Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Nama :
NIM :
Kelas : 2 C FARMASI
Disusun Oleh :
Kelas : 2 C FARMASI
PENDAHULUAN
I. JUDUL PRAKTIKUM
“ PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI”
6 Mikropippet - Untuk
memindahkan
cairan yang
bervolume cukup
kecil biasanya
kurang dari
1000ml.
11 Ose/Jarum - Untuk
inokulum memindahkan
biakan untuk
ditanam atau
ditumbuhkan
kemedia baru.
VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan didalam laboratorium dapat diketahui beberapa alat
yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dan dijelaskan juga fungsi serta cara
penggunaan alat. Alat-alat ini seperti tabung reaksi yang berfungsi sebagai media
pertumbuhan dan penampungan cairan lainnya seperti pelarut selain itu juga dapat dapat
diisi dengan media padat. Bunsen berfungsi sebagai alat untuk mensterilkan bahan yang
terbuat dari kaca dan juga dipakai mensterilkan alat lainnya seperti jarum ose dengan cara
memanaskan, cara penggunaan bunsen yaitu dengan cara menyalakan sumbu yang terdapat
pada Bunsen. Tabung reaksi adalah gelas tahan panas yang berfungsi untuk melakukan
suatu reaksi kimia dan wadah penyimpanan medium atau larutan yang akan disterilkan.
Prinsip kerjanya yaitu sebagai wadah penyimpanan medium dengan volume tidak diketahui
karena tidak dilengkapi dengan skala. Rak tabung reaksi yang pada umumnya terbuat dari
kayu yang berfungsi sebagai tempat menyimpan tabung reaksi.
Gelas ukur berfungsi mengukur larutan, cairan atau larutan pada berbagai ukuran
volume. Gelas ukur ini terbuat dari kaca dan cara penggunaannya dengan melihat volume
yang tertera pada gelas ukur tersebut. Cawan petri yaitu wadah yang menyerupai mangkuk
dengan dasar rata. Cawan ini digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur
media. Cara penggunaannya yaitu, medium diletakkan di dalam cawan petri kemudian
ditutup dengan menggunakan penutup cawan.
Autoclave yaitu alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan.
Alat ini terdiri dari bejana tekanan tinggi yang dilengkapi manometer dan klep bahaya.
Autoclave dipakai untuk sterilisasi medium atau larutan atau alat-alat yang tidak tahan suhu
tinggi. Prinsip kerjanya yaitu mensterilkan dengan bantuan uap.
Inkubator adalah suatu unit atau suatu kabinet yang suhunya dapat diatur untuk
menyimpan organisme guna tujuan tertentu. Pada prinsipnya sama dengan oven, hanya
terdapat sedikit perbedaan yaitu pada inkubator terdapat 2 pintu sedangkan pada oven hanya
1 pintu. Berfungsi untuk menginkubasi mikroba yang diinginkan pada suhu optimum
pertumbuhannya. Cara kerjanya adalah menginkubasi sesuai suhu yang diinginkan.
Thermometer berfungsi mengukur suhu suatu larutan atau inkubator. Hot plate
berfungsi untuk memanaskan larutan dan mencairkan media yang padat. Lemari pendingin
yaitu suatu alat elektronik yang digunakan untuk menyimpan bahan atau alat yang telah
disterilisasi dengan proses pendinginan. Prinsip kerjanya yaitu, mengawetkan
mikroba/medium sesuai pada suhu yang diinginkan. Colony counter berfungsi
mempermudah perhitungan koloni bakteri atau jamur yang tumbuh setelah diinkubasi di
dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan
skala/ kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak.
Cara menggunakannya yaitu setelah kita ON-kan, kita menyimpan cawan petri yang berisi
bakteri atau jamur ke dalam kamar hitung, mengatur alat penghitung pada posisi dan mulai
menghitung dengan menggunakan jarum penunjuk sambil melihat jumlah pada layar hitung.
Jarum Ose adalah batang kaca yang ujungnya terdapat kawat panjang, ada yang
berbentuk lurus dan adapula yang bulat. Berfungsi untuk memindahkan atau mengambil
koloni suatu mikrobia ke media yang akan digunakan kembali. Prinsip kerjanya yaitu ose
disentuhkan pada bagian mikrobia kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk
diamati.
Mikroskop fungsinya untuk mengamati mikroba-mikroba beserta aktivitas-aktivitas
yang dilakukannya dalam setiap siklus hidupnya. Alat ini terdiri dari beberapa lensa dan alat
ini sangat bermanfaat atau dibutuhkan dalam melihat mikroba yang sangat kecil yang tidak
dapat dilihat oleh kasat mata. Mikroskop dibagi menjadi dua yaitu mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron. Pada percobaan ini digunakan mikroskop cahaya yaitu merupakan
mikroskop yang mempunyai bagian – bagian yang terdiri dari alat-alat yang bersifat optik,
berguna untuk mengamati benda-benda atau preparat yang transparan. Suatu variasi dari
mikroskop cahaya biasa ialah mikroskop ultraviolet, karena cahaya ultraviolet tak dapat
dilihat oleh mata manusia maka bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya.
Mikroskop ini menggunakan lensa kuarsa. Mikroskop cahaya mempunyai keuntungan yaitu
hemat terhadap penggunaan listrik. Bagian–bagian mikroskop yaitu:
1. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang bersifat maya dan tegak.
Lensa objektif berfungsi untuk mengatur pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x,
40x dan 100x.
2. Kondensor berfungsi untuk mengatur bayangan yang akan diamati atau untuk
menaikkan dan menurunkan kondensor.
3. Reflektor berfungsi untuk menerima cahaya yang masuk atau dapat memperjelas
cahaya yang akan datang.
4. Tubuh mikroskop berfungsi untuk tempat terjadinya proses bayangan antara lensa
objektif dengan lensa okuler.
5. Makrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler objektif sehingga tepat fokusnya
secara kasar dan jelas.
6. Mikrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler sehingga tepat fokusnya secara
tajam.
7. Revolver berfungsi sebagai tempat lensa objektif.
8. Meja objek berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati.
9. Penjepit berfungsi untuk memperkokoh kedudukan preparat agar tidak goyang.
10. Pengatur kondensor berfungsi sebagai pengatur letak lensa kondensor terhadap
preparat.
11. Pemegang (lengan) berfungsi untuk memegang mikroskop.
12. Diafragma berfungsi mengatur cahaya yang masuk dalam mikroskop.
13. Kaki atau dasar berfungsi untuk memperkokoh kedudukan mikroskop.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Alat-alat mikrobiologi memiliki nama, fungsi dan cara penggunaan yang berbeda-
beda.
2. Alat-alat mikrobiologi pada umumnya terbuat dari kaca, karena kaca tidak dapat
bereaksi dengan zat kimia dan tahan terhadapa panas.
3. Sterilisasi alat gelas dengan menggunakan oven,sedangkan alat non gelas dengan
menggunakan autoclave dan alat lain; jarum ose dengan cara dipijarkan dan enkas
dengan cara menyemprotkan alkohol kemudian menyalakan bunsen saat pengerjaan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
J. Pelczar, 1986. Mikrobiologi fourt edition, New York, Me Graw Hill Book Company.
Nur Muhammad, 2006. Mikrobiologi umum. THP Universitas Brawijaya. Gramedia.
Dikutip Schelegal,1994. Mikrobiologi umum edisi ke enam. FMIPA ITB Bandung. UGM Press.
Waluyo, 2008. Teknik metode dasar mikrobiologia. Jakarta. Umum press.
Zubaidah, Elok. 2006. Diktat kuliah mikrobiologi umum. THP Universitas Brawijaya. Gramedia
press
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI-Press.
Volk, Wesley A. dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1, Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI
‘‘Pembuatan media, Peremajaan Mikroba, Pemantauan Udara
Ruang, dan Pengamatan Morfologi koloni Bakteri ’’
Disusun oleh:
Kelas : 2C Farmasi
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril baik pada
media padat maupun media cair.Inokula adalah bahan yang mengandung mikroba baik
dalam keadaan cair maupun padat.Tujuan inokulasi adalah untuk memurnikan,
mengidentifikasi, meremajakan, dan menyimpan mikroba. Biakan murni dilakukan untuk
keperluan diagnostik, karakterisasi mikroorganisme, industri farmasi dan kegiatan lain
yang berkaitan dengan mikroorganisme.
A. Metode gores
Metode ini dlakukan dengan cara menggoreskan inoculum diatas permukaan media
agar diatas permukaan cawan petri. Teknik ini agak sulit dilakukan sehingga
memerlukan latihan dan keterampilan tersendiri.tetapi teknik ini merupakan teknik
yang cukup menguntungkan karna tidak memerlukan waktu yang lama dan biaya
yang banyak. Teknik penanamna dengan goresan bertujuan untuk meremajakan
kultur dalam medium baru. Ada beberapa macam jenis atau pola goresan yang
sering digunakan yaitu:
1. Goresan T
Untuk membuat goresan dengan pola T prrtama membagi cawan jadi 3,
kemudian menggoreskan inoculum dengan pola zig-zag
2. Goresan sinambung
Pengoresan secara berksinambungan dilakukan dengan cara menggoreskan
menggoreskan inoculum loop yang telah ada suspense mikrobanya pada
medium secara kontinyu sampai setengah permukaan medium.
3. Goresan kuadran
Cara goresan sama dengan cara goresan pola T namun pada pola kuadran ini
medium dibagi menjadi 4 goresan pertama merupakan goresan yang banyak
mengandung mikrob
4. Goresan radian
B. Metode tebar
Metode ini dilakukan dengan cara inoculum yang diteteskan diletakan di atas
sebuah medium NA dalam cawan petri menggunakan sudip. Inoculum itu
disebarkan dalam medium batang yang sama.
C. Metode tuang
Metode ini dilakukan dengan cara pengenceran telebih dahulu untuk mendapatakn
satu koloni bakteri sehingga dapat dengan mudah diinokulasi.
D. Metode tusuk
Metode ini dilakukan dengan cara menusukan jarum ose yang telah ada
inokulumnya kedalam medium.
Bahan :
Goresan T
bagi cawan petri menjadi 3
bagian menggunakan spidol
marker , inokulasi daerah 1
dengan streak zigzag.
panaskan jaum ose dan
tunggu dingin kemudian
Goreskan diatas streak zigzag pada daerah 2
dan daerah 3.
media padat dalam
Sampel bakteri cawan petri
diambil dengan menggunakan teknik Goresan Kuadran
ujung kawat ose penggoresan bagi cawan petri menjadi 4
( Goresan T dan bagian , daerah satu
Goresan Kuadran) merupakan goresan awal
sehingga masih banyak
mengandung
mikroorganisme , goresan
selanjutnya dipotong dari
silangan dari goresan pertama
sehingga jumlah semakin
sedikit dan terpisah menjadi
koloni tuggal.
- Besar kecilnya koloni, ada koloni yang serupa suatu titik, ada pula yang
melebar sampai menutup permukaan medium.
- Bentuk. Ada yang bulat, ada yang memanjang, ada yang tepinya rata, dan ada
yang tepinya tidak rata.
- Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada yang timbul, yaitu menjulang tebal diatas permukaan medium.
- Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaanya halus saja, ada
yang permukaannya kasar dan tidak rata.
- Wajah permukaan. Ada yang koloni permukaannya mengkilat, ada yang
suram.
- Warna. Kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-
kuningan, akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-merahan, coklat, jingga,
biru, hijau, dan ungu.
- Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti
mentega, ada yang keras dan kering.
- Sifat koloni pada agar lempeng menganai bentuk, permukaan, dan tepi.
Bentuk koloni dilukiskan sebagia titik-titik, bulat, benang, tak teratur, serupa
akar, serupa kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar,
timbul melengkung, timbul mencembung, timbul membukit, timbul berkawah.
Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada
yang bergerigi, da yang berbenang-benang, ada yang keriting.
- Sifatkolonipadaagarmiring.Sifat-
sifatiniberkisarpadabentukdantepikoloni,dansifat- sifat itu dinyatakan dengan
kata seperti berikut : serupa pedang, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa
batang, serupaakar.
- Sifatkolonipadaagartegak.Kolonidapatserupapedang,tasbih,bertonjoltonjol,
berjonjot, serupabatang.
E. Pembahasan
Medium pertumbuhan adalah suatu tempat yang berisi bahan nutrisi yang dibuat untuk
menumbuhkan mikroba. Nutrisi yang terkandung ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energy, bahan pembangun sel, sintesa protoplasma, dan bagian sel
lainnya.Selain itu Medium juga digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian, sifat-
sifat fisiologis serta perhitungan mikroba.Pada praktikum yang kita lakukan kita memakai
media TSA dan TSB.
Inokulasi atau penanaman mikroba adalah suatu pekerjaan memindahkan suatu
mikroorganisme darai medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian
yang tinggi.Dalam melakukan inokulasi ini harus menggunakan alat-alat yang telah
disterilisasai agar menghindari terjadinya kontaminasi.
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara yang bergunauntuk
membiakkan mikroba.
2. Media yang digunakan untuk membiakkan mikroorganisme adalan media TSA, TSB.
3. Saat menuangkan media agar ke dalam cawan harus selalu berada di dekat api agar
media steril.
4. Media agar harus cepat dituang ke cawan karena jika dingin media akan mengeras.
G. Lampiran
H. Daftar Pustaka
Disusun Oleh:
Kelas : 2C Farmasi
TAHUN 2020/2021
I. JUDUL PRAKTIKUM
“PEWARNAAN GRAM DAN PENGAMATAN JAMUR”
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokus, dan spirilum.
Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaan
gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif
ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah. Metode
pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian gram pada tahun 1884. Dengan
metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan
gram negatif yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular
dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion
dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada
pewarna. Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram
negatif ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan
struktur dan komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu
dapat merupakan hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada
umumnnya lebih tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi kandungan
lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi daripada Gram positif.
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan
aseksual dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dari organisme eukariotik lainnya yaitu melalui
absorbsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa
yang saling berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium.
Alat
- Mikroskop cahaya atau elektrik
- Kaca objek
- Pipet tetes
- Pembakar spirtus
- Botol semprot
Bahan
- Kristal violet
- Lugol
- Etanol 96% atau aseton
- Safranin
- Aquadest
- Minyak imersi
- Methylen blue
- Bakteri Gram positif dan Negatif
- Jamur
V. PROSEDUR KERJA
A. Pewarnaan Gram
1. Bersihkan kaca objek dengan menggunakan alkohol dan kapas bebas
lemak, kering anginkan di atas pembakar spirtus sampai bebas lemak.
2. Pada lingkaran tersebut masukan satu mata ose aqudest ratakan sesuai
diameter lingkaran.
3. Ambil biakan bakteri yang diuji degan menggunakan ose, ratakan dengan
aquadest yang sudah di ratakan dalam lingkaran kaca objek. Hindari
pengambilan bakteri yang terlalu banyak, karena akan menumpuk pada
pengamatan dengan mikroskop.
5. Setelah kering, teteskan 3 tetes kristal violet ke atas suspsensi yang sudah
kering tersebut, tunggu selama ± 1 menit.
10. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek
dengan tisu halus, dan kering anginkan kembali
12. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek
dengan tisu halus, dan kering anginkan kembali
B. Pengamatan Jamur
Sampel jamur diambil pada roti yang sudah terkontaminasi jamur.
2. Ambil biakkan jamur dengan menggunakan ose, ratakan di atas kaca objek
b. Pewarnaan Jamur
Nama Sampel Roti tawar
VII. PEMBAHASAN
Escherichia coli
Taksonomi
Superdomain Biota
Superkerajaan Prokaryota
Kerajaan Bacteria
Subkerajaan Negibacteria
Filum Proteobacteria
Kelas Gammaproteobacteria
Ordo Enterobacterales
Famili Enterobacteriaceae
Genus Escherichia
Spesies Escherichia coli
Pada praktikum kali ini, dilakukan perwarnaan gram pada bakteri. Pewarnaan gram
dilakukan bertujuan sama dengan uji gram yaitu untuk membedakan bakteri apakah gram
positif atau gram negatif. Pewarnaan gram menggunakan lebih dari satu pewarna dan
memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri sehingga dapat digunakan untuk
membedakan bakteri. Pewarnaan gram ini mampu membedakan dua kelompok besar
bakteri, yaitu gram positif dan gram negatif.
Pada pewarnaan Gram, bakteri yang digunakan yaitu Staphyloecoccus aureus dan
E.coli bekteri Umur bakteri pada pewarnaan gram harus minimal berumur 24 jam atau 1
hari. Dari hasil pewarnaan Gram dan setelah diamati dengan bantuan mikroskop cahaya
listrik bahwa Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif karena berwarna
ungu dan ada yang sedikit biru tua , morfologinya stafilokokus, dan berbentuk bulat.
Bakteri ini umumnya tumbuh bergorombol sehingga tampak seperti anggur.
Bakteri garam positif ialah bakteri yang mengikat warna utama (crystal violet)
dengan kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh peluntur dan tidak diwarnai lagi oleh
zat warna lawan (safranin) pada mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna ungu. Bakteri
Gram positif terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat Kristal violet lebih
kuat. Namun selama praktek, hasil warna bakteri yang kami amati ada yang berwarna
merah muda dan ungu. Perbedaan warna ini disebabkan oleh kesalahan pada proses
pewarnaan dalam tahap pengeringan preparat yang terlalu panas sehingga ada bakteri
yang mati sehingga menghasilkan warna merah muda.
Staphylococcus termasuk ke dalam bakteri gram positif. Karena menggunakan
teknik pewarnaan gram, bakteri ini memiliki peptidoglikan yang tebal, sehingga dapat
mengikat cat gram dengan kuat,sehingga disebut gram positif. karena dia termasuk dalam
kelompok bakteri gram positif, maka warna dari Staphylococcus adalah ungu dengan
warna dasar merah. Hal tersebut dikarenakan kandungan lipid dari bakteri gram positif
lebih rendah dan banyak mengandung peptidoglikan.Karena kandungan lipidnya yang
lebih rendah ,dinding sel bakteri gram positif menjadi terdehidrasi selama perlakuan
dengan etanol sehingga bakteri gram positif mempertahankan zat pewarna ungu
Kristalnya.
Langkah – langkah yang dilakukan selama pewarnaan gram adalah proses sterilisasi
sangat penting dibutuhkan sebelum memulai maupun mengakhiri dalam praktek. Alkohol
yang disemprotkan pada tangan, kaca preparat dan meja, bahkan tangan pun sebelumnya
harus dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal tersebut berfungsi untuk menyeterilkan
atau membunuh mikroorganisme yang tak diinginkan agar mendapatkan hasil yang
akurat.
Sample biakan bakteri Staptyloeoccus aereus diambil sekitar 1 – 2 ose, diletakkan
di atas obyek glass serta diratakan dengan jarum ose. Kemudian difiksasi untuk
menguapkan air sehingga hanya akan didapatkan bakteri saja. Proses fiksasi juga
bertujuan supaya bakteri benar-benar melekat pada obyek glass sehingga olesan bakteri
berupa tetesan sampel tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Proses fiksasi
dengan pemanasan biasanya di atas bunsen pada pewarnaan gram dapat menyebabkan
bakteri tersuspensi mati atau tidak produktif apabila suhu terlalu tinggi, walaupun dapat
melekatkan bakteri pada kaca preparat.
Prosedur pewarnaan Gram yaitu bersihkan kaca objek dengan menggunakan
alkohol dan kapas bebas lemak, kering anginkan di atas pembakar spirtus sampai bebas
lemak. Buat lingkaran kecil ditengah kaca objek dengan spidol permanen. Pada lingkaran
tersebut masukan satu mata ose aqudest ratakan sesuai diameter lingkaran. Ambil biakan
bakteri yang diuji degan menggunakan ose, ratakan dengan aquadest yang sudah di
ratakan dalam lingkaran kaca objek. Hindari pengambilan bakteri yang terlalu banyak,
karena akan menumpuk pada pengamatan dengan mikroskop. Fiksasi di atas pembakar
spirtus sampai kering, untuk memastikan bakteri menempel pada kaca objek. Jangn
terlalu dekat api karena akan membuat bakteri mati. Setelah kering, teteskan 3 tetes
kristal violet ke atas suspsensi yang sudah kering tersebut, tunggu selama ± 1 menit.
Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek dengan tisu
halus, dan kering anginkan kembali. Setelah kering teteskan larutan lugol, tunggu selama
± 1 menit. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek dengan
tisu halus, dan kering anginkan kembali. Setelah kering, teteskan etanol, tunggu selama
±30 detik. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek dengan
tisu halus, dan kering anginkan kembali.
Setelah kering, teteskan safranin, tunggu selama ± 1,5 menit. Cuci dengan aquades
mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek dengan tisu halus, dan kering anginkan
kembali. Setelah kering, tetesi dengan minyak imersi. Amati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10x.
Pewarna krystal violet berfungsi memberikan pewarnaan pada bakteri tersebut.
Bakteri akan berwarna ungu. Penuangan krystal vioet harus merata pada seluruh area
biakan bakteri pada kaca preparat agar bakteri dapat terwarnai dengan sempurna. Bakteri
yang telah diwarnai dibiarkan selama 1 menit agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi
semakin kuat.
Pencucian etanol memungkinkan hilang dari sel. Penetesan alkohol 96 % pada
biakan bakteri untuk melakukan penetrasi ke dalam dinding sel dan melunturkan
pewarnaan ungu dari komplek Kristal ungu dan lugol. Pada gram positif akan tetap
mempertahankan warna ungu karena mengandung peptidoglikan. Bakteri gram positif
akan mengalami dehidrasi pada dinding selnya dan pori-porinya menciut karena daya
rembes dinding sel dan membrane menurun sehingga komplek Kristal ungu dan
lugol tidak dapat keluar dari sel dan tetap berwarna ungu.
Setelah itu dibilas dengan air mengalir bertujuan agar warna dapat luntur secara
sempurna dan tidak ada yang tersisa di obyek glass. Kemudian ditambahkan safranin
dengan menuangkannya dan dibiarkan selama 30 detik. Pewarna safranin merupakan
pewarna sekunder atau kontras berfungsi untuk mewarnai kembali sel – sel yang telah
kehilangan pewarna utama setelah perlakuan alkohol. Pewarnaan safranin masuk ke
dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif
sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan
alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga
pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain
dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat
berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah
rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses
identifikasi bakteri berlangsung cepat (efisiensi waktu).
Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap
preparat dengan menggunakan air mengalir. Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi
kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-
masing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan dengan menggunakan pemanasan,
agar air tidak tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan.
Setelah pembilasan terakhir, preparat dikeringkan dan ditambahkan minyak imersi
pada preparat dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah baru kemudian
dibesarkan dengan pembesaran kuat ( 100X ). Jika terbentuk warna ungu maka termasuk
golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna merah atau merah muda maka
termasuk golongan bakteri gram negatif. Hasil akhirnya, Staptyloeoccus
aereus merupakan bakteri gram positif yang berwarna ungu.
Pengamatan bentuk dan jenis bakteri akan tampak jelas jika dilakukan pewarnaan
terhadap sel. Kebanyakan sel-sel bakteri tidak berwarna, sehingga jika di lihat di bawah
mikroskop tidak memperlihatkan warna kontras.Warna yang membedakan antara bakteri
Gram positif dengan bakteri Gram negatif yaitu warna ungu dan merah, bakteri tersebut
akan menyerap warna ungu dikatakan sebagai Gram positif dan menyerap dominan
warna merah berarti Gram negatif. Hal itu disebabkan karena perbedaan struktur dinding
sel diantara keduanya.
Pengamatan Staphylococcus aureus dengan perbesaran 100x bentuknya adalah
kokus atau bulat termasuk dalam bakteri Gram positif karena bakteri ini menyerap warna
ungu dan dapat mempertahankannya selama proses pewarnaan tersebut. Pewarnaan
bakteri ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti fiksasi, peluntur warna, substrat,
intensifikasi pewarnaan, dan penggunaan zat warna penutup.
Selanjutnya dilakukan langkah yang sama untuk bakteri e. coli seperti pada bakteri
aureus. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan gambaran mikroskop bahwa bakteri
E.coli mempunyai warna merah muda, ini membuktikan bahwa bakteri ini gram
negatif, dengan morfologi bentuk basil yang memanjang kurus dan kecil-kecil.
b. Pewarnaan Jamur
Aspergillus sp. pada roti
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycotina
Sub Divisi : Ascomycotina
Class : Ascomycetes
Ordo : Eurotiace
Family : Eurotiaaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus sp.
Prosedur pewarnaan jamur yaitu sampel jamur diambil pada roti yang sudah
terkontaminasi jamur.Bersihkan kaca objek dengan menggunakan alkohol dan kapas
bebas lemak, kering anginkan di atas pembakar spirtus sampai bebas lemak.. Ambil
biakkan jamur dengan menggunakan ose, ratakan di atas kaca objek. Teteskan methylene
blue, tutup dengan cover glass, hindari terbentuknya gelembung. Amati di bawah
mkroskop perbesaran 10x
Sampel yang digunakan adalah roti tawar pemilihan bahan tersebut bertujuan
untuk mempermudah pencarian bahan, kapang mudah dilihat karena penampangnya yang
berserabut seperti kapas pada awal kemudian jika spora telah timbul akan terbentuk
warna sesuaijenis kapangnya, bahan mudah mengalami pembusukan, mempermudah
identifikasi jamur/fungi.
Dari hasil praktikum pada pengamatan kapang dan khamir menggunakan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 10X, diambil gambarnya kemudian diidentifikasi
morfologinya. Kapang pada Roti yaitu dengan mengambil jamur/kapang pada permukaan
roti menggunakan pisau pemotong, kemudian diletakkan pada preparat datar dan ditetesi
methylene blue. Pengambilan untuk kapang roti harus hati-hati dan setipis mungkin,
karena jika tidak hati-hati struktur/morfologi kapang akan rusak sehingga tidak di
dapatkan hasil yang diinginkan.
Pada pengamatan roti yang berjamur didapatkan jamur mikroskopis
yaitu Aspergillus sp. Pada gambar dapat terlihat jamur ini memiliki bagian seperti bulatan
yang terhubung dan terdapatr tangkai. Aspergillus sp. memilliki bagian yang terdiri dari
konidia, vesikel dan konidiosfor. Ciri-ciri Jamur Aspergillus sp. memiliki hifa bersepta,
koloni tampak, konidiofornya tegak dan tidak bersepta, ujung konidiofor membengkak
membentuk vesikel. Permukaan vesikel ditutupi fialid yang biasanya sederhana dan
berwarna atau tidak berwarna. Fialid menghasilkan konidia yang membentuk rantai
berwarna hijau, coklat, atau hitam.
Ciri-ciri khas dari jamur Aspergillus sp. adalah berupa benang tunggal atau
benang-benang padat menjadi satu, tidak mempunyai klorofil, bersifat aerobik serta
berkembang biak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam
spora. Aspergillus sp. mempunyai konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan atau
coklat violet. Bagian atas membesar dan berbentuk globosa, konidiofor halus tak
berwarna atau berwarna agak coklat kuning. Aspergillus sp memiliki koloni yang
berwarna putih abu-abu terang atau kekuningan dengan tinggi 10-20 mm.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dan pengamatan pewarnaan gram dan morgologi bakteri
dapat disimpulkan bahwa :
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu dan
ada yang sedikit biru tua , morfologinya stafilokokus, dan berbentuk bulat. Bakteri ini
umumnya tumbuh bergorombol sehingga tampak seperti anggur. Bakteri E.coli
mempunyai warna merah muda, ini membuktikan bahwa bakteri ini gram negatif, dengan
morfologi bentuk basil yang memanjang kurus dan kecil-kecil.
Pada pengamatan roti yang berjamur didapatkan jamur mikroskopis
yaitu Aspergillus sp. Pada gambar dapat terlihat jamur ini memiliki bagian seperti bulatan
yang terhubung dan terdapatr tangkai
Gandjar, I., R.A. Samson., Karin van Der Tweel Vermulen., A. Oetari., I. Santoso.
1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.
X. LAMPIRAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
“UJI POTENSI ANTIBIOTIK”
Disusun Oleh :
Kelas : 2C FARMASI
A. JUDUL PRAKTIKUM
UJI POTENSI ANTIBIOTIK
B. TUJUAN
a) Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan di laboratorium beserta
kegunaan dankeamanannya.
b) Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan dan mengontrol kualitas
ruangan
c) Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pengujian potensiantibiotika
C. DASAR TEORI
Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup,
termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik, dan dalam
kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau
lebih mikroorganisme. Antibiotika sudah banyak digunakan oleh masyarakat untuk
pengobatan berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Akan tetapi akibat pemakaian
yang tidak rasional dan pemakaian yang tidak tuntas dari antimikroba malah dapat
membahayakan bagi pasien. Bakteri penyebab penyakit ini dapat menjadi resistensi
terhadap pengobatan dengan antimikroba. Antibiotik digunakan untuk mengobati
berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada
pembedahan besar.
Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik untuk menetapkan
suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap
pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan pada
senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan.
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama
fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris
dr.Alexander Flemming tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru di
perkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di
seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang
dapat digunakan sebagai obat.
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam zat
kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak
menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan
bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut
chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, peretumbuhan koloninya dapat
dipengaruhi oleh zat-zat kimiab peristiwa itu disebut chemotropis .
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa
suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas
selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada
konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit .
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat - syarat berikut :
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host,
seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora
usus atau flora kulit.
D. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
E. PROSEDUR KERJA
2. Persiapan larutanstandar
a. buat larutan amoxicillin 1000 ppm, 500 ppm, dan 250 ppm
3. Persiapanmedia
4. persiapan suspensibakteri
5. Pengujian potensiantibiotik
Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri ke dalam media TSA cair
dalam tabung reaksi, kocok
F. HASIL PERHITUNGAN
1000 mg
10000 ppm =
1000 ml
50 mg
1. Amoxicillin 1000 ppm =
50 ml
50 mg Amoxicillin dilarutkan dalam 50 ml aquadest
2. Amoxicillin 500 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
X . 1000 mg = 50 ml . 500 mg
X = 25 ml
3. Amoxicillin 250 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
X . 500 mg = 50 ml . 250 mg
X = 25 ml
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan penenlitian potensi antibiotika.Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan besarnya potensi antibiotik sampel terhadap antibiotika
standar. Suatu antibiotika memerlukan konsentrasi tertentu agar dapat menjalankan
fungsinya yaitu sebagai bakteriostatik atau bakteriosida. Potensi yang diberikan menurut
farmakope haruslah 95% - 105%, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak memenuhi
syarat untuk dapat diedarkan di pasaran.
Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan potensi
antibiotika adalah metode penetapan dengan lempeng silinder atau kertas cakram untuk
menguji antibiotik pada media nutrien agar yang berisi inokulum bakteri pada cawan
petri. Potensi dapat ditentukan dengan mengukur zona bening yang dihasilkan dan
membandingkannya dengan diameter zona bening dari antibiotika standar / baku.
Pada percobaan ini antibiotik yang digunakan adalah amoxicillin dan suspensi
bakterinya adalah Escherichia coli karena menurut farmakope dan literatur yang ada
antibiotik amoxicillin sensitif terhadap bakteri Escherichia coli.
Percobaan diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti
suspensi antibiotik sampel dan standar, NA yang telah dicampur suspensi bakteri, tabung
reaksi, perforator, tabung reaksi dan pipet yang sudah disterilisasi terlebih dahulu di
dalam autoklaf, ini dilakukan untuk menghindarkan alat dari kontaminan lain yang dapat
mengganggu dalam percobaan.
Dilakukan pembagian pada permukaan dasar cawan petri menjadi 6 area sama
besar. Setiap area ini diberi label larutan sampel tinggi (A1) dan rendah (A3) untuk
mempermudah dalam pengamatan. Pada penggunaan cawan petri, jangan dibiarkan
dalam kondisi terbuka, agar isi cawan tidak terkontaminasi oleh udara luar.
• Masing-masing kertas cakram direndam kedalam suspensi antibiotik amoxicillin dan 3
lainnya direndam di dalam ekstrak bawang putih. Setelah beberapa menit kemudian
masukkan kertas cakram ke dalam cawan petri sesuai dengan tanda label yang telah
dibuat.Semua tahap pengerjaan prosedur harus dilakukan secara aseptis, hal ini dilakukan
untuk menghindari kontaminasi yang terjadi oleh mikroba lain yang dapat merusak
percobaan. Setelah semua kertas cakram ditempatkan dalam cawan petri kemudian di
inkubasi di dalam inkubator pada suhu 30-350C selama 24 jam.
Setelah diinkubasi, cawan- cawan petri berisi inokulum tersebut diambil dan
diamati. Parameter yang diamati adalah zona hambat berupa daerah bening di sekitar
reservoir yang telah diisi dengan antibiotik Amoxicillin. Dari hasil pengamatan pada
masing-masing cawan petri tidak terlihat adanya zona hambat yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri di sekitar reservoir. Semua cawan petri menunjukkan hasil yang
sama baik pada daerah antibiotik uji yaitu Amoxicilin maupun pada bawang putih.
Penelitian dengan menggunakan metode tentang uji aktivitas antibakteri ektrak
bawang putih terhadap E. coli menunjukkan tidak adanya jumlah koloni.Hal ini sesuai
dengan pernyataan Brooks (2007) tingginya senyawa aktif pada ektrak seiring
meningkatnya pemberian konsentrasi ekstrak, sehingga senyawa aktif tersebut memiliki
kemampuan yang besar untuk menghambat pertumbuhan Sementara itu, menurut Ajizah
(2004) selain faktor konsentrasi, jenis bahan antimikroba juga menentukan kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil Escherichia coli pada kombinasi (A1), (A2),
(A3) (A4) tidak terdapat perbedaan yaitu pada konsentrasi 25% dan 50%, kemungkinan
hal ini dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan hanya satu yaitu air bersifat polar,
sehingga senyawa yang tertarik hanya yang bersifat polar yaitu triterpenoid dari ketiga
kombinasi tersebut, sedangkan E. coli merupakan bakteri gram negatif tersusun atas
dinding sel yang kompleks. Menurut Suharni (2008), membran luar bakteri E. coli
mengandung lipid sebanyak 20% yang bersifat non polar, dimana lipid ini berfungsi
untuk mencegah masuknya bahan kimia dari luar, dimungkinkan terjadi perbedaan sifat
kepolaran antar dinding sel bakteri gram negatif bersifat non polar dan senyawa aktif
triterpenoid bersifat polar yang dikandung pada masing-masing kombinasi, sehingga sulit
untuk menembus dinding selnya, maka tidak adanya jumlah koloni yang dihasilkan. Dan
bahan amoxicillin yang digunakan dalam praktikum kemungkinan sudah rusak
ditunjukkan dengan adanya lapisan minyak diatasnya setelah dilarutkan dengan air.
H. KESIMPULAN
Uji potensi antibiotika adalah suatu teknik untuk menetapkan potensi suatu
antibiotika dengan mengukur efek senyawa-senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu
mikroorganisme. Efek yang ditimbulkan berupa daya hambatnya terhadap
mikroorganisme. Uji potensi antibiotik dapat dilakukan dengan cara kimia,fisikokimia
dan secara mikrobiologi atau biologik. Pada praktikum ini dilakukan secara
mikrobiologik karena dapat menunjukkan penurunan aktivitas mikroba sehingga terjadi
perubahan yang kecil yang tidak dapat ditunjukkan secara kimia.Uji potensi secara
mikrobiologi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode lempeng (difusi agar) serta
metode tabung (turbidimetri). Pada pengujian potensisuatu antibiotika dengan difusi agar,
digunakan media padat, yang pada permukaannya telah diinokulasikan mikrorganisme uji
yang sensitif terhadap antibiotika yang secara merata. Pada permukaan media tersebut
diletakkan blankdisk yang telah direndam dalam antibiotik yang akan diuji. Selama masa
inkubasi akan terjadi proses difusi antibiotika ke dalam gel agar dan membentuk zona
hambatan.Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian antibiotik,maka
dapat diketahui bahwa antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau
sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam.Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-
Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk
bakteri.Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona
hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat
pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri
itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Zein U. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2004.
CDC. Antibiotic / Antimicrobial Resistance. 2014. [disitasi pada 8 maret 2015]. tersedia dari
https://www.cdc.gov/drugresistance/index .html
WHO. Antimicrobial resistance. 2014. [disitasi pada 8 Maret 2015]. tersedia dari
http://www.who.int/antimicrobialresistance/en/
Harris JC, Cottrell SL, Plummer S, Lloyd D. Antimicrobial properties of Allium sativum
(garlic). Appl Microbiol Biotechnol. 2001;57:282-6.
Fujisawa H, Watanabe K, Suma K, dkk. Antibacterial potential of garlic-derived allicin and its
cancellation by sulfhydryl compounds. Biosci Biotechnol Biochem. 2009;73(9):1948-55.
LAMPIRAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI
“PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL,ANGKA KAPANG
KHAMIR,DAN BAKTERI PATOGEN PADA SAMPEL”
DISUSUN OLEH :
KELAS : 2 C FARMASI
II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan di laboratorium beserta
kegunaan dan keamanannya.
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan dan mengontrol kualitas ruangan.
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pengujian mikrobiologi untuk
menentukan angka cemaran dengan metode Angka Lempeng Total dan Angka
Kapang Khamir.
4. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pengujian mikrobiologi untuk
menentukan jenis bakteri pathogen cemaran dengan metode Angka Lempeng
Total dan Angka Kapang Khamir
V. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan media
Sterilkan cawan petri dengan oven pada suhu 1800C selama 1 jam
Pembuatan media
Timbang bahan
Sterilkan Laminar Air Flow atau enkas dengan menggunakan alkohol 70%,
semprotkan pada dinding dan meja, kemudian di lap secara searah, bersihkan
sebanyak 3x putaran
Siapkan media TSB steril sebanyak 4 buah dan cawan petri yang sudah
disterilkan
Siapkan juga media cair MCB dan RVSE untuk pengujian bakteri patogen
Pipet 1 ml sampel sirup masukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berisi media
TSB steril, homogenkan dengan cara mengocok perlahan tabung tersebut.
(pengenceran pertama). 1 tabung lagi diinkubasi untuk pengujian bakteri
patogen (inkubasi pada suhu 30-350C selama 18-24 jam).
TSB yang sudah diinkubasi (Pada point 3.d), diinokulasikan ke dalam tabung
yang berisi media MCB dan RVSE steril masing-masing sebanyak 1 ml.
Untuk media MCB diinkubasi pada suhu 40-440C selama 18-24 jam, dan untuk
RVSE diinkubasi pada suhu 30-350C selama 18-24 jam.
. Ambil 1 mata ose dari TSB tadi, goreskan secara zigzag ke dalam cawan petri
yang berisi media CA dan MSA. Inkubasi pada suhu 30-350C, selama 24-48
jam.
Ambil satu mata ose dari media MCB yang telah diinkubasi, goreskan secara
zigzag ke dalam cawan petri yang berisi media MCA. inkubasi pada suhu 30-
350C, selama 24-48 jam.
Ambil satu masa ose dari media RVSE yang telah diinkubasi, goreskan secara
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
zigzag ke dalam cawan petri yang berisi media XLD. Inkubasi pada suhu 30-
Prinsip pengujian Angka Lempeng
350C, selamaTotal
24-48yaitu
jam. mengamati pertumbuhan
koloni bakteri yang terbentuk sedangkan prinsip pengujian Angka Kapang Khamir
yaitu pertumbuhan koloni jamur baik dalam bentuk kapang khamir, setelah sampel
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang maupun sebar dan
diinkubasi pada suhu yang sesuai. Namun, dalam praktikum kali ini metode yang
digunakan adalah metode sebar yaitu terlebih dahulu dibuat agar pada cawan dan
dibirarkan sampai memadat kemudian sebanyak 10 mL contoh sampel yang telah
diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut dan diratakan dengan batang gelas
melengkung atau ose yang steril. Sampel yang digunakan dalam pengujian ALT
(Angka Lempeng Total) dan AKK (Angka Kapang Khamir) adalah sampel sirup.
1. Homogenisasi dan pengenceran sampel
Proses pengujian dalam praktikum ini diawali dengan melakukan
homogenisasi sampel terlebih dahulu. Menurut Radji (2010) homogenisasi
sampel merupakan suatu tahapan awal yang harus dilakukkan pada sampel supaya
diperoleh 40distribusi mikroba yang merata di dalam sampel sehingga
mudah untuk diamati. Tujuan homogenisasi sampel adalah untuk
membebaskan sel-sel bakteri yang masih terlindungi oleh partikel dari
sampel yang akan diperiksa serta untuk mengaktifkan kembali sel-sel bakteri
yang kemungkinan pertumbuhannya terganggu karena berbagai kondisi yang
kurang sesuai didalam sampel. Pada tahap homogenisasi sampel ini diperoleh
suspensi pengenceran 1x. Tujuan dari pengenceran sampel adalah untuk
mempermudah dalam perhitungan, karena apabila tidak dilakukan pengenceran
maka sampel menjadi terlalu pekat yang dapat mengakibatkan pertumbuhan
bakteri akan saling tumpang tindih satu sama lain atau tidak terpisah dengan
baik sehingga dapat mempersulit proses perhitungan jumlah bakteri. Larutan
yang digunakan untuk pengenceran sampel adalah TSB. Prosedurnya yaitu
dengan cara menyiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing telah diisi 10 ml
TSB steril, kemudian dipipet 10 mL sampel sirup masukkan ke dalam tabung
reaksi yang telah berisi media 10 ml TSB steril, kemudian dihomogenkan dengan
cara mengocok perlahan tabung tersebut. 1 tabung lagi diinkubasi untuk
pengujian bakteri patogen. Hasil dari homogenisasi kemudian dipipet sebanyak 1
mL ke dalam cawan petri yang berisi 10 ml TSB steril yang sudah memadat.
Cawan petri segera digoyang sedemikian rupa dengan bantuan ose bulat yang
steril hingga suspensi tersebar merata. Setelah merata, cawan dibungkus dengan
kertas kemudian diinkubasi suhu 30-35°C dimana suhu tersebut merupakan
pertumbuhan bakteri yang paling optimal dan dilakukan selama 24-48 jam dengan
posisi tidak terbalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Perlu diingatkan bahwa semua perlakuan diatas harus secara aseptis, agar tidak
terjadi kontaminasi terhadap mikroorganisme lain.
2. Uji angka lempeng total
Uji Angka Lempeng Total merupakan suatu metode untuk menghitung
angka cemaran bakteri mesofil aerob yang terdapat dalam sampel sirup dengan
cara tuang (metode pour plate) pada media padat dan diinkubasi dalam posisi
terbalik pada suhu 30-35°C selama 24-48 jam.
Media yang digunakan dalam uji ALT adalah TSA yang berguna sebagai
nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dalam media. Peralatan dan media yang
digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan pemanasan basah menggunakan
bantuan alat autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit agar tidak terjadi
kontaminasi yang berasal dari media maupun alat-alat yang digunakan.
kemudian di tanam dalam media TSA menggunakan metode tuang (pour
plate) dan diinkubasikan pada suhu 30-350C selama 24-48 jam. Inkubasi
dilakukan secara terbalik supaya uap air yang terbentuk selama masa
inkubasi tidak menetes pada media karena dapat mempersulit perhitungan
jumlah koloni bakteri. Koloni yang tumbuh dalam media selanjutnya dihitung
sesuai dengan cara perhitungan ALT.
Berdasarkan hasil praktikum ALT jumlah koloni yang didapat pada sampel sirup
sebanyak 110 koloni bakteri
d. Media XLD
Dengan cara menganmbil satu masa ose dari media RVSE yang telah
diinkubasi, goreskan secara zigzag ke dalam cawan petri yang berisi media
XLD. Inkubasi pada suhu 30-350C, selama 24-48 jam. Didapakan hasil pada
media XLD tidak terbentuk pertumbuhan morfologi koloni berwarna merah
muda dengan atau tanpa pusat berwarna hitam menandakan hasil negatif
terhadap bakteri Salmonella sp.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum ALT jumlah koloni yang didapat pada sampel sirup
sebanyak 110 koloni bakteri. Sedangkan Angka Kapang Khamir untuk pertumbuhan
koloni jamur (kapang dan khamir) sebanyak 3 koloni.
Sedangkan pada pengujian bakteri patogen didapatkan hasil sebagai berikut, pada
media MCB terbentuk perubahan warna dari ungu jernih menjadi kuning keruh
menandakan positif E. coli. Pada media RVSE terbentuk perubahan warna dari hijau
toska jernih menjadi hijau keruh. Pada media CA tidak terbentuk pertumbuhan
morfologi koloni berwarna hijau menandakan hasil negatif terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Pada media MSA terbentuk pertumbuhan morfologi koloni
berwarna kuning dikelilingi zona kuning menandakan hasil positif terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Pada media MCA tidak terbentuk pertumbuhan morfologi
koloni berwarna merah bata dengan atau tanpa dikelilingi endapan empedu
menandakan hasil negatif terhadap bakteri E. coli. Pada media XLD tidak terbentuk
pertumbuhan morologi koloni berwarna merah muda dengan atau tanpa pusat
berwarna hitam menandakan hasil negatif terhadap bakteri Salmonella sp.