Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK KERJA LAPANGAN FARMAKOGNOSI

PEMERIKSAAN SIMPLISIA ASAM JAWA (Tamarandus indica L) ASAL


DESA WATUNGGARANDU KEC. LALONGGASUMEETO
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

NAMA : SRI DEVI ANNA (F201501015


JUMRIANI (F201501016)
KELOMPOK ; 14
GOLONGAN : A
KELAS : D1 FARMASI

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP INI DI SUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT


UNTUK MENGIKUTI UJIAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DAN
TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 07 NOVEMBER 2016
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Oleh
Dosen/Asisten Praktikum
N
NAMA PARAF
O

1 Mus Ifaya, S.Farm.,M.Si.,Apt

2 Dian Rahmaniar Trisna Putri, S.Farm.,Apt

Kendari, 07 November 2016


ABSTRAK
Sri devi anna dan Jumriani , Pemeriksaan farmakognostik yaitu
morfologi, anatomi dan kandungan kimia Asam jawa (Tamarandus indica (L.) BI).
Asal desa watunggarandu Kec. Lalonggasomeeto, Kab. Konawe, Provinsi sulawesi
tenggara. Mus Ifaya dan Dian Rahmaniar Trisna Putri.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan morfologi,
anatomi dan identifikasi komponen kimia dengan tujuan untuk mengetahui bau, rasa
dan warna yaitu dengan uji organoleptis dan kandungan kimia yang terdapat pada
tanaman puring seperti flavonoid, saponin, dan polifenol untuk menunjang
pengembangannya sebagai obat tradisional.
Dari pemeriksaan morfologi Asam jawa (Tamarndus indica (L.) BI),
Tanaman asam jawa memiliki tinggi 25-30 meter dengan pohon asam jawa sangatlah
besar berdiameter sekitar 1-2 meter, daunnya sangat rindang sekali mempunyai 10-20
anak daun kecil-kecil. Keindahan tanaman ini terletak pada buahnya. Batang
berwarana coklat beralur alur vertical dan mempunyai tekstur pecah. Akar puring
termasuk dalam akar tunggang. Dalam satu tanaman memiliki bunga jantan dan
betina (monoceous) dan berukuran kecil dengan warna agak merah cream. Daging
buahnya berwarna putih kehijauan ketika masi mudah. Kemudian akan menjadi
merah kecoklatan ketika sudah tua.
Setelah dilakukan pengamatan pada batang asam jawa (asam jawa), pada
sayatan melintang ditemukan banyak kloroplas serta pada sayatan tangensial juga
banyak ditemukan bnayak kloroplas. Pada irisan melintang, lapisan terluar batang
tersusun atas epidermis. Pada sayatan paradermal pada daun ditemukan sel-sel
epidermis yang mengnadung kloroplas. Pada daun, disusun oleh Epidermis (atas),
kutikula, mesofil palisade, mesofil spons, berkas vascular, epidermis (bawah), sel
penjaga, stomata.
Hasil pemeriksaan organoleptis tumbuhan puring (Asam jawa (L.) BI),
tumbuhn puring memiliki daun yang berwarna hijau tua, tidak berasa, dan memiliki
bau khas. Pada batang memilki warna coklat, tidak berasa, dan berbau khas.
Kemudian pada akar berwarna coklat keabu abuan, tidak berasa dan berbau khas.
Kata Kunci : asam jawa (tamarandus indica (L.) BI), Pengujian morfologi, anatomi,
organoleptis, dan identifikasi.
ABSTRACT
Fiqri Algafiq Abdillah and Marhan, namely farmakognostik examination of
morphology, anatomy and chemistry asam jawa (Tamarandus indica (L.) BI).
Originally watunggarandu village district. Lalonggasomeeto, Kab. Konawe,
Southeast Sulawesi Province. Mus Ifaya and Dian Rahmaniar Trisna Putri.
This study aimed to examine the morphology, anatomy and identification of
chemical components in order to know the smell, taste and color are the organoleptic
test and chemical content contained on croton plant, such as flavonoids, saponins and
polyphenols to support its development as a traditional medicine.
Morphological examination of Croton (Codiaeum variegatum (L.) BI),
croton plant has a height of 25-30 m with a shade 1-2 m. Spiral leaf arrangement
with the type of rounded leaves, wavy. The beauty of this plant is located on the shape
of the leaves is very varied. Woody stems, berkambium, and branching. Roots croton
included in the hairy roots. In the plants have male and female flowers (monoceous)
and small with a slightly yellowish color. Shape rounded fruit with green or brown.
Having made observations on the stem asam jawa (Tamarandus indica), the
transverse incision found many chloroplasts and the tangential incision also found
bnayak chloroplasts. In cross-section, the outermost layer of the epidermis is
composed of rods. At paradermal incision on the leaf epidermal cells found that
mengnadung chloroplasts. On leaves, prepared by the epidermis (top), the cuticle,
palisade mesophyll, spongy mesophyll, vascular bundle, epidermis (bottom), guard
cells, stomata.
The results of organoleptic inspection of plant croton (Tamarandus indica
(L.) BI), tumbuhn croton leaves are light green in color, tasteless, and has a
distinctive odor. On the stem have the light brown color, no taste and a characteristic
odor. Then at the root of brown, tasteless and odorless typical.

ii
Keywords: Croton (Codiaeum variegatum (L.) BI), Testing morphology, anatomy,
organoleptic and identification.

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan
rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
laporan lengkap praktikum FARMAKOGNOSI ini dalam bentuk yang
sederhana. Semoga laporan ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan
dan petunjuk bagi pembaca.
Tidak lupa pula shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benderang seperti saat ini. Dan terimah kasih kepada asisten
pembimbing serta asisten-asisten yang tak dapat di sebutkan namanya satu
persatu yang selalu memberikan bimbingan dan arahan pada kami selama
mengikuti praktikum.
Semoga laporan lengkap ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi laporan lengkap ini sehingga kedepannya agar lebih baik
Laporan lengkap ini kami akui masih banyak kekurangan, kami mohon maaf
karena pengetahuan yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu
kami harap pada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun kesempurnaan laporan lengkap ini

Kendari, November 2016

Penyusun

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dari zaman dahulu sampai sekarang ini, zaman era globalisasi. Daerah di
Indonesia khususnya di dataran rendah. Pada penelitian ini lebih menekankan
pada bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat.
Berbagai metode pengobatan pun tersebar di Indonesia bahkan hingga ke
mancanegara. Metode pengobatan ini meliputi pengobatan tradisional ataupun
pengobatan modern,khususnya bagi pengobatan modern ini telah dikembangkan
dalam bidang kedokteran dan farmasi yang telah menciptakan bahan-bahan
pengobatan yang akan digunakan bahkan tidak sedikit pengobatan secara
tradisional maupunmodern menimbulkan efek samping, sehingga dari hal inilah
obat dalam proses penyembuhan suatu penyakit.
memaksa manusia untuk kembali ke alam mengolah tanaman sebagai
tanaman Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia serta
beragam jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang dimanfaatkan sebagai
suatu tumbuan obat. Hal semacam ini mempunyai hubungan yang baikdengan
objek yang dituju dalam hal ini manusia yang kemudian dimanfaatkan untuk
dikembangbiakkan atau dibudidayakan sebagai suatu usaha atau bisnis tumbuhan
obat yang dapat mendatangkan banyak keuntungan serta memberikan manfaat
yang besar bagi masyarakat khususnya sebagai konsumen.
Beragam upaya dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat obat
dimulai dari mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di dalamnya serta bentuk
morfologi dari tumbuhan tersebut yang memberikan cirri khas. Namun,tidak
semua pula tumbuhan berkhasiat yang memberikan ciri khas itu dapat
dikategorikan sebagai tumbuhan berkhasiat obat.Dewasa ini penelitian dan
pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun diluar negeri berkembang
pesat. Penelitian yang berkembang, terutama dari segi farmakologi maupun
fitokimianya penelitian dilakukan berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah
digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji empiris.
Penggunaan obat-obatan walaupun dalam bentuk yang sederhana tidak
diragukan lagi sudah berlangsung sejak jauh sebelum adanya sejarah yang ditulis
karena naluri orang-orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka
dengan merendamnya dalam air dingin atau menempelkan daun segar pada luka
tesebut atau menutupinya dengan Lumpur, hanya berdasarkan pada kepercayaan.
Orang-orang primitif belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan
yang satu lebih efektif dari yang lain, 1dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi
dengan obat dimulai. Namun seiring dengan berkembangnya zamanpenggunaan
obat-obatan sudah mulai memasuki tahap modern misalnya dengan menggunakan
alat-alat canggih akan tetapi penggunaan obat secara primitif tidak boleh
dilupakan karena dari sinilah awal semuanya.
Dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini bertujuan mencari
tanaman obat yang berkhasiat. Keampuhan pengobatan herba banyak dibuktikan
melalu berbagai pengalaman, Berbagai macam penyakit yang sudah tidak dapat
disembuhkan melalu pengobatan alopati (kedokteran), ternyata masih bisa diatasi
dengan pengobatan herba, contohnya penyakit kanker dan kelumpuhan. Adapula
pengalaman yang membuktikan bahwa untuk beberapa penyakit, ternyata
pengobatan herba lebih efektif memberikan solusi penyembuhan dibandingkan
dengan pengobatan menggunakan bahan kimia. Beberapa penyakit tersebut
diantaranya penyakit-penyakit cardiovascular (penyakit yang berhubungan
dengan darah dan jantung) serta enyakit saraf. Keunggulan pengobatan herba
terletak pada bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat
ditekan seminimal mungkin, meskipun dalam beberapa kasus dijumpai orang-
orang yang alergi terhadap herba. Namun, alergi tersebut dapat juga terjadi pada
pengobatan medis. Beberapa kasus menunjukkan bahwa sebagian orang alergi
atau timbul penolakan terhadap obat-obat tertentu

2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemeriksaan farmakognosi yang meliputi
pemeriksaan morfoloogi, anatomi,organoleptik, dan Identifikasi kandungan kimia
tanaman asam jawa (Tamarandus indica L)
1.3 Tujuan praktikum
a. Mendeskripsikan kandungan kimia tanaman asam jawa(Tamarandus indica L)
b. Mendeskripsikan khasiat tanaman asam jawa (Tamarandus indica L)
c. Mendeskripsikan cara memanfaatkan tanaman asam jawa (Tamarandus indica
L) sebagai obat
d. Mendeskripsikan efek samping dari penggunaan tanaman asam jawa
(Tamarandus indica L)
1.4 Manfaat praktikum
Sebagai dasar memberi informasi yang jelas tentang tanaman asam jawa
(Tamarandus indica L)
dan cara pemanfaatannya dalam berbagai bidang sebagai tanaman obat
tradisional.
1.5 Kontribusi bagi IPTEK
Dengan melakukan penenlitian mengenai tanaman asam jawa
(Tamarandus indica L)
diharapkan masyarakat mengetahui manfaat dari tanaman asam jawa
(Tamarandus indica L) dan seiring berkembangnya IPTEK diharapkan semakin
banyak manfaat dari tanaman asam jawa (Tamarandus indica L) yang didapatkan
sehingga penggunaannya semakin meluas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Tanaman

2.1.1 Sistematika tanaman asam jawa (Tamarandus indica L)


Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub divisi : Embryophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Tracheophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosanae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong polongan)
Genus : Tamarndus L
Spesies : Tamarandus indica L
2.1.2 Nama Daerah Tanaman asam jawa (asang jawi)
Adapun nama daerah dari tanaman saga yaitu asam jawa
(Indonesia),asam jawa Tangkal asem (jawa), bak mee (aceh), Wit asem
(sunda),Buol tamalangi (gorontalo); Celangi (bali), seugeu (gayo), Sasak
bange (Bima); samba lagi (bugis).
2.1.3 Morfologi Tumbuhan
Pohon asam jawa dapat tumbu setinggi 30 meter. Pohon asam jawa
sangat lah besar berdiameter sekitar 1-2 meter. Kulit batangnya berwarna
coklat, beralur alur pertikal dan mempunyai tekstur pecah-pecah. Daunnya
sangat rindang sekali mempunyai 10-20 anak daun kecil-cecil. Bunganya
berwarna merah cream tumbuh dalam rumpung, serta berbauh harum.
Polongnya (buah) melengkung berwarna kecoklatan mengandung 1-10 biji.
Daging buahnya berwarna putih ketika masih mudah, kemudian akan menjadi
berwarna merah kecoklatan dan kehitaman ketika usdah masak, bijinya
berwarna coklat kehitaman berbentuk agak bersegi serta keras dan mengkilat.
2.1.4 Anatomi Tanaman
Pengetahuan tentang anatomi tumbuhan adalah ilmu yang merangkum
uraian organ, susunan, bagian, atau fungsi dari organ tumbuhan itu,
pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari unsur-unsur anatomi serta fragmen
pengenal jaringan serbuk yang khas, guna mengetahui jenis-jenis simplisia
yang diuji berupa sayatan melintang, membujur atau serbuk dari tanaman
2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman
Daun maupun batang mengandung protein,vitamin A,B1,B6,C,kalsium
oksalat,Glisirisin,flisirinat,polygalacturomic acid dan pentosan. Daun,batang
dan biji : saponin tanin dan flavonoid.batang :polifenol.baji : tannin. Akar :
alkaloid,saponin dan polifenol.
2.1.6 Kegunaan Tanaman
Banyak khasiat lain bias diperoleh dari tanaman itu,antara lain
berkhasiat sebagaiobat ramatik .dan asam jawa juga dapat menurunkan
demam.
Khasiat daun asam jawa untuk batuk adalah sebagai obat herbal untuk
mengatasi batuk kering,tanaman itu juga mempunyai efektifitas ekspektoran
yang memacu sekresi mukrosa dari trakea,kandungan senyawanya mampu
mengeluarkan dahak dan melegakan tenggorokan.
2.2 Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.1 Pengertian dan sejarah Farmakognosi
Istilah Farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A. Seydler
(1815), seorang peneliti kedokteran di Haalle Jerman, dalam disertasinya
berjudul Anelecta Pharmacognostica. Farmakognosi berasal dari bahasa
Yunani, pharmacon yang artinya "obat" (ditulis dalam tanda petik karena obat
disini maksudnya adalah obat alam, bukan obat sitetis) dan gnosis yang
artinya pengetahuan. Jadi farmakognosi adalah pengretahuan tentang obat-
obat alamiah (Sri mulyani, dkk, 2004).
Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam
yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme dan mineral. Keberadaan
farmakognosi dimulai sejak manusia pertama kali mulai mengenal penyakit,
seperti menjaga kesehatan, menyembuhkan penyakit, meringankan
penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit, serta semua yang
berhubungan dengan minuman dan makanan kesehatan (Gunawan, 2004).
Namun mereka tidak sadar bahwa yang diketahui itu adalah bidang
dari farmakognosi. Merekapun ytidak mengetahui kalau bahan-bahan yang
berbahaya seperti minyak jarak, biji saga (sogok telik) dan tempe bongkrek
(avlatoksin) merupakan bagian dari pembicaraan farmakognosi. (Sri mulyani,
dkk, 2004).
Pada awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah
"farmakognosi". Oleh karenanya, mereka tidak bisa menaikkan farmakognosi
dengan bidang-bidang yang berhubungan dengan kesehatan. Padahal,
farmakognosi sebenarnya menjadi mata pelajaran yang sangat spesifik
dibidang kesehatan dan farmasi. Masyarakat telah mengetahui khasiat dari
opium (candu), kina, kelembak, penisilin, digitalis, insulin, tiroid, vaksin
polio, ddan sebagainya. (Sri mulyani, dkk. 2004).
2.2.2 Ruang lingkup Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.1 Identifikasi dan determinasi Tanaman
Dalam melakukan suatu determinasi tanaman itu membutuhkan alat-
alat khusus dalam mengolah tanaman asam jawa tersebut di samping itu
bahan-bahan tumbuhan tidak lupa pula untuk turut disertakan dalam
penentuan determinasi ini yang meliputi beberapa eksemplar yang kalau
dikumpulkan member gambaran yang lebih lengkap.
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk
morfologi tanaman melalui uraian tanaman atau cirri-ciri umum tanaman
secara lengkap serta tak lupa pula dari segi pengelompokkan atau klasifikasi
tanaman yang mempermudah dalam menentukan kunci determinasi tanaman
tersebut.
Dalam praktikum ini pula bertujuan untuk membuat herbarium baik itu
herbarium basah maupun herbarium kering. Adapun pengertian dari herbarium
adalah penyimpanan dan pengawetan tumbuhan. Untuk herbarium kering
perlakuannya disimpan dalam keadaan kering sedangkan herbarium basah
disimpan dalam keadaan basah dengan cairan tertentu.
Pembuatan herbarium tanaman dilakukan dengan mengumpulkan
seluruh bagian tanaman yang utuh (akar, batang, daun), termasuk bagian-
bagian khusus tanaman seperti bunga, buah dan bij,bila tidak dikumpulkan
secara lengkap akan susah untuk mengidentifikasinya serta jangan sekali-kali
mengambil tanaman pada waktu yang berbeda kemudian dikumpulkan menjadi
satu, itu akan membuat herbarium memberikan hasil yang tidak baik
(Vansteenis,1972).
Herbarium kering adalah tumbuhan yang diambil akarnya dan
dibersihkan dengan air, setelah kering kita masukkan kedalam lipatan kotan
kemudian tumbuhan diatur sedemikian rupa, jangan sampai ada yang rusak
pada baian tumbuhan , daun diatur agar terlihat permukaan daun atas dan
bawah kemudian dipress herbarium diatas kertas Koran dengan kemudian
dikeringkan pada sinar matahari atau dipanaskan dalam oven listrik pada suhu
60-70 o C sampai materi kering dan siap untuk ditempel pada karton
herbarium.
Herbarium basah umumnya jenis Bryophyta dan larutan yang Anatomi
tanaman digunakan adalah alcohol 70%m, formalin 4% atau FAA (Formalin,
Alkohol 70% dan Asetat perbandingan 50:500:900 ml) (Vanstennis,1972).
2.2.2 Morfologi Tanaman.
Ilmu tumbuhan saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian
pesat, dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri
adalah morfologi tumbuhan mempelajari tentang morfologi luar atau
morfologi dalam arti yang sempit, yang selain memuat tentang istilah-istilah
yang lazim dipakai dalam ilmu tumbuhan, kususnya dalam taksonomi
tumbuhan, sekaligus juga berisi tuntunan bagaimana caranya mencandra
(mendeskripsi) tumbuhan. Morfologi tumbuhan disini lebih menjelaskan
tentang bagaimana bentuk batang,daun,akar,ataupun buah dari suatu
tumbuhan, jadi, hanya akan menyangkut dua golongan tumbuhan yaitu:
Pteridophyta (tumbuhan paku) dan Spermatophyta (tumbuhan biji). Rupanya
morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk menentukan apakah fungsi masing-
masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha
mengetahui darimana asal bentuk dan susunan tubuh yang demikian tadi.
Selain dari itu morfologi harus pula dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk dan
susunan yang beraneka ragam tersebut (Gembong,1999).
2.2.2.3 Anatomi Tanaman
Tanaman asam jawa ini merupakan tumbuhan dikotil dengan xylem
primer terletak di pusat akar dan berbentuk seprti bintang, sedangkan floem
primer terletak di sebelah luar xylem primer. Mempunyai tipe kolateral
terbuka (antara xylem dan floem terdapat cambium).
Batang tumbuhan bandotan ini mempunyai xylem dan floem yang
terdapat di stele, tersusun seperti cincin dengan floem terletak di sebelah luar
xylem.
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas
terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat, kutikula tebal berbintik-
bintik,stomata sedikit, rambut penutup terdiri dari 2 sel sampai 5 sel.
Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel berbentuk segi empat, kutikula
tebal berbintik-bintik, stomata lebih banyak daripada epidermis atas, rambut
penutup terdiri dari 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari epidermis atas.
Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, jaringan bunga
karang terdiri dari 3 tau 4 lapis sel,terdapat sel sekresi dan sel yang berisi tetes
minyak. Berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak
epidermis atas dan epidermis bawah berbentuk tidak beraturan, dinding
bergelombang, stomata tipe anomisitik.
2.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
1. Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyaringan zat
berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan
serbuk simplisia (uji histokimia) dan ekstrak, meliputi uji lignin, seberin,
kutin, minyak lemak, minyk atsiri, getah dan resin, pati dan aleuron,
lender dan pectin, selulosa, zat zamak atau tannin dan katekol,
dioksiantrakinon bebas, fenol,saponin, flvanoid, karbohidrat, glikosida,
glikosida antrakinon dan steroid contohnya : asam sinamat dipasahkan
dalam bentuk Kristal dari tolu balsam setelah didihkan dengan air kapur +
HCl + kalium permanganate terbentuk benzaldehid.
2. Uji reaksi pengendapan dilakukan dengan melihat warna endapan yang
terjadi contohnya uji alkaloid
3. Mikrosubmasi untuk konstituen mudah menyublin dalam bentuk Kristal di
lakukan uji KLT dan reaksi warna
2.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi
Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas pemeriksaan ( MMI Edisi
V,1995) :
Organoleptik, yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa bahan/simplisia.
Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik mengenai bentuk
ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan.
Mikroskopik, yaitu membuat paparan anatomis, penampang melintang
simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian
mengenai:
1. Jaringan pada batang, akar, dan daun, terdiri dari:
a. Jaringan primer (epidermis, corteks, endodermis,caspari, perisikel,
silinder pusat dan empelur).
b. Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom).
c. Perubahan susunan silinder pusat
2. Jaringan pada daun, terdiri dari :
a.Tipe stomata.
b.Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut kelenjar).
3 Jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari :
a.Tipe idioblas,
b.Tipe sel sklerenkim
2.3 Tinjauan Tentang Simplisia
2.3.1 Pengertian Simplisia (Ditjen POM, 1979)
Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III, adalah
bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapaun juga kecuali dinyataka lain berupa bahan yang telah dikeringkan
2.3.2 Penggolongan Simplisia
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu :
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang spontan keluar
dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu
atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih
belum berupa zat kimia murni.
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican (mineral)
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu benda
organic asing yang disingkat benda asing, adalah satu atau keseluruhan dari
apa-apa yang disebut dibawah ini :
Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian
tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian sedemikian
nilai batasnya disebut monografi.
Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan,
kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.Kecuali yang dinyatakan
lain, yang dimaksudkan dengan benda asing pada simplisia nabati adalah
benda asing yang berasal dari tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga,
fragme hewan, atau kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan
warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan
adanya zat pengotor lainnya; pada perhitunganpenetapan kadar abu yang tidak
larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air , sari yang larut dalam air,
atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum
ditetapkan susut pengeringannya. Sedangkan susut pengering sendiri adalah
banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan
cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 150o hingga
bobot tetap.Agar simplisia yang kita butuhkan bermutu baik, maka dilakukan
pemeriksaan mutu simplisia yang bertujuan agar diperpoleh simplisia yang
memenuhi persyaratan umum yang ditetaokan oleh Depkes RI dalam buku
resmi seperti materi medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan ekstra
Farmakope Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia, terdiri dari pemeriksaan.
2.3.3 Pembuatan Simplisia (Ditjen POM, 1985)
a. Pemerian
pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih
dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan
dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang
tidak diperlukan.Seperti rimpang, alat untuk panen menggunakan garpu atau
cangkul.Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau
dipisahkan.Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong, karung dan lain-
lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menunmpuk atau tidak
rusak. Selanjutnya pada waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak
terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan terjadinya proses
fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dujaga dari gangguan hama (hama
gudang, tikus dan binatang peliharaan).
b. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara
lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki
kualitas yang baik serta mudah disimpann untuk diproses selanjutnya. Untuk
memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu
pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen
tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan
kebersihan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya
perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan
dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang
bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Secara umum, factor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan
tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan asing,
bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih
besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baim memiliki kandungan
campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyotiran
pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan
yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor
yang ikut terbawa dalam bahan.
2. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucin
harus segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi
mutu bahan. Pencucian meggunakan air bersih seperti air dari mata air,
sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menyebabkan jumlah mikroba
pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertamabah. Pada saat
pencucian perhatikan air cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat
kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu
diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin yntuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandun dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :
Perendaman bertingkat
Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak
mengandung kotoran seperti daun, bungan, buah dll. Proses
perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang
berbeda, [pada rendaman pertama air cuciannya mengandung
kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran yang
melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan
tangan. Metode ini akan menghemat penggunaan air, namun sangat
mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.
Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya
banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-
lain. Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air yang
bertekanan tinggi. Untuk lebih menyakinkan kebersihan bahan,
kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung
dengan tangan. Proses ini basanya menggunakan air yang cukup
banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan
dalam bahan.
Penyikatan (manual maupun otomatis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis
bahan yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat.
Pencucian ini menggunakan alat bantu sikat yang digunakan
bentuknya bisa bermacam-macam.
2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi
2.3.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
Tanaman saga mempunyai daun seperti daun asam pada umunya
tetapi pada pertumbuhannya batangnya melilit dan memiliki batang yang
kecil.di Indonesia tanaman saga ini dapat dibididayakan sebagai tanaman
herbal tetapi tanaman ini sangat jarang ditemukan dibeberapa wilayah di
Indonesia.

2.3.2 Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi


Kegunaan Umum dari tanaman bandotan ini adalah mengobati luka luar
dengan cara daun-daunnya digulung kecil lalu ditempelkan pada luka.
2.3.3 Cara mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia (Berdasarkan
Literatur MMI/FI/Handbook lain).
a. Reaksi warna
1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P, terjadi
warna coklat kehijauan.
2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N, terjadi
warna hijau tua.
3. Pada 2 mg serbuk dau tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida
P 5% b/v dalam etanol, terjadi warna hijau.
4. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetesamonia (25%) P, terjadi
warna coklat kehijauan.
5. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida
P 5% b/v, terjadi warna hijau kecoklatan.
b. Reaksi pengendapan
Alkaloid Merupakan senyawa organic yang mengandung unsure
nitrogen dan bersifat basa. Senyawa ini dijumpai pada golongan
tanaman leguminosae, rubiaceae, ladoceae,dan liliaceae. Untuk
menentukan adanya alkaloid maka ditimbang 500 mg serbuk simplisia,
tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas
penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan masing-
masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji:

1. Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk


endapan menggumpal berwarna putih
2. Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua,
terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam
1. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu teknik pemisahan
komponen kimia dengan prinsip adsorpsi dan partisi menggunakan
lempeng berukuran 3 x 7 cm, yang dilapisi oleh silica gel sebagai fase
adsorben atau disebut fase diam dan eluen berupa campuran beberapa
pelarut atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa kimia yang
dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS DAN SKEMA KERJA

3.1 Kerangka Konseptual

Asam jawa
(Tamarandus
indica L)
Aktivitas farmakologi
Obat tradisional
keputihan, rematik, dll
indonesia

Bioaktivitas
Pemeriksaan
famakognosi Invivo dan
Invitro
Praklinik
Kandungan kimia
dan identifikasi
kemotaksonomi

Pengembangan obat
tradisional dan
fitofarmako

3.2 Hipotesis

Berdasarkan hasil pemeriksaan farmakognostik miyana (Tamarandus indica


L ) .Tumbuhan asam jawa memiliki kanduangan kimia seperti alkaloid fan
glikosa. Dari pemeriksaan morfologi Tanaman ini memiliki daun berwana hijau
sepanjang tahun di semua musim, daun asam jawa tersusun secara berlawanan
pada batang utama. Bentuk daunnya adalah mulai dari bulat hingga lonjong
dengan tepi daun halus kecil dan pangkal daunnya tidak berteoreh. Permukaan
daun asam jawa, memiliki tekstur halus. Ukuran daun tidak terlalu besar, yaitu
lebarnya antara 1 sampai 4,5 inci dan panjang daun antara 2-10 cm. Daun asam
jawa yang terpapar sinar matahari seharian penuh akan berwarna hijau gelap atau
hijau tua. Bunga asam jawa berwarna putih dan ada pula yang orange muda.
Kelopak bunga terletak pada sebuah tangkai berwarna hijau dan seperti bersisik.
Setiap satu tangkai panjang terdiri dari beberapa bunga yang mengumpul
sepanjang tangkai. Lebar bunga kurang lebih 03 inci. Mahkota bunga rata-rata
terdiri dari kelopak bunga yang berjumlah lima atau ganjil. Keunikan bunga asam
jawa adalah bunga awalnya berupa kuncup di sepanjang tangkai bersisik
kemudian mulai dari bawah kuncup akan mekar beurutan terus sampai ke ujung
tangkai. Bunga yang sudah mekar hanya tahan dalam waktu sehari semudian
digantikan oleh kuncup diatasnya yang mekar. Batang tumbuhan asam jawa
termauk ke dalam batang berkayu, meskipun kecil. Seluruh permukaan batang
berwarna hijau tua smpai kecoklatan sama dengan warna daunnya. Batang
tanaman juga berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif buatan,
sedangkan secara generatif tumbuhan ini berkembangbiak dengan menggunakna
bijinya. Akar asam jawa termasuk jenis akar serabut

3.3 Skema Kerja

Asam jawa ( Tambarandus indica L)

Sampel dikeringkan
Sampel diserbukkan

Pemeriksaan Identifikasi kimia


a. Morfologi a. Lignin
b. Anatomi b. Pati dan aleuron
c. Organoleptik c. Minyak menguap
pembahasan
Hasil
Pada akar, batang, dan daun d. Glikosida dan saponin
Kesimpulan

BAB 4
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

4.1 Bahan Alat dan Instrument Praktikum

4.1.1 Bahan Tanaman asam jawa (Tamarandus indica L)


1. Daun

2. Batang
4.1.2 Bahan Kimia
1. Aquades

2. Pereaksi identifikasi

a. Florogusin P

b. HCL P

c. Iodium 0,1 N

d. Sudan III dan Etanol 90%

e. Air panas

4.1.3 Alat
1. Cutter

2. Deg glass

3. Handscun

4. Objek glass

5. Miskroskop

6. Tabung reaksi

7. Rak tabung

8. Plat tetes

4.2 Lokasi Praktikum


Desa Watunggarandu Kec. Lalonggasomeeto Provinsi Sulawesi Tenggara.

4.3 Prosedur Praktikum


4.3.1 Pemeriksaan Farmakognosi
4.3.1.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan
berdasarkan dengan bentuk morfologi melalui pendekatan hubungan
kekerabatan tanaman 9 suku dan genus ) kunci determinasi tanaman
sebagai nama yang dicantumkan dalam buku resmi.
4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
Mengamati dan menggambar bentuk morfologi
dari tanaman, yaitu berupa bentuk daun, batang dan akar.
4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman
Pemeriksaan anatomi tanaman dilakukan di
Laboratorium, yaitu anatomi daun, batang dan akar dengan
membuat preparat setipis mungkin diatas objek glass yang
ditutupi dengan deg glass dengan ditetesi air dan diamati serta
digambar anatominya.
4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia
4.3.1.2.1 Pengambilan Simplisia
Pengumpulan simplisia yang dilaukan dengan
menggunakan tangan yang telah dilapisi dengan kaos tangan
karena permukaan dari omelof yang tebal sehingga
pengambilan harus hati hati.
4.3.1.2.2 Pengambilan sampel
Dipetik sampel yang berada didarat tapatnya
didaerah desa Watunggarandu Kecamatan Lalonggasomeeto
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan mengambil secarah utuh
dari akar, daun dan batang maupun bunganya kemudian
disimpan dalam tempat yang disediakan untuk dilakukan uji
praktikum untuk diamati morgologi dan anatominya pada
mikroskop.
4.3.1.2.3 Pembuatan Simplisia
Simplisia yang telah dikumpulkan kemudian
dicuci untuk membersihkan dari kotoran dan debu serta
memisahkan tanaman itu sendiri yang tidak
dikehendakindari debu dan kotoran, sampel dipotong kecil-
kecil kemudian dikeringkan. Pengeringan yang digunakan
pada praktikum ini adalah pengeringan alamiah yakni
dengan bantuan sinar matahri, atau di anginkan. Untuk
bagian tanaman yang keras, seperti batang dan akar
pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari. Untuk
bagian tanaman yang lunak seperti daun tidak langsung
terkena sinar matahari langsung.
4.3.1.2.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia

a. Organoleptik, berupa bau, warna, dan rasa dari bahan


simplisia. Biasanya simplisia jika menyengat biasanya
mengandung minyak atsiri. Kemudian diamti rasanya
apakah sepat, manis dan lain sebagainya.

b. Makroskopik, memuat uraian makroskopik paparan


mengenai bentuk ukuran warna, dan bidang patahan/irisan.

c. Mikroskopik, memuat paparan anatomis, penampang


melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia.

4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia pada asam jawa (Tamarandus


indica L )
4.3.2.1 Pati dan Aleuron
a. Dimasukan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan Iodium 0,1 N sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna biru mengandung pati dan jika berwarna kuning
coklat mengandung aleuron
4.3.2.2 Zat samak/ tanin
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan ( FeCl ) sebanyak 1-3 tetes apabila
berwarna biru hitam mengandung tanin.
4.3.2.3 Lignin
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan florogusin P, dan amati dengan asam
klorida P, apabila dinding sel berwarna merah maka positif lignin.
4.3.2.4 Glikosida saponin
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan air panas 10 ml kemudian kocok kuat kuat
selama 10 detik, sampai terbentuk buih setinggi 1-10 cm.
4.3.2.5 Alkaloid
a. Dimasukkan serbuk sampel sebanyak 500 mg ke dalam tabung
reaksi
b. Ditambahkan larutan 1 mil Asam klorida 2 N dan 9 ml air,
dipanaskan diatas penangas air selama 1 menit, dinginkan dan
saring, dipindahkan masing- masing 3 tetes filtrat pada tabung
reaksi dan tambahkan 2 tetes :
1. pereaksi Mayer LP ( K-mercuri iodide ), akan terbentuk
endapan putih menggumpal
2. Pereaksi Wagner LP ( Iodin dan KI ) akan berwarna jingga tua
4.3.2.6 Minyak menguap
a. Dimasukkan serbuk simplisia dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan bebrapa tetes Sudan III LP, biarkan selama 30 menit
dalam bejana tertutup, ditambahkan etanol 90%, bagian yang
mengandung minyak atsiri akan berwarna jingga tua.
BAB 5
HASIL

5.1 Morfologi Tanaman

Hasil pemeriksaan morfologi tanaman asam jawa (Tamarandus indica


L)
No Pemeriksaan Gambar Hasil Pengamatan
1. Daun - Bentuk helai daun ( memiliki
tekstur halus seperti seperti kulit
jambu)
- Bentuk ujung daun (ujung daun
melingkar)
- Bentuk tepi daun (rata)
- Pertulangan daun (menyirip)
2. Batang - Bentuk batang (Bulat )
- Arah tumbuh (tegak lurus)
- Percabangan (monopodial)

3. Akar - Sistem perakaran (serabut)


- Bentuk akar (benang (filiformis))

5.2 Anatomi tanaman

No Bagian Tanaman Hasil pengamatan


1. Daun Memiliki epidermis, yaitu sebagai sel pipih dan
Membujur terletak pada permukaan atas dan bawah daun,
memiliki Xylem yang mengangkut air zat hara,
floem yang mengankut hasil similasi
keseluruhan.

2. Batang Memiliki korteks yaitu bagian terluar dari


Membujur batang, epidermisnya terdiri dari selapis sel
yang melindungi jaringan dibawahnya.

3. Akar memiliki epidermis yang juga berderivat


Melintang menjadi rambut akar untuk memperluas bidang
penyerapan air, terdapat jaringan pembuluh
xylem

Gambar Anatomi
2
1

Gsambar 5.1 Penampang membujur daun sam jawa (Tamarandus indica L)

Keterangan ; 1. Epidermis atas


2. Xylem

Gambar 5.2 Penampang membujur batang asam jawa (Tamarandus indica L)

Keterangan ;1. Epidermis

2. Korteks

Gambar 5.3 Penampang membujur batang asam jawa (Tamarandus indica L)


Keterangan ;

1. Epidermis

2. Xylem

5.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia

Pemeriksaan mutu dari belimbing wuluh bertujuan untuk diperoleh hasil

simplisia agar memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh departemen

kesehatan RI dalam buku resmi seperti MMI, farmakope Indonesia dan ekstrak FI.

5.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia

Tabel.5.4.1 Uji Organoleptiks pada tanaman asam jawa


Pengujian
Warna Rasa Bau
N Bagian tanaman

o
1. Daun hijau tua Memiliki khas
rasayang masam

2 Batang kecoklatan Khas


Tidak memiliki

rasa

3. Akar Coklat keabu Aromatik


Tidak memiliki
abuan
rasa

28

Tabel.5.5.2 Uji identifikasi kandungan Kimia


a. Daun
Uji hasil
No Uji Pereaksi Uji Keteranga
Sebelum Sesudah
pustaka n
1. Lignin Florogusin p Merah Hijau Hijau Negatif (-)
+ Hcl p
2. Tanin Fecl3 Hijau Hijau Hijau Positif (+)

b. batang

Uji hasil
N Uji Pereaksi Uji Sebelum Sesudah Keteranga
o pustaka n
1. Lignin Florogusi Merah Kecoklata Bening Negatit (-)
n p + Hcl n
p
2. Tanin Fecl3 Hijau Kecoklata Hijau Positif (+)
n

c. Akar

Uji hasil
N Uji Pereaksi Uji Sebelum Sesudah Keteranga
o pustaka n
1. Lignin Florogusi Merah Coklat Hijau Negatit (-)
n p + Hcl keabu
p abuan
2. Tanin Fecl3 Hijau Coklat Hijau Positif (+)
keabu
abuan

BAB 6

PEMBAHASAN
1.1 Data Morfologi

Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik tanaman


yakni warna, zat, bentuk tanaman, dan merupakan salah satu cara
memperkenalkan tanaman, karena mengingat tanaman yang sama belum tentu
mempunyai bentuk morfologi yang sama pula, pemeriksaan morfologi tanaman
asam jawa (Tamarandus indica L) yang berasal dari suku fabaceae, Pohon asam
jawa Pohon asam jawa dapat tumbu setinggi 30 meter. Pohon asam jawa sangat
lah besar berdiameter sekitar 1-2 meter. Kulit batangnya berwarna coklat, beralur
alur pertikal dan mempunyai tekstur pecah-pecah. Daunnya sangat rindang sekali
mempunyai 10-20 anak daun kecil-cecil. Bunganya berwarna merah cream
tumbuh dalam rumpung, serta berbauh harum. Polongnya (buah) melengkung
berwarna kecoklatan mengandung 1-10 biji. Daging buahnya berwarna putih
ketika masih mudah, kemudian akan menjadi berwarna merah kecoklatan dan
kehitaman ketika usdah masak, bijinya berwarna coklat kehitaman berbentuk
agak bersegi serta keras dan mengkilat.
Pengamatan anatomi tumbuhan digunakan untuk mengamati bentuk sel
dan jaringan dan yang diuji berupa sayatan membujur pada daun, batang, dan
akar. Pada anatomi daun dari tanaman saga (Abrus precatorius L) memiliki
epidermis atas, xylem dan floem. Pada batang memiliki epidermis dan korteks.

1.2 Data Organoleptis


Pengamatan organoleptis pada tumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui
sifat-sifat yang khas dan spesifik dari suatu tanaman asam jawa (Tamarandus
indica L). adapun hasil dari pengujian organoleptis dari asam jawa (Tamarandus
indica L) adalah
1. Daun asam jawa (Tamarandus indica L)
Warna :hijau
Bentuk : Serbuk
Bau : berbau khas
Rasa : memiliki rasa masam
2. Batang asam jawa (Tamarandus indica L)
Warna : Kecoklatan
Bentuk : Serbuk
Bau : Khas
Rasa : tidak memilii rasa
3. Akar asam jawa (Tamarandus indica L)
Warna : coklat keabu abuan
Bentuk : Serbuk
Bau : Khas
Rasa : tidak memilii rasa

BAB 7

PENUTUP

VII.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum farmakognostik dan identifikasi kandungan


kimia tanaman Pecut Kuda ( Stachytarpheta jaimaicensis L. ) telah diperoleh
dan dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan morfologi menunjukan tanaman asam jawaa (Tamarandus


indica L.) merupakan tanaman dikotil yang sistem perakarannya
tunggang, tergolong batang berkayu, percabangan batangnya, susunan
letak daunnya berhadapan, pertulangan daun menyirip, bentuk ujung
daunnya melingkar dan tepi daunnya halus
b. Uji identifikasi kandungan kimia positif mengandunh lignin, pati dan
aleuron, glikosida saponin, dan tanin.

c. Anatomi dari tanaman asam jawa ( Tamarandus indica L. ) yakni


terdapat jaringan epidermis, xylem, kortex, floem.

VII.2 Saran
Diharapkan penelitian yang lebih lanjut mengenai tanaman asam jawa
( tamarandus indica L. ), sehingga dapat diketahui khasiat dan kandungan kimia
lain dari tanaman ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adminboro[1].2013.Manfaat dan Kandungan Dari Buah Pare.http://wb.5.itrademark

et.com/pdimage/84/ 1204684_pariafIdragon. jpeg .diakses pada tanggal

20 Januari 2015 jam 20.15 WITA.Direktorat GiziDepartemen Kesehatan

Republik Indonesia (1981)

Depkes RI, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Cetakan Keenam. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen kesehatan RI. Jakarta
Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta
Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar
Swadaya. Jakarta
Ibrahim[5], M. 2002.Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Biologi: Direktorat Sekolah lanjutan Tingkat
Pertama,Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah,
DepartemenPendidikan Nasional.
Ichsan [ 9] , C.N.2004.Uji Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi
(Oryzasativa L) yang Diproduksi pada Temperatur yang berbeda
Selamakemasakan. J. Floratek 2 : 3742
Imaniarta[10],I,dkk.2013.Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Kimia
SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Laju Reaksi danKesetimb
angan Kimia: Universitas Negeri Malang.
Kardono, 2010. Budidaya dan Manfaat Bawang, Mentimun, dan Pare.Jl.Patal Senayan
25 Jakarta 12210 : PT Armandelta Selaras.
Rukmana, R. 1997.Budi daya Pare.Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Saleh, M.S, dkk[7] 2005.Pengaruh Skarifikasi dan Media Tumbuh TerhadapViabilitas
Benih dan Vigor Kecambah Aren. J. Agroland (3) : 182190, September
2008 ISSN : 0854641X.
Sri, Mulyani dkk. 2004. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press :.,
Yogyakarta
Tjitrosoepomo. G, 1979. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai