Anda di halaman 1dari 66

PERINGATAN !!!

Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan
referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila
Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan
pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan
karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!

Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI


TERHADAP KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL DAN
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BROKOLI
(Brassica oleracea L. cv. group Broccoli)
SKRIPSI

Oleh:

DWI RATRI LUTFITA


NPM: 10060307115

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1433 H/ 2012 M

PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI


TERHADAP KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL DAN
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BROKOLI
(Brassica oleracea L. cv. group Broccoli)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk


menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Program Studi Farmasi FMIPA Unisba

Oleh:

DWI RATRI LUTFITA


NPM: 10060307115

Februari 1433 H/ 2012 M


BANDUNG

JUDUL : PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI


TERHADAP KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL
DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BROKOLI
(Brassica oleracea L. cv. group Broccoli)
NAMA : DWI RATRI LUTFITA
NPM
: 10060307115

Setelah membaca Skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami


telah memenuhi persyaratan sebagai Skripsi.

Menyetujui
Pembimbing Utama

Pembimbing Serta

Livia Syafnir, Dra., M.Si


NIP. 132.011.461

Kiki Mulkiya Yuliawati, M.Si., Apt


NIK. D.06.0.438

Mengetahui
Dekan FMIPA Unisba

M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si


NIP. 1956102619821001

Ketua Program Studi Farmasi

H. Embit Kartadarma, DR., M.App.Sc., Apt


NIK. D.06.0.437

Artinya:
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buahbuahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka
mengapa kamu masih berpaling. Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan
malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk
perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya
Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang
mengetahui. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka
(bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami
jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit lalu kami tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuhtumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkaitangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman. (al-Anaam: 95-99)

Kutipan atau saduran baik sebagian


ataupun
seluruh
naskah,
harus
menyebutkan nama pengarang dan
sumber aslinya, yaitu Program Studi
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung.

Alhamdulillah
Dengan segala syukur penulis persembahkan karya sederhana
ini teruntuk semua yang telah memberikan kasih sayang yang
melimpah
ALLAH SWT, TIADA TUHAN SELAIN ALLAH
RASULULLAH MUHAMMAD SAW
Kedua Orang Tua, Ayahanda Supomo dan Ibunda Siti
Maimunah yang telah memberikan kasih sayang yang tiada
henti-hentinya..
Kedua Saudara Terkasih, Kakak Mediya Destalia dan Adik
Fajar Dewantara
Prasetyo Wibisono
Farmasi C 2007 UNISBA
Keluarga Besar FARMASI (Mahasiswa, Dosen, Karyawan)
Almamater UNISBA

RIWAYAT PENULIS
BIODATA

Nama

: DWI RATRI LUTFITA

Tempat/Tgl. Lahir

: METRO, 11 JULI 1989

JenisKelamin

: PEREMPUAN

Agama

: ISLAM

Pekerjaan

: MAHASISWA

Alamat

: JL. UNYI NO.16

RT/RW

: 33/11

Kelurahan

: GANJARAGUNG

Kecamatan

: METRO BARAT

Kota

: METRO

Telepon

: 0725 49289

Nama Ayah Kandung

: SUPOMO

NamaIbuKandung

: SITI MAIMUNAH

Alamat

: JL. UNYI NO.16

RT/RW

: 33/11

Kelurahan

: GANJARAGUNG

Kecamatan

: METRO BARAT

Kota

: METRO

PENDIDIKAN
1.
2.
3.
4.

SD Al-Quran Metro
SMP Negeri 6 Metro
SMA Negeri 3 Metro
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung

(1995-2001)
(2001-2004)
(2004-2007)
(2007-2012)

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul PENGARUH PERBEDAAN
METODE ESTRAKSI TERHADAP KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL
DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BROKOLI (Brassica oleracea L. cv.
group Broccoli). Shalawat serta salam bagi Rasulullah SAW dan orang-orang
yang senantiasa mengikuti keteladanannya. Skripsi ini dibuat dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung.
Selama penyusunan skripsi, banyak pihak yang telah memberikan
bimbingan, dukungan, bantuan, pengarahan dan juga perhatian kepada penulis,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.

Bapak M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si. selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas
Islam Bandung.

2.

Bapak H. Embit Kartadarma, DR., M.App.Sc., Apt. selaku Ketua Program


Studi Fakultas MIPA Universitas Islam Bandung.

3.

Ibu Livia Syafnir, Dra., M.Si. selaku Pembimbing Utama dan Ibu Kiki
Mulkiya Yuliawati, M.Si., Apt. selaku Pembimbing Serta yang dengan sabar
memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan yang sangat berharga bagi
penulis.

4.

Bapak Rusnadi, M.Si. dan Ibu Yani Lukmayani, S.Si.,Apt. yang telah
menjadi Dosen Wali selama kuliah. Terimakasih atas segala perhatian, saran
dan doa yang diberikan kepada penulis.

5.

Terimakasih kepada seluruh Dosen Farmasi Seluruh staf dan karyawan


Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unisba, yang telah memberikan ilmu yang sangat luar biasa, semoga ilmu
yang diperoleh dapat dimanfaatkan dan diamalkan dengan baik.

6.

Kedua orang tua penulis, Mama Siti Maimunah dan Papa Supomo yang telah
mengasuh, membesarkan, merawat dan membimbing dengan penuh kasih dan
terimakasih atas doa, nasehat, motivasi, dukungan dan dorongan baik secara
moril maupun materil.

7.

Kedua saudara penulis, mba Mediya Destalia dan adik Fajar Dewantara yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan keceriaan desetiap
harinya.

8.

Prasetyo Wibisono yang selalu memberikan doa, dukungan, keceriaan, dan


memberikan motivasi dengan penuh kesabaran.

9.

Seluruh keluarga Farmasi C 2007 yang selalu memberikan dukungan,


semangat dan keceriaan, selalu kompak dan sukses selalu FarChe.

10. Seluruh teman yang membantu dalam pengerjaan penelitian; shindi, fredy,
fajar, windi, dina, maya, richad, dinda, deden, eli, nenew, ulya, indah, irwan,
fatur, wiwin, icha, tuti, dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan
satu per satu, terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya, sukses selalu.
11. Seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Tiada satupun yang dapat disampaikan, kecuali doa. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan balasan yang sesuai atas segala kebaikan yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
yang membangun untuk penyempurnaannya diterima dengan tangan terbuka.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 29 Rabiul Awal 1433 H


22 Februari 2012 M

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN...................
DAFTAR TABEL.......................
DAFTAR GAMBAR.......................
PENDAHULUAN

i
iii
v
vi
vii
1

BAB
I
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6
1.1.7
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.6.1
1.6.2

TINJAUAN PUSTAKA.
Tinjauan Umum.............................
Klasifikasi botani....
Sinonim....
Nama daerah...........................
Pertelaan..............................
Kandungan kimia
Kegunaan.
Ekologi dan penyebaran..........................
Radikal Bebas........................................................................
Antioksidan....
Flavonoid
DPPH..............
Ekstraksi.
Maserasi...
Refluks.

4
4
4
4
4
5
6
6
6
7
8
8
9
10
10
11

II

METODOLOGI PENELITIAN

12

III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.2

BAHAN DAN ALAT.........


Bahan .
Bahan tumbuhan..
Bahan kimia.................
Alat..

14
14
14
14
14

IV
4.1
4.2
4.3
4.3.1
4.3.2

PROSEDUR KERJA.
Pengambilan Sampel Bahan Tanaman
Pengolahan Bahan.
Pemeriksaan Mikroskopis dan Makroskopis..........
Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan makroskopis...........................

15
15
15
15
15
15

iii

4.4
4.4.1
4.4.2
4.4.3
4.4.4
4.4.5
4.4.6
4.5
4.5.1
4.5.2
4.5.3
4.6
4.6.1
4.6.2
4.6.3
4.6.4
4.6.5
4.6.5
4.7
4.7.1
4.7.2
4.8
4.8.1
4.8.2
4.9
4.9.1
4.9.2
4.9.3

Penapisan Fitokimia..
Senyawa flavonoid..
Senyawa alkaloid.
Senyawa fenolat...
Senyawa saponin.
Semyawa tanin.
Senyawa triterpenoid dan steroid
Pembuatan Ekstrak...
Metode maserasi..
Metode refluks.
Penetapan bobot jenis ekstrak..
Parameter Standar............
Penetapan kadar abu total............................
Penetapan kadar abu yang tidak larut asam.
Penetapan kadar air..
Penetapan kadar sari larut dalam air............................
Penetapan kadar sari larut dalam etanol...
Susut pengeringan............................
Fraksinasi...
Ekstraksi cair-cair
Pemantauan kandungan flavonoid total KLT..
Penetapan Kandungan Flavonoid Total..
Pembuatan larutan baku kuersetin...........................
Penetapan kadar flavonoid tottal.
Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Penetapan IC50...
Pembuatan larutan DPPH
Pengukuran % Inhibisi.
Penetapan IC50 (Inhibitory Concentration).

16
16
16
16
16
17
17
17
17
17
18
18
18
19
19
20
20
21
22
22
22
22
22
22
23
23
23
24

PEMBAHASAN.

25

VI
6.1
6.2

KESIMPULAN DAN SARAN..


Kesimpulan
Saran...

34
34
34

DAFTAR PUSTAKA..
LAMPIRAN.............

35
37

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Certificate Of Analysis DPPH..


Certificate Of Analysis Quercetin
Surat determinasi brokoli.
Gambar Mikroskopis Serbuk Brokoli..
Perhitungan Susut Pengeringan dan Kadar Air
Perhitungan kadar abu..
Perhitungan kadar sari..
Kromatografi Lapis Tipis.
Data pengamatan aktivitas antioksidan ekstrak dan
fraksi yang diperoleh dari maserasi..
Data pengamatan aktivitas antioksidan ekstrak dan
fraksi yang diperoleh dari refluks.
Data pengamatan aktivitas antioksidan vitamin
C..............

Halaman
37
38
39
40
41
42
43
44
45
47
49

DAFTAR TABEL

Tabel
V.1
V.2
V.3
L.9.1
L.10.1
L.11.1

Hasil pemeriksaan mutu simplisia


Hasil penapisan fitokimia.
Hasil pengamatan kadar flavonoid total dan IC50.
Data pengamatan aktivitas antioksidan ekstrak dan
fraksi brokoli hasil maserasi.
Data pengamatan aktivitas antioksidan ekstrak dan
fraksi brokoli hasil refluks
Data pengamatan aktivitas antioksdan vitamin C.

vi

Halaman
26
27
45
487
49

DAFTAR GAMBAR

Gambar
I.1
VI.1
V.1
L.1.1
L.2.1
L.3.1
L.4.1
L.4.2
L.9.1
L.9.2
L.9.3
L.9.4
L.10.1
L.10.1
L.10.3
L.10.4
L.11.1

Tanaman brokoli........
Bagan alir penelitian.
Kurva kalibrasi larutam pembanding kuersetin.
Certificate of analysis DPPH....
Certificate of analysis quercetin
Surat determinasi brokoli..
Mikroskopik brokoli perbesaran 10x10.
Mikroskopik brokoli perbesarab 40x10.
Kurva aktivitas antioksidan ekstrak brokoli hasil
maserasi (EM)
Kurva aktivitas antioksidan fraksi air brokoli hasil
maserasi (AM)...
Kurva aktivitas antioksidan fraksi etil asetat brokoli
hasil maserasi (EtM)
Kurva aktivitas antioksidan fraksi n-heksan brokoli
hasil maserasi (HM)..
Kurva aktivitas antioksidan ekstrak brokoli hasil
refluks (ER) ..
Kurva aktivitas antioksidan fraksi air hasil refluks
(AR)...
Kurva aktivitas antioksidan fraksi etil asetat hasil
refluks (EtR)..
Kurva aktivitas antioksidan fraksi n-heksan (HR)
hasil refluks.
Kurva aktivitas antioksidan vitamin C

vii

Halaman
6
13
13
37
38
39
40
41
45
46
46
46
48
48
48
48
49

PENDAHULUAN

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan
bereaksi dengan molekul dinsekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron.
Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan
akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan
dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu tubuh memerlukan suatu
substansi penting yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas
tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit (Kikuzaki, et al.,
2002:2161; Halliwell and Gutteridge, 2000: 255).
Di dalam tubuh kita terdapat senyawa yang disebut antioksidan yaitu
senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, seperti: enzim SOD (Superoksida
Dismutase), glutatione, dan katalase. Antioksidan juga dapat diperoleh dari
asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E dan betakaroten
serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan
alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran
seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan sebagainya (Prakash, 2000:14; dan Trevor,
1995).
Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa perlawanan berbagai
macam

penyakit

degeneratif

seperti

kanker

dapat

dilakukan

dengan

mengkonsumsi sayuran dan buah yang banyak mengandung senyawa antioksidan

untuk mengurangi reaksi berantai radikal bebas. Senyawa kimia yang tergolong
dalam kelompok antioksidan yang ditemukan pada tanaman, antara lain dari
golongan flavonoid, vitamin C, vitamin E, dan karotenoid (Murray et al, 2003).
Antioksidan golongan flavonoid merupakan antioksidan yang berpotensi
untuk mencegah pembentukan radikal bebas. Flavonoid diperkirakan hampir 90
persen sebagai glikosida dan 10 persen sebagai aglikon. Senyawa flavonoid dapat
dikelompokkan dalam golongan flavon, flavonol, flavonon, antosianidin, katekin,
dan isoflavon (Hernani dan Rahardjo, 2005).
Brokoli (Brassica oleracea L. cv. Broccoli ) adalah tanaman sayuran yang
termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae. Bagian brokoli yang
dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang tersusun rapat seperti cabang
pohon dengan batang tebal. Sebagian besar kepala bunga tersebut dikelilingi
dedaunan. Brokoli merupakan tanaman yang hidup pada cuaca dingin. Brokoli
mirip dengan kembang kol, namun brokoli berwarna hijau sedangkan kembang
kol berwarna putih. Senyawa flavonoid yang paling ampuh tersimpan dalam
brokoli adalah sulforanan, betakaroten, kuersetin, dan glutation (Winarsi,
2007:78).
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh
perbedaan metode ekstraksi terhadap kadar flavonoid total di dalam simplisia
brokoli sehingga dapat memberikan informasi aktivitas antioksidan pada ekstrak
brokoli dan dapat berguna untuk meningkatkan peran brokoli bagi kesehatan
masyarakat.

Pada penelitian ini, digunakan tumbuhan brokoli yaitu bagian kepala


bunga. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dan refluks.
Pengukuran kadar flavonoid total dalam setiap ekstrak dan fraksi dibandingkan
terhadap pembanding kuersetin dengan Spektrofotometri sinar ungu-sinar tampak.
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH
dan dilakukan pengukuran IC50 dari setiap ekstrak dan fraksi.

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1.

Tinjauan Umum

1.1.1. Klasifikasi botani


Menurut Mabberly (1989:627-636), brokoli dapat diklasifikasi sebagai
berikut:
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Anak kelas

: Dileniidae

Ordo

: Capparales, Capparidales

Suku

: Crucierae, Brassicaceae

Marga

: Bassica

Jenis

: Brassica oleracea

1.1.2. Sinonim
Brassica oleracea L. cv. group. Brocoli, Brassica oleracea var botrystis
subvar.cymosa (Mabberley, 1989: 627; dan Dalimartha, 2000:25).
1.1.3. Nama daerah
Indonesia: Brokoli (Dalimartha, 2000: 25).
1.1.4. Pertelaan
Brokoli (Brassica oleracea L. cv. group Broccoli) (Gambar I.1) tergolong
ke dalam keluarga kubis-kubisan dan termasuk sayuran yang tidak tahan terhadap
udara panas. Akibatnya, brokoli cocok ditaman di dataran tinggi yang lembap
dengan suhu rendah, yaitu di atas 700 m dpl. Sayuran ini, juga tidak tahan

terhadap hujan yang terus menerus. Jika hal ini terjadi, tanaman brokoli menjadi
kekuning-kuningan dan jika membusuk warnanya berbintik-bintik hitam. Daun
dan sifat tumbuhan mirip dengan bunga kubis. Bedanya, bunga brokoli berwarna
hijau dan masa tumbuhnya lebih lama dari kubis bunga. Brokoli tersusun dari
bunga-bunga kecil yang berwarna hijau, tetapi tidak sekompak bunga kubis.
Demikian pula dengan tangkai bunganya yang lebih panjang. Dibandingkan
dengan kubis bunga, setelah direbus tekstur brokoli akan terasa lebih lunak.
(Dalimartha, 2000:25-26)
Brokoli merupakan tanaman dua tahunan atau tahunan, memiliki panjang
50-80 cm pada tahap vegetatif dewasa, 90-150 cm saat berbunga. Sistem akar
bercabang. Batang tidak bercabang, dengan panjang 20-30 cm. Daun melingkari
kepala bunga, berbentuk panjang, daun tak bertangkai, dilapisi dengan lapisan
lilin, daun hijau dengan urat daun utama dan lateral berwarna keputihan. Tangkai
bunga pendek dan berdaging banyak. Kepala bunga bervariasi dari agak longgar
ke struktur yang sangat padat, datar berbentuk globular yang mendalam, diameter
10-40 cm. Daun muda menyelimuti dadih sampai tahap perkembangan. Tanaman
brokoli memiliki beberapa tangkai bunga dengan panjang 40-70 cm, bunga
tetramerous, biseksual. Benang sari 6 dengan 2 pendek dan 4 panjang; ovarium
lebih tinggi dengan sekat palsu dan 2 baris ovula kampilotrop; 2 nektar, terletak
antara dasar ovarium dan benang sari. Biji bulat, berwarna coklat (Van der Vosen,
1993:111-115).

Gambar I.1 Tanaman brokoli (van der Vosen, 1993)

1.1.5. Kandungan kimia


Brokoli mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, zat
besi, vitamin (A,C,E, tiamin, riboflavin, nikotinamid), beta karoten, dan glutation.
Selain itu, brokoli mengandung senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforafan,
dan

iberin

yang

merangsang

pembentukan

glutation.

Kandungan

zat

berkhasiatnya yaitu sulforafan yang dapat mencegah penyakit kanker (Dalimartha,


2000:26).
1.1.6. Kegunaan
Bunga brokoli akan mempercepat penyembuhan setelah sakit berat serta
menghambat perkembangan sel kanker. Selain sebagai antioksidan, brokoli yang
kaya serat juga bermanfaat untuk mencegah konstipasi (sembelit) dan berbagai
gangguan pencernaan lainnya (Dalimartha, 2000:26).
1.1.7. Ekologi dan penyebaran
Brokoli berasal dari Italia, dan mulai diperkenalkan pada zaman Romawi
dari Mediterania Timur. Brokoli diperkenalkan ke Amerika Serikat oleh imigran

Italia selama awal abad ke-20. Dari Amerika Serikat, lalu menyebar ke Eropa
Utara, Jepang, dan daerah lainnya dalam 50 tahun terakhir.
Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara, biji brokoli sebagian besar
dibeli dari perusahaan benih Internasional. Namun, brokoli sebagian besar tumbuh
dari benih yang diproduksi oleh petani. Brokoli pertama kali dikenalkan ke
Indonesia, dibawa oleh imigran dari Eropa. Jenis kembang kol yang ditanam di
Indonesia di dataran tinggi di atas 1000 m. Petani memilih bibit terbaik dari
ladang mereka, menanam kembali bibit tersebut di bawah penutup plastik, dan
melubangi dengan pisau pada blok tempat tanam untuk merangsang pertumbuhan.
Tanah yang baik harus kering dan subur, memiliki kapasitas penahan air
yang baik, dan kandungan bahan organik tinggi; pH optimum adalah 6,5-7,5 (van
der Vosen, 1993:111-115).

1.2.

Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul radikal bebas akan
bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron.
Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan
akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan
dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu tubuh memerlukan suatu
substansi penting yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas

tersebut

sehingga

tidak

dapat

menginduksi

suatu

penyakit

(Kikuzaki,

et.al., 2002:2161-2168; dan Halliwell, 2000:225).

1.3.

Antioksidan
Secara kimia, antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron

donors). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu


menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan
bekerja dengan cara mendonorkan salah satu elektronnya kepada senyawa yang
bersifat oksidan, sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat.
Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi dua, yaitu antioksidan
enzimatis dan non enzimatis. Antioksidan enzimatis misalnya superoksida
dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatis
masih dibagi dalam dua kelompok lagi:
1) Antioksidan larut lemak, seperti tokoferol (vitamni E), karotenoid (vitamin
A), flavonoid, quinon, dan bilirubin.
2) Antioksidan larut air, seperti asam askorbat(vitamin C), asam urat, protein
pengikat logam, dan protein pengikat heme.
Antioksidan enzimatis dan non enzimatis tersebut bekerja sama memerangi
aktivitas senyawa oksidan dalam tubuh. Terjadinya stress oksidatif dapat
dihambat oleh kerja enzim antioksidan dalam tubuh dan antioksidan non
enzimatik (Winarsi, 2007:78).

1.4.

Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan

di alam. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat
warna kuning yang ditemukan pada tumbuh-tumbuhan.
Senyawa flavonoid banyak ditemukan dalam sayur-sayuran dan buahbuahan, dan dilaporkan sebagai antioksidan berpotensi lebih kuat dibandingkan
dengan vitamin C dan E (Winarsi, 2007:78)
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang berpotensi sebagai
antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa ini dapat
ditemukan pada batang, daun dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi
sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker (Waji dan
Sugrani, 2009).

1.5.

DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)
Radikal DPPH (Gambar 1.2) adalah suatu senyawa organik yang

mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada max 517 nm dan
berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH
tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan
tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer, dan diplotkan terhadap
konsentrasi.Penurunan

intensitas

warna

yang

terjadi

disebabkan

oleh

berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH. Hal ini dapat terjadi
apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan, menyebabkan

10

tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk beresonansi (Kikuzaki, et


al.,2002:2161-2168).

Gambar 1.2. Struktur DPPH(Kikuzaki, et al.,2002)


1.6.

Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cairan penyari.
Cairan pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk
senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa
tersebut dapat terpisahkan dari bahan, serta ekstrak hanya mengandung sebagian
besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka pelarut
dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung.
Faktor utama untuk pertimbangan pemilihan cairan penyari terdiri dari berbagai
aspek yaitu selektivitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut,
ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan (Depkes RI, 2000:1).
1.6.1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan

11

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan


seterusnya (Depkes RI, 2000:10-11).
1.6.2. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses residu pertama
sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes RI,
2000:11).

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian

mencakup

penyiapan

bahan,

pemeriksaan

karakteristik

simplisia, pemeriksaan kandungan kimia, pembuatan ekstrak, pemantauan


kandungan ekstrak, penapisan aktivitas antioksidan ekstrak, dan penetapan kadar
flavonoid total ekstrak. Pada tahap pengolahan, bahan dibersihkan dan dicuci
terlebih dahulu, kemudian dirajang tipis lalu dijemur sehingga menjadi simplisia
brokoli. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mutu/karakteristik simplisia yang
meliputi pemeriksaan mikroskopik dan makroskopik, kadar air, kadar abu total,
kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan susut
pengeringan. Penelitian dilanjutkan dengan penapisn fitokimia simplisia terhadap
golongan alkaloid, flvonoid, saponin, tanin, kuinon, dan steroid/terpenoid.
Ekstraksi simplisia brokoli dilakukan dengan metode maserasi dan refluks.
Ekstrak dipekatkan dengan rotary evapotor lalu dihitung bobot jenis ekstrak.
Penelitian dilanjutkan dengan pemisahan fraksi dengan ekstraksi cair-cair lalu
dilakukan pemantauan kandungan flavonoid dengan kromatografi lapis tipis
dengan fase gerak yang sesuai.
Penetapan kadar flavonoid total dalam fraksi brokoli dilakukan dengan
cara spektrofotometri sinar ungu-sinar tampak dengan panjang gelombang 420 nm
dengan kuersetin sebagai pembanding. Penetapan IC50 (Inhibitory Concentration)
antioksidan dilakukan menggunakan DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil), secara
spektrofotometri UV-sinar tampak pada panjang gelombang 516 nm.

12

Adapun diagram alir keseluruhan tahapan metode yang dilakukan tercantum pada
Gambar II.1.
Brokoli segar
dibersihkan
dikeringkan
Simplisia kering
penapisan fitokimia
pengujian parameter simplisia
Ekstraksi

Maserasi

Refluks

Diuapkan

Diuapkan
penapisan fitokimia ekstrak
pengujian parameter ekstrak

Fraksinasi

Fraksinasi

- fraksi N-

fraksi N-heksan
heksan
fraksi etil asetat
asetat
fraksi air

- fraksi etil
- fraksi air

KLT
Pengujian DPPH
Penetapan kadar flavonoid total

Gambar II.1 Bagan alir penelitian

13

BAB III
BAHAN DAN ALAT

3.1.

Bahan

3.1.1. Bahan Tumbuhan


Bahan tumbuhan yang digunakan pada pengujian ini adalah brokoli yang
diperoleh dari Manoko, Lembang.
3.1.2. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah senyawa 2,2difenil-1- pikrilhidrazil (DPPH), etanol 70%, kuersetin, etil asetat, n-heksan,
vitamin C, toluena, aquadest, dan pereaksi-pereaksi kimia yang digunakan untuk
skrining fitokimia, seperti: larutan basa amonia 1%, asam klorida 2N, pereaksi
Mayer, pereaksi Dragendorf, besi (III) klorida, larutan gelatin 1%, serbuk
magnesium, amil alkohol, vanilin 10% dalam asam sulfat (p), pereaksi
Lieberman-Burchard, dan kalium hidroksida 5%.

3.2.

Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah pipet, batang

pengaduk, gelas ukur, tabung reaksi, penangas air, cawan porselen, kaca objek,
mikroskop cahaya (Olympus CX21), seperangkat alat maserasi, seperangkat alat
refluks, rak dan tabung reaksi, timbangan analitik (Mettler Toledo 2.0.0), corong
pisah, plat Kromatografi Lapis Tipis, bejana kromatografi, batang pengaduk,
spektrofotometer UV-sinar tampak (Genesys 10 vis Series), rotary evaporator.

14

BAB IV
PROSEDUR KERJA

4.1.

Pengambilan Sampel Bahan Tanaman


Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah brokoli segar yang

diperoleh dari perkebunan di Manoko, Lembang. Determinasi tanaman dilakukan


di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut
Teknologi Bandung. Bagian tanaman yang digunakan adalah bagian bunga.
Brokoli yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 35 kg.

4.2.

Pengolahan Bahan
Sebanyak 35 kg dicuci dan dibersihkan, kemudian diiris tipis dan dijemur

dengan diangin-anginkan pada suhu ruangan hingga mengering dan menjadi


simplisia brokoli.

4.3.

Pemeriksaan Mikroskopik dan Makroskopik

4.3.1. Pemeriksaan mikroskopik


Sejumlah simplisia brokoli, diletakkan pada kaca objek dan diteteskan
sedikit kloralhidrat. Preparat diamati di bawah mikroskop.
4.3.2. Pemeriksaan makroskopik
Brokoli segar diperiksa karakteristik fisiknya dengan melihat bentuk,
warna, ukuran, dan bau.

15

16

4.4.

Penapisan Fitokimia

4.4.1. Senyawa flavonoid


Ekstrak ditambah larutan etanol 95% sebanyak 1 ml, kemudian tambahkan
serbuk Magnesium dan 1 ml asam klorida pekat. Jika terjadi warna merah jingga
sampai merah ungu yang dapat ditarik oleh amil alkohol, menunjukkan adanya
flavon, kalkon dan auron.
4.4.2. Senyawa alkaloid
Ekstrak ditambah dengan 1 ml, asam klorida 2 N dan 9 ml air, kemudian
dipanaskan pada penangas air (60C) selama 2 menit, didinginkan dan disaring.
Pindahkan masing-masing 3 tetes filtrat pada kaca arloji. Tambahkan 2 tetes
Mayer LP, apabila terjadi endapan putih atau kuning yang larut dalam metanol P
menunjukkan adanya alkaloid. Tambahkan 2 tetes Bouchardat LP pada filtrat
berikutnya, jika terbentuk endapan putih cokelat sampai hitam maka menunjukkan
alkaloid.
4.4.3. Senyawa fenolat
Ekstrak ditambah pereaksi besi (III) klorida 1 % dalam air. Fenolat positif
bila terjadi perubahan warna biru hijau.
4.4.4. Senyawa saponin
Ekstrak direndam dalam air suling dalam tabung reaksi, dipanaskan dalam
penangas air selama 2-3 menit. Dinginkan kembali pada suhu kamar lalu dikocok
kuat. Uji positif saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa stabil setinggi
1 cm sedikitnya 10 menit dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, busa
tidak hilang.

17

4.4.5. Senyawa tanin


Ekstrak ditambah larutan asam klorida 2 N kemudian dipanaskan
dipenangas air selama 30 menit. Perubahan warna merah menunjukkan tanin
positif.
4.4.6. Senyawa triterpenoid/steroid
Pada plat tetes diletakkan ekstrak ditambah larutan pereaksi LiebermanBurchard. Perubahan warna menjadi biru menunjukkan steroid positif dan
perubahan warna ungu menunjukkan triterpenoid positif .

4.5.

Pembuatan Ekstrak

4.5.1. Metode maserasi


Simplisia brokoli ditimbang sebanyak 500 gram. Simplisia kemudian
dimaserasi berulang dengan etanol selama 3 x 24 jam. Ekstrak yang diperoleh
kemudian diuapkan dan dipekatkan dengan rotary evaporator tekanan rendah
pada suhu 65C, hingga didapat ekstrak kental.
4.5.2. Metode refluks
Simplisia brokoli ditimbang sebanyak 500 gram. Pada metode refluks
digunakan pelarut etanol. Untuk menghindari kejenuhan pelarut, maka pelarut
harus diganti dengan pelarut baru setelah dilakukan 1 kali ekstraksi. Proses
ekstraksi dilakukan selama 30 menit dan diulang sebanyak 3 kali. Lalu saring
menggunakan kertas saring. Filtrat yang didapat lalu dipekatkan hingga
didapatkan ekstrak kental.

18

4.5.3. Penetapan Bobot Jenis Ekstrak


Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dn bobot air yang baru didihkan pada suhu 25 oC.
Atur hingga suhu ekstrak cair lebih kurang 20 oC, masukkan ke dalam piknometer.
Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25oC, buang kelebihan estrak
cair dan ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer
yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan
membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25oC
(Depkes RI, 2000:14).

4.6.

Parameter Standar

4.6.1. Penetapan kadar abu total


Lebih kurang 2 gram sampai 3 gram ekstrak yang telah digerus dan
ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan
ditara, ratakan. Pijarkan perlahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika
cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melaui kertas
abu. Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat
ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI,2000:17).
Rumus :
(1)

19

4.6.2. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam


Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml
asam sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam
asam, saring melalui krus kaca masir atau kaca saring bebas abu, cuci dengan air
panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut
dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000:
17).
Rumus :
(2)

4.6.3. Penetapan kadar air


Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara destilasi. Tabung penerima
dan pendingin dibersihkan dengan seksama, kemudian dibilas dengan air dan
dikeringkan. Sejumlah zat yang ditimbang dan diperkirakan mengandung 2 ml
sampai 4 ml air dimasukan ke dalam labu kering. Jika ekstrak berupa pasta
ditimbang dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher
labu. Lebih kurang 200 ml toluena dimasukan ke dalam labu, dihubungkan ke
alat. Toluene dituangkan ke dalam tabung penerima (R) melalui alat pendingin.
Labu dipanaskan dengan hati-hati selama 15 menit.
Setelah toluena mulai mendidih larutan disuling dengan kecepatan lebih
kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian kecepatan
penyulingan ditingkatkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling,
bagian dalam pendingin dicuci dengan toluena, sambil dibersihkan dengan sikat
tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga dan lebih dibasahi

20

dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Tabung penerima


pendingin dibiarkan hingga mencapai suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat
pada pendingin tabung penerima digosok dengan karet yang dikaitkan pada
sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan toluene hingga tetes air turun. Setelah
air dan toluene memisah sempurna, baca volume air. Kadar air dihitung dalam
persen (Depkes RI, 2000:16).
Rumus :
(3)
4.6.4. Penetapan kadar sari larut dalam air
Sejumlah 5 gram serbuk simplisia dikeringkan lalu dimaserasi selama 24
jam dengan 100 ml air-kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkalikali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selam 18 jam, lalu
disaring, sebanyak 20 ml filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal rata
yang telah ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar sari
larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan.
Rumus :
(4)

4.6.5. Penetapan kadar sari larut dalam etanol


Sejumlah 5 gram serbuk simplisia dikeringkan lalu dimaserasi selama 24
jam dengan 100 ml air-kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkalikali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu
disaring cepat, diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal

21

berdasarkan rata yang telah ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105 0C hingga bobot
tetap, kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan.
Rumus :
(5)

4.6.6. Penetapan susut pengeringan


Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1-2 gram dan dimasukkan ke
dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada
suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak
diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan
lapisan setebal lebih kurang 5-10 mm. Jika ekstrak yang diuji berupa ekstrak
kental, ratakan dengan bantuan pengaduk. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang
pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105oC hingga botol tetap.
Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin
dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika ekstrak sulit kering dan mencair pada
pemanasan, ditambahkan 1 gram silika pengering yang telah ditimbang seksama
setelah dikeringkan dan disimpan dalam eksikator pada suhu kamar. Campurkan
silika tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat panas, kemudian dikeringkan
kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap (Depkes RI, 2000:13)
Rumus :
(6)

22

4.7.

Fraksinasi

4.7.1. Ekstraksi Cair-Cair


Ekstrak kental dilarutkan dalam 100 ml air lalu dimasukkan ke dalam
corong pisah, kemudian ditambah larutan n-heksan 100 ml, dikocok kuat dan
didiamkan. Terbentuk 2 fase, yaitu fase n-heksan dan fase air lalu dipisahkan.
Fase air diambil dan ditambahkan dengan etil asetat 100 ml, dikocok perlahan dan
didiamkan. Terbentuk 2 fase, yaitu fase air dan fase etil asetat kemudian
dipisahkan.
4.7.2. Pemantauan kandungan flavonoid dengan KLT
Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi air dan pembanding kuercetin
ditotolkan pada plat KLT silika gel dengan pengembang kloroform-metanol
(96:4), kloroform-etil asetat (7:3) dan metilen klorid-etil asetat (4:1) dengan
penampak bercak besi (III) klorida dalam air (Andersen, 2006:7-14).

4.8. Penetetapan Kandungan Flavonoid Total


4.8.1. Pembuatan larutan baku kuersetin
Larutan baku dibuat dengan menimbang 10 mg kuersetin, dilarutkan
dengan etanol sampai 100 ml. Satu seri konsentrasi larutan kuersetin dalam etanol
dibuat dari larutan baku, yaitu dengan konsentrasi: 10, 20, 30, 40 dan 50 g/mL.
Kemudian ditambahkan dengan alumunium klorida 2%,setelah diinkubasi selama
satu jam, serapannya diukur dengan spektrofotometer UV-Sinar tampak pada
panjang gelombang 420 nm. Dari data ini persamaan regresi antara konsentrasi
kuersetin dengan serapan dibuat.

23

4.8.2. Penetapan kadar flavonoid total


Dilakuan pengenceran dari masing-masing ekstrak dan fraksi dalam
berbagai konsentrasi, yaitu 10, 30, 50, 70 dan 90 g/ml. Kemudian ditambahkan
dengan alumunium

klorida

2%.

Kemudian serapannya

diukur dengan

spektrofotometer UV-Sinar tampak pada panjang gelombang 420 nm (Nan Wu,


et.,all, 2009:1039).

4.9.

Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Penetapan IC50 Fraksi


Pengujian aktivitas antioksidan dan penetapan IC50 fraksi dilakukan

dengan

menggunakan

metode

DPPH

(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

secara

spektrofotometri UV-Sinar tampak.


4.9.1. Pembuatan larutan DPPH
Ditimbang sebanyak 1,97 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol dalam
labu sampai 100 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 50 M
(Molyneux, 2004: 211).
4.9.2. Pengukuran % Inhibisi fraksi
4 ml larutan DPPH 50 M diinkubasi selama 30 menit lalu diukur
absorbansinya.

Masing-masing 0,2 ml ekstrak dan fraksi brokoli ditambah

dengan larutan 3,8 ml DPPH 50 M dan dikocok sampai homogen, diinkubasi


selama 30 menit ditempat gelap, lalu hitung absorbansinya (Okawa, 2001: 1202).
Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan
radikal DPPH melalui perhitungan persen inhibisi serapan DPPH dengan
menggunakan rumus :

24

(7)

Keterangan:
ADPPH
: serapan radikal bebas DPPH 50 M
ASampel+larutan DPPH : serapan sampel dalam radikal DPPH 50 M

4.9.3. Penetapan IC50 (Inhibitory Concentration)


Ditimbang ekstrak sebanyak 10 mg, kemudian larutkan dengan 10 ml
metanol dalam labu ukur dicukupkan hingga 10 ml, maka didapatkan konsentrasi
1 mg/ml. Kemudian lakukan pengenceran dengan menambahkan metanol
sehingga diperoleh sampel dengan konsentrasi 10, 30, 50, 70, 90 g/ml. Untuk
penentuan aktivitas antioksidan masing-masing konsentrasi dipipet sebanyak
0,2 ml larutan sampel dengan pipet mikro dan masukan ke dalam vial, kemudian
tambahkan 3,8 ml larutan DPPH 50 M. Campuran dihomogenkan dan dibiarkan
selama 30 menit ditempat gelap, serapan diukur dengan spektrofotometer sinar
ungu sinar tampak pada panjang gelombang 516 nm. Sebagai pembanding
digunakan vitamin C dengan konsentrasi 1, 3, 5, 7, 9 g/ml, dengan perlakuan
yang sama dengan sampel uji.
Harga IC50 ekstrak brokoli dihitung dari kurva regresi antara konsentrasi
dengan % inhibisi ekstrak dan fraksi (larutan uji). Sedangkan harga IC50 vitamin
C dihitung dari kurva regresi antara konsentrasi dengan % inhibisi vitamin C.
IC50 yang didapat dari ekstrak dan fraksi-fraksi brokoli kemudian dibandingkan
dengan vitamin C untuk mengetahui kekuatan aktivitas antioksidan ekstrak dan
fraksi brokoli (Hanani, 2005:127-133; dan Okawa, 2001:1202).

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, bahan yang digunakan adalah brokoli yang biasa
digunakan oleh masyarakat sebagai sayuran. Untuk mengetahui kebenaran
tanaman, dilakukan determinasi tanaman, dan hasil yang didapatkan dari hasil
determinasi, tanaman yang digunakan adalah brokoli dengan nama latin Brassica
oleracea L. cv. Group Broccoli (Lampiran 3).
Pada percobaan ini, diperoleh simplisia kering brokoli sebanyak 1,6 kg
dari 35 kg brokoli segar yang diambil dari Perkebunan Manoko, Lembang.
Setelah dilakukan penyiapan dan pengolahan simplisia, dilakukan pemeriksaan
mikroskopik terhadap serbuk simplisia brokoli. Hasil yang diperoleh dari
pemeriksaan mikroskopik bahwa pada tanaman brokoli terdapat kristal Ca Oksalat
bentuk prisma, jaringan gabus, rambut penutup dan xilem dengan penebalan
bentuk spiral (Lampiran 4). Pemeriksaan makroskopik menunjukkan tanaman
brokoli mempunyai ciri fisiknya yaitu tersusun dari bunga-bunga kecil berwarna
hijau dan memiliki bau yang khas.
Pemeriksaan mutu simplisia meliputi kadar air, kadar abu total, kadar sari
larut etanol dan penetapan susut pengeringan. Pemeriksaan mutu simplisia
dilakukan untuk memperoleh gambaran karakteristik simplisia sebagai salah satu
langkah upaya standardisasi bahan baku yang digunakan. Hasil pemeriksaan mutu
simplisia dapat dilihat pada Tabel V.1.

25

26

Tabel V.1 Hasil pemeriksaan mutu simplisia


Pemeriksaan
Kadar air
Kadar abu total
Kadar abu yang tidak larut dalam asam
Kadar sari larut etanol
Kadar sari larut air
Penetapan susut pengeringan

Hasil (%)
5.80
12.70
8.65
1.18
3.48
9.00

Penetapan kadar air bertujuan untuk memberi batasan minimal atau rentang
tentang besarnya kandungan air di dalam bahan, yang berkaitan dengan
kemungkinan pertumbuhan jamur atau kapang. Kadar air dalam simplisia
sebaiknya tidak melebihi kadar yang telah disyaratkan yang tertera pada MMI
yaitu 10%. Penetapan kadar air simplisia menggunakan metode destilasi
azeotroph dan diperoleh kadar air sebesar 5,80%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa simplisia tersebut telah memenuhi kadar yang telah dipersyaratkan.
Pemeriksaan kadar abu simplisia dilakukan untuk kadar senyawa
anorganik dalam simplisia dan mengetahui tingkat pengotoran oleh logam-logam
dan silikat. Abu juga merupakan indikator derajat kebersihan penanganan
simplisia. Kadar abu total yang diperoleh sebesar 12,70%, dan kadar abu tidak
larut dalam asam sebesar 8,65%.
Pemeriksaan kadar sari bertujuan untuk mengetahui jumlah zat yang
terkandung dalam simplisia yang dapat larut dalam pelarut tertentu, dalam hal ini
adalah air dan etanol. Kadar sari larut air yang diperoleh sebesar 5,89%,
sedangkan kadar sari larut etanol sebesar 17,40%. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah zat yang tertarik dalam pelarut air lebih banyak dibandingkan dengan
pelarut etanol.

27

Susut pengeringan simplisia menyatakan jumlah kandungan air dan


senyawa lain yang mudah menguap pada suatu simplisia. Pada percobaan, didapat
hasil 9,00%. Nilai susut pengeringan yang lebih besar daripada nilai kadar air
menunjukkan bahwa dalam simplisia brokoli terdapat zat lain yang mudah
menguap selain air.
Penapisan fitokimia pada simplisia brokoli dilakukan untuk mengetahui
keberadaan golongan senyawa yang terdapat dalam simpisia. Hasil penapisan
fitokimia dapat dilihat pada Tabel V.2.
Tabel V.2 Hasil penapisan fitokimia
Pengujian
Senyawa fenolat
Flavonoid
Tanin
Kuinon
Monoterpen dan seskuiterpen
Triterpenoid dan steroid
Saponin
Alkaloid
Keterangan:
() = terdeteksi
(-) = tidak terdeteksi

Simplisia
kering

Ekstrak
(maserasi)

Ekstrak
(refluks)

Pada pengujian penapisan fitokimia, golongan senyawa yang terdeteksi pada


brokoli yaitu flavonoid, kuinon, monoterpen dan seskuiterpen, triterpenoid dan
steroid dan saponin. Sedangkan golongan senyawa yang tidak terdeteksi yaitu
senyawa fenolat, tanin, dan alkaloid.
Pada penelitian ini, metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dan
refluks. Dalam hal ini ingin diketahui aktivitas antioksidan simplisia brokoli yang
diekstraksi dengan kedua metode yang berbeda tersebut.

28

Pelarut yang digunakan adalah etanol karena merupakan pelarut universal,


pelarut ini dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada pada
sampel, baik senyawa polar maupun beberapa senyawa non polar. Filtrat yang
diperoleh diuapkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kental yang
diperoleh dari proses ekstraksi secara maserasi sebanyak 65,3 gram dari 500 gram
simplisia kering brokoli atau memiliki rendemen sebesar 13,06%. Sedangkan
ekstrak kental yang dihasilkan dari proses ekstraksi secara refluks sebanyak 73,6
gram dari 500 gram simplisia kering brokoli atau memiliki rendemen sebesar
14,72%. Dari kedua metode ekstraksi tersebut, metode refluks menghasilkan
rendemen lebih banyak dibandingkan dengan metode maserasi.
Terhadap ekstrak kental yang diperoleh, dilakukan penetapan bobot jenis
ekstrak. Ekstrak hasil maserasi mempunyai bobot jenis 1,23 g/ml sedangkan pada
ekstrak refluks mempunyai bobot jenis 1,22 g/ml. Bobot jenis menunjukkan
batasan tentang besarnya masa per satuan volume yang merupakan parameter
khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang
(Dirjen POM, 2000: 13-14). Dari hasil yang didapat, kedua ekstrak dalam keadaan
dingin tidak dapat dituang.
Setelah didapatkan ekstrak kental, dilakukan ekstraksi cair-cair. Setelah itu
dilakukan pemantauan kandungan flavonoid dengan cara kromatografi lapis tipis
dengan kuersetin sebagai pembanding. Harga Rf yang diperoleh dari pengujian
kuersetin sebesar 0,75, untuk fraksi yang diperoleh secara maserasi, fraksi air
(AM) menunjukkan nilai sebesar 0,74, fraksi etil asetat (EtM) sebesar 0,73, fraksi
n-heksan (HM) sebesar 0,61. Pada fraksi yang diperoleh secara refluks, fraksi air

29

(AR) menunjukkan nilai sebesar 0,62, fraksi etil asetat (EtR) sebesar 0,62, dan
fraksi n-heksan (HR) sebesar 0,61. Dilihat dari harga Rf yang diperoleh, Rf yang
paling dekat dengan kuersetin pembanding adalah fraksi AM, jadi kemungkinan
flavonoid yang terkandung pada sampel bersifat polar.
Aktivitas antioksidan ekstrak etanol brokoli dinyatakan dalam persen
inhibisinya terhadap radikal bebas. Persen inhibisi ini diperoleh dari penurunan
absorbansi DPPH tanpa sampel dan dibandingkan dengan absorbansi DPPH yang
ditambahkan dengan sampel yang diukur dengan spektrofotometer UV-sinar
tampak.
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak dilakukan dengan metode
peredaman radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Pengukuran
aktivitas antioksidan sampel dilakukan pada panjang gelombang 516 nm yang
merupakan panjang gelombang maksimum DPPH, dengan konsentrasi DPPH 50
M, yang diuji tanpa penambahan sampel setelah di inkubasi selama 30 menit.
Adanya aktivitas antioksidan dari sampel mengakibatkan perubahan warna pada
larutan DPPH dalam etanol yang semula berwarna violet pekat menjadi kuning
pucat. Dari hasil pengamatan yang diperoleh, terjadi perubahan warna pada
larutan DPPH, semakin tinggi konsentrasi sampel, maka larutan DPPH berubah
semakin kuning pucat. Hal ini menunjukkan bahwa sampel memiliki aktivitas
antioksidan dimana semakin tinggi konsentrasi sampel, maka semakin tinggi pula
daya hambat terhadap radikal bebas.
Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu
konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat aktivitas radikal

30

bebas DPPH sebesar 50%. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH
terhadap eksrtak etanol dilakukan pada konsentrasi 10, 30, 50, 70 dan 90 g/ml,
dengan pembanding vitamin C dilakukan pada konsentrasi 1, 3, 5, 7 dan 9 g/ml.
Nilai IC50 yang diperoleh pada ekstrak yang diperoleh secara maserasi (EM)
sebesar 3,63 g/ml, dengan fraksi air (AM) sebesar 8,36 g/ml, fraksi etil asetat
(EtM) sebesar 11,78 g/ml, dan fraksi n-heksan (HM) sebesar 52,33 g/ml
(Lampiran 3). Nilai IC50 yang diperoleh pada ekstrak yang diperoleh secara
refluks (ER) sebesar 33,845 g/ml, dengan fraksi air sebesar (AR) 43,78 g/ml,
fraksi etil asetat (EtR) sebesar 238,95 g/ml, dan fraksi n-heksan (HR) sebesar
173,52 g/ml (Lampiran 4). Sedangkan nilai IC50 yang diperoleh dari vitamin C
yaitu 1,18 g/ml (Lampiran 5). Dari hasil tersebut, baik ekstrak yang dihasilkan
dari metode maserasi ataupun refluks menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan
ekstrak lebih besar dari fraksi-fraksinya, hal ini dapat terjadi kemungkinan
dikarenakan semua senyawa yang dapat tertarik oleh pelarut terdapat di dalam
ekstrak sehingga

menghasilkan aktivitas antioksidan yang lebih besar

dibandingkan dengan fraksi-fraksinya. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa


nilai IC50 fraksi air memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan fraksi
lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas antioksidan fraksi air lebih
besar dibandingkan dengan fraksi lainnya. Ekstrak dan fraksi hasil proses
maserasi dan refluks, kecuali fraksi etil asetat refluks (EtR), serta vitamin C
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena mempunyai IC 50 kurang dari
200 g/ml. Pada fraksi etil asetat dengan metode refluks (EtR) menghasilkan nilai
IC50 di atas 200 g/ml. Pada pengujian aktivitas antioksidan yang dilakukan

31

dengan beberapa konsentrasi, didapat hasil pada semua konsentrasi tertinggi


mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Tetapi sampel dengan
konsentrasi yang tertinggi tersebut mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih
rendah dibandingkan dengan vitamin C.
Pengujian kandungan flavonoid total dilakukan dengan metode Ordon
menggunakan kuersetin sebagai pembanding. Larutan kuersetin pada berbagai
konsentrasi yaitu 10, 20, 30, 40, 50 g/ml dan larutan sampel ditambahkan dengan
pereaksi alumunium klorida 2%, lalu diinkubasi dan diukur serapan pada panjang
gelombang maksimal. Sebelum dilakukan penetapan kadar flavonoid total pada
sampel, terlebih dahulu dilakukan pembuatan kurva kalibrasi larutan baku
kuersetin dengan penambahan alumunium klorida 2%. Kurva kalibrasi larutan
pembanding kuersetin dapat dilihat pada Gambar V.1.

absorbansi (A)

0.8
y = 0.012x + 0.100
R = 0.996

0.6
0.4
0.2
0
0

20

40

60

konsentrasi kuersetin g/ml

Gambar V.1 Kurva kalibrasi larutan pembanding kuersetin

Kadar flavonoid total diperoleh dengan memplot nilai absorbansi sampel dengan
penambahan alumunium klorida 2% terhadap kurva baku kuersetin. Dari hasil
pengamatan yang didapat, kadar flavonoid total pada EM sebesar 43,67 g/ml,
fraksi HM sebesar 9,75 g/ml, fraksi EtM sebesar 21,21 g/ml, dan fraksi AM

32

sebesar 33,083 g/ml. Kadar flavonoid total pada ER sebesar 33,25 g/ml, fraksi
HR sebesar 9,33 g/ml, fraksi EtR sebesar 11,25 g/ml, dan fraksi air sebesar
18,83 g/ml. Kadar flavonoid total pada EM lebih besar dibandingkan dengan ER,
dan kedua ekstrak dari kedua metode lebih besar dibandingkan dengan fraksifraksinya. Dari fraksi-fraksi hasil kedua metode menunjukkan kadar flavonoid
total fraksi air lebih besar dibandingkan dengan fraksi etil asetat dan fraksi nheksan. Hasil perhitungan kadar flavonoid total dan IC50 dapat dilihat pada
Tabel V.3
Tabel V.3. Tabel hasil pengamatan kadar flavonoid total dan IC50
Pengujian

Kadar flavonoid total (g/ml)

Nilai IC50 (g/ml)

Ekstrak metode maserasi


Ekstrak (EM)

43.67

3.63

Fraksi air (AM)

`33.08

8.36

Fraksi etil asetat (EtM)

21.25

11.78

Fraksi n-heksan (HM)

9.75

52.33

Ekstrak (ER)

33.25

33.84

Fraksi air (AR)

18.83

43.78

Fraksi etil aetat (EtR)

11.25

238.95

Fraksi n-heksan (HR)

9.33

173.52

Ekstrak metode refluks

Dari hasil penetapan aktivitas antioksidan yang didapat, terlihat adanya korelasi
linier antara kadar flavonoid total dengan aktivitas antioksidan pada sampel yang
diperoleh secara maserasi (HM, EtM, AM, EM). Semakin tinggi kadar flavonoid
total pada sampel, maka aktivitas antioksidannya pun semakin tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai IC50 yang semakin kecil.
Hasil pengujian sampel hasil refluks, terlihat adanya korelasi linier antara
kadar flavonoid total dengan aktivitas antioksidan (AM, EM). Semakin tinggi
kadar flavonoid total pada sampel, maka aktivitas antioksidannya pun semakin

33

tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai IC 50 yang semakin kecil, kecuali fraksi
HR dan EtR, dimana fraksi EtR menunjukkan kadar flavonoid total yang lebih
besar dibandingkan dengan fraksi HR, akan tetapi memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih rendah dibandingkan dengan fraksi HR. Hal ini kemungkinan
diakibatkan adanya senyawa non polar diluar flavonoid yang tertarik ke dalam
fraksi HR yang juga memiliki aktivitas antioksidan.
Secara umum kadar flavonoid total pada ekstrak yang diperoleh secara
maserasi lebih besar dibandingkan dengan kadar flavonoid total yang diperoleh
secara refluks. Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya senyawa yang rusak
akibat pemanasan.

34

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

perbedaan metode ekstraksi terhadap kandungan flavonoid total dan aktivitas


antioksidan brokoli. Kandungan flavonoid total dan aktivitas antioksidan ekstrak
dan fraksi dari hasil maserasi lebih baik dibandingkan dengan hasil dari refluks.
Fraksi air hasil maserasi memiliki kandungan flavonoid tertinggi dibandingkan
dengan fraksi lainnya yaitu 33,08 g/ml dengan aktivitas antioksidan tertinggi
ditunjukkam dengan nilai IC50 sebesar 8,36 g/ml. Fraksi n-heksan dari hasil
refluks memiliki kadar flavonoid total terendah dibandingkan dengan fraksi
lainnya yaitu 9,33 g/ml dan aktivitas antioksidan terendah pada fraksi etil asetat
dari hasil refluks ditumjukkan dengan nilai IC50 sebesar 238,95 g/ml.

6.2.

SARAN
Perlu dilakukan pengujian kandungan flavonoid total dan aktivitas

antioksidan pada bagian lainnya.

34

DAFTAR PUSTAKA
Andersen, M., Kenneth, R., Markham (2006). Flavonoid: Chemistry,
Biochemistry and Applications, CRC, Boca Raton.
Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, jilid 2, Puspa Swara,
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Materia Medika Indonesia,
Jilid V, Direktorat Jenderal Pengawasan Mutu Obat dan Makanan, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000). Parameter Standar Ekstrak
Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, Direktorat Jenderal Pengawasan Mutu
Obat dan Makanan, Jakarta.
Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants.
J. Pharm.Science.
Halliwell, B and Gutteridge, J.M.C. (2000). Free Radical in Biology and
Medicine, Oxford University Press, NewYork.
Hanani, E.A., Mun,in, R., dan Sekarini (2005). Identifikasi Senyawa Antioksidan
dalam Spon Callyspongia sp dari Kepulauan Seribu. Makalah Ilmu
Kefarmasian, Vol II, No.3.
Harborne, J.B., (1996). Metode Fitokimia, terjemahan K. Padmawinata, I.
Soediro, Terbitan Kedua, Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.
Hernani & Rahardjo (2005). Buah belimbing dapat dimanfaatkan sebagai
antioksidan.
http://yudithp08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/buah-belimbing-dapatdimanfaatkan-sebagai-antioksidan/ (diunduh 24 Desember 2010)
Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose,K., Akiyama, K., and Taniguchi, H. (2002).
Antioxidants Properties of Ferulic Acid and Its Related Compound,
J. Agric.Food Chem, 50.
Mabberley, D. J. (1989). The Plant Book. A Portable Dictionary of The Higher
Plants. Cambridge University Press. Cambridge.
Molyneux, P (2004). The Use Of The Stable Free Radical Diphenil Picrylhidrazyl
(DPPH) For Estimating Antioxidant Activity.
Morel, I., Lescoat, G., Cogrel, P., et. al. (1993). Antioxidant and iron-chelation
activities of the flavonoids catechin, quercetin and diosmetin on ironloaded rat hepatocyte cultures. Biochem. Pharmacol.
Murray et al (2003). Buah belimbing dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan.
http://yudithp08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/buah-belimbing-dapatdimanfaatkan-sebagai-antioksidan/ (diunduh 24 Desember 2010)
Nan Wu, Kuang Fu, Yu-Jie Fu, et.al. (2009). Antioxidant Activities of Extracts
and Main Components of Pigeonpea [Cajanus cajan (L.) Millsp.] Leaves.
Molecules.
Okawa, M.J., Kinjo, T., Nohara and Omo, M. (2001). Modivication Method
DPPH (2,2- Diphenil-1-Pikrylhidrazyl) Radical Scaveninging Activity
Of Flavonoids Obtained From Some Medicinal Plants. Biol. Pharm. Bull,
24.
Prakash, A. (2001). Antioxidant Activity, Medallion Laboratories: Analithycal
Progres, Vol.19, No: 2.

35

36

Skibola, C.F., Smith, M. (2000). Potential health impacts of excessive flavonoid


intake. Free Rad. Biol. Med.
Trevor, R. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan, ed.6, diterjemahkan oleh
Kosasih, Padmawinata, Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.
Van der Vossen, H.A.M. (1993). Brassica oleracea L. cv. groups Caulliflower &
Broccoli in JS. Siemonsma and K. Piluek (editors). Plant Resources of
South-East Asia No.8 Vegetables. Pudoc Scientific Published,
Wageningen, The Netherlands.
Windono, T., Budiono, R., Ivone, dkk. (2004). Studi Hubungan Struktur
Aktivitas Kapasitas Peredaman Radikal Bebas Senyawa Flavonoid
Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH), Artocarpus, Surabaya.
Winarsi, Hery. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal. Yogyakarta: Kanisius.

LAMPIRAN

Lampiran 1
CERTIFICATE OF ANALYSIS DPPH

37

38

Lampiran 2
CERTIFICATE OF ANALYSIS QUERCETIN

39

Lampiran 3
SURAT DETERMINASI BROKOLI

40

Lampiran 4
DATA PENGAMATAN MIKROSKOPIS SERBUK

Gambar 1. Gambar mikroskopik serbuk brokoli dengan perbesaran 10 x 10

3
4

Gambar 2. Gambar mikroskopik serbuk brokoli dengan perbesaran 40 x 10


Keterangan: (1) Kristal Ca oksalat bentuk prisma (2) Rambut penutup (3) Jaringan gabus
(4) Xilem dengan penebalan bentuk spiral

41

Lampiran 5
PERHITUNGAN KADAR AIR DAN SUSUT PENGERINGAN
1. Perhitungan susut pengeringan
Berat zat awal : 2,0742 gram
Berat zat yang telah dipanaskan : 0,18425 gram

2. Perhitungan kadar air

42

Lampiran 6
PERHITUNGAN KADAR ABU
1. Kadar abu total
Berat ekstrak awal: 2,0012 gram
Berat abu: 0,2521 gram
Berat abu tidak larut asam: 0,0218 gram

2. Perhitungan kadar abu tidak larut asam

8,647 %

43

Lampiran 7
Perhitungan kadar sari
1. Kadar sari larut dalam etanol
Berat bahan larut etanol: 0,059 gram
Berat bahan awal: 5,0059 gram

2. Kadar sari larut dalam air


Berat bahan larut air: 0,1743 gram
Berat bahan awal: 5,0078 gram

44

Lampiran 8
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Keterangan: fasa gera yang digunakan kloroform-etil asetat (7:3) dengan penampak bercak AlCl3.
a: fraksi AR, EtR, HR
b: fraksi AM, EtM, HM
c: kuersetin pembanding

45

Lampiran 9
DATA PENGAMATAN DAN GRAFIK AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
ESKTRAK DAN FRAKSI (M)
Tabel 1. Data pengamatan aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi yang diperoleh dari maserasi
Pembanding

Konsentrasi
(g/ml)
10
30
50
70
90
10
30
50
70
90
10
30
50
70
90
10
39
50
70
90

Ekstrak (M)

Fraksi air

Fraksi etil asetat

Fraksi n-heksan

% inhibisi

IC50 (g/ml)

0.165
0.146
0.108
0.081
0.061
0.174
0.154
0.122
0.103
0.084
0.175
0.163
0.152
0.133
0.121
0.200
0.192
0.178
0.163
0.151

59.991
58.405
69.231
76.923
82.621
50.427
56.125
65.242
70.655
76.068
50.006
53.561
56.695
62.108
65.527
43.019
45.299
49.288
53.561
56.980

3.634

8.359

11.78

52.33

% inhibisi

100
y = 0.388x + 48.59
R = 0.988

80
60

IC 50 = 3.634

40
20
0
0

20

40

60

80

100

konsentrasi ekstrak (/ml)


Gambar 1. Kurva aktivitas antioksidan ekstrak (EM) brokoli

46

% inhibisi

Lampiran 9
(LANJUTAN)

100
y = 0.329x + 47.25
R = 0.990

50

IC50 = .359

0
0

20

40

60

80

100

konsentrasi ekstrak (/ml)

% inhibisi

Gambar 2. Kurva aktivitas antioksidan fraksi air (AM) brokoli

100
50

IC = 11.78

0
0

20

40

y = 0.197x + 47.68
R = 0.992
60

80

100

konsentrasi ekstrak (/ml)

Gambar 3. Kurva aktivitas antioksidan fraksi etil asetat (EtM) brokoli

% inhibisi

IC 50 = 52.33
100
50
0

y = 0.180x + 40.58
R = 0.991
0

20

40

60

80

100

konsentrasi ekstrak (/ml)

Gambar 4. Kurva aktivitas antioksidan fraksi n-heksan (HM) brokoli

47

Lampiran 10
DATA PENGAMATAN DAN GRAFIK AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
ESKTRAK DAN FRAKSI (R)
Tabel 1. Data pengamatan aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi yang diperoleh dari refluks
Pembanding

Konsentrasi
(g/ml)
10
30
50
70
90
10
30
50
70
90
10
30
50
70
90
10
30
50
70
90

Ekstrak (R)

Fraksi air

Fraksi etil asetat

Fraksi n-heksan

% inhibisi

IC50 (g/ml)

0.192
0.181
0.165
0.144
0.131
0.206
0.198
0.182
0.172
0.159
0.206
0.203
0.201
0.198
0.195
0.227
0.222
0.219
0.208
0.195

45.299
48.433
52.991
58.974
62.678
43.589
48.148
50.997
54.701
58.404
41.310
42.165
42.735
43589
44.444
35.327
36.752
38.606
40.740
42.450

33.849

43.78

238.95

173.516

IC50 = 33.849
% inhibisi

80
y = 0.226x + 42.35
R = 0.990

60
40
20
0
0

20

40

60

80

konsentrasi ekstrak (/ml)


Gambar 1. Kurva aktivitas antioksidan ekstrak (ER) brokoli

100

48

Lampiran 10
(LANJUTAN)

% inhibisi

IC50 = 43.78
80
60
40
20
0

y = 0.180x + 42.12
R = 0.996

20

40

60

80

100

konsentrasi ekstrak (/ml)


Gambar 2. Kurva ativitas antioksidan fraksi air (AR) brokoli

% inhibisi

IC50 = 238.95
45
44
43
42
41

y = 0.038x + 40.92
R = 0.995

20

40

60

80

100

konsentrasi ekstrak (/ml)

% inhibisi

Gambar 3. Kurva aktivitas antioksidan fraksi etil asetat (EtR) brokoli

IC50 = 173.516

60
40
20
0

y = 0.091x + 34.21
R = 0.996
0

20

40

60

80

100

konsentrasi ekstrak(/ml)
Gambar 4. Kurva aktivitas antioksidan fraksi n-heksan (HR) brokoli

49

Lampiran 11
DATA PENGAMATAN DAN GRAFIK AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
VITAMIN C
Tabel 1. Data pengamatan aktivits antioksidan vitamin C
Pembanding
Konsentrasi
A
(g/ml)
Vitamin C
1
0.175
3
0.157
5
0.128
7
0.089
9
0.065

%inhibisi

IC50 (g/ml)

50.142
56.980
63.533
74.644
81.481

1.177

% inhibisi

IC50 = 1.177
100
80
60
40
20
0

y = 4.017x + 45.27
R = 0.991

konsentras vitamin C (/ml)

Gambar 1. kurva aktivitas antioksidan vitamin C

10

Anda mungkin juga menyukai