Anda di halaman 1dari 52

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PROGRAM STUDI FARMASI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN I

PEMERIKSAAN BAHAN NABATI DAUN BAYAM DURI


(Amaranthus spinosus)

Disusun oleh:

Marshanda Wan Azizah (2011015220032)


Lukman Al-Hakiem (2111015210010)

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
SEPTEMBER 2021
PERCOBAAN I

PEMERIKSAAN BAHAN NABATI DAUN BAYAM DURI


(Amaranthus spinosus)

KELOMPOK 1

Mengetahui, Nilai Laporan


Asisten

Tanggal :
(Al Madani) 17 September 2021

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
SEPTEMBER 2021
PERCOBAAN I

PEMERIKSAAN BAHAN NABATI DAUN BAYAM DURI


(Amaranthus spinosus)

I. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya akan berbagai bahan alam,
baik itu tumbuhan maupun hewan sehingga banyak masyarakat Indonesia yang
memanfaatkannya sebagai obat tradisional. Pemakaian obat tradisional sebagai
salah satu pengobatan alternatif sebaiknya diimbangi pula dengan penelitian
tentang kebenaran khasiat dan efek sampingnya agar pemakaian dapat
dipertanggungjawabkan. Salah satu bagian dari budaya bangsa Indonesia yang
berkaitan dengan pemanfaatan kekayaan alam yaitu pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan penyakit. Budaya tersebut diperoleh dari pengalaman secara turun-
temurun. Aneka ragam tumbuhan di alam sekitar dapat memberikan manfaat
kesehatan bagi penggunanya (Fauzia & Zuniarto, 2018).
Dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang semakin
meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature) serta
krisis ekonomi berkepanjangan yang menurunkan daya beli masyarakat. Sementara
ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional relatif lebih
aman dibandingkan obat sintetis. Walaupun demikian bukan berarti obat tradisional
tidak memiliki efek samping yang merugikan (Fauzia & Zuniarto, 2018).
Perlu diketahui informasi yang memadai tentang ketepatan takaran atau dosis,
waktu penggunaan, cara penggunaan, pemilihan bahan secara benar, pemilihan obat
tradisional untuk indikasi tertentu agar penggunaannya optimal. Jadi tidak benar,
bila dikatakan obat tradisional itu tidak memiliki efek samping, sekecil apapun efek
samping tetap ada, namun hal itu bisa diminimalkan jika diperoleh informasi yang
cukup. Obat-obatan tradisional selain menggunakan bahan ramuan dari tumbuh-
tumbuhan tertentu yang mudah didapat di sekitar pekarangan rumah kita sendiri,
juga tidak mengandung resiko yang membahayakan bagi pasien dan mudah
dikerjakan (dibuat) oleh siapa saja dalam keadaan mendesak sekali pun. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang semakin pesat dan canggih di zaman
sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser atau mengesampingkan begitu saja
peranan obat-obatan tradisional, tetapi justru hidup berdampingan dan saling
melengkapi (Fauzia & Zuniarto, 2018).
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah
Amaranthus spinosus atau yang lebih dikenal dengan bayam duri. Tumbuhan ini
digunakan sebagai diuretika yang biasanya direbus atau diperas lalu diminum.
Bayam duri digunakan sebagai obat karena mengandung beberapa zat kimia yang
memiliki efek farmakologis seperti tanin dan flavonoid. Tanin dan flavonoid pada
daun bayam duri dapat berfungsi sebagai antimikrobia dan antivirus (peratun,
2013). Berdasarkan uraian diatas, akan dilakukan penelitian karakterisasi
pemeriksaan serbuk dan haksel dari simplisia daun sirih. Yang bertujuan untuk
mengidentifikasi simplisia dan menyebutkan ciri khas dari daun bayam duri
(Amaranthus spimosus).

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa mampu mengidentifikasi
simplisia haksel dan serbuk dan dapat menyebutkan ciri khas simplisia.

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Pengeringan dapat dilakukan
dengan melakukan penjemuran dibawah sinar matahari, diangin-angin, atau
menggunakan oven, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan dengan oven tidak
lebih 60 (Kemenkes RI, 2017). Simplisia nabati adalah bahan alamiah berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat
dan belum mengalami pengolahan atau mengalami pengolahan secara sederhana
serta belum merupakan zat murni kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan
belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1979).
3.2 Kandungan Bahan Percobaan
Tanaman bayam duri mengandung zat spinasterol, amarantin, rutin,
hentriakotan, tanin, kalium nitrat, garam fosfat, zat besi, vitamin A, vitamin K,
vitamin C, dan piridoksin /vitamin B16, asam fenol, flavonoid, dan saponin. Selain
itu, khasiat yang bisa didapatkan dari senyawa-senyawa tersebut, antara lain
disentri, bisul, keputihan, menambah produksi ASI, TBC kelenjar, radang saluran
pernapasan, dan wasir (Fitmawati & Juliantari, 2017).

3.3 Klasifikasi Bahan


Klasifikasi tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus) adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus
(Fitmawati & Juliantari, 2017).

Gambar 1. Tanaman Daun Bayam (Amaranthus spinosus) (Fitmawati &


Juliantari, 2017).
Bayam duri (Amaranthus spinosus) termasuk jenis tumbuhan amatanth.
Bayam duri merupakan herba semusim dan tinggi nya mencapai 50-80 cm. Bayam
duri termasuk tumbuhan liar diantara semak-semak, tepi jalan atau lahan kosong
yang tidak dipelihara. Tanaman bayam duri merupakan salah jenis tanaman yang
berasal dari keluarga tanaman bayam-bayaman (Amaranthaceae). Tumbuhan ini
memiliki akar tunggang. Tekstur dari batang tumbuhan bayam duri ini adalaha
basah, berduri sering kali bercabang banyak, berbentuk bulat dan licin. Dipangkal
tangkai daun banyak terdapat duri, sehingga banyak orang mengenal tumbuhan ini
sebagai bayam duri. Daun berupa daun tunggal, berwarna kehijauan, bentuk bundar
telur memanjang (ovalis), panjang 1,5 - 6,0 cm dan lebar 0,5 - 9,0. Tata letak daun
berselang-seling dengan bagian daun yang tidak lengkap, pada ujung daun bayam
terdapat ujung daun yang terbelah. Bunga tanaman bayam duri berbentuk bongkol
berwarna kehijauan atau kuning yang muncul pada bagian ujung tanaman dan juga
terkadang terdapat pada bagian batangnya. Bunga dalam tukal yang rapat, bentuk
bulir atau bercabang pada pangkalnya. Bulir ujung sebagian jantan, tidak berduri
menempel, mula-mula naik lalu menggantung. Tukal betina dengan dua duri
(prophylla ) lurus yang lancip, dan menjauhi batang. Buah bulat memanjang dengan
tutup yang rontok dan berbiji. Biji kecil-kecil dan berwarna hitam. Tanaman.
Habitat tanaman bayam daun ini berada pada dataran rendah sampai tinggi dengan
syarat hidup intensitas sinar matahari dan curah hujan yang cukup (Fitmawati &
Juliantari, 2017).

3.4 Jenis-Jenis Simplisia


Simplisia di bagi menjadi tiga jenis, antara lain :
1. Simplisia Nabati
Simplisis nabati adalah adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman (isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya ataupun zat-zat
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan
belum berupa zat kimia murni).
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang merupakan hewan utuh, Sebagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican
atau mineral yang belum diolah dengan cara yang sederhana dan belum
berupa zat kimia murni (Wahyuni et al., 2014)
Jenis-jenis simplisia nabati yang telah banyak diteliti, baik untuk dijadikan
bahan baku obat modern dalam bentuk kapsul atau tablet dan untuk obat-obatan
tradisional seperti jamu, dibedakan menjadi lima kategori, antara lain :
1. Simplisia rimpang atau empon-empon. Bagian yang dimanfaatkan sebagai
obat adalah akar rimpang atau umbinya. Sebagai contoh adalah dari jenis
jahe-jahean seperti : jahe, kencur, lengkuas, kunyit, lempuyang, temulawak,
temu putih dan lain-lain.
2. Simplisia akar, bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah akarnya.
Sebagai contoh akar alangalang, akar wangi, gandapura.
3. Simplisia biji, bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah bijinya. Sebagai
contoh adalah biji kapulaga, jintan, mrica, kedawung, kecipir (botor),
senggani dan lain-lain.
4. Simplisia daun, bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daunnya.
Sebagai contoh adalah daun kumis kucing, daun tabat barito, daun kemuning,
daun keji beling, daun alpokat dan lain-lain.
5. Simplisia batang, bagian yang dimanfaatkan sebagai obat adalah batangnya.
Sebagai contoh adalah cendana, pule, pasak bumi dan lain-lain.
(Utami et al., 2013).

3.5 Persyaratan Simplisia


Secara umum, simplisia nabati yang aman dan berkhasiat harus bebas dari
serangga atau kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak
boleh mengandung lendir atau adanya zat pengotor lainnya, tidak boleh
mengandung racun atau zat yang berbahaya (Depkes RI, 1979). Ciri simplisia yang
baik adalah yang dalam kondisi kering (kadar air < 10%). Untuk simplisia daun,
ketika kita meremasnya maka akan bergemerisik dan akan berubah wujud menjadi
serpihan atau mudah dipatahkan. Untuk simplisia bunga, ketika kita meremasnya,
maka akan bergemerisik dan akan berubah wujud menjadi serpihan atau mudah
dipatahkan. Ciri lain dari simplisia adalah tidak berjamur dan berbau khas
menyerupai bahan segarnya (Waluyo, 2020).

3.6 Tahapan Pembuatan Simplisia


Pada umumnya, pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut.
1. Pengumpulan Bahan Baku
Kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti: umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian
tumbuhan, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing
lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.
3. Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplasia. Pencucian dilakukan dengan air bersih.
4. Perajangan
5. Pengeringan
Untuk mendapatakan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia.
6. Sortasi Kering
Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan
8. Penyimpanan dan Pemeriksaan Mutu
(Waluyo, 2020).

IV. METODE PRAKTIKUM


4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
1. Bunsen
2. Kaca pembesar
3. Lampu spiritus
4. Mikroskop
5. Pipet tetes
4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
1. Haksel daun bayam duri
2. Larutan fluoroglusin
3. Serbuk daun bayam duri
4.3 Cara Kerja
4.3.1 Pemeriksaan Serbuk dan Haksel dengan Mikroskopik
Serbuk dan haksel
yang sudah dipotong
tipis

• Diletakkan serbuk di atas gelas objek


• Ditetesi fluoroglusin
• Ditutup dengan gelas penutup
• Dipanaskan di atas lampu spiritus
• Dijaga agar tidak mendidih
• Diamati sampel dibawah mikroskop dengan
perbesaran lemah dan perbesaran kuat

Hasil

4.3.2 Pemeriksaan Haksel dengan Makroskopik

Sampel
• Diperiksa dan diamati fisiknya

4.3.3 Pemeriksaan Serbuk dan Haksel dengan Uji Organoleptis

Sampel

• Dilakukan uji organoleptis meliputi bau, rasa


dan warna
• Dicatat perubahan dan dibandingkan dengan
uji organoleptis fenalis lain

Hasil
V. HASIL
5.1 Hasil Pemeriksaan Serbuk dan Haksel dengan Mikroskopik
Uji Mikroskopik Haksel Daun Bayam Uji Mikroskopik Serbuk Daun Bayam
Duri Duri

(A)

(B)

(C)

Daun Membujur

(D)

(E

(F
(G)

(H)
Daun Melintang

(Kemenkes RI, 2017)

Keterangan : Keterangan :
Daun terdiri dari tiga bagian utama A. Rambut Penutup Kelenjar
yaitu : B. Rambut Penutup
A. Epidermis yang merupakan selapis C. Kristal kalsium oksalat bentuk roset
sel dan disini terdapat stomata yang D. Kristal kalsium oksalat bentuk
berfungsi penting dalam proses prisma
respirasi. E. Epidermis Atas
B. Mesofil jaringan ini terbagi D. Berkas Pengangkut dengan
menjadi dua yaitu : penebalan spiral
1. Parenkim palisade yang F. Epidermis dengan stomata
terdapat dibagian bawah G. Epidermis tangkai daun
epidermis. (Kemenkes RI, 2017)
2. Parenkim spons yang disusun
oleh sel yang tidak beraturan.

C. Jaringan pengangkut terdiri atas


berkas – berkas pengangkut yaitu
xylem dan floem

5.2 Uji Organoleptis Serbuk dan Haksel dengan Makroskopik dan


Organoleptis
Hasil Organoleptis
No Nama Bahan Bentuk Fisik
Warna Bau Rasa
1. Haksel Daun Rajangan atau Hijau Bau tidak Sepat dan
kehitaman
Bayam tidak beraturan sedap kepahit-
pahitan

2. Serbuk Daun Serbuk-serbuk Hijau tua Bau tidak Sepat dan


Bayam halus enak kepahit-
pahitan

VI. PEMBAHASAN
Judul pada percobaan ini adalah pemeriksaan bahan nabati daun bayam duri
(Amaranthus spinosus). Tujuan dari percobaan ini agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi simplisia haksel dan serbuk daun bayam duri serta menyebutkan
ciri khas, klasifikasi dari simplisia. Simplisia adalah bahan alam yang telah
dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan melakukan penjemuran dibawah sinar
matahari, diangin-angin, atau menggunakan oven, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan dengan oven tidak lebih 60 (Kemenkes RI, 2017). Simplisia nabati
adalah bahan alamiah berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman
yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan atau mengalami
pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan
dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1979).
Simplisia memiliki berbagai jenis seperti herba, daun, bunga, buah, kulit buah,
biji, kulit kayu, kayu, akar, umbi, rimpang dan umbi lapis. Herba (herba) merupakan
seluruh bagian tanaman obat mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah yang
berasal dari tanaman jenis terna yang bersifat herbaceus, contohnya seperti pegagan.
Daun (folium) adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan dalam pembuatan
ramuan herbal, simplisia ini bisa berupa daun segar atau kering dan dapat berupa pucuk
daun seperti teh atau daun tua seperti daun salam (Dalimartha, 2008).
Simplisia harus memenuhi persyaratan yang telah disebutkan dalam buku
Farmakope Indonesia yaitu secara umum simplisia harus memenuhi persyaratan
kadar air yang tepat, tidak berjamur, tidak mengandung lendir, tidak berubah warna
dan berubah bau serta tidak terserang serangga. Suatu simplisia dapat dinyatakan
bermutu jika memenuhi persyaratan tersebut (Depkes RI, 1979). Simplisia dapat
diamati dengan tiga macam cara yang berbeda yaitu ada uji mikroskopik, uji
makroskopik dan uji organoleptis. Uji mikrokopik adalah uji yang dilakukan untuk
melihat struktur jaringan yang dimiliki oleh sampel dengan menggunakan
mikroskop. Uji makroskopik adalah uji yang dilakukan untuk melihat bentuk fisik
atau morfologi dari sampel secara kasat mata atau bisa juga menggunakan kaca
pembesar. Uji organoleptis adalah uji yang dilakukan menggunakan alat indera
manusia untuk mengetahui bau, rasa dan warna suatu sampel (Idreos, 2019)
Ada delapan tahapan dalam pembuatan simplisia yaitu tahap pertama adalah
pengumpulan bahan baku. Kedua, sortasi basah, tahapan ini dilakukan untuk
membuang bahan lain yang tidak berguna atau berbahaya. Tahap ketiga yaitu
pencucian, tahap ini dilakukan agar bahan baku bersih dan bebas dari tanah atau
kotoran yang melekat. Tahap keempat yaitu perajangan, tahapan ini dilakukan
untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tahap
kelima yaitu pengeringan, tujuannya adalah untuk mendapatkan simplisia yang
tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Selain itu,
juga untuk mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik yang bisa
mencegah penurunan mutu atau kerusakan simplisia. Tahap keenam yaitu sortasi
kering, tujuannya adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagianbagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang
masih ada dan tertinggal. Tahap ketujuh yaitu pengepakan, proses ini bertujuan agar
simplisia tidak mudah rusak atau berubah mutunya. Tahap terakhir yaitu
penyimpanan dan pemeriksaan mutu, yang bertujuan agar kualitas simplisia tetap
terjaga dengan baik (Waluyo, 2020).
Pada uji kali ini kita melakukan pengujian terhadap daun bayam duri. Bayam
duri memiliki zat berkhasiat yang memiliki banyak kandungan dann manfaat bagi
Kesehatan. Tanaman bayam duri mengandung zat spinasterol, amarantin, rutin,
hentriakotan, tanin, kalium nitrat, garam fosfat, zat besi, vitamin A, vitamin K,
vitamin C, dan piridoksin /vitamin B16, asam fenol, flavonoid, dan saponin. Selain
itu, khasiat yang bisa didapatkan dari senyawa-senyawa tersebut, antara lain
disentri, bisul, keputihan, menambah produksi ASI, TBC kelenjar, radang saluran
pernapasan, dan wasir (Fitmawati & Juliantari, 2017).
Hasil yang didapat pada pemeriksaan serbuk dan haksel daun bayam duri
dengan uji mikrokopis adalah pada serbuk daun bayam duri terlihat struktur
epidermis atan dan epidermis bawahnya, begitu pula pada haksel daun bayam duri
terlihat epidermis atas dan epidermis bawahnya. Pada haksel daun bayam duri,
terlihat jaringan pengangkutnya, sedangkan pada serbuk bayam duri hanya terlihat
berkas pengangkutnya dengan penebalan spiral. Selain itu, pada haksel daun bayam
duri terlihat mesofil yang terbagi menjadi dua, yaitu parenkim palisade dan
parenkim spons. Sedangkan, pada serbuk daun bayam duri hanya terlihat rambut
penutup serta kristal kalsium.
Hasil yang diperoleh melalui uji makroskopis dan organoleptis, yaitu pada
haksel daun bayam duri mempunyai bentuk rajangan atau tidak beraturan, berwarna
hijau kehitaman, berbau tidak sedap, serta mempunyai rasa sepat dan kepahit-
pahitan. Sedangkan, hasil pemeriksaan pada serbuk daun bayam duri, yaitu
mempunyai bentuk seperti serbuk-serbuk halus, berwarna hijau tua, berbau tidak
sedap, dan mempunyai rasa sepat dan kepahit-pahitan.

VII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah:
1. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat tetapi belum
mengalami perubahan atau pengolahan apapun yang diolah secara sederhana.
2. Simplisia memiliki tahapan dalam pembuatannya agar mendapatkan hasil
atau khasiat yang bagus dan bisa digunaka untuk pengobatan secara
maksimal.
3. Simplisia digolongkan menjadi 3 bagian, diantaranya simplisia nabati,
simplisia hewani, dan simplisia pelican (Mineral).
4. Tahap pembuatan simplisia terbagi menjadi delapan tahap, diantaranya
pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu.
5. Daun bayam duri memiliki nama latin Amaranthus spinosus.
6. Daun bayam duri memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah sebagai
pengobatan disentri.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. 2008. 1001 Resep Herbal. Penebar Swadaya, Depok.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Fauzia, R. R., & A. A. Zuniarto (2017). Uji Efektivitas Antiinflamasi Suspensi


Ekstrak Daun Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap Tikus Putih
(Rattus norvegicus) yang Diinduksi Karagenan. Journal of Holistic and
Health Sciences. 1: 108-118.

Fitmawati & E. Juliantari. 2017. Tanaman Obat Dari Semak Menjadi Obat. US
Press, Riau

Idroes, R, dkk. 2019. Skrinning Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Bahan Anti
Mikroba di Kawasan Ie Brok. Syiah Kuala University Press, Aceh

Kemenkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Nuriyatun, F. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Akar Bayam Duri


(Amaranthus spinosus L.) terhadap Shigella flexneri. Jurnal Bioedukatika. 1:
47-61.

Utami, M., Y. Widiawati & H. A. Hidayah. 2013. Keragaman dan Pemanfaatan


Simplisia Nabati yang Diperdagangkan di Purwokerto. Majalah Ilmiah
Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal. 30: 15-24.

Wahyuni, R., G. Guswandi, & H. Rivai. (2014). Pengaruh Cara Pengeringan dengan
Oven, Kering Angin dan Cahaya Matahari Langsung terhadap Mutu
Simplisia Herba Sambiloto. Jurnal Farmasi Higea. 6: 126-132.

Waluyo, B. B. 2020. Tetap Sehat Saat Pandemi dengan Jamu Imunomodulator.


Guepedia, Blitar

Anda mungkin juga menyukai