Anda di halaman 1dari 7

Cengkeh (Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum).

merupakan
salah satu sumber daya yang terdapat di daerah tropis. Cengkeh merupakan
Tanaman asli Indonesia yang tergolong ke dalam keluarga tanaman
Myrtaceae pada ordo Myrtales. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan
yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk
lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya
berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar.
Tanaman cengkeh yang tersebar di Indonesia diduga berasal dari kepulauan
Maluku (kansius 1998).Sampai saat ini, sebagian besar kebutuhan cengkeh
dunia (80%) masih dipasok oleh Indonesia, disusul oleh Madagaskar dan
Tanzania.
( kansius:1998).
Cengkeh digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek, dan juga
penyedap masakan . Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa
eugenol, yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri
cengkeh. Eugenol memiliki sifat antiseptik dan anestetik (bius). selain itu,
sacara ilmiah telah dibuktikan bahwa Cengkeh juga dapat di gunakan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya: cengkeh mampu
menyembuhkan sakit gigi, mengurangi rasa nyeri akibat demam, penolak
nyamuk, dan pencegah ejakulasi dini. Cengkeh dapat menurunkan kadar gula
darah,dan lain-lain. Selain berbagai manfaat yang disebutkan di atas, Bila
dikonsumsi berlebihan, cengkeh juga memiliki efek samping. Pada saluran
pencernaan, cengkeh dapat mengiritasi, cengkeh akan menyebabkan mual,
muntah, rasa pusing, diare, dan pendarahan gastrointestinal dan lain- lain.
Diperkirakan jumlah tanaman cengkeh di Indonesia yang telah diidentivikasai
sebanyak Enam jenis,(kansius:1998).

I.

LATAR BELAKANG
Cengkeh (Eugenia aromatica) adalah salah satu komoditi perkebunan yang

memiliki peranan penting dalam dunia perdagangan saat ini. Tidak kurang dari industri
kecil sampai besar yang meliputi industri pabrik rokok, kosmetika, parfum, maupun
rempah-rempah sangat membutuhkan komoditas ini. Selain untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri yang semakin meningkat, komoditas cengkeh dari Indonesia juga ditujukan
untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Minyak daun cengkeh merupakan salah
satu komoditi ekspor Indonesia dan memegang peranan penting dalam kehidupan sosial
ekonomi masyarakat produsen minyak daun cengkeh. Minyak cengkeh mengandung
beberapa komponen, tetapi yang paling penting adalah eugenol. Eugenol inilah yang
memberikan aroma khas yang banyak dibutuhkan oleh berbagai industri, antara lain
industry kosmetika, farmasi, dan pestisida nabati ( Agus kardinan, 2005 : 14).

Daun-daun cengkeh yang telah tua dan menguning, akan berjatuhan dan
kemudian membusuk atau mengering di bawah tajuk tanaman dan sepertinya tak berguna
selain untuk humus tumbuhan cengkeh itu sendiri. Akan tetapi ternyata daun-daun
cengkeh tersebut bisa termanfaatkan menjadi komoditas ekspor salah satunya dengan
cara disuling sehingga didapatkan minyak daun cengkeh. Sebuah bisnis yang tampak
sangat remeh tetapi ternyata menguntungkan.
Hampir seluruh produk minyak daun cengkeh (clove leaf oil) dapat diekspor
(Trubus) selain itu dalam Trubus harga minyak daun cengkeh selalu stabil, karena
patokannya US $. Indonesia, sampai dengan saat ini masih merupakan pemasok terbesar
kebutuhan minyak daun cengkeh dunia. Sementara pemasok minyak bunga cengkeh
(clove

oil)

adalah

India

(http://foragri.blogsome.com/prospek-penyulingan-daun-

cengkeh/). Minyak daun cengkeh sebenarnya masih merupakan bahan seperempat jadi
untuk diisolasi eugenolnya.
Eugenol sendiri adalah bahan setengah jadi untuk berbagai kegunaan yang sangat
luas. Mulai dari untuk parfum, vanili sintetis, farmasi, minuman, makanan sampai ke
campuran bahan peledak (bom) dan bahan bakar pesawat ulang-alik. Semua itu berawal
dari sampah daun kering yang dikumpulkan anak-anak lalu dipasok ke pengusaha
penyulingan. Harga daun cengkeh kering itu Rp 300,- sd. Rp 400,- per kg.

2.1 Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

2.1.1

Klasifikasi Tanaman Cengkeh

klasifikasi dari tanaman cengkeh adalah sebagai berikut :

2.1.2

Divisio

: Spermatophyta

Sub-Divisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Sub-Kelas

: Choripetalae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Syzygium

Spesies

: S. aromaticum

Deskripsi Tanaman Cengkeh

Thomas (2007) menyatakan bahwa cengkeh termasuk jenis tumbuhan


perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh
mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun,

tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup


lebat.

Tanaman cengkeh memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku,


bentuk bulat telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal
meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan atas
mengkilap, panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna hijau muda
atau cokelat muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua
(Kardinan, 2003).

Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun
dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga
cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning
kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.
Sedangkan bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman
dan berasa pedas karena mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).

Kemudian Kardinan (2003) mengatakan bahwa perbanyakan tanaman


cengkeh dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600 - 1.100 meter di atas
permukaan laut (dpl) di tanah yang berdrainase baik

2.2 Manfaat Tanaman Cengkeh

Tanaman cengkeh sejak lama digunakan dalam industri rokok


kretek, makanan, minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan diatas adalah bunga, tangkai
bunga dan daun cengkeh (Nurdjannah, 2004).

Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu

khas India atau garam masala. Bunga cengkeh yang sudah kering dapat
digunakan sebagai obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak
cengkeh sering digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul,
sakit gigi, memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah sel
darah putih (Waluyo, 2004). Tanaman cengkeh juga dapat dijadikan sebagai
obat tradisional karena memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual
dan muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk,
terlambat haid, rematik, campak, sebagai anti nyamuk, dan lain-lain
(Riyanto 2012).

3. Jerawat

Jerawat atau yang biasa disebut acne vulgaris adalah gangguan pada
folikel rambut dan kelenjar sebasea, umumnya terjadi pada masa remaja dan

dapat pula dialami oleh dewasa. Bagian tubuh yang banyak ditumbuhi jerawat
adalah bagian wajah, dada, dan punggung (Harper & Fulton, 2007).
Jerawat terjadi akibat tersumbatnya folikel pilosebasea, sehingga
menyebabkan sebum tidak dapat keluar dan menimbulkan peradangan.
Peradangan ini menyebabkan komedo yang merupakan permulaan terjadinya
jerawat (Wasitaatmadja, 1997). Faktor utama penyebab terjadinya jerawat
adalah peningkatan produksi sebum, peluruhan keratinosit, pertumbuhan
bakteri, dan inflamasi (Athikomkulchai dkk., 2008).
Menurut Wasitaatmadja (1997), penyebab terjadinya jerawat adalah
penyumbatan pada saluran minyak yang diakibatkan oleh:
a. Perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar yang dipengaruhi oleh
faktor hormonal, infeksi bakteri, makanan, penggunaan obat-obatan, dan
psikososial.
b. Tertutupnya saluran kelenjar sebasea oleh massa eksternal, seperti kosmetik,
bahan kimia, debu, dan polusi.
c. Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit (hiperkeratosis) akibat radiasi
sinar ultraviolet, sinar matahari, atau sinar radio aktif

Penanggulangan jerawat meliputi usaha pencegahan terjadinya jerawat


(preventif) dan pengobatan jerawat yang terjadi. Usaha pencegahan dapat dilakukan
dengan penggalakan cara hidup teratur dan sehat, menjaga kebersihan kulit
dari kelebihan minyak, jasad renik, kosmetik, debu, kotoran, dan polusi lainnya yang
dapat menghambat folikel sebagai pemicu timbulnya jerawat (Wasitaatmadja, 1997),
sedangkan usaha pengobatan jerawat dilakukan dengan penggunaan antibiotik topikal
untuk mengobati jerawat ringan (mild) hingga sedang (moderate), antibiotik
oral/sistemik untuk jerawat sedang (moderate) hingga parah (severe) atau jika
manifestasi penyakit tersebut menyebabkan stres psikososial bagi pasien. Beberapa
kelompok antibiotik yang biasa digunakan dalam pengobatan jerawat adalah
sulfonamide, makrolida, tetrasiklin, dan dapson. Meskipun demikian, penggunaan
antibiotik secara luas dan dalam jangka waktu lama menyebabkan resistensi terhadap
P. acne dan Staphylococcus. Penggunaan antibiotik sering dikombinasi dengan
retinoid, terapi hormonal, dan benzoyl peroxide (Tan & Tan, 2005; Eady,
1998; Leyden dkk., 2009). Pada wanita, pengobatan jerawat ringan hingga sedang
dapat dikombinasikan dengan kontrasepsi oral (Arowojolu dkk., 2009).

Anda mungkin juga menyukai