OPIOID
ANALGESIK OPIOID
Penggunannya ditujukan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri
RESEPTOR OPIOID
mu ()
mu1,mu2
delta ()
delta1,
delta2
kappa ()
kappa1,
kappa2, dan
kappa3
KLASIFIKASI OBAT
GOLONGAN OPIOID
Klasifikasi dibedakan berdasarkan ikatannya dengan reseptor:
1. Agonis penuh (kuat); hanya bersifat agonis
2. Agonis parsial (agonis lemah sampai sedang); tidak hanya
menimbulkan efek agonis tetapi juga dapat menimbulkan efek
antagonis dengan menggeser agonis kuat dari ikatannya pada
reseptor opioid dan mengurangi efeknya
3. Campuran agonis dan antagonis; memiliki efek agonis pada
satu subtipe reseptor opioid dan juga dapat menjadi parsial
agonis atau antagonis pada subtipe reseptor opioid lainnya
4. Antagonis
KLASIFIKASI OBAT
GOLONGAN OPIOID
Klasifikasi dibedakan berdasarkan jenis zat kimianya:
1. Derivat fenilpiperidin; morfin dan alkaloid opium alamiah lainnya
(termasuk tebain, kodein, heroin, hidromorfon, okdikodon, levorfanol)
2. Derivat fenilheptilamin
(analgesik), dan propoksifen
(difenilheptan);
termasuk
metadon
Struktur
Agonis Kuat
Agonis
Campuran
Lemah
Agonis dan
Sampai
Antagonis
Morfin,
Sedang
Kodein,
Nalbufin,
Nalorfin,
Hidromorfon,
Oksikodon,
Buprenorfin
Nalokson,
Fenilheptilam
Oksimorfon
Metadon
Hidrokodon
Propoksifen
Naltrekson
in
Fenilpiperidi
Meperidin,
Difenoksilat
n
Morfinan
Benzomorfan
Fentanil
Levorfanol
Butorfanol
Pentazosin
Dasar
Fenantren
Antagonis
FARMAKODINAMIK
Opioid berinteraksi
secara stereospesifik
dengan protein reseptor
pada membran sel-sel
tertentu dalam SSP,
pada ujung saraf
perifer, dan sel-sel
saluran cerna
Di
salura
n ion
Meningkatkan efluks K+
(hiperpolarisasi) atau
mengurangi influks Ca++
sehingga merintangi
peletupan neural dan
pembebasan transmiter.
FARMAKODINAMIK
Prinsip kerja obat golongan non opioid adalah menghambat
produksi
prostaglandin
sebagai
mediator
nyeri
dengan
menghambat enzim COX (cyclooxygenase)
Penghambatan enzim cyclooxygenase untuk setiap obat berbeda
tergantung afinitas beberapa obat dalam menginhibisi.
Irreversibel : asetosal/ asam asetilsalisilat
Reversibel : Golongan obat NSAIDs lainnya seperti diklofenak dan fenilbutazon
(cepat, reversibel dan kompetitif), PCT/parasetamol (cepat, reversibel dan tidak
kompetitif)
KLASIFIKASI GOLONGAN
NON OPIOID
Derivat asam
salisilat
(aspirin)
Derivat
paraaminofen
ol
(parasetamol)
Derivat asam
propionat
(ibuprofen,
ketoprofen,
Naproksen)
Derivat asam
fenamat
(asam
mefenamat)
Derivat asam
asetat indol
(indometasin)
pirazolon
(fenilbutazon
dan
oksifenbutazon
)
oksikam
(piroksikam
dan
meloksikam)
KLASIFIKASI GOLONGAN
NON OPIOID
Rofekoksib
Selekoksib
Parekoksib
OBAT GOLONGAN
OPIOID DAN NON
OPIOID
PARASETAMOL
PARASETAMOL
(Analgesik non-opioid)
Alternatif efektif sebagai analgesik antipiretik dengan aktivitas
antiinflamasi yang lebih rendah dari aspirin.
MEKANISME
Pilihan pertama analgesik (selain NSAID) untuk mengobati nyeri
(kombinasi jika mengobati nyeri akut)
Inhibisi pembentukan prostaglandin pada sistem saraf pusat oleh
enzim COX
FARMAKOKINETIK
Sediaan oral mempunyai bioavailabilitas yang sangat baik,
diabsorpsi pada saluran GIT
Konsentrasi plasma puncak: 30-60 menit (sediaan oral)
Waktu paruh dalam plasma: 2 jam setelah dosis terapi
Distribusi oleh sebagian besar cairan tubuh
Metabolisme oleh hati dengan konjugasi menjadi sulfat atau
asam glukuronat
Eliminasi via ginjal
Ekskresi via urin dengan sejumlah kecil obat yang utuh (<5%)
FARMAKODINAMIK
Analgesik dan antipiretik efektif
Mengurangi nyeri
Efek anti-inflamasi lemah
KONTRAINDIKASI DAN
PERINGATAN
Kontraindikasi
Peringatan
INTERAKSI OBAT
Metoclopramide: absorpsi akan diakselarasi
Colestyramin: mengurangi absorpsi parasetamol jika diberikan 1
jam setelah mengkonsumsi parasetamol
Probenecid: klirens dikurangi dan waktu paruh dalam plasma
ditingkatkan
Rifampisin: konsentrasi parasetamol plasma harus setengah dari
normal
DOSIS TERAPI
Dosis oral konvensional: 325 1000 mg (650 mg rektal)
Total dosis per hari: tidak boleh melebihi 4000 mg
Dosis harian yang umum 1000 mg
Dosis tunggal pada anak-anak: 40 48 mg
CONTOH SEDIAAN
Rektal
(suppositori
a)
Infus intravena
Oral
ANTALGIN
MEKANISME
Menghambat sintesis prostaglandin pada sistem saraf pusat
dengan menghambat kerja enzim COX-3
FARMAKOKINETIK
Pada sediaan oral, dipiron dihidrolisis dengan sangat cepat dalam
saluran GIT menjadi metabolit aktif yaitu 4-methyl-aminoantipyrine. Dimetabolisme menjadi 4-formyl-amino-antipyrine dan
metabolit lain
Metabolit dapat didistribusikan menuju ASI
Pada sediaan iv, dipiron tidak terdeteksi pada plasma
Ekskresi via urin dalam bentuk metabolitnya
FARMAKODINAMIK
Analgesik dan antipiretik yang efektif
Anti-inflamasi yang lemah
EFEK SAMPING
Meningkatkan resiko agranulositosis dengan potensi shock
Granulositopenia
Serangan porfiria akut
Menyebabkan eksaserbasi dyspnea dan sianosis
KONTRAINDIKASI,
PERINGATAN, DAN DOSIS
Pasien dengan riwayat porfiria
Defisiensi G6PD
Peringatan pada pasien dalam masa kehamilan
Dosis:
Sediaan oral 0.5 4 g/hari dalam dosis terbagi
CONTOH SEDIAAN
AGONIS SEPERTI
MORFIN
(fenantren) merupakan
obat golongan opioid
MEKANISME
Lini pertama untuk mengobati nyeri yang parah
Reseptor (1, 2 dan 3): pereda nyeri, sedasi, euforia, depresi
respiratori, dan konstipasi
Reseptor : pereda nyeri dan sedasi
Reseptor : analgesik, depresi respiratori
FARMAKOKINETIK
Waktu paruh sekitar 2 jam
Didistribusikan ke seluruh tubuh, terutama ginjal, hati, dan paruparu
Metabolisme menghasilkan morfin-3-glukuronat (M3G) dan morfin6-glukuronat (M6G)
Ekskresi via urin sebagai konjugat
Dapat berdifusi melalui plasenta
FARMAKODINAMIK
Menyebabkan sedasi
Analgesik poten
Pereda nyeri
EFEK SAMPING
Nausea dan muntah
Depresi respiratori meningkat apabila dosis ditingkatkan
Dilatasi vena dan arteri dan menyebabkan hipotensi
orthostatis.
Konstipasi, retensi urin, pruritus
Euphoria dan disforia
Mental clouding
Mood berubah
Rasa kantuk
CONTOH SEDIAAN
ASAM SALISILAT
Izzatu Rizqiyah
ASAM SALISILAT
Contoh lain yang termasuk ke dalam golongan salisilat:
Kolin salisilat, Magnesium salisilat, Sodium Salisilat
MEKANISME KERJA
Menghambat COX-1 dan COX-2 dalam pembentukan prostaglandin
dan mengurangi impuls nyeri pada SSP
PROFIL FARMAKOKINETIKA
DAN FARMAKODINAMIKA
Nama
Waktu
konsentras
i puncak
(jam)
Waktu
paruh
eliminasi
(jam)
Onset
analgesik
(jam)
Durasi
analgesik
(jam)
Aspirin
0.25-2
0.23-0.33
0.5
3-6
Kolin
salisilat
1.5-2
Mg
salisilat
1.5-2
Na salisilat
0.67
FARMAKOKINETIKA
A
D
EFEK SAMPING
Iritasi dan pendarahan gastrointestinal
Hipersensitivitas pada 25% penderita asthma
Penggunaan aspirin pada anak penderita demam/cacar Reyes
syndrome
Kontraindikasi
PERHATIAN KHUSUS
Penderita dengan gangguan fungsi hati
Ibu hamil dan menyusui
INTERAKSI OBAT
Fenobarbital menginduksi enzim hati yang mempercepat
metabolisme & ekskresi aspirin
Reserpin mengurangi efek analgesik aspirin
Antasida mengurangi absorpsi aspirin
CONTOH SEDIAAN
ASAM PIROLIZIN
KARBOKSILAT
KETOROLA
C
MEKANISME KERJA
Menghambat produksi prostaglandin dengan menurunkan aktivitas
enzim siklooksigenase
FARMAKOKINETIKA
A
EFEK SAMPING
Gangguan saluran pencernaan
Reaksi hipersensitivitas
Berkeringat
Mulut kering
Kontraindikasi
PERHATIAN KHUSUS
Pasien dengan riwayat penyakit pencernaan
Ibu hamil dan menyusui
INTERAKSI OBAT
Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan dapat menimbulkan
ketorolac-associated bleeding
Probenecid meningkatkan waktu paruh dan konsentrasi plasma dari
ketorolac
CONTOH SEDIAAN
DOSIS
Name
Ketorolac
(parenteral)
Ketorolac (oral)
Maximum Dosage
(mg)
30-60
120
40
FENAMAT
Asam Mefenamat
Mega Watty
1206260091
ASAM MEFENAMAT
Rumus Molekul
: C15H15NO2
Berat Molekul
: 241.29
Pemerian
: serbuk hablur putih atau
hampir putih. Melebur pada suhu lebih kurang
2300C disertai peruraian.
Kelarutan
: larut dalam alkali hidroksida,
agak sukar larut dalam klorofom, sukar larut dalam
etanol dan methanol, praktis tidak larut dalam air.
ASAM MEFENAMAT
Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk kedalam golongan
obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Dalam pengobatan, asam mefenamat
digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup toksik terutama untuk
anak-anak dan janin, karena sifat toksiknya, Asam mefenamat tidak boleh dipakai
selama lebih dari 1 minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk anak-anak yang
usianya di bawah 14 tahun (Munaf,1994).
ASAM MEFENAMAT
FARMAKODINAMIK
Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgetik dan anti inflamasi. Asam mefenamat
merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat dan juga kerja perifer. Mekanisme
kerja asam mefenamat adalah dengan menghambat kerja enzim sikloogsigenase (Goodman, 2007).
FARMAKOKINETIK
Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan diabsorbsi pertama kali
dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui hati diserap darah dan dibawa oleh darah
sampai ke tempat kerjanya (protein binding >90%). Konsentrasi puncak asam mefenamat dalam
plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat
diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi. dan 20% obat ini
ditemukan dalam feses sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi (Goodman, 2007).
Metabolisme hepatik
ASAM MEFENAMAT
INDIKASI
Indikasi Asam Mefenamat adalah untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri
sehabis operasi, dan nyeri pada persalinan.
KONTRA INDIKASI
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.
EFEK SAMPING
Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering timbul adalah diare, diare sampai
berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa lambung, selain itu dapat juga menyebabkan eritema kulit,
memperhebat gejala asma dan kemungkinan gangguan ginjal (Setiabudy, 2009)
ASAM MEFENAMAT
INTERAKSI OBAT
menggeser ikatan dengan protein plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh : hidantoin,
sulfonylurea).
Obat antikoagulan & antitrombosis
sedikit memperpanjang waktu prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan
(warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus dimonitor.
Lithium
ASAM MEFENAMAT
DOSIS
Dewasa dan anak di atas 14 tahun :Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6
jam.
Dismenore :Asam Mefenamat500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan
dilanjutkan selama 2-3 hari.
Menoragia :Asam Mefenamat500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan
selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.
ASAM MEFENAMAT
Terhadap Kehamilan
:Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita hamil. Terutama pada
akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya pada sistem kardiovaskular fetus (penutupan prematur
duktus arteriosus) & kontraksi uterus.
Terhadap Ibu Menyusui
:Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak direkomendasikan untuk
digunakan oleh ibu yg sedang menyusui.
Terhadap Anak-anak
:Studi ttg keamanan & efikasi penggunaan asam mefenamat pada pasien anak
dibawah 14 tahun masih dikembangkan
Terhadap Hasil Laboratorium
diazo.
ASAM MEFENAMAT
SEDIAAN
INHIBITOR COX-2
Celecoxib
NON-STEROID ANTI
INFLAMATORY DRUGS
(NSAID)
NSAID
AINS COX-2
Preferential
AINS COX-nonselektif
Aspirin
Indometasin
Piroksikam
Ibuprofen
Naproksan
Asam mefenamat
Nimesulid
Meloksikam
Nabumeton
Diklofenak
Etodolak
Generasi 1
Selekoksib
Rofekoksib
Valdekoksib
Parekoksib
Eterikoksib
Generasi 2
Lumirakoksib
Celecoxib
Rofecoxib
Valdecoxib
dll
COX-2 SELEKTIF
Obat kelompok penghambat COX-2 dikembangkan dengan harapan bisa menghinddari efek samping
saluran cerna
Sehubungan dengan diketahuinya COX-2 juga bersifat fisiologis di beberapa jaringan seperti sel
endotel, ginjal dan lainnya, maka tidak heran pada Coxibs yang memiliki t panjang lebih mudah
meningkatkan terjadi risiko kardiovaskular seperti thrombosis dan serangan jantung.
Tahun 2004 rofekoksib ditarik dari peredaran karena peningkatan resiko kardiovaskular, juga
valdekoksib ditarik dari peredaran
Namun, lumirakoksib ditarik dari peredaran di USA karena kasus kerusakan hati
SELEKOKSIB
FARMAKODINAMIK
Mekanisme kerja dan efek terutama penghambatan siklooksigenasi 2 (COX-2) kuosien
(COX-1 / COX-2 Icsp) nilainya jauh melebihi 100
FARMAKOKINETIK
Selekoksib
Dosis
Absorpsi
oral
Ikatan
Protein
Plasma
tmaks
T 1/2
Volume
Distribusi
Metabolis
me
Eliminasi
2x
100/200
mg
97%
2-4
jam
11 jam
400 l
CYP 2C9
Ginjal
27%
Empedu
57%
SELEKOKSIB
Indikasi
Osteoartrtitis dan reumathoid artritis
Kontraindikasi
Reaksi alergi terhadap sulfonamid, aspirin, NSAID lain, urtikaria, perawatan setelah
operasi
Efek samping
Flatulen, insomnia, sinusitis, konstipasi, palpitasi, kram otot, nyeri abdomen, diare,
kembung, mual, edema perifer, pusing, ruam kulit, angina pektoris, perdarahan
gastrointestinal
SELEKOKSIB
PERHATIAN
Penggunaan kronik dapat menyebabkan peningkatan resiko serius pada kardiovaskular trombotik, infark miokard
dan stroke yang bisa berakibat fatal. pasien dengan resistensi cairan, HTN, asma, disfungsi hati dan ginjal, usia
lanjut, ibu hamil dan menyusui.
INTERAKSI OBAT
- ACE Inhibitor : penurunan efek antihipertensi
- Asetosal : peningkatan resiko komplikaso dan perdarahan saluran cerna
- Antikoagulan oral : Selekoksib mempotensiasi efek warfarin sehingga meningkatkan waktu pembekuan darah dan
resiko perdarahan
- Flukonazol : peningkatan kadar plasma selekoksib
- Furosemid dan thiazid : penurunan efek diuretik sehingga meningkatkan resiko gagal ginjal
SELEKOKSIB
DOSIS
Dosis yang digunakan sebaiknya dosis yang terendah.
Osteoartritis : 200mg sehari atau 100mg 2 x sehari
Artritis reumathoid : 100-200mg 2 x sehari
SEDIAAN
ASAM PROPIONAT
Jauza Nurrianti
(1206260160)
Fenoprofen
3200
Ketoprofen
300
75 untuk obat bebas
Naproksen
1000
3200
1200 untuk obat
bebas
IBUPROFEN
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat. Obat ini bersifat
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat.
Mekanisme analgesiknya sama seperti aspirin.
FARMAKOKINETIK
Ibuprofen diabsorpsi dengan baik pada saluran gastrointestinal
Memiliki watu paruh yang singkat, tapi tinggi berikatan dengan
protein
Jika penggunaanya bersamaan dengan obat yang juga mudah
berikatan dengan protein, maka dapat menimbulkan efek amping
yang berat
Dimetabolisme oleh hati menjadi metabolit dan diekskresikan
sebagai metabolit inaktif di dalam urin
FARMAKODINAMIK
Menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam
meredakan infeksi dan nyeri
Memiliki mula kerja, waktu untuk mencapai kadar puncak, dan
lama kerja yang singkat
Membutuhkan waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya
terlihat jelas
INDIKASI
Demam dan nyeri untuk anak
Nyeri dan radang pada penyakit rematik (termasuk juvenile
arthritis) dan gangguan otot skelet lain
Nyeri ringan sampai berat termasuk dismenore
Analgesik pasca bedah
KONTRAINDIKASI
Pasien yang mengidap tukak lambung aktif
Pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal
atau AINS lainnya termasuk pasien dengan asma, angiodema,
urtikaria atau rinitis yang dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya
PERINGATAN
Harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia, pasien
hamil dan menyusui, pasien dengan gangguan alergi, dan
gangguan koagulasi
Hati-hati penggunaan pada pasien gagal ginjal, payah jantung atau
gagal hati, karena AINS bisa memperburuk fungsi ginjal; dosis
harus dijaga serendah munkin dan dilakukan pemantauan fungsi
ginjal
Pada penderita asma, besar kemungkinan selalu diperburuk
dengan penggunaan AINS, baik obat bebas maupun yang
diresepkan
INTERAKSI OBAT
Interaksi biasanya tidak terjadi pada AINS topikal
Pada ACE inhibitor dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal dan
menaikkan risiko hiperkalemia pada pemberian bersama indometasis
atau AINS lain
Dapat menambah efek koumarin, sulfonamid, sefalosporin, dan
fenitoin
Jika dipakai dengan aspirin maka efeknya dapat berkurang
Dapat terjadi hipoglikemia jika digunakan bersamaan dengan insulin
atau obat hipoglikemik oral
Dapat menimbulkan efek toksisitas tinggi jika digunakan bersamasama dengan penghambat kalsium
EFEK SAMPING
Efek samping yang sering timbul adalah mual, muntah,diare,
konstipasi, nyeri perut atau rasa terbakar pada perut bagian atas.
Penggunaan ibuprofren jangka panjang dan dalam dosis tinggi
dapat menyebabkan kematian jaringan ginjal, tekanan darah tinggi,
dan serangan jantung.
SEDIAAN
ASAM ASETAT
KALIUM DIKLOFENAK
Kalium diklofenak mempunyai sifat analgesik dan anti-inflamasi
yang kuat. Mekanisme kerja yang utama adalah melalui
penghambatan pada biosintesis prostaglandin.
Pada keadaan inflamasi seperti trauma setelah operasi, kalium
diklofenak meringankan nyeri spontan dan nyeri pada pergerakan,
serta menghilangkan pembengkakan dan luka dengan edema.
Kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat ini memiliki
kesamaan dengan Ibuprofen.
FARMAKOKINETIK
Kalium diklofenak diserap secara lengkap dan kadarnya dalam
plasma menunjukkan hubungan yang linear dengan besarnya dosis
Kira-kira setengah dari senyawa aktifnya dimetabolisme pada
lintasan pertama melalui hati
Sebanyak 99% diklofenak terikat pada protein serum
Waktu paruh akhir dalam plasma adalah 1-2 jam
Obat ini dimetabolisme hampir semuanya di hati dan kurang dari
1% diekskresi melalui urin sebagai senyawa asal.
INDIKASI
Pengobatan jangka pendek pada keadaan :
Rasa sakit pada peradangan pasca traumatik, misalnya akibat
keseleo
Nyeri dan radang pada penyakit rematik (termasuk juvenile
arthritis) dan gangguan otot skelet lain; gout/pirai akut
Peradangan dan nyeri setelah operasi, misalnya setelah bedah
mulut atau ortopedik.
Sebagai obat tambahan pada nyeri akibat peradangan telinga,
hidung, tenggorokan, misalnya pada faringotonsilitis, otitis.
DOSIS
Pada kasus ringan, dosis dewasa dan anak-anak diatas 14 tahun
adalah 75-100 mg/hari, dibagi dalam 2-3 dosis.
Untuk kasus yang lebih berat, dosis harus dinaikkan sampai 100150 mg/hari.
Kalium diklofenak tablet tidak direkomendasikan penggunaannya
pada anak-anak. Sebaiknya digunakan bersama dengan minuman,
terutama sebelum makan.
EFEK SAMPING
Saluran cerna
Nyeri epigastrik, gangguan saluran cerna lain seperti mual, muntah, diare, kram perut,
dispepsia, flatulen, anoreksia, konstipasi.
Kulit
Ruam atau erupsi kulit, Steven-Johnson syndrome
Hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas seperti asma, reaksi anafilaktif sistemik termasuk hipotensi.
SEDIAAN
MEPERIDIN
MEPERIDIN
Merupakan turunan fenilpiperidin dari morfin yang mempunyai
potensi sebagai antikolinergik agen.
Merupakan analgesik golongan narkotik yang bekerja pada tempat
spesifik pada susunan saraf pusat yang disebut reseptor opioid,
dimana tempat kerja meperidin adalah reseptor k.
Meperidin menimbulkan efek analgesik, sedasi,euforia, depresi
napas, dan efek sentral lainnya.
EFEK SAMPING
Mual, muntah, mulut kering
Gangguan penglihatan
Pusing, berkeringat
efek depresi pernafasan
Konstipasi.
Hipotensi
KONTRAINDIKASI
Tidak dianjurkan pada pasien yang mempunyai riwayat seizure
(kejang) karena obat seizure dapat menurunkan efektivitas
meperidin dengan menaikkan metabolismenya di hati.
Tidak dianjurkan untuk orang yang menderita disfungsi jantung
karena efek antikolinergiknya dapat meningkatkan pernapasan.
Tidak dianjurkan untuk pasien gangguan ginjal karena dapat terjadi
penumpukan meperidin di ginjal dan dapat menimbulkan efek
konvulsan.
Sediaan
Meperidin HCl tablet 50 mg dan 100 mg
Meperidin dalam ampul 100 mg/ml (Pethidin
HCl)
METADON
Merupakan analgesik yang mirip seperti morfin tetapi
mempunyai durasi aksi yang lebih panjang dan
bioavailabilitas oral yang lebih baik.
Digunakan untuk mengobati nyeri sedang sampai kronis.
Di absorbsi secara baik oleh usus dan dapat di temukan
dalam plasma setelah 30 menit pemberian oral, serta
kadar puncak di capai setelah 4 jam.
Diberikan secara per oral, injeksi IM, dan SC. Dieliminasi dari tubuh
lebih lambat dari morfin (waktu paruhnya 25 jam)
EFEK SAMPING
Perasaan ringan
Pusing
Mengantuk
Fungsi mental terganggu, berkeringat
Mual dan muntah
DOSIS
2,5 -15 mg per oral tergantung tingkat keparahan nyeri.
TRAMADOL
Merupakan sintetik analog kodein yang bekerja sebagai agonis
lemah pada reseptor -opioid.
Efek analgesiknya timbul karena inhibisi uptake dari norepinefrin
dan serotonin.
Digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang
intravena, dan
SEDIAAN
REFERENSI
DiPiro, J. (2008). Pharmacotherapy: A pathophysiologic approach (7th ed.).
New York: McGraw-Hill Medical.
Goodman, L. (1996). Goodman & Gilman's the pharmacological basis of
therapeutics (9th ed.). New York: McGraw-Hill, Health Professions Division.
Limann, H. (2005). Color atlas of pharmacology (3rd ed.). Stuttgart: Thieme.
Martindale, W., & Reynolds, J. (1989). The extra pharmacopoeia (29th ed.).
London: Pharmaceutical Press.
2009. Martindale 36 2nd edition. London: Pharmaceutical
Press
of
Principles
REFERENSI
Dipiro, J.T. Talbert, R.L., et al. 2005. Pharmacotherapy: a patophysiologic
approach. McGrawHill Publisher
MIMS
Indonesia,
aspirin,
diakses
dari
http://www.mims.com/INDONESIA/Home/GatewaySub scription/?
generic=aspirin pada 13 September 2014
MIMS
Indonesia,
ketorolac,
diakses
dari
http://www.mims.com/INDONESIA/Home/GatewaySub scription/?
generic=ketorolac pada 13 September 2014
Anonim, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, BPOM, Jakarta
Anonim, 2009, Informasi Spesialite Obat Vol 44, ISFI, Jakarta
Brunton L L, Blumenthal D K, Murri N, Dandan R H, Knollmann B C. Goodman & Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics. 12th ed. New York: McGraw-Hill, 2011
Dannhardt, G and S. Laufer, 2000, Structural Approach to Explain the Selectivity of COX-2 Inhibitors : Is
There a Common Pharmacophore?, Curr. Med. Chem
REFERENSI
Sukandar, Elin Yulinah, Retnosari Andrajati, Joseph, I Ketut Adnyana, Adji P.,
Kusnandar. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
Kee, J.L dan Hayes, E.R. (1996) Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan,
Alih bahasa: Peter Anugerah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, p: 313.
Deglin JH, Vallerand AH. Daviss Drug guide for nurses. 4 th ed. Phyladelphia: F.A
Davis; 1995. hal 418
Bruton, L., Lazo, J. S.,andParker, K. L., 2005.Goodman & Gilmans The
Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th Edition. McGrawHill, Lange.
Craig, R.Craig and Robert E.Stitzel. 2007 .Modern Pharmacology With Clinical
Application-6th Ed. Lippncott Williams & Wilkin. Virginia.
http://eprints.uns.ac.id/14910/1/231460903201208361.pdf (diakses pada 14
September 2014)
PERTANYAAN
Syifa: apakah ibuprofen harus diperhatikan untuk manula atau
tidak
Marlina: asam mefenamat, bagaimana monitor obat asam
mefenamat
Safrina: bagaimana antalgin bisa memberikan efek analgesik yang
lemah