Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT


SEDIAAN ELIXIR

DISUSUN OLEH

Izza Khozanatul Funuun

52019050072

3C FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


A. Dasar Teori
Larutan adalah sediaan cair yang megandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karea bahan-bahannya, cara peracikan
dan penggunaanya tidak dimasukkan ke dalam golngan produk lainnya. (Ansel, 1989)

Salah satu bentuk sediaan larutan adalah elixir. Elixir adalah larutan oral yang
mengandung ethanol 70% yang berfungsi sebagai kosolven (M.Anief, 2007). Salah
satu obat yang dibuat dalam bentuk sediaan elixir adalah paracetamol. Paracetamol
adalah para aminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah dignkan sejka
tahun 1893.
Hal ini disebabkan parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat
peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdpata lekosit yang melepaskan peroksid
sehingga eek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri
ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, myalgia, nyeri paska melahirkan dan
keadaan lain.
DOKUMEN 1

B. Dokumen Preformulasi FORMULASI DAN


PENGEMBANGAN PRODUK

RANCANGAN SEDIAAN :

One Mol

........................................................................

No. Batch :

TANGGAL MULAI : 24 September 2021

TANGGAL SELESAI : 24 September 2021

BAGIAN FORMULASI DAN PENGEMBANGAN PRODUK

No. NAMA NPM Paraf


1. IZZA KHOZANATUL FUNUUN 52019050072

2. MAULIDA HIKMAWATI 52019050073

3. AMALIYYA ROSYIDA 52019050074

4. RISA WIJAYANTI 52019050075

5. CATUR MAY DIANASARI 52019050076

6. AYU AMRINA ROSYADA 52019050078

7. ANDI HERU GUNAWAN F320175076

8. SINTA PERMATA DEWI 52019050026


I. TINJAUAN TENTANG OBAT
1. LATAR BELAKANG OBAT

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara


kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP).
Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat
inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya
tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri
kepala, malaria, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain.
Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak
mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan
lambung. Aksi/kerja utama paracetamol adalah dengan cara menghambat sintesis
prostaglandin di pusat otak (hipotalamus), tetapi tidak di perifer (jaringan), sehingga
tidak mempunyai efek sebagai anti inflamasi. Paracetamol diabsorbsi baik dalam saluran
pencernaan ketika digunakan secara per oral, untuk memudahkan pemberian obat dan
mempercepat absorbsi maka obat dibuat dalam bentuk sediaan elixir.
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 % yang berfungi sebagai
kosolven. Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan
obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa
obat yang dikandungnya.

2. TINJAUAN FARMAKOLOGI OBAT


A. Farmakodinamik
Enzim siklooksigenase (COX) memiliki beberapa isoform. Yang paling dikenal adalah
COX-1 dan COX-2. Walaupun keduanya memiliki kesamaan karakteristik dan
mengkatalisis reaksi yang sama, terdapat perbedaan efek di antara keduanya.
Enzim COX-1 merupakan enzim yang diekspresikan oleh hampir semua jaringan di
tubuh, termasuk platelet, dan memiliki peran dalam produksi prostaglandin yang terlibat
dalam proteksi lambung, agregasi platelet, autoregulasi aliran darah renal, dan inisiasi
parturisi. Sementara itu, COX-2 berperan penting dalam proses inflamasi dengan
mengaktivasi sitokin inflamasi. COX-2 juga banyak diekspresikan di ginjal dan
memproduksi prostasiklin yang berperan dalam homeostasis ginjal.
Aktivasi COX-1 dan COX-2 dipengaruhi oleh kadar asam arakidonat. Ketika kadar
asam arakidonat rendah, maka prostaglandin akan dibentuk dari terutama dari COX-2,
sementara saat kadar asam arakidonat tinggi, prostaglandin akan dibentuk terutama dari
COX-1. Kadar asam arakidonat ini juga mempengaruhi kerja paracetamol. Kadar yang
rendah memiliki efek poten terhadap paracetamol dan kadar yang tinggi akan menghambat
kerja paracetamol.
Paracetamol memiliki efek analgesik dan antipiretik yang setara dengan OAINS.
Sebagai analgesik, paracetamol menghambat prostaglandin dengan cara berperan sebagai
substrat dalam siklus peroksidase enzim COX-1 dan COX-2 dan menghambat peroksinitrit
yang merupakan aktivator enzim COX. Sebagai antipiretik, paracetamol menghambat
peningkatan konsentrasi prostaglandin di sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal yang
disebabkan oleh pirogen.
Efek klinis paracetamol dapat terlihat dalam satu jam setelah pemberian. Dalam
beberapa studi ditemukan bahwa paracetamol dapat menurunkan suhu sebesar 1oC setelah
satu jam pemberian.
Paracetamol tidak seefektif OAINS dalam meredakan nyeri pada arthritis akut karena
tidak dapat menurunkan kadar prostaglandin di cairan sinovial. Dibandingkan dengan
OAINS, paracetamol memiliki efek samping ke sistem gastrointestinal yang lebih rendah.
Oleh karena itu paracetamol dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan
riwayat ulkus peptikum.

B. Farmakokinetik
Farmakokinetik paracetamol cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada
pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat absorpsi
paracetamol.
Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di plasma dan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama.
Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu 10 –
60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-
rata di plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah
kecil setelah 8 jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam.
Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25% paracetamol dalam
darah diikat oleh protein.
Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses glukoronidasi dan
sulfasi menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi melalui
enzim sitokrom P450 menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine
(NAPQI).
Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi sistein dan
konjugat asam merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau terdapat
defisiensi glutation, maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis
hepar akut.
Eliminasi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui urin
dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung dalam laju
0,16 – 0,2 mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia > 65 tahun
atau dengan gangguan ginjal.
Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga dapat
diekskresikan dengan hemodialisa.

3. ORGANOLEPTIS
Evaluasi fisika yang dilakukan yaitu Uji Organoleptis:
1. Warna : putih
2. Bau : tidak berbau
3. Rasa : pahit

4. MIKROSKOPIS & KARAKTERISTIK FISIK / FISIKAMEKANIK


Mikroskopis : -
Karakteristik fisik/fisikamekanik: asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. (FI
edisi III hal. 37)
Titik lebur asetaminofen : 1690 sampai 1720 ( FI edisi III hal. 37).

5. KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA
Asetaminofen
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian ethanol (95%) P, dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilrngglikol P; larut dalam
larutan alkali hidroksida. ( FI edisi III hal. 37).

6. STABILITAS
Pada suhu 40 akan mudah terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya udara dan
cahaya dari luar, Ph jauh dari rentang pH optimum akan menyebabkan zat terdegradasi
karena hidrolisis
7. PROSEDUR PENETAPAN KADAR
Lakukan penetapan dengan cara Penetapan. Kadar nitrogen, meggunakan 300mg yang
ditimbang saksama dan 8ml asam sulfat bebass nitrogen P. ( FI edisi III hal. 37).
II. TINJAUAN BAHAN EKSIPIEN

1. Alcohol
Struktur kimia

Rumus molekul C2H6O


Nama kimia Ethanol
Sinonim Etil alkohol
Berat molekul (BM) 46,07
Pemerian Bening, tidak berwarna, molekul bergerak gesit, berbau khas,
rasanya seperti rasa terbakar.
Kelarutan Larut dalam kloroform, eter, gliserin dan air
pH larutan
PKa
Titik didih, leleh, Titik didih: 78,15℃ . titik leleh: -112℃
beku
Konstanta Dielektrik 25,7
Bobot jenis 1,59 (1 atm)
Stabilitas
 Panas Panas, akan menguap
 Hidrolisis/oksidasi Dalam ruang terbuka akan teroksidasi
 Cahaya
Kegunaan Sebagai pengawet (anti mikroba)
Inkompatibilitas Dalam keadaan asam, etanol akan sangat cepat bereaksi dengan
materi pengoksidasi. Jika dicampurkan dengan alkali larutan akan
berwarna gelap dan membentuk endapan aldehid.
Wadah dan Dalam wadah tertutup dan disimpan pada suhu yang dingin.
penyimpanan

2. Syrup simplex

Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari Saccharum officinarum Linn. (Famili
Gramineae), Beta vulgaris Linn. (Famili Chenopodiaceae) dan sumber-sumber lain.

Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur atau berbentuk kubus,
atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalm air; lebih mudah larut dalam air mendidih;
sukar larut dalam ethanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter.
Titik lebur : 160 - 186C
(Depkes RI, 1995)
3. Gliserin
Struktur kimia

Rumus molekul C3H8O3


Nama kimia Propana-1,2,3-triol
Sinonim Gliserol
Berat molekul (BM) 92,09
Pemerian Jernih, tidak berwarna, tidak ada bau, rasa zat manis, rasa manis
0,6 kali lebih manis dari sukrosa
Kelarutan Campuran antara air dengan gliserol, etanol 95% dan propilen
glikol akan stabil secara kimiawi.

pH larutan
PKa
Titik didih, leleh, Titik didih: 290˚C Titik
beku leleh: 17.8˚C
Titik beku: tergantung konsentrasi
Konstanta Dielektrik 43
Bobot jenis 1,2656 g/cm3 pada suhu 15˚C
1,2636 g/cm3 pada suhu 20˚C
1,2620 g/cm3 pada suhu 25˚C
Stabilitas
 Panas Panas: jika dalam suhu tinggi akan terurai
 Hidrolisis/oksidasi Oksidasi: cenderung tidak akan terurai
 Cahaya Cahaya: cenderung tidak akan terurai jika terkena cahaya
Kegunaan Gliserin digunakan dalam berbagai formulasi farmasi termasuk sediaan
oral, otic, opthalmikus, topikal, dan parenteral;

Formulasi farma farmasi dan kosmetik, gliserin digunakan terutama


untuk sifat humektan dan emoliennya. Gliserin digunakan sebagai
pelarut
atau cosolvent dalam krim dan emulsi. (1-3) Gliserin juga digunakan
dalam gel berair dan tidak berair dan juga sebagai aditif dalam aplikasi
tambalan. (4-6) Dalam parenteral
formulasi, gliserin digunakan terutama sebagai pelarut dan cosolvent.
(7-10) Dalam larutan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut, (10) zat
pemanis, pengawet antimikroba, dan zat penambah viskositas. Ini juga
digunakan sebagai plasticizer dan pelapis film. (11-14) Gliserin
digunakan sebagai plasticizer gelatin dalam produksi kapsul soft-gelatin
dan supositoria gelatin. Gliserin digunakan sebagai agen terapi dalam
berbagai aplikasi
klinis, (15) dan juga digunakan sebagai aditif makanan. Ketika
digunakan sebagai eksipien atau aditif makanan, gliserin biasanya tidak
terkait dengan efek samping dan umumnya diabaikan
sebagai bahan beracun dan tidak berbahaya.

Inkompatibilitas Akan meledak jika direaksikan dengan bahan pengoksidasi yang


kuat, seperti kromium trioksida, potassium klorat, atau potassium
permanganat
Wadah dan Disimpan dalam wadah tertutup dalam suhu ruangan
penyimpanan
4. Metil paraben
Struktur kimia

Rumus molekul C8H8O3


Nama kimia Metil-4-hidrosibenzoat
Sinonim Metil p-hidroksibenzoat
Berat molekul (BM) 152,15
Pemerian Jika berbentuk kristal metil paraben tidak berwarna, jika berbentuk
serbuk metil paraben berwarna putih, tidak berbau, dan rasa
seperti sedikit terbakar
Kelarutan

pH larutan 4-8
PKa 8,4 di suhu 22˚C
Titik didih, leleh, Titik didih:
beku Titik leleh: 125-128˚C
Titik beku:
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 1,352 g/cm3
Stabilitas
 Panas Panas: tidak akan terurai pada suhu 120˚C
 Hidrolisis/oksidasi Oksidasi/hidrolisis: akan terhidrolisis pada pH 8
 Cahaya Cahaya:
Kegunaan Sebagai pengawet (mencegah pertumbuhan bakteri)
Inkompatibilitas Akan berubah warna jika direaksikan dengan besi
Wadah dan Disimpan dalam wadah tertutup dalam keadaan dingin dan tempat
penyimpanan yang kering

5. Propilen glikol
Struktur kimia

Rumus molekul C3H8O2


Nama kimia 1,2-propanadiol
Sinonim Metil etil glikol
Berat molekul (BM) 76,09
Pemerian Tidak berwarna, kental, tidak berbau, jernih, rasanya manis
menyerupai gliserin
Kelarutan Akan stabil jika dicampurkan dengan etanol 95% atau air.
pH larutan
PKa
Titik didih, leleh, Titik didih: 188˚C
beku Titik leleh: -59˚C
Titik beku:
Konstanta Dielektrik 33
Bobot jenis 1,038 g/cm3 pada suhu 20˚C
Stabilitas Panas: akan teroksidasi pada ruang terbuka dan akan muncul
 Panas produk seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, asam
 Hidrolisis/oksidasi asetat
 Cahaya Hidrolisis/oksidasi:
Cahaya:
Kegunaan Meningkatkan viskositas
Inkompatibilitas Akan teroksidasi jika direaksikan dengan potassium permanganate
Wadah dan Disimpan dalam wadah tertutup, gelap (dilindungi dari sinar
penyimpanan matahari), disimpan dalam tempat yang dingin dan kering
III. FORMULA YANG DIBUAT

Jumlah tiap Jumlah tiap


% rentang % yang
No. Nama Bahan Fungsi sediaan pembuatan
pemakaian dibuat
(gram/mL) (gram/mL)
Zat aktif,
1. Paracetamol antipiretik, 120mg/5ml 2,4% 1,4 gr 2,8gr
analgesic
2. Gliserin anticaplocking ≤ 30% 45% 27 ml 54 ml
3. propilenglikol kosolven 10-25% 10% 6 ml 12 ml
4. Syrup simplex Pemanis 30% 18 ml 36 ml
Pengawet 0,015- 0,024 gr
5. Methylparaben 0,02% 0,012 gr
0,2%
6. Ethanol 95 kosolven 10% 6 ml 12 ml
7. Orange colour pewarna q.s. q.s. q.s. q.s.
8. Orange essense perisa q.s. q.s. q.s q.s.
9. aqua pelarut Ad 100% Ad 100% Ad 60 ml Ad 120 ml
IV. ALTERNATIF METODE/CARA PEMBUATAN

5.1 Skema Kerja


Timbang dan ukur semua bahan

Larutkan zat aktif paracetamol 1,4 gr menggunakan 6 ml etanol

larutkan metil paraben 0,012 gr menggunakan 6 ml propilen glikol.

Tambahkan gliserin, dan syrup simplex pada larutan paracetamol, aduk hingga homogen.

Campurkan larutan paracetamol dan larutan metil paraben, aduk hingga homogen.

Tambah orange colour dan orange essent secukupnya.

tambahkan aquadest hingga larutan sebanyak 60ml.


V. RANCANGAN DESAIN KEMASAN
1. Kemasan Primer/ Label : botol 60ml
2. Kemasan Sekunder : dus
3. Brosur : -

Kudus, 26 Oktober 2021

Bagian Formulasi dan Pengembangan Produk

No. NAMA Paraf


1. IZZA KHOZANATUL FUNUUN

2. MAULIDA HIKMAWATI

3. AMALIYYA ROSYIDA

4. RISA WIJAYANTI

5. CATUR MAY DIANASARI

6. AYU AMRINA ROSYADA

7. ANDI HERU GUNAWAN

8. SINTA PERMATA DEWI


DOKUMEN 2

C. Dokumen Produksi PRODUKSI

PRODUKSI SEDIAAN :

One Mol

........................................................

(Nomor Batch)

TANGGAL MULAI : 24 September 2021

TANGGAL SELESAI : 24 September 2021

BAGIAN PRODUKSI

No. NAMA NPM Paraf


1. IZZA KHOZANATUL FUNUUN 52019050072

2. MAULIDA HIKMAWATI 52019050073

3. AMALIYYA ROSYIDA 52019050074

4. RISA WIJAYANTI 52019050075

5. CATUR MAY DIANASARI 52019050076

6. AYU AMRINA ROSYADA 52019050078

7. ANDI HERU GUNAWAN F320175076

8. SINTA PERMATA DEWI 52019050026

VI. KOMPOSISI/ FORMULA


JUMLAH JUMLAH
No. Nama Bahan (Per Sediaan) (Per total yang
dibuat)

1. Paracetamol 1,4 gr 2,8gr

2. Gliserin 27 ml 54 ml

3. propilenglikol 6 ml 12 ml
4. Syrup simplex 18 ml 36 ml
5. Methylparaben 0,012 gr 0,024 gr
6. Ethanol 95 6 ml 12 ml
7. Orange colour q.s. q.s.
8. Orange essense q.s q.s.
9. aqua Ad 60 ml Ad 120 ml

VII. ALAT
• Timbangan
• Gelas ukur
• Penangas air
• Sendok tanduk
• Pipet tetes
• Pipet ukur
• Batang pengaduk
• Beker glass
• Botol 60 ml (2 buah)
• Mortir dan stamper

VIII. DIAGRAM ALIR PRODUKSI

Menimbang semua bahan



Campur ad homogen

Ditambahkan aquadest ad 60 ml

kemas
IX. PELAKSANAAN
1. PENIMBANGAN

JUMLAH JUMLAH
No. Nama Bahan (Teoritis) (Ditimbang)

1. Paracetamol 2,8gr 2,8gr


2. Gliserin 54 ml 54 ml
3. propilenglikol 12 ml 12 ml
4. Syrup simplex
36 ml 36 ml

5. Methylparaben
0,024 gr 0,024 gr

6. Ethanol 95 12 ml 12 ml
7. Orange colour
q.s. q.s.

8. Orange essense q.s. q.s.

9. aqua Ad 120 ml Ad 120 ml


X. PROSEDUR PEMBUATAN

Timbang dan ukur semua bahan

Larutkan zat aktif paracetamol 1,4 gr menggunakan 6 ml etanol

larutkan metil paraben 0,012 gr menggunakan 6 ml propilen glikol.

Tambahkan gliserin, dan syrup simplex pada larutan paracetamol, aduk hingga homogen.

Campurkan larutan paracetamol dan larutan metil paraben, aduk hingga homogen.

Tambah orange colour dan orange essent secukupnya.

tambahkan aquadest hingga larutan sebanyak 60ml.

XI. REKONSILIASI HASIL PRODUKSI

HASIL HASIL %
No. NAMA SEDIAAN
(Teoritis) (Nyata) REKONSILIASI

1. One Mol 120 ml 120ml 100%


Kudus, 26 Oktober 2021

Bagian Produksi

No. NAMA Paraf


1. IZZA KHOZANATUL FUNUUN

2. MAULIDA HIKMAWATI

3. AMALIYYA ROSYIDA

4. RISA WIJAYANTI

5. CATUR MAY DIANASARI

6. AYU AMRINA ROSYADA

7. ANDI HERU GUNAWAN

8. SINTA PERMATA DEWI


DOKUMEN 3

D. Dokumen Quality Control PENGAWASAN MUTU/


EVALUASI

QUALITY CONTROL SEDIAAN :

One Mol

.............................................................

(Nomor Batch)

TANGGAL MULAI : 24 September 2021

TANGGAL SELESAI : 24 September 2021

BAGIAN QUALITY CONTROL/ EVALUASI

No. NAMA NPM Paraf


1. IZZA KHOZANATUL FUNUUN 52019050072

2. MAULIDA HIKMAWATI 52019050073

3. AMALIYYA ROSYIDA 52019050074

4. RISA WIJAYANTI 52019050075

5. CATUR MAY DIANASARI 52019050076

6. AYU AMRINA ROSYADA 52019050078

7. ANDI HERU GUNAWAN F320175076

8. SINTA PERMATA DEWI 52019050026

EVALUASI SEDIAAN
PENGUJIAN MUTU PRODUK JADI
1. Organoleptis
- Alat : Panca indra manusia
- Prosedur Evaluasi :
Sediaan

Diuji secara visual

Amati warna, bau dan rasa

- Data Evaluasi :
Warna : kuning
Bau : jeruk
Rasa : jeruk

- Persyaratan :
Menarik
- Kesimpulan :
Sesuai
2. Evaluasi pH
- Alat : indikator pH
- Prosedur Evaluasi :
Siapkan sediaan

Masukkan indicator pH dalam sediaan

Amati perubahan warna

Catat hasil
- Data Evaluasi :
pH : 7

- Persyaratan :
pH larutan 3,8-6,1 ( FI edisi III hal. 38)

- Kesimpulan :
Sediaan belum memenuhi syarat yang tertera di FI
3. Uji Kejernihan
- Alat : Tabung reaksi 2 buah
- Prosedur Evaluasi :
Sediaan

Masukkan sediaan dan pelarut pada tabung reaksi yang berbeda

Diamkan 5 manit

Amati dengan tegak lurus kearah bawah tabung
- Data Evaluasi :
 Jernih
 Tidak terlihat adanya partikel yang terlarut
 Larut degan sempurna

- Persyaratan :
Tidak ada partikel yang tertinggal atau tidak larut

- Kesimpulan :
Sesuai
4. Uji Pemeriksaan Bobot Jenis
- Alat : Piknometer
- Prosedur Evaluasi :
Timbang piknometer kosong

Timbang piknometer yang diisi air

Timbang piknometer yang berisi larutan sediaan

Hitung BJ sediaan
- Data Evaluasi :
Bobot piknometer kosong : 17,814
Bobot piknometer + air : 42,724
Bobot piknometer + sediaan : 27,990
Bobot air : (bobot piknometer + air) – (bobot pikno meter)
: 42,724 – 17,814
: 24,910
bobot air 24,910
Volume air: = =25,948 ml
ρ air 0,996 gr /ml

bobot sediaan
ρ sediaan : =
volume air
27,990
: = 1.124 gr/ml
24,910

ρlarutan 1,124 gr / ml
Bobot jenis : =
ρ air 0,996 gr / ml
= 1,128 ≈ 1,13
- Persyaratan :
Bobot jenis 1,21-1,23

- Kesimpulan : bobot jenis sediaan tidak masuk rentang


syarat
5. Uji Viskositas
- Alat : Viskometer brookfield
- Prosedur Evaluasi :
Siapkan sediaan dan stopwatch

Masukkan sediaan kedalam viscometer brookfield

- Data Evaluasi :
Viskositas : 12.00 Cps
6. Volume Tepindahkan
- Alat : Botol coklat
- Prosedur Evaluasi :
Sediakan 2 gelas ukur

Tuangkan 50 ml larutan kedalam gelas ukur 1

Amati dan catat berapa volumenya

Tuang larutan dari gelas ukur 1 ke gelas ukur 2

Amati dan catat volumenya

- Data Evaluasi :
50
x 100% = 100%
50 ml

- Persyaratan :
Kurang dari 95 % dan tidak lebih dari 105%

- Kesimpulan : sesuai dengan rentang


Kudus, 2021

Bagian Pengawasan Mutu,

No. NAMA Paraf


1. IZZA KHOZANATUL FUNUUN

2. MAULIDA HIKMAWATI

3. AMALIYYA ROSYIDA

4. RISA WIJAYANTI

5. CATUR MAY DIANASARI

6. AYU AMRINA ROSYADA

7. ANDI HERU GUNAWAN

8. SINTA PERMATA DEWI


E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Table hasil evaluasi

Jenis uji Hasil


Organoleptis Warna : kuning
Bau : jeruk
Rasa : jeruk
pH pH : 7
Uji kejernihan Jernih, tidak terlihat pertikel yang tidak
larut.
Bobot jenis 1,13
Viskositas 12.00 Cps
Volume terpindahkan 100%

Formulasi dari eliksir paracetamol ini adalah paracetamol sebagai zat aktif, gliserin
sebagai anticplocking, propilenglikol sebagai kosolven sirup simplex sebagai pemanis,
methyl paraben sebagai pengawet, ethanol sebagai kosolven, dengan perisa dan pewarna
orange dan aquadest sebagai pelarut. Uji pertama sediaan elixir yaitu uji organoleptis. Uji
organoleptis dilakukan degan panca indra dan hasil menunjukkan warna kuning, bau dan
rasa jeruk.

Uji yang ke dua yaitu uji pH sediaan elixir. Uji pH dilakukan dengan menggunakan
indikator pH universal . hasil uji elixir menunjukkan pH 7, jika dibandingkan dengan
rentang persyaratan pH elixir sediaan ini tidak sesuai dengan rentang mungkin karena
penambahan gliceryn yang terlalu banyak (tidak sesuai persyaratan ≤ 30% tetapi kita
memakai 45%). Uji yang ketiga yaitu uji kejernihan, uji kejernihan dapat dilihat dengan
panca indra dan menghasilkan sediaan yang larut, jernih tidak terdapat pertikel yang tersisa.
Selanjutnya yaitu uji bobot jenis dan uji viskositas. Uji bobot jenis dilakukan dengan
menggunakan alat piknometer. Hasil evaluasi meunjukkan hasil sebesar 1,13 gr/ml. hasil
tidak tersebut tidak memenuhi rentang syarat bobot jenis yaitu 1,21-1,23 dan hasil uji
viskositas menunjukkan hasil 12.00 Cps. Hal ini mungkin di karenakan volume zat, jika
volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu
sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat
dapat memengaruhi bobot jenisnya. Uji yang terakhir yaitu uji volume terpindahkan, hasil
menujukkan bahwa volume 100% terpindahkan dari gelas satu ke gelas yang lain.
F. Kesimpulan

Elixir obat diformulasikan sedemikian rupa sehingga pasien menerima obat


dengan baik dan tepat, elixir biasanya kurang manis dan kurang kental karena
mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup didalam
menutupi rasa obat yang kurang enak. Elixir megandung zat aktif, pelarut, pemanis,
anticaplocking, dan pengawet. Adapun uji evalusai pada sediaan elixir yaitu : uji
organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji kejernihan, uji bobot jenis, dan uji volume
terpindahkan.
G. Daftar Pustaka

Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Anief, M. 2007. Farmasetika, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI. Press.

Depkes RI. 1979, Farmakope edisi III, Jakarta, Depkes RI.

Ambary, Y. 2018. Uji stabilitas fisik formulasi elixir paracetamol dengan kombinasi
cosolvent propilenglikol dan ethanol. STIKES Rumah Sakit Anwar Medika.
H. Lampiran

Bahan pembuatan elixir paracetamol

Uji kejernihan proses pengadukan hasil

Anda mungkin juga menyukai