Anda di halaman 1dari 38

Laporan Praktikum

BOTANI FARMASI
“JARINGAN PARENKIM DAN JARINGAN EKSKRESI”

OLEH

KELOMPOK : V (LIMA)
KELAS : D-S1 FARMASI 2022
ASISTEN : SRI WAHYUNI HASAN, S.Farm

LABORATORIUM BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
Lembaran Pengesahan

BOTANI FARMASI
“JARINGAN PARENKIM DAN JARINGAN EKSKRESI”

OLEH
KELOMPOK V (LIMA)

1. MOH. ARYA AVRILIO ISA 821422094


2. NABIILAH IKRAMINA GINOGA 821422103
3. NITA AMALIA MOKOGINTA 821422079
4. DWI ANGGRAINI W. ADAM 821422093
5. NURDEVI MAHARANI TASRIP 821422086

Gorontalo, November 2022 NILAI


Mengetahui
Asisten,

SRI WAHYUNI HASAN, S.Farm


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Praktikum Botani
Farmasi dengan judul “Jaringan parenkim dan jaringan eksresi”.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yakni untuk memenuhi tugas
laporan praktikum dari asisten Praktikum Botani Farmasi. Selain itu, laporan ini
juga bertujuan menambah wawasan tentang jaringan parenkim maupun jaringan
ekskresi pada tumbuhan. Dalam penyusunan laporan ini tentunya masih terdapat
kekeliruan dan kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis
sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna, hal ini
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar laporan ini bisa dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Semoga penulisan laporan praktikum ini dapat bermanfaat terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Gorontalo, November 2022

Kelompok V

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Pratikum .................................................................................. 2
1.3 Manfaat Pratikum ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Dasar Teori .......................................................................................... 3
2.1.1 Jaringan Parenkim................................................................................ 3
2.1.2 Jaringan Ekskresi ................................................................................. 6
2.2 Uraian Tanaman................................................................................... 9
2.2.1 Tanaman Jeruk (Citrus sinensis) .......................................................... 9
2.2.2 Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli) ..................................... 11
2.2.3 Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) ................................ 14
2.2.4 Tanaman Bunga Tasbih (Canna sp) ................................................... 16
2.3 Uraian Bahan ..................................................................................... 17
2.3.1 Alkohol.............................................................................................. 17
2.3.2 Kloralhidrat ....................................................................................... 18
BAB III METODE PRAKTIKUM ................................................................ 20
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan ........................................................ 20
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 20
3.2.1 Alat ................................................................................................. 20
3.2.2 Bahan ................................................................................................ 20
3.3 Prosedur Kerja ................................................................................... 20
3.3.1 Percobaan I – Jaringan Parenkim ...................................................... 20
3.3.2 Percobaan II – Jaringan Ekskresi........................................................ 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 22
4.1 Hasil Pengamatan .............................................................................. 22
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 23
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 25
ii
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 25
5.2 Saran ................................................................................................. 25
5.2.1 Saran Untuk Jurusan .......................................................................... 25
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium ................................................................. 25
5.2.3 Saran Untuk Jurusan .......................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu merupakan cara
dan teknik pembuatan serta cara penyimpanan, penyaluran obat. Jadi, secara garis
besarnya farmasi ini merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berkaitan dengan obat-obatan. Nah, adapun untuk ruang lingkupnya sendiri itu
meliputi hal- hal yang berhubungan atau ada kaitannya dengan obat. salah satunya
seperti mempelajari sruktur dari pada tumbuhan. Hal itu karena, dalam farmasi
pastinya kami akan memanfaatkan sumber daya alam dan bahan lain untuk
pengobatan. Adapun ilmu yang mempelajari mengenai tumbuhan ini sering di
kenal dengan mata kuliah botani farmasi.
Botani farmasi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai dunia
tumbuhan yaitu meliputi morfologi, fisiologi, klasifikasi, serta manfaatnya untuk
manusia. Hewan maupun tumbuhan memiliki karakteristik dan morfologi yang
berbeda-beda. Anatomi mengenai struktur tumbuhan melibatkan satuan terkecil
dalam tumbuhan yaitu sel. Sel tumbuhan ini dibatasi oleh dinding sel yang
didalamnya terdapat tempat berlangsungnya reaksi kimia yang diperlukan dalam
kehidupan sel. Pengamatan tentang sel ini hanya bisa terlihat menggunakan
mikroskop.
Sel merupakan unit terkecil penyusun semua makhluk hidup. Kumpulan
sel-sel dengan struktur dan fungsi tertentu akan membentuk suatu jaringan. Pada
tumbuhan, jaringan dapat dikelompokkan berdasarkan tipe selnya, yaitu jaringan
sederhana dan jaringan kompleks. Jaringan sederhana hanya terdiri dari satu tipe
sel saja, contohnya jaringan parenkim.
Parenkim adalah jaringan dasar yang utama dan yang paling banyak
ditemukan pada tumbuhan. Sel-sel parenkim ditemukan pada akar dan batang
terutama sebagai pengisi bagian korteks batang, daun, bunga, buah, dan biji.
Parenkim berfungsi sebagai jaringan penyimpan makanan cadangan, sebagai
tempat melakukan proses pembuatan zat makanan dan mampu melakukan proses
pernafasan karena banyaknya ruang antar sel. Parenkim di daun juga berfungsi

1
sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis disebut juga kolenkim, yaitu jaringan
mesofil, yang mencakup jaringan tiang/palisade dan jaringan spons, disebut
kolenkim karena mengandung klorofil.
Berdasarkan fungsinya parenkim dibagi menjadi beberapa jenis jaringan,
yakni parenkim asimilasi, parenkim penimbun, parenkim air, dan parenkim udara.
Sedangkan berdasarkan bentuknya, parenkim dibagi menjadi beberapa kelompok,
yakni parenkim pagar, parenkim bunga karang, parenkim bintang, parenkim
lipatan, dan parenkim pengangkut.Klasifikasi jaringan parenkim selanjutnya
adalah klasifikasi berdasarkan fungsinya.
Sekresi adalah fenomena umum seperti pada proses pembentukan dinding
sel dan kutikula, lapisan suberin dan perpindahan senyawa tertentu antar
sitoplasma sel yang berdekatan merupakan proses sekresi. Sekresi juga
merupakan pelepasan bahan dari sel (baik ke permukaan sel tersebut atau ke ruang
dalam tumbuhan maupun akumulasi sekret ke dalam suatu bagian sel.
Pembentukan struktur sekresi dibedakan secara lisigen (melarutnya sel) dan
sizogen (pembelahan sel).Struktur jaringan sekretori terbagi menjadi sekretori
intraseluler serta sekretori ekstraseluler.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami praktikan melaksanakan praktikum
yang berjudul “ Jaringan parenkim dan jaringan ekskresi “
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk dapat mengamati berbagai bentuk, struktur, susunan, tipe dan letak
jaringan parenkim dan jaringan ekskresi pada tanaman bunga tasbih, eceng
gondok, patah tulang dan jeruk.
1.3 Manfaat Praktikum
Agar mahasiswa dapat mengamati berbagai bentuk, struktur, susunan, tipe
dan letak jaringan parenkim dan jaringan ekskresi pada tanaman bunga tasbih,
eceng gondok, patah tulang dan jeruk.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Jaringan Parenkim
Jaringan dasar pada tumbuhan adalah jaringan yang mengisi sebagian
besar tumbuh tumbuhan. Fungsi utamanya adalah mengisi biomassa, menjalankan
berbagai fungsi fisiologi , dan menopang serta memberi bentuk tubuh tumbuhan.
Jaringan dasar biasa dikelompokkan menjadi tiga jaringan berdasarkan derajat
penebalan dinding selnya: parenkima, kolenkima, dan sklerenkima. Karena
memiliki fungsi yang khas sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis, sebagian
parenkima yang mengandung klorofil disebut juga klorenkima (Anu, 2017).
Istilah Parenkim biasanya digunakan untuk mengacu pada jaringan yang
menampilkan spesialisasi relatif rendah dan yang terkait dengan berbagai fungsi
fisiologis tumbuhan. Jaringan parenkim tersusun dari sel-sel hidup yang
berdinding tipis dan berbangun polihedral, dan terkait dngan aktivitas vegetatif
tumbuhan. Sel-sel secara individual penyusun jaringan parenkim disebut sel
parenkim (Berg dkk, 2021).
Jaringan parenkim biasa disebut sebagai ground tissu atau jaringan dasar,
yang berarti bahwa pada hampir setiap bagian tumbuhan akan terdapat jaringan
parenkim ini sebagai jaringan dasar, dimana jaringan- jaringan lain terdapat di
dalammnya. Secara filogenetis, jaringan parenkim dapat dianggap sebagai
jaringan-jaringan pada tumbuhan yang tersusunnya merupakan pemula.
Sebab kalau kita perhatikan tumbuhan yang primitif, pada tubuhnya hanya terdiri
dari sel-sel parenkim. Jadi sesuai dengan pengertian parenkim diatas sebagai
jaringan dasar (jaringan pemula), demikian juga anggapan bahwa jaringan dewasa
ada tumbuhan tingkat tinggi berasal dari jaringan parenkim tersebut. Secara
umum parenkim memiliki ciri-ciri yaitu dindingnya tipis, memiliki noktah
sederhana, bentuknya isodiametris atau polihedron dan sebagian ada yang
memiliki kloroplas (Barborah dkk, 2016).
Jaringan parenkim terletak hampir semua organ tumbuhan seperti pada
batang dan akar, empelur batang, dalamdaun (mesofil), daging buah, dan

3
endosperma (jaringan sel yang menyimpan cadangan makanan). Jaringan
parenkim memiliki fungsi untuk menyimpan cadangan makanan, tempat
fotosintesis, dan sebagai penyokong tubuh saat vakuola berisi air. Banyak sel
parenkim berbentuk segi banyak (polihedral) dengan garis tengah dalam berbagai
arah hampir sama (isodiametris). Ruang antar sel terbentuk karena lamela tengah
pada tempat tempat pertemuan 3-4 sel larut oleh pektinase (Darmanti, 2009).
Berdasarkan fungsinya parenkim dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
(Gloria, 2022).
1. Parenkim Asimilasi. Parenkim asimilasi yaitu sebagai pembuat zat
makanan bagi tumbuhan yang diproses dari fotosintesa di daun. Biasanya
terletak di bagian tepi suatu organ, misalnya pada daun, batang yang
berwarna hijau, dan buah. Di dalam selnya terdapat kloroplas, yang
berperan penting sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis.
2. Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan
makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel
padat, atau cairan di dalam sitoplasma. Biasanya terletak di bagian dalam
tubuh, misalnya: pada empulur batang, umbi akar, umbi lapis, akar
rimpang (rizoma), atau biji. Di dalam sel-selnya terdapat cadangan
makanan yang berupa gula, tepung, lemak atau protein. Parenkim
penimbun berfungsi dalam menyimpan cadangan makanan bagi tumbuhan
berupa hasil fotosintesis, seperti protein, amilum, gula tepung, atau lemak.
3. Parenkim air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya
terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan
epifit, dan tumbuhan sukulen. Parenkim air berfungsi sebagai tempat
menyimpan air pada tumbuhan xerofit atau epifit (sedikit air) untuk
menghadapi kemarau misalnya pada tumbuhan kaktus dan lidah buaya
4. Parenkim udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim yang mampu
menyimpan udara karena mempunyai ruang antar sel yang besar.
Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan
hidrofit.Parenkim udara disebut sebagai aerenkim bertugas menyimpan
udara dalam kantung besarnya, terdiri dari sel gabus dengan rongga yang

4
besar sehingga membantu menjaga kelebihan air pada tumbuhan dengan
habitat perairan. Ruang antar selnya besar, sel-sel penyusunnya bulat
sebagai alat pengapung di air, misalnya parenkim pada tangkai daun
tumbuhan enceng gondok.
5. Parenkim pengangkut, dengan sel yang memanjang menurut arah
pengangkutnya, umumnya pada batang.
6. Parenkim penutup luka, jaringan parenkim yang mempunyai kemampuan
regenerasi (pemulihan diri) dengan cara menjadi embrional (meristematik)
kembali dengan cara membelah diri membentuk sel-sel atau jaringan
parenkim yang baru. Parenkim penutup luka ini juga disebut kambium
gabus (felogen).
Sedangkan berdasarkan bentuknya, parenkim dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu: (Gloria, 2022).
1. Parenkim pagar (palisade) merupakan tempat fotosintesis yang utamadan
sel-sel memanjang yang terdapat di daun tepat di bawah jaringan
epidermis karena banyak mengandung klorofil daripada jaringan
lainnya,dengan bentuk bulat memanjang/lonjong yang berjajar seperti
tiang/pagar dan dalam parenkim palisade ini terdapat sel klorofil/zat hijau
daun. Parenkim pagar berfungsi sebagai tempat fotosintetis.
2. Parenkim bunga karang (jaringan spons) merupakan lapisan sel-sel yang
tidak teratur, banyak rongga udara, dan berada di bawah lapisan jaringan
tiang. Pada bunga karang 14 terdapat klorofil dalam jumlah kecil (tidak
seperti palisade). Bunga karang berfungsi sebagai tempat fotosintesis.
3. Parenkim bintang, dinamakan sesuai bentuknya yang menyerupai bintang
karena bersegi lima menjuntai atau lebih. Parenkim lipatan yang terdapat
pada pinus dan padi, dengan bentuk yang berlipat ke arah dalam serta
banyak mengandung kloroplas. Parenkim pengangkut, sel- sel
penyusunnya berbentuk memanjang menurut arah pengangkutannya.
Umumnya terdapat pada batang.

5
Menurut Dewi dkk (2013), jaringan parenkim dapat dibedakan dengan
jaringan lain karena memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Sel-selnya merupakan sel hidup yang berukuran besar dan tipis, serta
umumnya berbentuk segienam
2. Memiliki banyak vakuola
3. Letak inti sel mendekati dasar sel
4. Mampu bersifat embrional atau meristemmatis karena dapat membelah
diri
5. Memiliki ruang antar sel yang banyak sehingga letaknya tidak rapat.

Gambar 2.1
Jaringan parenkim tanaman ecang gondok

2.1.2 Jaringan Ekskresi


Menurut Darmayanti dkk (2010), sel seringkali menghasilkan zat-zat yang
mungkin tidak digunakan dan dipisahkan dari sitoplasma atau sama sekali
dikeluarkan oleh tumbuhan. Tempat dimana zat-zat tersebut (getah karet, dammar,
minyak, nectar, latex dan lain-lain) terkumpul atau dikeluarkan dari dalam
tumbuhan disebut struktur ekskresi dan jaringannya disebut jaringan sekresi.
Struktur sekresi juga dinamakan kelenjar dan bisa terdapat di dalam atau di
permukaan tumbuhan. Sekresi yang dihasilkan oleh jaringan sekresi atau kelenjar
kadang -kadang tersimpan di dalam suatu rongga atau saluran yang terbentuk oleh
sebab terpisahnya sel sekeret dengan sel-sel sekitarnya. Jaringan sekretoris
terdapat pada semua bagian tubuh tumbuhan. Jaringan sekretoris dibedakan
menjadi jaringan sekretoris internal dan eksternal. Berdasarkan senyawa yang
dikeluarkan, jaringan sekretori dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

6
1. Jaringan rekresi, senyawa yang dikeluarkan dan dalam tubuh tumbuhan
belum masuk ke dalam proses metabolisme. Sel-sel yang ada pada
jaringan rekresi antara lain yaitu hidatoda, kelenjar garam, sel-sel kristal
Ca oksalat, sel-sel kersi atau sel-sel silika, dan sel-sel kalsium sulfat.
2. Jaringan ekskresi, senyawa yang dikeluarkan merupakan produk akhir
proses metabolisme. Sel-sel yang ada pada jaringan ekskresi antara lain
yaitu saluran-saluran getah, sel-sel damar, sel-sel kelenjar minyak, sel-sel
penyamak, rambut-rambut kelenjar, dan osmofora.
3. Jaringan sekresi, senyawa yang dikeluarkan masih bermanfaat untuk
proses metabolisme. Sel-sel yang ada pada jaringan sekresi antara lain
yaitu kelenjar-kelenjar madu, sel-sel lendir, ruang-ruang lendir, sel-sel
mirosin.
Jaringan sekretori merupakan jaringan tumbuhan yang terdiri atas satu sel
atau lebih yang berfungsi sebagai tempat pengeluaran senyawa-senyawa (sekret)
dari dalam tumbuhan, seperti air, mineral, lendir, getah minyak, dan lemak.
Jaringan sekretori terdapat pada semua bagian tubuh tumbuhan dengan bentuk,
ukuran, dan produk yang bervariasi. Berdasarkan bentuknya, jaringan sekretori
dapat dibedakan menjadi rambut kelenjar, sel sekretori, ruang sekretori, kelenjar
sekretori dan saluran sekretori. Jenis jaringan sekretori pada daun Citrus sp.
adalah kelenjar sekretori dimana di dalamnya berisi suatu senyawa (Nugroho,
2017).
Sekret yang dihasilkan oleh suatu kelenjar sangat beragam. Struktur sel
sekresi terdapat di permukaan tumbuhan sebagai penyimpan dapat berupa rambut
dan nektarium, namun dapat pula berada di dalam tubuh sebagai rongga atau
saluran sekresi. Peristiwa sekresi dalam tumbuhan biasanya ditunjukkan pada
rambut kelenjar, nektarium, saluran harsa, dan latisifer (sel getah, sel lateks).
Peristiwa sekresi tersebut menunjukkan berbagai tahap penimbunan zat dalam
organel dan vakuola, yakni dalam mengerahkan enzim yang terlibat dalam sintesis
dan penguraian bagian sel; dalam pertukaran bahan organel; dan dalam peristiwa
pengangkutan antarsel (Fitriana, 2013).

7
Pada tumbuhan, peristiwa sekresi umum ditemukan, yang dimaksud
dengan sekresi adalah peristiwa pemisahan sejumlah zat dari protoplas atau
isolasinya dalam sebagian protoplas. Zat yang disekresikan dapat berupa ion
berlebih yang dipisahkan dalam bentuk garam, kelebihan hasil asimilasi yang
dikeluarkan sebagai gula, ataupun senyawa dalam dinding sel (Habib dkk, 2011).
Alat sekresi merupakan suatu sel atau sekumpulan sel yang berfungsi
sebagai penghasil zat-zat. Zat-zat ini tidak dikeluarkan oleh sel-sel yang
bersangkutan. Ada beberapa macam alat sekresi pada tumbuhan, yakni saluran
getah, sel-sel resin dan minyak, sel-sel lendir, sel-sel zat penyamak, dan sel-sel
mirosin (Nugroho dkk, 2012).
Jenis struktur sekretori merupakan karakteristik penting dari sebagian
tumbuhan yang biasanya memproduksi berbagai jenis senyawa kimia yang
kompleks. Struktur sekretori dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya yaitu
struktur sekretori eksternal meliputi trikoma, nektarium atau kelenjar madu,
hidatoda serta stigma dan struktur sekretori internal berupa idioblas, rongga
sekretori, saluran sekretori dan latisifer. Hasil sekresi melalui struktur sekretori
berupa minyak esensial, resin, lateks, garam mineral, dan berbagai macam
senyawa kimia seperti alkaloid dan glikosida (Campbell, 2008).
Sel sekresi merupakan tempat penghasil dan penyimpanan metabolit
sekunder pada tanaman. Pada setiap tanaman dapat menghasilkan senyawa kimia.
Senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu metabolit primer dan sekunder. Semua jenis metabolit primer
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup tumbuhan, seperti gula, fosfat, asam amino,
asam nukleat, klorofil dan senyawa organik, sedangkan metabolit sekunder
merupakan senyawa yang tidak diperlukan oleh semua jenis tumbuhan bagi
pertumbuhan dan perkembangan normal Senyawa metabolit sekunder dari sel
sekretori yang dihasilkan oleh tanaman jeruk salah satunya adalah minyak atsiri.
Minyak atsiri diproduksi oleh sel sekretori yang berasal dari parenkim dasar yang
mengalami diferensiasi (Dorly, 2016).
Ruang dan saluran sekresi terbentuk dengan melarutya sel, disebut ruang
lisigen, atau dengan pemisahan sel disebut ruang sizogen. Lisigen dan sizogen

8
dapat pula bersamasama berperan dalam membentuk ruang atau saluran sekresi.
Pada ruang sekresi lisigen (Citrus, Gossypium), sekret terbentuk dalam sel yang
akhirnya rusak dan membebaskan zat ke dalam rongga yang terjadi karena
kerusakan itu. Di sepanjang tepi rongga mungkin masih ditemukan sel yang baru
rusak sebagian (Habib, 2011).

Gambar 2.2
Jaringan ekskresi tanaman jeruk

2.2 Uraian Tanaman


2.2.1 Tanaman Jeruk (Citrus sinensis)
a) Klasifikasi Tanaman (Hidayah, 2015).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae Gambar 2.3
Jeruk
Genus : Citrus
(Citrus sinensis)
Spesies : Citrus sinensis
b). Morfologi Tanaman (Irianto, 2010)
1. Akar
Akar jeruk terdiri dari akar tunggang, akar serabut serta akar-akar rambut.
Akar tunggang pada tanaman jeruk dapat mencapai kuranglebih 4 meter jika akar

9
mendapat tanahyang subur dan tidak bertemu dengan tanah yang keras ataupun
tanah berair.
2. Batang
Batang tanaman jeruk berbentuk bulat dan ditumbuhi mata tunas. Batang
tanaman jeruk ada yang terlihat kasar dan berduri, tetapi adapula yang
permukaannya halus, tinggi batang tanaman jeruk adayang dapat mencapai tinggi
15m dan ada pula yang hanya mencapai 5m dan memiliki beragam warna, semua
itu tergantung dari jenis tanaman jeruk itu sendiri.
3. Daun
Daun tanaman jeruk berbentuk bulat lonjong menyerupai telur, berwarna
hijau tua dan terlihat tebal. Tidak terdapat bulu pada kedua sisi daun, dan tulang
daun berbentuk menyirip beraturan, walaupun ada juga yang berselang seling.
4. Bunga
Jeruk merupakan tanaman berbunga majemuk, berwarna putih pucat dan
termasuk kedalam bunga sempurna (dalam 1 kuntum bunga terdapat 2 kelamin
atau hermafrodit). Biasanya bunga jeruk muncul pada ketiak daun atau pucuk
ranting yang masih muda dan berbau harum karena mengandung nektar atau
madu dalam jumlah banyak.
5. Buah
Buah jeruk ada yang berbentuk bulat, oval dan ada pula yang berbentuk
lonjong dengan sedikit memanjang. Kulit buahnya ada yangtebal dan alot, ada
pula yang tipis dan mudah dikupas, memiliki warna kuning, jingga dan hijau
tergantung jenisnya.
6. Biji
Pada tanaman jeruk, biji terdapat pada bulir buahnya, ketersediaan biji
pada tanaman jeruk tergantung dari varietasnya, ada yang berbiji banyak sampai
yang tidak berbiji. Biji jeruk biasanya berwarna putih atau putih keabuan,
berbentuk bulat telur dan runcing di salah satu ujungnya, bersifat poliembrional
dengan embrio berwarna putih.

10
c). Kandungan Kimia
Jeruk merupakan salah satu buah yang mengandung asam sitrat 7%, asam
amino, minyak atsiri, glikosida, asam sitrum, lemak, kalsium, fosfor, besi,
belerang, vitamin B1 dan vitamin C (Yulianti dkk, 2013).
Sari dari buah jeruk mengandung sekitar 40-70 mg Vitamin C per 100 g
pada buah. Selain mengandung Vitamin C, buah jeruk juga banyak mengandung
hesperidin, yaitu berupa flavonoid spesifik pada buah jeruk yang dapat
menurunkan kadar 10 kolesterol LDL (Damayanty, 2010).
Sari dari buah jeruk mengandung asam sitrat yang dapat menurunkan pH
yang ada pada saluran pencernan. Kondisi asam yang terdapat pada sauran
pencernaan dapat merangsang pembentukan garam empedu yang berfungsi untuk
menetralkan. Sehingga semakin asam kondisi saluran pencernaan akan semakin
banyak kolesterol yang di metabolis, akibatnya kadar kolesterol yang terdapat di
dalam darah akan menurun (Yulianti dkk, 2013).
d). Manfaat Tanaman
Manfaat dari tanaman jeruk yaitu untuk meredakan sembelit, mengatur
tekanan darah, mencegah kanker, melindungi tubuh dari penyakit jantung,
melawan infeksi virus, membersihkan darah, tulang kuat, gigi kuat (Sudarsono
dkk, 2012).
2.2.2 Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli)
a) Klasifikasi Tanaman (Steenis, 2005)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia Gambar 2.4
Patah tulang
Spesies : Euphorbia tirucalli.
(Euphorbia tirucalli)
b) Morfologi Tanaman
Tanaman patah tulang berbentuk perdu yang tumbuh tegak, mempunyai
tinggi 2-6 meter dengan pangkal berkayu, bercabang bayak, dan bergetah seperti

11
susu yang bersifat toksik terhadap kulit, mata, dan beberapa serangga. Patah
tulang mempunyai ranting yang bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus
membujur dan berwarna hijau. Ranting patah tulang setelah tumbuh sekitar satu
jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang demikian seterusnya,
sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah (Dalimartha, 2017).
Tanaman patah tulang mempunyai daun yang jarang yang terdapat pada
ujung ranting yang masih muda, kecil-kecil, dan bentuknya lanset, panjang 7-25
mm, dan cepat rontok. Patah tulang memiliki buah dan bunga, tetapi di Indonesia
tanaman patah tulang jarang memiliki bunga dan buah, karena penyinaran dan
faktor tanah yang berbeda (Saryanto dkk, 2010).
c) Kandungan Kimia
Bagian lain yang bisa dijadikan obat adalah kulit batang dan akar, lateks
segar mengandung alkaloid terpena, isoeuphoral. Lateks (getah) kering
mengandung resen, euphorone eton, taraxasterol dan tirucallol. Batang
mengandung hentriacontene, hentriacontanol, steroid antitumor, sitosterol,
taraxerin, asam ellagiat, dan fraksi glikosida yang memberikan kampferol dan
glukosa, dan sapogenin asetat. Seluruh tanaman mengandung asam sitrat 7,4 %
(Hidayat dan Napitupulu, 2015).
Fitokimia dari semua bagian tanaman patah tulang telah di uji dalam
berbagai penelitian .Tanaman patah tulang adalah sumber triterponoid dan steroid
(Setiorini dkk, 2014).
Getahnya mengandung lebih banyak triterpenoid sedangkan rantingnya
mengandung steroid. Menurut Absor, tanaman patah tulang memilikin dua bagian
tanamannya yang sangat bermanfaat yaitu getah dan rantingnya. Getah tanaman
patah tulang yang bersifat asam mengandung senyawa damar, zat karet, dan zat
pahit.Ranting tanaman patah tulang yang dilarutkan dengan menggunakan aseton
memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder 6 yaitu alkaloid, tannin, steroid,
flavonoid, triterpenoid, dan hidroquinon. Dengan pelarut etanol metabolit
sekunder yang terdapat pada ranting tanaman patah tulang adalah alkaloid,
steroid, flavonoid, triterpenoid, saponin dan hidroquinon (Setiorini dkk, 2014).

12
d) Manfaat tanaman
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah akar, batang kayu,
ranting, dan getahnya. Akar dan ranting dapat digunakan untuk mengobati nyeri
lambung, tukak rongga hidung, rematik, tulang terasa sakit, nyeri syaraf, wasir,
dan sifilis. Batang kayu digunakan untuk mengobati sakit kulit, kusta, dan kaki
dan tangan mati rasa. Akar dari tanaman ini juga dapat digunakan sebagai
antimikrobia , nephroprotective, antiarthritic, purgative, carminative dan anti-
leprosy (Bani, dkk, 2011).
Tanaman patah tulang memiliki aktivitas farmakologi, antara lain aktivitas
oxytoxic, aktivitas anti-arthritic, aktivitas molluscicide, aktivitas antimikrobia,
aktivitas antiherpetik, aktivitas antioksidan, aktivitas hepatoprotektif, aktivitas
imunomodulator, aktivitas sitotoksik, dan antivirus. Tanaman patah tulang juga
memiliki kegunaan lain, yaitu sebagai obat tradisional, ornament ruangan,
penghasil energi, sumber karet, konservasi dan agroforestry, serta pestisida (Wal,
dkk, 2013).
Tanaman patah tulang tidak memiliki hama atau penyakit dikarenakan
tanaman ini memiliki getah yang bersifat karsinogenik. Banyak orang yang
menggunakan tanaman patah tulang sebagai pestisida botani yang aman, tapi juga
mematikan bagi hama (Damme ,2011).
Tanaman ini juga memiliki kemampuan hepatoprotektif (pelindung hati),
tanaman patah tulang memiliki kemampuan antibakteri dan antifungi. Senyawa
kimia yang berperan penting dalam aktivitas antimikrobia tanaman patah tulang
adalah flavonoida dan tanin (Upadhyay dkk, 2010).
Ekstrak ranting patah tulang mengandung senyawa flavonoida yang dapat
mengganggu aktivitas transpeptidase peptidoglikan sehingga pembentukan
dinding sel terganggu dan menyebabkan lisis sel. Senyawa lain yang terkandung
pada ekstrak adalah senyawa tanin yang merupakan senyawa fenolik, yang
mekanismenya dapat mengganggu sintesis peptidoglikan sehingga pembentukan
dinding tidak sempurna pada bakteri (Parahita, 2013).
Senyawa fenolik (flavonoida dan tanin) dan saponin bersifat larut dalam
air dan mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH), sehingga lebih mudah masuk

13
ke dalam sel dan membentuk kompleks dengan protein membran sel. Senyawa
fenolik berinteraksi dengan protein membran sel melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan hidrogen dengan cara terikat pada bagian hidrofilik dari
membran sel. Kompleks protein-senyawa fenolik terbentuk dengan ikatan yang
lemah, sehingga akan segera mengalami peruraian kemudian diikuti penetrasi
senyawa fenolik ke dalam membran sel yang menyebabkan presipitasi dan
terdenaturasinya protein membran sel. Kerusakan pada membran sel
menyebabkan perubahan permeabilitas pada membran, sehingga mengakibatkan
lisisnya membran sel jamur (Setyowati dkk, 2014).
2.2.3 Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
a) Klasifikasi Tanaman (Sutikno, 2016).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Butumaceae
Genus : Eichornia Gambar 2.5
Eceng gondok
Spesies : Eichhornia crassipes (Eichhornia crassipes)
b) Morfologi Tanaman
Eceng gondok merupakan tanaman air yang hidup bebas di permukaan air,
dapat berkembang dengan cepat dan dapat tumbuh sepanjang tahun. Eceng
gondok memiliki tinggi 0,4-0,8 m, batangnya berbuka pendek mempunyai
diameter 1-2,5 cm dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok
memiliki daun bergaris tengah mencapai 1,5 cm dengan bentuk lentur agak bulat,
berwarna hijau terang dan berkilau jika berada dibawah sinar matahari. Kelopak
dari bunganya berwarna ungu muda. Setiap bunga memiliki kepala putik yang
dapat menghasilkan 500 bakal biji setiap tangkai (Herawati, 2021).
Kecepatan dari pertumbuhan eceng gondok tergantung dari berbagai faktor
lingkungannya seperti kandungan hara perairan, kedalaman air, salinitas, pH, dan
intensitas cahaya. Suhu air yang paling cocok untuk pertumbuhan eceng gondok
mencapai 28-30oC dan pH 7. Pertumbuhan dari daun eceng gondok dapat

14
mencapai 7,5 – 12,5% per hari. Produksi eceng gondok di Kebun Raya Bogor
adalah 106,5 ton/ha/tahun, di Rawa Pening 225 ton/ha/tahun dan di curug
Jatiluhur 264,3 ton/ha/tahun (Widiatmoko, 2019).
c). Kandungan Kimia
Hasil analisa kimia enceng gondok (Eichhornia crassipes) diperoleh bahan
organik 78,47 %, C organik 21,23 %, N total 0,28 %, P total 0,0011 %, dan K
total 0,016 %, sehingga enceng gondok (Eichhornia crassipes) bisa di manfaatkan
sebagai pupuk organik, karena di dalam enceng gondok (Eichhornia crassipes)
terpadat unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman (Rozaq, 2010).
Kadar nutrisi daun eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam bentuk
bahan kering (BK) memiliki kadar protein kasar 6,31%, serat kasar 26,61%,
lemak kasar 2,83%, abu 16,12%, dan memiliki kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) 48,18%. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) segar mempunyai
kandungan air sebesar 94,09%, dan dalam 100% bahan kering mempunyai kadar
protein 11,95% dan serat kasar 37,1% (Sumarsih dkk, 2010).
Komposisi kimia eceng gondok (Eichhornia crassipes) tergantung pada
kandungan unsur hara tempatnya tumbuh, dan sufat daya serap tanaman tersebut.
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) mempunyai sifat yang baik antara lain
dapat menyerap logam-logam berat, senyawa sulfida, selain itu mengandung
protein lebih dari 11,5%. Kandungan kimia serat eceng gondok (Eichhornia
crassipes) tediri atas 60% selulosa, 8% hemiselulosa, dan 17% lignin (Ahmed,
2012).
d). Manfaat tanaman
Manfaat dari tanaman eceng gondok yaitu untuk mengatasi jerawat dan
bisul, meredakan gatal, obat sakit gigi, membantu menurunkan berat badan,
meredakan gatal, meredakan maag (Mulyani, 2006).

15
2.2.4 Tanaman Bunga Tasbih (Canna sp)
a) Klasifikasi Tanaman (Surya dkk, 2017).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna Gambar 2.6
Spesies : Canna sp Bunga tasbih
(Canna sp)
b). Morfologi Tanaman
Tanaman kana (Canna coccinea Mill.) banyak dikenal dengan nama lili
kana, kembang tasbih, panah india, ganyong hutan, ganyong wono, ganyong alas,
dan ganyong leuweung. Organ utama tanaman kana terdiri dari rimpang, batang
semu, daun, bunga, buah, dan biji. Batangnya mengandung air (herbaceous) dan
terbentuk dari pelepah-pelepah daun yang saling menutupi satu sama lain
sehingga disebut “batang palsu” (Surya, 2017).
Bentuk tanaman kana adalah berumpun dan merupakan tanaman herba,
semua bagian vegetatif yaitu batang, daun serta kelopak bunganya sedikit berlilin.
Tinggi tanaman ganyong antara 0,9 - 1,8 meter, bahkan di Queensland dapat
mencapai 2,7 meter, sedang untuk daerah Jawa, tinggi tanaman ganyong
umumnya 1,35 - 1,8 meter. Panjang batang dalam hal ini diukur mulai dari ujung
tanaman sampai ujung rimpang atau yang sering disebut dengan umbi (Mishra
dkk, 2013).
Daun tersusun dalam tangkai pendek dan tumbuh berselang-seling,
berbentuk oval dengan ujung runcing. Permukaan daun bagian atas berwarna
hijau, tembaga gelap atau keungu-unguan. Daun tanaman ganyong lebar dengan
bentuk lonjong memanjang dengan bagian pangkal dan ujungnya agak runcing.
Panjang daun 15 - 60 cm, sedangkan lebarnya 10 7 - 20 cm. Bagian tengahnya
terdapat tulang daun yang tebal (Sunaryanti, 2012).
Bunga majemuk, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan, serta
memiliki buah yang tidak sempurna. Kuntum bunga berbentuk mirip corong,

16
terdiri dari tiga sampai lima helai mahkota bunga yang berukuran kecil sampai
besar tergantung jenisnya (Sunaryanti, 2012).
Tanaman kana memiliki rimpang dengan diameter antara 5 - 8,75 cm dan
panjangnya 10 - 15 cm, bahkan bisa mencapai 60 cm, bagian tengahnya tebal dan
dikelilingi berkas-berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar
serabut tebal. Rimpang atau umbinya bila sudah dewasa dapat dimakan dengan
mengolahnya terlebih dahulu (Sunaryanti, 2012).
c). Kandungan Kimia
Daun tanaman kana mengandung senyawa tanin dan sulfur. Tanin dapat
digunakan sebagai zat antibakteri. Kandungan kimia dari daun kana merah adalah
asam amino, asam organik, asam sitrat, asam maleat, gliserin, suksinat, asam
laktat, glutamin, glutamat, alanin, tanin dan sulfur. Aktivitas senyawa kimia alami
dari daun kana merah dapat diketahui dengan menggunakan pelarut etanol dan
aseton sehingga akan diketahui kandungan flavonoid, alkaloid, steroid atau
triterpenoid dan tanin (Sunaryanti, 2012).
d). Manfaat tanaman
Manfaat dari tanaman jeruk yaitu untuk meringankan tekanan darah,
sebagai penenang, obat wasir, menghilangkan dan mengatasi jerawat,
menyembuhkan penyakit kuning, sebagai pewarna alami pada make up, dan
penurun panas (Henki dkk, 2019).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol (Dirjen Pom, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Alkohol, Etanol, Ethyl Alcohol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,07g/mol

17
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya,
di tempat sejuk jauh dari nyala api.
Khasiat : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh
kuman.
Kegunaan : Digunakan untuk membersihkan sampel dari
bakteri agar mempermudah pengamatan
2.3.2 Kloralhidrat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : CHLORALHYDRAS
Nama lain : Kloralhidrat
Rumus molekul : C2H3Cl3O2
Rumus struktur :

Berat molekul : 165,40 g/mol


Pemerian : Hablur transparan, tidak meleleh basah, tidak
berwarna, bau tajam dank has, rasa kaostika dan
agak pahit, melebur pada suhu lebih kurang 55 dan
perlahan – lahan menguap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, minyak zaitun,
mudah larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform
P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah kaca tertutup rapat, terlindung dari
cahaya di tempat sejuk
Kegunaan : Memperjelas penampakan sampel

18
Khasiat : Untuk membersihkan bakteri pada sampel agar
tidak menghambat pengamatan terhadap penguraian
amilum dan pati maka lebih memperjelas
pengamatan sel

19
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Praktikum Botani Farmasi tentang “Jaringan Parenkim dan
Jaringan Ekskresi” dilaksanakan pada hari Jumat, 11 November 2022 pukul
07.00 WITA sampai dengan pukul 10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium
Farmasi Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu cover glass, kaca
preparat, mikroskop, pipet tetes, dan silet.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu alkohol
70%, chloral hydrat, tangkai daun Canna sp. (Bunga Tasbih), tangkai daun
Eichhornia crassipes (eceng gondok), kulit buah Citrus sinensis (Jeruk kuning),
batang Ephorbia tirucalli (Tanaman Patah tulang), dan tisu.
3.3 CaraKerja
3.3.1 Percobaan I – Jaringan Parenkim
a. Tangkai daun Canna sp. (Bunga Tasbih).
b Tangakai daun Eichhornia crassipes (eceng gondok).
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan tangkai daun bunga tasbih dan tangkai daun eceng gondok
yang akan digunakan menggunakan alkohol 70%.
3. Diiris setipis mungkin secara melintang tangkai daun bunga tasbih dan
tangkai daun eceng gondok.
4. Diletakkan di atas kaca preparat kemudian ditetesi chloral hydrat.
5. Ditutup dengan menggunakan cover glass.
6. Diamati di bawah mikroskop.

20
3.3.2 Percobaan II – Jaringan Sekresi
a. Kulit buah Citrus sinensis (Jeruk kuning).
b. Batang Ephorbia tirucalli (Tanaman Patah tulang).
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan kulit jeruk kuning dan tanaman patah tulang yang akan
digunakan dengan menggunakan alkohol 70%.
3. Diiris setipis mungkin secara melintang kulit jeruk kuning dan tanaman
patah tulang di sayat tipis membujur.
4. Diletakkan di atas kaca preparat kemudian ditetesi chloral hydrat.
5. Ditutup dengan menggunakan cover glass.
6. Diamati di bawah mikroskop.

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Sampel Hasil Pengamatan Perbandingan Keterangan
a. Jaringan
Tangkai parenkim
daun bunga
1.
tasbih
(Canna sp)

(Gloria, 2022)
a

a. Jaringan
Tangkai parenkim
daun Eceng
2.
gondok
(Eichhornia
crassipes)
a (Cahyani, 2018)

a. jaringan
Batang sekresi
patah
3.
tulang
(Ephorbia
tirucalli)
(Sutrian, 2004)
a

a. jaringan
sekresi
Kulit buah
4. jeruk
(Citrus
sinensis))

(Yuliani, 2018)
a

22
4.2 Pembahasan
Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar pembentuk tumbuhan.
Jaringan ini memiliki sel-sel yang berbentuk bulat dan berdinding tipis.
Jaringan ini terletak di semua bagian tumbuhan. Jaringan parenkim berperan dan
berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, sebagai tempat
melakukan proses pembuatan zat makanan, dapat berfungsi sebagai jaringan
penyimpanan air karena vakuola sel yang besar, serta sebagai jaringan penguat.
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan, alat yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu cover glass, cutter, kaca preparat,
mikroskop, pipet tetes, pensil, dan silet. Sedangkan, bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah alkohol 70%, tangkai daun bunga tasbih (Canna sp.),
tangkai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes), kulit buah jeruk kuning
(Citrus sinensis), batang tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli), kloralhidrat,
dan tisu.
Pada sampel tangkai daun bunga tasbih (Canna sp.) diberi perlakuan
dengan mengiris sampel secara melintang dan setipis mungkin. Jaringan tanaman
yang akan dibuat preparatnya harus diiris setipis mungkin untuk memperoleh
gambar jaringan yang sempurna yang nantinya akan diamati. Hal pertama yang
akan dilakukan adalah dibersihkan menggunakan alkohol 70%. Menurut Grazino
(2013), alkohol 70% berfungsi sebagai dekontaminan untuk membersihkan
permukaan-permukaan dari agen microbial.
Preparat yang telah diiris tipis dan diletakkan pada kaca preparat lalu
ditetesi 1-2 tetes kloralhidrat. Menurut Syadiyah (2015), penambahan klorohidrat
pada penyiapan preparat bertujuan agar objek pengamatan menempel dengan
cover glass atau objek tidak bergerak-gerak (tetap dalam satu tempat).
Hasil pengamatan dengan perbesaran 10x menggunakan mikroskop
menunjukkan adanya jaringan parenkim bintang. Menurut Saifullah (2020), pada
tangkai bunga Canna sp. terdapat parenkim yang sel-selnya berbentuk seperti
bintang dan saling bersambungan di bagian ujungnya.
Pada sampel tangkai daun eceng gondok (Eichhornia crassipes) diberi
perlakuan yang sama. Hasil pengamatan dengan perbesaran 10x pada sampel

23
tangkai daun eceng gondok menunjukkan adanya jaringan parenkim udara
(aerenkim). Menurut Dimas (2019), susunan sel aerenkim pada enceng gondok
tersusun sejajar membentuk barisan lingkaran besar sehingga dapat terlihat ruang
antar sel yang besar dan jelas. Ruang antar sel yang besar yang terdapat pada
eceng gondok berfungsi untuk menyimpan udara sebagai tempat cadangan
oksigen karena eceng gondok merupakan tumbuhan air dan membutuhkan
oksigen yang cukup.
Pada sampel kulit buah jeruk kuning (Citrus sinensis) yang akan diamati
yakni bentuk dari jaringan sekresi. Hasil pengamatan dengan perbesaran 10x pada
sampel kulit buah jeruk kuning menunjukkan adanya jaringan sekresi yaitu sel-sel
minyak atsiri. Menurut Nugroho (2017), pada Citrus sp. memiliki sel sekretori
yang berdinding tipis dan mengelilingi suatu ruangan membentuk kelenjar
sekretori, yang didalamnya terdapat suatu senyawa salah satunya adalah minyak
atsiri yang menghasilkan aroma yang khas.
Pada sampel batang tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli) yang akan
diamati yakni bentuk dari jaringan sekresi. Hasil pengamatan dengan perbesaran
10x pada sampel batang tanaman patah tulang menunjukkan adanya jaringan
sekresi yaitu saluran getah.Menurut Amaliah (2020), saluran getah merupakan
sel-sel yang saling berhubungan dan mengandung cairan yang disebut getah atau
lateks dan membentuk sistem yang menerobos berbagai jaringan tubuh tumbuhan,
contohnya pada tanaman Euphorbiaceae (Euphorbia).
Adapun kemungkinan kesalahan dalam percobaan ini dapat berupa,
kesalahan dalam pengirisan sampel. Dimana, hasil irisan seringkali terlalu tebal,
besar, dan panjang. Kemudian, pada saat penetesan kloralhidrat harus dilakukan
secara tepat dan hati-hati karena sering terjadi kelebihan tetesan kloralhidrat yang
menyebabkan adanya gelembung pada preparat.

24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan yang dilakukan, ditemukan jaringan parenkim pada
sampel tangkai daun bunga tasbih (Canna sp) dan tangkai daun eceng gondok
(Eichhornia crassipes). Kemudian juga ditemukan jaringan ekskresi pada sampel
batang patah tulang (Euphorbia tirucalli) dan kulit buah jeruk (Citrus sinensis)
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Saran untuk jurusan agar lebih menunjang kegiatan praktikum yang ada
dijurusan Farmasi agar lebih maksimal.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Saran untuk laboratorium agar dapat memberikan dukungan dalam hal
kelengkapan alat-alat laboratorium supaya praktikum dapat berjalan dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Saran untuk asisten agar lebih memaksimalkan waktu dan bimbingan
praktikan dalam menjalankan praktikum botani ini, sehingga praktikum dapat
dijalankan sesuai dengan prosedur kegiatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Andareto, O. 2015. Apotik Herbal disekitar Anda (Solusi Penghambat 1001


Penyakit Secara Alami dan Sehat Tanpa Efek Samping). Jakarta: Pustaka
Ilmu Semesta.

Anu, Oktarin., Rampea, Henny L., Pelealua., dan Johanis J. 2017. Struktur
Jaringan Parenkim Pada Tumbuhan. Mipa Unsrat Online. 6(1):69-73.

Ayuningsih, Diah. 2017. Pengaruh Factor Lingkungan Terhadap Perubahan


Struktur Anatomi Tangkai Daun. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Biologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta. Hal 103-110.

Barborah, K., Borthakur, S. K., and Tanti, B. 2016. "Taxonomy, Traditional


Knowledge and Economic Potentialities Of The Plant in Assam, India".
Indian Journal Of Traditional Knowledge. 15(1):116-120.

Berg, Gabriele., Rybakova, Daria., Grube, Martin., And Koberl, Martina. 2016.
“The Plant Microbiume Explored; Implications For Experimental
Botany”. Journal Of Experimental Botany. 67(4):995-1002.

Campbell, N. A., dan Reece, J. B. 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Darmanti, Sri. 2009. “Struktur dan Perkembangan Daun Euphorbia tirucalli”.


Bioma. 11(1):17-22.

Darmayanti, Fitri., dan Roostika, Ika. 2010. "Koleksi Jaringan Eksresi Pada
Bagian Tumbuhan". Ilmiah Faktor Exacta. 3(2):145-155.

Dewi, Ina M., Cholil, Abdul., dan Muhibuddin, A. 2013. “Hubungan Karateristik
Jaringan Daun Dengan Tingkat Serangan pada Struktur Jaringan
Tumbuhan”. HTP. 1(2):10-18.

Dorly., Ningrum, Ratih K., Suryantari, Ni K., Anindita., dan Fawzia L. 2016.
"Studi Anatomi Daun Dari Tiga Anggota Suku Malvaceae di Kawasan
Waduk Jatiluhur". Proceeding Biology Education Conference. 13(1):611-
618.

Fitriana, George H., dan Hademenos, George J. 2013. “Peristiwa ekskresi pada
tumbuhan”. Jakarta: Erlangga.

Gloria N dan Purwati, E . 2022. “Uji Ketahanan Tangkai daun Eceng Gondok”.
Hort. 23(1):65-71.
Habib, Atok K., Irawati, Mimien H., dan Suhadi. 2011. “Karateristik Morfologi–
Anatomi Struktur Vegetative Spesies”. Pendidikan. 1(9):1688-1692.

Hidayah, Hanifah N., Dan Aanggraeni, Illa. 2015. “Identifikasi Penyebab


Penyakit Bercak Merah Pada Bibit Jambon Merah MERAH
(Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil) Di Persemaian Permanen
Kima Atas, Balai Penelitian Kehutanan Manado”. Waian. 2(2):73-78.

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB.

Hunter, Philip. 2016. “Plant Microbiomes And Sustainable Agriculture”. Journal


Embo Reports. 17(12):1696-1699.

Irianto, K. 2010. Klasifikasi tanaman dan morfologinya. Bandung: Putri Delco.

Lazuardi, Wahyu. 2017. Struktur dan Fungsi Jaringan Pada Tumbuhan. Solo:
Azka Pressindo.

Noviansari., Rodinah., dan Budi, Ismed. 2013. “Ketahanan Kultivar Pisang Lokal
Kalimantan Selatan Terhadap Penyakit Bercak Daun Sigatoka
(Mycosphaerella Sp.)”. Botani. 13(2):51-58.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanius.

Saryanto, Widada A. 2010. Hama Dan Penyakit Tanaman Patah Tulang.


Yogyakarta: kanisius.

Steenis, Dr C.G.G.J. Van. 2005. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta:


Pradnya Paramita.

Sudarsono, Pratiwi P. 2016. “Mikrobioma: Pemahaman Baru Tentang Peran


Mikroorganisme Dalam Kehidupan Manusia”. Kedokteran Indonesia.
4(2):71-75.

Surya, S and Hari, N. 2017. “Leaf And Petiole Anatomy Of Some Members Of
Canna sp”. Pharmaceutical Science And Research. 2(3):15-19.

Sutikno. 2016. Buku Praktikum Mikroteknik Tumbuhan (BIO 30603). Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta:Gadjah


Mada University Press.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat dan Bahan

a. Alat

No Nama Alat Gambar Fungsi

Digunakan untuk
1. Cover glass menutup sampel pada
kaca preparat

Digunakan sebagai
wadah untuk meletakkan
2. Kaca preparat
sampel saat diamati di
mikroskop

Digunakan untuk
3. Mikroskop
mengamati preparat

Sebagai alat untuk


4. Pipet tetes menetesi preparat dengan
Chloral hydrat

Digunakan untuk
5. Silet
mengiris tipis sampel
b. Bahan

No Nama Bahan Gambar Fungsi

Digunakan untuk
1. Alkohol 70%
membersihkan sampel

Batang patah
Digunakan sebagai
2. tulang
sampel
(Euphorbia tirucalli)

Digunakan agar preparat


menempel pada kaca
3. Chloral hydrat
preparat dan mudah
diamati

Kulit jeruk Digunakan sebagai


4.
(Citrus sinensis) sampel

Tangkai daun Digunakan sebagai


5.
tasbih (Canna sp.) sampel

Tangkai eceng
gondok Digunakan sebagai
6.
(Eichhornia sampel
crassipes)
Digunakan untuk
7. Tisu
membersihkan sampel
Lampiran 2 : Diagram Alir

a. Jaringan Parenkim
Tangkai daun tasbih
dan tangkai eceng
gondok

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


- Dibersihkan sampel menggunakan alkohol70%
- Diiris setipis mungkin secara melintang bagian tengah
tangkai daun tasbih dan tangkai eceng gondok
- Diletakkan di atas kaca preparat kemudian ditetesi chloral
hydrat
- Ditutup dengan menggunakan cover glass
- Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan
kuat

Hasil

b. Jaringan Ekskresi

Kulit jeruk dan batang


patah tulang

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


- Dibersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
- Diiris setipis mungkin secara melintang bagian tengah kulit
jeruk dan batang patah tulang secara membujur
- Diletakkan di atas kaca preparat kemudian ditetesi chloral
hydrat
- Ditutup dengan menggunakan cover glass
- Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan
kuat

Hasil
Lampiran 3 : Skema kerja
a. Jaringan Parenkim

Membersihkan Mengiris tipis


Menyiapkan alat secara melintang
sampel dengan
dan bahan yang bagian tengah
menggunakan
akan digunakan sampel
alkohol 70%

Meletakkan
Mengamati di
preparat di kaca
bawah mikroskop
preparat dan
dengan perbesaran
ditetesi chloral
lemah dan kuat
hydrat
b. Jaringan Ekskresi

Membersihkan Mengiris tipis


Menyiapkan alat
sampel dengan secara melintang
dan bahan yang
menggunakan bagian tengah
akan digunakan
alkohol 70% sampel

Mengamati di Meletakkan
bawah mikroskop preparat di kaca
dengan perbesaran preparat dan
lemah dan kuat ditetesi chloral
hydrat

Anda mungkin juga menyukai