Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUMMIKROBIOLOGI DAN VIRULOGI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Nama :

NIM :

Kelas : 2 C FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1-FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
2020/2021
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUMMIKROBIOLOGI DAN VIRULOGI
“PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI”

Disusun Oleh :

Kelas : 2 C FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1-FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

I. JUDUL PRAKTIKUM
“ PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI”

II. TUJUAN PRAKTIKUM


a. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan di laboratorium beserta kegunaan
dan keamanannya.
b. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan dan mengontrol kualitas ruangan.
c. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja sterilisasi peralatan dan bahan

III. DASAR TEORI


Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk- makhluk
kecil yang hanya kelihatan dengan mikrosop (bahasa Yunani: mikros = kecil, bios =
hidup, logos = kata atau ilmu). Makhluk-makhluk kecil itu disebut mikroorganisme,
mikroba, protista atau jasad renik.
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang
memberikan pembesaran yang membuat dan dapat melihat struktur organisme yang tidak
dapat dilihat oleh mata telanjang. Autoklaf digunakan sebagai alat sterilisasi uap dengan
tekanan tinggi.
Dekontaminasi adalah proses menghilangkan atau membunuh mikroorganisme
sehingga objek aman untuk ditangani, tujuannya untuk melindungi praktikan yang
melakukan percobaan menggunakan bakteri atau semacamnya.
Sterilisasi, yaitu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan
spora-sporanya. Desinfeksi, yaitu metode untuk memusnahkan atau menghancurkan
mikroorganisme patogen. Sanitasi, yaitu metode untuk mengurangi tingkat organisme
yang hidup.
Sterilisasi yang paling umum dilakukan dapat berupa: sterilisasi secara fisik
(pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa
kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan
tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan
temperatur 170 180 dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk
peralatan gelas). Sterilisasi secara makanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat
pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan
saringan/filter. Sitem kerja filter, seperti pada saringan adalah melakukan seleksi terhadap
pertikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoclave uap yang mulai diangkat
dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 121 C selama 15 menit. Adapun alasan
digunakannya suhu 121 C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan
laut. Autoclave merupakan alat yang essensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi,
ruang sterilisasi di rumah-rumah sakit serta tempat-tempat lain yang memproduksi produk
steril. Pada umumnya (tidak selalu) autoclave dijalankan padaa tekanan kira-kira 15-16
per (5 kg/cm2) pada suhu 121 . Waktu yag diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada
sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Misalnya 1000 buah tabung
reaksi yang masing-masing berisi 10 ml medium cair dapat disterilkan dalam waktu 10-15
menit pada suhu 121 C, sedangkan jumlah medium yang sama bila ditempatkan dalam
wadah 10 wadah berukuran 1 liter akan membutuhkan 1 liter akan membutuhkan waktu
20-30 menit paa suhuyang sama untuk menjamin tercapainya sterilisasi.
Antonie Van Leuwenhook adalah orang yang pertama kali melihat bakteri dengan
menggunakan instrumen optik yang terdiri atas lensa bikonvens. Pada waktu itu ia
menemukan bakteri dalam berbagai cairan, diantara cairan tubuh, air, ekstrak lada, serta
bir. Penemuan mikroskop pada waktu itu membuka peluang unttuk dilakukannya
penelitian mengenai proses terjadinya fermentasi dan penemuan jasad renik penyebab
penyakit (Ferdias, 1992).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan di laboratorium Mikrobiologi Pengenalan Alat :

1. Inkubator 10. Colony Counter


2. Autoklaf 11. Kaca Objek
3. Ose
4. Cawan Petri
5. Hot Plate & Stirer
6. Oven
7. Mikroskop
8. Mikropipet
9. Laminar Air Flow
V. HASIL PENGAMATAN

No NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI


1 Inkubator - Untuk menginkubasi atau
memerami mikroba pada
suhu yang terkontrol.
- Untuk memanaskan suatu
benda atau zat.
- Untuk mempertahankan
kondisi suhu.
2 Autoclave - Untuk mensterilisasi bahan
alat, instrumen atau media
dengan metode penguapan
suhu bertekanan tinggi yang
dilengkapi pengatur suhu dan
waktu yang dapat disesuaikan
untuk mendapatkan hasil atau
tujuan tertentu. (suhu 121oC
selama 15 menit).

3 Oven - Sebagai alat sterilisasi


dengan menggunakan panas
kering suhu yang diatur
sekitar 170oC-180oC selama
1-2 jam).

4 Hot plate dan - Untuk menghomogenkan


stirer suatu larutan dengan
pengadukan.
No NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI
5 Mikroskop - Untuk melihat
sel
mikroorganisme,
mengamatu sel
bakteri yang
tidak dapat
dilihat dengan
kasat mata.

6 Mikropippet - Untuk
memindahkan
cairan yang
bervolume cukup
kecil biasanya
kurang dari
1000ml.

7 Laminar Air - Untuk proses


Flow persiapan bahan
tanaman atau
penanaman
tanaman dalam
proses tanam
menanam.

8 Cawan Petri - Untuk


membiakkan
(kultivasi)
mikroorganisme.
No NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI
9 Colony Counter - Untuk
menghitung
jumlah bakteri
yang ada
didalam cawan
petri karena
adanya kaca
pembesar.

10 Kaca Objek - Tempat objek


atau preparat
yang akan
diamati
sehingga objek
akan lebih jelas
ketika diamati.

11 Ose/Jarum - Untuk
inokulum memindahkan
biakan untuk
ditanam atau
ditumbuhkan
kemedia baru.

VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan didalam laboratorium dapat diketahui beberapa alat
yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dan dijelaskan juga fungsi serta cara
penggunaan alat. Alat-alat ini seperti tabung reaksi yang berfungsi sebagai media
pertumbuhan dan penampungan cairan lainnya seperti pelarut selain itu juga dapat dapat
diisi dengan media padat. Bunsen berfungsi sebagai alat untuk mensterilkan bahan yang
terbuat dari kaca dan juga dipakai mensterilkan alat lainnya seperti jarum ose dengan cara
memanaskan, cara penggunaan bunsen yaitu dengan cara menyalakan sumbu yang terdapat
pada Bunsen. Tabung reaksi adalah gelas tahan panas yang berfungsi untuk melakukan
suatu reaksi kimia dan wadah penyimpanan medium atau larutan yang akan disterilkan.
Prinsip kerjanya yaitu sebagai wadah penyimpanan medium dengan volume tidak diketahui
karena tidak dilengkapi dengan skala. Rak tabung reaksi yang pada umumnya terbuat dari
kayu yang berfungsi sebagai tempat menyimpan tabung reaksi.
Gelas ukur berfungsi mengukur larutan, cairan atau larutan pada berbagai ukuran
volume. Gelas ukur ini terbuat dari kaca dan cara penggunaannya dengan melihat volume
yang tertera pada gelas ukur tersebut. Cawan petri yaitu wadah yang menyerupai mangkuk
dengan dasar rata. Cawan ini digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur
media. Cara penggunaannya yaitu, medium diletakkan di dalam cawan petri kemudian
ditutup dengan menggunakan penutup cawan.
Autoclave yaitu alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan.
Alat ini terdiri dari bejana tekanan tinggi yang dilengkapi manometer dan klep bahaya.
Autoclave dipakai untuk sterilisasi medium atau larutan atau alat-alat yang tidak tahan suhu
tinggi. Prinsip kerjanya yaitu mensterilkan dengan bantuan uap.
Inkubator adalah suatu unit atau suatu kabinet yang suhunya dapat diatur untuk
menyimpan organisme guna tujuan tertentu. Pada prinsipnya sama dengan oven, hanya
terdapat sedikit perbedaan yaitu pada inkubator terdapat 2 pintu sedangkan pada oven hanya
1 pintu. Berfungsi untuk menginkubasi mikroba yang diinginkan pada suhu optimum
pertumbuhannya. Cara kerjanya adalah menginkubasi sesuai suhu yang diinginkan.
Thermometer berfungsi mengukur suhu suatu larutan atau inkubator. Hot plate
berfungsi untuk memanaskan larutan dan mencairkan media yang padat. Lemari pendingin
yaitu suatu alat elektronik yang digunakan untuk menyimpan bahan atau alat yang telah
disterilisasi dengan proses pendinginan. Prinsip kerjanya yaitu, mengawetkan
mikroba/medium sesuai pada suhu yang diinginkan. Colony counter berfungsi
mempermudah perhitungan koloni bakteri atau jamur yang tumbuh setelah diinkubasi di
dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan
skala/ kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak.
Cara menggunakannya yaitu setelah kita ON-kan, kita menyimpan cawan petri yang berisi
bakteri atau jamur ke dalam kamar hitung, mengatur alat penghitung pada posisi dan mulai
menghitung dengan menggunakan jarum penunjuk sambil melihat jumlah pada layar hitung.
Jarum Ose adalah batang kaca yang ujungnya terdapat kawat panjang, ada yang
berbentuk lurus dan adapula yang bulat. Berfungsi untuk memindahkan atau mengambil
koloni suatu mikrobia ke media yang akan digunakan kembali. Prinsip kerjanya yaitu ose
disentuhkan pada bagian mikrobia kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk
diamati.
Mikroskop fungsinya untuk mengamati mikroba-mikroba beserta aktivitas-aktivitas
yang dilakukannya dalam setiap siklus hidupnya. Alat ini terdiri dari beberapa lensa dan alat
ini sangat bermanfaat atau dibutuhkan dalam melihat mikroba yang sangat kecil yang tidak
dapat dilihat oleh kasat mata. Mikroskop dibagi menjadi dua yaitu mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron. Pada percobaan ini digunakan mikroskop cahaya yaitu merupakan
mikroskop yang mempunyai bagian – bagian yang terdiri dari alat-alat yang bersifat optik,
berguna untuk mengamati benda-benda atau preparat yang transparan. Suatu variasi dari
mikroskop cahaya biasa ialah mikroskop ultraviolet, karena cahaya ultraviolet tak dapat
dilihat oleh mata manusia maka bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya.
Mikroskop ini menggunakan lensa kuarsa. Mikroskop cahaya mempunyai keuntungan yaitu
hemat terhadap penggunaan listrik. Bagian–bagian mikroskop yaitu:
1. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang bersifat maya dan tegak.
Lensa objektif berfungsi untuk mengatur pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x,
40x dan 100x.
2. Kondensor berfungsi untuk mengatur bayangan yang akan diamati atau untuk
menaikkan dan menurunkan kondensor.
3. Reflektor berfungsi untuk menerima cahaya yang masuk atau dapat memperjelas
cahaya yang akan datang.
4. Tubuh mikroskop berfungsi untuk tempat terjadinya proses bayangan antara lensa
objektif dengan lensa okuler.
5. Makrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler objektif sehingga tepat fokusnya
secara kasar dan jelas.
6. Mikrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler sehingga tepat fokusnya secara
tajam.
7. Revolver berfungsi sebagai tempat lensa objektif.
8. Meja objek berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati.
9. Penjepit berfungsi untuk memperkokoh kedudukan preparat agar tidak goyang.
10. Pengatur kondensor berfungsi sebagai pengatur letak lensa kondensor terhadap
preparat.
11. Pemegang (lengan) berfungsi untuk memegang mikroskop.
12. Diafragma berfungsi mengatur cahaya yang masuk dalam mikroskop.
13. Kaki atau dasar berfungsi untuk memperkokoh kedudukan mikroskop.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Alat-alat mikrobiologi memiliki nama, fungsi dan cara penggunaan yang berbeda-
beda.
2. Alat-alat mikrobiologi pada umumnya terbuat dari kaca, karena kaca tidak dapat
bereaksi dengan zat kimia dan tahan terhadapa panas.
3. Sterilisasi alat gelas dengan menggunakan oven,sedangkan alat non gelas dengan
menggunakan autoclave dan alat lain; jarum ose dengan cara dipijarkan dan enkas
dengan cara menyemprotkan alkohol kemudian menyalakan bunsen saat pengerjaan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
J. Pelczar, 1986. Mikrobiologi fourt edition, New York, Me Graw Hill Book Company.
Nur Muhammad, 2006. Mikrobiologi umum. THP Universitas Brawijaya. Gramedia.
Dikutip Schelegal,1994. Mikrobiologi umum edisi ke enam. FMIPA ITB Bandung. UGM Press.
Waluyo, 2008. Teknik metode dasar mikrobiologia. Jakarta. Umum press.
Zubaidah, Elok. 2006. Diktat kuliah mikrobiologi umum. THP Universitas Brawijaya. Gramedia
press
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI-Press.
Volk, Wesley A. dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1, Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI
‘‘Pembuatan media, Peremajaan Mikroba, Pemantauan Udara
Ruang, dan Pengamatan Morfologi koloni Bakteri ’’

Disusun oleh:

Kelas : 2C Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
Tahun Pelajaran 2019/2020
A. Dasar Teori
Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang
digunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme.Mikroorganisme juga
merupakan makhluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus
mengandung semua zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya, yaitu senyawa-senyawa
organic yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.

Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril baik pada
media padat maupun media cair.Inokula adalah bahan yang mengandung mikroba baik
dalam keadaan cair maupun padat.Tujuan inokulasi adalah untuk memurnikan,
mengidentifikasi, meremajakan, dan menyimpan mikroba. Biakan murni dilakukan untuk
keperluan diagnostik, karakterisasi mikroorganisme, industri farmasi dan kegiatan lain
yang berkaitan dengan mikroorganisme.

Teknik inokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara 

A. Metode gores
Metode ini dlakukan dengan cara menggoreskan inoculum diatas permukaan media
agar diatas permukaan cawan petri. Teknik ini agak sulit dilakukan sehingga
memerlukan latihan dan keterampilan tersendiri.tetapi teknik ini merupakan teknik
yang cukup menguntungkan karna tidak memerlukan waktu yang lama dan biaya
yang banyak. Teknik penanamna dengan goresan bertujuan untuk meremajakan
kultur dalam medium baru. Ada beberapa macam jenis atau pola goresan yang
sering digunakan yaitu:
1. Goresan T
Untuk membuat goresan dengan pola T prrtama membagi cawan jadi 3,
kemudian menggoreskan inoculum dengan pola zig-zag
2. Goresan sinambung
Pengoresan secara berksinambungan dilakukan dengan cara menggoreskan
menggoreskan inoculum loop yang telah ada suspense mikrobanya pada
medium secara kontinyu sampai setengah permukaan medium.
3. Goresan kuadran
Cara goresan sama dengan cara goresan pola T namun pada pola kuadran ini
medium dibagi menjadi 4 goresan pertama merupakan goresan yang banyak
mengandung mikrob
4. Goresan radian
B. Metode tebar
Metode ini dilakukan dengan cara inoculum yang diteteskan diletakan di atas
sebuah medium NA dalam cawan petri menggunakan sudip. Inoculum itu
disebarkan dalam medium batang yang sama.
C.  Metode tuang
Metode ini dilakukan dengan cara pengenceran telebih dahulu untuk mendapatakn
satu koloni bakteri sehingga dapat dengan mudah diinokulasi.
D.  Metode tusuk
Metode ini dilakukan dengan cara menusukan jarum ose yang telah ada
inokulumnya kedalam medium.

Media tumbuh merupakan media yang dipersiapkan untuk digunakan menumbuhkan


mikroba. Komposisi media tumbuh disesuaikan dengan mikroba yang akan ditumbuhkan.

B. Alat dan Bahan


Alat :
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Ose/jarum inoculum
4. Bunsen
5. Hot plate dan stirrer
6. Autoklaf
7. Beaker glass

Bahan :

a. Trypstic Soy Agar medium


b. Trypstic Soy Broth
C. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Media
Timbang TSA dan TSB

Larutkan dengan aquadest
(untuk media TSA dipanaskan diatas hot plate dengan menggunakan stirrer hingga
hampir mendidih)

Ukur pH standar pada media

Mesukkan ke dalam erlemeyer dan tutup dengan kapas berkassa yang dilapisi
alumunium foil

Untuk pembuatan agar miring masukkan 15ml media kedalam tabung reaksi sesuai
kebutuhan

Untuk media TSB, medi atidak perlu dipanaskan cukup dilarutkan dalam beaker glass
dan msasukkan kedalam tabung reaksi sebnyak 10ml

Sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121ᵒC, tekanan 1,5 atm, Selama 15 menit

Biarkan media hangat ± 45ᵒC lalu tuangkan kedalam cawan petri yang telah steril

Biarkan membeku

Untuk pembuatan agar miring, media dalam tabung reaksi yang sudah disterilkan
dalam posisi miring hampir horizontal

Untuk pembuatan agar tegak, media dalam tabung reaksi cukup dibiarkan beku dalam
posisi tegak
b. Peremajaan Mikroba
1. Pada lempeng agar

Goresan T
bagi cawan petri menjadi 3
bagian menggunakan spidol
marker , inokulasi daerah 1
dengan streak zigzag.
panaskan jaum ose dan
tunggu dingin kemudian
Goreskan diatas streak zigzag pada daerah 2
dan daerah 3.
media padat dalam
Sampel bakteri cawan petri
diambil dengan menggunakan teknik Goresan Kuadran
ujung kawat ose penggoresan bagi cawan petri menjadi 4
( Goresan T dan bagian , daerah satu
Goresan Kuadran) merupakan goresan awal
sehingga masih banyak
mengandung
mikroorganisme , goresan
selanjutnya dipotong dari
silangan dari goresan pertama
sehingga jumlah semakin
sedikit dan terpisah menjadi
koloni tuggal.

2. Pada agar miring


Ujung kawat ose yang berisi bakteri digesekkan satu kali dari ujung bawah ke
ujung atas sehingga garis itu merupakan diameter memanjang dari permukaan
medium.
3. Pada agar tegak
Tusukkan ujung ose lurus yang membawa bakteri, lurus kedalam medium melalui
tengah-tengah medium.
4. Pada medium cair
Inokulasi menggunakan ose bulat sejumlah tertentu bakteri

Masukkan kedalam medium cair

Kocok ose dalam medium padat secara halus

Inkubasi pada suhu 30-35ᵒC

Amati kekeruhan yang terbentuk
c. Pemantauan Udara Ruang
Siapkan cawan petri berisi cawan padat

Letakkan cawan petri tersebut di setiap sudut ruangan yang akan diperiksa dalam
posisi terbuka

Biarkan cawan terpapar selama 4 jam

Setelah itu inkubasi pada suhu 30-35ᵒC selama 24-48 jam

d. Pengamatan Morfologi koloni bakteri


1. Sifat-sifat umum suatu koloni

- Besar kecilnya koloni, ada koloni yang serupa suatu titik, ada pula yang
melebar sampai menutup permukaan medium.
- Bentuk. Ada yang bulat, ada yang memanjang, ada yang tepinya rata, dan ada
yang tepinya tidak rata.
- Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada yang timbul, yaitu menjulang tebal diatas permukaan medium.
- Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaanya halus saja, ada
yang permukaannya kasar dan tidak rata.
- Wajah permukaan. Ada yang koloni permukaannya mengkilat, ada yang
suram.
- Warna. Kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-
kuningan, akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-merahan, coklat, jingga,
biru, hijau, dan ungu.
- Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti
mentega, ada yang keras dan kering.

2. Sifat-sifat khusus suatu koloni dalam medium padat

- Sifat koloni pada agar lempeng menganai bentuk, permukaan, dan tepi.
Bentuk koloni dilukiskan sebagia titik-titik, bulat, benang, tak teratur, serupa
akar, serupa kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar,
timbul melengkung, timbul mencembung, timbul membukit, timbul berkawah.
Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada
yang bergerigi, da yang berbenang-benang, ada yang keriting.
- Sifatkolonipadaagarmiring.Sifat-
sifatiniberkisarpadabentukdantepikoloni,dansifat- sifat itu dinyatakan dengan
kata seperti berikut : serupa pedang, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa
batang, serupaakar.

- Sifatkolonipadaagartegak.Kolonidapatserupapedang,tasbih,bertonjoltonjol,
berjonjot, serupabatang.

- Sifat koloni pada mediumcair.


Permukaanmediumdapatmemperlihatkanadanyaserabut,cincin,langitlangit,atau
selaput.Dapat terlihat jika sumbat kapasdilepas

D. Perhitungan dan Hasil Pengamatan


a. Perhitungan
- TSA : 40 gram TSA dilarutkan dalam 1 liter aquadest
- TSB : 30 gram TSB dilarutkan dalam 1 liter aquadest
b. Hasil pengamatan
Jumlah Colony
- Goresan zig zag : 111 colony
- Goresan T : 101 colony
- Goresan kuadran : 277 colony
- Pemantauan udara ruang : 46 colony

E. Pembahasan
Medium pertumbuhan adalah suatu tempat yang berisi bahan nutrisi yang dibuat untuk
menumbuhkan mikroba. Nutrisi yang terkandung ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energy, bahan pembangun sel, sintesa protoplasma, dan bagian sel
lainnya.Selain itu Medium juga digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian, sifat-
sifat fisiologis serta perhitungan mikroba.Pada praktikum yang kita lakukan kita memakai
media TSA dan TSB.
Inokulasi atau penanaman mikroba adalah suatu pekerjaan memindahkan suatu
mikroorganisme darai medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian
yang tinggi.Dalam melakukan inokulasi ini harus menggunakan alat-alat yang telah
disterilisasai agar menghindari terjadinya kontaminasi.

Pada praktikum kali ini kita melakukan peremajaan mikroba, yaitu :


1. Pada lempeng agar, kita melakukan 3 goresan yaitu goresan zig zag, goresan kuadran
dan goresan T dan hasilnya :
- Goresan zig zag : 111 colony
- Goresan T : 101 colony
- Goresan kuadran : 277 colony
2. Pada agar miring, dengan menggoreskan bakteri dari ujung bawah ke ujung atas
(diameternya). Dan menghasilkan pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi.
3. Pada agar tegak, pada praktikum kita hasilnya sama dengan yang pada agar miring
yaitu terdapat bakteri yang tumbuh. Hanya saja cara menggoreskannya dengan
ditusuk tengah dengan ose.
4. Pada medium cair, hasil yang kita peroleh yaitu timbul keruh pada medium cair
tersebut.
5. Pemantauan ruang, dengan meletakkan cawan petri yang berisi medium selama 3jam
setelah diinkubasi menghasilkan pertumbuhan pada medium tersebut sebanyak 46
colony.

F. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara yang bergunauntuk
membiakkan mikroba.
2.    Media yang digunakan untuk membiakkan mikroorganisme adalan media TSA, TSB.
3.    Saat menuangkan media agar ke dalam cawan harus selalu berada di dekat api agar
media steril.
4.    Media agar harus cepat dituang ke cawan karena jika dingin media akan mengeras.

G. Lampiran
H. Daftar Pustaka

Budiyanto, 2004, Mikrobiologi Terapan, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang.


panduan praktikum mikrobiologi, Kudus, Universitas Muhammadiyah Kudus
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MICROBIOLOGI DAN VIROLOGI
PEWARNAAN GRAM DAN PENGAMATAN JAMUR

Disusun Oleh:

Kelas : 2C Farmasi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

TAHUN 2020/2021

I. JUDUL PRAKTIKUM
“PEWARNAAN GRAM DAN PENGAMATAN JAMUR”

II. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan di laboratorium beserta


kegunaan dan keamanannya.
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan dan mengontrol kualitas ruangan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bakteri dan jamur
serta menerapkan teknik pewarnaan mikroba

III. DASAR TEORI

Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), kokus, dan spirilum.
Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaan
gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif
ditandai dengan pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah. Metode
pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian gram pada tahun 1884. Dengan
metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif dan
gram negatif yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut

Staphylococcus adalah bakteri Gram-positif yang berbentuk bola. Bakteri ini


ada yang berkoloni dan berbentu seperti buah buah anggur. Pada tahun 1884,
Rosenbach menjelaskan ada dua jenis warna staphylococci yaitu: Staphylococcus
Aureus yang berwarna kuning dan Staphylococcus albus yang berwarna putih.
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang, dan secara
alami sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Escherichia coli termasuk dalam
famili Enterobacteraceae yang termasuk gram negatif dan berbentuk batang yang
fermentatif.

Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular
dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion
dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada
pewarna. Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram
negatif ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan
struktur dan komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu
dapat merupakan hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada
umumnnya lebih tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi kandungan
lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi daripada Gram positif.
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan
aseksual dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dari  organisme eukariotik lainnya yaitu melalui
absorbsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa
yang saling berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium.

IV. ALAT DAN BAHAN

 Alat
- Mikroskop cahaya atau elektrik
- Kaca objek
- Pipet tetes
- Pembakar spirtus
- Botol semprot
 Bahan
- Kristal violet
- Lugol
- Etanol 96% atau aseton
- Safranin
- Aquadest
- Minyak imersi
- Methylen blue
- Bakteri Gram positif dan Negatif
- Jamur
V. PROSEDUR KERJA

A. Pewarnaan Gram
1. Bersihkan kaca objek dengan menggunakan alkohol dan kapas bebas
lemak, kering anginkan di atas pembakar spirtus sampai bebas lemak.

Buat lingkaran kecil ditengah kaca objek dengan spidol permanen

2. Pada lingkaran tersebut masukan satu mata ose aqudest ratakan sesuai
diameter lingkaran.

3. Ambil biakan bakteri yang diuji degan menggunakan ose, ratakan dengan
aquadest yang sudah di ratakan dalam lingkaran kaca objek. Hindari
pengambilan bakteri yang terlalu banyak, karena akan menumpuk pada
pengamatan dengan mikroskop.

4. Fiksasi di atas pembakar spirtus sampai kering, untuk memastikan bakteri


menempel pada kaca objek. Jangn terlalu dekat api karena akan membuat
bakteri mati.

5. Setelah kering, teteskan 3 tetes kristal violet ke atas suspsensi yang sudah
kering tersebut, tunggu selama ± 1 menit.

6. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek


7. Setelah kering teteskan larutan lugol, tunggu selama ± 1 menit

8. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek


dengan tisu halus, dan kering anginkan kembali

9. Setelah kering, teteskan etanol, tunggu selama ±30 detik

10. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek
dengan tisu halus, dan kering anginkan kembali

11. Setelah kering, teteskan safranin, tunggu selama ± 1,5 menit

12. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek
dengan tisu halus, dan kering anginkan kembali

13. Setelah kering, tetesi dengan minyak imersi

14. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x.

B. Pengamatan Jamur
Sampel jamur diambil pada roti yang sudah terkontaminasi jamur.

1. Bersihkan kaca objek dengan menggunakan alkohol dan kapas bebas


lemak, kering anginkan di atas pembakar spirtus sampai bebas lemak.

2. Ambil biakkan jamur dengan menggunakan ose, ratakan di atas kaca objek

3. Teteskan methylene blue, tutup dengan cover glass, hindari terbentuknya


gelembung

4. Amati di bawah mkroskop perbesaran 10x

VI. HASIL PENGAMATAN

a. Pewarnaan Gram Bakteri


Nama Bakteri Staptyloeoccus aereus 
Bentuk Bakteri Berbentuk bola, berkoloni atau berbentuk seperti buah anggur
Warna Bakteri Ungu
Kesimpulan Gram positif

Nama Bakteri Escherichia coli 


Bentuk Bakteri Berbentuk basil yang memanjang kurus dan kecil-kecil
Warna Bakteri Merah muda
Kesimpulan Gram negatif

b. Pewarnaan Jamur
Nama Sampel Roti tawar

Bentuk Jamur Bulatan yang terhubung dan terdapat tangkai

Kesimpulan Aspergillus sp ( sterigma dan vesicle )

VII. PEMBAHASAN

a. Pewarnaan Gram Bakteri


 Staphylococcus aureus 
Taksonomi
Superdomain Biota
Superkerajaan Prokaryota
Kerajaan Bacteria
Subkerajaan Posibacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus 

 Escherichia coli 
Taksonomi
Superdomain Biota
Superkerajaan Prokaryota
Kerajaan Bacteria
Subkerajaan Negibacteria
Filum Proteobacteria
Kelas Gammaproteobacteria
Ordo Enterobacterales
Famili Enterobacteriaceae
Genus Escherichia
Spesies Escherichia coli 

Pada praktikum kali ini, dilakukan perwarnaan gram pada bakteri. Pewarnaan gram
dilakukan bertujuan sama dengan uji gram yaitu untuk membedakan bakteri apakah gram
positif atau gram negatif. Pewarnaan gram menggunakan lebih dari satu pewarna dan
memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri sehingga dapat digunakan untuk
membedakan bakteri. Pewarnaan gram ini mampu membedakan dua kelompok besar
bakteri, yaitu gram positif dan gram negatif.
Pada pewarnaan Gram, bakteri yang digunakan yaitu Staphyloecoccus aureus dan
E.coli bekteri Umur bakteri pada pewarnaan gram harus minimal berumur 24 jam atau 1
hari. Dari hasil pewarnaan Gram dan setelah diamati dengan bantuan mikroskop cahaya
listrik bahwa Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif karena berwarna
ungu dan ada yang sedikit biru tua , morfologinya stafilokokus, dan berbentuk bulat.
Bakteri ini umumnya tumbuh bergorombol sehingga tampak seperti anggur.
Bakteri garam positif  ialah bakteri yang mengikat warna utama (crystal violet)
dengan kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh peluntur dan tidak diwarnai lagi oleh
zat warna lawan (safranin) pada mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna ungu. Bakteri
Gram positif terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat Kristal violet lebih
kuat. Namun selama praktek, hasil warna bakteri yang kami amati ada yang berwarna
merah muda dan ungu. Perbedaan warna ini disebabkan oleh kesalahan pada proses
pewarnaan dalam tahap pengeringan preparat yang terlalu panas sehingga ada bakteri
yang mati sehingga menghasilkan warna merah muda.
Staphylococcus  termasuk ke dalam bakteri gram positif. Karena menggunakan
teknik pewarnaan gram, bakteri ini memiliki peptidoglikan yang tebal, sehingga dapat
mengikat cat gram dengan kuat,sehingga disebut gram positif. karena dia termasuk dalam
kelompok bakteri gram positif, maka warna dari Staphylococcus  adalah ungu dengan
warna dasar merah. Hal tersebut dikarenakan kandungan lipid dari bakteri gram positif
lebih rendah dan banyak mengandung peptidoglikan.Karena kandungan lipidnya yang
lebih rendah ,dinding sel bakteri gram positif menjadi terdehidrasi selama perlakuan
dengan etanol sehingga bakteri gram positif mempertahankan zat pewarna ungu
Kristalnya.
Langkah – langkah yang dilakukan selama pewarnaan gram adalah proses sterilisasi
sangat penting dibutuhkan sebelum memulai maupun mengakhiri dalam praktek. Alkohol
yang disemprotkan pada tangan, kaca preparat dan meja, bahkan tangan pun sebelumnya
harus dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal tersebut berfungsi untuk menyeterilkan
atau membunuh mikroorganisme yang tak diinginkan agar mendapatkan hasil yang
akurat.
Sample biakan bakteri Staptyloeoccus aereus diambil sekitar 1 – 2 ose, diletakkan
di atas obyek glass serta diratakan dengan jarum ose. Kemudian difiksasi untuk
menguapkan air sehingga hanya akan didapatkan bakteri saja. Proses fiksasi juga
bertujuan supaya bakteri benar-benar melekat pada obyek glass sehingga olesan bakteri
berupa tetesan sampel tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Proses fiksasi
dengan pemanasan biasanya di atas bunsen pada pewarnaan gram dapat menyebabkan
bakteri tersuspensi mati atau tidak produktif apabila suhu terlalu tinggi, walaupun dapat
melekatkan bakteri pada kaca preparat.
Prosedur pewarnaan Gram yaitu bersihkan kaca objek dengan menggunakan
alkohol dan kapas bebas lemak, kering anginkan di atas pembakar spirtus sampai bebas
lemak. Buat lingkaran kecil ditengah kaca objek dengan spidol permanen. Pada lingkaran
tersebut masukan satu mata ose aqudest ratakan sesuai diameter lingkaran. Ambil biakan
bakteri yang diuji degan menggunakan ose, ratakan dengan aquadest yang sudah di
ratakan dalam lingkaran kaca objek. Hindari pengambilan bakteri yang terlalu banyak,
karena akan menumpuk pada pengamatan dengan mikroskop. Fiksasi di atas pembakar
spirtus sampai kering, untuk memastikan bakteri menempel pada kaca objek. Jangn
terlalu dekat api karena akan membuat bakteri mati. Setelah kering, teteskan 3 tetes
kristal violet ke atas suspsensi yang sudah kering tersebut, tunggu selama ± 1 menit.
Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek dengan tisu
halus, dan kering anginkan kembali. Setelah kering teteskan larutan lugol, tunggu selama
± 1 menit. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek dengan
tisu halus, dan kering anginkan kembali. Setelah kering, teteskan etanol, tunggu selama
±30 detik. Cuci dengan aquades mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek dengan
tisu halus, dan kering anginkan kembali.
Setelah kering, teteskan safranin, tunggu selama ± 1,5 menit. Cuci dengan aquades
mengalir, kering anginkan pinggiran kaca objek dengan tisu halus, dan kering anginkan
kembali. Setelah kering, tetesi dengan minyak imersi. Amati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10x.
Pewarna krystal violet berfungsi memberikan pewarnaan pada bakteri tersebut.
Bakteri akan berwarna ungu. Penuangan krystal vioet harus merata pada seluruh area
biakan bakteri pada kaca preparat agar bakteri dapat terwarnai dengan sempurna. Bakteri
yang telah diwarnai dibiarkan selama 1 menit agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi
semakin kuat.
Pencucian etanol memungkinkan hilang dari sel. Penetesan alkohol 96 % pada
biakan bakteri untuk melakukan penetrasi ke dalam dinding sel dan melunturkan
pewarnaan ungu dari komplek Kristal ungu dan lugol. Pada gram positif akan tetap
mempertahankan warna ungu karena mengandung peptidoglikan. Bakteri gram positif
akan mengalami dehidrasi pada dinding selnya dan pori-porinya menciut karena daya
rembes dinding sel dan membrane menurun sehingga komplek Kristal ungu dan
lugol  tidak dapat keluar dari sel dan tetap berwarna ungu.
Setelah itu dibilas dengan air mengalir bertujuan agar warna dapat luntur secara
sempurna dan tidak ada yang tersisa di obyek glass. Kemudian ditambahkan safranin
dengan menuangkannya dan dibiarkan selama 30 detik. Pewarna safranin merupakan
pewarna sekunder atau kontras berfungsi untuk mewarnai kembali sel – sel yang telah
kehilangan pewarna utama setelah perlakuan alkohol. Pewarnaan safranin masuk ke
dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif
sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan
alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga
pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain
dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat
berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah
rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses
identifikasi bakteri berlangsung cepat (efisiensi waktu).
Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap
preparat dengan menggunakan air mengalir. Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi
kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-
masing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan dengan menggunakan pemanasan,
agar air tidak tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan.
Setelah pembilasan terakhir, preparat dikeringkan dan ditambahkan minyak imersi
pada preparat dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah baru kemudian
dibesarkan dengan pembesaran kuat ( 100X ). Jika terbentuk warna ungu maka termasuk
golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna merah atau merah muda maka
termasuk golongan bakteri gram negatif. Hasil akhirnya, Staptyloeoccus
aereus merupakan bakteri gram positif yang berwarna ungu.
Pengamatan bentuk dan jenis bakteri akan tampak jelas jika dilakukan pewarnaan
terhadap sel. Kebanyakan sel-sel bakteri tidak berwarna, sehingga jika di lihat di bawah
mikroskop tidak memperlihatkan warna kontras.Warna yang membedakan antara bakteri
Gram positif dengan bakteri Gram negatif yaitu warna ungu dan merah, bakteri tersebut
akan menyerap warna ungu dikatakan sebagai Gram positif dan menyerap dominan
warna merah berarti Gram negatif. Hal itu disebabkan karena perbedaan struktur dinding
sel diantara keduanya.
Pengamatan Staphylococcus aureus dengan perbesaran 100x bentuknya adalah
kokus atau bulat termasuk dalam bakteri Gram positif karena bakteri ini menyerap warna
ungu dan dapat mempertahankannya selama proses pewarnaan tersebut. Pewarnaan
bakteri ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti fiksasi, peluntur warna, substrat,
intensifikasi pewarnaan, dan penggunaan zat warna penutup.
Selanjutnya dilakukan langkah yang sama untuk bakteri e. coli seperti pada bakteri
aureus. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan gambaran mikroskop bahwa bakteri
E.coli mempunyai warna merah muda, ini membuktikan bahwa bakteri ini gram
negatif, dengan morfologi bentuk basil yang memanjang kurus dan kecil-kecil.

b. Pewarnaan Jamur
Aspergillus sp. pada roti
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycotina
Sub Divisi : Ascomycotina
Class : Ascomycetes
Ordo : Eurotiace
Family : Eurotiaaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus sp.

Prosedur pewarnaan jamur yaitu sampel jamur diambil pada roti yang sudah
terkontaminasi jamur.Bersihkan kaca objek dengan menggunakan alkohol dan kapas
bebas lemak, kering anginkan di atas pembakar spirtus sampai bebas lemak.. Ambil
biakkan jamur dengan menggunakan ose, ratakan di atas kaca objek. Teteskan methylene
blue, tutup dengan cover glass, hindari terbentuknya gelembung. Amati di bawah
mkroskop perbesaran 10x
Sampel yang digunakan adalah roti tawar pemilihan bahan tersebut bertujuan
untuk mempermudah pencarian bahan, kapang mudah dilihat karena penampangnya yang
berserabut seperti kapas pada awal kemudian jika spora telah timbul akan terbentuk
warna sesuaijenis kapangnya,   bahan mudah mengalami pembusukan, mempermudah
identifikasi jamur/fungi.
Dari hasil praktikum pada pengamatan kapang dan khamir menggunakan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 10X, diambil gambarnya  kemudian diidentifikasi
morfologinya. Kapang pada Roti yaitu dengan mengambil jamur/kapang pada permukaan
roti menggunakan pisau pemotong, kemudian diletakkan pada preparat datar dan ditetesi
methylene blue. Pengambilan untuk kapang roti harus hati-hati dan setipis mungkin,
karena jika tidak hati-hati struktur/morfologi kapang akan rusak sehingga tidak di
dapatkan hasil yang diinginkan.
Pada pengamatan roti yang berjamur didapatkan jamur mikroskopis
yaitu Aspergillus  sp. Pada gambar dapat terlihat jamur ini memiliki bagian seperti bulatan
yang terhubung dan terdapatr tangkai. Aspergillus sp. memilliki bagian yang terdiri dari
konidia, vesikel dan konidiosfor. Ciri-ciri Jamur Aspergillus sp. memiliki hifa bersepta,
koloni tampak, konidiofornya tegak dan tidak bersepta, ujung konidiofor membengkak
membentuk vesikel. Permukaan vesikel ditutupi fialid yang biasanya sederhana dan
berwarna atau tidak berwarna. Fialid menghasilkan konidia yang membentuk rantai
berwarna hijau, coklat, atau hitam.
Ciri-ciri khas dari jamur Aspergillus sp. adalah berupa benang tunggal atau
benang-benang padat menjadi satu, tidak mempunyai klorofil, bersifat aerobik serta
berkembang biak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam
spora. Aspergillus  sp. mempunyai konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan atau
coklat violet. Bagian atas membesar dan berbentuk globosa, konidiofor halus tak
berwarna atau berwarna agak coklat kuning. Aspergillus sp memiliki koloni yang
berwarna putih abu-abu terang atau kekuningan dengan tinggi 10-20 mm.

VIII. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dan pengamatan pewarnaan gram dan morgologi bakteri
dapat disimpulkan bahwa :
  Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu dan
ada yang sedikit biru tua , morfologinya stafilokokus, dan berbentuk bulat. Bakteri ini
umumnya tumbuh bergorombol sehingga tampak seperti anggur. Bakteri E.coli
mempunyai warna merah muda, ini membuktikan bahwa bakteri ini gram negatif, dengan
morfologi bentuk basil yang memanjang kurus dan kecil-kecil.
Pada pengamatan roti yang berjamur didapatkan jamur mikroskopis
yaitu Aspergillus  sp. Pada gambar dapat terlihat jamur ini memiliki bagian seperti bulatan
yang terhubung dan terdapatr tangkai

   

IX. DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I., R.A. Samson., Karin van Der Tweel Vermulen., A. Oetari., I. Santoso.
1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.

Kamana, Oman. 2008. Biologi. Jakarta : PT Grafindo Media Pratama

Pelczar, M.J. 2007. Dasar-dasar Microbiologi. Jakarta: UI Press


Fardiaz, S. 1989. Microbiologi Pangan. Bogor : IPB

Kasmidjo. 1990. Tempe, Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya.


Semarang: Soegijapranata Press.

X. LAMPIRAN

GAMBAR: JAMUR KONTROL 1 GAMBAR: JAMUR KONTROL 2


GAMBAR : ALAT DAN BAHAN

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
“UJI POTENSI ANTIBIOTIK”
Disusun Oleh :

Kelas : 2C FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
2020/2021

A. JUDUL PRAKTIKUM
UJI POTENSI ANTIBIOTIK

B. TUJUAN
a) Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan di laboratorium beserta
kegunaan dankeamanannya.
b) Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan dan mengontrol kualitas
ruangan
c) Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pengujian potensiantibiotika

C. DASAR TEORI
Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup,
termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik, dan dalam
kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau
lebih mikroorganisme. Antibiotika sudah banyak digunakan oleh masyarakat untuk
pengobatan berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Akan tetapi akibat pemakaian
yang tidak rasional dan pemakaian yang tidak tuntas dari antimikroba malah dapat
membahayakan bagi pasien. Bakteri penyebab penyakit ini dapat menjadi resistensi
terhadap pengobatan dengan antimikroba. Antibiotik digunakan untuk mengobati
berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada
pembedahan besar.
Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik untuk menetapkan
suatu potensi    antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap
pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan pada
senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan. 
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama
fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris
dr.Alexander Flemming tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru di
perkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di
seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang
dapat digunakan sebagai obat.
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam zat
kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak
menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan
bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut
chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, peretumbuhan koloninya dapat
dipengaruhi oleh zat-zat kimiab peristiwa itu disebut chemotropis .
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa
suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas
selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada
konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit .
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat - syarat berikut :
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host,
seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora
usus atau flora kulit.
D. ALAT DAN BAHAN
A. Alat

- Cawan petristeril - labu ukur


- mikropipet
- labtipsteril
- gelaskimia
B. Bahan

- media Trypstic Soy Agar(TSA)


- Bahan-bahan alam yangberkhasiat
- Amoxicillin 500 mg
- Blankdisc
- bakteri E. Coli dan S.Aureus

E. PROSEDUR KERJA

1. Persiapan ekstrak bahanalam

± 300 g bahan alam kisatkan sampai


+ 500 ml aquadest dipanaskan
± 100 ml

2. Persiapan larutanstandar
a. buat larutan amoxicillin 1000 ppm, 500 ppm, dan 250 ppm
3. Persiapanmedia

ditimbang media TSA di masak hingga hampir mendidih

sebagian di pipet sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi

disterilkan dengan autoclave pada suhu 121 0C, tekanan 1


atm, selama 15 menit

tuangkan ke dalam cawan petri steril biarkan hingga


padat

media dalam tabung reaksi dijaga suhu 40 0C agar tidak


beku

4. persiapan suspensibakteri

ambil satu mata ose dari biakan


buat kekeruhan sama dengan
bakteri, masukkan ke dalam
setengah Mac Farland
larutan NaCL 0,9%

5. Pengujian potensiantibiotik
Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri ke dalam media TSA cair
dalam tabung reaksi, kocok

tuangkan dengan segera ke dalam cawan petri yang berisi


media TSA padat, ratakan

letakkan kertas cakram atau blank disk di atas media tersebut


dengan posisi melingkar

teteskan pada masing-masing kertas cakram, larutan standar 1000 ppm,


ekstrak bahan alam, larutan standar 500 ppm, ekstrak bahan alam,
larutan standar 250 ppm, ekstrak bahan alam.

inkubasi pada suhu 30-350C selama 24 jam

hitung diameter zona bening yang terbentuk

F. HASIL PERHITUNGAN

1000 mg
10000 ppm =
1000 ml

50 mg
1. Amoxicillin 1000 ppm =
50 ml
50 mg Amoxicillin dilarutkan dalam 50 ml aquadest
2. Amoxicillin 500 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
X . 1000 mg = 50 ml . 500 mg
X = 25 ml
3. Amoxicillin 250 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
X . 500 mg = 50 ml . 250 mg
X = 25 ml
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan penenlitian potensi antibiotika.Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan besarnya potensi antibiotik sampel terhadap antibiotika
standar. Suatu antibiotika memerlukan konsentrasi tertentu agar dapat menjalankan
fungsinya yaitu sebagai bakteriostatik atau bakteriosida. Potensi yang diberikan menurut
farmakope haruslah 95% - 105%, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak memenuhi
syarat untuk dapat diedarkan di pasaran.
Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan potensi
antibiotika adalah metode penetapan dengan lempeng silinder atau kertas cakram untuk
menguji antibiotik pada media nutrien agar yang berisi inokulum bakteri pada cawan
petri. Potensi dapat ditentukan dengan mengukur zona bening yang dihasilkan dan
membandingkannya dengan diameter zona bening dari antibiotika standar / baku.
Pada percobaan ini antibiotik yang digunakan adalah amoxicillin dan suspensi
bakterinya adalah Escherichia coli karena menurut farmakope dan literatur yang ada
antibiotik amoxicillin sensitif terhadap bakteri Escherichia coli.
Percobaan diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti
suspensi antibiotik sampel dan standar, NA yang telah dicampur suspensi bakteri, tabung
reaksi, perforator, tabung reaksi dan pipet yang sudah disterilisasi terlebih dahulu di
dalam autoklaf, ini dilakukan untuk menghindarkan alat dari kontaminan lain yang dapat
mengganggu dalam percobaan.
Dilakukan pembagian pada permukaan dasar cawan petri menjadi 6 area sama
besar. Setiap area ini diberi label larutan sampel tinggi (A1) dan rendah (A3) untuk
mempermudah dalam pengamatan. Pada penggunaan cawan petri, jangan dibiarkan
dalam kondisi terbuka, agar isi cawan tidak terkontaminasi oleh udara luar.
• Masing-masing kertas cakram direndam kedalam suspensi antibiotik amoxicillin dan 3
lainnya direndam di dalam ekstrak bawang putih. Setelah beberapa menit kemudian
masukkan kertas cakram ke dalam cawan petri sesuai dengan tanda label yang telah
dibuat.Semua tahap pengerjaan prosedur harus dilakukan secara aseptis, hal ini dilakukan
untuk menghindari kontaminasi yang terjadi oleh mikroba lain yang dapat merusak
percobaan. Setelah semua kertas cakram ditempatkan dalam cawan petri kemudian di
inkubasi di dalam inkubator pada suhu 30-350C selama 24 jam.
Setelah diinkubasi, cawan- cawan petri berisi inokulum tersebut diambil dan
diamati. Parameter yang diamati adalah zona hambat berupa daerah bening di sekitar
reservoir yang telah diisi dengan antibiotik Amoxicillin. Dari hasil pengamatan pada
masing-masing cawan petri tidak terlihat adanya zona hambat yang mampu menghambat
pertumbuhan  bakteri di sekitar reservoir. Semua cawan petri menunjukkan hasil yang
sama baik pada daerah antibiotik uji yaitu Amoxicilin maupun pada bawang putih.
Penelitian dengan menggunakan metode tentang uji aktivitas antibakteri ektrak
bawang putih terhadap E. coli menunjukkan tidak adanya jumlah koloni.Hal ini sesuai
dengan pernyataan Brooks (2007) tingginya senyawa aktif pada ektrak seiring
meningkatnya pemberian konsentrasi ekstrak, sehingga senyawa aktif tersebut memiliki
kemampuan yang besar untuk menghambat pertumbuhan Sementara itu, menurut Ajizah
(2004) selain faktor konsentrasi, jenis bahan antimikroba juga menentukan kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil Escherichia coli pada kombinasi (A1), (A2),
(A3) (A4) tidak terdapat perbedaan yaitu pada konsentrasi 25% dan 50%, kemungkinan
hal ini dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan hanya satu yaitu air bersifat polar,
sehingga senyawa yang tertarik hanya yang bersifat polar yaitu triterpenoid dari ketiga
kombinasi tersebut, sedangkan E. coli merupakan bakteri gram negatif tersusun atas
dinding sel yang kompleks. Menurut Suharni (2008), membran luar bakteri E. coli
mengandung lipid sebanyak 20% yang bersifat non polar, dimana lipid ini berfungsi
untuk mencegah masuknya bahan kimia dari luar, dimungkinkan terjadi perbedaan sifat
kepolaran antar dinding sel bakteri gram negatif bersifat non polar dan senyawa aktif
triterpenoid bersifat polar yang dikandung pada masing-masing kombinasi, sehingga sulit
untuk menembus dinding selnya, maka tidak adanya jumlah koloni yang dihasilkan. Dan
bahan amoxicillin yang digunakan dalam praktikum kemungkinan sudah rusak
ditunjukkan dengan adanya lapisan minyak diatasnya setelah dilarutkan dengan air.

H. KESIMPULAN
Uji potensi antibiotika adalah suatu teknik untuk menetapkan potensi suatu
antibiotika dengan mengukur efek senyawa-senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu
mikroorganisme. Efek yang ditimbulkan berupa daya hambatnya terhadap
mikroorganisme. Uji potensi antibiotik dapat dilakukan dengan cara kimia,fisikokimia
dan secara mikrobiologi atau biologik. Pada praktikum ini dilakukan secara
mikrobiologik karena dapat menunjukkan penurunan aktivitas mikroba sehingga terjadi
perubahan yang kecil yang tidak dapat ditunjukkan secara kimia.Uji potensi secara
mikrobiologi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode lempeng (difusi agar) serta
metode tabung (turbidimetri). Pada pengujian potensisuatu antibiotika dengan difusi agar,
digunakan media padat, yang pada permukaannya telah diinokulasikan mikrorganisme uji
yang sensitif terhadap antibiotika yang secara merata. Pada permukaan media tersebut
diletakkan blankdisk yang telah direndam dalam antibiotik yang akan diuji. Selama masa
inkubasi akan terjadi proses difusi antibiotika ke dalam gel agar dan membentuk zona
hambatan.Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian antibiotik,maka
dapat diketahui bahwa antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau
sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam.Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-
Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk
bakteri.Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona
hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat
pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri
itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Zein U. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2004.
CDC. Antibiotic / Antimicrobial Resistance. 2014. [disitasi pada 8 maret 2015]. tersedia dari
https://www.cdc.gov/drugresistance/index .html
WHO. Antimicrobial resistance. 2014. [disitasi pada 8 Maret 2015]. tersedia dari
http://www.who.int/antimicrobialresistance/en/
Harris JC, Cottrell SL, Plummer S, Lloyd D. Antimicrobial properties of Allium sativum
(garlic). Appl Microbiol Biotechnol. 2001;57:282-6.
Fujisawa H, Watanabe K, Suma K, dkk. Antibacterial potential of garlic-derived allicin and its
cancellation by sulfhydryl compounds. Biosci Biotechnol Biochem. 2009;73(9):1948-55.

LAMPIRAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI
“PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL,ANGKA KAPANG
KHAMIR,DAN BAKTERI PATOGEN PADA SAMPEL”
DISUSUN OLEH :

KELAS : 2 C FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
TAHUN AJARAN 2019/2020
I. JUDUL
“Penentuan angka lempeng total, angka kapang khamir, dan bakeri pathogen pada
sampel”

II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan di laboratorium beserta
kegunaan dan keamanannya.
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan dan mengontrol kualitas ruangan.
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pengujian mikrobiologi untuk
menentukan angka cemaran dengan metode Angka Lempeng Total dan Angka
Kapang Khamir.
4. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip kerja pengujian mikrobiologi untuk
menentukan jenis bakteri pathogen cemaran dengan metode Angka Lempeng
Total dan Angka Kapang Khamir

III. DASAR TEORI


Pertumbuhan kuman merupakan peningkatan jumlah sel kuman yang terjadi
akibat peningkatan biomassa kuman yang teratur, pertumbuhan kuman memerlukan
lingkungan nutrisi yang cocok sehingga dapat mendukung proses perkembangbiakan
kuman.
Angka Lempeng Total (ALT) adalah pertumbuhan bakteri mesofil aerob
setelah sampel diinkubasi dalam perbenihan yang cocok selama 24-48 jam pada suhu
37°C (SNI,1992). Uji ALT (Angka Lempeng Total) mengandung prinsip yaitu
pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada
lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
Angka kapang/khamir adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang ditumbuhkan
dalam media yang sesuai selama 5 hari pada suhu 20-250C dan dinyatakan dalam
satuan koloni./mL (Soekarto, 2008). Uji AKK (Angka Kapang Khamir)mengandung
prinsip yaitu pertumbuhan kapang dan khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada
media yang sesuai dan diinkubasikan pada suhu 20-250C.

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
- Cawan petri - Tabung reaksi
- Mikropipet - Labtip steril
- Autoklaf - Oven
- Erlenmeyer - Beaker glass
- Hot plate dan stirrer - Waterbath
B. Bahan
 Trypstic Soy Agar (TSA)
 Trypstic Soy Broth (TSB)
 Sarboroud Dextrose Agar (SDA)
 Mac Conkey Agar (MCA)
 Mac Conkey Broth (MCB)
 XLD Agar
 Rappaport Vassiliadis Salmonella Enrichment Broth (RVSE)
 Cetrimide Agar (CA)
 Mannitol Salt Agar (MSA)
 Sampel Sirup

V. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan media

Sterilkan cawan petri dengan oven pada suhu 1800C selama 1 jam
Pembuatan media

Timbang bahan

Larutkan dengan sejumlah volume yang sesuai dengan jumlah


penimbangan

Untuk media padat panaskan dengan menggunakan hot plate dan


stirer. Khusus untuk media XLD agar karena tidak di autoklaf
pada saat pemanasan harus dalam keadaan tertutup. Panaskan
hingga hampir mendidih

Untuk medium cair cukup dilarutkan dalam beaker glass.


Masukkan masing-masing 9 ml ke dalam tabung reaksi

Sterilisasi semua media kecuali XLD, dengan autoclave pada suhu


121 0C, tekanan 1,5 atm, selama 15 menit

Setelah media steril, di dalam LAF atau engkas tuangkan media ke


dalam cawan petri steril sebanyak 15-20 ml untuk media MCA,
MSA, XLD, dan CA. Biarkan membeku.

2. Pengujian sampel ALT dan AKK

Sterilkan Laminar Air Flow atau enkas dengan menggunakan alkohol 70%,
semprotkan pada dinding dan meja, kemudian di lap secara searah, bersihkan
sebanyak 3x putaran
Siapkan media TSB steril sebanyak 4 buah dan cawan petri yang sudah
disterilkan

Siapkan juga media cair MCB dan RVSE untuk pengujian bakteri patogen

Pipet 1 ml sampel sirup masukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berisi media
TSB steril, homogenkan dengan cara mengocok perlahan tabung tersebut.
(pengenceran pertama). 1 tabung lagi diinkubasi untuk pengujian bakteri
patogen (inkubasi pada suhu 30-350C selama 18-24 jam).

pipet 1 ml dari tabung 1 masukkan ke dalam cawan petri (masing-masing duplo


untuk bakteri dan jamur), masukkan 1 ml lg ke dalam TSB pada tabung ke dua
(Pengenceran pertama). Beri identitas pada masing-masing cawan petri.

pipet 1 ml dari tabung 1 masukkan ke dalam cawan petri (masing-masing duplo


untuk bakteri dan jamur), masukkan 1 ml lg ke dalam TSB pada tabung ke dua
(Pengenceran kedua). Beri identitas pada masing-masing cawan petri

. Biarkan media agar membeku


pipet 1 ml dari tabung 1 masukkan ke dalam cawan petri (masing-masing duplo
untuk bakteri dan jamur), masukkan 1 ml lg ke dalam TSB pada tabung ke dua
(Pengenceran ketiga). Beri identitas pada masing-masing cawan petri.
Tuangkan media TSA pada cawan petri yang diberi identitas untuk pengujian
bakteri, dan media SDA pada cawan petri yang diberi identitas untuk pengujian
jamur.

. Untuk pengujian bakteri (Angka Lempeng Total), bungkus masing-masing


cawan petri, inkubasi dalam posisi tutup terbalik (menghadap ke bawah),
inkubasi pada suhu 30-350C selama 24-48 jam.
. Untuk pengujian jamur (Angka Kapang Khamir), bungkus masing-masing
cawan petri, inkubasi pada suhu 20-250C, selama 5-7 hari.
3. Pengujian bakteri pathogen

TSB yang sudah diinkubasi (Pada point 3.d), diinokulasikan ke dalam tabung
yang berisi media MCB dan RVSE steril masing-masing sebanyak 1 ml.

Untuk media MCB diinkubasi pada suhu 40-440C selama 18-24 jam, dan untuk
RVSE diinkubasi pada suhu 30-350C selama 18-24 jam.

. Ambil 1 mata ose dari TSB tadi, goreskan secara zigzag ke dalam cawan petri
yang berisi media CA dan MSA. Inkubasi pada suhu 30-350C, selama 24-48
jam.

Ambil satu mata ose dari media MCB yang telah diinkubasi, goreskan secara
zigzag ke dalam cawan petri yang berisi media MCA. inkubasi pada suhu 30-
350C, selama 24-48 jam.

Ambil satu masa ose dari media RVSE yang telah diinkubasi, goreskan secara
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
zigzag ke dalam cawan petri yang berisi media XLD. Inkubasi pada suhu 30-
Prinsip pengujian Angka Lempeng
350C, selamaTotal
24-48yaitu
jam. mengamati pertumbuhan
koloni bakteri yang terbentuk sedangkan prinsip pengujian Angka Kapang Khamir
yaitu pertumbuhan koloni jamur baik dalam bentuk kapang khamir, setelah sampel
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang maupun sebar dan
diinkubasi pada suhu yang sesuai. Namun, dalam praktikum kali ini metode yang
digunakan adalah metode sebar yaitu terlebih dahulu dibuat agar pada cawan dan
dibirarkan sampai memadat kemudian sebanyak 10 mL contoh sampel yang telah
diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut dan diratakan dengan batang gelas
melengkung atau ose yang steril. Sampel yang digunakan dalam pengujian ALT
(Angka Lempeng Total) dan AKK (Angka Kapang Khamir) adalah sampel sirup.
1. Homogenisasi dan pengenceran sampel
Proses pengujian dalam praktikum ini diawali dengan melakukan
homogenisasi sampel terlebih dahulu. Menurut Radji (2010) homogenisasi
sampel merupakan suatu tahapan awal yang harus dilakukkan pada sampel supaya
diperoleh 40distribusi mikroba yang merata di dalam sampel sehingga
mudah untuk diamati. Tujuan homogenisasi sampel adalah untuk
membebaskan sel-sel bakteri yang masih terlindungi oleh partikel dari
sampel yang akan diperiksa serta untuk mengaktifkan kembali sel-sel bakteri
yang kemungkinan pertumbuhannya terganggu karena berbagai kondisi yang
kurang sesuai didalam sampel. Pada tahap homogenisasi sampel ini diperoleh
suspensi pengenceran 1x. Tujuan dari pengenceran sampel adalah untuk
mempermudah dalam perhitungan, karena apabila tidak dilakukan pengenceran
maka sampel menjadi terlalu pekat yang dapat mengakibatkan pertumbuhan
bakteri akan saling tumpang tindih satu sama lain atau tidak terpisah dengan
baik sehingga dapat mempersulit proses perhitungan jumlah bakteri. Larutan
yang digunakan untuk pengenceran sampel adalah TSB. Prosedurnya yaitu
dengan cara menyiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing telah diisi 10 ml
TSB steril, kemudian dipipet 10 mL sampel sirup masukkan ke dalam tabung
reaksi yang telah berisi media 10 ml TSB steril, kemudian dihomogenkan dengan
cara mengocok perlahan tabung tersebut. 1 tabung lagi diinkubasi untuk
pengujian bakteri patogen. Hasil dari homogenisasi kemudian dipipet sebanyak 1
mL ke dalam cawan petri yang berisi 10 ml TSB steril yang sudah memadat.
Cawan petri segera digoyang sedemikian rupa dengan bantuan ose bulat yang
steril hingga suspensi tersebar merata. Setelah merata, cawan dibungkus dengan
kertas kemudian diinkubasi suhu 30-35°C dimana suhu tersebut merupakan
pertumbuhan bakteri yang paling optimal dan dilakukan selama 24-48 jam dengan
posisi tidak terbalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Perlu diingatkan bahwa semua perlakuan diatas harus secara aseptis, agar tidak
terjadi kontaminasi terhadap mikroorganisme lain.
2. Uji angka lempeng total
Uji Angka Lempeng Total merupakan suatu metode untuk menghitung
angka cemaran bakteri mesofil aerob yang terdapat dalam sampel sirup dengan
cara tuang (metode pour plate) pada media padat dan diinkubasi dalam posisi
terbalik pada suhu 30-35°C selama 24-48 jam.
Media yang digunakan dalam uji ALT adalah TSA yang berguna sebagai
nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dalam media. Peralatan dan media yang
digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan pemanasan basah menggunakan
bantuan alat autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit agar tidak terjadi
kontaminasi yang berasal dari media maupun alat-alat yang digunakan.
kemudian di tanam dalam media TSA menggunakan metode tuang (pour
plate) dan diinkubasikan pada suhu 30-350C selama 24-48 jam. Inkubasi
dilakukan secara terbalik supaya uap air yang terbentuk selama masa
inkubasi tidak menetes pada media karena dapat mempersulit perhitungan
jumlah koloni bakteri. Koloni yang tumbuh dalam media selanjutnya dihitung
sesuai dengan cara perhitungan ALT.
Berdasarkan hasil praktikum ALT jumlah koloni yang didapat pada sampel sirup
sebanyak 110 koloni bakteri

3. Uji Angka Kapang Khamir


Media yang digunakan dalam uji AKK adalah SDA yang berguna
sebagai nutrisi untuk pertumbuhan jamur dalam media. Peralatan dan media
yang digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan pemanasan basah
menggunakan bantuan alat autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit agar
tidak terjadi kontaminasi yang berasal dari media maupun alat-alat yang
digunakan. kemudian di tanam dalam media SDA menggunakan metode tuang
(pour plate) dan diinkubasikan pada suhu 20-25 0C selama 48 jam. Dari hasil
praktikum uji Angka Kapang Khamir digunakan sampel sirup dan SDA sebagai
media padatnya. Angka Kapang Khamir karena jumlah koloni yang akan dihitung
adalah hanya pertumbuhan koloni jamur (kapang dan khamir) sebanyak 3 koloni.

4. Pengujian bakteri patogen


Uji identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sampel sirup
yang digunakan mengandung cemaran bakteri E.coli atau tidak. Uji ini bertujuan
untuk menumbuhkan bakteri dari sampel sirup pada media. Sedangkan media
yang digunakan adalah :
a. TSB yang sudah diinkubasi dan diinokulasikan ke dalam tabung yang berisi
media MCB dan RVSE steril masing-masing sebanyak 1 ml. Untuk media
MCB diinkubasi pada suhu 40-440C selama 18-24 jam, dan untuk RVSE
diinkubasi pada suhu 30-350C selama 18-24 jam. Hasil dari praktikum adalah
pada media MCB terbentuk perubahan warna dari ungu jernih menjadi kuning
keruh menandakan positif E. coli. Dan pada media RVSE terbentuk perubahan
warna dari hijau toska jernih menjadi hijau keruh.
b. Media CA dan MSA
Dengan cara mengambil 1 mata ose dari TSB tadi, goreskan secara zigzag ke
dalam cawan petri yang berisi media CA dan MSA. Inkubasi pada suhu 30-
350C, selama 24-48 jam. pada media CA seharusnya terbentuk pertumbuhan
morfologi koloni berwarna hijau menandakan hasil positif terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Tetapi berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil
negatif mengandung bakteri Pseudomonas aeruginosa, hal ini disebabkan
dalam proses pembuatan sampel maupun media kemungkinan telah
terkontaminasi dan terjadi kesalahan dalam pembuatan media.
Pada media MSA terbentuk pertumbuhan morfologi koloni berwarna kuning
dikelilingi zona kuning menandakan hasil positif terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
c. Media MCA
Dengan cara mengambil satu mata ose dari media MCB yang telah diinkubasi,
goreskan secara zigzag ke dalam cawan petri yang berisi media MCA.
inkubasi pada suhu 30-350C, selama 24-48 jam. Dan didapatkan hasil pada
media MCA tidak terbentuk pertumbuhan morfologi koloni berwarna merah
bata dengan atau tanpa dikelilingi endapan empedu menandakan hasil negatif
terhadap bakteri E. coli.

d. Media XLD
Dengan cara menganmbil satu masa ose dari media RVSE yang telah
diinkubasi, goreskan secara zigzag ke dalam cawan petri yang berisi media
XLD. Inkubasi pada suhu 30-350C, selama 24-48 jam. Didapakan hasil pada
media XLD tidak terbentuk pertumbuhan morfologi koloni berwarna merah
muda dengan atau tanpa pusat berwarna hitam menandakan hasil negatif
terhadap bakteri Salmonella sp.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum ALT jumlah koloni yang didapat pada sampel sirup
sebanyak 110 koloni bakteri. Sedangkan Angka Kapang Khamir untuk pertumbuhan
koloni jamur (kapang dan khamir) sebanyak 3 koloni.
Sedangkan pada pengujian bakteri patogen didapatkan hasil sebagai berikut, pada
media MCB terbentuk perubahan warna dari ungu jernih menjadi kuning keruh
menandakan positif E. coli. Pada media RVSE terbentuk perubahan warna dari hijau
toska jernih menjadi hijau keruh. Pada media CA tidak terbentuk pertumbuhan
morfologi koloni berwarna hijau menandakan hasil negatif terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Pada media MSA terbentuk pertumbuhan morfologi koloni
berwarna kuning dikelilingi zona kuning menandakan hasil positif terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Pada media MCA tidak terbentuk pertumbuhan morfologi
koloni berwarna merah bata dengan atau tanpa dikelilingi endapan empedu
menandakan hasil negatif terhadap bakteri E. coli. Pada media XLD tidak terbentuk
pertumbuhan morologi koloni berwarna merah muda dengan atau tanpa pusat
berwarna hitam menandakan hasil negatif terhadap bakteri Salmonella sp.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikobiologi. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press
Anonim, 1993, Dasar-dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
BagianMikrobiologi, Yogyakarta, 15-25, 27-54, 127-134.
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai