OBAT
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
I. Definisi Obat
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk
obat tradisional.
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati dalam dosis yang
layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit serta gejalanya.
Obat Nabati
Kebanyakan obat yang digunakan di masa lalu adalah obat yang berasal dari
tanaman. Dengan cara coba-mencoba, secara empiris orang purba mendapatkan
pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk mengobati
penyakit. Pengetahuan ini secara turun-temurun disimpan dan dikembangkan,
sehingga muncul ilmu pengobatan rakyat, seperti pengobatan tradisional jamu di
Indonesia.
Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat (misalnya:
sintesa kimia, fermentasi, teknologi rekombinan DNA) dan hal ini menguntungkan
sekali bagi penelitian sistematis obat-obat baru. Beribu-ribu zat sintetik telah
ditemukan, rata-rata 500 zat mengakibatkan perkembangan revolusioner di bidan
farmakoterapi. Kebanyakan obat kuno ditinggalkan dan diganti dengan obat-obat
mutakhir.
Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan bapak kedokteran dalam praktek
pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori
kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
Selanjutnya Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode
pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat
seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari
berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan
pengobatan yang lebih baik.
Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838- 1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu
lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat,
hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep tersebut juga
diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris
dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman. Sumber obat Sampai akhir abad 19, obat
merupakan produk organik atau anorganik dari tumbuhan yang dikeringkan atau
segar, bahan hewan atau mineral yang aktif dalam penyembuhan penyakit tetapi
dapat juga menimbulkan efek toksik bila dosisnya terlalu tinggi atau pada kondisi
tertentu penderita.
Untuk menjamin tersedianya obat agar tidak tergantung kepada musim maka
tumbuhan obat diawetkan dengan pengeringan. Contoh tumbuhan yang dikeringkan
pada saat itu adalah getah Papaver somniferum (opium mentah) yang sering
dikaitkan dengan obat penyebab ketergantungan dan ketagihan. Dengan
mengekstraksi getah tanaman tersebut dihasilkan berbagai senyawa yaitu morfin,
kodein, narkotin (noskapin), papaverin dll. yang ternyata memiliki efek yang berbeda
satu sama lain walaupun dari sumber yang sama Dosis tumbuhan kering dalam
pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal tumbuhan,
waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan. Maka untuk menghindari variasi dosis,
F.W.Sertuerner (1783- 1841) pada th 1804 mempelopori isolasi zat aktif dan
memurnikannya dan secara terpisah dilakukan sintesis secara kimia. Sejak itu
berkembang obat sintetik untuk berbagai jenis penyakit.
Obat bebas merupakan obat yang tingkat keamanannya sudah terbukti tidak
membahayakan. Obat ini diberikan tanda atau logo lingkaran hitam mengelilingi
lingkaran berwarna hijau. Obat ini dapat menggunakan dibeli tanpa resep dari dokter
dan dapat dijual di apotek maupun toko obat, misalnya Antasida DOEN,
Parasetamol, Calcium Lactate, dll. Dalam istilah lain untuk obat bebas adalah obat
Over The Counter (OTC).
Ada beberapa jenis tanda yang terdapat dalam kemasan obat. Penandaan itu
menunjukkan golongan obat, yang terkait dengan berbagai ketentuan yang
mengaturnya.
Obat bebas terbatas ialah obat keras yang dapat diberikan dalam jumlah terbatas,
baik dosis maupun jumlah unit sediaannya. Misalnya tablet diberikan dalam jumlah 4
tablet .Obat bebas dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep
dokter Obat ini diberikan bersama dengan peringatan obat tertulis. Peringatan obat
tertulis tersebut dituliskan dalam bentuk tulisan putih dengan latar belakang hitam
yang berisi :
digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dikenali oleh penderita penyakit itu
sendiri. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69
tanggal 5 November 1975, disertai tanda peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 dan
harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang
bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch,
tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk
penggunaan, indikasi, cara pemakaian,peringatan serta kontra indikasi.
Obat keras adalah obat yang termasuk dalam daftar obat yang hanya boleh
disertakan oleh apoteker atau dokter. Apoteker hanya menyerahkan obat keras
tersebut hanya berdasarkan permintaan (resep) dari dokter. Dan dokter hanya
menyerahkan obat tersebut, jika obat tersebut diperoleh dari apotek. Pengecualian
diberlakukan menurut Permenkes, beberapa kelompok obat keras yang dapat
diserahkan oleh Apoteker tanpa resep dokter misalnya obat untuk kontrasepsi oral
berupa hormon, obat saluran cerna seperti papaverin dan diazepam, obat saluran
nafas seperti aminofilin dan salbutamol, dan kelompok lainnya. Obat keras yang
memerlukan penawaran khusus, termasuk dalam kelompok obat psikotropika.
Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus
sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru
yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di
Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan
Menteri kesehatan Republik Indonesia. diperlukan informasi lengkap terkait
penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan secara tepat dapat menimbulkan
efek samping yang tidak baik bagi tubuh sebaiknya konsultasikan kepada Apoteker
jika anda mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep dokter, penggunaan
obat yang terpat akan meningkatkan efektivitas obat terhadap penyakit dan
meminimalkan efek sampingnya.
Logo narkotik
(Opiat=O) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, kehilangan rasa, rangsangan semangat , halusinasi,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan.
Peredaran produk jadi obat narkotika dikemas dalam wadah kemasan yang diberi
bulatan berwarna hitam mengelilingi palang merah dengan dasar putih.
Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya diawasi dengan sangat ketat,
sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh di Apotek dengan
menggunakan resep dokter yang asli (bukan coppy resep). Bebeerapa contoh dari
obat narkotik diantaranya: Morfin, Heroin, Coca,
Codein, Methadone, Cannabis/marijuana/ganja. Dalam bidang kedokteran, obat-
obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetika/obat
penghilang rasa sakit.