Anda di halaman 1dari 41

DAFTAR RINGKASAN

PEMERIKSAAN SIMPLISIA BERDASARKAN MORFOLOGI,


ANATOMI DAN KANDUNGAN KIMIA MENIRAN
Pala (Myristica fragrans)
Nurhidayah Hafid dan Ratna Susanti
Ilmu farmakognosi menguraikan tentang pemeriksaan simplisia nabati
dan identifikasi tumbuhan obat berdasarkan kandungan kimianya, bentuk dan
simplisianya, baik makroskopik maupun mikroskopiknya serta inventarisasi
tanaman obat yang kerap kali digunakan masyarakat dalam mengobati suatu
penyakit. Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur
sehingga banyak jenis tumbuhan memiliki khasiat sebagai obat. Namun,
sebagian besar dari tumbuhan obat itu banyak yang tidak diketahui oleh
manusia sehingga tidak terawat dengan baik.
Daun Pala (Myristica fragrans) merupakan tanaman budidaya yang
digunakan sebagai obat pertahanan system imun. akar dan daun Pala
(Myristica fragrans) kaya senyawa flavonoi. Di samping itu, dilaporkan pula
beberapa glikosida flavonoid dan senyawa flavonon baru. Disamping itu juga
mengadung saponin, kalium. Karena pala mempunyai kandungan utama
senyawa golongan flavonoid dan glikosida flavonoid, beberapa senyawa
flavonoid tersebut memberikan efek menghambat terhadap kerja enzim ksantin
oksidase dan superoksidase.
Dalam rangka pengembangan obat tradisional, (Myristica fragrans)
sebagai sampel penelitian harus terlebih dahulu diketahui bentuk morfologi dan
anatomi serta kandungan kimia yang terdapat didalam pala.
Berdasarkan dari beberapa literatur Meniran mengandung senyawasenyawa kimia golongan lignan antara lain, filantin, hipofilantin, niranin,
nirtetralin dan fitetralin. Beberapa senyawa lignan baru juga telah diisolasi dari

Myristica fragrans yaitu D-limonen, 1, 3, 8-mentatrien, safrol, myristicin,


minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin dan asam
oleanolat.
ABSTRAK
Nurhidayah Hafid dan Ratna Susanti, Pemeriksaan farmakognostik
yaitu morfologi, anatomi dan kandungan kimia Tanaman Pala (Maritica
Fragrans Houtt) Asal Desa Batu Gong Kecematan Lalunggasi meeto
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara (Dibimbing oleh Citra Dewi
S.Farm).
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan morfologi,
anatomi dan identifikasi komponen kimia dengan tujuan untuk mengetahui bau,
rasa dan warna yaitu denga
uji organoleptis dan kandungan kimia yang terdapat pada tanaman pala
seperti flavonoid, saponin, dan polifenol untuk menunjang pengembangannya
sebagai obat tradisional. Penelitian ini berasal dari Praktek Kerja Lapangan
yang dilakukan pada 23 juli 2016 di Desa Batu Gong Kecematan Lalunggasi
meeto Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.
ABSTRACT
Nurhidayah Hafid and Ratna Susanti, The pharmacognostic assay
include morphology, anatomy, and chemical compound identifity with color
raction of akasia Pala (Maritica Fragrans Houtt) collected from Batu Gong
village, Distric of South Lalunggasi meeto Konawe South-Sulawesi . (Under
supervisin of Citra Dewi S.Farm).
This examination to mean for to do examination morphology,
anatomy and chemical compound identifity with color reaction that bewitchh
for to know smell, feel and color that is organoleptis and reaction chemistry
that can for of Pala (Maritica Fragrans Houtt) example saponin,

saponin,glukoside, alcoloid, tannin, dan calcium oxalate, for to support


development as traditional medicene.
This examination is from of Practical Work Guide was do it in date,
23 juli 2016 in Batu Gong village, Distric of South Lalunggasi meeto Konawe
South-Sulawesi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis negara Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki
kekayaan

alam

yang

melimpah.

Baik

kekayaan

flora

maupun

fauna.Kekayaan alam ini tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia. Mereka


mulai mengadakan penyelidikan untuk mengetahui bahan-bahan alam apa
saja yang mengandung khasiat obat sehingga dapat menjadi suatu obat
yang dapat bermanfaat bagi kepentingan manusia, baik berupa jenis
tanaman maupun hewan.
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai
dari struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik.
Beragam jenis dan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan
berkorelasi positif dengan khasiat dan manfaat yang dimilikinya.
Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan,
baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman
senyawa yang telah ada. Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai
pendekatan seperti cara empiris, etbotani, dan etnofarmakologi. Hasil
pencarian dan penelitan tersebut kemudian dilanjutkan dengan upaya
pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai bahan dasar obat
modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmaka.
Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik
didalam maupun diluar negeri berkembang pesat. Penelitian yang
berkembang, terutama dari segi farmakologi maupun fitokimianya
penelitian dilakukan berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah
digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji empiris.
Hasil penelitian tersebut lebih memantapkan pada tumbuhan obat yang
akan khasiat maupun kegunaannya.

Adanya berbagai macam pengobatan yang modern dalam


perkembangan dunia kedokteran dan farmasi telah menciptakan bahanbahan obat yang diproduksi kadangkala menimbulkan efek samping yang
berbahaya, sehingga masyarakat saat ini mulai memilih alternative baru
yaitu dengan back to natural atau kembali ke bahan-bahan alam yang
memiliki khasiat obat tanpa menimbulkan efek samping yang besar.
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman buah
berhabitus pohon tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari
Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke pulau Jawa, pada saat
perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun
1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai ke
pulau Sumatera. Tanaman pala memiliki keunggulan yaitu hampir semua
bagian batang maupun buahnya dapat dimanfaatkan, mulai dari kulit
batang dan daun, fuli (benda yang berwarna merah yang menyelimuti kulit
biji), biji pala dan daging buah pala.
Pala pada umumnya dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, ada
pula digunakan sebagai penghasil minyak atsiri dan bahan obat. Daging
buah pala sendiri digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi
makanan olahan, misalnya: sirup, asinan pala, manisan pala, marmelade,
selai pala, dodol serta kristal daging buah pala.
1.2 Rumusan Maslah
Berdasarkan cara pembuatan simplisia, herbarium (kering dan basah) dan
melakukan pemeriksaan farmakosnogtik simplisia meliputi bentuk
morfologi, anatomi, organoleptik, serta identifikasi kandungan kimia dari
tumbuhan Pala (Myristica fragrans Houtt) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tumbuhan tumbuhan Pala (Myristica
fragrans Houtt) adalah sebagai berikut :
1. Membuat Simplisia tumbuhan tumbuhan Pala (Myristica fragrans Houtt)
yang berasal dari lokasi PKL.

2. Membuat herbarium (kering dan basah) dari sampel tumbuhan Pala


(Myristica fragrans Houtt)
3. Melakukan pemeriksaan farmakognostik simplisia yang meliputi bentuk
morfologi, anatomi, serta identifikasi kandungan kimia dari sampel
tumbuhan Pala (Myristica fragrans Houtt)
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi
ilmiah tentang morfologi, anatomi, dan kandungan kimia tanaman Pala
(Myristica fragrans Houtt) sebagai obat tradisional, dapat memberikan
informasi ilmiah tentang tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) dalam
pemanfaatan obat modern, dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh selama kuliah pada tahun pertama, dan dapat
melengkapi dan mengembangkan materi-materi dasar yang telah dipelajari.
1.5 Kontribusi Penelitian bagi IPTEK
Memperoleh data ilmiah dan informasi yang jelas tentang struktur
anatomi morfologi, identifikasi kimia serta komponen kimia tanaman Pala
(Myristica fragrans Houtt) yang digunakan untuk pengembangan bahan
obat-obat alami.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Tanaman


2.1.1 sistematik Tanaman
Klasifikasi tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt)

(Hasanah,

2011).
Kingdom : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Magnoliales
Famili
: Myristicaceae
Genus
: Myristica
Spesies
: Myristica fragans Houtt
2.1.2 Nama Daerah Tanaman
Nama daerah tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di
Indonesia diantaranya : Pala (sunda), falo (Nias), pala (Melayu),
palangana (Makassar), bubula, bubura, palo (Timor), Palalao (Nusa
laut), gosora (Halmahera) (Kurniawati, 2010).
2.1.3 Morfologi Tanaman
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang
dapat
tumbuh baik didaerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam Familia
Myristicaceae, yang mempunnyai sekitar 200 spesies. Tanaman ini
jika pertumbuhannya baik dan tumbuh di lingkungan terbuka,
tajuknya akan rindang dan ketinggiannya dapat mencapai 15 - 18
meter. Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan puncak
tajuknya tumpul
Daun bulat telur atau elips memanjang, pangkal runcing,
ujung runcing, sisi bawah hijau kebiruan pucat, sisi atas hijau tua, 5
- 15 kali 3 - 7 cm, waktu diremas bau harum.

Bunga kuning, pada pangkal dengan daun pelindung yang


membulat, bunga jantan 1 - 20 dan yang betina 1 - 2 menjadi satu
dalam malai yang gundul dan bercabang sedikit, yang tumbuh
muncul sedikit di atas ketiak daun. Bunga jantan bentuk periuk,
panjang 7 - 9 mm, dengan taju yang segi tiga, tiang benang sari
lebih daripada separuh yang atas tertutup oleh kepala sari yang
berbentuk garis yang banyak. Bunga betina lebih besar.
Buah bentuk buah pir lebar, 4 - 6 kali 3 - 5,5 cm, gundul,
kuning kecoklatan-oranye, berdaging dan beraroma khas karena
mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit
dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli
yang berwarna merah.
Biji bergaris-garis, berbau harum, keseluruhan dibungkus oleh
selubung biji merah yang terbagi dalam taju-taju yang banyak. Dari
Maluku, banyak ditanam untuk buahnya.
Pohon yang indah. Dengan tinggi mencapai 10 sampai 20
meter menjulang tinggi keatas dan kepinggir, pohon ini terlihat
menarik dan banyak orang menyukainya.
Akar tanaman pala yang berumur panjang dapat mencapai
tinggi pohon 18 meter dengen membentuk akar tunggang yang
cukup dalam, bahkan ukuran kedalaman akan hamper sama dengan
tinggi pohonnya dan mempunyai akar serabut seperti tanaman
monokotil (Sunanto, 1993).
2.1.4 Anatomi Tanaman
Anatomi tanaman (Anonim, 2011) :
1. Anatomi akar
Secara umum, struktur anatomi akar tersusun atas jaringan
epidermis, sistem jaringan dasar berupa korteks, endodermis dan

empulur, serta sistem berkas pembuluh yang terdiri atas xylem dan
floem yang tersusun berselang-seling.
2. Anatomi Batang
Secara umum batang tersusun atas epidermis yang
berkutikula. Sistem jaringan dasar berupa korteks dan empulur serta
sistem berkas pembuluh xylem dan floem.
3. Anatomi Daun
Daun tumbuhan tersusun atas epidermis atas dan bawah. Pada
epidermis atas terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk persegi
panjang, kutikula tipis dan stomata sedikit. Pada epidermis bawah,
terdiri atas satu lapis sel yang berbentuk 4 persegi panjang, kutikula
tipis, stomata bengkak, rambut penutup terdiri dari satu sel lurus atau
bengkok, ujung runcing, lebih banyak dari beberapa lapis sel.
2.1.5 Kandungan Kimia Tanamam
Informasi tentang kandungan kimia yang terdapat dalam
jaringan atau organ dari jenis-jenis tumbuhan pada marga Myristica
belum banyak dipublikasikan. Buah palanya, mengandung 9% air,
27% karbohidrat, 6,5% protein, minyak campuran 33%, minyak
essensial 4,5%. Selubung biji juga mengandung 22,5% minyak
campuran dan lebih dari 10% minyak essensial. Biji mengandung
23-30% mentegadan jika dipisahkan terdiri dari 73% trimyristin dan
13% minyak essensial. Bagian tumbuhan pala tidak hanya pada
buahnya, tetapi juga pada biji dan daunnya yang mengandung
polifenol. Biji dan buahnya juga mengandung saponin, dan daunnya
mengandung

flavonoid

(Arrijani,

2005).Daun

mengandung minyak atsiri tetapi tidak begitu


banyak (Drazat, 2007).
2.1.6 Kegunaan Tanaman

pala

juga

Menurut Kurniawati, (2010) daun pala berkhasiat sebagai


obat sakit gigi. Daun tanaman pala juga mengandung minyak atsiri
dan senyawa fenolik lain yang dapat disuling untuk memperoleh
minyak atsiri.Minyak atsiri tersebut digunakan sebagai bahan
pengobatantradisional dan dapat diekspor untuk tujuan sebagai
bahan bakupembuatan kosmetika, sabun, parfum dan lain-lain
(Arrijani, 2005).
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan kino hanya
dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman
pala menghasilkan minyak atsiri.
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang
berbentuk seperti anyaman pala, disebut bunga pala. Bunga pala
ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.Biji pala tidak
pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah
rempah.
Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit
dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin
dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat
pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh
masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya:
asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal daging
buah pala.(Sunanto, 1993)
2.2. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.1

Pengertian dan sejarah Farmakognosi


Istilah Farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A.
Seydler (1815), seorang peneliti kedokteran di Haalle Jerman,

dalam

disertasinya

berjudul

Anelecta

Pharmacognostica.

Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, pharmacon yang artinya


"obat" (ditulis dalam tanda petik karena obat disini maksudnya
adalah obat alam, bukan obat sitetis) dan gnosis yang artinya
pengetahuan. Jadi farmakognosi adalah pengretahuan tentang obatobat alamiah (Sri mulyani, dkk, 2004).
Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan
dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme dan
mineral. Keberadaan farmakognosi dimulai sejak manusia pertama
kali mulai mengenal penyakit, seperti menjaga kesehatan,
menyembuhkan

penyakit,

meringankan

penderitaan,

menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit, serta semua yang


berhubungan dengan minuman dan makanan kesehatan (Gunawan,
2004).
Namun mereka tidak sadar bahwa yang diketahui itu adalah
bidang dari farmakognosi. Merekapun ytidak mengetahui kalau
bahan-bahan yang berbahaya seperti minyak jarak, biji saga (sogok
telik) dan tempe bongkrek (avlatoksin) merupakan bagian dari
pembicaraan farmakognosi. (Sri mulyani, dkk, 2004).
Pada awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah
"farmakognosi". Oleh karenanya, mereka tidak bisa menaikkan
farmakognosi dengan bidang-bidang yang berhubungan dengan
kesehatan. Padahal, farmakognosi sebenarnya menjadi mata
pelajaran yang sangat spesifik dibidang kesehatan dan farmasi.
Masyarakat telah mengetahui khasiat dari opium (candu), kina,

kelembak, penisilin, digitalis, insulin, tiroid, vaksin polio, ddan


sebagainya. (Sri mulyani, dkk. 2004).
2.2.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.2.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan
berdasarkan bentuk morfologi tanaman, berdasarkan uraian
tanaman

secara

lengkap

melalui

pendekatan

hubungan

kekerabatan (suku dan genus), nama daerah, alat-alat khusus


yang terdapat pada tanaman tersebut tempat tumbuh. Untuk
mempermudah determinasi tanaman dilakukan herbarium
khusus (Erni, 2011)
Herbarium

adalah

penyimpanan

dan

pengawetan

tumbuhan. Herbarium dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara


kering dan cara basah,sesuai dengan namanya herbarium kering
disimpan dalam keadaan kering. Sedangkan herbarium basah
disimpan dalam keadaan basah dengan cairan tertentu.
Herbarium basah merupakan sebutan untuk koleksi sampel
tumbuhan yang diawetkan di dalam larutan tertentu dan
disimpan dalam botol-botol koleksi. Herbarium kering adalah
sebutan untuk koleksi yang diawetkan dalam sasak. (Erni,
2011)
Pembuatan herbarium tanaman dilakukan dengan
mengumpulkan seluruh bagianj tanaman yang utuh (akar,
batang dan daun) termasuk bagian-bagian khusus tanaman
seperti bunga, buah dan biji. (Erni, 2011)
2.2.2.2 Morfologi Tanaman

Morfologi tumbuhan yang mempelajari bentuk


dan susunan tubuh tumbuhan pun sudah demikian pesat
perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar
atau morfologi saja (morphology in sensu stricto dalam arti
yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan.
Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak
hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja,
tetapi juga bertugas untuk menentukan apakah fungsi masingmasing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya
juga berusaha mengetahui dari mana asal bentuk dan susunan
tubuh yang demikian tadi. Selain dari itu morfologi harus pula
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa bagianbagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan yang
beraneka ragam itu.
2.2.2.3 Anatomi tanaman
Jaringan penyusun tubuh tumbuhan terdiri dari jaringan
(Anonim, 2011) :
1. Jaringan pelindung /epidermis
Biasanya berupa selapis sel pipih dan terletak pada
permukaan atas dan bawah daun. Pada jaringan ini terdapat
kutikula, stomata, dan trikoma.
2.

Jaringan dasar / parenkim (mesofil)


Terdiri dari jaringan tiang (mesofil palisade) berupa
jaringan kompak dan rapat yang banyak mengandung
kloroplas atau klorofil untuk fotosintesis, dan jaringan
bunga karang (mesofil sponge) yang memiliki ruang antar
sel yang luas. Pada mesofil seringkali kelenjar sekresi atau

3.

jaringan lateks, sel minyak, atau lendir, dan kristal.


Jaringan pengangkutan

Terdiri dari xylem yang mengangkut air dan zat hara dari
akar ke daun dan floem yang mengangkut hasil asimilasi
keseluruh tubuh tumbuhan.
Jaringan mekanik
Berupa jaringan kolenkim yang menebal pada sudut-sudut

4.

sel (pada jaringan muda) dan sklerenkimyang menebal


pada seluruh sel. Jaringan ini dijumpai pada bagian tulang
daun
2.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam buah
pala diantaranya adalah D-limonen, 1, 3, 8-mentatrien, safrol,
myristicin, minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim
lipase, pektin dan asam oleanolat. Kandungan senyawa kimia
tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan seperti mengobati
masuk angin, memperlancar pencernaan dan buang angin,
mengobati insomnia (susah tidur), antiemetik (mengatasi rasa
mual, muntah, nyeri datang bulan dan rematik).
2.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi

Myristica Folium (Daun Pala)


Bentuk serbuk
a. Organoleptis :
Warna hijau, bau khas aromatic, rasa pahit.
b. Makroskopik :
Daun berbentuk elips dan langsing serta berwarna
hijau
c.

mengkilap dan gelap

Mikoskopik :
Anatomi jaringan yang teramati adalah epidermis dan
berkas pembulu

Bentuk daun utuh


a. Organoleptis
Warna hijau, bau khas aromatic, rasa pahit.
b. Makroskopik
Daun berbentuk elips dan langsing serta berwarna
hijau mengkilap dan gelap
c. Mikoskopik :
Anatomi jaringan yang teramati adalah epidermis dan
hablur.

Myristica Caulis (Batang Pala)


Bentuk serbuk
a. Organoleptis
Warna cream, bau khas aromatik, rasa pahit.
b.

Makroskopik
Batang berbentuk lonjong dan menjulang tinggi

keatas.
c. Mikroskopik
Anatomi jaringan yang teramati adalah epidermis dan

cortex.
Bentuk batang utuh
a. Organoleptis
Warna cream, bau khas aromatik, rasa pahit pekat
b. Makroskopik
Batang berbentuk lonjong dan menjulang tinggi
keatas.
c. Mikroskopik
Anatomi jaringan yang teramati adalah epidermis dan

epiderm.
Myristica Caulis (Batang Pala)
Bentuk serbuk
a. Organoleptis
Warna cream, bau khas aromatik, rasa pahit.
b. Makroskopik

Batang berbentuk lonjong dan menjulang tinggi


keatas.
c. Mikroskopik
Anatomi jaringan yang teramati adalah epidermis dan

cortex.
Myristica Radix (Akar Pala)
Bentuk akar utuh
a. Organoleptis
Warna hitam kehijauan, bau khas aromatik, rasa pahit
pekat
b. Makroskopik
Membentuk akar tunggang yang cukup dalam dan
mempunyai akar serabut.
c. Mikroskopik
Anatomi jaringan yang teramati adalah epidermis
dan epiderm.

Bentuk Serbuk
a. Organoleptis
Warna hitam kehijauan, bau khas aromatik, rasa pahit
pekat
b. Makroskopik
Membentuk akar tunggang yang cukup dalam dan
mempunyai akar serabut.
c. Mikroskopik
Anatomi jaringan yang teramati adalah epidermis dan
epiderm.

2.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi


Pemeriksaan Mutu
Merupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu
simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu
penerimaan atau pemberiaanya dari pengumpul atau pedagang
simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia

murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia.


Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi
persyaratan Farmakope Indonesia, Materia medika indonesia.
Cara Pemeriksaan mutu simplisia, yaitu:
1. Pemeriksaan Organoleptik.Dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kekhususan
bau dan rasa simplisia yang diuji.
2. Pemeriksaan

Makroskopik.Dilakukan

dengan

menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat, untuk


mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna
simplisia yang diuji.
3. Pemeriksaan
Mikroskopik.Dilakukan

dengan

menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya


disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat
berupa sayatan maupun serbuk. Tujuannya adalah untuk
mencari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas.
4. Pemeriksaan secara fisika.Dilakukan penetapan daya
larut, Bobot jenis, rotasi optic, titik lebur, kadar air, sifatsifat simplisia.
5. Pemeriksaan secara kimiawi.Berdasarkan uji kualitatif
dan kuantitatif. Uji kualitati bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya zat aktif dalam simplisia,dilakukan dengan
cara perubahan reaksi warna, pengendapan, timbulnya
gas.Uji kuantitatif bertujuan untuk mengetahui berapa
banyak zat aktif yang terkandung dari simplisia.
6. Pemeriksaan secara kromatografi.Pemeriksaan dengan
menggunakan alat plat KLT yang bertujuan untuk
mengidentifikasi zat aktif yang terdapat pada simplisia
Standarisasi Bahan Baku Simplisia

Standarisasi bahan baku simplisia, yang meliputi: Bahan baku


simplisia:
1. Dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tumbuhan budidaya
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku
simplisia
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia (Depkes RI, 1985).
Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 (tiga) parameter
mutu umum (non-spesifik) suatu bahan yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian, aturan penstabilan (wadah, penyimpanan,
distribusi). Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus
memenuhi trilogi Quality-Safety-Efficacy. Simplisia sebagai bahan
dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap respon biologis
harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan kadar)
senyawa kandungan (Depkes RI, 1985).
2.3 Tinjauan Tentang Simplisia
Penerapan SNI merupakan jaminan kesesuaian produk dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Maluku utara adalah daerah penghasil
pala terbesar di Indonesia, tapi untuk menerapkan SNI biji pala yang ada
saat ini yaitu SNI -0006-1993 perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini
dan perkembangan standar mutu yang diterapkan pasar dalam negeri
maupun luar negeri. SNI tersebut perlu dikaji dengan membandingkan
standar yang ada dipasar karena biji pala sebagian besar diekspor ke pasar
luar negeri. Analisis dilakukan terhadap persyaratan mutu. Hasil kajian ini
dapat disimpulkan bahwa tingginya keragaman varietas biji pala yang ada
di Maluku Utara menyebabkan penerapan mutu SNI terutama untuk mutu
CN sulit terpenuhi. Standar pasar yang ada saat ini lebih banyak
digunakan sebagai acuan dalam menentukan kelas mutu dan harga biji
pala ditingkat petani dan pedagang.

Berdasarkan hasil pengujian berat biji pala untuk kualitas mutu 1


ABCD 5 gram 8,33 gram, kualitas mutu 2 RIMPEL (Shrivel) beratnya
4,11 gram- 4,99 gram, biji pala dengan berat 4,11 masuk kedalam kualitas
mutu 3 BWP. Kadar air biji pala yang beredar dipasar sudah memenuhi
syarat SNI 01-0006-1993, dari hasil pengujian kadar air pada 3 kualitas
mutu diperoleh kadar air 10,54% untuk mutu 1 (ABCD), 8,64% untuk
mutu 2 (RIMPEL) dan 11,92 % untuk mutu 3 (BWP). Persyaratan mutu
SNI untuk kadar air biji pala maksimum adalah 10 % maka mutu 1 dan
mutu 2 sudah memenuhi syarat SNI. Berdasarkan hasil tersebut SNI biji
pala perlu direvisi yang mencakup persyaratan jumlah biji per Kg
terhadap produk biji pala yang beredar dipasar.
.2.3.1 Pengertian Simplisia
Gunawan dan Mulyani, 2002 menjelaskan bahwa
simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut
bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau
belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia
menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses
apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan
yang telah dikeringkan.
2.3.2. Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat
berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman,
atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium
dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman

dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang


dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa
hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan
dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan
(Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia pelican atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni,

contoh

serbuk

seng

dan

serbuk

tembaga.

Pada blog ini akan dibahas secara mendalam tentang


simplisia tanaman obat. Simplisia tanaman termasuk dalam
golongan simplisia nabati. Secara umum pemberian nama
atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama
spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh :
merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama
simplisianya disebut sebgai Piperis albi Fructus. Fructus
menunjukkan bagian tanaman yang artinya buah.
2.3.3 Cara Pembuatan Simplisia
Cara Pengolahan atau pembuatan Simplisia:
1. Pengumpulan Bahan Baku Kualitas bahan baku
simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti:
umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu
panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan
tempat tumbuh (Depkes RI, 1985).
2. Sortasi Sortasi dilakukan untuk memisahkan kotorankotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan

simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses


selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir.
Sortasi terdiri dari dua cara, yaitu: Sortasi basah: Sortasi
basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian
dan perajangan. Sortasi kering: Sortasi kering bertujuan
untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagianbagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotoran
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering
(Depkes RI, 1985).
3. Pengeringan Pengeringan dilakukan agar memperoleh
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara
alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan
dengan memanfaatkan sinar matahari baik secara
langsung

maupun

ditutupi

dengan

kain

hitam.

Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan


oven. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 3090C (Depkes RI, 1985).
4. Pengemasan dan Penyimpanan Pengepakan simplisia
dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun,
melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah
adanya kerusakan. Sedangka penyimpanan simplisia
sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah,
terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari
gangguan serangga maupun tikus.
2.2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia

Tujuan

pemeriksaan

mutu

simplisia

agar

diperoleh simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang


ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dalam buku-buku
resmi seperti Materia Medika Indonesia, Farmakope
Indonesia, dan Ekstra Farmakope Indonesia.
2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara kemaktosonomi
2.4.1 Penggolongan Tanaman Berdasarkan Kemaktosonomi
Jenis Tanaman Pala:
Famili Myristicaceae hanya memiliki satu genus dengan 200
spesies yang tersebar di daerah tropis. Di Maluku terdapat 8 jenis
pala yaitu:

Myristica succedawa BL. Di Ternate disebut pala Patani;

M.speciiosa Warb, disebut pala Bacan atau pala Hutan;

M schefferi Warb, disebut pala Onin atau Gosoriwonin;

M. fragrans Houtt , merupakan pala asli Indonesia atau nutmeg


tree yang berasal dari pulau Banda dan disebut pala Banda;

M. fatua Houtt disebut pala Hutan (Ambon);

M. argantea Warb disebut pala Irian atau pala Papua;

M. tigens BL. Dikenal dengan nama pala Tertia; 8) M. sylvetris


Houtt dikenal dengan nama pala Burung atau pala Mendaya
(Bacan) atau pala Anan (Ternate). Jenis Myristica fragran HOUTT
merupakan jenis yang dibudidayakan di Indonesia, India, Grenada

dan Malaysya karena kualita biji dan fuinya mengandung


meristerin terbaik dan kandungannya tinggi
2.4.2 Kegunaan Umum Tanaman Secara Kemaktosonomi
Pala merupakan rempah-rempah populer yang juga
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk kemampuan
untuk

menghilangkan

rasa

sakit,

menenangkan

pencernaan,

memperkuat fungsi kognitif, mendetoksifikasi tubuh, meningkatkan


kesehatan kulit, meringankan kondisi oral, mengurangi insomnia,
meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh , dan mencegah
leukemia, dan meningkatkan sirkulasi darah. manfaat kesehatan pala
dijelaskan secara lebih rinci di bawah ini.
1. Manfaat dan kegunaan pala bagi Kesehatan Penghilang rasa sakit
alami : Salah satu senyawa dari pala merupakan senyawa yang
mirip dengan mentol, dimana yang memiliki karakteristik
penghilang

rasa

sakit

alami.

Oleh

karena

itu,

dengan

menambahkan pala sebagai bumbu masakan, Anda juga bisa


mengurangi rasa sakit yang terkait dari luka, cedera, dan
peradangan kronis dari kondisi seperti arthritis.
2. Kesehatan Pencernaan : Bila Anda menggiling pala menjadi bubuk
dan mempertahankan kadar serat, maka dapat merangsang proses
pencernaan dengan mempromosikan gerakan peristaltik di usus .
Selain itu, menginduksi sekresi berbagai cairan lambung dan usus
yang mempermudah proses pencernaan. Karena serat dapat
membantu usus dan pencernaan, maka pala juga dapat mengurangi
ketidaknyamanan karena sembelit dan masalah usus lainnya .
2.4.3 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia
Cara
Mengidentifikasi
Kandungan
Kimia
Simplisia
(Gunawan,2004)
a. Reaksi warna

Adalah Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil


penyaringan zat berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi
atau langsung terhadap irisan serbuk simplisia (uji histokimia)
dan ekstrak
1. Lignin
Adalah suatu uji warna yang bermaksud mengetahui
kandungan lingnin (zat kayu) yang terkandung pada
tanaman. Lignin itu sendiri umum terdapat pada tanaman
yang secara morfologi terliohat jelas memiliki batang keras
(berkayu), biasanya terdapat pada bangsa dikotil, senyawa
ini dapat diidentifikasi dengan penambahan flouroglusin P
dan HCl P, yang menimbulkan warna merah pada dinding
sel.Sedikit sampel serbuk disimpan diatas plat tetes,
ditetesi dengan larutan floroglusin P, diamati dalam asam
klorida P, positif jika berwarna merah.
2. Tanin
Sedikit sampel serbuk disimpan diatas plat tetes,
ditambahkan dengan larutan FeCl3 1N. Postif mengandung
tanin jika contoh berwarna hijau.
3. Katekol
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan

dengan larutan FeCl3 1N (Hijau, katekol)


Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan

larutan Brom (hijau, katekol)


4. Dioksiantrakinon
Sedikit

sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan

dengan larutan KOH 10 % dalam etanol 95 % (warna


merah).
5.

Fenol

Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan


larutan FeCl3 P (Biru hitam).
6. Alkaloid
Alkaloid adalah sekumpulan lipid yang banyak dijumpai
dalam

tumbuhan

dan

hewan.

Senyawa

ini

tidak

tersabunkan, karena tidak dapat terhidrolisis dalam media


basa berbeda dengan kompleks trigliserida dan lipid
kompleks.
Sedikit sampel serbuk tabung reaksi ditambahkan dengan
larutan HCl 0,5N dan ditetesi larutan Mayerbouchardat
(Endapan kuning)
7. Steroid
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan
Lieberman Bauchardat (merah-merah jambu)
8. Karbohidrat
Sedikit sampel serbuk diatas plat tetes ditambahkan dengan
larutan fehling A dan Fehling B (merah Bata).
9. Pati dan aleuron
Merupakan polisakarida yang melimpah setelah selulosa,
berfungsi sebagai penyimpan energi, Sekitar 20% dari pati
adalah amilosa (larut) dan 80 % amilopektin . Pati dan
aleuron banyak terdapat pada padi-padian, kentang dan
jagung.
Sedikit serbuk sampel diatas plat tetes ditetesi iodin 0,1 N
jika mengandung Pati akan berwarna biru dan berwarna
merah bila mengandung aleuron.
10. Saponin
Sedikit sampel serbuk pada tabung reaksi ditambahkan
dengan air penas lalu dikocok 10 detik akan terbentuk buih

atau busa dan ditambahkan dengan HCl 2 N 1 tetes (tetap


akan terbentuk buih atau busa).
11. Flavanoid
Sedikit sampel diatas plat tetes ditambahkan dengan 10
ml HCl pekat akan terbentuk warna merah ungu
12. Alkaloid
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 nil
asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas tangas
air selama 2 menit, dinginkan dan saring. pindahkan
masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji :
a.Tambahkan 2 tetes Mayer LP pada kaca arloji
pertama, terbentuk enedapan menggumpal berwarna
putih.
b. Tambahkan 2 tetes Bouchardat LP pada kaca arloji
kedua, terbentuk endapn berwarna coklat sampai
hitam.
b. Reaksi Pengendapan
Alkaloida
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam
klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan diatas tangas air selama 2
menit, dinginkan, dan saring, pindahkan masing-masing 3 tetes
filtrate pada dua kaca arloji :
a) Tambahkan 2 tetes Mayer LP pada kaca arloji pertama,
terbentuk endapan menggumpal berwarna putih
b) Tambahkan dua tetes Bouchardat LP pada kaca arloji
kedua, terbentuk endapan berwarna
hitam.
c. Kromatografi Lapis Tipis

coklat sampai

Kromatografi Lapis Tipis adalah salahsatu teknik pemisahan


komponen

kimia

dengan

prinsip

adsorbsi

dan

partisi

menggunakan lempeng berukuran 3x7 cm, yang dilapisi oleh


silica gel sebagai fase adsorban (penyerap) atau disebut fase
diam dan eluen berupa campuran beberapa atau fase gerak yang
dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.

Aktivitas farmakologi mual, sakit gigi dll


Obat tradisional Indonesia
pala

Pemeriksaan Framakognosi
Bioaktivitas Invitro dan invivo
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN SKEMA KERJA
3.1

KerangkaKandungan
Konseptual Kimia dan Identifikasi
Kemotaksonomi

Pengembangan Obat tradisionaldan Fitofarmako

Tabel 3.1 Skema kerangka konseptual


3.2

Hipotesis
Berdasarkan hasil pemeriksaan farmakognostik Pala (Myristica
fragrans Houtt) pada daun diduga mengandung aleuron, glikosida, resin,
dan minyak atsiri, Akar mengandung minyak atsiri, aleuron, lignin dan
resin . batang mengandung minyak atsiri, resin, glikosida aleuron dan
lignin. Dari pemeriksaan morfologi tumbuhan Pala (Myristica fragrans
Houtt)

tergolong dalam kelas dikotil, berakar tunggang, berbatang

monopodial, berdaun tunggal dan secara anatomi Pala (Myristica


fragrans Houtt) memiliki epidermis dengan tipe stomata anisositik dan
berkas pembuluh pada batang kolateral terbuka.

BAB 4

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM


4.1

Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum


4.1.1 Bahan Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt)
a. Akar
b. Batang
c. Daun
4.1.2 Bahan Kimia
1. Aquadest
2. Larutan formalin 4 %
3. Pereaksi identifikasi :
a. Etanol
b. FeCl3
c. Florogusin
d. HCL
e. Iodium 0,1 N
f. KOH 1%
g. Sudan III LP
h. Asam Klorida 2 N
i. Pereaksi mayor
j. Seng III klorida beriodium
4.1.3 Alat
1.
2.
3.
4.

Cutter
Deg kelas
Ember
Handscum

4.1.4 Instrumen
Instrumen atau cara praktikum ini disesuaikan dengan
jurnal praktikum tentang pembuatan simplisia dan pembuatan
herbarium kering maupun basah.
4.2 Lokasi Praktikum

Adapun lokasi praktikum ini dilaksanakan adalah di Lingkungan,


Desa batu gong, Kecamatan lalonggasu meeto, Kabupaten konawe. Waktu
pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dari tanggal 23 september 2016.
4.3 Prosedur Praktikum
4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik
Pemeriksaaan morfologi tumbuhan dilakukan dengan
mengamati bentuk fisik dari akar, batang, dan daun dari tanaman
Pala (Myristica fragrans Houtt) kemudian dilakukan pengambilan
gambar, dan

diidentifikasi

lebih

lanjut

berdasarkan

kunci

determinasi menurut literatur.


4.3.1.1 Identifikasi dan determinasi Tanaman
4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
Pengamatan dilakukan dengan melihat literatur
dan jurnal yang ada
4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati
bentuk sel dan jaringan pada tumbuhan pada bagian
penampang melintang dan membujur dari akar, batang
dan daun dengan menggunakan mikroskop. Sedangkan
simplisia kering serbuk untuk melihat fragmentfragment dari tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt)
yang digunakan untuk obat.
4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia
4.3.1.2.1 Pengambilan Simplisia
Pengambilan

Sampel,

bahan

penelitian berupa daun, batang, dan akar


dari tanaman Pala (Myristica fragrans
Houtt). Diambil pada jam 09.00 pagi di

Desa Batu Gong, Kecamatan Lalunggaso


Meeto, Konawe, Sulawesi Tenggara
4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia
Pengolahan

Bahan,

Bahan

penelitian berupa daun yang telah diambil,


dikeringkan dalam ruangan yang tidak
terkena sinar matahari langsung, setelah
kering dipotong-potong kecil.
4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia
a. Organoleptik
Pemeriksaan

organoleptis

tumbuhan dilakukan untuk mengamati


warna, bau, dan rasa dari bagian
tanaman

Pala

(Myristica

fragrans

Houtt) yang masih segar meliputi akar,


batang, dan daun.
b. Makroskopik
Pemeriksaan

makroskopik

tanaman dilakukan untuk mengamati


mengenai bentuk ukuran, warna dan
bidang

irisan

dari

tanaman

Pala

(Myristica fragrans Houtt)


c. Mikroskopik
Pemeriksaan

mikroskopik

tanaman dilakukan untuk mengamati


paparan anatomis, penampang melintang
simplisia,

fragmen

pengenal

serbuk

simplisia pala folium, pala caulis dan


pala radix.
4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia
4.3.2.1 Lignin
Irisan

atau

serbuk

dibasahi

dengan

larutan

Fluroglusin P. Diperiksa dalam HCl P, dinding sel yang


berlignin akan berwarna merah.
4.3.2.2 Suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan
resin
Bahan yang akan diperiksa diletakkan diatas kaca
objek, gambarkan beberapa tetes Sudan III LP, bahan dapat
dijernihkan dengan kloralhidarat LP, kecuali bahan yang
mengandung minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit
sampai-48menit dalam bejana tertutup yang didalamnya
terdapat cawan berisi etanol 90% P. Bagian yang
mengandung suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri,
getah dan resin berwarna jingga.
Uji adanya sterol dengan reaksi Liebermann
Burchard :sepuluh tetes minyak lemak atau 0,5 g adeps
lanae dilarutkan dalam 5 ml kloroform, tambahkan asam
cuka anhidrida 1 liter dan asam sulfat pekat 2 tetes dengan
hati-hati. Campur dan amati warna yang terjadi ! reaksi
positif yang terjadi warna hijau zamrud.
4.3.2.3 Pati dan Aleuron
Tambahkan iodium 0,1 N pada bahan yang akan
diperiksa, pati berwarna biru, dan aleuron berwarna kuning
coklat sampai coklat.
4.3.2.4 Selulosa

Bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida


beriodium, memberikan warna ungu merah.
4.3.2.5 Zat samak/Tanin
a. Pirogalotanin

Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3, menghasilkan

warna biru.
Sampel dibasahi dengan larutan Brom, tidak terjadi

endapan.
Serbuk ditambahkan dengan NaOH, jikamengandung
tannin akan menghasilkan warna merah coklat.

4.3.2.6 Turunan katekol

Sampel ditambahkan larutan Brom, akan terjadi

endapan.
Sampel dibasahi dengan FeCl3 1 N, menghasilkan warna

hijau.
Letakkan bahan atau serbuk diatas kaca objek
ditambahkan larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol
90% P, dalam asam klorida P,bagian yang mengandung
turunan katekol berwarna merah intensif.

4.3.2.7 Saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian kocok
kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih, lalu tambahkan 1
tetes HCl 2 N, buih tidak hilang maka sampel mengandung
saponin.
4.3.2.9 karbohidrat
Serbuk dikocok dengan air lalu dimasukkan dalam
tabung reaksi ditetesi :

a.

Pereaksi Mollish, jika mengandung karbohidrat


akan menghasilkan cincin ungu.

b.

Pereaksi Luff, jika mengandung karbohidrat akan


menghasilkan endapan merah.

c.

Pereaksi Fehling A dan Fehling B, jika mengandung


karbohidrat akan menghasilkan endapan kuning
jingga.

BAB 5
HASIL
5.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Determinasi Tanaman Pala (myristica Fragrans Houtt)
1b 2b 3b 4b 6b 7b 9b 10b 11b 12b 13b 14b 16a 239b 243b 244b 248b
249b 250a 251b 253b 254b 255a
5.2 Morfologi Tanaman
No
1

Pemeriksaan
Daun

Hasil pengamatan
Bentuk helai daun (bulat telur
memanjang (Ovalis))

Bentuk ujung daun (tumpul(obosus))


Bentuk tepi daun (rata(integer))
Pertulangan daun
2

Batang

Akar

(menyirip(penninervis))
Bentuk batang (bulat(teres))
Arah tumbuh batang (tegak)
Percabangan (monopodial)
System perakaran (tunggang)

5.3 Anatomi Tanaman


No
1

Bagian tanaman
akar

Hasil pengamatan
struktur anatomi akar tersusun atas jaringan
epidermis, sistem jaringan dasar berupa
korteks, endodermis dan empulur, serta
sistem berkas pembuluh yang terdiri atas

xylem dan floem yang tersusun berselangBatang

seling.
batang tersusun atas epidermis yang
berkutikula. Sistem jaringan dasar berupa
korteks dan empulur serta sistem berkas
pembuluh xylem dan floem.

Daun

Daun tumbuhan tersusun atas epidermis


atas dan bawah. Pada epidermis atas terdiri
dari satu lapis sel yang berbentuk persegi
panjang, kutikula tipis dan stomata sedikit.
Pada epidermis bawah, terdiri atas satu

lapis sel yang berbentuk 4 persegi panjang,


kutikula tipis, stomata bengkak, rambut
penutup terdiri dari satu sel lurus atau
bengkok, ujung runcing, lebih banyak dari
beberapa lapis sel.

Gambar Anatomi

Gamabar 5.1 penamapang melintang daun pala

Gamabar 5.2 penamapang melintang akar pala

Gamabar 5.2 penamapang melintang batang pala


BAB VI
PEMBAHASAN
Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,
hewan,mineral, atau sediaan galeriknya atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha
pengobatan. Obat tradisional juga dikatakan campuran kompleks dari ekstrak
tanaman dan insekta berbentuk amorf atau padat yang dibentuk dalam ruangruang zkizogen dan zlikozigen.
Obat tradisional dalam masyarakat selain memiliki keuntungan juga
memiliki kerugian. Adapun keuntungan dari obat tradisional yaitu, mudah
diperoleh atau didapatkan, harganya terjangkau, efek samping yang ditimbulkan
tidak terlalu berbahaya bahkan tidak menimbulkan efek samping sama sekali.
Kerugian obat tradisional yaitu tidak praktis dalam penggunaannya,
penggunaan obat tradisional dalam tubuh menimbulkan reaksi yang lambat.
Survey mengenai inventarisasi tanaman obat bertujuan agar kita
mendapatkan informasi keanekaragaman obat yang ada pada suatu wilayah,
mendapatkan informasi teknik dan cara penggunaan tanaman obat untuk
pengobatan tradisional dan masyarakat terhadap obat tradisional.

Survey ini diadakan guna mengetahui bagaimana cara membudidayakan


tanaman obat tradisional dan mengetahui penggolonganpenggolongan dari
tanaman obat tersebut beserta khasiat yang terkandung di dalam tanaman obat
tradisional.
Adapun hasil dari pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa tanaman
pala mengandung beberapa kandungan kima seperti D-limonen, 1, 3, 8mentatrien, safrol, myristicin, minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim
lipase, pektin dan asam oleanolat.

Ini menunjukkan bahwa dari hasil

pengamatan dengan hasil literature, adalah benar dan sama. Berarti tidak dapat
dipungkiri bahwa, sesuai dengan literature, Pala mengandung obat yang dapat
menyembuhkan penyakit masuk angin, memperlancar pencernaan dan buang
angin, mengobati insomnia (susah tidur), antiemetik (mengatasi rasa mual,
muntah, nyeri datang bulan dan rematik). Pala (Myristica fragrans) merupakan
tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat
nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi
komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut
dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa
pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia
(Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan
pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong
seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena
mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging
buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah.
Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat. Pala dipanen biji, salut
bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala
dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi
disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae
fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya

ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun.


Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Alangkah baik dan bijak seandainya, masih ada waktu untuk meneliti, bahwa
senyawa apa saja yang terkandung dalam batang, daun, maupun akar pala Jadi,
manfaatnya bukan hanya sebagai obat, tetapi juga dapat menjadi acuan dan
penambahan dalam bertambahnyan hutan lindung di Indonesia, terutama
pohon-pohon

untuk

dipinggir

jalan

yang

semakin

berkurang

dan

mengkhawatirkan, baik pula untuk mengurangi dampak globalisasi saat ini,


membantu dalam peningkatan ozon untuk menghindari efek rumah kaca. dalam
masalah global yang sedang mengancam.

BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Pala mengandung obat yang dapat menyembuhkan penyakit masuk
angin, memperlancar pencernaan dan buang angin, mengobati insomnia
(susah tidur), antiemetik (mengatasi rasa mual, muntah, nyeri datang
bulan dan rematik).
2. Memilki anatomi yang baik, dan mempunyai stomata bertipe anomositik.
3. Mengandung kandungan kimia yaitu; D-limonen, 1, 3, 8-mentatrien,
safrol, myristicin, minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim
lipase, pektin dan asam oleanolat.
7.2

Saran
Diharapkan dalam praktikum maupun penyampaian tentang
praktikum,

serta

tugas-tugas

pembuatan

dalam

praktikum,

agar

disampaikan secara jelas dan riil, agar praktikan dapat dengan mudah dan
efisien dalam menjalankannya.

Anda mungkin juga menyukai