
racun hanya merusak.

 DOSIS
Takaran obat yang harus diberikan untuk menghasilkan efek
yang diharapkan (efek yang berkhasiat).
LANJUTAN
 KHASIAT
Istilah klinik yang dapat diukur untuk menyatakan
penyembuhan, pengurangan, peringanan (profilaksis) suatu
penyakit yang dapat dicapai dengan obat.

 FARMAKON
Dalam bahasa sehari hari sama artinya dengan bahan obat dan
obat. Dalam pustaka ilmiah diartikan sebagai senyawa biologi
secara umum.

 FARMAKOLOGI = ILMU KHASIAT OBAT.


Ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dalam seluruh
aspeknya, yaitu sifat-sifat fisika dan kimia, kegiatan fisiologi,
resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup.
LANJUTAN
 FARMAKOLOGI KLINIK
Menyelidiki semua interaksi antara obat, khususnya pada tubuh
manusia serta penggunaannya pada pengobatan penyakit.

 FARMAKOGNOSI
Ilmu yang mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat
yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya, termasuk yang
berasal dari mineral dan khewan.

 BIOFARMASI
Ilmu yang menyelidiki pengaruh formulasi obat terhadap efek
terapeutiknya, dengan kata lain dalam bentuk apa obat harus
dibuat agar menghasilkan efek yang optimal.
LANJUTAN

 FARMAKOKINETIKA
Ilmu yang menyelidiki nasib obat, mulai dari saat
pemberiannya, bagaimana absorpsi dari usus, penyerapan
dalam darah dan distribusinya ke tempat kerjanya dan
jaringan-jaringan lain, juga dipelajari bagaimana
penguraiannya (biotransformasi) dan ekskresinya oleh ginjal.
Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu
tindakan yang dilakukan tubuh terhadap obat.

 FARMAKODINAMIKA
Ilmu yang mempelajari kegiatan obat terhadap organisme
hidup, terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologis
serta efek terapeutik yang ditimbulkannya.
Singkatnya farmakodinamika adalah ilmu yang mempelajari
efek yang diberikan oleh obat terhadap tubuh.
LANJUTAN
 TOKSIKOLOGI
Adalah pengetahuan tentang efek racun terhadap tubuh,
termasuk ke dalam farmakodinamika karena efek terapeutik
obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada dasarnya
setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja
sebagai racun dan merusak organisme.

 FARMAKOTERAPI
Ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk mengobati
penyakit atau gejala-gejalanya.

 RESISTENSI
Pemberian obat tidak menimbulkan efek lagi
LANJUTAN
 EFEK SAMPING
Efek obat yg tidak diharapkan.

 EFEK TOKSIK
Efek samping yg timbul bila dosis obat ditingkatkan.

 TOLERANSI
Penurunan efek obat pada pemakaian kronis dg dosis yg sama
 dosis obat harus ditingkatkan.

 HABITUASI
Pemberian obat secara kronis yg apabila pemberian obat tsb
dihentikan dapat menyebabkan gangguan emosional.
Contoh : kafein pada kopi
LANJUTAN
 ADDIKSI
Pemberian obat menyebabkan toleransi dan habituasi serta
penghentiannya akan menimbulkan efek hebat secara fisik dan
mental.
Contoh : morfin

 ANTAGONISME
Efek obat 1 dikurangi/dihilangkan oleh efek obat 2.
Contoh : epinefrin – propanolol

 POTENSIASI
Efek obat 1 diperkuat efek obat 2
Co: analgetika – klorpromazin
LANJUTAN
 KUMULASI
Penimbunan obat dalam tubuh

 PLASEBO
Bahan kimia yg tidak mempunyai efek obat
Contoh : laktosa

 HIPERSENSITIVITAS
Reaksi alergi pada pemberian suatu obat

 HIPER-REAKTIF
Pemberian dosis kecil sudah menimbulkan efek

 HIPOREAKTIF
Pemberian obat harus dg dosis besar untuk menimbulkan efek
NAMA OBAT
 OBAT PATEN
Adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang
dilindungi hukum selama 10 tahun menurut UU Merek 1961, No
21, contohnya : Norvask dengan kandungan amlodipine
besylate, untuk obat antihipertensi.

 OBAT GENERIK
Adalah nama resmi obat yang dikeluarkan oleh WHO, dapat
digunakan di semua negara tanpa melanggar hak paten obat
bersangkutan. Contohnya: Parasetamol, Antalgin, Asam
Mefenamat, Amoksisilin, Cefadroxyl, Loratadine, Ketoconazole,
Acyclovir, dan lain-lain.
 Hampir semua Farmakope sudah menyesuaikan namanya dengan
nama generik, karena nama-nama kimia yang digunakan seringkali
tidak praktis, contoh :

 Kimia Generik Paten

Asam asetil Asetosal Aspirin (Bayer)


salisilat Naspro (Bayer)

 Aminobenzil Ampisilin Penbritin (Beecham)


penisilin Amfipen (Organon)
OBAT GENERIK BERMEREK
 Adalah obat generik tertentu yang diberi nama atau merek
dagang sesuai kehendak produsen obat. Biasanya salah satu
suku katanya mencerminkan nama produsennya.
 Contoh: natrium diklofenak (nama generik). Di pasaran
memiliki berbagai nama merek dagang, misalnya: Voltaren,
Voltadex, Klotaren, Voren, Divoltar, dan lain-lain.

OBAT GENERIK BERLOGO


 Obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial (DOEN)
dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan telah
diuji ulang oleh Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan.
PENGGOLONGAN OBAT
Menurut Permenkes No.917 Tahun 1993, obat digolongkan menjadi :

 OBAT BEBAS TERBATAS


Obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter di toko obat
berizin. Obat bebas terbatas digunakan untuk mengobati penyakit
ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Pada dasarnya,
obat bebas terbatas merupakan obat keras, namun diberi batasan
pada takaran bahannya.
 OBAT BEBAS
Obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika,
psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah
terdaftar di Depkes RI. Obat bebas merupakan yang
paling aman dikonsumsi, sehingga obat bebas dapat
ditemui di berbagai toko.

 OBAT KERAS
Obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
Jika tidak digunakan secara tepat dapat menimbulkan
efek samping yang tidak baik bagi tubuh, oleh karena itu
sebaiknya konsultasikan kepada Apoteker.
 OBAT WAJIB APOTEK (OWA)
Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di
apotek tanpa resep dokter. OWA merupakan obat keras
yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan
obat keras, namun ada persyaratan yang harus dilakukan
dalam penyerahan OWA.

 OBAT GOLONGAN NARKOTIK


Obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Untuk
memperolehnya harus dengan resep dokter dan apotek
wajib melaporkan jumlah dan macamnya.
 OBAT PSIKOTROPIKA
Zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

 OBAT GOLONGAN NARKOTIK


Obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Untuk
memperolehnya harus dengan resep dokter dan apotek
wajib melaporkan jumlah dan macamnya.
OBAT TRADISIONAL
 Adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan
tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galenik atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang usaha pengobatannya
berdasarkan pengalaman.
(Per Menkes no 179/Menkes/Per/VII/1976)
BENTUK-BENTUK OBAT
Pulvis, Pulveres, Spesies, Tablet, Pil,
BENTUK OBAT

SEDIAAN PADAT
Kapsul, Supositoria, Implant, Lozenges

SEDIAAN Unguentum, Linimentum, Sapo,


SETENGAH PADAT Emplastra

Solution, Collutoria, Collyria, Elixir,


SEDIAAN CAIR Gargarisma, Potiones, Syrup, Mixtura,
Suspensi, Emulsi, Infusa, Guttae,
Injektion, Ekstrak, Inhalasi, Irigasi
SEDIAAN PADAT
 PULVIS, PULVERES (SERBUK)
Adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan

 Serbuk tak terbagi (pulvis): adalah serbuk, baik untuk pemakaian


luar maupun untuk pemakaian dalam, contoh: serbuk tabur,
serbuk luka untuk pemakaian luar dan serbuk perut atau pencahar
untuk pemakaian dalam.

 Serbuk terbagi (pulveres) : adalah serbuk yang dibagi dalam


bobot yang kurang lebih sama, dibungkus dengan kertas
perkamen atau bahan lain yang cocok.

 KAPSUL
Adalah sediaan obat yang terbungkus dalam suatu cangkang yang
terbuat dari metilselulosa, gelatin atau bahan lain yang cocok.
SEDIAAN PADAT
 SPECIES
Tanaman atau bagian hewan yang dikeringkan.

 TABLET
Sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat
atau lebih.

 PIL
Adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng,
mengandung satu atau lebih bahan obat.
a) Pil yang besarnya normal (berat 300 mg).
b) Pil yang sangat besar, disebut boli (berat lebih dari 300 mg).
c) Pil yang sangat kecil, disebut granula (berat kurang dari 300
mg).
SEDIAAN PADAT
 IMPLANT atau PELET
Sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat
dengan kemurnian tinggi ( dengan atau tanpa eksipien ), dibuat
dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau pelet
dimaksudkan untuk disisipkan di dalam tubuh (biasanya secara
sub kutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat
secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.

 LOZENGES
Adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang
dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.

 SUPOSITORIA
Adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh.
SEDIAAN SETENGAH PADAT
 UNGUENTUM (SALEP)
Adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar, contoh :
a) Cream : suatu salep yang mengandung banyak air, mudah
diserap kulit. Tipe yang dapat dicuci dengan air.

b) Gel : sediaan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang


dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

c) Pasta : suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat


padat (serbuk).Salep yang tebal, keras, biasanya tidak
meleleh pada suhu badan, jadi merupakan
penutup/pelindung bagian kulit yang diberi.
SEDIAAN SETENGAH PADAT
 LINIMENTUM (SEMIR/URAP-URAP)
Adalah suatu jenis salep yang penggunaannya digosokkan
pada permukaan kulit, biasanya berupa emulsi atau suspense

 SAPO (SABUN)
Adalah senyawa garam alkali dengan asam lemak tinggi.
Pembuatan dilakukan dengan menyabunkan lemak padat atau
minyak lemak dengan alkali.

 EMPLASTRA
Adalah bentuk sediaan, dimana obat yang dicampur di
dalamnya diratakan dengan kain linen dan ditempelkan pada
kulit.
 SOLUTIONES (LARUTAN)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis
obat atau lebih dalam pelarut, dimaksudkan untuk digunakan
sebagai obat dalam , obat luar atau dimasukkan ke dalam
rongga tubuh.

 COLLUTORIA
Merupakan larutan pekat dalam air yang mengandung bahan
deodoran, antiseptika, anestetika lokal atau astringen.
Disimpan dalam botol putih kecil
Etiket harus ditulis tidak boleh ditelan, untuk cuci mulut dan
disebutkan cara pengenceran.
 COLLYRA
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis,
yang digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan buffer
dan pengawet.
Wadah yang dipakai dapat wadah gelas atau plastik yang tertutup
kedap

 ELIKSIR
Sediaan berupa larutan obat dan zat tambahan seperti gula atau
pemanis lain, zat pengawet, zat pewarna dan zat pewangi,
sehingga mempunyai rasa dan bau yang sedap.
Digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama alkohol
90% dan dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol.
 GARGARISMA (Obat kumur)
Adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat dan bila
digunakan diencerkan dulu.
Gargarisma digunakan sebagai pencegah atau pengobatan infeksi
tenggorokan.

 POTIONES
Sediaan berupa cairan, yang dimaksudkan untuk diminum, dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai volume dosis
tunggal dalam jumlah yang banyak, umumnya 50 mL

 IRIGASI
Adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh,
penggunaan adalah secara topikal.
 SIRUP
Adalah larutan pekat gula yang ditambah obat atau pewangi,
merupakan larutan jernih berasa manis.
Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol atau poli alkohol lain dalam
jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatkan kelarutan obat
dan menghalangi pembentukan hablur sakarosa.

 MIXTUR
Adalah sediaan yang terdiri dari dua atau lebih obat yang
dilarutkan.

 SUSPENSI
Adalah dispersi kasar (coarse) zat padat, dimana partikel padat
yang tak larut terdispersi dalam medium cair.
 EMULSA (EMULSI)
Sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem
dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata
dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat
pengemulsi.

 INFUSA
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90⁰C selama 15 menit

 GUTTAE (OBAT TETES)


Adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan
cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan
tetesan setara dengan penetes baku yang disebutkan di dalam
Farmakope Indonesia.
 INJECTIONES (OBAT SUNTIK)
Adalah sediaan berupa larutan, emulsi atau suspensi dalam air atau
pembawa yang cocok, steril dan digunakan secara parenteral, yaitu
dengan merobek lapisan kulit atau lapisan mukosa.

 EKSTRAK
Sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi
syarat baku yang ditetapkan. Ekstrak dapat dibuat menjadi sediaan lain
seperti tablet atau sediaan larutan lain.

 INHALASI
Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan
obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk
memperoleh efek lokal atau sistemik.
 Sistemik : memasukkan obat ke dalam sirkulasi darah
- Injeksi: IM, IV, SC
- Oral: telan, hisap,
- Oromukosal : sublingual, buccal
- Rektal : suppositoria
- Implantasi : pellet
- Transdermal : plester jantung

 Lokal : obat bekerja lokal tanpa masuk ke dalam sirkulasi


darah, contoh : kulit, inhalasi, mata, telinga, intra vaginal, intra
nasal

Anda mungkin juga menyukai