Oleh:
USWATUN HASANAH MUSA
NIM. Q1A1 18 029
SKRIPSI
Oleh:
USWATUN HASANAH MUSA
NIM. Q1A1 18 029
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2022
iii
PERNYATAAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui;
Pembimbing II
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Sri Wahyuni, M.Si RH. Fitri Faradilla, S.TP., M.Sc.,Ph. D
NIP. 19680530 199303 2 001 NIP. 19880610 201504 2 003
Mengetahui,
Ketua Jurusan/Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
karena atas izin dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan hasil
penelitian ini. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi
rahmat bagi semesta alam. Penelitian ini berjudul “Analisis Organoleptik dan
Fisikokimia Cake Berbasis Tepung Beras Putih (Oryza sativa L.) Kultivar
Wakacinda Termodifikasi” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik dari segi psikologis
maupun materi hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Oleh karena itu, melalui
Drs.Musa serta saudara penulis Musril Hakim Musa, SP., MP, Laylatul
Qodriyah Musa, Ummi Aisyah Musa dan Ulil Aulia Musa atas segala perhatian,
kasih sayang, doa, serta dukungan yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup
setinggi-tingginya kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Wahyuni, M.Si. selaku
pembimbing I dan Ibu R.H. Fitri Faradilla, S.T.P., M.Sc., Ph.D., selaku
v
pembimbing II yang telah banyak membantu baik secara moral maupun bimbingan,
saran, kritik, nasehat yang diberikan, serta permohonan maaf atas segala kesalahan
penulis baik sengaja maupun tidak disengaja mulai awal sampai akhir
pembimbingan.
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Sc. selaku Rektor
2. Bapak Prof. Dr. Ir. R. Marsuki Iswandi, M.Si selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo, beserta Wakil Dekan I Prof. Ir. H. Andi
Khaeruni R., M.Si, Wakil dekan II Dr. Awwaluddin Hamzah, S.P., M.Si
3. Bapak Dr. Nur Asyik, S.P., M.Si, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Ilmu
4. Kepada Tim Penguji bapak Prof. Dr. Ir. H. Andi Khaeruni R., M.Si, selaku
ketua penguji, bapak Dr. Nur Asyik, S.P., M.Si selaku sekretaris dan ibu Dr.
Ir. Asnani, M.Si selaku anggota penguji yang telah memberikan saran,
5. Seluruh dosen dan staf lingkup Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
yang membantu penulis dalam urusan surat menyurat selama masa Pendidikan
vi
7. Ibu dan Ayahanda tercinta, tersayang dan terbaik sepanjang masa, Ibu Hasriah
sarjana. Tak ada kalimat yang mampu menjelaskan betapa beruntung dan
Taswin, Wa Ode Putri Sri Darmayanti, Yusfira, Fadilah Amliah dan Nia
Damayanti yang sudah mau berjuang bersama hingga sampai di tahap ini.
Terima kasih karena telah menjadi bagian dari ketidakstabilan emosional yang
9. Kakak ruang lingkup Lab Ilmu Teknologi Pangan Kak Dwi Sandi,S.T.P yang
studi
10. Kakak ruang lingkup Lab Ilmu Teknologi Pangan Kak Andi Dahlan, S.T.P.,
M.Si, Kak Al Fata, S.T.P dan Kak Hiyati, S.T.P yang banyak membantu selama
11. Teman SMA penulis: Annisa Wayyu Zahari, Sitti Rahmasari Ramli, Novalya
12. Kakak penulis satu-satunya yang paling tersayang Musril Hakim Musa, SP.,
MP, yang sudah sangat baik dan pengertian kepada penulis, selalu memberikan
bantuannya baik dari segi moril terlebih dalam segi materil (memberikan uang
vii
dan kuota internet) serta tidak pernah membebani penulis dengan pertanyaan
“kapan wisuda”.
13. Paman penulis Drs. Mustafa, M.Hum dan istri ibu Amri Jana, S.Pd yang sudah
menjadi wali penulis serta memberikan banyak nasehat kepada penulis selama
masa-masa perkuliahan
14. Sepupu penulis Arman (bapaknya dinda/nadira/ica) dan Istri yang sudah
menjadi wali sekaligus tetangga yang baik hati pada penulis selama tinggal di
kota Kendari
15. Sepupu penulis Musrijan dan Istri (Kak Aulia Indah Hapsari), Isra Fahriyani,
S. AB dan Irma Fajriati yang sudah sangat baik kepada penulis selama berada
di kota Kendari
16. Saudara sepupu Surrohma Mato, ST dan suami Firdaus, A.Md. Kom yang
sudah menjadi wali penulis selama menimba ilmu di bangku perkuliahan serta
rumah.
17. Kakak via online Hayul A.Wahab, S. Pd yang sudah senantiasa menemani dan
penelitian yang penuh dengan suka dan duka serta selalu menjadi tempat yang
dapat memberikan saran dan solusi kepada penulis dalam menghadapi segala
situasi
19. Semua orang baik yang pernah penulis temui dan tidak dapat disebutkan
viii
20. Kesayangan penulis lee jong suk, song jong ki, park hyun sik, kim soo hyun,
park seo joon, lee joon gi, lee min ho, kim seon ho, yang sudah senantiasa
menjadi obat sakit kepala penulis (stress) dalam mengerjakan tugas akhir
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terutama dalam perkembangan Ilmu dan
Penulis
ix
RIWAYAT HIDUP
Tengah pada tahun 2012 dan lulus pada tahun 2015. Penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Baubau pada tahun 2015 dan lulus pada tahun 2018.
Kemudian pada tahun 2018, penulis diterima menjadi Mahasiswa Jurusan Ilmu dan
pernah diraih penulis selama masa studi, yaitu Serifikat sebagai peserta Program
Mahasiswa Wirausaha yang diselenggarakan oleh UPT PK2M UHO tahun 2019
dan Sertifikat sebagai panitia pada kegiatan Expo dan Seminar Kewirausahaan
x
ABSTRAK
xi
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of the use of modified
Wakacinda white rice flour on the organoleptic and physicochemical
characteristics of cake. This study used a Complete Randomized Design (RAL)
consisting of 4 treatments, namely C1 (white rice flour without modification), C2
(white rice flour modified crude enzyme amylase), C3 (modified white rice flour
BAL SBM 4A), C4 (modified white rice flour BAL SBM. 3D). The result of the
observation was analyzed with ANOVA fingerprints. If the analysis shows F
Calculate > F Table (α= 0.05) then continued the follow-up test of Duncan's
Multiple Range Test (DMRT) with a confidence level of 95%. Physicochemical
analysis with T-test. The results showed that the use of modified white rice flour
had a significant effect on the parameters of aroma and taste, had a very real effect
on texture and had an unreal effect on color. Selected cake treatment was obtained
on C4 (modified white rice flour BAL SBM 3D) with a hedonic scale of color (like),
aroma (very like), texture (very like) and taste (like), descriptive color (slightly
brownish yellow), aroma (white rice is rather strong), texture (very soft) and taste
(white rice is a bit strong). The physical properties of the cake are the degree of
development, porosity, density of kamba and hardness of texture (hardness)
respectively of 139.12%, 0.44mm2, 0.38 g/mL,1.23 kg/m2. The nutritional value of
cake includes water, ash, protein, fat and carbohirat content, respectively, namely
17.23%bb, 0.88 %bb, 5.88%bb, 21.70%bb and 52.00%bb.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul .................................................................................................. iii
Halaman Judul ..................................................................................................... iii
Halaman Pernyataan ........................................................................................... iii
Halaman Pengesahan ........................................................................................... iv
Ucapan Terima Kasih ........................................................................................... v
Riwayat Hidup....................................................................................................... x
Abstrak .................................................................................................................. xi
Abstract ................................................................................................................. xii
Daftar Isi ............................................................................................................. xiii
Daftar Tabel ......................................................................................................... xv
Daftar Gambar ................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5
2.1. Deskripsi Teori .............................................................................................. 5
2.1.1. Beras putih (Oryza sativa L.) ................................................................... 5
2.1.2. Tepung Beras ............................................................................................ 7
2.1.3. Pati Beras .................................................................................................. 8
2.1.4. Fermentasi .............................................................................................. 13
2.1.5. Crude Enzyme Amylase Kapang Tempe (R. oligosporus) ..................... 15
2.1.6. Bakeri Asam Laktat Isolat SBM.4A ...................................................... 18
2.1.7. Bakeri Asam Laktat Isolat SBM.3D....................................................... 20
2.1.8. Cake ........................................................................................................ 23
2.1.9. Kriteria Mutu Cake ................................................................................ 24
2.1.10. Karakteristik Organoleptik ................................................................... 25
2.2. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................ 27
2.3. Hipotesis ...................................................................................................... 29
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 30
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 30
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................ 30
3.3. Rancangan Penelitian................................................................................... 31
3.4. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 33
3.4.1 Pembuatan Tepung Beras Putih .............................................................. 33
3.4.1.1. Pembuatan Tepung Beras Putih Tanpa Modifikasi .......................... 33
3.4.1.2.Pembuatan Tepung Beras Putih Modifikasi crude enzyme amylase . 34
3.4.1.3. Pembuatan Tepung Beras Putih Modifikasi BAL SBM.4A dan BAL
SBM.3D ................................................................................................ 37
3.4.2. Pembuatan Cake ..................................................................................... 40
xiii
3.4.3. Uji Organoleptik Cake Tepung Beras Putih Termodifikasi .................... 40
3.4.4. Uji Fisikokimia Cake Tepung Beras Putih Termodifikasi ...................... 40
3.4.4.1. Analisis Daya Pengembangan ........................................................... 40
3.4.4.2. Analisis Porositas .............................................................................. 42
3.4.4.3. Densitas Kamba ................................................................................ 41
3.4.4.4. Kekerasan Tekstur (Hardness) ......................................................... 42
3.4.5. Analisis Proksimat Cake Tepung Beras Putih Termodifikasi................. 43
3.5. Variabel Pengamatan ................................................................................... 45
3.6. Analisis Data ................................................................................................ 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 47
4.1. Hasil ............................................................................................................. 47
4.1.1. Nilai Organoleptik Skala Hedonik dan Deskriptif ................................. 47
4.1.1.1. Nilai Organoleptik Hedonik Cake .................................................... 47
4.1.1.2. Nilai Organoleptik Deskriptif Cake .................................................. 48
4.1.1.3. Uji Organoleptik Hedonik dan Deskriptif Cake Beras Putih
Wakacinda Perlakuan Kontrol dan Terpilih .................................... 51
4.1.1.4. Uji Fisik Cake Perlakuan Kontrol dan Terpilih ................................ 52
4.1.1.5. Nilai Proksimat Cake Perlakuan Kontrol dan Terpilih ..................... 54
4.2. Pembahasan ................................................................................................. 56
4.2.1. Uji organoleptik ...................................................................................... 56
4.2.1.1. Warna ................................................................................................ 56
4.2.1.2. Aroma ............................................................................................... 58
4.2.1.3. Tekstur .............................................................................................. 61
4.2.1.4. Rasa ................................................................................................... 64
4.2.2. Sifat Fisik Cake Perlakuan Kontrol dan Terpilih ................................... 67
4.2.2.1. Derajat Pengembangan ..................................................................... 67
4.2.2.2. Densitas Kamba ................................................................................ 69
4.2.2.3. Porositas ............................................................................................ 70
4.2.2.4. Uji Kekerasan Tekstur (Hardness) .................................................. 72
4.2.3. Analisis Proksimat Cake Perlakuan Kontrol dan Terpilih ..................... 75
4.2.3.1. Kadar Air .......................................................................................... 74
4.2.3.2. Kadar Abu ......................................................................................... 76
4.2.3.3. Kadar Protein .................................................................................... 78
4.2.3.4. Kadar Lemak ..................................................................................... 79
4.2.3.5. Kadar Karbohidrat............................................................................. 81
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 84
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 84
5.2. Saran .......................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
LAMPIRAN ......................................................................................................... 98
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvii
22a. Hasil Uji Derajat Pengembangan Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 128
22b. Hasil Analisis Uji T Derajat Pengembangan Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 129
23a. Hasil Uji Porositas Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 130
23b. Hasil Analisis Uji T Porositas Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 132
24a. Hasil Uji Densitas Kamba Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 133
24b. Hasil Analisis Uji T Densitas Kamba Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 134
25a. Hasil Uji Kekuatan Tekstur (Hardness) Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 135
25b. hasil analisis Uji T Kekuatan Tekstur (Hardness) Cake Tepung Beras
Putih Perlakuan Terpilih dan Kontrol ....................................................... 136
26a. Penentuan Hasil Kadar Air Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ............................................................... 137
26b. Hasil Analisis Uji T Kadar Air Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 138
27a. Penentuan Hasil Kadar Abu Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ............................................................... 139
27b. Hasil Analisis Uji T Kadar Abu Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 140
28a. Penentuan Hasil Kadar Lemak Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 141
28b. Hasil Analisis Uji T Kadar Lemak Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 142
29a. Penentuan Hasil Protein Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 143
29b. Hasil Analisis Uji T Protein Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ................................................................ 144
29c. Hasil Analisis Uji Protein Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ............................................................... 145
30a. Penentuan Hasil Karbohidrat Cake Tepung Beras Putih
xviii
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ............................................................... 146
30b. Hasil Analisis Uji T Karbohidrat Cake Tepung Beras Putih
Perlakuan Terpilih dan Kontrol ............................................................... 147
31. Dokumentasi Penelitian ..................................................................................... 148
xix
1
I. PENDAHULUAN
pokok sehari-hari. Produksi beras pada 2021 untuk konsumsi pangan diperkirakan
sebesar 31,69 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 351,71 ribu ton atau 1,12
persen dibandingkan produksi beras tahun 2020 sebesar 31,33 juta ton (BPS, 2021).
Kandungan beras mencukupi 63% dari total kebutuhan energi dan 37% protein
(Abas dan Noer, 2019). Berdasarkan warna beras terdiri dari beberapa jenis beras
yaitu beras putih, beras hitam, beras coklat, beras merah (Raksananda, 2019).
Beras putih (Oryza sativa L.) kultivar Wakacinda merupakan salah satu
varietas padi ladang (gogo) lokal yang berasal dari Kabupaten Buton Utara,
Sulawesi Tenggara. Varietas lain yang saat ini dibudidayakan dan sudah
didaftarkan sebagai varietas lokal oleh BPTP antara lain wakawondu, paewakombe,
Selain dikomsumsi sebagai nasi, beras juga bisa diolah menjadi tepung
beras. Namun, pemanfaatan tepung beras sebagai bahan baku pembuatan berbagai
mempunyai tekstur yang sedikit kasar dan kandungan protein yang rendah yaitu 7-
9% per 100 g (Indriyani et al., 2013). Selain itu, ukuran granula pati beras lebih
kecil (3-8 μm) dibandingkan dengan ukuran granula pati lainnya sehingga kekuatan
(Chaplin, 2002). Untuk memperbaiki karakteristik tepung beras yaitu salah satunya
dengan metode modifikasi. Oleh karena itu dilakukan modifikasi pati dengan cara
fermentasi menggunakan crude enzyme amylase yang diisolasi dari kapang tempe
(Rhyzopus oligosporus) dan bakteri asam laktat (BAL) sebagai alternatif yang
Wakacinda.
dilakukan oleh Bella (2021), hasil optimal diperoleh pada lama inkubasi 24 jam
dengan nilai aktivitas enzim sebesar 2,47 U/mL menghasilkan tepung beras dengan
10,64 cP, swelling power 18,53 (g/g) dibandingkan swelling power tepung beras
kontrol 10,46 (g/g), IKA) sebesar 15,87 (g/g) dibandingkan IKA tepung beras
pada lama inkubasi 48 jam dengan konsentrasi BAL OD 0,50 menghasilkan tepung
beras dengan nilai viskositas 26,18 cP dibandingkan viskositas tepung beras kontrol
19,71 cP, swelling power 12,29 g/g dibandingkan swelling power tepung beras
kontrol 7,34 cP, IKA 11,02 % dibandingkan IKA tepung beras kontrol 6,80 cP.
tepung beras putih Wakacinda menggunakan BAL SBM.3D diperoleh hasil optimal
pada lama inkubasi 48 jam dengan konsentrasi BAL OD 0,75 menghasilkan tepung
beras dengan nilai viskositas sebesar 32,83 cP dibandingkan viskositas tepung beras
3
kontrol 19,71 cP., swelling power 12,20 g/g dibandingkan nilai swelling power
tepung beras kontrol 7,34 g/g dan IKA 10,28 % dibandingkan IKA tepung beras
kontrol 6,80%.
penelitian lanjut yaitu pengaplikasian dari tepung beras putih kultivar Wakacinda
termodifikasi crude enzyme amylase yang diisolasi dari kapang tempe (Rhyzopus
oligosporus) yang telah diteliti oleh Bella (2021), termodifikasi BAL SBM.4A yang
telah diteliti oleh Wurara (2020) dan BAL SBM.3D yang telah diteliti oleh Ahmad
organoleptik dan fisikokimia yang lebih baik pada cake yang berbahan dasar tepung
beras putih.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
termodifikasi crude enzyme amylase, BAL SBM.4A dan BAL SBM.3D terhadap
Padi (Oryza sativa L.) memiliki bentuk dan warna yang beragam, baik
orang Indonesia dan beberapa negara lain (Adnan et al., 2013). Di Indonesia,
terdapat beras dengan bermacam-macam warna antara lain beras putih (Oryza
sativa L.), beras hitam (Oryza sativa L. Indica), dan beras merah (Oryza nivara).
Sampai saat ini, beras berwarna putih masih mendapat perhatian lebih dibandingkan
beras dengan warna yang lain (Suliartini et al., 2011). Beras putih kultivar
Beras putih (Oryza sativa L.) merupakan bahan makanan pokok sebagian
pokok yang diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras
6
putih memiliki kandungan gizi yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, air,
besi, magnesium, phosphor, potassium, seng, vitamin B1, B2, B3, B6, B9 dan serat.
(Utama dan Zulman, 2015). Beras putih memiliki kandungan serat yang paling
rendah, baik beras putih organik (0,5746 % b/b) maupun beras putih non organik
(0,4021% b/b). Beras putih mempunyai sedikit kandungan aleuron dan kandungan
amilosa umumnya sekitar 20% (Hernawan dan Meylani, 2016). Komposisi kimia
Salah satu bentuk hasil pengolahan beras adalah bentuk tepung beras.
Manfaat pengolahan beras menjadi tepung yaitu lebih tahan disimpan, lebih mudah
dalam pengemasan dan pengangkutan, dan lebih praktis untuk diversifikasi produk
olahan. Pembuatan tepung beras secara konvensional dan modern tidak jauh
berbeda, dengan tahapan meliputi dibersihkan dari kotoran, dicuci dan direndam
dalam air, ditiriskan, digiling dan dikeringkan sampai kadar air di bawah 14%
(BSN, 2009).
Berikut komposisi zat gizi dan syarat mutu tepung beras per 100 g dapat
ikatan antara molekul glukosa melalui oksigen pada atom karbon pertama. Pati
9
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu amilosa dan amilopektin. Pati berperan
dikenal sebagai gula pasir. Contoh monosakarida adalah glukosa, fruktosa dan
dikenal dengan sebutan gula pasir. Contoh disakarida lainnya adalah laktosa atau
gula susu yang terdiri atas glukosa dan galaktosa. Oligosakarida merupakan sebutan
untuk karbohidrat yang dibentuk dari beberapa (biasanya 2-10) unit monosakarida
(oligo = sedikit). Oleh karena itu disakarida juga termasuk dalam golongan
sering digambarkan sebagai rantai Panjang yang tersusun atas monosakarida yang
sirup dan pemanis buatan seperti sakarin, pati juga digunakan sebagai bahan utama
(Nangin dan Aji, 2015). Dalam bidang non makanan, pati digunakan untuk bahan
10
baku dalam proses pembuatan kertas, pakaian dari katun, industri cat, maupun
karbohidrat seperti sagu, singkong, jagung, gandum, beras dan ubi jalar. Pati juga
dapat diperoleh dari hasil ekstraksi biji buah-buahan seperti pada biji nangka, biji
alpukat, dan biji durian (Cornelia et al., 2013). Ekstraksi pati merupakan proses
untuk mendapatkan pati dari suatu tanaman dengan cara memisahkan pati dari
komponen lainnya yang terdapat pada tanaman tersebut. Pati merupakan komponen
yang penting dalam bahan makanan karena mempunyai sifat fungsional yang baik.
Jenis pati yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda dalam pengolahan bahan
makanan tersebut. Sifat sifat ini dapat diaplikasikan pada pengolahan pangan untuk
dan estetika. Sifat thickening (mengentalkan) dan gelling (pembentuk gel) dari pati
merupakan sifat yang penting dan dapat memberikan karakteristik sensori produk
ketan hitam, beras ketan putih, gandum, barley dan lain-lain. Perbedaan sumber pati
serealia menghasilkan sifat pati yang berbeda pula. Perbedaan sifat ini disebabkan
oleh rasio amilosa dan amilopektin. Beras putih yang biasa dikonsumsi masyarakat
amilopektinnya, sehingga memberikan sifat pera dan kering (Refdi dan Fajri, 2017).
Karbohidrat utama dalam beras adalah pati dan hanya sebagian kecil pentosan,
selulosa, hemiselulosa, dan gula. Pati beras berkisar antara 85–90 % dari berat
11
kering beras. Kandungan pentosan berkisar antara 2–2,5 % dan gula 0,6–1,4 % dari
beras pecah kulit (Winarno, 1997). Pati tersusun atas dua jenis polisakarida yaitu
amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa pada beberapa pati sumber bahan
pangan yaitu tapioka 17%, kentang 21%, beras 28,60%, beras dengan kadar amilosa
rendah 2,32%, gandum 28%, barley 25,30%, barley kaya amilosa 44,10%, oat
29,40%, maizena 28,70%, dan maizena kaya amilosa 67,80% (Eliasson, 1996).
Struktur granula pati, amilosa dan amilopektin tersusun dalam suatu cincin-
cincin. Jumlah cincin dalam suatu granula pati kurang lebih 16 buah, yang terdiri
atas cincin lapisan amorf dan cincin lapisan semikristal (Hustiany, 2006). Amilosa
merupakan fraksi gerak, yang artinya dalam granula pati letaknya tidak pada satu
tempat, tetapi bergantung pada jenis pati. Umumnya amilosa terletak diantara
amorf dan kristal (Oates, 1997). Ketika dipanaskan dalam air, amilopektin akan
membentuk lapisan yang transparan, yaitu larutan dengan viskositas tinggi dan
terjadi retrogradasi dan tidak membentuk gel, kecuali pada konsentrasi tinggi
yang tidak lengket, dapat mengembang dan akan mengeras setelah dingin. Beras
yang mengandung amilosa rendah setelah dimasak menghasilkan nasi yang lengket,
1995). Struktur rantai amilosa dan amilopektin dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.
12
makanan sarapan dan makanan selingan karena sifat gelnya yang lunak. Pembuatan
roti dari tepung beras atau campuran tepung beras dan terigu (30:70) menggunakan
beras dengan kadar amilosa rendah, suhu gelatinisasi rendah dan viskositas gel yang
rendah akan menghasilkan roti yang baik. Beras yang mengandung kadar amilosa
sedang sampai tinggi (20-27%) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
beras pratanak dalam kaleng dan sup nasi dalam kaleng. Beras beramilosa tinggi
dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bihun. Beras jenis ini mempunyai
stabilitas dan daya tahan untuk tetap utuh dalam pemanasan tinggi, serta
13
mempunyai sifat retrogradasi yang kuat, sehingga setelah dingin pasta yang
terbentuk menjadi kuat, serta tidak mudah hancur atau remuk (Indrasari et al.,
2009).
2.1.4. Fermentasi
molekul organik kompleks, seperti protein, karbohidrat dan lemak yang mengubah
larut dan kecernaan tinggi. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikrob
penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai (Hidayat et al., 2006).
dibedakan atas dua jenis, yakni fermentasi spontan dan fermentasi tidak spontan.
starter, mikrob yang tumbuh terdapat secara alami pada medium dan medium
tumbuh dengan baik (Rustan dan Reskia, 2013). Fermentasi tidak spontan adalah
fermentasi yang berlangsung dengan penambahan starter atau ragi misalnya tempe,
senyawa organik atau sumber karbon yang berguna untuk memperoleh energi dan
Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang menghasilkan asam laktat
sebagai produk utama dari fermentasi karbohidrat atau gula. Sumber karbon dalam
14
ditunjukkan oleh penelitian Tandrianto et al. (2014) dimana tepung yang telah
mengalami kenaikan kadar protein, ini disebabkan karena karena selama fermentasi
Adanya kenaikan kadar protein diperoleh dari aktivitas enzim protease yang
dihasilkan oleh mikroba yang ada dalam proses fermentasi. Lamanya waktu
sehingga membuat kadar protein terlarut juga meningkat. Faktor yang sangat
bakteri asam laktat, semakin tinggi tingkat konsentrasi mikroba yang ditambahkan
maka semakin meningkatkan total bakteri asam laktat yang dihasilkan (Yunus dan
Zubaidah, 2015). Selain itu lama fermentasi menjadi faktor penting untuk
menentukan waktu yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh bakteri asam
biokimia. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat
oleh kelompok bakteri, kapang maupun khamir (Imas, 2009). Amilase dapat
2005).
yang merupakan salah satu jamur yang dapat menghasilkan enzim α-amilase
berperan sebagai pengepak butiran kacang kedelai menjadi bentuk padat dengan
anyaman miselium. Produksi enzim amilase dipengaruhi oleh nilai pH, dimana
produksi enzim amilase pada R. oligosporus terbaik pada nilai pH 6-7 (Kanti,
2017). Nilai aktivitas enzim amilase tertinggi yaitu pada suhu 30 oC dengan nilai
pH 6-7 (Suarni dan Patong, 2010). Kapang tempe (R. oligosporus) mempunyai
tersebut dapat diekstraksi dan digunakan untuk memodifikasi beras putih kultivar
Wakacinda.
menghilangkan bahan-bahan terlarut dari bahan baku, (2) mengisolasi produk dari
larutan encer yang dihasilkan untuk menghasilkan lebih larutan pekat, (3)
memurnikan produk, menghilangkan spesies lain yang mungkin mirip, dan (4)
pemurnian akhir (Murni et al., 2011). Isolasi enzim sangat erat berhubungan dengan
16
isolasi protein. Dasar dari pemisahan ini adalah memisahkan protein dari semua
protein lain yang tidak diperlukan yang semuanya berada pada material yang sama
(Budiman, 2011). Adapun cara yang umum digunakan untuk isolasi adalah cara
suspensi. Cara suspensi maksudnya adalah sampel mikroba yang telah diambil,
dibuat suspensi baru kemudian suspensi itu ditumbuhkan pada media agar tertentu.
Cara ini bertujuan agar pertumbuhan mikroba dari sampel pada saat ditumbuhkan
menggunakan media yang tepat, misal: Nutrient Agar untuk bakteri dan Potato
Dextrose Agar untuk mengisolasi khamir dan kapang. Setiap pertumbuhan koloni
yang menunjukkan kenampakan berbeda harus ditumbuhkan ulang pada media agar
baru dan dilakukan isolasi kembali (reisolasi). Isolasi adalah proses atau kegiatan
enzim dari kapang tempe yaitu; sebelum mengisolasi enzim, peralatan yang akan
dahulu agar tidak terjadi kontaminasi; waktu optimum yang diperlukan untuk
dalam media PDB serta isolat yang dimasukkan ke dalam media PDB di shaker
sehingga permukaan lebih halus dibanding tepung tanpa reaksi enzimatik granula
17
pati agak keras sehingga permukaan agak kasar (Bella, 2021). Nilai viskositas
tepung tanpa perlakuan memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan tanpa
penambahan perlakuan aktifitas enzim. Hal ini disebabkan nilai aktivitas tanpa
mendegradasi pati lebih besar. Semakin lama waktu inkubasi dan semakin besar
nilai aktivitas enzim, maka nilai viskositas tepung beras putih Wakacinda hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2020) bahwa swelling power tepung beras
beras putih yang dibuat tanpa perlakuan fermentasi. Peningkatan nilai swelling
power terjadi karena enzim amilase yang dihasilkan oleh BAL pada saat fermentasi
pengeringan tepung beras putih sehingga pada saat pemanasan, air yang terikat pada
proses rehidrasi semakin banyak. Hal ini menyebabkan granula pati semakin
terjadinya peningkatan nilai swelling power tepung beras putih termodifikasi crude
tepung beras putih kultivar Wakacinda termodifkasi memiliki bentuk gel lebih
kental dibandingkan gelasi pada tepung beras putih kultivar Wakacinda tanpa
18
reaksi enzimatik menggunakan crude enzim amylase dapat dilihat pada Gambar 4.
(a) (b)
Sumber: Bella (2021)
Gambar 4. Gelling properties (a) tanpa reaksi enzimatik (kontrol),
U/mL)
bentuk gel. Pada Gambar (b) tepung beras putih kultivar Wakacinda dengan
yang lebih kental bila dibandingkan dengan tepung beras putih kultivar Wakacinda
berwarna ungu atau biru gelap pada pengujian pewarnaan Gram dan diperkuat
adanya gelebung gas setelah direaksikan dengan larutan H2O2 sehingga bersifat
19
bulat (coccus) setelah diamati dibawah mikroskop dan bersifat anaerob fakultatif).
BAL SBM.4A dipilih sebagai agensia probiotik karena kemampuan degradasi pati
dan kasein yang cukup besar, serta memiliki kemampuan tumbuh dan bertahan
pada pH rendah yaitu pH 2 dengan jumlah koloni 9,6989 Log CFU/mL, yang
berarti BAL SBM.4A akan mampu melewati lambung yang menghasilkan asam
sehingga mampu sampai pada usus bagian bawah untuk dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen (Adnan, 2018). Isolat bakteri asam laktat SBM.4A
diaplikasikan dalam pembuatan tepung beras putih kultivar Wakacinda dengan cara
karakteristik tepung beras putih dan telah diteliti oleh Wurara (2020).
power yakni 12,29 g/g dan nilai viskositas pada perlakuan lama fermentasi 48 jam
yaitu 26,95 cP. Selain itu, gel yang terbentuk pada tepung beras putih dengan
perlakuan modifikasi lebih kental dan berwarna putih cerah dibandingkan dengan
(a) (b)
Sumber: Wurara (2020)
Gambar 5. Gelling properties (a) tanpa perlakuan modifikasi
(kontrol), (b) tepung beras putih Wakacinda perlakuan
terpilih (fermentasi 48 jam, konsentrasi BAL OD 0,50)
bentuk gel. Pada Gambar (b) tepung beras putih kultivar Wakacinda dengan dengan
yang lebih kental dan cerah bila dibandingkan dengan tepung beras putih tanpa
asam laktat merupakan bakteri Gram-positif, batang atau kokus yang tunggal,
berpasangan atau rantai tidak berspora, terkadang membentuk segi empat, katalase
negatif, toleran terhadap asam dan anaerob fakultatif (Mozzi et al., 2010). Bakteri
asam laktat mempunyai peranan esensial hampir dalam semua proses fermentasi
makanan dan minuman. Peran utamanya adalah untuk pengasaman bahan mentah
21
dengan memproduksi sebagian besar asam laktat, sebagian kecil asam asetat,
dikenal sebagai bakteri asam laktat amilolitik. Aktivitas BAL pada fermentasi
memproduksi asam laktat, enzim spesifik dan senyawa aromatik (Camargo et al.,
secara langsung menjadi asam laktat. Hal ini disebabkan fermentasi dengan BAL
amilolitik akan menggabungkan dua proses yaitu hidrolisis enzimatis substrat pati
sekaligus fermentasi yang memanfaatkan gula yang dihasilkan menjadi asam laktat
terimbibisi dalam tepung, dan ketika tepung tersebut diolah akan dapat
menghasilkan aroma dan citra rasa khas (Pusparani dan Yuwono, 2014). Hal ini
juga akan menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa
naiknya viskositas, swelling power, dan indeks kelarutan dalam air (IKA) (Subagio,
2006).
Adnan (2018) melaporkan bahwa hasil pada uji pewarnaan Gram dan Uji reaksi
22
Gram (Uji KOH) menyatakan Bahwa isolat SBM.3D bereaksi positif terhadap uji
Pewarnaan Gram yang ditandai dengan hasil pewarnaan yang berwarna biru gelap
atau ungu, hal ini menunjukkan bahwa BAL yang dihasilkan dari proses fermentasi
air cucian beras merah merupakan kelompok bakteri Gram positif. Sedangkan pada
uji Gram isolat BAL SBM.3D bereaksi negatif terhadap uji Gram yang ditandai
dengan tidak terbentuknya lendir pada koloni bakteri, hal ini menunjukkan bahwa
BAL yang dihasilkan dari proses fermentasi air cucian beras merah merupakan
beras putih kultivar Wakacinda dengan cara modifikasi melalui proses fermentasi
sebagai upaya untuk memperbaiki karakteristik tepung beras putih dan telah diteliti
oleh Ahmad (2020). Perubahan karakteristik fisikokimia dari tepung beras putih
swelling power yakni 12,20 g/g dan nilai viskositas pada perlakuan lama fermentasi
48 jam yaitu 32,83 cP. Selain itu, gel yang terbentuk pada tepung beras putih dengan
perlakuan modifikasi lebih kental dan berwarna putih cerah dibandingkan dengan
(a) (b)
Sumber: Ahmad (2020)
visual, pada lama fermentasi 48 jam dengan OD 0,75 karakter gel yang terbentuk
2.1.8. Cake
Cake merupakan jenis kue modern yang digemari oleh masyarakat karena
menarik. Bahan dasar dalam pembuatan cake adalah tepung, gula, lemak dan telur,
dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan pada jumlah penggunaan lemak, yaitu
pound cake, sponge cake (foam cake) dan chiffon cake. Pound cake mempunyai
volume yang cukup padat, rasa yang enak, manis, lezat dan mengenyangkan, aroma
lebih harum dan warna yang cukup cerah, foam type cake terbuat dari kombinasi
telur dan udara tanpa penggunaan butter, salah satu jenis foam type cake yaitu
sponge cake atau foam cake dengan teknik pembuatannya yaitu sponge method,
24
yang sangat bergantung dari hasil pengocokan telur, berbasis pada pengembangan
akan terus mengembang bila dipanggang didalam oven (Rahayu dan Farida, 2010).
Cake merupakan jenis kue modern yang banyak disukai karena rasanya
yang manis, tampilan menarik, dan bercita rasa tinggi. Kue yang menarik umumnya
memiliki warna cerah (bloom), volume tidak terlalu besar/tidak terlalu kecil, tekstur
lembut dan halus, beraroma sedap dan dapat membangkitkan selera (Ekayani,
2011). Sebagian besar cake yang dijual memiliki tekstur keras, kasar, beremah,
warna pucat, dan kurang beraroma. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti komposisi bahan yang kurang tepat, takaran yang keliru, salah
mencampurkan bahan yang satu dengan yang lain, walaupun prosedur yang
digunakan sudah tepat. Cake dapat dibuat dengan berbagai variasi baik dari segi
bentuk, bahan isi maupun penyajiannya. Formulasi yang tepat akan menghasilkan
cake yang baik, hal ini tergantung bahan-bahan, komposisi yang digunakan dalam
Penilaian cake merupakan suatu cara untuk menilai kualitas cake yang baik.
apabila semua sisi dari cake tersebut sama dan tidak memiliki bentuk; 2) Bloom
(cerah), warna cake cerah; 3) Volume, cake yang baik bervolume sedang, sehingga
susunan cake terlihat baik; 4) Susunan cake sempurna, tidak menggumpal, tidak
25
kasar, permukaannya halus dan lembut; 5) Rasa manis; dan 6) Aroma berbau harum
(Ekayani, 2011).
berdasarkan sifat - sifat dari produk. Uji organoleptik menyangkut rasa, aroma,
tekstur dan warna (Tarwendah, 2017). Uji organoleptik merupakan cara penilaian
dengan menggunakan indera manusia. Indera yang memiliki peran dalam uji
a. Warna
mutu serta mempunyai daya tarik untuk konsumen, sehingga konsumen dapat
memberi kesan suka atau tidak suka dengan cepat (Winarno, 2004). Suatu bahan
pangan yang dinilai enak dan teksturnya baik tidak akan dimakan apabila memiliki
warna yang kurang sedap dipandang atau telah menyimpang dari warna yang
seharusnya. Penentuan mutu suatu bahan pangan tergantung dari beberapa faktor,
tetapi sebelum faktor lain diperhatikan secara visual faktor warna tampil lebih dulu
b. Aroma
tercium oleh saraf-saraf yang berada dalam rongga hidung ketika makanan masuk
26
ke dalam mulut, aroma menentukan kelezatan bahan makanan. Bau yang dihasilkan
dari makanan banyak menentukan kelezatan bahan pangan tersebut. Dalam hal bau
lebih banyak sangkut pautnya dengan panca indera penciuman (Winarno, 2004).
Dalam industri pangan pengujian aroma dan bau dianggap sebagai yang paling
penting dari semua pengujian, dimana aroma atau bau dengan cepat memberikan
hasil penilaian terhadap produk terkait, baik diterima atau tidaknya suatu produk.
Timbulnya suatu aroma dan bau dari suatu produk disebabkan karena zat bau
tersebut bersifat volatil (mudah menguap), sedikit larut air dan lemak (Prabandari,
2011).
c. Tekstur
Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada
waktu digigit dikuyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari (Kartika et
al.,1988). Tekstur dapat dilihat secara langsung oleh konsumen sehingga akan
mempengaruhi penilaian terhadap daya terima suatu produk. Tekstur yang baik
dipengaruhi oleh bahan dasar yang digunakan (Hasniar et al., 2019). Menurut
d. Rasa
makanan biasanya tergantung pada citarasa yang ditimbulkan oleh bahan makanan
27
(Rustandi, 2009). Meskipun penilaian terhadap parameter lain baik, namun rasa dari
produk tersebut tidak enak, maka produk tersebut akan ditolak oleh konsumen.
warnanya, beras terdiri dari beberapa jenis yaitu beras putih, beras hitam, beras
coklat, beras merah. Beras putih (Oryza sativa L.) kultivar Wakacinda merupakan
salah satu varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kabupaten Buton Utara,
Sulawesi Tenggara.
Selain dikomsumsi sebagai nasi, beras juga dapat diolah menjadi tepung.
Namun, pemanfaatan tepung beras sebagai bahan baku pembuatan berbagai produk
yang dihasilkan mempunyai tekstur yang agak kasar dan kurang mengembang.
Karena karakteristik yang kurang baik tersebutlah sehingga aneka produk olahan
pangan berbasis tepung beras menjadi terbatas. Oleh karena itu dilakukanlah
dengan metode modifikasi melalui fermentasi BAL dan crude enzyme amylase
yang di isolasi dari kapang tempe (Rhyzopus oligosporus). Modifikasi tepung beras
yang telah diteliti oleh Bella (2021), termodifikasi BAL SBM.4A telah diteliti oleh
Wurara (2020) dan termodifikasi BAL SBM 3D yang telah diteliti oleh Ahmad
(2020).
28
penelitian lanjut yaitu pengaplikasian dari tepung beras putih kultivar Wakacinda
termodifikasi crude enzyme amylase yang diisolasi dari kapang tempe (Rhyzopus
oligosporus, BAL SBM.4A dan BAL SBM 3D pada pembuatan produk cake,
dengan harapan terwujudnya sifat organoleptik dan fisikokimia yang lebih baik
pada cake yang berbahan dasar tepung beras putih. Bagan kerangka pikir penelitian
Masalah
Solusi
Modifikasi (Fermentasi)
Tujuan
Cake
2.3. Hipotesis
organoleptik cake
Pelaksanaan penelitian akan berlangsung pada bulan Februari 2022 hingga bulan
Juli 2022.
Peralatan yang digunakan terdiri atas alat analisis dan alat pengolahan. Alat
analisis yaitu alat instrumen yang meliputi spektrofotometri uv-vis, laminar air
flow, autoclave, inkubator, sentrifuge soxhlet, tanur, shaker, hot plate, desikator,
lampu bunsen, jarum ose, pipet mikro, magnetic stirrer,cork borer, stopwatch,
kertas saring, plastik tahan panas. Alat glass yang meliputi cawan petri, Erlenmeyer,
gelas ukur, gelas kimia, cawan porselin, botol schott, batang pengaduk, batang
penyebar, pipet tetes, kondensor, alat destilasi, labu Kjeldahl. Alat pengolahan yaitu
oven, timbangan analitik, baskom, blender, toples kaca, plastik wrap, saringan,
alumunium foil, ayakan 100 mesh, tissue, standing pouch, mixer, spatula, cetakan,
Bahan yang digunakan terdiri atas bahan utama dan bahan kimia untuk analisis
Beras putih (Oryza sativa L.) kultivar Wakacinda yang diperoleh dari toko beras
32
Wakawondu kota Kendari yang berasal dari koperasi konami Ereke Kabupaten
Buton Utara, isolat crude enzyme amylase dari media pertumbuhan kapang, BAL
SBM 4A, BAL SBM.3D, Potato Dextrose Agar (PDA) dan Potato Dextrose Broth
(PDB), Bahan kimia untuk analisis fisikokimia serta proksimat adalah aquadest,
alkohol 70%, NaOH, pelarut hexan atau petroleum benzene, H2SO4, K2SO4, HgO,
HCl, Na2S2O, H3BO dan indikator BCG-MR. Bahan pengolahan yaitu tepung beras
putih kultivar Wakacinda, telur, gula pasir, margarin, vanili dan baking powder.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan yaitu:
satuan percobaan. Denah penelitian terdapat pada Lampiran 1 dan diagram alir
Yij = µ0 + σj + εij
Ket;
Yij: Hasil Pengamatan yang mendapat perlakuan taraf ke-j dan ditempatkan di
ulangan ke-i
εij: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan taraf ke-j dan ulangan ke-i
ditiriskan hingga setengah kering atau tidak ada lagi tetesan air. Setelah setengah
dengan modifikasi bahan yang digunakan. Sebanyak 125 g kentang, dikupas dan
dicuci bersih lalu dipotong menjadi bentuk dadu kecil. Selanjutnya potongan
volume pada Erlenmeyer mencapai 500 mL. Selanjutnya direbus di atas hot plate
kain muslin ke dalam gelas piala. Kemudian sari kentang dimasukkan kembali ke
ditambahkan aquades hingga volume larutan mencapai 500 mL dan diaduk terus
dilakukan sterilisasi media di dalam autoklaf selama 15-20 menit pada suhu 121 oC.
Sebanyak 15 mL media dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan hingga
diperoleh Bella (2021) diisolasi satu ose, kemudian ditanam di media PDA.
Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang dan pertumbuhan kapang diamati selama 7
hari.
35
Proses pembuatan media PDB merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
Hasiani et al. (2015) kentang sebanyak 125 g dikupas dan dicuci hingga bersih
mencapai 500 mL. Selanjutnya direbus di atas hot plate hingga mendidih. Setelah
mendidih sari kentang disaring dengan menggunakan kain muslin ke dalam gelas
dicampur dengan 10 g dextrose dan aquades hingga volume larutan mencapai 500
Proses sterilisasi media PDB di dalam autoklaf selama 15-20 menit pada
suhu 121 oC. Kemudian media didiamkan hingga dingin. Selanjutnya miselium
kapang yang ada pada permukaan media PDA diambil sebanyak 5 cork borer (2,47
Dextrose Broth) masing-masing 100 mL, dan dikerjakan dalam kondisi steril
selanjutnya di-shaker dengan kecepatan 120 rpm selama 3 hari. Tujuan shaker yaitu
sebagai aerasi dalam mempercepat transfer nutrisi sehingga suplai oksigen terjadi
secara merata pada kapang untuk melakukan aktivitas metabolik sel (Shintia, 2017).
36
dalam tabung sentrifuge. Proses sentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 3000
kapang R. oligosporus dan crude enzyme amylase agar dapat diaplikasikan pada
beras.
dilakukan oleh Bella (2021), bahwa crude enzyme amylase kapang tempe yang
terbaik dengan nilai aktivitas enzyme 2,47 Unit/mL dengan lama fermentasi selama
6 jam. Kemudian crude enzyme amylase diambil sebanyak 10 mL, dan dimasukkan
ke dalam sampel beras putih sebanyak 100 g yang ditempatkan dalam plastik tahan
dalam toples kaca dan ditutup menggunakan plastik wrap. Selanjutnya wadah kaca
dilakukan di dalam inkubator pada suhu 35 oC. Inkubasi dilakukan selama 6 jam.
Beras putih yang telah mengalami proses inkubasi kemudian dicuci menggunakan
air mengalir dan ditiriskan sampai setengah kering. Kemudian beras putih
menggunakan ayakan 100 mesh sehingga dihasilkan tepung beras putih. Diagram
37
alir pembuatan tepung beras putih modifikasi crude enzyme amylase terdapat pada
Lampiran 3.
3.4.1.3. Pembuatan Tepung Beras Putih Modifikasi BAL SBM.4A dan BAL
SBM.3D
dilakukan oleh Wurara dan Ahmad (2020). Media MRS Agar digunakan untuk
menumbuhkan BAL SBM.4A dan BAL SBM.3D. Proses pembuatan media MRS
(de Man Rogosa and Sharpe) agar dilakukan dengan menimbang media MRS-
steril 250 mL. Larutan dipanaskan menggunakan hot plate dengan bantuan
dalam botol schott dan dilakukan sterilisasi media menggunakan autoklaf. Setelah
disterilisasi media dituangkan pada cawan petri yang telah disterilkan terlebih
dahulu dan didiamkan dengan menyalakan lampu UV. Proses tersebut dilakukan
di dalam meja laminar dan ditunggu hingga dingin atau hingga media MRS-Agar
Proses peremajaan isolat BAL SBM.4A dan BAL SBM.3D merujuk pada
penelitian yang dilakukan oleh Wurara dan Ahmad (2020). Proses peremajaan
isolat BAL SBM.4A dan BAL SBM.3D menggunakan metode streak plate, yaitu
38
digores menggunakan ose pada media MRS-Agar yang telah mengeras. Setelah itu,
dilakukan oleh Wurara dan Ahmad (2020). BAL SBM.4A dan BAL SBM.3D yang
(Optical Density) dilakukan setiap 3 jam dari 0 jam sampai fase kematian
dan BAL SBM.3D dengan konsentrasi OD 0,75 setara dengan 1x109 CFU/mL
pada penelitian yang dilakukan oleh Wurara (2020). Proses inokulasi dilakukan di
dalam laminar air flow yaitu masing-masing suspensi inokulum dengan konsentrasi
BAL SBM.4A OD 0,50. Isolat BAL SBM.4A dengan konsentrasi OD 0,50 tersebut
diinokulasikan pada beras putih dengan volume 10% dari total beras putih yang
ditempatkan dalam plastik tahan panas steril, kemudian dihomogenkan. Setelah itu,
solid state fermentation (SSF) didalam inkubator dengan suhu 37 °C. Lama
Setelah waktu fermentasi selesai, beras di keluarkan dari inkubator dan dicuci
dengan air mengalir untuk menghentikan proses fermentasi. Kemudian beras putih
dengan menggunakan ayakan 100 mesh sehingga didapatkan tepung beras putih.
Diagram alir pembuatan tepung beras putih modifikasi BAL SBM .4A terdapat
pada Lampiran 4.
pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2020). Proses inokulasi dilakukan
Suspensi inokulum BAL SBM.3D diinokulasi pada substrat berisi 100 g beras putih
dengan volume 10 % dari berat bahan uji yang berada dalam toples kaca. Bahan
yang telah diberi perlakuan inokulum BAL di masukkan ke dalam inkubator pada
Solid State Fermentation. Setelah waktu fermentasi selesai beras putih dikeluarkan
dari inkubator dan dicuci dengan air mengalir untuk menghentikan proses
didapatkan tepung beras putih. Diagram alir pembuatan tepung beras putih
al. (2017). Pembuatan cake tepung beras putih dilakukan secara terpisah antara
tepung beras putih kontrol, modifikasi crude enzyme amylase, BAL SBM.4A, BAL
SBM.3D dan Langkah awal yang dilakukan yaitu dengan cara tepung beras putih
ditimbang sesuai perlakuan sebanyak 100 g, kemudian bahan lainnya seperti gula
pasir 100 g, margarin 100 g, telur 156 g, vanili 2 g, baking powder 2 g. Dimasukkan
gula pasir dan telur ke dalam satu wadah, lalu dikocok menggunakan mixer dengan
margarin yang telah dilelehkan dan baking powder dimasukkan ke dalam wadah.
semua bahan tercampur rata dan tepung beras putih dimasukkan sedikit demi sedikit
g. Proses pencetakan dilakukan agar dihasilkan ukuran cake yang seragam. Setelah
itu adonan dalam cetakan dimasukkan ke dalam oven selama 25 menit dengan suhu
Uji organoleptik dilakukan dengan cara uji hedonik dan uji deskriptif.
Penilaian organoleptik terhadap cake meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa
berbasis tepung beras putih Wakacinda termodifikasi yang paling disukai oleh
panelis. Selanjutnya, cake perlakuan terpilih dari uji organoleptik dilakukan analisis
adonan cake sebelum (a) dan sesudah pemanggangan (b). Pengukuran tinggi
42
dilakukan dengan cara diukur dengan menggunakan penggaris pada tiga titik yang
berbeda (pinggir kiri, tengah dan pinggir kanan) dan yang diukur tinggi sebelum
rumus:
𝐵−𝐴
Derajat Pengembangan Adonan = × 100 %
𝐴
ditempatinya, termasuk ruang kosong diantara butiran bahan (Syarief dan Anies,
1988). Sampel dimasukkan ke dalam sebuah gelas ukur yang berukuran 500 mL
yang telah diketahui beratnya (a), setelah itu butiran beras dimasukkan ke dalam
gelas ukur dengan volume 200 mL (dengan permukaan yang rata). Kemudian
butiran beras dan sampel berupa cake dikeluarkan dari gelas ukur. Selanjutnya
butiran beras dimasukkan kembali ke dalam gelas ukur kosong, lalu diketuk-
ketukkan ke meja sebanyak 10 kali hingga tak ada lagi rongga. Volume butiran
beras yang tersisa merupakan volume dari sampel cake (b) (Septieni,2016).
𝑏−𝑎
Densitas kamba (g/mL) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 × 100%
karena mikroskop ini dapat mengamati secara 3 dimensi untuk sampel yang
(Septieni,2016).
merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk meganalisis pori-pori dan
untuk menentukan wilayah distribusi ukuran berbasis pori, diameter pori dan fraksi
Parameter dalam penentuan tekstur suatu produk dapat berupa kekerasan dan
yang diuji (Pratama et al., 2014). Pengujian tekstur cake berupa kekerasan
Analisis proksimat yang terdiri atas analisis kadar air, kadar abu, kadar
protein, kadar lemak dan analisis kadar karbohidrat. Analisis kadar air
(sampel) sebelum dan sesudah pengeringan. Selisih bobot tersebut merupakan air
yang teruapkan dan dihitung sebagai kadar air bahan (Legowo et al., 2007).
dan titrasi. Pada Tahap pertama, protein dan komponen organik lainnya pada bahan
pangan atau sampel dihancurkan dengan menggunakan asam sulfat pekat dan
katalis misalnya selenium oksida dan tembaga sulfat pada kondisi panas. Pada
proses ini nitrogen dari protein dan komponen organik lainnya dikonversi menjadi
amonium sulfat. Amonium sulfat kemudian diubah menjadi ammonia pada tahap
netralisasi. Amonia kemudian didestilasi dan ditangkap didalam larutan asam borat
sehingga terbentuk ion borat. Jumlah ion borat ditentukan dengan titrasi
menggunakan pelarut HCl. Banyaknya ion borat berbanding lurus dengan jumlah
nitrogen. Jika kadar nitrogen diketahui, maka kadar protein sampel dapat ditentukan
2005) (Lampiran 10). Prinsip kerja metode ekstraksi soxhlet yaitu pada soxhletasi
pelarut pengekstrak yang ada dalam labu soxhlet dipanaskan sesuai dengan titik
didihnya sehingga menguap. Uap pelarut ini naik melalui pipa pendingin balik
sehingga mengembun dan menetes pada bahan yang diekstraksi. Pelarut ini
merendam bahan dan jika tingginya sudah melampaui tinggi pipa pengalir pelarut
maka ekstrak akan mengalir ke labu soxhlet. Ekstrak yang terkumpul dipanaskan
45
lagi sehingga pelarutnya akan menguap kembali dan lemak akan tertinggal pada
melibatkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Menurut Faradilla
(2021), jika kadar air, abu, protein dan lemak telah diketahui sebelumnya, maka
mengandung vitamin dan zat-zat aktif lainnya, namun konsentrasi zat-zat tersebut
pada umumnya sangat kecil sehingga dapat diabaikan dalam perhitungan, akan
tetapi, jika zat selain air, abu, lemak dan protein konsentrasinya cukup besar maka
3. Analisis proksimat cake meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
varian). Jika dari hasil analisis ragam menunjukkan nilai F hitung > F Tabel (α =
0,05) maka perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel respon dan dilanjutkan
46
dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan
95% untuk mengetahui nyata respon yang berpengaruh nyata atau berpengaruh
tidak nyata. Sedangkan analisis nilai fisik dan proksimat dianalisis dengan uji T.
47
4.1. Hasil
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) produk cake berbasis tepung beras
putih Wakacinda termodifikasi yang meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa
tepung beras putih termodifikasi dengan perlakuan tepung beras putih tanpa
warna, berpengaruh nyata terhadap aroma dan rasa serta berpengaruh sangat
berpengaruh tidak nyata terhadap warna, berpengaruh nyata terhadap aroma dan
tekstur.
48
karakteristik warna, aroma,tekstur dan rasa cake berbasis tepung beras putih
Wakacinda termodifikasi dapat dilihat pada Lampiran 14a, 15a. 16a, 17a dan
hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 14b, 15b,16b dan 17b. Data
hasil uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT0,05) dari organoleptik
hedonik cake beras putih Wakacinda termodifikasi dapat dilihat pada Tabel 7.
putih termodifikasi pada cake mempengaruhi hasil hedonik aroma, tekstur,rasa dan
warna yang tidak nyata. Rerata penilaian organoleptik tertinggi diperoleh pada
perlakuan C4 dengan nilai organoleptik warna 4,53 (sangat suka), aroma 4,53
(sangat suka), tekstur 4,00 (suka) dan rasa 3,65 (suka). Hasil penilaian organoleptik
berbeda tidak nyata dengan perlakuan C2 dan C3, sedangkan hasil penilaian
dan C3. Penilaian organoleptik hedonik rasa perlakuan C4 berbeda nyata dengan
putih Wakacinda termodifikasi dapat dilihat pada ampiran 18a, 19a, 20a, 21a dan
hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 18b, 19b, 20b dan 21b. Data
hasil uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT 0,05) dari penilaian
termodifikasi dapat dilihat pada Tabel 8. Kenampakan cake tepung beras putih
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 8. Cake. Keterangan: (a) C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi), (b) C2
(tepung beras putih modifikasi crude enzyme amylase), (c) C3 (tepung
beras putih modifikasi BAL SBM.4A, (d) C4 (tepung beras putih
modifikasi BAL SBM.3D)
(c)
putih termodifikasi pada cake terhadap penilaian deskriptif warna yaitu agak kuning
kecoklatan hingga kuning kecoklatan, aroma dan rasa cake yang dihasilkan
terdeteksi aroma dan rasa khas tepung beras putih yang kemudian dipengaruhi oleh
adanya perlakuan fermentasi pada tepung serta penilaian deskriptif tekstur pada
cake yaitu lembut hingga sangat lembut. Hasil penilaian organoleptik deskriptif
berbeda tidak nyata dengan perlakuan C2 dan C3. Hasil penelitian deskriptif tekstur
pada perlakuan C4 berbeda nyata dengan perlakuan C1 dan C2 serta berbeda tidak
nyata dengan perlakuan C3. Sedangkan hasil penilaian organoleptik deskriptif rasa
pada perlakuan C4 berbeda nyata dengan perlakuan C1 dan berbeda tidak nyata
dan Terpilih
perlakuan kontrol dan terpilih terpilih cake yang meliputi warna, aroma,tekstur
Tabel 10. Uji Organoleptik Deskriptif Cake Beras Putih Wakacinda Tanpa
Modifikasi dan Terpilih
Perlakuan
No Penilaian Tepung beras putih tanpa Tepung beras putih
organoleptik modifikasi termodifikasi BAL SBM.3D
(C1) (C4)
Rerata Ket Rerata Ket
1 Warna 3,53±0,82 Kuning 3,45±0,71 Agak kuning
Kecoklatan kecoklatan
2 Aroma 3,88±0,65 Aroma 3,48±0,99 Aroma beras
beras putih putih agak kuat
kuat
3 Tekstur 4,00±0,68 Lembut 4,58±0,55 Sangat Lembut
4 Rasa 3,80±0,65 Rasa beras 3,48±0,75 Rasa beras
putih kuat putih agak kuat
organoleptik hedonik dan deskriptif terpilih yaitu pada perlakuan C4 (Tepung beras
4.1.1.4. Uji Fisik Cake Berbasis Tepung Beras Putih Wakacinda Termodifikasi
Terpilih
Rekapitulasi hasil analisis sifat fisik cake berbasis tepung beras putih
densitas kamba, porositas dan kekerasan tekstur (hardness) disajikan pada Tabel
11.
Tabel 11. Nilai Fisik Cake Berbasis Tepung Beras Putih Termodifikasi Terpilih
No Variabel pengamatan Perlakuan Notasi Uji T
C1 C4
1 Daya Pengembangan (%) 107,56±14,66 139,12±14,45 *
2 Densitas Kamba (g/mL) 0,34±0,01 0,38±0,01 *
3 Porositas (cm) 0,33±0,02 0,44±0,05 *
4 Kekerasan tekstur 1,28±0,13 1,23±0,15 tn
(hardness) (kg/m2)
Keterangan: *= berbeda nyata tn= berbeda tidak nyata
C1: Tepung beras putih tanpa modifikasi
C4: Tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D
54
Pori
Pori
(a) (b)
Gambar 9. Kenampakan bentuk pori cake secara visual (a) Cake tepung beras putih
tanpa modifikasi (b) Cake tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D
Pori
Pori
(a) (b)
Gambar 10. Kenampakan bentuk pori cake pada pengamatan mikroskop perbesaran
40x (a) Cake tepung beras putih tanpa modifikasi (b) Cake tepung beras
putih termodifikasi BAL SBM.3D
139,12% lebih besar dibandingkan C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi) yaitu
BAL SBM.3D) lebih besar 0,38 g/mL dan dibandingkan densitas kamba perlakuan
55
C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi) yaitu 0,34 g/mL. Porositas pada perlakuan
C4 (tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D) lebih besar yaitu 0,44 cm
yaitu 0,34 cm. Kekerasan tekstur (hardness) pada perlakuan C4 (tepung beras putih
termodifikasi BAL SBM.3D) lebih kecil yaitu 1,23 kg/m2 dibandingkan hardness
pada perlakuan C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi) yaitu 1,28 kg/m2.
Termodifikasi Terpilih
Rekapitulasi hasil analisis nilai gizi cake berbahan dasar tepung beras putih
Wakacinda perlakuan kontrol dan terpilih yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar
protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Proksimat Cake Berbasis Tepung Beras Putih Termodifikasi
Terpilih
No Kode sampel SNI 01- Notasi Uji
Komponen C1 C4 3840-1995 T
1 Kadar Air (%) 20,36±0,40 17,23±0,25 Maks 40 *
2 Kadar Abu (%) 1,06±0,25 0,88±0,05 Maks 3 tn
3 Kadar Protein (%) 3,02±0,00 5,88±0,43 - *
4 Kadar Lemak (%) 22,66±0,28 21,70±0,27 Maks 26,93 *
5 Kadar Karbohidrat (%) 56,00±0,00 52,00±0,02 - *
Keterangan: *= berbeda nyata tn= berbeda tidak nyata
C1: Tepung beras putih tanpa modifikasi
C2: Tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D
SBM.3D) memiliki kadar air lebih kecil yaitu sebesar 17,23%bb dibandingkan
yaitu 21,70%bb dan pada perlakuan C1 memiliki kadar karbohidrat lebih besar
4.2. Pembahasan
Uji Organoleptik atau biasa disebut uji sensori merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
menilai mutu komoditas hasil pertanian dan bahan pangan (Soekarto, 1981). Sistem
penilaian organoleptik telah dapat dibakukan dan dijadikan alat penilaian dalam
Uji organoleptik terbagi menjadi dua, yaitu uji organoleptik hedonik dan uji
organoleptik deskriptif. Uji hedonik merupakan salah satu jenis uji penerimaan.
misalnya sangat suka, suka, agak suka dan tidak suka. Dalam analisisnya skala
karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan informasi
Menurut Winarno (2004) penilaian indrawi ini ada 6 yaitu klasifikasi sifat-
sifat bahan, mengikat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali
dilakukan uji kesukaan. Karena produk yang dihasilkan adalah produk baru dan
4.2.1.1. Warna
warna akan tampil lebih dahulu dan sering kali menentukan nilai suatu produk.
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, hasil analisis sidik ragam cake tepung
adalah 4,33-4,53. Nilai terbesar terdapat pada perlakuan C4 (tepung beras putih
termodifikasi BAL SBM.3D) dengan nilai 4,53 (sangat suka). Sedangkan nilai
SBM.4A) dengan nilai 4,33 (suka). Rerata penilaian organoleptik deskriptif warna
cake yaitu antara 3,40-3,53. Nilai rerata terbesar terdapat pada perlakuan C1
(tepung beras putih tanpa modifikasi) dengan nilai 3,53 (kuning kecoklatan)
parameter warna cake. Hal ini diduga dikarenakan warna dari tepung beras tanpa
modifikasi (kontrol) yang berwarna putih dan tepung beras termodifikasi seperti
warna putih tulang. Sedangkan pada penelitian Salsabila et al. (2019) dalam
pembuatan cupcake free gluten menggunakan tepung biji kluwih dan tepung beras
yaitu tepung biji kluwih berwarna putih kecoklatan, sedangkan tepung beras
kluwih dan tepung beras pada satu sampel ke sampel yang lainnya hanya 10%.
Sampel A 70% tepung biji kluwih dengan 30% tepung beras, sampel B 60% tepung
biji kluwih dengan 40% tepung beras, dan sampel C 50% tepung biji kluwih dengan
50% tepung beras. Hal ini tidak mempengaruhi warna cupcake yang dihasilkan
secara nyata.
Selain warna tepung, perbedaan tidak nyata pada parameter warna cake
cake dan menutupi warna dari tepung beras serta menjadikan warna diantara
perlakuan hampir sama. Menurut Wijaya (2004) bahwa margarin memiliki warna
kuning yang berasal dari beta karoten (pro-vitamin A) yang terkandung secara
alami pada minyak asalnya sehingga penggunaan margarin pada pembuatan cake
Faktor lain yang menjadikan warna cake tidak nyata diantara perlakuan
yaitu dalam pembuatan cake pada saat proses pemanggangan suhu yang digunakan
pun sama, sehingga warna yang dihasilkan pada produk tidak berbeda. Hal tersebut
59
didukung oleh pernyataan Fitriyani (2014, bahwa warna kulit disebabkan oleh
Maillard karena adanya interaksi pati dengan protein atau gugus amino sehingga
berdasarkan rerata data yang diperoleh pada Tabel 7 menunjukkan perlakuan cake
yang terbuat dari tepung beras termodifikasi lebih disukai oleh panelis
pada warna cake didukung hasil penelitian Sinar et al. (2016) yang menyatakan
bahwa konsumen lebih menyukai cake Golla Kambu dengan rerata 5,68 (sangat
suka) dengan kategori warna sedang, tidak terlalu pucat dan tidak terlalu gelap,
yang berarti pada penelitian ini dengan memodifikasi tepung beras pada pembuatan
4.2.1.2. Aroma
Aroma adalah rasa dan bau yang sangat subyektif serta sulit diukur, karena
setiap orang mempunyai sensifitas dan kesukaan yang berbeda. Menurut Dewita et
al. (2010), dalam industri bahan pangan uji terhadap aroma dianggap penting
karena dengan cepat dapat memberikan penilaian terhadap hasil produks, apakah
produknya disukai atau tidak oleh konsumen. Komponen yang memberikan aroma
adalah asam-asam organik berupa ester dan volatil. Secara kimiawi sulit dijelaskan
senyawa yang mempunyai struktur kimia dan gugus fungsional yang hampir sama
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, hasil analisis sidik ragam cake tepung
hedonik dan deskriptif aroma. Rata-rata tingkat kesukaan panelis adalah 4,20-4,53
(Sangat suka). Nilai terbesar terdapat pada perlakuan C4 (tepung beras putih
termodifikasi BAL SBM.3D) dengan nilai 4,53 (sangat suka), C3 (tepung beras
putih termodifikasi BAL SBM.4A) dengan nilai 4,50 (sangat suka), C2 (tepung
beras putih termodifikasi crude enzyme amylase) dengan nilai 4,30 (suka),
Sedangkan nilai terkecil terdapat pada perlakuan C1 (tepung beras putih tanpa
aroma cake yaitu antara 3,40-3,88 (aroma beras putih agak kuat sampai aroma beras
putih kuat). Nilai rerata terbesar terdapat pada perlakuan C1 (tepung beras putih
tanpa modifikasi) dengan nilai 3,88 (aroma beras putih kuat) sedangkan nilai rerata
diperoleh pada perlakuan C4 (tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D). Hal
ini diduga disebabkan oleh waktu fermentasi BAL SBM.3D selama 48 jam dengan
konsentrasi OD 0,75 pada tepung beras putih sehingga aroma khas asam dari BAL
SBM.3D muncul pada aroma cake, demikian pula pada perlakuan C3 (tepung beras
putih termodifikasi BAL SBM.4A). Aroma tepung beras putih pada dasarnya
memang disukai oleh panelis. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang telah
61
dilakukan oleh Anggraini et al. (2017) bahwa diantara aroma cake yang terbuat dari
tepung beras merah,hitam dan putih, panelis paling menyukai aroma cake yang
dihasilkan dari tepung beras putih yaitu dengan rerata berkisar 54,55%-63,64%
sedangan rerata aroma cake beras merah dan hitam berturut-turut berkisar 22,73%-
54,55%, 45,45%-59,09%. aroma cake yang dihasilkan adalah aroma harum dan
khas sesuai dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan cake.
memberikan aroma yang khas pada produk yang dihasilkan. Bahan yang banyak
mengandung pati cukup memunculkan aroma tertentu pada produk, tetapi dapat
ini,aroma tepung beras putih yang memang pada awalnya sudah disukai oleh
amylase, BAL SBM 4A dan BAL SBM.3D sehingga mampu menghasilkan aroma
reaksi enzimatik crude enzyme amylase dengan rerata penilaian 4,5 (sangat suka)
dibandingkan dengan tepung beras tanpa reaksi enzimatik dengan rerata penilaian
yaitu 4,3 (suka). Berdasarkan uji organoleptik deskriptif, panelis lebih menyukai
tepung dengan reaksi enzimatik dengan rerata penilaian 4,5 (sangat beraroma khas
beras putih) dibandingkan tepung beras putih tanpa hasil reaksi enzimatik dengan
rerata penilaian 4,3 (beraroma khas beras putih). Selain perlakuan dengan crude
62
enzyme amylase, modifikasi lainnya yang diaplikasikan pada tepung beras yaitu
Bakteri asam laktat memberikan aroma dan flavor, mampu berperan sebagai
asetat, diasetil atau 2,3-pentanadion dan bahan lain yang mudah menguap sehingga
lama waktu fermentasi,maka aroma asam khas fermentasi semakin kuat. Hal ini
4.2.1.3. Tekstur
Tekstur merupakan ciri suatu bahan sebagai akibat perpaduan dari beberapa
sifat fisik yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah dan unsur-unsur pembentukan
bahan yang dapat dirasakan oleh indera peraba dan perasa, termasuk indera mulut
dan penglihatan (Midayanto dan Yuwono, 2014). Tekstur dari suatu produk
newtonian yang homogen, cairan non newtonian atau cairan yang heterogen,
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, hasil analisis sidik ragam cake berbasis
panelis adalah 3,35-4,00 (suka). Nilai terbesar terdapat pada perlakuan C4 (tepung
beras putih termodifikasi BAL SBM.3D) dengan nilai 4,00 (suka). Sedangkan nilai
terkecil terdapat pada perlakuan C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi) dengan
nilai 3,35 (agak suka). Rerata penilaian organoleptik deskriptif tekstur pada produk
cake yaitu antara 4,00-4,58 (lembut hingga sangat lembut). Nilai rerata terbesar
dengan nilai 4,58 (sangat lembut) sedangkan nilai rerata terkecil terdapat pada
perlakuan C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi) dengan nilai 4,00 (lembut).
oleh kandungan lemak dan jumlah serta jenis karbohidrat dan protein yang
tepung beras putih termodifikasi BAL SBM 3D mempunyai tekstur yang lebih
lembut dan lebih disukai oleh panelis dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal
ini kemungkinan terjadi dikarenakan adanya peningkatan nilai swelling power yang
akan mempengaruhi tekstur produk yang dihasilkan yang ditandai dengan volume
lembut. Pada dasarnya, penggunaan tepung beras dalam pembuatan cake akan
menghasilkan cake dengan tekstur yang kasar atau tidak lembut dikarenakan tidak
adanya kandungan gluten didalam tepung beras. Hal ini didukung oleh penelitian
Besari dan Novi (2017) yang menyatakan bahwa pada pembuatan cake
64
menggunakan 75 g tepung beras termasuk dalam kriteria kurang lembut ideal dan
kurang disukai oleh panelis dibandingkan dengan cake yang dibuat dengan tepung
beras sebanyak 25 g termasuk dalam kriteria cukup lembut ideal dan disukai oleh
panelis. Hal ini disebabkan karena bahan dasar tepung beras yang digunakan paling
sedikit diantara sampel sehingga tekstur lembut tampak pada cake. Selain itu pada
penelitian Dewi et al. (2016) melaporkan bahwa hasil analisis tekstur bolu yang
kurang disukai oleh panelis adalah perlakuan pencampuran tepung beras dan tepung
terigu 40%:60% dan yang paling disukai oleh panelis adalah perlakuan tanpa variasi
pencampuran tepung beras yaitu 0% dan tepung terigu 100%. Hal tersebut
dikarenakan tepung beras cenderung memiliki tekstur yang lebih keras dan kurang
lembut dibandingkan dengan tekstur bolu yang tidak ditambahkan tepung beras.
Hasil penelitian lain oleh Salsabila et al. (2019) pada pembuatan cupcake
gluten free yaitu dengan perbandingan jumlah penggunaan tepung biji kluwih
dengan tepung beras yaitu sampel A (70:30 g), B (60:40 g) dan sampel C (50:50 g).
menunjukkan hasil yang berbeda baik dari nilai maupun hasil kriteria. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa rerata paling tinggi didapat pada sampel B dengan rerata
3,8, sampel A dengan rerata 2,9 dan sampel C dengan rerata paling sedikit yaitu
2,5. Hal ini dikarenakan tepung beras memiliki kandungan amilosa yang tinggi
sehingga tekstur menjadi pera dan kasar dan bila dibuat menjadi cake akan tetap
berserat. Semakin banyak penggunaan bahan dasar tepung beras maka akan
semakin mengendap di dasar cake. Hal ini disebabkan karena sifat tepung beras
yang tidak dapat tercampur rata atau terjadi suspensi (memisahnya tepung beras
65
dengan emulsi telur) dimana telur sebagai bahan cair dan sifat beras yang memiliki
Hasil yang berbeda diperoleh pada penelitian ini yaitu pembuatan cake
dengan bahan utama 100 g tepung beras putih yang telah dimodifikasi
disukai oleh panelis. Penggunaan bahan lain seperti margarin juga dapat
yang dapat mengemulsi lemak ke dalam seluruh bagian adonan. Margarin dapat
4.2.1.4. Rasa
Rasa suatu produk menjadi salah satu parameter yang tidak bisa
rasanya, selain itu untuk memenuhi kebutuhan akan kenyang dan kesehatan
(Agustina, 2008). Senyawa cita rasa merupakan senyawa atau campuran senyawa
kimia yang dapat mempengaruhi indera tubuh, misalnya lidah sebagai indera
pengecap. Pada dasarnya lidah hanya mampu mengecap empat jenis rasa yaitu
pahit, asam, asin dan manis. Selain itu citarasa dapat membangkitkan rasa lewat
aroma yang disebarkan, lebih dari sekedar rasa pahit, asin, asam dan manis. Lewat
proses pemberian aroma pada suatu produk pangan, lidah dapat mengecap rasa lain
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, hasil analisis sidik ragam cake berbasis
organoleptik hedonik dan deskriptif pada rasa. Rata-rata tingkat kesukaan panelis
adalah 3,23-3,65 (suka). Nilai terbesar terdapat pada perlakuan C4 (tepung beras
putih termodifikasi BAL SBM.3D) dengan nilai 3,65 (suka). Sedangkan nilai
terkecil terdapat pada perlakuan C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi) dengan
nilai 3,23 (agak suka). Rerata penilaian organoleptik deskriptif rasa pada produk
cake yaitu antara 3,40-3,80 (rasa beras putih agak kuat sampai rasa beras putih
kuat). Nilai rerata terbesar terdapat pada perlakuan C1 (tepung beras putih tanpa
modifikasi) dengan nilai 3,80 (rasa beras putih kuat) sedangkan nilai rerata terkecil
Hasil penelitian uji organoleptik rasa oleh pengamatan panelis pada produk
cake yang dihasilkan bahwa perlakuan tepung beras putih termodifikasi crude
pengaruh yang nyata terhadap rasa cake. Rasa cake yang dihasilkan pada penelitian
ini dipengaruhi oleh adanya proses fermentasi dalam pembuatan tepung beras putih
aroma dan cita rasa khas yang dapat menutupi aroma dan cita rasa sampai 70%.
Bakteri asam laktat yang digunakan pada fermentasi pati menghasilkan enzim
amilase yang dapat memecah dinding sel pati sehingga terjadi liberasi granula pati.
BAL menghasilkan enzim amilase yang menghidrolisis pati menjadi gula dan
akan terimbibisi dalam tepung, dan ketika tepung tersebut diolah akan dapat
67
menghasilkan aroma dan citra rasa khas pada produk yang dihasilkan (Pusparani
Tingkat rasa cake yang dihasilkan dipengaruhi oleh penggunaan tepung beras
sebagai bahan baku dan bahan tambahan lainnya seperti penggunaan gula, telur,
lemak dan protein yang menyebabkan rasa gurih pada cake yang dihasilkan.
Menurut Winarno (1984), penyebab terjadinya peningkatan rasa enak dari suatu
produk pangan juga ditentukan besarnya protein dan lemak dalam produk tersebut.
dengan cara mengukur tinggi adonan cake sebelum dioven dan dicatat sebagai T1
kemudian mengukur tinggi adonan cake setelah dioven dan dicatat sebagai T2
modifikasi (kontrol) yaitu 107,56% (Tabel 9). Kemudian dilanjutkan dengan uji T
bahwa berbeda nyata antara perlakuan terpilih dan kontrol. Sedangkan hasil
penelitian lain yang telah dilakukan oleh Anggraini et al. (2017) menyatakan bahwa
daya kembang cake yang terbuat dari tepung beras putih cenderung lebih rendah
yaitu 15,79-18% dibandingkan dengan cake yang terbuat dari tepung beras merah
dan tepung beras hitam berkisar antara 20-30%. Hal tersebut diduga dikarenakan
beras putih sebagai bahan baku pembuatan cake secara umum diketahui memiliki
kandungan amilosa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan beras merah dan
beras hitam sehingga mempengaruhi daya kembang cake yang dihasilkan. Cake
dari bahan baku beramilosa tinggi cenderung memiliki rongga makin kecil atau
makin rapat. Hal ini disebabkan oleh amilosa yang mempunyai kemampuan
membentuk kristal dengan ukuran lebih besar, sehingga cake tidak dapat
Hasil penelitian lain oleh Dewi et al. (2016) melaporkan bahwa daya
pengembangan bolu yang disubstitusi dengan tepung beras sebesar 40%, 50% dan
60% berturut-turut yaitu 102,22%, 67,78% dan 36,67%. Semakin besar konsentrasi
bolu.
penelitian ini diduga disebabkan oleh swelling power (daya pembengkakan) tepung
69
beras putih termodifikasi yang menjadi bahan utama pembuatan cake. Ahmad
(2020) melaporkan bahwa tepung beras putih yang dibuat melalui fermentasi
swelling power setelah 48 jam fermentasi yakni 12,20 g/g. Selain itu, volume
roti tanpa gluten dapat menahan gas jika gluten tersebut digantikan dengan gel
lainnya.
gel yang terbentuk lebih kental bila dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut
disebabkan karena BAL SBM.3D mampu mendegradasi amilosa pada tepung beras
putih sehingga menghasilkan polimer yang lebih pendek dan ketika dilarutkan
dalam air kemudian diberi perlakuan pemanasan maka terbentuklah struktur gel
sehingga dapat menahan gas lebih baik dan volume pengembangannya menjadi
perlakuan modifikasi.
Rosell dan Marco (2008) dalam Hera et al. (2014) menyatakan bahwa
adonan yang dibuat dari tepung beras memiliki keterbatasan dalam menahan gas
yang terbentuk selama proses pembuatan produk. Hal ini disebabkan karena produk
70
tidak terlalu tinggi. Pengembangan terjadi pada saat adonan memasuki oven yang
panas, adonan bertemu dengan udara panas dalam oven dan lapisan luar cake
tampak terbentuk pada permukaan adonan serta terjadi pengembangan cake, selama
Densitas kamba (bulk density) merupakan sifat fisik bahan pangan yang
dipengaruhi oleh ukuran bahan dan kadar air. Densitas kamba dinyatakan dalam
satuan g/ml. Nilai densitas kamba yaitu jumlah rongga yang terdapat
diantara partikel-partikel bahan. Bahan dengan densitas kamba yang kecil akan
membutuhkan tempat yang lebih luas dibandingkan dengan bahan yang mempunyai
densitas kamba besar untuk berat yang sama sehingga tidak efisien dari segi tempat
Berdasarkan Tabel 9, cake beras putih kontrol dan cake beras putih terpilih,
secara statistik memiliki nilai densitas kamba yang berbeda nyata. Cake beras putih
kontrol memiliki nilai densitas kamba sebesar 0,34 g/mL dan cake beras putih
terpilih memiliki nilai densitas kamba sebesar 0,38 g/mL. Secara statistik rerata
densitas kamba menunjukkan berbeda nyata akan tetapi jika dilihat dari nilai rata-
ratanya menunjukkan perbedaan yang sangat kecil antara perlakuan tepung beras
putih termodifikasi BAL SBM.3D dan tepung beras putih tanpa modifikasi
Densitas kamba dipengaruhi oleh jenis bahan, kadar air, bentuk dan ukuran
partikel (Ocloo et al., 2010). Menurut Setiawati et al. (2014) semakin rendah kadar
air maka densitas kamba akan semakin besar, begitupula sebaliknya semakin tinggi
71
kadar air cake, maka densitas kamba yang dihasilkan akan semakin kecil dan ruang
penyimpanan yang digunakan semakin besar. Hasil analisis densitas kamba yang
diperoleh pada penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil analisis kandungan
air dan pengembangan cake. Hal ini kemungkinan pada saat melakukan pengujian,
ukuran sampel cake yang digunakan tidak berukuran sama. Ukuran cake yang lebih
besar daripada gelas ukur yang digunakan membuat sampel cake harus dipotong,
pada saat pemotongan terdapat peluang yang menjadikan potongan dari cake
maka densitas kamba yang dihasilkan akan semakin kecil begitupun sebaliknya.
4.2.2.3. Porositas
dihasilkan oleh bahan pengembang dan udara yang terperangkap dalam adonan
bolu/cake selama proses pengovenan (Imami dan Sutrisno, 2018). Porositas yang
diuji merupakan jumlah pori-pori dan keseragaman pori-pori cake. Pori sangat
dipengaruhi oleh kemampuan pembentukan gas dan penahanan gas selama proses
pengovenan (Mudjisihono et al., 2000). Selain itu menurut Surono (2017) rata-rata
tinggi volume pengembangan cake, maka rongga dalam cake akan menjadi lebih
besar.
72
beras putih tanpa modifikasi) yaitu 0,33±0,02 cm. Sedangkan pada penelitian
Samantha (2017) rata-rata diameter pori paling besar terdapat pada roti dengan
dengan rata-rata diameter pori roti tanpa substitusi tepung beras yaitu sebesar
1,17±0,11 mm. Menurut Kuswardani et al. (2008) beras digunakan sebagai bahan
pembuatan produk bebas gluten karena memiliki sifat yang lebih mirip dengan
tepung terigu dalam hal rasa, dan menahan gas dengan lebih baik karena kadar pati
yang lebih tinggi sehingga memiliki diameter pori yang cenderung lebih besar.
Selain itu menurut Surono (2017) rata-rata diameter pori berhubungan dengan
maka rongga dalam cake akan menjadi lebih besar dan hal ini yang menyebabkan
SBM.3D yang lebih besar dibandingkan dengan cake tanpa modifikasi sehingga
semakin tinggi nilai volume pengembangan, maka nilai rata-rata diameter atau
ukuran pori juga akan semakin meningkat. Pori-pori adalah lubang kecil dalam cake
sebagai akibat dari adanya gas CO2. Ketika adonan dikocok, udara akan masuk ke
dalam adonan dan terdispersi dalam bentuk gelembung halus ketika dipanaskan
fermentasi tepung beras beras putih selama 48 jam menggunakan isolat BAL
SBM.3D. Iswari et al. (2014) menyatakan bahwa proses fermentasi yang dilakukan
semakin banyak kadar air yang terbebaskan, akibatnya tekstur bahan menjadi lunak
Selain faktor lama fermentasi, penggunaan telur dan gula serta suhu
menahan gas CO2 yang dihasilkan semakin tinggi. Semakin tinggi kemampuan
untuk menahan gas CO2 maka nilai porositas akan semakin besar (Mudjisihono et
al., 2000). Penambahan gula akan menyebabkan pembentukan busa yang stabil dan
elastis sehingga mampu menangkap gas karbondioksida yang berasal dari bahan
produk. Semakin tinggi hardness maka produk cenderung semakin keras. Menurut
Indiarto et al. (2012), hardness adalah nilai maksimum dari gigitan pertama atau
gaya tekan pertama. Satuan yang dipakai untuk hardness adalah N, kg, dan g.
74
(tepung beras tanpa modifikasi) yaitu sebesar 1,28 kg/cm2 akan tetapi menunjukkan
berbeda tidak nyata dengan perlakuan kontrol. Perbedaan tingkat kekerasan cake
dipengaruhi oleh volume cake itu sendiri. Pada umumnya volume cake yang baik
memiliki pengembangan yang diinginkan karena gas yang dihasilkan ditahan oleh
gluten. Gluten merupakan protein yang terdapat pada tepung terigu yang dibentuk
dari gliadin dan glutenin. Gladin berperan dalam elastisitas produk dan memberikan
rasa lengket sehingga mampu memerangkap gas yang terbentuk selama proses
Berbeda dengan tepung beras yang merupakan jenis tepung bebas gluten,
sehingga pengembangan yang terjadi pada cake pada penelitian ini bukan
modifikasi menggunakan BAL SBM.3D. Hal ini sejalan dengan penelitian Ginting
dan Suprapto (2005) menyebutkan bahwa meskipun pati ubi jalar tidak memiliki
gluten, namun memiliki sifat menarik air dan membengkak serta memiliki sifat
terbentuknya gel yang konsisten pada saat pemanggangan sehingga roti dapat
mengembang.
Penelitian lain oleh Karfinto dan Anugrahati (2022) menyatakan bahwa kue
yang terbuat dari tepung beras putih memiliki tekstur yang lebih lunak yaitu
1264,45 g daripada yang terbuat dari tepung beras merah sebesar 223,67 g. Nilai
75
kekerasan yang lebih rendah disebabkan tepung beras putih memiliki kadar serat
pangan dan kadar protein yang lebih rendah dibandingkan dengan tepung beras
merah. Tepung beras putih memiliki kadar serat pangan sebesar 2,4% dan kadar
protein sebesar 7%, sedangkan tepung beras merah memiliki kadar serat pangan
sebesar 4,6% dan kadar protein sebesar 9,4% (Kemenkes, 2017). Kadar serat
pangan yang tinggi dapat meningkatkan nilai daya patah kue dikarenakan adanya
kemampuan daya serap air dari serat pangan sehingga menurnkan ketersediaan air
bahan pangan karena dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa
makanan. Kadar air dalam suatu bahan pangan ikut menentukan daya awet bahan
tersebut, selain itu kadar air mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada
bahan pangan (Winarno, 2004). Sehingga perlu dilakukan analisis kadar air pada
produk cake yang bertujuan untuk mengetahui besar kandungan air yang terdapat
pada produk yang dihasilkan. Besarnya kandungan air dalam produk cake akan
cake yang dihasilkan dari perlakuan terpilih C4 (tepung beras putih termodifikasi
antara sampel kontrol dan perlakuan terpilih. Kadar air yang ada pada produk cake
terpilih lebih rendah dibandingkan dengan kadar air pada cake kontrol yaitu sebesar
20,36 %bb. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh kandungan kadar air bahan
utama yang digunakan yaitu tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D.
Ahmad (2020) melaporkan bahwa kandungan air pada produk tepung beras
putih termodifikasi yang dihasilkan dari perlakuan fermentasi beras putih dengan
menggunakan isolat BAL SBM.3D sebesar 7,77 %bb dibandingkan kadar air
tepung beras putih tanpa modifikasi sebesar 9,30 %bb. Kadar air cake pada
penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Salihat dan Putra (2021) yang
menyebabkan kadar air brownies menurun yaitu 2,60% dibandingkan dengan kadar
air brownies dengan perlakuan 100 g tepung terigu sebesar 7,58%. Pada penelitian
lain oleh Sabila et al. (2020) menyatakan bahwa nilai rata-rata kadar air kue lumpur
yang disubstitusi dengan tepung beras sebanyak 0%, 20%, 40%,60% dan 80%
menghasilkan rata-rata nilai kadar air yang semakin menurun yaitu berturut-turut
kadar air kue lumpur dengan perlakuan 100% tepung terigu sebesar 55,85%.
tinggi sehingga kadar air pada cake semakin menurun. Penurunan kadar air cake
dikarenakan tepung beras tidak memiliki kandungan gluten seperti tepung terigu.
Gluten dibentuk oleh gliadin dan glutenin. Glutenin bersifat menyerap air sehingga
semakin sedikit penambahan terigu maka semakin rendah kadar air cake. Tepung
air saat pemanggangan semakin mudah begitu pula sebaliknya adanya kandungan
gluten dapat menyebabkan pelepasan molekul air saat pemanggangan semakin sulit
(Parker, 2003). Sehingga disimpulkan bahwa penurunan kadar air cake pada
penelitian ini selain disebabkan oleh kadar air bahan utama pembuatan cake yaitu
tepung beras putih termodifikasi yang menurun juga disebabkan oleh kadar air
tepung beras yang pada awalnya sudah rendah. Kadar air cake yang terbuat dari
tepung beras putih termodifikasi telah memenuhi syarat mutu SNI 01-3840-1995
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar
abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan
terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar
pembakaran berupa air dan bahan volatil lainnya akan mengalami oksidasi dengan
(tepung beras putih tanpa modifikasi) sebesar 1,06%bb dan C4 (tepung beras putih
tidak nyata antara sampel perlakuan tepung beras putih tanpa modifikasi dan tepung
beras putih termodifikasi terpilih. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kadar abu
78
bahan baku awal yaitu tepung beras putih termodifikasi dan tepung beras putih
Ahmad (2020) melaporkan bahwa kadar abu pada tepung beras putih
BAL SBM.3D dengan lama fermentasi 48 jam sebesar 0,52% sedangkan kadar abu
tepung beras putih tanpa modifikasi sebesar 0,53%. Meskipun demikian, rerata
kadar abu pada cake perlakuan tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D
mempunyai nilai rerata sedikit lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan tepung
beras putih tanpa modifikasi. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan selama
sehingga mineral ditarik atau dimakan oleh mikroba yang mengakibatkan mineral
yang ada pada tepung berkurang. Mineral dibutuhkan mikroba sebagai akseptor
elektron dalam metabolisme glukosa dan gula lainnya (Salminen dan Wright,
1998).
gula, telur dan margarin ditakar dengan proporsi bahan yang sama sehingga
kandungan mineral yang menambah kandungan abu pada cake juga tidak
Rakhmawati et al. (2014) kadar abu bahan baku awal yang tinggi akan
mempengaruhi kadar abu pada produk akhir yang dihasilkan. Selain itu, kadar abu
juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan bahan penunjang lainnya karena memiliki
(Mustaqim, 2012). Kadar abu pada suatu produk makanan akan ikut menentukan
maksimum sebesar 3%, sehingga dapat dikatakan bahwa kadar abu memenuhi
syarat mutu cake. Pada umumnya kadar abu (mineral) cukup stabil selama
(Wijayanti, 2005). Semakin tinggi kadar abu maka semakin tinggi kadar mineral
dalam bahan tersebut. Unsur mineral merupakan zat organik atau yang dikenal
Protein merupakan salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh manusia,
karena berfungsi sebagai penghasil energi dalam tubuh dan berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Sifat protein sebagai pengatur yang dimiliki oleh enzim,
selain zat pembangun protein juga berfungsi sebagai jaringan dalam tubuh
(Winarno, 2008).
protein pada C4 (tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D) sebesar 5,88%bb
lebih besar dibandingkan pada C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi) yaitu
mendapatkan hasil yang menunjukkan berbeda nyata antara sampel kontrol dan
terpilih. Hal ini diduga disebabkan oleh kandungan protein yang terdapat pada
bahan dasar. Ahmad (2020) melaporkan bahwa kadar protein terlarut tepung beras
al. (2017) bahwa nilai kadar protein cake yang terbuat dari beras putih lebih rendah
yaitu sebesar 6% dibandingkan dengan cake yang terbuat dari beras hitam dengan
nilai kadar protein sebesar 8,58%. Kadar protein cake beras hitam lebih tinggi
dikarenakan kadar protein yang terkandung pada beras hitam secara umum lebih
tinggi dibandingkan beras putih. Selain penggunaan bahan dasar, peningkatan nilai
protein cake pada penelitian ini dikarenakan oleh adanya sumbangan nutrisi dari
pembuatannya.
Minyak atau lemak berfungsi sebagai sumber energi dan pelarut vitamin A,
D, E, dan K serta merupakan sumber asam-asam lemak tak jenuh yang esensial,
yaitu linoleat dan linolenat (Sudarmadji et al., 1989). Lemak merujuk pada jenis
lipid yang bersifat padat pada suhu ruang, sementara minyak bersifat cair. Akan
tetapi, istilah lemak sering dianggap sebagai sinonim dari lipid dan minyak,
sehingga ketika disebut total lemak, termasuklah didalamnya baik lipid yang padat
maupun yang cair pada suhu ruang. Lipid merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan kumpulan senyawa yang terdiri atas asam lemak dan turunannya
yang tidak larut didalam air, akan tetapi larut di pelarut organik non-polar seperti
C4 (tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D) sebesar 21,70%bb lebih kecil
hasil yang menunjukkan berbeda nyata antara sampel kontrol dan terpilih.
Sedangkan pada penelitian lain oleh Azizah et al. (2020) menyatakan bahwa nilai
Lombok) diperoleh pada perlakuan 100% tepung beras putih sebesar 21,11%. Hasil
penelitian lain oleh Rosida et al. (2020) kadar lemak cake yang dihasilkan,
sebanyak 50%,60% dan 70%. Semakin banyak penambahan margarin maka kadar
lemak cake semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena margarin terdiri dari 80-
margarin diduga turut menyumbangkan lemak pada cake serta ditambah dengan
kandungan lemak yang terdapat pada bahan utama, sehingga kadar lemak yang
dihasilkan juga semakin tinggi. Pernyataan tersebut sesuai dengan kadar lemak cake
yang diperoleh pada penelitian ini yaitu selain dipengaruhi oleh jenis tepung yang
yaitu dengan perbandingan 1:1 (100 g tepung beras: 100 g gula pasir: 100 g
margarin). Hal ini dikarenakan bakteri asam laktat memiliki aktivitas lipolitik yang
menghasilkan enzim lipase. Enzim ini dapat memecah lemak menjadi senyawa
Menurut Nisa dan Wardani (2016), gliserol bersifat larut dalam air sehingga
dapat hilang pada saat proses pembuatan tepung ketika bahan baku diberi perlakuan
dengan air. Pada penelitian ini juga pembuatan tepung beras putih modifikasi
gliserol berkurang. Selain hal tersebut, kadar lemak yang dianalisis menggunakan
metode ekstraksi sokhlet dapat dapat menurunkan kadar lemak bahan pangan
selama proses pemanasan, demikian juga dengan asam lemaknya, baik esensial
Karbohidrat merupakan suatu kelompok zat yang terdiri atas unsur karbon,
hidrogen dan oksigen dimana pembakarannya akan menghasilkan CO2 dan H2O.
52,00%bb lebih kecil dibandingkan pada C1 (tepung beras putih tanpa modifikasi)
kontrol dan terpilih. Chahyani (2019) melaporkan bahwa proses fermentasi dapat
dipengaruhi oleh komponen nutrisi lain yaitu kandungan kadar air, abu, protein dan
lemak. Semakin tinggi komponen nutrisi lain maka kadar karbohidrat semakin
rendah dan sebaliknya semakin rendah komponen nutrisi lain maka kadar
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
berpengaruh sangat nyata pada parameter tekstur serta berpengaruh tidak nyata
suka, aroma (sangat suka), tekstur (suka) dan rasa (suka). Deskriptif warna
dengan kategori (agak kuning kecoklatan), aroma (aroma beras putih agak kuat),
tekstur (sangat lembut) dan rasa (rasa beras putih agak kuat).
sifat fisik yang meliputi daya pengembangan, densitas kamba dan porositas serta
berbeda tidak nyata pada kekerasan tekstur (hardness). Pada nilai proksimat
cake beras putih termodifikasi terpilih berbeda nyata terhadap nilai kadar air,
kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat serta berbeda tidak nyata
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan dalam penyusunan hasil penelitian ini
adalah perlu dilakukan uji lanjut mengenai umur simpan cake dari hasil perlakuan
untuk mengetahui seberapa tahan produk untuk dipasarkan. Selain itu, tepung beras
putih termodifikasi memiliki potensi yang perlu dioptimalkan untuk menjadi bahan
baku pembuatan produk pangan selain cake sehingga perlu dilakukan uji lanjut
mengenai produk apa saja yang dapat diolah menggunakan tepung beras putih
termodifikasi.
86
DAFTAR PUSTAKA
Adnan M, Mulyati T, Iswoyo JT. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM). Jurnal Gizi
Universitas Muhammadiyah Semarang. 3(1)
Adnan NS. 2018. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari
Fermentasi Air Cucian Beras Merah (Oryza nivara). Skripsi. Jurusan Ilmu
dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian.
Universitas Halu Oleo. Kendari.
Anggraeni YP, Yuwono SS. 2014. Pengaruh Fermentasi Alami pada Chips Ubi
Jalar (Ipomoea batatas) terhadap Sifat Fisik Tepung Ubi Jalar Terfermentasi.
Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2): 59-69.
Azizah HI, Yusa NM, Wiadyani S. 2020. Pengaruh Perbandingan Tepung Ketan
Putih dengan Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap
Karakteristik Temerodok. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 9(1): 30-37
Badan Pusat Statistik. 2021. Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia. Jakarta.
BRS.
Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 3549-2009 Tentang Syarat Mutu Tepung
Beras. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia (SNI) Standar
Mutu Roti Tawar (SNI 01-3840-1995). Jakarta. Departemen Perindustrian.
Bella SCG.2021. Pengaruh Lama Inkubasi dan Penambahan Filtrat Crude Enzyme
Amylase Kapang Tempe (Rhizopus oligosporus) Terhadap Karakteristik
Tepung Beras Putih (Oryza sativa L.) Kultivar Wakacinda). Skripsi. Jurusan
Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi dan Industri. Universitas
Haluoleo. Kendari.
Besari A, Novi. 2017. Pengaruh Konsentrasi Terung Beras dalam Pembuatan Roll
Cake.http://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/tp/article/view/275 Akses: 10
September 2022.
Budiman A. 2011. Isolasi Enzim α-Glukosidase dari Gabah (Oryza sativa var.
Ciherang). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Depok.
Damardjati DS. 1995. Karakterisasi Sifat dan Standarisasi Mutu Beras Sebagai
Landasan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Padi di Indonesia.
Jakarta. Badan Litbang Pertanian.
Damardjati, DS, Widowati, SJ, Wargiono, Purba S. 2000. Potensi dan Kacang-
kacangan untuk Penganekaragaman Pangan. Makalah pada Lokakarya
Pengembangan.
Depkes RI. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta. Depkes RI.
Ekayani IA. 2011. Definisi Penggunaan Telur dalam Pembuatan Sponge Cake.
JPTK. 8(2): 59-74.
89
Erinc H,Mert B, Tekin A. 2018. Different Sized Wheat Bran Fibers as fat Mimetic
in Biscuits: its Effect on Dough Rheology and Biscuit Quality. Journal of
Food Scince and Technology. 55(10):3960-3970
Ginting E, Suprapto. 2005. Pemanfaatan Pati Ubi Jalar Sebagai Substitusi Terigu
Pada Pembuatan Roti Manis. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Inovatif Pasca Panen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian,
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Bogor:
86-97.
Hasiani VVI, Ahmad, Rijai L. 2015. Isolasi Jamur Endofit dan Produksi Metabolit
Sekunder Antioksidan dari Daun Pacar (Lawsonia inermis L.). Jurnal Sains
dan Kesehatan.1(4) : 2407-6082
Hasniar, Rais M, Fadilah R. 2019. Analisis Kandungan Gizi dan Uji Organoleptik
pada Bakso Tempe dengan Penambahan Daun Kelor (Moringa Oleifera).
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian.5: 189-200.
Hera EDL; Rosell CM, Gomez M. 2014. Effect of Water Content and Flour Particle
Size on Gluten Free Bread Quality and Digestibility. Food Chemistry. 151:
90
Imami RH, Sutrisno A. 2018. Pengaruh Proporsi Telur dan Gula Serta Suhu
Pengovenan terhadap Kualitas Fisik, Kimia dan Organoleptik pada Bolu
Bebas Gluten dari Pasta Ubi Kayu (Manihot Esculenta). Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 6(3): 89-99.
Imanningsih N. 2012. Profil Gelatinisasi Beberapa Formulasi Tepung-Tepungan
untuk Pendugaan Sifat Pemasakan. Penel Gizi Makan. 35(1):13-22
Imas T. 2009. Mikrobiologi Esensial. Jakarta. Ardy Agency.
Indrasari SD, Purwani EY, Widowati S, Damardjati, DS. 2009. Peningkatan Mutu
Nilai Tambah Beras Melalui Mutu Fisik, Cita Rasa dan Gizi dalam Padi
Inovasi dan Teknologi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang.
Indiarto RB, Nurhadi, Subroto E. 2012. Kajian karakteristik Tesktur (texture profil
analysis) dan Organoleptik Daging Ayam Asap Berbasisi Teknologi Asap
Cair Tempurung Kelapa. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 5:2: 106-116.
Iswari K, Astuti HF, Srimaryati. 2014. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Mutu
Tepung. 1250-1491.
Midayanto DN, Yuwono SS. 2014. Penentuan Atribut Mutu Tekstur Tahu untuk
Direkomendasikan Sebagai Syarat Tambahan dalam Standar Nasional
Indonesia. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(4): 259-267.
Mozzi F, Raya RR, Fignolo GM. 2010. Biotecnology of Lactic Acid Bacteria Novel
Application. USA. Wiley Blackwell Publishing.
Nangin D, Aji S. 2015. Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah Dari Mikroba. Novel
Application. USA.Wiley Blackwell Publishing.
Nisa AK, Wardani AK. 2016. Pengaruh Lama Pengasapan dan Lama Fermentasi
Terhadap Sosis Fermentasi Ikan Lele (Clarias gariepinus). Jurnal Pangan
dan Agroindustri. 4(1): 367-376.
Noviati M. 2007. Optimasi Kadar Molase dalam Medium Ekstrak Ubi Jalar Untuk
Pertumbuhan Khamir R1 dan R2 pada Fermontor Air-Lift 18 Liter.
Skripsi.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Novianto. 2019. Pengukuran Nilai Porositas Menggunakan Software Image-J.
Yogyakarta. LRMPHP.
93
Nur H. 2005. Pembentukan Asam Organik oleh Isolat Bakteri Asam Laktat pada
Media Ekstrak Daging Buah Durian (Durio zibethinus Murr.). Bioscientiae.
2(1):15-24.
Ocloo FCK, Bansa D, Boatin R, Adom T and Agbemavor WS. 2010. Physico-
chemical, Fuctional and Pasting Characteristics of Flour Produced from
Jackfruits (Artocarpus heterophyllus) Seeds. Agriculture and Biology
Journal of North America. 5: 903-908.
Parker R. 2003. Penyelenggara Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta. Bathara.
Rahayu E, Farida. 2010. Modul Diklat Aneka Cake. Padang: Dinas Pendidikan
Kota Padang.
Raksananda SA. 2019. Pengaruh Perbandingan Tepung Beras Merah (Oriza Sativa)
dengan Tepung Beras Putih (Oryza Sativa L.) dan Suhu Pemanggangan
Terhadap Karakteristik Cookies Cokelat. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Pasundan. Bandung.
Refdi CW, Fajri PY. 2017. Komposisi Gizi dan Pati Tepung Beras Rendang Dari
Beberapa Sentra Produksi di Kota Payakumbuh Sumatera Barat. Jurnal
Teknologi Pertanian andalas. 21(1):40-44.
Risa AP, Marsiti, Cok IR. 2007. Modul “Pelatihan Ketrampilan Boga”. Singaraja.
Undiksha.
Rosida DF, Putri NA, Oktafiani M. 2020. Karakteristik Cookies Tepung Kimpul
Termodifikasi (Xanthosoma sagittifolium) dengan Penambahan Tapioka.
Agrointek. 14(1):45-56.
Rustan, Reskia I. 2013. Studi Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari
Fermentasi Cabai Rawit (Capsicum fructencens L). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sinar P, Rais M, Sukainah A. 2016. Modifikasi Beras Ketan (Oryza sativa L. var.
glutinosa) pada Pembuatan Golla Kambu (Kue Tradisional Mandar). Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian. 2:86-96.
Singh RK, US Singh, GS Khush. 2000. Aromatik Rice Science. USA. Publisher
Inc.
Suarni S, Patong R. 2010. Potency of Mung Bean Sprout as Enzyme Source (A-
Amilase). Indonesia Journal of Chemistry. 7(3): 332-336.
Subagio A. 2006. Ubi Kayu Subtitusi berbagai Tepung-tepungan. Food
Review.1(3): 18-22.
Subagio A. 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Elex Media
Komputindo.
Surono DI. 2017. Kualitas Fisik dan Sensoris Roti Tawar Bebas Gluten Bebas
Kasein Berbahan Dasar Tepung Komposit Pisang Goroho (Musa Acuminate
L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Unsrat. Manado.
Tarwendah IP. 2017. Studi Komparasi Atribut Sensoris dan Kesadaran Merek
Produk Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 5(2): 66-73.
Utomo. 2020. Pengaruh Lama Inkubasi dan Penambahan Filtrat Crude Enzyme
Amylase Kapang Tempe (Rhizopus oligosporus) Terhadap Karakteristik
Tepung Ubi Jalar Kuning(Ipomoea batatas L.). Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Halu Oleo. Kendari.
Widodo R, Harijanto SD, Rosida DA. 2014. Aspek Mutu Roti Tawar untuk
Diabetes Berbahan Baku Tepung Porang dan Tepung Suweg. Jurnal Agro-
know. 2(1): 1-12.
Winarno FG. 1986. Air untuk Industri Pangan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Winarno FG. 2008. Ilmu Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Wulandari FK, Setiani BE, Susanti S.2017. Analisis Kandungan Gizi, Nilai Energi
dan Uji Organoleptik Cookies Tepung Beras dengan Substitusi Tepung
Sukun. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 5(4): 107-156.
Wurara CE.2020. Pengaruh Lama fermentasi dan Konsentrasi Bakteri Asam Laktat
SBM.4A Terhadap Sifat Fisikokimia Tepung Beras Putih (Oryza sativa L.)
Kultivar Wakacinda Modifikasi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Haluoleo. Kendari.
LAMPIRAN
C4 C4 C3 C2
(1) (2) (1) (3)
C2 C4 C3 C2
(3) (1) (4) (1)
C3 C1 C4 C1
(2) (2) (1) (4)
C3 C1 C1 C2
(3) (4) (3) (1)
Keterangan:
Beras putih
(Oryza sativa L.)
Pembuatan Cake
Cake
Penirisan
Perlakuan
Lampiran 4. Diagram Alir Pembuatan Tepung Beras Putih Isolat BAL SBM.
4A (Wurara, 2020)
Penirisan
Penirisan
Lampiran 5. Diagram Alir Pembuatan Tepung Beras Putih Isolat BAL SBM.
3D (Ahmad, 2020)
Penirisan
Penirisan
Cake
104
Cawan petri dibersihkan dan dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC
sebagai bobot awal. Sampel dalam cawan dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C selama 5 jam. Setelah proses pengeringan, cawan berisi sampel dikeluarkan dari
dalam oven dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Dipanaskan lagi
ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh bobot tetap (selisih dua
penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 g), kehilangan berat tersebut dihitung
𝑊2−𝑊3
Kadar air (%) = 𝑊2−𝑊1 x 100%
Keterangan:
bobotnya. Sampel dipanaskan ke dalam oven pada suhu 105 oC hingga diperoleh
bahan kering, kemudian dipijarkan dalam tanur pada suhu 600 oC selama 5 jam.
𝑊3−𝑊1
Kadar abu (%) = 𝑊2−𝑊1 x 100%
Keterangan:
pemanas listrik, panaskan sampai larutan contoh tersebut berwarna jernih. Larutan
hati-hati dan perlahan, karena akan menimbulkan panas). Larutan berisikan sampel
Destilat ditampung dengan larutan asam borat 2% dalam Erlenmeyer yang sudah
tersebut dititrasi dengan HCl 0.01 N, sampai terbentuk warna titik akhir merah
muda yang tidak hilang dalam 30 detik. Penetapan kadar blanko, dilakukan dengan
persamaan berikut:
Keterangan:
bebas lemak. Kertas saring yang berisi sampel dimasukkan ke dalam alat soxhlet.
Kemudian alat kondensor di atas dan labu di bawahnya. Pelarut heksan atau
petroleum benzene dituang ke dalam labu 100 mL dan dilakukan reflux sampai
pelarut yang turun ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada dilabu lemak
didestilasi dan ditampung. Kemudian labu lemak yang berisi hasil ekstraksi
dipanaskan dalam oven pada suhu 105 °C. Hasil ekstraksi dikeringkan sampai
bobot tetap dan didinginkan dalam desikator, labu ditimbang. Bobot lemak dapat
W1−W2
Kadar lemak (%) = x 100 %
W
perhitungan melibatkan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.
Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam menghitung kadar karbohidrat
Kadar karbohidrat (%) = 100% - (% kadar air + % kadar abu + % kadar lemak +
% kadar protein)
109
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Hari/Tanggal :
1. 747
2. 613
3. 612
4. 621
Keterangan:
Nama panelis :
Usia :
Jenis kelamin :
Petunjuk : Cicipilah sampel cake sesuai dengan kode yang tersedia. Nyatakan
penilaian Anda terhadap sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma dan tekstur
dengan memberikan tanda ceklis (✓) pada kode sampel yang tersedia sesuai dengan
keterangan penilaian yang terdapat pada tabel atau berikan tulisan kode sampel
pada kotak warna sesuai dengan kriteria yang Anda lihat. Setiap selesai mencicipi
satu sampel, netralkan indera pengecap Anda dengan air mineral. Terima kasih atas
kerjasamanya.
(SKK)
(KK)
(AKK)
(K)
(TK)
Keterangan:
SKK= Sangat Kuning Kecoklatan KK = Kuning Kecoklatan
Keterangan:
Keterangan:
Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 0,9687 0,3229 1,31tn 2,662569 3,909644
Galat 156 38,5250 0,2469
Total 159 39,4937
KK = 11,1830%
Keterangan: tn = tidak nyata
115
Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 2,9687 0,9895 3,04* 2,6626 3,9096
Galat 156 50,7750 0,3254
Total 159 53,7437
KK = 13,02161%
Keterangan: * = berpengaruh nyata
117
Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 8,9187 2,9729 6,84** 2,6626 3,9096
Galat 156 67,7750 0,4344
Total 159 76,6937
KK = 18,08939%
Keterangan: ** = berpengaruh sangat nyata
119
FTABEL
SK DB JK KT F.Hitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 4,5250 1,5083 3,83* 2,6626 3,9096
Galat 156 61,4500 0,3939
Total 159 65,9750
KK = 17,86826%
Keterangan: * = berpengaruh nyata
121
Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 0,3250 0,1083 0,17tn 2,6625 3,9096
Galat 156 97,4500 0,6246
Total 156 97,7750
KK = 22,82647%
Keterangan: tn= berpengaruh tidak nyata
123
Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 6,3187 2,1062 3,07* 6,3187 3,9096
Galat 156 106,9250 0,6854
Total 159 113,2437
KK = 22,79928%
Keterangan: *= berpengaruh nyata
125
Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 8,5687 2,8562 7,17** 2,662569 3,909644
Galat 156 62,1750 0,3985
Total 159 70,7437
KK = 14,6179%
Keterangan: **= berpengaruh sangat nyata
127
Ftabel
SK DB JK KT Fhitung
0,05 0,01
Perlakuan 3 3,6687 1,2229 2,74* 2,662569 3,909644
Galat 156 69,5750 0,4459
Total 159 73,2437
KK = 18,71321%
Keterangan: *= berpengaruh nyata
129
Lampiran 22a. Hasil Uji Derajat Pengembangan Cake Perlakuan Terpilih dan
Kontrol
Lampiran 22b. Hasil Analisis Uji T Derajat Pengembangan Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
Lampiran 23a. Hasil Uji Porositas Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Rerata Stdv
Kode Diameter Diameter Diameter
Sampel Ulangan Pori Pori Pori Pori Rerata Stdv
1 0,26
2 0,30
3 0,18
1 0,24 0,04
4 0,26
5 0,25
6 0,20
1 0,26
2 0,33
2 3 0,41 0,33 0,08
C1 4 0,23 0,33 0,02
5 0,40
1 0,40
2 0,45
3 0,37 0,07
3 0,31
4 0,33
1 0,40
2 0,40
4 0,38 0,03
3 0,38
4 0,33
1 0,66
2 0,63
3 0,60
1 4 0,42 0,53 0,13
5 0,65
6 0,46
7 0,32
1 0,55
C4 2 0,51 0,44 0,05
2 3 0,42 0,45 0,09
4 0,46
5 0,33
1 0,46
2 0,46
3 3 0,53 0,39 0,14
4 0,18
5 0,34
132
1 0,75
2 0,40
4 3 0,31 0,40 0,21
4 0,21
5 0,34
133
Lampiran 23b. Hasil Analisis Uji T Porositas Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
Lampiran 24a. Hasil Uji Densitas Kamba Cake Perlakuan Terpilih dan
Kontrol
Lampiran 24b. Hasil Analisis Uji T Densitas Kamba Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
Lampiran 25b. Hasil Analisis Uji T Kekerasan Tekstur (hardness) Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
Lampiran 26a. Penentuan Hasil Kadar Air Cake Perlakuan Terpilih dan
Kontrol
Sebelum
Cawan oven+bobot Sesudah oven
Kode Kosong sampel +bobot Kadar Nilai
Sampel Ulangan (W1) (W2) sampel (W3) Air (%) Rerata STD
1 13,755 16,037 15,583 19,89
2 16,214 18,725 18,214 20,36
C1 20,36 0,40
3 17,220 20,081 19,500 20,31
4 17,667 20,057 19,558 20,87
1 19,152 22,019 21,517 17,51
2 17,648 20,083 19,670 16,98
C4 17,23 0,25
3 17,921 20,011 19,648 17,38
4 17,681 20,054 19,649 17,05
139
Lampiran 26b. Hasil Analisis Uji T Kadar Air Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
kadar_air Equal variances assumed .095 .769 13.145 6 .000 3.12750 .23792 2.54533 3.70967
Equal variances not assumed 13.145 5.088 .000 3.12750 .23792 2.51906 3.73594
140
Lampiran 27a. Penentuan Hasil Kadar Abu Cake Perlakuan Terpilih dan
Kontrol
Sebelum Sesudah
Cawan Oven Oven
Kode Kadar Abu Nilai
Ulangan Kosong +Bobot +Bobot Rerata
Sampel (%) STD
(W1) Sampel Sampel
(W2) (W3)
1 15,6665 18,1590 15,7019 1,42
C1 2 15,2105 17,8010 15,2379 1,06
1,06 0,25
3 14,4871 17,1161 14,5117 0,94
4 15,4778 18,1280 15,5001 0,84
1 15,0368 18,0614 15,0614 0,81
C4 2 14,7544 17,3822 14,7774 0,88
0,88 0,05
3 15,3129 18,0611 15,3383 0,92
4 13,9135 16,0242 13,9326 0,90
141
Lampiran 27b. Hasil Analisis Uji T Kadar Abu Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
kadar_abu Equal variances assumed 3.615 .106 1.455 6 .196 .18750 .12883 -.12774 .50274
Equal variances not assumed 1.455 3.214 .236 .18750 .12883 -.20747 .58247
142
Lampiran 28a. Penentuan Hasil Kadar Lemak Cake Perlakuan Terpilih dan
Kontrol
Selongsong Selongsong
Selongsong
Kode + Sampel + Sampel Kadar Nilai
Ulangan Kosong Rerata
Sampel sebelum sesudah Lemak (%) STD
(W1)
oven (W2) oven (W3)
1 3,056 3,240 2,556 22,39
C1 2 3,021 3,365 2,686 22,47
22,66 0,28
3 3,110 3,013 2,304 22,80
4 3,002 3,213 2,523 22,99
1 3,030 3,341 2,691 21,45
C4 2 3,119 3,050 2,366 21,93
21,70 0,27
3 3,053 3,300 2,644 21,49
4 3,078 3,330 2,655 21,94
143
Lampiran 28b. Hasil Analisis Uji T Kadar Lemak Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
Std. Error
hasil N Mean Std. Deviation Mean
Kadar_lemak Equal variances assumed .027 .875 4.805 6 .003 .95250 .19824 .46743 1.43757
Equal variances not assumed 4.805 5.962 .003 .95250 .19824 .46669 1.43831
144
Lampiran 29a. Penentuan Hasil Kadar Protein Cake Perlakuan Terpilih dan
Kontrol
Lampiran 29b. Hasil Analisis Uji T Kadar Protein Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
kadar_protein Equal variances assumed 3.006 .134 -13.113 6 .000 -2.86675 .21862 -3.40169 -2.33181
Equal variances not assumed -13.113 3.000 .001 -2.86675 .21862 -3.56249 -2.17101
146
Lampiran 29c. Hasil Analisis Uji Protein Cake Perlakuan Terpilih dan
Kontrol
147
Lampiran 30b. Hasil Analisis Uji T Kadar Karbohidrat Cake Perlakuan Terpilih dan Kontrol
Group Statistics
(j) (k)
Keterangan: (a) Penimbangan sampel beras putih Wakacinda, (b) Pencucian, (c)
Penirisan, (d) Fermentasi beras putih, (e) Pengovenan, (f) Penghalusan beras putih,
(g) Pengayakan beras putih (h) Tepung beras putih tanpa modifikasi, (i) Tepung
beras putih termodifikasi crude enzyme amylase, (j) Tepung beras putih
termodifikasi BAL SBM.4A, (k) tepung beras putih termodifikasi BAL SBM.3D
3
(d) (e)
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan: (a) Uji derajat pengembangan cake, (b) Uji Porositas cake, (c) Uji
Keterangan: (a) Uji Kadar air, (b) Uji Kadar Abu, (c) Uji Kadar Lemak