DISUSUN OLEH
52019050072
3C FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 FARMASI
Salah satu bentuk sediaan larutan adalah elixir. Elixir adalah larutan oral yang
mengandung ethanol 70% yang berfungsi sebagai kosolven (M.Anief, 2007). Salah
satu obat yang dibuat dalam bentuk sediaan elixir adalah paracetamol. Paracetamol
adalah para aminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah dignkan sejka
tahun 1893.
Hal ini disebabkan parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat
peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdpata lekosit yang melepaskan peroksid
sehingga eek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri
ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, myalgia, nyeri paska melahirkan dan
keadaan lain.
DOKUMEN 1
RANCANGAN SEDIAAN :
One Mol
........................................................................
No. Batch :
B. Farmakokinetik
Farmakokinetik paracetamol cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif pada
pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat absorpsi
paracetamol.
Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di plasma dan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama.
Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu 10 –
60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-
rata di plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah
kecil setelah 8 jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam.
Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25% paracetamol dalam
darah diikat oleh protein.
Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses glukoronidasi dan
sulfasi menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi melalui
enzim sitokrom P450 menjadi metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine
(NAPQI).
Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi sistein dan
konjugat asam merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau terdapat
defisiensi glutation, maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis
hepar akut.
Eliminasi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui urin
dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung dalam laju
0,16 – 0,2 mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia > 65 tahun
atau dengan gangguan ginjal.
Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga dapat
diekskresikan dengan hemodialisa.
3. ORGANOLEPTIS
Evaluasi fisika yang dilakukan yaitu Uji Organoleptis:
1. Warna : putih
2. Bau : tidak berbau
3. Rasa : pahit
5. KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA
Asetaminofen
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian ethanol (95%) P, dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilrngglikol P; larut dalam
larutan alkali hidroksida. ( FI edisi III hal. 37).
6. STABILITAS
Pada suhu 40 akan mudah terdegradasi, lebih mudah terurai dengan adanya udara dan
cahaya dari luar, Ph jauh dari rentang pH optimum akan menyebabkan zat terdegradasi
karena hidrolisis
7. PROSEDUR PENETAPAN KADAR
Lakukan penetapan dengan cara Penetapan. Kadar nitrogen, meggunakan 300mg yang
ditimbang saksama dan 8ml asam sulfat bebass nitrogen P. ( FI edisi III hal. 37).
II. TINJAUAN BAHAN EKSIPIEN
1. Alcohol
Struktur kimia
2. Syrup simplex
Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari Saccharum officinarum Linn. (Famili
Gramineae), Beta vulgaris Linn. (Famili Chenopodiaceae) dan sumber-sumber lain.
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur atau berbentuk kubus,
atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalm air; lebih mudah larut dalam air mendidih;
sukar larut dalam ethanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter.
Titik lebur : 160 - 186C
(Depkes RI, 1995)
3. Gliserin
Struktur kimia
pH larutan
PKa
Titik didih, leleh, Titik didih: 290˚C Titik
beku leleh: 17.8˚C
Titik beku: tergantung konsentrasi
Konstanta Dielektrik 43
Bobot jenis 1,2656 g/cm3 pada suhu 15˚C
1,2636 g/cm3 pada suhu 20˚C
1,2620 g/cm3 pada suhu 25˚C
Stabilitas
Panas Panas: jika dalam suhu tinggi akan terurai
Hidrolisis/oksidasi Oksidasi: cenderung tidak akan terurai
Cahaya Cahaya: cenderung tidak akan terurai jika terkena cahaya
Kegunaan Gliserin digunakan dalam berbagai formulasi farmasi termasuk sediaan
oral, otic, opthalmikus, topikal, dan parenteral;
pH larutan 4-8
PKa 8,4 di suhu 22˚C
Titik didih, leleh, Titik didih:
beku Titik leleh: 125-128˚C
Titik beku:
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 1,352 g/cm3
Stabilitas
Panas Panas: tidak akan terurai pada suhu 120˚C
Hidrolisis/oksidasi Oksidasi/hidrolisis: akan terhidrolisis pada pH 8
Cahaya Cahaya:
Kegunaan Sebagai pengawet (mencegah pertumbuhan bakteri)
Inkompatibilitas Akan berubah warna jika direaksikan dengan besi
Wadah dan Disimpan dalam wadah tertutup dalam keadaan dingin dan tempat
penyimpanan yang kering
5. Propilen glikol
Struktur kimia
Tambahkan gliserin, dan syrup simplex pada larutan paracetamol, aduk hingga homogen.
Campurkan larutan paracetamol dan larutan metil paraben, aduk hingga homogen.
2. MAULIDA HIKMAWATI
3. AMALIYYA ROSYIDA
4. RISA WIJAYANTI
PRODUKSI SEDIAAN :
One Mol
........................................................
(Nomor Batch)
BAGIAN PRODUKSI
2. Gliserin 27 ml 54 ml
3. propilenglikol 6 ml 12 ml
4. Syrup simplex 18 ml 36 ml
5. Methylparaben 0,012 gr 0,024 gr
6. Ethanol 95 6 ml 12 ml
7. Orange colour q.s. q.s.
8. Orange essense q.s q.s.
9. aqua Ad 60 ml Ad 120 ml
VII. ALAT
• Timbangan
• Gelas ukur
• Penangas air
• Sendok tanduk
• Pipet tetes
• Pipet ukur
• Batang pengaduk
• Beker glass
• Botol 60 ml (2 buah)
• Mortir dan stamper
JUMLAH JUMLAH
No. Nama Bahan (Teoritis) (Ditimbang)
5. Methylparaben
0,024 gr 0,024 gr
6. Ethanol 95 12 ml 12 ml
7. Orange colour
q.s. q.s.
Tambahkan gliserin, dan syrup simplex pada larutan paracetamol, aduk hingga homogen.
Campurkan larutan paracetamol dan larutan metil paraben, aduk hingga homogen.
HASIL HASIL %
No. NAMA SEDIAAN
(Teoritis) (Nyata) REKONSILIASI
Bagian Produksi
2. MAULIDA HIKMAWATI
3. AMALIYYA ROSYIDA
4. RISA WIJAYANTI
One Mol
.............................................................
(Nomor Batch)
EVALUASI SEDIAAN
PENGUJIAN MUTU PRODUK JADI
1. Organoleptis
- Alat : Panca indra manusia
- Prosedur Evaluasi :
Sediaan
↓
Diuji secara visual
↓
Amati warna, bau dan rasa
- Data Evaluasi :
Warna : kuning
Bau : jeruk
Rasa : jeruk
- Persyaratan :
Menarik
- Kesimpulan :
Sesuai
2. Evaluasi pH
- Alat : indikator pH
- Prosedur Evaluasi :
Siapkan sediaan
↓
Masukkan indicator pH dalam sediaan
↓
Amati perubahan warna
↓
Catat hasil
- Data Evaluasi :
pH : 7
- Persyaratan :
pH larutan 3,8-6,1 ( FI edisi III hal. 38)
- Kesimpulan :
Sediaan belum memenuhi syarat yang tertera di FI
3. Uji Kejernihan
- Alat : Tabung reaksi 2 buah
- Prosedur Evaluasi :
Sediaan
↓
Masukkan sediaan dan pelarut pada tabung reaksi yang berbeda
↓
Diamkan 5 manit
↓
Amati dengan tegak lurus kearah bawah tabung
- Data Evaluasi :
Jernih
Tidak terlihat adanya partikel yang terlarut
Larut degan sempurna
- Persyaratan :
Tidak ada partikel yang tertinggal atau tidak larut
- Kesimpulan :
Sesuai
4. Uji Pemeriksaan Bobot Jenis
- Alat : Piknometer
- Prosedur Evaluasi :
Timbang piknometer kosong
↓
Timbang piknometer yang diisi air
↓
Timbang piknometer yang berisi larutan sediaan
↓
Hitung BJ sediaan
- Data Evaluasi :
Bobot piknometer kosong : 17,814
Bobot piknometer + air : 42,724
Bobot piknometer + sediaan : 27,990
Bobot air : (bobot piknometer + air) – (bobot pikno meter)
: 42,724 – 17,814
: 24,910
bobot air 24,910
Volume air: = =25,948 ml
ρ air 0,996 gr /ml
bobot sediaan
ρ sediaan : =
volume air
27,990
: = 1.124 gr/ml
24,910
ρlarutan 1,124 gr / ml
Bobot jenis : =
ρ air 0,996 gr / ml
= 1,128 ≈ 1,13
- Persyaratan :
Bobot jenis 1,21-1,23
- Data Evaluasi :
Viskositas : 12.00 Cps
6. Volume Tepindahkan
- Alat : Botol coklat
- Prosedur Evaluasi :
Sediakan 2 gelas ukur
↓
Tuangkan 50 ml larutan kedalam gelas ukur 1
↓
Amati dan catat berapa volumenya
↓
Tuang larutan dari gelas ukur 1 ke gelas ukur 2
↓
Amati dan catat volumenya
- Data Evaluasi :
50
x 100% = 100%
50 ml
- Persyaratan :
Kurang dari 95 % dan tidak lebih dari 105%
2. MAULIDA HIKMAWATI
3. AMALIYYA ROSYIDA
4. RISA WIJAYANTI
Formulasi dari eliksir paracetamol ini adalah paracetamol sebagai zat aktif, gliserin
sebagai anticplocking, propilenglikol sebagai kosolven sirup simplex sebagai pemanis,
methyl paraben sebagai pengawet, ethanol sebagai kosolven, dengan perisa dan pewarna
orange dan aquadest sebagai pelarut. Uji pertama sediaan elixir yaitu uji organoleptis. Uji
organoleptis dilakukan degan panca indra dan hasil menunjukkan warna kuning, bau dan
rasa jeruk.
Uji yang ke dua yaitu uji pH sediaan elixir. Uji pH dilakukan dengan menggunakan
indikator pH universal . hasil uji elixir menunjukkan pH 7, jika dibandingkan dengan
rentang persyaratan pH elixir sediaan ini tidak sesuai dengan rentang mungkin karena
penambahan gliceryn yang terlalu banyak (tidak sesuai persyaratan ≤ 30% tetapi kita
memakai 45%). Uji yang ketiga yaitu uji kejernihan, uji kejernihan dapat dilihat dengan
panca indra dan menghasilkan sediaan yang larut, jernih tidak terdapat pertikel yang tersisa.
Selanjutnya yaitu uji bobot jenis dan uji viskositas. Uji bobot jenis dilakukan dengan
menggunakan alat piknometer. Hasil evaluasi meunjukkan hasil sebesar 1,13 gr/ml. hasil
tidak tersebut tidak memenuhi rentang syarat bobot jenis yaitu 1,21-1,23 dan hasil uji
viskositas menunjukkan hasil 12.00 Cps. Hal ini mungkin di karenakan volume zat, jika
volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu
sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat
dapat memengaruhi bobot jenisnya. Uji yang terakhir yaitu uji volume terpindahkan, hasil
menujukkan bahwa volume 100% terpindahkan dari gelas satu ke gelas yang lain.
F. Kesimpulan
Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI. Press.
Ambary, Y. 2018. Uji stabilitas fisik formulasi elixir paracetamol dengan kombinasi
cosolvent propilenglikol dan ethanol. STIKES Rumah Sakit Anwar Medika.
H. Lampiran