SKRIPSI
OLEH
WULAN NUR SAFITRI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
SINTESIS DAN BIOAKTIVITAS SENYAWA
TURUNAN KLOROKALKON DARI
PREKURSOR 4-METOKSI BENZALDEHIDA
DAN 2-HIDROKSI-5-KLORO ASETOFENON
SKRIPSI
Oleh
RIWAYAT HIDUP
@ Hak Cipta
Hak Cipta Skripsi ini adalah Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman,
sehingga jika terkait dengan perihal Hak Kekayaan Intelektual Fakultas
Farmasi Universitas Mulawarman sebagai pemilik sah dengan atas nama
mahasiswa yang bersangkutan sebagai pembuat karya. Jika dikemudian hari
Karya Ilmiah ini diklaim oleh pihak lain sebagai pemilik, maka pihak lain
tersebut telah melanggar @ Hak Cipta Fakultas Farmasi Universitas
Mulawarman.
vii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Sintesis dan Bioaktivitas Senyawa Turunan Klorokalkon Dari Prekursor 4-
Metoksi Benzaldehida dan 2-Hidroksi-5-Kloro Asetofenon”. Skripsi ini
disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Program Studi
Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman.
Penelitian dilaksanakan kurang lebih 6 bulan di Laboratorium Penelitian
dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas
Mulawarman. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian hingga
tersusunnya skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan, namun berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia yang begitu
banyak sehingga penulis dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi dengan
lancer.
2. Kedua orang tua tercinta (Bapak Selamet dan Ibu Badriyah) yang telah
memberikan semangat, nasehat dan doa yang tak henti-hentinya untuk
kesuksesan ananda. Serta dukungan baik moril maupun materil yang telah
diberikan selama ananda menempuh pendidikan hingga menyelesaikan
pendidikan sarjana. Restumu akan menjadi bekal dalam hidup ananda
untuk mengarungi hidup. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
kesehatan, keselamatan, dan limpahan rahmat-Nya, Aamiin ya Rob’bal
alamiin.
2. Bapak Dr. Laode Rijai, M.Si., Drs. selaku Dekan Fakultas Farmasi
sekaligus pembimbing utama yang telah banyak memberikan arahan,
motivasi dan bimbingan serta saran yang membangun sehingga penulis
dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.
viii
Penulis
x
DAFTAR ISI
DAFTAR ISTILAH
ISTILAH/SINGKATAN ARTI/KEPANJANGAN
Sintesis Suatu cara untuk mendapatkan
senyawa baru yang didapat dengan
menggabungkan dua gugus yang
fungsional, cara penggabungan
tersebut bisa melewati adisi, eliminasi,
subtitusi, atau oksidasi.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Tabel Halaman
Tabel
3.1 Perhitungan analisis Reed and Muench 27
ABSTRACT
Chalcones is a compound that has many biological activities, but found in small
amounts in plants. The synthesis of chalcones derived compounds was performed
to obtain large amounts of chalcones compound in a relatively short time. In this
research, an analog chalcone of 2'-hydroxy-5'-chloro-4-methoxichalcones was
successfully synthesized by Claisen-Schmidt method for 72 hours in base
situation and obtained a yield of 84,54%. These compounds have been
characterized using IR, MS, 1H-NMR and 13C-NMR. The result of bioactivity test
by Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method showed that the compound had
LC50 value 75,07 ppm, antioxidant activity test by 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl
(DPPH) method showed IC50 value of 45,99 ppm.
ABSTRAK
Senyawa kalkon merupakan senyawa yang banyak memiliki aktivitas biologis,
namun ditemukan dalam jumlah yang sedikit pada tumbuhan. Sintesis senyawa
turunan kalkon dilakukan untuk mendapatkan senyawa kalkon dalam jumlah besar
dalam waktu yang relatif singkat. Senyawa turunan kalkon 2’-hidroksi-5’-kloro-4-
metoksikalkon berhasil disintesis dengan metode Claisen-Schmidt selama 72 jam
dalam suasana basa dan didapat rendemen 84,54%. Senyawa ini telah
dikarakterisasi menggunakan IR, MS, 1H-NMR dan 13C-NMR. Hasil uji
bioaktivitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan
senyawa tersebut memiliki nilai LC50 75,07 ppm, uji aktivitas antioksidan dengan
metode 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) menunjukkan nilai IC50 45,99 ppm.
Kata kunci : sintesis, klorokalkon, bioaktivitas
3
PENDAHULUAN
diikuti dengan reaksi dehidrasi sehingga dihasilkan suatu keton α, β tak jenuh
(Wingrove & Caret, 1981).
Sebagian besar kalkon memiliki banyak aktivitas biologis. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Eryanti dkk. (2010) bahwa senyawa
turunan kalkon yang mengandung gugus hidroksil berpotensi sebagai antibakteri
terhadap bakteri B. subtilis. Penelitian Arty (2010) mengandung gugus hidroksil
dan gugus halogen yang tersubtitusi pada senyawa kalkon, aktivitas senyawa ini
sangat kompeten sebagai antikanker. Belsare dkk. (2010) juga telah mensintesis
turunan kalkon yang mengandung gugus halogen dan gugus hidroksil yang nilai
IC50-nya antara 40-140 ppm. Penelitian Lelani (2014) juga membuktikan senyawa
turunan kalkon yang mengandung gugus hidroksi, setelah diuji menggunakan
metode BSLT, dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis berpotensi aktif
sebagai senyawa antikanker yang dibuktikan dengan nilai LC50 <200 μg/mL. Smit
dan N’Da (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa senyawa turunan
kalkon yang mengandung gugus kloro memiliki potensi sebagai antimalaria baru
yang aktif dan aman. Menurut Perdana (2013), senyawa yang mengandung gugus
halogen berpotensi sangat baik sebagai antikanker. Senyawa kalkon yang
tersubtitusi halogen sulit dijumpai di alam, sehingga diperlukan pengembangan
sintesis senyawa kalkon yang mengandung gugus halogen, salah satunya adalah
dengan membuat kalkon yang mempunyai gugus kloro pada salah satu cincin
aromatiknya. Senyawa kalkon yang memiliki subtituen kloro ini dinamakan
sebagai senyawa klorokalkon.
Oleh sebab itu, peneliti melakukan sintesis senyawa klorokalkon dari
bahan dasar 2-hidroksi-5-kloroasetofenon dan 4-metoksibenzaldehida dengan
metode Claisen Schmidt diharapkan dapat memperoleh senyawa turunan kalkon
yang berpotensi memiliki aktivitas biologis.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (a) Senyawa apa yang
dihasilkan dari sintesis 2-hidroksi-5-kloroasetofenon dan 4-metoksibenzaldehida
dalam suasana basa pada temperatur kamar, (b) Berapa rendemen senyawa yang
dihasilkan dari sintesis 2-hidroksi-5-kloroasetofenon dan 4-metoksibenzaldehida
7
(c) Bagaimana bioaktivitas dari senyawa yang dihasilkan dari sintesis 2-hidroksi-
5-kloroasetofenon dan 4-metoksibenzaldehida?
Berdasarkan hasil dari perumusan masalah, maka tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah (a) Untuk mengetahui senyawa apa yang
dihasilkan dari sintesis 2-hidroksi-5-kloroasetofenon dan 4-metoksibenzaldehida
dalam suasana basa pada temperatur kamar, (b) Untuk mengetahui rendemen
senyawa yang dihasilkan dari sintesis 2-hidroksi-5-kloroasetofenon dan 4-
metoksibenzaldehida, (c) Untuk mengetahui bioaktivitas dari senyawa yang
dihasilkan dari sintesis 2-hidroksi-5-kloroasetofenon dan 4-metoksibenzaldehida.
Manfaat umum yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan, yaitu
dapat menjadi informasi ilmiah, dalam hal ini senyawa WNS memiliki potensi
sebagai antioksidan sangat kuat dan dapat memiliki aktivitas sebagai antikanker,
antimalaria, larvasida dan lain-lain karena memiliki nilai LC50 < 200 µL. Selain
itu, senyawa kalkon hasil sintesis dapat digunakan sebagai intermediet untuk
sintesis senyawa turunan flavonoid dan pirazolina.
Sintesis senyawa diawali dengan melarutkan 5 mmol senyawa 2-hidroksi-
5-kloroasetofenon dengan metanol, kemudian diaduk menggunakan magnetic
stirrer didalam labu sintesis. Setelah larutan homogen, ditambahkan NaOH 40%
sebanyak 5 mL sebagai katalis. Setelah 15 menit, ditambahkan senyawa 4-
metoksibenzaldehida 5 mmol yang telah dilarutkan dengan metanol kedalam
campuran, dan diaduk hingga 72 jam. Setelah 72 jam diaduk, senyawa
ditambahkan HCl 10% hingga pH ≤ 7. Kemudian dikristalisasi dengan aquades
dan disaring. Senyawa hasil sintesis kemudian dimurnikan dengan metode kolom
kromatografi. Hasil kolom berupa kristal bernama WNS yang kemudian dihitung
persen rendemennya menggunakan metode gravimetri. Rendemen senyawa WNS
dihitung dari membagi berat senyawa hasil sintesis dengan berat senyawa secara
teoritis kemudian hasil pembagian dikalikan 100%. Senyawa WNS juga dianalisis
secara deskriptif menggunakan spektroskopi IR, spektroskopi MS dan Nuclear
Magnetic Resonance (NMR). Selanjutnya, dilakukan pengujian bioaktivitas
menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dan dihitung nilai
Lethal Concentration (LC50) dari hubungan antara persen kematian dengan
8
OH CH
Cl HC
O
Cl
O
2'-hidroksi-5'-kloro-4-metoksikalkon
OH OCH3
CH3 H
Cl
O O
Merupakan bubuk kristal berwarna kuning dan bersifat iritan, titik leleh
54-56oC. Senyawa ini memiliki titik lebur 126-128oC. Berat molekul senyawa
170,59 g/mol. Struktur 2-hidroksi-5-kloro-asetofenon ditunjukkan pada Gambar
1.5.
Tingkat kekuatan antioksidan adalah sangat kuat apabila nilai IC50 antara
10-50 ppm, kuat apabila nilai IC50 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC50 101-150
ppm, dan lemah apabila nilai IC50 150-200 ppm (Mardawati, dkk., 2008).
1.4.4. Pengujian Larvasida
Uji sitotoksik adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan kultur sel
yang digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplastik dari suatu
senyawa. Penggunaan uji sitotoksik pada kultur sel merupakan salah satu cara
penetapan in vitro untuk mendapatkan obat-obat sitotoksik. Sistem ini merupakan
uji kuantitatif dengan cara menetapkan kematian sel. Parameter yang digunakan
untuk uji sitotoksik yaitu dengan nilai IC50. Nilai IC50 menunjukkan nilai
konsentrasi yang menghasilkan hambatan poliferasi sel sebesar 50% dan
menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini merupakan
17
patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai IC50 dapat
menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitotoksik. Semakin besar harga IC 50
maka senyawa tersebut semakin tidak toksik. Akhir dari uji sitotoksik pada organ
target memberikan informasi secara langsung tentang perubahan yang terjadi pada
fungsi sel secara spesifik. (Djajanegara & Prio, 2009).
Pengujian sitotoksisitas dilakukan dengan menyiapkan plate 96 sumuran.
Sampel dilarutkan dalam media kultur yang mengandung DMSO 0,05%. Setiap
sumuran dimasukkan 100 µL sampel dengan berbagai konsentrasi menggunakan
3 kali ulangan. Sumuran yang tersisa digunakan untuk kontrol positif yang berisi
sel tanpa penambahan sampel, dan kontrol negatif hanya mengandung media
kultur. Selanjutnya diinkubasi 12-24 jam pada suhu 37oC di inkubator CO2. Media
kemudian diambil, dan masing-masing sumuran ditambahkan 110 µL media
kultur yang mengandung MTT. Kultur diinkubasi 4 jam pada suhu 37oC di
inkubator CO2. Selanjutnya ditambahkan 100 µL pelarut formazan, di gojog
pelahan dengan shaker selama 5 menit. Dilanjutkan diinkubasi 12-24 jam pada
suhu kamar dalam ruang gelap. Serapan dibaca dengan ELISA reader pada
panjang gelombang 595 nm. Setelah itu dilakukan analisa probit.
(Arianingrum dkk., 2011)
sama dengan frekuensi dari radiasi inframerah yang mengenai langsung pada
molekul, molekul tersebut akan menyerap radiasi. Setiap molekul mempunyai
kebebasan sebesar jumlah derajat kebebasan atom-atom lainnya dalam molekul.
Syarat suatu gugus fungsi dalam suatu senyawa dapat terukur pada spektra IR
adalah adanya perbedaan momen dipol pada gugus tersebut. Vibrasi ikatan akan
menimbulkan fluktuasi momen dipol yang menghasilkan gelombang listrik.
Untuk pengukuran menggunakan IR biasanya berada pada daerah bilangan
gelombag 400-4500 cm-1. Daerah pada bilangan gelombang ini disebut daerah IR
sedang dan merupakan daerah optimum untuk penyerapan sinar IR bagi ikatan-
ikatan dalam senyawa organik (Stuart, 2004). Berikut disajikan daerah serapan
beberapa ikatan yang ada pada senyawa kalkon yang ingin disintesis.
Tabel. 2.1. Serapan Ikatan pada Spektroskopi Infra Merah (Pavia dkk., 2001)
Bilangan Gelombang (cm-1) Jenis Ikatan
3200-3500 O-H
1600-1700 C=O
1450-1600 C=C aromatik
1000-1300 C-O fenolik & eter
675-995 C=C trans
540-785 C-Cl
nuklir1/2, 3/2, atau 5/2 dan seterusnya. Pada penerapan spektroskopi NMR dalam
kimia organik, inti 1H dan 13
C merupakan inti yang paling penting, keduanya
memiliki nilai spin ½ sehingga hanya dapat memiliki salah satu dari dua orientasi;
orientasi energi rendah selaras dengan medan terapan dan orientasi energi tinggi
berlawanan dengan medan terapan yang pada dasarnya dapat mengukur kekuatan
magnet nuklir dan nilainya berbeda untuk masing-masing inti.
(Williams & Flemming, 2010)
Prinsip penentuan C-NMR sama dengan penentuan H-NMR. Lindungan
geseran kimia lebih besar pada daerah C-NMR dibandingkan dengan H-NMR.
Kebanyakan puncak spektrum H menunjukkan lindungan dengan jarak yang kecil,
kira-kira 10 ppm, sedangkan lindungan pada spektrum karbon memiliki jarak
lebih besar dari 250 ppm. Luas daerah puncak pada H-NMR merupakan faktor
penting karena dapat menentukan jumlah hidrogen yang ekuivalen. Luas puncak
spektrum C-NMR berhubungan dengan jumlah karbon, tetapi praktisnya luas
daerah puncak tidak berhubungan dengan jumlah karbon.
Ada tiga informasi yang penting pada spektrum H-NMR, yaitu informasi
geseran kimia, informasi pemecahan, dan informasi luas daerah puncak. Dari
ketiga informasi tersebut, hanya informasi geseran kimia yang biasanya
didapatkan dari spektrum C-NMR. Secara kualitatif, efek elektronik pada
spektrum C-NMR sama pentingnya pada spektrum H. Subtituen elektronegatif
biasanya menggeser resonansi kearah medah magnet lemah (Harmita, 2015).
Apabila molekul senyawa organik berada dalam medan magnet yang kuat,
spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan gelombang radio oleh inti-inti
tertentu dalam molekul organik tersebut. Dalam spektroskopi NMR, senyawa
yang digunakan sebagai rujukan (referensi) ialah tetrametilsilan (TMS), yang
proton-protonnya menyerap pada ujung kanan dalam spektrum NMR. Absorbsi
proton lain kebanyakan dijumpai dibawah medan absobsi TMS. Selisih antara
posisi absorbs TMS dan posisi absorbs suatu proton tertentu disebut dengan
pergeseran kimia yang dilambangkan dengan δ (Supratman, 2010).
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.4.2. Definisi
1. Definisi Konsepsional
b. Senyawa klorokalkon adalah senyawa kalkon yang memiliki substituen
kloro pada cincin aromatisnya.
c. Rendemen adalah perbandingan berat percobaan dengan berat teoritis
kemudian dikalikan seratus persen.
d. Uji bioaktivitas dengan menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test) merupakan uji pendahuluan yang biasa dipakai untuk
penentuan toksisitas dari suatu senyawa yang diukur nilai LC50 nya dari
kematian larva udang Artemia salina Leach (Mayer, 1982).
e. LC50 adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan (Molyneux, 2004).
g. Uji aktivitas antioksidan adalah pengujian yang dilakukan dengan
mengukur nilai IC50 dari suatu senyawa terhadap radikal (Ozgen dkk.,
2006).
h. IC50 adalah nilai konsentrasi antioksidan yang digunakan untuk meredam
50% aktivitas radikal bebas.
2. Definisi Operasional
Data penelitian menggunakan data primer yang diperoleh dari data hasil
pengujian di laboratorium. Data penelitian tersebut adalah hasil karakteristik
senyawa hasil sintesis dengan menggunakan instrumen spektroskopi inframerah,
spektroskopi massa, dan Nuclear Magnetic Resonance spectroscopy (NMRs), data
persentase rendemen yang dihasilkan dari perbandingan antara berat yang
diperoleh dari pengujian sintesis senyawa dengan berat teoritis yang diperoleh
dari perhitungan berdasarkan jumlah mol yang bereaksi serta nilai LC50 dan IC50
dari senyawa uji. Adapun sumber data penelitian diperoleh dari hasil pengujian
berdasarkan aspek yang dikaji berdasarkan pengujian di laboratorium.
2-hidroksi-5-kloro-asetofenon 4-hidroksi-benzaldehida
4-metoksibenzaldehida
5 mmol 5 mmol
NaOH/ Metanol
25oC / 72 jam
Senyawa WNS
Purifikasi
Karekterisasi struktur
menggunakan IR, MS, dan
NMR
Analisis Statistik
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2017 hingga Januari 2018 di
Laboratorium Riset dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman. Untuk analisis data Spektroskopi Inframerah (FTIR
8201PC Shimadzu) dan Spektroskopi Massa (MS QP2010S Shimadzu) dilakukan
di Laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM Yogyakarta. Sedangkan analisis
1 13
H-NMR dan C-NMR (JEOL RESONANCE NMR 400 MHz) dilakukan di
Lembaga Penyakit Tropis UNAIR Surabaya.
BAB IV
BAHAN DAN PERALATAN PENELITIAN
BAB V
PROSEDUR PENELITIAN
a. Penyiapan Bioindikator
Ditimbang senyawa hasil sintesis sebanyak 0,1 gram dilarutkan dengan air
laut sebanyak 100 mL, sehingga diperoleh larutan stok senyawa klorokalkon
dengan konsentrasi 1000 ppm.
Larutan stok 1000 ppm disiapkan dengan cara ditimbang 0,1 g senyawa
kalkon dan dilarutkan dengan metanol sambal dihomogenkan, volume akhir
dicukupkan metanol sampai 50 mL di labu ukur. Kemudian, dibuat larutan kalkon
dengan deret konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm didalam
labu ukur 25 mL.
Pada bagian ini disajikan dalam gambar dan tabel tentang hasil penelitian
berdasarkan metode yang telah diuraikan atau dilakukan
OCH3
OH OCH3
OH
NaOH H2O
CH3 H
Cl MeOH
Cl
O O
O
ss
OH
OCH3
H-2/6
J = 9,2 Hz H-3/5
J = 8,4 Hz
Hα
Hβ J = 15,2 H-3
H-6’ J = 8,8 Hz
J = 16 Hz
Hz J = 2,4 Hz
H-4’ J = 8,8 Hz
CDCl3
J = 2,6 Hz
C-2,6 C-3,5
O O
OCH3
O
O H H
OH OCH3 H
OH
CH2 H
Cl
Cl
H H
O O
OCH3 O OCH3
OH
H
OH OH
-H2O
Cl Cl
H H
O O
Gambar 6.6 Mekanisme reaksi pembentukan senyawa 2’-hidroksi-5’- kloro-4-
metoksikalkon
46
Ikatan C=C aromatik umumnya terdapat pada 1450-1600 cm-1, hasil spektra IR
juga menunjukkan terdapat puncak pada bilangan gelombang 1558 yang
merupakan C=C aromatik. Ikatan C=C trans merupakan penanda penting pada
senyawa WNS karena ikatan ini dapat terbentuk apabila telah terjadi reaksi
Claisen-schmidt antara senyawa keton dengan aldehida. Ikatan C=C trans berada
pada pada bilangan gelombang 675-995 cm-1. Hasil data spektra IR menunjukkan
satu puncak pada bilangan gelombang 972 cm-1 yang merupakan ikatan C=C trans
dari senyawa WNS. Data hasil analisis menunjukkan bahwa senyawa klorokalkon
telah terbentuk jika dilihat dari jenis ikatan yang terbaca saat di spektrum IR.
Data dalam gambar 6.3 menunjukkan spektra massa senyawa WNS yang
dianalisis menggunakan spektroskopi massa. Analisis senyawa WNS
menggunakan spektroskopi massa ditujukan untuk mengetahui berat senyawa
hasil sintesis. Hasil data spektra massa menunjukkan senyawa WNS memiliki
berat molekul m/z 288.
Selanjutnya analisis juga dilakukan menggunakan Nuclear Magnetic
Resonance (NMR) yaitu 1H-NMR untuk menentukan jumlah dan posisi atom H.
Dalam spektrum 1H-NMR, proton H yang secara magnetik tidak equivalen akan
memberikan pergeseran kimia yang berbeda, proton H tetangga yang tidak saling
equivalen juga akan membentuk sinyal berupa puncak. Selain itu, jumlah proton
H yang terdapat dalam pergeseran tertentu juga dapat diketahui berdasarkan sinyal
integral pada spektra 1H-NMR. Sehingga, analisis menggunakan 1H-NMR dapat
menggambarkan keadaan lingkungan suatu senyawa dan mengetahui posisi-posisi
atom H dengan jelas. Spektra 1H-NMR pada senyawa WNS pada gambar 6.4
menunjukkan adanya 13 proton. Senyawa kalkon memiliki dua cincin aromatis (A
dan B) dan tiga atom karbon α, β tak jenuh. Ikatan α, β tak jenuh ini merupakan
ikatan C=C pada posisi trans yang terbentuk setelah penggabungan antara
aldehida dengan keton yang melepas air. Masing-masing C=C memiliki satu
proton H dengan konfigurasi trans. Diketahui bahwa proton H yang berada pada
posisi trans memiliki tetapan kopling (J) 11-19 Hz. Hasil spektra 1H-NMR pada
pergeseran 7,92 ppm memiliki tetapan kopling 16 Hz. Pada pergeseran 7,44 ppm
didapatkan tetapan kopling 15,2 Hz. Hal ini membuktikan bahwa senyawa kalkon
48
telah terbentuk karena ikatan α, β tak jenuh telah terkonfirmasi oleh data 1H-
NMR. Pada pergeseran 3,87 ppm, terdapat puncak singlet yang memiliki 3 atom
H jika dilihat dari hasil integral. Diperkirakan puncak ini berasal dari atom H yang
terikat pada gugus metoksi di posisi para. Diketahui bahwa atom H yang terikat
pada gugus metoksi berada pada pergeseran 3,7-4,3 ppm. Hal ini disebabkan
adanya efek induktif dari atom O menyebabkan inti proton tidak terlindungi oleh
elektron sehingga pergeseran atom H metil yang harusnya 0,9 ppm bergeser
menjadi 3,87 ppm. Proton pada pergeseran 6,95 ppm membentuk puncak doublet
dengan nilai integrasi sekitar 2 proton diperkirakan adalah atom H yang berada
pada posisi orto dengan gugus metoksi yaitu pada atom H aromatik posisi 3/5
dengan nilai J = 8,4 Hz. Proton pada pergeseran 7,64 ppm membentuk puncak
doublet dengan nilai integrasi sekitar 2 proton diperkirakan adalah atom H yang
berada pada posisi orto dengan gugus metoksi yaitu pada atom H aromatik posisi
2/6 dengan nilai J = 9,2 Hz. Atom nomor 2 dengan 3 dan 5 dengan 6 pada cincin
A berada pada posisi orto. Menurut teori atom H yang berada pada cincin
aromatik posisi orto memiliki nilai kisaran tetapan kopling J = 6-10 Hz.
Pada pergeseran 6,97 ppm terdapat puncak doublet dengan nilai integrasi
sekitar 1 proton dengan nilai kopling J = 8,8 Hz, diperkirakan sinyal ini
merupakan proton H di posisi 3’ pada cincin B yang memiliki proton H tetangga
secara orto di posisi 4’. Pada pergeseran 7,85 ppm terdapat puncak doublet
dengan nilai integrasi sekitar 1 proton dengan nilai kopling J = 2,4 Hz. Diketahui
posisi meta pada senyawa benzena memiliki nilai kisaran tetapan kopling J = 1-3
Hz. Diperkirakan sinyal pada pergeseran 7,85 ppm ini merupakan proton H di
posisi 6’ pada cincin B yang memiliki proton H tetangga secara meta di posisi 4’.
Proton dengan serapan doublet of doublet pada pergeseran 7,42 ppm dengan hasil
integrasi satu dan memiliki nilai tetapan kopling J = 2,4 Hz dan J = 8,8 Hz.
Diperkirakan berasal dari proton H di posisi 4’ pada cincin B yang saling
mengkopling secara orto proton H di posisi 3’ dan mengkopling secara meta
dengan proton H di posisi 6’. Kemudian pada pergeseran 12,85 ppm terdapat
puncak singlet dengan hasil integrasi senilai 1 proton diperkirakan merupakan
proton pada gugus hidroksil yang terikat pada cincin B kalkon.
49
13
Selanjutnya dilakukan pula analisis menggunakan C-NMR. Analisis
proton karbon digunakan untuk melihat berapa banyak jumlah C yang terdapat
13
dalam senyawa. Hasil analisis spektra C-NMR berupa sinyal tunggal (singlet).
Masing-masing proton karbon akan mengalami pergeseran yang berbeda
tergantung dengan gugus atau subtituen tempat berikatan, semakin besar subtituen
elektronegatif tempat berikatan maka semakin besar pula pergeserannya. Hasil
13
spektra C-NMR menunjukkan terdapat 12 sinyal, dimana senyawa WNS
memiliki 14 atom karbon yang dua diantaranya merupakan karbon ekuivalen,
sehingga hanya menunjukkan 12 sinyal proton karbon saat dilakukan analisis
13
dengan menggunakan C-NMR. Pergeseran 55,59 ppm diperkirakan merupakan
atom karbon pada metoksi yang terikat di cincin A aromatik. Diketahui bahwa
pergeseran proton C sp3 adalah 10-30 ppm pergeseran menjadi lebih besar karena
atom C terikat pada atom O, sehingga lebih tidak terlindungi oleh elektron dan
menyebabkan proton bergeser lebih besar. Pada pergeseran 114,3-162,4 ppm
terdapat 10 sinyal yang merupakan sinyal karbon dari cincin A, cincin B dan dua
karbon yang membentuk ikatan α, β tidak jenuh, karena menurut teori yang ada
atom C sp2 memiliki pergeseran 110-175 ppm. Pada pergeseran 192,7 ppm
terdapat sinyal yang diduga merupakan C karbonil. Ciri khas dari C karbonil pada
gugus keton adalah berkisar antara 190-220 ppm.
Berdasarkan hasil analisis spektroskopi IR, spektroskopi massa, dan
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) yang telah dihubungkan dengan teori yang
ada, maka senyawa WNS merupakan senyawa klorokalkon dengan nama trivial
2’-hidroksi-5’-kloro-4-metoksikalkon.
f. Kesimpulan dan Saran Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis spektroskopi IR, spektroskopi massa, dan
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) yang telah dihubungkan dengan teori yang
ada, maka senyawa WNS merupakan senyawa klorokalkon dengan nama trivial
2’-hidroksi-5’-kloro-4-metoksikalkon. Saran untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
dipilih senyawa bahan dasar dengan bentuk fisik yang sama agar mol bahan dasar
habis bereaksi sehingga tidak dilakukan pemisahan senyawa hasil sintesis.
50
c. Hasil Penelitian
1) Uji Bioaktivitas senyawa WNS menggunakan metode BSLT.
Hasil perhitungan bioaktivitas senyawa 2’-hidroksi-5’-kloro-4-
metoksikalkon disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 6.4. Tabel perhitungan analisis Reed and Muench
No Konsentrasi Log Jumlah Akumulasi Rasio Mortalitas
(ppm) konsentrasi
Mati Hidup Mati Hidup x: (x+y) (%)
1 20 1,3 5 25 5 96 0,049 4,9
2 40 1,6 9 21 14 71 0,164 16,4
3 60 1,78 11 19 25 50 0,333 33,3
4 80 1,9 13 17 38 31 0,55 55
5 100 2 16 14 54 14 0,794 79,4
Keterangan:
x : nilai akumulasi larva Artemia salina yang mati
y : nilai akumulasi larva Artemia salina yang hidup
e. Hasil Penelitian
1) Pengujian BSLT
Uji bioaktivitas digunakan untuk mengetahui untuk mengetahui potensi
aktivitas biologi berdasarkan toksisitas senyawa kalkon. Uji bioaktivitas
dilakukan dengan menggunakan metode BSLT. Metode BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test) adalah uji toksisitas yang paling umum digunakan karena
umumnya memiliki korelasi dengan aktivitas kanker, antimikroba dan larvasida.
Data perhitungan nilai LC50 pada tabel 6.4 diperoleh dari uji bioaktivitas dengan
menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Pengujian ini diawali dengan penetasan telur Artemia salina Leach dalam
wadah berisi air laut selama 48 jam di bawah sinar lampu pijar 25 watt. Telur
Artemia salina yang menetas menjadi larva dimasukkan kedalam vial uji
sebanyak 10 ekor. Selanjutnya, dibuat larutan stok senyawa kalkon dengan
konsentrasi 1000 ppm dengan menimbang 0,1 g dalam 100 mL air laut. kemudian
dimasukkan kedalam vial yang dikalibrasi Setelah itu, diambil larutan stok
sebanyak 200 µL, 400 µL, 600 µL, 800 µL dan 1000 µL dimasing-masing vial
yang telah dikalibrasi 10 mL, dibuat sebanyak lima replikasi. Kemudian
ditambahkan air laut hingga tanda batas vial dan diperoleh variasi konsentrasi
yang berbeda yakni 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm. Perbedaan
konsentrasi yang digunakan bertujuan untuk melihat perbedaan toksisitas terhadap
larva dimana akan terbentuk hubungan bahwa semakin besar konsentrasi maka
semakin besar pula kematian larva. Vial-vial uji kemudian ditambahkan 1 tetes
makanan ragi, ditutup dengan plastik wrap dan diberi lubang, kemudian
diletakkan dibawah penerangan selama 24 jam, kemudian diamati jumlah larva
yang mati pada masing-masing vial. Dihitung nilai LC50 (Lethality Concentration
50%) dengan menggunakan metode Analisa Reed and Muench. LC50 adalah
konsentrasi yang menyebabkan kematian pada 50% hewan uji. Nilai LC50
diperoleh dari data pengujian yang dihitung berdasarkan metode analisis Reed and
Muench untuk memperoleh banyaknya larva yang mati dan larva yang hidup, dan
diperoleh % mortalitas pada masing-masing konsentrasi. Nilai konsentrasi
kemudian diubah menjadi log konsentrasi dan dihubungkan dengan % mortalitas.
54
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
1. Diperlukan pengujian-pengujian lebih lanjut tentang aktivitas senyawa
klorokalkon.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arianingrum, R., Arty, I., dan Sri Atun., 2011, Uji Sitotoksik Beberapa Senyawa
Mono Para Hidroksi Kalkon terhadap Cancer Cell Line T47D. Jurnal
Penelitian Saintek, 16(2) :121-132.
Arty, I. S., 2010, Synthesis and Citotoxicity Test of Several Compounds of Mono
Para Hidroxy Chalcone. Indo. J. Chem., 10(1) :110-115.
Atta, R., I. Choudhary, and W. Thomsen, 2001. Bioassay Techniques for Drug
Development. Harwood Academic Publis-hers. Amsterdam.
Belsare, D.P., Pal S.C., Kazi A.A., Kankate R.S., and Vanjari S.S., 2010,
Evaluation of Antioxidant Activity of Chalcones and Flavonoids, Journal
of ChemTech Research, 2(2) :1080-1089.
Davis, W.W and Stout, T.R. 1971, Disc Plate Methods of Microbiological
Antibiotic Assay. Journal Microbiology, 22(4).
Djajanegara I., dan Prio Wahyudi, 2009, Pemakaian Sel HeLa dalam Uji
Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Metanol Ekstrak Daun Annona
squamosal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 7(4) :7-11.
Eryanti, Y., Zamri, A., Jasril dan Rahmita, 2010, Sintesis Turunan 2’-Hidroksi
Kalkon melalui Kondensasi Claisen-Schmidt dan Uji Aktivitasnya sebagai
Antimikroba. Jurnal Natur Indonesia, 12(2) : 223-227.
Gandjar, Ibnu Golib dan Abdul Rohman., 2013. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Kealey, D and Haines, P.J. 2002. Instant Notes: Analytical Chemistry. BIOS
Scientific Publishers Limited. New York.
61
Lelani. 2014. Sintesis Dan Uji Toksisitas Senyawa Kalkon Turunan 2’-Hidroksi
Asetofenon. ). Skripsi. Universitas Riau, Pekanbaru
Meyer, B.N.R Ferrigni, J.E., Putnam L, B., Jacosen, D.E., Nicholas., and JL, Mc,
Laughin .1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active
Plant Constituens. Journal of Medical Plant Medica. 45: 31-34.
Molyneux, P., 2004, The Use of the Stabel Free Radical Diphenylpicrilhidrazil
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Journal Sci. Technol., 26(2)
:211-219.
Ningsih, Indah F., Balatif, Nur., dan Jasril. 2014. Sintesis Kalkon Turunan Piridin
dari Asetiltiopen dan Piridinkarbaldehid serta Uji Antioksidan
Menggunakan Metode DPPH. JOM FMIPA, 1(2) :105-111
Palleros, D.R., 2000, Experimental Organik Chemistry. John Willey and Sons.
New York.
Patil, C.B., Mahajan, S.K., dan Katti, S.A., 2009, Chalcone: A Versatile Molecule.
Journal of Pharmaceutical Science and Research. 1(2) :11-12.
Pavia, L.D., Lampman G.M., Kriz, G.S., Vyvyan, J.S., 2001, Introduction to
Spectroscopy 4th, Thompson Learning, Washington
Perdana, F., 2013, Sintesis dan Uji Toksisitas Beberapa Senyawa Analog Kalkon
Turunan Metoksi. Skripsi. Universitas Riau, Pekanbaru.
Pebrianti P., Prabowo W.C., Rijai. L., 2017 Aktivitas Antioksidan dan Tabir
Surya Ekstrak Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.). Proceedings of
62
Rumengan, Antonius P., 2010, Uji Larvasida Nyamuk (Aedes aegypti) dari
Ascidian (Didemnum molle). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 16(2) : 83-
86.
Smit, Frans J., and N’Da, David. 2014. Synthesis, in vitro antimalarial activity
and cytotoxicity of novel 4-aminoquinolinylchalcone amides. Jour. Med.
Chem. 22 (2014) 1128–1138.
Sridhar, S., Dinda, S.C., and Prasad, Y.R. 2011. Synthesis and Biological
Evaluation of Some New Chalcones Containing 2,5-Dimethylfuran
Moiety. E-Journal of Chemistry, 8(2) :541-546.
Tiwari, B., Pratapwar, A.S., Tapas , A.R.,Butle, S.R., & Vatkar, B.S. 2010.
Synthesis and Antimicrobial Activity 2-Acetyl Thiophene. E-Journal of
Chemisty, 7(2) :433-436.
Utami, W.W., Akhmad A.R., dan Malik A., 2016. Uji Aktivitas Larvasida Ekstrak
Daun Kepyar (Ricinus communis L.) Terhadap Larva Nyamuk Aedes
aegypti. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 3(1) :141-145.
Warren, S., 1995, Buku Kerja Untuk Sintesis Organik: Pendekatan Diskoneksi,
diterjemahkan oleh Reksohadiprodjo,S. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Williams, Dudley H., dan Flemming, I., 2010, Metode Spektroskopi dalam Kimia
Organik. EGC. Jakarta.
Winarsih, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan ke-5.
Kanisius. Yogyakarta.
Wingrove, A. S. & Caret, R. L., 1981, Organik Chemistry. Harper and Row
Publishers. New York.
63
LAMPIRAN
1. Senyawa 2’hidroksi-5’-kloro-4-metoksikalkon
1,22g
Rendemen = x x 100%
1,443g
= 84,54%
K S A K S A
K S A
2. Tabel Perhitungan Analisis Reed and Muench
K S
No Konsentrasi Log Jumlah Akumulasi Rasio Mortalitas
(ppm) konsentrasi
Mati Hidup Mati Hidup x: (x+y) (%)
1
A20 1,3 5 25 5 96 0,049 4,9%
2 40 1,6 9 21 14 71 0,164 16,4%
3 60 1,78 11 19 25 50 0,333 33,3%
4 80 1,9 13 17 38 31 0,55 55%
5 100 2 16 14 54 14 0,794 79,4%
Keterangan:
x : nilai akumulasi larva Artemia salina yang mati
y : nilai akumulasi larva Artemia salina yang hidup
64
LC50 = antilog y
= antilog 1,85
= 75.07 ppm
3. Tabel data antioksidan
Absorbansi Aktivitas
Konsentrasi
No Antioksidan
(ppm) Blanko 1 2 3 𝑥 (%)
1 10 0,406 0,401 0,393 0,400 20,95
2 20 0,366 0,367 0,362 0,365 27,87
3 30 0,506 0,310 0,311 0,309 0,310 38,73
4 40 0,273 0,275 0,276 0,275 45,65
5 50 0,237 0,243 0,244 0,241 52,37
y = a + bx
y = 12,93 + 0,806x
50 = 12,93 + 0,806x
50−12.93
IC50 =
0,806
= 45,99 ppm