Anda di halaman 1dari 106

SKRIPSI

PENGARUH FORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max)


TERHADAP NILAI GIZI DAN ORGANOLEPTIK KUE KARASI

Oleh:

LILIANI
Q1A118110

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
PENGARUH FORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max)
TERHADAP NILAI GIZI DAN ORGANOLEPTIK KUE KARASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Pertanian


untuk memenuhi salah satu syarat dalam untuk memperoleh
gelar sarjana pada Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan

Oleh:

LILIANI
Q1A118110

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA

BUAT DENGAN KARYA SENDIRI DAN DIBUAT DENGAN

SERANGKAIAN GAGASAN, RUMUSAN DAN PENELITIAN YANG TELAH

SAYA BUAT SENDIRI DENGAN ARAHAN TIM PEMBIMBING. APABILA

DIKEMUDIA HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA

SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL PLAGIAT, MAKA SAYA BERSEDIA

MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.

Kendari, Januari 2023

LILIANI
NIM. Q1A1 18 110

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Fortifikasi Tepung Kedelai (Glycine Max)

Terhadap Nilai Gizi Dan Organoleptik Kue Karasi

Nama : Liliani

Nim : Q1A1 18 110

Program Studi : Teknologi Pangan

Kosentrasi : Gizi Pangan

Jurusan : Ilmu dan Teknologi Pangan

Menyetujui,

Pembimbing I Pe mbimbing II

Prof. Dr. Ir. H. Ansharullah, M.Sc Dr. H. Tamrin, SP., M.P


NIP. 19630504 198603 1 002 NIP. 19690517 200212 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan/Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Dr. Nur Asyik, SP., M. Si


NIP. 19731115 200812 1 002

iv
Halaman Persetujuan Panitia Penguji

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamndulilah, segala puji hanya milik Allah SWT. Atas segala curahan

rahmat dan hidayah-Nya serta taufiq-Nya, Rob semesta alam, pencipta, pemilik

dan pengatur jagad raya yang Maha pengasih lagi Maha penyayang yang mana

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Fortifikasi

Tepung Kedelai (Glysin max) Terhadap Nilai Gizi dan Organoleptik Kue

Karasi”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat akademis dalam

menyelesaikan studi program sarjana (S1) Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad Saw yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan

kebaikan yakni Dinul-Islam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan

dan kelemahan baik dari segi tehnik penulis maupun materi pembahasan. Oleh

karena itu, kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki penulis berharap dengan

segala kerendahan hati penulis meminta saran dan kritik yang konstruktif dari

berbagai pihak. Dengan menyadari tanpa bantuan dari berbagaai pihak, baik

secara moril maupun materil maka penulis mungkin tidak dapat menyelesaikan

skripsi ini. Teriring rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada bapak Prof.

Dr. Ir. H. Ansharullah, M.Sc selaku pembimbing I dan bapak Dr. H. Tamrin,

SP., M.P selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

vi
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan

ketulusan hati mereka selama ini yang senantiasa mendidik penulis dengan kasih

sayang, memberikan motivasi, nasehat dan masukan yang dapat membangun

potensi diri penulis, semua itu akan saya jadikan pegangan dalam menempuh dan

meraih cita-cita dimasa yang akan datang.

Ucapan terimakasih dan penghormatan setinggi-tingginya kepada

Ayahanda Alm. La Mbeho dan Ibunda tercinta Wa Subaeda, yang telah

membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, pengorbanan,

serta dukungan moral maupun materi demi berhasilnya penulis dalam

menyelesaikan pendidikan. Ucapan terimakasih dan penghormatan kepada bapak

sambung saya Bapak La Ode Arwa yang telah mendukung dan membantu

membiayai penulis dengan penuh kasih sayang dalam menyelesaikan pendidikan.

Proses penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bimbingan,

arahan, dukungan baik secara moril maupun materil, serta doa dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Zamrun F, S.Si, M.Si. M.Sc. selaku Rektor

Universitas Halu Oleo

2. Bapak Prof. Dr. Ir. R. Marzuki Iswandi, M.Si selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Halu Oleo, beserta Wakil Dekan I Prof. Ir. H. Andi

Khaeruni R., M.Si, Wakil Dekan II Dr. Awwaluddin Hamzah, S.P., M.Si

dan Wakil Dekan III Dr. La Ode Alwi, S.P., M.P.

vii
3. Bapak Dr. Nur Asyik, S.P., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu dan Teknologi

Pangan Universitas Halu Oleo dan ibu Mariani L, S.P., M.Sc, selaku

sekretaris jurusan.

4. Ibu RH. Fitri Faradilla, S.TP., M.Sc., Ph.D, selaku Penasehat Akademik

yang telah membimbing dan menasehati penulis selama proses penyelesaian

studi.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan yang telah

memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat serta seluruh staf

yang telah memberikan fasilitas dan memudahkan dalam pengurusan

admisnitrasi selama masa kuliah Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas

Pertanian, Universitas Halu Oleo.

6. Kepala Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,

Universitas Halu Oleo, ibu RH. Fitri Faradilla, S.TP., M.Sc., Ph.D.

7. Bapak dan ibu pengelola Bidikmisi yang telah memberikan beasiswa kuliah

yang sangat bermanfaat dari awal masuk perguruan tinggi sampai diakhir masa

studi.

8. Saudara saudariku tersayang Andriani, Misriani, S.Pt, Hasrani, Muhammad

Faiz Al Dirga, nenek tercinta Wa Haidi dan almh. Wa Umbi dan kakek Alm.

La Ngkodhu dan Alm. La Rimaha, seluruh keluarga besar serta para sahabat

dan semua pihak atas doa dan dukungannya.

9. Senior penulis Dwi Sandi, S.TP, serta senior-senior lainnya yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian penulisan penelitian ini.

viii
10. Sahabat penulis Wa Ode Sri Astika, Wiyana, Tuti Lestariani, Wa Ode Aisyah,

Isye Ariesha Ahiri, Dilla Praticia, Sukmawati, Diana, Misnawati, Wa Ode

Rahmaniar, Risma Wila Sakti Riwasa, Keluarga ITP C 2018, Keluarga Besar

ITP 2018, Atlet Rebahan, Dilarang Keras Baper, Team KKN, Ikmala, serta

seluruh sahabat penulis yang selalu membantu, mendukung, memotivasi baik

dalam kehidupan sehari-hari..

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari materi maupun tehnik penulisannya. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam

rangka perbaikan skripsi ini. terlepas dari kekurangan yang ada semoga karya ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin Yaa Rabbal Alamin.

Kendari, 19 Januari 2023

Liliani
NIM. Q1A1 18 110

ix
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Liliani biasa dipanggil Lili, penulis dilahirkan

di Desa Lailangga, 21 Agustus 1999 dan merupakan anak ke

tiga dari 5 bersaudara dari pasangan bapak Alm. La Mbeho dan

ibu Wa Subaeda. Penulis memulai pendidikan di TK

Gersamatan pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2006,

kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SDN 7 Lawa dan lulus pada pada

tahun 2012, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Wadaga dan

lulus pada tahun 2015, lalu penulis kembali melanjutkan pendidikan di tingkat

menengah atas di SMAN 1 Wadaga jurusan IPA dan lulus pada tahun 2018. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri

Universitas Halu Oleo melalui jalur SBMPTN dan lulus sebagai mahasiswa

Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan.

Pada tahun 2021 penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Fortifikasi Tepung Kedelai (Glycine max) terhadap Nilai Gizi dan Organoleptik

Kue Karasi” sabagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

jenjang S1 di Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas

Halu Oleo.

x
ABSTRAK

Liliani (Q1A1 18 110) Pengaruh Fortifikasi Tepung Kedelai (Glycine max)


terhadap Nilai Gizi dan Organoleptik Kue Karasi, Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir.
H. Ansharullah, M. Sc sebagai Pembimbing I dan Dr. H. Tamrin SP., M.P
sebagai pembimbing II.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh fortifikasi tepung kedelai


terhadap nilai gizi dan organoleptik kue karasi, pemanfaatan tepung beras merah
sebagai bahan pengganti dari tepung beras putih. Metode penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 jenis perlakuan
dan 3 kali ulangan yaitu K0 (0g), K1 (5 g), K2 (10 g), K3 (15 g) dan K4 (20 g)
sehingga menghasilkan 15 unit perlakuan. Data di analisis menggunakan
Analisys Of Varian (ANOVA) dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf kepercayaan 95%. Penambahan tepung kedelai menunjukan
hasil analisis ragam uji organoleptik hedonik berpengaruh sangat nyata terhadap
warna, rasa, tekstur dan berpengaruh nyata terhadap aroma. Hasil penelitian uji
organoleptik hedonik menunjukan bahwa panelis menyukai kue karasi dengan
penambahan tepung kedelai 15 g (K3) dengan rerata kesukaan warna sebesar 3,97
(suka), aroma sebesar 3,87 (suka), rasa sebesar 3,90 (suka), tekstur sebesar 4,00
(suka). Hasil analisis ragam uji organoleptik deskriptif berpengaruh sangat nyata
terhadap warna, rasa, tekstur dan bepengaruh nyata terhadap aroma. Hasil
penelitian uji organoleptik deskriptif menunjukan bahwa panelis menyukai kue
karasi dengan penambahan tepung kedelai 15 g (K3) dengan rerata kesukaan
warna sebesar 3,90 (coklat), aroma sebesar 3,37 (agak beraroma kedelai), rasa
sebesar 3,90 (terasa kedelai), tekstur sebesar 4,17 (renyah). Hasil analisis
kandungan gizi kue karasi pada variabel pengamatan menunjukan nilai kadar air
2,58%, kadar abu 1,29%, kadar lemak 16,20%, kadar protein 13,370%, kadar
karbohidrat 33,339%.

xi
ABSTRACT

Liliani (Q1A1 18 110) The Effect of Fortification of Soybean Flour


(Glycine max) on the Nutritional and Organoleptic Values of Karasi Cake,
supervised by Prof. Dr. Ir. H. Ansharullah, M.Sc as Advisor I and Dr. H.
Tamrin, SP., M.P as supervisor II.

The purpose of this study was to analyze the effect of fortification of


soybean flour on the nutritional and organoleptic values of karasi cakes, the use
of brown rice flour as a substitute for white rice flour as a substitute for white rice
flour. This research method used a completely randomized design (CRD)
consisting of 5 types of treatment and 3 replications, namely K0 (0 g), K1 (5 g),
K2 (10 g), K3 (15 g), and K4 (20 g) resulting in 15 treatment units. The date were
analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan Multiple Range Test
(DMRT) at a 95% confidence level. Hedonic organoleptic test research showed
that the panelists liked karasi cake with the addition of 15 g soy flour (K3) with an
average color preference of 3,97 (likes), aroma of 3,87 (likes), taste of 3,90
(likes), texture of 4,00 (likes). The results of the analysis of variance of the
descriptive organoleptic test had a very significant effect on color, taste, texture
and had a significant effect on the aroma. The result of the descriptive
organoleptic test shower that the panelists liked the karasi cake with the addition
of 15 g soy flour (K3) with an average preference color of 3,90 (chocolate),
aroma of 3,37 (soy flavored), taste of 3,90 soy tastes), texture of 4,17 (crispy).
Results of content analysis nutrition of karasi cake on the observation variable
shows the value of water content 2,58%, ash content 1,29%, fat content 16,20,
protein content 13,370%, carbohydrate contert 33,339%.

xii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iv
HALAM PERSETUJUAN PANITIA PENGUJI ...........................................v
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................x
ABSTRAK .........................................................................................................xi
ABSTRACT ........................................................................................................xii
DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………xviii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….xix

I.PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................4
1.3. Tujuan dan Manfaat .....................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................5


2.1. Deskripsi Teori .............................................................................................5
2.1.1. Kue Karasi .........................................................................................5
2.1.1.1. Kandungan Gizi Kue Karasi ..................................................6
2.1.2. Tepung Beras Merah ..........................................................................6
2.1.2.1. Kandungan Gizi Tepung Beras Merah ..................................7
2.1.2.2. Manfaat Tepung Beras Merah ...............................................8
2.1.3. Tepung Kedelai ..................................................................................10
2.1.3.1. Kandungan Gizi Tepung Kedelai ..........................................11

xiii
2.1.3.2. Manfaat Tepung Kedelai .......................................................13
2.2. Bahan Tambahan Kue Karasi.......................................................................14
2.2.1. Air ......................................................................................................14
2.2.2. Gula Pasir ...........................................................................................15
2.2.3. Garam .................................................................................................15
2.2.4. Tepung Tapioka ................................................................................15
2.3. Minyak Goreng ............................................................................................16
2.4. Uji Organoleptik...........................................................................................16
2.4.1. Warna .................................................................................................17
2.4.2. Aroma ................................................................................................18
2.4.3. Rasa ....................................................................................................18
2.4.4. Tekstur ...............................................................................................18
2.5. Analisis Gizi .................................................................................................19
2.5.1. Kadar Air ...........................................................................................19
2.5.2. Kadar Protein .....................................................................................19
2.5.3. Kadar Lemak ......................................................................................19
2.5.4. Kadar Abu ..........................................................................................20
2.5.5. Kadar Karbohidrat..............................................................................20
2.6. Kerangka Pikir .............................................................................................20
2.7. Hipotesis .......................................................................................................23

III. METODE PENELITIAN ..........................................................................24


3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................................24
3.2. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................24
3.3. Rancangan Penelitian ..................................................................................24
3.4. Prosedur Penelitian.......................................................................................25
3.4.1. Pembuatan Tepung Kedelai ...............................................................25
3.4.2. Pembuatan Tepung Beras Merah .......................................................25
3.4.3. Pembuatan Kue Karasi .......................................................................26
3.5. Variabel Pengamatan ...................................................................................26
3.6. Analisis Data ................................................................................................27

xiv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................28
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................................28
4.1.1. Uji Organoleptik Hedonik ..................................................................28
4.1.1.1. Warna ......................................................................................28
4.1.1.2. Aroma .....................................................................................29
4.1.1.3. Rasa.........................................................................................30
4.1.1.4. Tekstur ....................................................................................31
4.1.2. Uji Organoleptik Deskriptif ................................................................32
4.1.2.1. Warna ......................................................................................32
4.1.2.2. Aroma .....................................................................................33
4.1.2.3. Rasa.........................................................................................34
4.1.2.4. Tekstur ....................................................................................35
4.1.3. Penentuan Perlakuan Terpilih Kue Karasi..........................................35
4.1.4. Hasil Analisis Kandungan Gizi Kue Karasi .......................................36
4.2. Pembahasan.................................................................................................36
4.2.1. Uji Organoleptik .................................................................................36
4.2.1.1. Warna .....................................................................................37
4.2.1.2. Aroma .....................................................................................39
4.2.1.3. Rasa.........................................................................................40
4.2.1.4. Tekstur ....................................................................................42
4.2.2. Analisis Nilai Gizi ..............................................................................43
4.2.2.1. Kada Air .................................................................................43
4.2.2.2. Kadar Abu ...............................................................................45
4.2.2.3. Kadar Lemak...........................................................................46
4.2.2.4. Kadar Protein ..........................................................................47
4.2.2.5. Kadar Karbohidrat ..................................................................48

V. PENUTUP .....................................................................................................50
5.1. Kesimpulan ...........................................................................................50
5.2. Saran .....................................................................................................50

xv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................52
LAMPIRAN .......................................................................................................57

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Kandungan Gizi Kue Karasi .........................................................6

2. Komposisi Kandungan Gzi Tepung Beras Merah ..........................................8

3. Komposisi Kandungan Gizi Tepung Kedelai .................................................13

4. Hasil Analisis Sidik Ragam Uji Organoleptik Hedonik .................................28

5. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Hedonik Warna Kue Karasi ......................29

6. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Hedonik Aroma Kue Karasi......................30

7. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Hedonik Rasa Kue Karasi .........................30

8. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Hedonik Tekstur Kue Karasi ....................31

9. Hasil Analisis Sidik Ragam Uji Organoleptik Deskriptif ...............................32

10. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Deskriptif Warna Kue Karasi..................33

11. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Deskriptif Aroma Kue Karasi .................33

12. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Deskriptif Rasa Kue Karasi ....................34

13. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Deskriptif Tekstur Kue Karasi ................35

14. Hasil Analisis Kandungan Gizi Kue Karasi ..................................................36

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Beras Merah (Oryza nivara) ........................................................................ 7

2. Kacang Kedelai (Glycine max) .................................................................... 11

3. Diagram Alir Kerangka Pikir ....................................................................... 22

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Dena Penilitian .................................................................................................. 57

2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Beras Merah ............................................... 58

3. Diagram Alir Pembuatan Tepung Kedelai ........................................................ 59

4. Diagram Alir Penelitian ................................................................................... 60

5. Diagram Alir Pembuatan Kue Karasi ............................................................... 61

6. Matriks Organoleptik Hedonik ......................................................................... 62

7. Matriks Organoleptik Deskriptif ....................................................................... 63

8. Analisis Kadar Air............................................................................................. 65

9. Analisis Kadar Abu ........................................................................................... 66

10. Analisis Kadar Lemak ..................................................................................... 67

11. Analisis Kadar Protein .................................................................................... 68

12. Analisis Kadar Karbohidrat............................................................................. 69

13. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Warna .......................................................... 70

14. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Aroma ......................................................... 71

15. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Rasa............................................................. 72

16. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Tekstur ........................................................ 73

17. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Warna ....................................................... 74

18. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Aroma ....................................................... 75

19. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Rasa .......................................................... 76

20. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Tekstur ...................................................... 77

xix
21. Hasil Analisis Kadar Air Kue Karasi .............................................................. 78

22. Hasil Analisis Kadar Abu Kue Karasi ............................................................ 79

23. Hasil Analisis Kadar Lemak Kue Karasi ........................................................ 80

24. Hasil Analisis Kadar Protein Kue Karasi ........................................................ 81

25. Hasil Analisis Kadar Karbohidrat Kue Karasi ................................................ 82

26. Proses Pembuatan Tepung Beras Merah ......................................................... 83

27. Proses Pembuatan Tepung Kedelai ................................................................. 84

28. Proses Pembuatan Kue Karasi ........................................................................ 85

29. Dokumentasi Uji Organoleptik ....................................................................... 86

xx
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan jajanan yang tersedia baik di kantin, warung, kedai makanan

atau kafetaria, berdasarkan jenisnya meliputi makanan jajanan jenis berat atau

makanan utama merupakan makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari yang

terdiri dari makanan pokok, lauk pauk dan sayuran, dan makanan jajanan jenis

ringan (snack) yaitu makanan yang sering disantap di luar waktu makanan utama

(Nurhayati, 2012).

Kue karasi merupakan produk kue tradisional khas masyarakat Wakatobi

yang terbuat dari tepung beras. Bahan utama pembuatan kue karasi ini adalah

tepung beras yang dibuat secara tradisional dengan cara ditumbuk kemudian

diayak menggunakan kain halus. Pembuatannya yang unik yang merupakan ciri

khas dari kue karasi yaitu dimana adonan dimasukkan secukupnya dicetakan

menggunakan tempurung kelapa yang telah dilubangi seperti saringan santan

dengan tujuan agar adonan keluar seperti helai rambut. Biasanya masyarakat

membuatnya sebagai cemilan dan biasa juga disajikan dalam berbagai acara adat

(Erni, 2018). Menurut Ardin (2019), selain rasanya yang nikmat, makanan khas

Wakatobi ini dibuat dari bahan yang cukup sederhana dengan teknik

pembuatannya yang unik karena cetakan yang digunakan ketika membuat kue

karasi terbuat dari balok kelapa yang telah dibentuk dan diberikan lubang kecil-

kecil.

Kue Karasi di kalangan masyarakat Buton khususnya daerah Wakatobi

mengenalnya dengan istilah Karasi atau Paka yang berarti bunyi yang dikeluarkan

1
pada proses pengolahannya karena cetakan yang berisi adonan dipukul-pukul

sehingga menghasilkan bunyi “pak pak”. Bunyi “pak-pak” tersebut juga yang

merupakan ciri khas dari kue karasi tersebut. Meskipun sudah lama dikenal

dilingkungan masyarakat namun seiring dengan perkembangan zaman kue Karasi

ini sudah mulai memudar atau kurang dibudayakan selain itu belum ada yang

meneliti atau mengetahui kandungan gizinya. Kue karasi pada umumnya terbuat

dari tepung beras putih, air, gula pasir. (Yasni, 2018).

Pembuatan kue karasi yang terbuat dari tepung beras putih sudah umum

dilakukan oleh masyarakat Wakatobi karena harganya yang murah dan mudah

didapat di pasaran. Karena pentingnya peranan gizi terutama dibidang kesehatan

sehingga perlu diupayakan pengganti tepung beras putih menjadi tepung beras

merah yang tinggi kandungan nilai gizinya dibanding tepung beras putih.

Menurut Hernawan (2016), beras merah (Oryza nivara) merupakan bahan

pangan pokok lain di Indonesia selain beras putih yang bernilai kesehatan tinggi.

Selain mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat dan mineral, beras merah

juga mengandung antosianin. Zat gizi mikro dan phytochemical pada beras merah

lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih. Perbandingan kandungan serat pada

beras merah dan beras putih serta kandungan esensial. Dedak pada beras

mengandung komponen penting yakni serat dan asam lemak esensial. Serat dapat

mencegah penyakit gantrointestinal tract dan penyakit jantung yang merupakan

penyakit yang banyak terjadi di Negara berkembang. The National Canter

Institute merekomendasikan 25 gram serat per hari, apabila dibandngkan beras

putih maka secangkir beras merah mengandung 3,5 gram serat sedangkan beras

2
putih hanya 1 gram. Kandungan minyak esensial pada beras merah dari sebuah

penelitian menemukan bahwa beras merah dapat menurunkan koleserol serum

yang merupakan faktor risiko utama kejadian cardiovascular. Beras merah kaya

akan serat terutama pada bagian lapisan bran, germ, dan endosperm merupakan

komponen yang tetap terdapat pada beras merah (Nuryani, 2013).

Menurut penelitian Erni (2018) melaporkan bahwa pemanfaat umbi uwi

sebagai bahan substitusi dalam pembuatan kue karasi dapat meningkatkan

kandungan vitamin C dan sebagai sumber mineral yang baik. Selain itu, pada

penelitian Ardin (2019) menjelaskan bahwa cangkang telur merupakan limbah

rumah tangga yang dimanfaatkan dalam pembuatan pasta komposit karena

mengandung kalsium karbonat sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan

tambahan dalam pembuatan kue karasi. Banyaknya penelitian dalam pembuatan

kue karasi yang diperkaya vitamin C, mineral dan kalsium namun kandungan

protein masih kurang sehingga perlu dilakukan penelitian meningkatkan

kandungan gizi protein seperti penambahan tepung kedelai.

Menurut penelitian Waliyansyah (2020), saat ini kedelai memiliki peran

dalam memenuhi kebutuhan protein nabati. Hasil yang didapatkan dari tiap tahun

relatif cukup baik, namun peningkatan hasil masih terasa lambat. Kedelai

merupakan salah satu bahan pangan dari kelompok biji-bijian penghasil sumber

protein (asam amino) serta lemak nabati yang sangat penting perannya dalam

kehidupan, walaupun tidak selengkap seperti yang terdapat pada hewani. Kedelai

mengandung protein kurang lebih 35%, bahkan pada varietas unggul dapat

mencapai 40-43% bila dibandingkan dengan beras, jagung, kacang hijau, daging,

3
ikan segar dan telur. Karena mengandung banyak protein kedelai banyak

dimanfaatkan masyarakat sebagai pengganti bahan tambahan agar tercukupi zat

gizi (Rani, 2013). Menurut Salim (2012), tepung kedelai tidak hanya memiliki

kandungan zat gizi protein yang tinggi, tetapi juga merupakan produk olahan

kedelai sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi oleh hampir seluruh

lapisan masyarakat, sehingga berperan dalam mendukung ketahanan pangan dan

meningkatkan status gizi masyarakat. Tepung kedelai diperoleh dari proses

penggilingan terdahulu.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian

pengaruh fortifikasi tepung kedelai terhadap nilai gizi dan organoleptik kue karasi.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh fortifikasi

tepung kedelai terhadap nilai gizi dan organoleptik kue karasi.

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut

1. Untuk menganalisis pengaruh fortifikasi tepung kedelai terhadap nilai gizi

dan organoleptik kue karasi

2. Untuk mempelajari fortifikasi tepung kedelai terhadap perubahan nilai gizi

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi

bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1. Kue Karasi

Kue Karasi merupakan produk pangan lokal masyarakat Wakatobi yang

terbuat dari tepung beras, gula dan air yang tidak kalah enaknya dengan produk

lain. Di kalangan masyarakat Buton khususnya daerah Wakatobi mengenalnya

dengan istilah Karasi atau Paka yang berarti bunyi yang dikeluarkan pada proses

pengolahannya karena cetakan yang berisi adonan dipukul-pukul sehingga

menghasilkan bunyi “pak-pak”. Karasi biasanya disajikan dalam acara

pernikahan, sunatan, lebaran, dan pada saat kematian bahkan masyarakat dulu

membuat karasi untuk selamatan atau syukuran menempati rumah baru serta

untuk melepas sang kekasih atau tunangan ke perantauan. Pengolahan kue karasi

cukup sederhana bahkan sedikit alat kerjanya dan pengolahannya cepat. Meskipun

sudah lama dikenal dilingkungan masyarakat namun seiring dengan

perkembangan zaman kue Karasi ini sudah mulai memudar atau kurang

dibudayakan selain itu belum ada yang meneliti atau mengetahui kandungan

gizinya (Yasni, 2018).

Kue karasi menggunakan tepung beras merah dalam pembuatannya kue

karasi karena tepung beras merah memiliki kelebihan nilai gizi dibanding tepung

beras putih. Tepung beras merah sangat berguna bagi orang dewasa untuk

menegah penyakit seperti kanker usus, batu ginjal, ber-beri, insomnia, sembelit,

wasir, gula darah, dan kolestrol (Marsan, 2018).

5
2.1.1.1. Kandungan Gizi Kue Karasi

Kue karasi tepilih memiliki kandungan gizi sebagai berikut :

Tabel 1. Komposisi kandungan gizi kue karasi


Kadar Penyusun Kandungan Gizi (%)
Air 9,40
Abu 1,70
Protein 8,70
Lemak 1,56
Karbohidrat 68,09
Kalsium 10,55
Sumber : Ardin (2019)

Bahan dasar pembuatan kue karasi yang sering dijumpai di daerah

Wakatobi terbuat dari tepung beras putih, sehingga dapat diupayakan kue karasi

yang terbuat dari tepung beras putih dapat diganti dengan tepung beras merah

yang kandungan gizinya lebih tinggi.

2.1.2. Tepung Beras Merah

Beras merupakan salah satu padi-padian paling penting didunia yang

dikonsumsi manusia. Sebanyak 75% masukan kalori harian masyarakat di

Negara-negara Asia berasal dari beras. Beras sebagai komoditas pangan

menyambung energi, protein dan zat besi masing-masing sebesar 63,15 ; 37,7%

dan 25-30% dari total kebutuhan tubuh. Beras merah umumnya merupakan beras

tumbuk (pecah kulit) yang dipisahkan bagian sekamnya saja. Beras merah

mengandung gen yang memproduksi antosianin, antosianin yang dihasilkan

merupakan sumber warna merah yang terdapat pada kondisi fisik beras. Senyawa

yang terdapat pada lapisan warna merah beras bermanfaat sebagai antioksidan,

anti kanker, anti glikemik tinggi (Sumartini, 2018). Beras merah dapat dilihat

pada Gambar 1.

6
Gambar 1. Beras Merah (Oryza nivara). Sumber : Abdullah, 2017

2.1.2.1. Kandungan Gizi Tepung Beras Merah

Beras merah merupakan beras yang banyak memiliki kelebihan

dibandingkan beras putih, tetapi pemanfaatanya dalam bidang pangan masih kalah

dibandingkan beras putih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Depertemen Kesehatan RI menunjukan bahwa beras merah tumbuk mengandung

protein protein 7,3%, besi 4,2% dan vitamin B1 0,34%. Beras merah mengandung

banyak senyawa fenolik mulai dari snyawa fenolik sederhana hingga senyawa

komplek yang berikatan dengan gugus glukosa sebagai glikon. Keunggulan lain

yang dimiliki beras merah adalah kandungan seratnya yang tinggi. Serat dalam

makanan lazim disebut dietary fiber sangat baik untuk kesehatan manusia.

Meningkatkan aplikasi beras merah di dalam produk pangan dilakukan dengan

mengolah beras merah dalam bentuk tepung . tepung beras merah bisa menjadi

salah satu hasil olahan dalam rangka penganekaragaman penggunaan beras merah

yang dapat digunakan sebagai bahan untuk campuran dalam pembuatan produk

pangan (Forsalina, 2016).

Selain kandungan antosianin, beras merah juga mengandung protein

sebesar 8,20% lebih tinggi dibandingkan beras putih yang hanya 7%, besi 4,20%,

dan vitamin B1 0,34%. Ekstrak larutan beras merah dapat menunjang kemampuan

tubuh dalam mengatur kadar kolesterol darah. Larutan beras merah mengandung

7
protein dan berbagai asam amino, asam lemak tidak jenuh (12%) dan sterol yang

dapat mengurangi sintesis kolesterol dalam hati. Beras merah mengandung

karbohidrat yang jika dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat

beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi nilai energi yang dihasilkan

beras merah justru diatas beras putih (349 kal : 353 kal) (Swasti, 2017).

Kandungan gizi tepung beras merah dalam 100 gram sebagai berikut :

Tabel 2. Komposisi kandungan gizi tepung beras merah per 100 gram
Bahan Penyusun Jumlah Kandungan Gizi (gram)
Protein 7,5
Karbohidrat 77,6
Lemak 0,9
Kalsium 0,016
Fosfor 0,163
Zat besi 0,3
Vitamin B1 0,00021
Serat 3,5
Natrium 0,002
Air 11,3
Sumber : Indriyani (2013)

2.1.2.2. Manfaat Tepung Beras Merah

Beras merah sudah lama diketahui bermanfaat bagi kesehatan, selain

sebagai sumber utama karbohidrat, juga mengandung protein, beta-karoten,

antioksidan dan zat besi. Beras merah selain sangat mendukung penyerapan

partikel ke dalam tubuh dan konversi beta-karoten ke dalam vitamin A, juga

merupakan senyawa antioksidan dan anti-inflamatori yang dalam tubuh

nampaknya mengarah kepada antikangker. Salah satu bentuk olahan beras merah

paling sederhana adalah pembuatan tepung beras merah karena banyaknya

mengandung zat gizi. Pemanfaatan tepung beras merah biasa dilakukan dalam

penambahan pembuatan bolu, kue, mie atau jenis produk pangan lainnya seperti

8
penelitian Hariati (2018), bahwa bolu kukus yang diinginkan adalah pemenuhan

kebutuhan pangan pokok, yang mengandung kandungan gizi tinggi dan di sukai

sehingga penggunaan tepung beras merah sebagai bahan subtitusi pada pembuatan

bolu kukus merupakan salah satu alternatif penggunaan yang menjanjikan

terutama dari segi kualitas kandungan gizi dan uji organoleptik.

Beras merah mengandung nutrisi, senyawa fenolik, antosianin dan

aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga beras merah memiliki potensi yang

besar untuk dikembangkan sebagai alternatif pangan fungsional. Beras merah

mempunyai pigmen antosianin sebagai sumber perwarna yang berperan sebagai

antioksidan untuk mencegah berbagai penyakit misalnya diabetes mellitus. Salah

satu olahan beras merah paling sederhana adalah pembuatan tepung beras merah

(Dewi, 2016).

Keunggulan beras merah terletak pada senyawa antosianin yang terdapat

pada lapisan aleuronnya. Kadar antosianin pada beras merah berkisar rentang

0,33-1,39 mg/100 g. Antosianin ialah senyawa yang baik untuk kesehatan karena

memiliki aktivitas antioksidan. Beras merah mengandung komponen gizi yang

lebih banyak bila dibandingkan dengan beras putih serta komposisi energi yang

dihasilkannya pun lebih besar. Unsur zat gizi dari beras merah salah satunya

selenium yang bermanfaat mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif

(Maharani, 2020).

Menurut penelitian Marsan (2018), pemanfaatan limbah tulang ikan salah

satunya adalah dibuat tepung. Tepung tulang ikan dapat ditambahkan diberbagai

produk ekstrusi, roti, biscuit, kue kering dan bubur bayi. Kandungan gizi yang

9
utama pada ikan adalah protein dan asam-asam lemak esensial yang sangat

berguna bagi kesehatan manusia. Perlu adanya pengembangan produk pangan

dengan penambahan tepung tulang ikan, salah satu produk yang dikembangkan

yaitu kue karasi. Menurut Yasni (2018), penggunaan tepung beras sebagai bahan

pokok dalam pembuatan kue karasi dapat digantikan dengan penggunaan bahan

lain. Bahan lain yang digunakan sebagai pengganti tepung beras adalah tepung

tempe.

Kue karasi yang pada umumnya terbuat dari tepung beras yang

mengandung banyak karbohidrat namun rendah protein. Salah satu cara untuk

meningkatkan kadar protein dalam kue karasi yaitu dengan menambahkan

kacang-kacangan seperti tepung kedelai. Menurut Lestari (2018), Kedelai

mengandung 34 gram per 100 gram bahan. Penelitian ini yang dimaksudan untuk

mendapatkan produk kue karasi yang tinggi protein.

2.1.3. Tepung Kedelai

Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik di dalam sistem usaha

tani Indonesia. Kedelai termasuk dalam tiga besar komoditas pangan utama di

Indonesia selain padi dan jagung. Peran kedelai sangat penting terhadap

perkembangan penduduk Indonesia. Kedelai selain sebagai makanan rakyat, juga

merupakan sumber protein nabati paling menyehatkan dan kedelai dikenal murah

serta sangat terjangkau dari sisi harga dan kualitas oleh sebagian besar rakyat

Indonesia. Masyarakat di Indonesia mengolah kedelai menjadi berbagai macam

hasil produk pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu dan lain-lain. Juga

permintaan kedelai terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan bertambahnya

10
penduduk. Kandungan gizi yang terdapat dalam kedelai tinggi, terutama kadar

proteinnya yang mencapai 34%. Selain itu harga kedelai relatif lebih murah, hal

ini mengakibatkan kedelai diminati sebagai salah satu sumber protein nabati bagi

masyarakat Indonesia (Ramadhani, 2012). Gambar kedelai dapat dilihat pada

gambar 2.

Gambar 2. Kacang Kedelai (Glycine max) Sumber : Alfa, 2021

2.1.3.1. Kandungan Gizi Tepung Kedelai

Kedelai merupakan komoditas pangan dengan kandungan protein nabati

tinggi dan telah digunakan sebagai bahan baku produk olahan seperti susu kedelai,

tempe, tahu, kecap, dan berbagai makanan ringan lainnya. Peningkatan jumlah

penduduk dan kesadaran akan pentingnya hidup sehat berdampak pada

meningkatnya kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun. Aspek penting kedelai

sebagai sumber pangan fungsional dapat ditinjau dari kandungan gizi pada biji.

Berdasarkan basis bobot kering, kedelai mengandung sekitar 40% protein, 20%

minyak, 35% karbohidrat larut (sukrosa, stachyose, rafinosa, dll) dan karbohidrat

tidak larut (serat makanan), dan 5% abu (Krisnawati,2017).

Kedelai merupakan bahan pangan yang mengandung protein nabati yang

sangat tinggi nilai gizinya, mengandung zat anti oksida yang tinggi sehingga

sangat bermanfaat bagi kesehatan dan banyak dikonsumsi oleh penduduk

11
Indonesia. Saat ini rata-rata hasil per hektarnya di Indonesia masih rendah

dibanding beberapa negara penghasil kedelai lainnya. Rendahnya hasil ini

disebabkan beberapa faktor, antara lain masih belum dimanfaatkannya teknologi

budidaya tanaman kedelai (Rahayu, 2019).

Penganekaragaman pangan dengan menggunakan bahan lokal

dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap tepung

terigu. Terigu bukan produk lokal sehingga pemerintah harus mengimpor terlebih

dahulu (Lestar, 2018). Kedelai (Glycine max L.) memiliki zat gizi seperti protein,

lemak nabati, karbohidrat serat, vitamin A, vitamin B1, vitamin E, mineral

kalsium dan senyawa antioksidan. Tepung kedelai adalah terpung yang terbuat

dari kedelai dengan cara dikeringkan kemudian dihaluskan dan diayak sampai

didapatkan tepung kedela yang halus. Tepung kedelai mengandung protein,

karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C

serta mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu sebesar 34,8% (Hayastika,

2017).

Peneliti ini menggunakan tepung kedelai karena konsumsi protein kedelai

setiap hari dapat menurunkan resiko penyakit jantung, osteoporosis dan

menguntungkan fungsi ginjal. Kacang kedelai dapat diolah menjadi bahan

setengah jadi yaitu tepung kedelai. Tepung kacang kedelai adalah bahan makanan

yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tepung kedelai mengandung

energi, protein, kalsium, fosfor, dan zat besi . selain itu dalam tepung kedelai juga

mengandung vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. (Taufik, 2018).

12
Kandangan gizi pada tepung kedelai dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3. Kandungan gizi tepung kedelai dalam per 100 gram


Bahan Penyusun Jumlah Kandungan Gizi (g)
Energy 331
Protein 35,9
Kalsium 0,195
Fosfor 0,554
zat besi 0,008
Air 20
Lemak 2,4
Karbohidrat 34,8
Sumber : Taufik (2018)

2.1.3.2. Manfaat Tepung Kedelai

Tepung kedelai tidak hanya memiliki kandungan zat gizi protein yang

tinggi, tetapi juga merupakan produk olahan kedelai sumber protein nabati yang

banyak dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, sehingga berperan

dalam mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan status gizi masyarakat.

Tepung kedelai diperoleh dari proses penggilingan terlebih dahulu. Tepung

kedelai juga mengandung zat isoflavon dimana zat ini mampu mengurangi keriput

pada kulit dan merangsang pembentukan kolagen dan kandungan isoflavon pada

tepung kedelai ternyata baik hingga 6-7 kali lipat dibandingkan susu kedelai

(Harleni, 2017).

Kedelai termasuk kelompok flavonoid, merupakan salah satu bahan

pangan penghasil antioksidan alami. Salah satu komponene penting/senyawa

bioaktif yang terdapat dalam kedelai dan bertindak sebagai antioksidan adalah

isoflavon. Konsumsi bahan pangan kaya antioksidan perlu ditingkatkan oleh

masyarakat intuk menekan tingginya prevalensi penyakit degenerative. Kedelai

sebagai sumber antioksidan isoflavon telah dijadikan sebagai promanoda karena

13
mudah diperoleh dalam makanan sehari-hari dan merupakan komoditas yang

populer di masyarakat (Astuti, 2008). Kedelai merupakan salah satu jenis pangan

fungsional yang mengandung zat bioktif seperti isoflavon, saponin, lesitin, protein

dan fitosterol yang dapat menurunkan risiko penyakit kardivaskular (Putri, 2020).

Isoflavon kedelai dapat menurunkan resiko penyakit jantung dengan

membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Protein kedelai telah terbukti

mempunyai efek menurunkan kolesterol yang dipercaya karena adanya isoflavon

di dalam protein tersebut. Studi epidemologi juga telah membuktikan bahwa

masyarakat yang secara teratur mengonsumsi makanan dari kedelai memiliki

kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang lebih rendah. Isoflavon kedelai

juga terbukti melalui penelitian in vitro dapat menghambat enzim tirosin kinase,

oleh karena itu dapat menghambat menghambat perkembangan sel-sel kanker dan

angiogenesis (Koawara, 2006).

2.2. Bahan Tambahan Kue Karasi

2.2.1. Air

Air adalah senyawa yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan

yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air dalam bahan pangan digunakan

sebagai indeks kestabilan selama penyimpanan serta penentu mutu organoleptik

terutama rasa dan keempukan. Kadar air dalam bahan pangan sangat

mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Penentu

kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan

maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat (Prasetyo, 2019).

14
2.2.2. Gula Pasir

Gula merupakan bahan pemanis alami dari bahan baku tebu atau bit yang

digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun untuk bahan baku

industri pangan seperti pembuatan kue karasi. Manfaat gula disamping sebagai

sumber kalori yang dapat menjadi alternatif sumber energi dan di sisi lainnya gula

juga dapat berfungsi sebagai bahan pengawet dan tidak membahayakan kesehatan

konsumen (Hartanto, 2014).

2.2.3. Garam

Secara umum, garam merunjuk pada suatu senyawa kimia dengan nama

Sodium Klorida atau Natrium Klorida (NaCl). Garam merupakan salah satu

kebutuhan pelengkap untuk pangan pembuatan kue karasi dan sebagai sumber

elektrolit bagi tubuh manusia. Garam merupakan satu dari Sembilan jenis bahan

kebutuhan pokok masyarakat menurut keputusan Mentri Perindustrian dan

Perdagangan. Garam dismaping sebagai produk sebuah industri, juga digunakan

sebagai bahan bantu di berbagai industri (Assadad, 2011).

2.2.4. Tepung Tapioka

Tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong. Tapoka memiliki

kadar amilopektin yang tinggi, sehingga produk yang dibuat dengan tepung

tapioka cenderung memiliki tekstur yang renyah, bersifat larut dalam air (Sovyani,

2019). Tepung tapioka mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi sehingga

tidak mudah menggumpal, mempunyai daya lekat yang tinggi, tidak mudah pecah

atau rusak dan suhu gelatinisasinya relatif rendah antara 52-64°C. Kandungan gizi

15
tepung tapioka per 100 gram sampel adalah 362 kal, protein 0,59%, lemak 3,39%,

air 12,9% dan karbohidrat 6,99% (Lakahena, 2016).

2.3. Minyak Goreng

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau

hewan yang dimurnikan dan berbentuk cairan dalam suhu kamar dan basanya

digunakan untuk menggoreng makanan. Penggunaan minyak goreng untuk

pengolah makanan, umumnya dilakukan oleh masyarakat. Adanya anggapan

masyarakat awam bahwa makanan yang digoreng akan terasa lebih gurih dan

nikmat. Minyak goreng merupakan sebagai penghantar panas dalam

penggorengan kue karasi (Noriko, 2012).

2.4. Uji organoleptik

Pengujian organoleptik atau sensori merupakan cara pengujian

menggunakan cara pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat utama

untuk menilai mutu produk. Penilaian menggunakan alat indera ini meliputi

spesifik mutu kenampakan, bau, rasa dan konsistensi/tekstur serta beberapa faktor

lain yang diperlukan untuk menilai produk tersebut (Ramadhani, 2021).

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

penginderaan. Bagian organ tubuh yang berperan dalam penginderaan adalah

mata, telinga, indera pencicip, indera pembau, dan indera perabaan atau sentuhan.

Kemampuan alat indera memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau

dibedakan berdasarkan jenis kesan. Luas daerah kesan adalah gambaran dari

sebaran atau cskupan alat indera yang menerima ransangan. Kemampuan

memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan kemampuan alat indera

16
memberikan reaksi atas ransangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi

kemampuan mendeteksi, mengenali, membedakan, membandingkan, dan

kemampuan menyatakan suka atau tidak suka (Negara, 2016).

Penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian indera atau penilaian

sensorik merupakan suatu cara penilaian yang sudah sangat lama dikenal dan

masih sangat umum digunakan. Metode penilaian ini banyak dgunakan karena

dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Dalam beberapa hal penilaian

dengan indera bahkan memiliki keteliian yang lebih baik dibandingkan dengan

alat ukur yang paling sensitive (Hayati, 2016).

2.4.1. Warna

Warna merupakan komponen yang sangat penting utuk menentukan

kualitas atau derajat penerimaan suatu bahan pangan. Suatu bahan pangan

meskipun dinilai enak dan teksturnya sangat baik, tetapi memiliki warna yang

kurang sedap dipandang atau member kesan telah menympang dari warna

seharusnya, maka seharusnya tidak akan dikonsumnsi. Penentuan mutu suatu

bahan pangan pada umumnya tergantung pada warna, karena warna tampil

terlebih dahulu (Suneth, 2016).

Warna merupakan faktor pertama yang mudah untuk diamati dalam mutu

bahan pangan. Penilaian kualitas sensori pada produk pangan bisa dilihat dari

bentuk, ukuran, kejernihan, warna dan sifat permukaan seperti kasar halus, suram,

mengkilat, homogeny-heterogen, dan bantuk lainnya (Trihaditia, 2020).

17
2.4.2. Aroma

Senyawa aromatik adalah senyawa kimia yang memiliki aroma atau bau.

Sebuah senyawa kimia memiliki aroma atau bau ketika dua kondisi terpenuhi

yaitu senyawa tersebut bersifat volatil sehingga mudah mencapai sistem

penciuman dibagian atas hidung dan perlu kosentrasi yang cukup untuk dapat

berinteraksi dengan satu atau lebih reseptor penciuman (Martiyanti, 2018).

2.4.3. Rasa

Atribut rasa merupakan karakter sensori yang penting dalam produk

pangan. Karakter sensori seperti rasa memiliki efek yang spesifik pada pemilihan

makanan oleh konsumen. Titik perasa dari lidah adalah kemampuan mendeteksi

dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Dalam makanan tertentu empat rasa ini

degabungkan sehingga menjadi satu rasa yang unik dan menarik untuk dinikmati

(Martiyanti, 2018).

2.4.4. Tekstur

Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk yang dapat disarankan

melalui sentuhan kulit ataupun pencicipan. Parameter tekstur terbagi menjadi dua

jenis yaitu fenger feel dan mouth feel. Finger feel adalah kesan kinestetik jari

tangan mengacup kelompok kesan yang dinyatakan dengan firmness, softness,

dan juiciness. Mouth feel adalah kesan kinestetik pengunyahan makanan dalam

mulut yang mengacup kelompok kesan yang dinyatakan dengan istilah chesiness,

fibrousness, grittiness, mealiness,stickiness dan oiliness (Martiyanti, 2018).

18
2.5. Analisis Gizi

2.5.1. Kadar Air

Air merupakan cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau

yang terdapat dan diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan

secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen. Peran air dalam pangan yaitu

berpengaruh tergadap penampakan, tekstur, cita rasa dan gizi bahan pangan.

Selain itu sebagai pendispersi segala komponen kimia dalam bahan pangan, selain

itu air juga ikur bereaksi. Kadar air tepung kacang kedelai maksimal 12%.

2.5.2. Kadar Protein

Protein merupakan salah satu makronutrisi yang memiliki peranan penting

dalam pembentukan biomolekul. Protein merupakan makromolekul yang

menyusun lebih dari separuh bagian sel. Protein sebagai sumber energi

memberikan 4 kkal per gramnya. Analisis protein bertujuan untuk mengetahui

jumlah kandungan protein dalam suatu makanan (Rosaini, 2015).

2.5.3. Kadar Lemak

Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid yaitu

senyawa organik yang mempunyai sati sifat yang khas yaitu tidak larut dalam air

tetapi larut dalam pelarut organik. Lemak merupakan sumber energi yang paling

efektif yaitu 1 gram lemak akan menghasilkan 9 kkal. Lemak terdapat pada

hampir semua jenis bahan pangan dan masing-masing mempunyai jumlah

kandungan yang berbeda-beda. Oleh karena itu analisis kadar lemak suatu bahan

pangan sangat penting dilakukan agar kebutuhan kalori suatu bahan makanan bisa

diperhitungkan dengan baik (Pargiyanti, 2019).

19
2.5.4. Kadar Abu

Abu merupakan sisa hasil pembakaran bahan organic yang berupa zat

organic yang komposisi dan kandungannya tergantung dari bahan dan cara

pembuatannya. Kadar abu merupakan analisis proksimat yang digunakan untuk

mengetahui nilai gizi suatu bahan pangan, serta menunjukan total mineral yang

terkandung dalam bahan tersebut yang bersifat toksis. Analisis kadar abu juga

sering digunakan sebagai indikator untuk mengetahui mutu pangan lainnya

(Pangestuti, 2021).

2.5.5. Kadar Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang

terdapat dalam alam. Karbohidrat adalah salah satu atau beberapa senyawa kimia

termasuk gula pati dan serat. Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi adalah

tepung atau amilum atau pati yang ada dalam gandum, jagung, beras. Kentang dan

padi-padian lainnya. Karbohidrat juga merupakan senyawa yang terbentuk dari

molekul karbon, hydrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi

utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram

karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal.

2.6. Kerangka Pikir

Kue karasi merupakan produk pangan lokal atau khas masyarakat

Wakatobi yang diproses dengan menggunakan cetakan tempurung kelapa yang

diberi lubang-lubang kecil kemudian digoreng. Kue karasi biasa menggunakan

bahan dasar tepung beras putih yang dibuat secara tradisional dengan cara

ditumbuk kemudian diayak menggunakan kain halus. Proses pembuatan kue

20
karasi cukup sederhana namun membutuhkan keahlian atau kepandaian dalam

menggoreng adonan sampai berbentuk kue karasi. Sebelumnya telah dilakukan

penelitian untuk miningkatkan nilai gizi kue karasi dengan fortifikasi tepung

tulang ikan, tetapi nilai gizi terutama protein sangat rendah sehingga dilakukan

fortifikasi tepung kedelai untuk menambah nilai gizi protein dari pada kue karasi

dan untuk meningkatkan nilai gizi kue karasi yaitu tepung beras merah karena

tepung beras merah juga memiliki nilai gizi yang tinggi dibandingkan beras putih

sehingga dapat bernilai fungsional dan kaya akan protein. Alur kerangka pikir

dapat dilihat pada gambar 3

21
Kue Karasi

Tepung Rendah Masalah


Masalah
Beras Putih Protein

Solusi

Tepung Beras Tepung


Merah Kedelai

Tepung Beras Merah Tinggi Tepung Kedelai Tinggi


Kandungan Gizi Dibanding Akan Protein
Tepung Beras Putih

Fortifikasi

Kue Karasi Yang Bergizi


Tinggi Terbaik

Gambar 3. Diagram alir kerangka pikir

22
2.7. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dilakukan dugaan sementara

yaitu:

1. Terdapat pengaruh fortifikasi tepung kedelai terhadap nilai organoleptik kue

karasi berbahan dasar tepung beras merah.

2. Terdapat perubahan nilai gizi kue karasi berbahan dasar tepung beras merah

dengan control dan perlakuan terbaik.

23
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2022 sampai dengan

selesai. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Jurusan Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo, Kendari, Provinsi Sulawesi

Tenggara.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cetakan kue karasi,

blender, timbangan analitik, loyang, sendok, wajan, pemukul kecil, kompor,

ayakan mesh 80 sedangkan alat-alat untuk keperluan analisis kimia adalah pipet

mikro, Erlenmeyer, tabung reaksi, desikator, cawan porselin, corong buncher,

lumping, soxhlet, labu lemak, refluks, timbangan analitik, kertas saring, kapas,

plastikpropilen,cawan aluminium foil, oven, penjepit, statif, buret.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung kedelai, tepung

beras merah, tepung tapioka, air, gula pasir, garam dan minyak. Sedangkan bahan-

bahan untuk keperluan analisis adalah aquadest, reagen biuret (teknis), H2SO4

(teknis), HCL 0,1 N (teknis), NaOH 45% (teknis) dan n-hexan (teknis).

3.3. Rancangan Penelitian

Rancangan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan rancangan

acak lengkap (RAL) yaitu terdapat empat ulangan dan lima perlakuan sehingga

diperoleh 20 unit percobaan. Penelitian ini menggunakan penambahan tepung

kedelai sebagai berikut :

24
K0 : Tepung Kedelai 0 g / 100 g Tepung Beras Merah

K1 : Tepung Kedelai 5 g / 100 g Tepung Beras Merah

K2 : Tepung Kedelai 10 g / 100 g Tepung Beras Merah

K3 : Tepung Kedelai 15 g / 100 g Tepung Beras Merah

K4 : Tepung Kedelai 20 g / 100 g Tepung Beras Merah

3.4. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.4.1. Pembuatan Tepung Kedelai

Pembuatan tepung kedelai diawali dengan sortasi dan pembersihan biji

kedelai, kedelai sebanyak 2 kg direndam selama 6 jam dengan mengunakan air

sebanyak 3 liter. Setelah itu ditiriskan dan air yang tersisah setelah perendaman

yaitu 1, 650 liter. Setelah perendaman biji kedelai direbus selama 10 menit pada

suhu 100°C. Kulit ari biji kedelai akan terkelupas selama perebusan. Biji kedelai

yang sudah dingin, dibersihkan dari kulir ari lalu dikeringkan menggunakan oven

selama 24 jam dengan suhu 50°C. Setelah kering, biji kedelai dihaluskan

menggunakan blender dengan waktu 5 menit dan diayak menggunakan ayakan 80

mesh, selanjutnya lakukan berulang kali sampai kedelai menjadi tepung. Tepung

kedelai yang dihasilkan kemudian dikemas dan disimpan di dalam kantung

polietilen (Lestari, 2018).

3.4.2. Pembuatan Tepung Beras Merah

Pembuatan tepung beras merah yaitu dengan cara tradisional, adapun

penjelasannya yaitu pertama-tama pencucian beras dilakukan dengan tujuan untuk

menghilangkan kotoran seperti debu. Beras sebanyak 3 kg dengan menggunakan

25
air sebanyak 2 liter, perendaman beras merah dilakukan selama 12 jam bertujuan

agar tekstur beras merah menjadi lebih rapu/lunak serta untuk mendapatkan

tepung beras merah lebih halus dengan memenuh standar ukuran 70 mesh.

Selanjutnya penirisan dan air yang tersisa sebanyak 1,825 liter. Penirisan

merupakan proses mengurangi kandungan air yang terdapat pada beras setelah

perendaman bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan dan memudahkan

proses penggilingan. Pengeringan dilakukan selama 5 jam dengan suhu 50°C.

Selanjutnya penggilingan dilakukan untuk menghasilkan tepung beras merah yang

memiliki tekstur lebih halus dengan menggunakan alat penggiling tepung.

Selanjutnya yang terakhir yaitu pengayakan dilakukan untuk menghasilkan tepung

beras merah yang bertekstur lebih halus dan tanpa gumpalan-gumpalan kasar.

Ayakan yang digunakan berukuran 80 mesh (Hariati, 2018).

3.4.3. Pembuatan Kue Karasi

Menyiapkan tepung kedelai, tepung beras merah, gula pasir, air, garam

dan minyak. Setelah menyiapkan bahan kemudian menimbang tepung kedelai

sebanyak 0 g (K0), 5 g (K1), 10 g (K2), 15 g (K3) dan 20 g (K4) yang telah

dicampurkan dengan tepung beras merah dan serta bahan tambahan lainnya

seperti tepung tapioka 15 g, gula pasir 15 g, garam 0,1 g dan air 150 ml diaduk

secara merata hingga terbentuk adonan. Setelah adonan jadi kemudian disimpan

dalam cetakan kemudian adonan digoreng dengan cara dipukul-pukul cetakannya.

Kemudian digulung sesuai bentuk yang diinginkan, di goreng dengan waktu

selama 2 menit dan selanjutnya ditiriskan dan didinginkan (Marsan, 2018).

Cetakan yang digunakan terbuat dari tempurung kelapa dengan panjang pegangan

26
57 cm, tinggi batok kelapa 9 cm, diameter 13 cm dengan jumlah lubang 15

lubang.

3.5. Variabel Pengamatan

Parameter pengamatan pada penelitian ini yaitu analisis penilaian

organoleptik dan kandungan gizi kue karasi. Karakteristik organoleptik produk

kue karasi meluputi warna, aroma, rasa dan tekstur. Analisis gizi yang diamati

meliputi kadar air dengan menggunakan metode Gravimetrik AOAC. Kadar abu

menggunakan metode Gravimetrik AOAC. Kadar lemak menggunakan metode

Soxhlet AOAC. Kadar protein menggunakan metode Biuret AOAC. Kadar

karbohidrat dengan metode by difference.

3.6. Analisis Data

Analisis penelitian data akan diperoleh setelah didapatkan hasil

organoleptik kue karasi. Setelah itu dilakukan analisis sampel lalu dihitung

analisis datanya. Hasil analisis data juga diperoleh dari kandungan nilai gizi

proksimat yaitu kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadara karbohidrat dan kadar

protein. Selanjutnya data di analisis menggunakan sidik ragam (Analysis of

variant), hasil analisis nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel dilanjutkan

dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%

(α=0,05) menggunakan aplikasi SAS, sedangkan uji proksimat dilakukan dengan

Uji T menggunakan aplikasi SPSS.

27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Uji Organoleptik Hedonik

Hasil analisis ragam kue karasi berdasarkan tingkat kesukaan organoleptik

hedonik yaitu warna, aroma, rasa dan tekstur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Ragam Uji Organoleptik Hedonik

No Variabel Pengamatan Analisis Ragam


1. Warna **
2. Aroma *
3. Rasa **
4. Tekstur **
Keterangan: ** : Berpengaruh sangat nyata (k<0,01) * : Berpengaruh nyata
(k<0,05)
Berdasarkan data pada Tabel 4, menunjukan bahwa pengaruh penambahan

tepung kedelai pada kue karasi terhadap tingkat kesukaan (uji organoleptik

hedonik) yaitu berpengaruh sangat nyata terhadap warna, rasa dan tekstur dan

berpengaruh nyata terhadap aroma.

4.1.1.1 Warna

Hasil penilaian organoleptik hedonik warna pada produk kue karasi pada

lampiran 13a, dan hasil analisis ragam disajikan pada lampiran 13b. Berdasarkan

analisis ragam diperoleh berpengaruh sangat nyata pada hasil penilaian uji

organoleptik hedonik warna. Adapun hasil analisis penerimaan warna kue karasi

dapat dilihat pada Tabel 5.

28
Tabel 5. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Hedonik Warna Kue Karasi

Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


Perlakuan
K0 (0 g) 4,53ª±0,68 Sangat Suka
K1 (5 g) 2,93 ±0,74 Agak Suka 2=0,39
K2 (10 g) 3,13 ±0,82 Agak Suka 3=0,41
K3 (15 g) 3,97ª±0,76 Suka 4=0,42
K4 (20 g) 3,63ª±0,76 Suka 5=0,43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda
menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 5, menunjukan hasil organoleptik hedonik warna pada

kue karasi, perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan K0 dengan rerata nilai

organoleptik sebesar 4,53 dan berbeda nyata dengan perlakuan K3 dan K4

sedangkan berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K2. Sedangkan pelakuan K3

berbeda tidak nyata dengan perlakuan K4, begitupula dengan perlakuan K1

berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf

kepercayaan 95%.

4.1.1.2. Aroma

Hasil penilaian organoleptik hedonik aroma para produk kue karasi pada

lampiran 14a, dan hasil analisis ragam disajikan pada lampiran 14b. Berdasarkan

analisis ragam diperoleh berpengaruh nyata pada hasil penilaian uji organoleptik

hedonik aroma. Adapun hasil analisis penerimaan aroma produk kue karasi dapata

dilihat pada Tabel 6.

29
Tabel 6. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Hedonik Aroma Kue Karasi

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 (0 g) 3,73ªᵇ±0,91 Suka
K1 (5 g) 3,27 ±0,87 Agak Suka 2= 0,43
K2 (10 g) 3,37ᵇ ±0,81 Agak Suka 3= 0,45
K3 (15 g) 3,87ª±0,82 Suka 4= 0,47
K4 (20 g) 3,80ªᵇ±0,81 Suka 5= 0,48
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda
menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 6, menunjukan hasil organoleptik hedonik aroma pada

produk kue karasi, penilaian tertinggi terdapat pada perlakuan K3 dengan rerata

nilai 3,87 dan berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K2 namun berbeda tidak

nyata dengan perlakuan K0, K4. Begitu pula perlakuan K1 berbeda tidak nyata

dengan perlakuan K2 berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.

4.1.1.3. Rasa

Hasil penilaian organoleptik hedonik rasa pada produk kue karasi pada

lampiran 15a dan hasil analisis ragam disajikan pada lampiran 15b. Berdasarkan

anlisis ragam diperoleh berpengaruh sangat nyata pada hasil penilaian uji

organoleptik hedonik rasa. Adapun hasil analisis penerimaan rasa kue karasi dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Hedonik Rasa Kue Karasi

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 ( 0 g) 3,83ª±0,75 Suka
K1 (5 g) 3,20ᵇ±1,06 Agak Suka 0,44
K2 (10 g) 3,60ªᵇ±0,93 Suka 0,47
K3 (15 g) 3,90ª±0,71 Suka 0,48
K4 (20 g) 3,93ª±0,83 Suka 0,49
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

30
Berdasarkan Tabel 7, menunjukan hasil organoleptik hedonik rasa pada

produk kue karasi, penilaian tertinggi terdapat pada perlakuan K4 dengan rerata

3,93 dan berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan berbeda tidak nyata dengan

perlakuan K0, K2 dan K3, sedangkan K1 berbeda tidak nyata pada perlakuan K2

berdasarkan uji DMRT (α = 0,05) taraf kepercayaan 95%.

4.1.1.4. Tekstur

Hasil penelitian organoleptik hedonik tekstur pada produk kue karasi pada

lampiran 16a, dan hasil analisis ragam disajikan pada lampiran 16b. Berdasarkan

analisis ragam diperoleh berpengaruh sangat nyata pada hasil penilaian uji

organoleptik hedonk tekstur. Adapun hasil analisis penerimaan rasa kue karasi

dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Hedonik Tekstur Kue Karasi

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT = 0,05

K0 (0 g) 3,57ªᵇ±1,19 Suka
K1 (5 g) 3,00 ±1,11 Agak Suka 2= 0,53
K2 (10 g) 3,13ᵇ ±1,11 Agak Suka 3= 0,56
K3 (15 g) 4,00ª±0,79 Suka 4= 0,58
K4 (20 g) 3,70ªᵇ±0,95 Suka 5= 0,59
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 8, menunjukan hasil organoleptik hedonik tekstur pada

produk kue karasi, penilaian tertinggi terdapat pada perlakuan K3 dengan rerata

nilai 4,00 dan berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K2 namun berbeda tidak

nyata pada perlakuan K0 dan K4, berdasarkan uji DMRT (α = 0,05) taraf

kepercayaan 95%.

31
4.1.2. Uji Organoleptik Deskriptif

Hasil analisis ragam kue karasi berdasarkan tingkat kesukaan organoleptik

deskriptif yaitu warna, aroma, rasa dan tekstur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisis Ragam Uji Organoleptik Desktiptif

No Variabel Pengamatan Analisis Ragam


1. Warna **
2. Aroma **
3. Rasa **
4. Tekstur **
Keterangan : ** : Berpengaruh sangat nyata (k<0,01)

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 9, menunjukan bahwa pengaruh

penambahan tepung kedelai pada kue karasi terhadap tingkat kesukaan uji

organoleptik deskriptif yaitu berpengaruh sangat nyata terhadap variabel

pengamatan warna, rasa, tekstur dan aroma.

4.1.2.1. Warna

Hasil penelitian organoleptik deskriptif warna pada kue karasi pada

lampiran 17a , dan hasil analisis ragam disajikan pada lampiran 17b. Berdasarkan

analisis ragam diperoleh berpengaruh sangat nyata pada hasil penilaian uji

organoleptik deskriptif warna. Adapun hasil analisis kue karasi dapat dilihat pada

Tabel 10.

32
Tabel 10. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Deskriptif Warna Kue Karasi

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 (0 g) 4,67ª±0,66 Sangat Coklat
K1 (5 g) 3,03 ±0,93 Agak Coklat 2= 0,40
K2 (10 g) 3,10 0,92 Agak Coklat 3= 0,42
K3 (15 g) 3,90ª+0,55 Coklat 4= 0,43
K4 (20 g) 3,53ª±0,78 Coklat 5= 0,44
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 10, menunjukan hasil organoleptik deskriptif warna

pada produk kue karasi, perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan K0 berwarna

sangat coklatan dengan nilai organoleptik 4,67 berbeda nyata dengan perlakuan

K1 dan K2, berbeda tidak nyata dengan K3 dan K4. Perlakuan K3 berbeda tidak

nyata terhadap pelakuan K4 begitu pula dengan K1 berbeda tidak nyata terhadap

K2 berdasarkan Uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.

4.1.2.2. Aroma

Hasil penelitian organoleptik deskriptif aroma pada produk kue karasi

pada lampiran 18a. Berdasarkan analisis ragam diperoleh berpengaruh sangat

nyata pada hasil penilaian uji organoleptik deskriptif aroma. Adapun hasil anaisis

penerimaan aroma kue karasi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Deskriptif Aroma Kue Karasi

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05

K0 (0 g) 2,07ᵇ±0,83 Tidak beraroma kedelai


2 = 0,49
K1 (5 g) 3,17ª±0,91 Agak beraroma kedelai
3 = 0,51
K2 (10 g) 3,23ª±0,94 Agak beraroma kedelai
4 = 0,53
K3 (15 g) 3,37ª±1,10 Agak beraroma kedelai
K4 (20 g) 3,43ª±1,04 Agak beraroma kedelai 5 = 0,54

33
Berdasarkan Tabel 11, menunjukan hasil organoleptik deskriptif aroma

pada kue karasi, perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan K4 dengan kategori

agak beraroma kedelai dan kategori terendah terdapat pada perlakuan K0 kategori

tidak beraroma kedelai. Sedangkan perlakuan K1, K2, K3 kategori agak beraroma

kedelai.

4.1.2.3. Rasa

Hasil penilaian organoleptik deskriptif rasa pada produk kue karasi pada

lamporan 19a dan hasil analisis ragam disajikan pada lampiran 19b. Berdasarkan

analisis ragam diperoleh berpengaruh sangat nyata pada hasil penilaian uji

organoleptik deskriptif rasa. Adapun hasil analisis penerimaan rasa kue karasi

dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Deskriptif Rasa Kue Karasi

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 (0 g) 2,03 ±0,85 Tidak terasa tepung kedelai
K1 (5 g) 3,27ᵇ 0,87 Agak terasa tepung kedelai 2= 0,40
K2 (10 g) 3,63ªᵇ 0,76 Terasa tepung kedelai 3= 0,43
K3 (15 g) 3,90ª±0,84 Terasa tepung kedelai 4= 0,44
K4 (20 g) 4,00ª±0,74 Terasa tepung kedelai 5= 0,45
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 12, menunjukan hasil organoleptik deskriptif rasa pada

produk kue karasi, perlakuan K4 (terasa tepung kedelai) nilai rerata 4,00

kemudian perlakuan K4 berbeda nyata dengan K0 dan K1 dan berbeda tidak nyata

dengan perlakuan K2, K3. Sedangkan perlakuan K0 dan K1 berbeda nyata dengan

perlakuan K2 berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.

34
4.1.2.4. Tekstur

Hasil penilaian organoleptik deskriptif tekstur pada kue karasi pada

lampiran 20a dan hasil analisis ragam disajikan pada lampiran 20b. Berdasarkan

analisis ragam diperoleh berpengaruh sangat nyata pada hasil penilaian uji

organoleptik deskriptif tekstur. Adapun hasil analisis penerimaan tekstur kue

karasi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Analisis Sifat Organoleptik Deskriptif Tekstur Kue Karasi

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 (0 gr) 3,77ª±1,14 Renyah
K1 (5 gr) 3,07ᵇ 1,20 Agak Renyah 2= 0,54
K2 (10 gr) 3,13ᵇ 1,14 Agak Renyah 3= 0,56
K3 (15 gr) 4,17ª±0,83 Renyah 4= 0,58
K4 (20 gr) 3,87ª±0,97 Renyah 5= 0,60
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 13, menunjukan hasil organoleptik deskriptif tekstur

pada produk kue karasi, perlakuan K3 memiliki tekstur renyah dengan nilai

organoleptik 4,17 kemudian perlakuan K3 berbeda nyata terhadap perlakuan K1

dan K2, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan K0, K4. Sedangkan K1

berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf

kepercayaan 95%.

4.1.3. Penetuan Perlakuan Terpilih Kue Karasi

Penetuan perlakuan terpilih kue karasi dilihat dari penilaian uji

organoleptik hedonik dan uji organoleptik deskriptif, dimana panelis menyukai

kue karasi berdasarkan warna, aroma, tekstur yaitu pada perlakuan K3 dengan

penambahan tepung kedelai 15 g.

35
4.1.4. Hasil Analisis Kandungan Gizi Kue Karasi

Berdasarkan hasil analisis nilai gizi kue karasi dengan penambahan tepung

kedelai berdasarkan perlakuan kontrol dan terpilih terhadap kadar air, kadar abu,

kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Analisis Kandungan Gizi Kue Karasi

Perlakuan
No Variabel Uji t Nilai (SNI 01-
Pengamatan Kontrol Terpilih 29731992)
(K3)
(K0) Cookies
1. Kadar Air 2,35±0,13 2,58±0,14 tn 5%
2. Kadar Abu 0,86±0,11 1,29±0,19 tn 1,5%
3. Kadar Lemak 10,85±0,11 16,20±0,42 * 9,5%
4. Kadar Protein 11,616± 4,45 13,370±2,25 * 9%
5. Kadar 24,707±6.03 33,339±7.54 * 70%
Karbohidrat

4.2. Pembahasan

4.2.1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik atau uji indera merupakan cara pengujian dengan

menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya

penerima terhadap produk. Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan

diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya (Suryono, 2018), dalam

uji organoleptik terdapat dua prinsip yaitu uji hedonik dan uji deskriptif. Dalam

uji hedonik skala tingkat kesukaan yaitu (5) sangat suka, (4) suka, (3) agak suka,

(2) tidak suka dan (1) sangat tidak suka.

Uji organoleptik merupakan cara mengetahui respon panelis terhadap

produk. Uji organoleptik dilakukan dengan empat parameter yaitu warna, aroma,

rasa dan tekstur (Noviyanti, 2016). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

36
penilaian masing-masing panelis terhadap produk kue karasi sebagai bahan

penguji.

Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji hedonik

(kesukaan) dan deskriptif. Uji hedonik adalah salah satu uji penerimaan terhadap

suka atau ketidaksukaan terhadap produk kue karasi. Sedangkan uji deskriptif

yaitu digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik sensori yang penting pada

suatu produk dan memberikan informasi tentang intensitas karakteristik suatu

produk pangan.

4.2.1.1. Warna

Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat langsung oleh

panelis. Penentuan mutu bahan makanan umumnya bergantung pada warna yang

dimiliki, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan

memberikan kesan penilaian tersendiri oleh panelis (Negara, 2016). Menurut

noviyanti (2016), menyatakan bahwa komponen yang sangat penting dalam

menentukan kualitas dan derajat penerimaan pada suatu bahan pangan yaitu

warna. Suatu bahan pangan yang dinilai enak dan teksturnya baik tidak akan

dimakan apabila memiliki warna yang kurang sedap dipandang atau telah

menyimpang dari warna yang seharusnya. Penetuan suatu mutu bahan pangan

tergantung dari beberapa faktor, tetapi sebelum faktor lain diperhatikan secara

visual faktor warna tampil lebih dulu untuk menentukan mutu bahan pangan.

Pengamatan produk kue karasi dilakukan secara langsung terhadap

pengujian organoleptik hedonik dan deskriptif. Berdasarkan hasil data analisis

ragam organoleptik hedonik warna Tabel 5 menunjukan bahwa penambahan

37
tepung kedelai berpengaruh sangat nyata. Parameter warna skala yang tertinggi

terdapat pada perlakuan K3 dengan skala 3,97 (suka), dan nilai terendah terdapat

pada perlakuan K1 2,93 (agak suka). Panelis menyukai fortifikasi tepung kedelai

sebanyak 15 g hal ini diduga disebabkan oleh rasa gurih yang disebabkan oleh

lemak dan protein dalam kue karasi. Sedangkan pada Tabel 10 hasil data analisis

ragam organoleptik deskriptif warna berpengaruh sangat nyata. Parameter nilai

tertinggi terdapat pada perlakuan K3 dengan skala nilai 3,90 (coklat) dan nilai

terendah terdapat pada perlakuan K1 3,03 (agak coklat).

Semakin banyak fortifikasi tepung kedelai maka warna pada kue karasi

semakin coklat hal ini disebabkan adanya reaksi maillard antara gula pereduksi

(karbohidrat) dan gugus amino (protein). Menurut Lestari (2018), menyatakan

bahwa faktor lain yang mempengaruhi warna cookies adalah tingginya kadar

protein pada cookies yang diduga menyebabkan terjadinya reaksi maillard, reaksi

maillard terjadi karena adanya reaksi antara karbohidrat (gula pereduksi) dengan

protein (gugus amino) pada suhu tinggi. Reaksi maillard menghasilkan produk

berwarna coklat yang disebut melanoidin. Pengaruh suhu dan lama penggorengan

berkaitan juga dengan reaksi karemelisasi. Menurut Ridhani (2021), menyatakan

bahwa reaksi karamelisasi merupakan reaksi pencoklatan secara non enzimatik,

reaksi karamelisasi terjadi karena adanya interaksi gula-gula pada suhu yang

tinggi (80°C) yaitu diatas titik cairnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Miranti

(2020), menyatakan bahwa karamelisasi terjadi karena adanya reaksi antara gula

dan panas. Selain itu, yang mempengaruhi warna coklat pada kue karasi karena

bahan utama dalam pembuatan kue krasi yaitu beras merah. Menurut Aulia

38
(2021), bahwa per 100 g tepung beras merah terdapat 1,39 g antosianin sehingga

memberikan warna coklat pada kue karasi, antosianin berfungsi sebagai pigmen

alami yang memberikan warna merah kecoklatan.

4.2.1.2. Aroma

Aroma dapat didefinisakan sebagai suatu bahan yang dapat diamati dengan

indera pembau. Di dalam industri pangan, pengujian terhadap aroma dianggap

penting karena dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian terhadap produk

tentang diterima atau tidaknya suatu produk. Aroma adalah bau yang ditimbulkan

oleh rangsangan kimia yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori dalam rongga

hidung. Aroma sangat menetukan kelezatan makanan dan mempengaruhi

penerimaannya (Trihaditia, 2016).

Berdasarkan hasil data analisis ragam organoleptik hedonik aroma Tabel 6

menunujakan penambahan tepung kedelai berpengaruh nyata. Parameter aroma

skala yang tertinggi terdapat pada perlakuan K3 dengan skala 3,87 (suka) dan nilai

terendah terdapat pada perlakuan K1 3,27 (agak suka). Panelis menyukai

perlakuan K3 dengan fortifikasi sebanyak 15 g hal ini dikarenakan proses

pengolahan tepung kedelai dengan cara di rebus dan pengelupasan kuli ari yang

menyebabkan bau langu berkurang, selain itu aroma yang dihasilkan oleh kue

karasi juga ditentukan oleh perpaduan bahan-bahan dalam adonan seperti tepung

tapioka, gula dan garam.

Tabel 11 uji organoleptik deskriptif aroma menunjukan penilaian berbeda

tidak nyata. Parameter aroma skala yang tertinggi terdapat pada perlakuan K4

dengan skala 3,43 (agak beraroma kedelai) dan nilai terendah setelah kontrol

39
terdapat pada perlakuan K1 3,17 (agak beraroma kedelai). Panelis menyukai

perlakuan K3 dengan fortifikasi sebanyak 15 g . Hal ini menunjukan bahwa

adanya penambahan tepung kedelai dikarenakan tepung kedelai memiliki bau

yang khas yaitu bau langu. Pada kedelai terdapat bau langu yang ditimbulkan oleh

enzim lipoksigenase yang ada dalam biji kedelai. Enzim tersebut bereaksi dengan

lemak menghasilkan suatu senyawa organik yaitu etil-fenil-keton. Menurut

Tamam (2013), menyatakan bahawa dalam proses penepungan kedelai juga dapat

menghilangkan karakteristik citarasa langu sehingga dapat meningkatkan

akseptibilitas makanan berasal dari kedelai. Kehilangan langu tersebut disebabkan

oleh proses inaktivasi enzim lipoksigenase yang dapat menghidrolisis asam lemak

tidak jenuh menjadi senyawa-senyawa volatile yang menyebabkan cita rasa langu

tersebut berkurang. Selain itu juga kekurangan cita rasa aroma langu diduga

karena adanya proses penggorengan.

4.2.1.3. Rasa

Rasa merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan suatu produk

dapat diterima atau tidak oleh panelis/konsumen. Rasa merupakan sesuatu yang

diterima oleh lida dalam pengindraan cecapan manusia dibagi empat cecapan

utama yaitu manis, pahit, asam dan asin (Lamusu, 2014). Penilaian konsumen

terhadap makanan tergantung dari cita rasa yang ditimbulkan pada produk

tersebut.

Rasa merupakan faktor yang penting dalam menetukan keputusan bagi

panelis untuk menerima atau menolak suatu makanan. Berdasarkan Tabel 7

penilaian produk kue karasi pada organoleptik hedonik rasa yaitu berpengaruh

40
sangat nyata. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K4 3,93 (suka) dan terendah

terdapat pada perlakuan K1 3,20. Panelis menilai semakin banyak fortifikasi

tepung kedelai maka semakin tinggi tingkat kesukaan panelis hal ini dikarenakan

tepung kedelai mengandung asam glutamate yang menyebabkan rasa enak pada

kue karasi. Menurut Rachmawati, (2016) bahwa tepung kacang kedelai

mengandung banyak asam glutamate yang mempengaruhi rasa dengan

penambahan tepung kedelai sebesar 30% dengan rata-rata 2,35, asam glutamate

sangat penting peranaanya dalam pengolahan makanan, karena dapat

menimbulkan rasa yang lezat serta meningkatkan cita rasa pada makanan, pada

kacang kedelai kering per 100 g terdapat asam glutamate sebanyak 190,16 mg/g

protein.

Berdasarkan Tabel 12 uji organoleptik deskriptif rasa menunjukan

penilaian berpengaruh sangat nyata yaitu nilai tertinggi terdapat pada perlakuan

K4 dengan skala 4,00 (terasa tepung kedelai) dan terendah setelah control terdapat

pada perlakuan K1 dengan skala 3,27 (agak terasa tepung kedelai). Panelis

menilai semakin banyak tingkat fortifikasi tepung kedelai maka semakin tinggi

tingkat kesukaan panelis hal ini dikarenakan tepung kedelai mengandung enzim

lipoksigenase. Menurut Trisnawati (2015), menyatakan bahwa penggunakan

tepung kedelai berpengaruh terhadap rasa wingko babat karena tepung kedelai

mempunyai rasa yang khas karena kandungan enzim lipoksigenasenya. Semakin

banyak tepung kacang kedelai yang disubtitusikan, maka rasa kedelai juga akan

semakin terasa sehingga memberikan pengaruh terhadap rasa.

41
Semakin banyak penambahan tepung kedelai maka semakin tinggi tingkat

kesukaan panelis. Hal ini sama dengan hasil penelitian Efraim (2017), yang

menggunakan tepung kedelai dalam pembuatan biskuit dimana formulasi yang

disukai dengan penambahan tepung kedelai sebanyak 25%. Hasil ini

mengidentifikasi presentase tepung kedelai memberikan pengaruh terhadap rasa

kue karasi yang dihasilkan, perbedaan tingkat kesukaan ini disebabkan oleh rasa

enak yang dihasilkan oleh protein dalam kue karasi.

4.2.1.4. Tekstur

Tekstur dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan,

tekstur juga berpengaruh terhadap kesukaan pada produk. Tekstur merupakan

salah satu atribut penilaian sensori yang perlu diperhatiakan dalam pembuatan

produk (Seveline, 2019). Kerenyahan kue karasi diukur dengan cara mudah atau

tidak hancurnya yaitu saat digigit.

Berdasarkan Tabel 8 penilaian produk kue karasi terhadap organoleptik

hedonik tekstur yaitu berpengaruh sangat nyata Parameter tekstur skala yang

tertinggi terdapat pada perlakuan K3 dengan skala 4,00 (suka) dan nilai terendah

terdapat pada perlakuan K1 3,00 (agak suka). Panelis menyukai fortifikasi tepung

kedelai K3 sebanyak 15 g, hal ini diduga adanya kandungan protein dan amilosa

yang membuat tekstur kue karasi disukai oleh panelis. Sedangkan pada Tabel 13

uji organoleptik desktiptif tekstur yaitu menunjukan penilaian berpengaruh sangat

nyata. Parameter tekstur skala yang tertinggi terdapat pada perlakuan K3 dengan

skala 4,17 (renyah) dan nilai terendah terdapat pada perlakuan K1 3,07 (agak

renyah). Panelis menyukai fortifikasi tepung kedelai sebanyak 15 g hal ini

42
dikarenakan dalam kandungan tepung kedelai terdapat amilosa, amilopektin yang

menyebabkan kue karasi menjadi renyah. Hal ini sejalan dengan pendapat Lestari

(2018), menyatakan bahwa kerenyahan cookies dipengaruhi oleh kandungan

protein, amilosa dan amilopektin. Protein mempunyai sifat hidrofilik yaitu

mempunyai daya serap air yang tinggi. Adanya penyerapan air diakibatkan adanya

gugus karboksil pada protein, sehingga semakin tinggi kandungan protein dalam

cookies maka teksturnya cenderung lebih keras atau kurang renyah. Menurut

Ratulangi (2018), dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi level

tepung kedelai terhadap daging naget, maka semakin halus tekstur naget ayam.

Dengan kandungan protein yang tinggi pada tepung kedelai diduga inilah yang

menyebabkan terjadinya perubahan tekstur. Tepung kedelai mempunyai

kandungan protein tinggi yaitu sebesar 37,57% protein dan tepung kedelai

memiliki sifat fungsional antara lain sifat pengikat air dan lemak, sifat

pengemulsi, dan mengentalkan. Menurut Cahyani (2020), menyatakan bahwa

tekstur pada snack bar tepung kedelai cenderung renyah. Kadar amilosa yang

tinggi dapat membentuk ikatan hydrogen dengan air dalam jumlah yang lebih

banyak. Pada proses pengovenan air akan menguap dan meninggalkan ruang

kosong dalam bahan dan membentuk tekstur menjadi renyah.

4.2.2. Analisis Nilai Gizi

4.2.2.1. Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat

penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur

43
dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan

kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Aventi, 2015).

Penentuan kadar air sangat penting dalam banyak masalah industri,

misalnya dalam evaluasi material balance atau kehilangan selama pengolahan.

Kita harus tahu kandungan air untuk pengolahan optimum, misalnya dalam

pencampuran adonanan. Kadar air harus diketahui dalam penentuan nilai gizi

pangan untuk memenuhi standar komposisi dan peraturan-peraturan pangan.

Berdasarkan Tabel 14 hasil analisis kimia menunjukan kadar air pada kue

karasi perlakuan K0 sebesar 2,35%. Hal ini di duga karena adanya pengaruh

proses penggorengan yang menyebabkan air yang menguap. Hal ini sesuai

pernyataan Marsan (2018), kadar air terendah sebesar 8,41% diakibatkan karena

adanya proses penggorengan sehingga menyebabkan air menguap. Menurut

Salamah (2018), mengatakan bahwa tinggi rendahnya kadar air dipengaruhi

beberapa hal diantaranya kelembapan udara disekitar bahan, tingkat ketebalan

serta tekstur bahan. Air akan mudah menguap pada produk yang tipis sehingga

kadar air semakin kecil dan sebaliknya.

Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan K3 (penambahan 15 g)

sebesar 2,58%. Hal ini diduga adanya penambahan tepung kedelai yang

mempengaruhi kadar air yang tinggi dimana protein memerlukan air lebih banyak

sehingga dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya. Kadar air yang terkandung

dalam tepung kedelai per 100 g yaitu 9,0 g. Menurut Yasin (2018), pada proses

pembuatan kue karasi terjadi gelatinisasi pati yang diawali dengan penyerapan air

dan pembekakan granula pati sehingga amilosa keluar dari granula pati. Granula

44
pati dapat menyerap air dan membengkak tetapi tidak dapat kembali seperti

semula.

4.2.2.2. Kadar Abu

Kadar abu adalah zat organik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan

organik. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan

pangan. Semakin besar kadar abu suatu bahan makanan, menunjukan semakin

tinggi mineral yang dikandung oleh makanan tersebut (Sofiati, 2020). Dalam

proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat organiknya tidak

terbakar karena itulah disebut kadar abu. Kadar abu sangat erat hubungannya

dengan mineral yang terdapat di dalam suatu bahan. Penentuan kadar abu untuk

mengetahui kosentrasi garam anorganik seperti natrium, kalium dan fosfor

(Mustafa, 2020).

Berdasarkan Tabel 14 hasil analisis kimia menunjukan kadar abu kue

karasi tirtinggi diperoleh pada perlakuan K3 (penambahan 15 g) sebesar 1,29%.

Hal ini diduga karena semakin banyak penambahan tepung kedelai maka dapat

meningkatkan kandungan mineral pada kue karasi. Kadar abu yang terkandung

dalam tepung kedelai sebanyak 4,0 g per 100 g. Menurut Yasin (2018), besarnya

kandungan mineral seperti kalsium 155 mg, fosfor 326 mg dan besi 4 mg pada

tepung tempe apabila ditambahkan dengan tepung beras maka dapat

meningkatkan kadar abu kue karasi. Hal ini sesuai dengan penyataan Lestari

(2018), Besarnya kadar abu pada produk pangan tergantung pada besarnya

mineral bahan baku yang digunakan. Tingginya kadar mineral pada kedelai

menyebabkan kadar abu cookies gayong kedelai lebih besar.

45
Kadar abu terendah terdapat pada perlakuan K0 (penambahan 0 g) sebesar

0,86%. Hal ini diduga disebabkan karena rendahnya kadar abu pada tepung beras.

Tinggi rendahnya kadar abu dipengaruhi oleh perbedaan kandungan mineral yang

terdapat dalam bahan baku. Menurut Ardin (2019), kadar abu pada perlakuan (T0)

0% dikarenakan proses pembakaran tidak sempurna. Menurut Deman (1997),

pembakaran yang dilakukan pada suhu 600°C akan merusak senyawa organic dan

meningkatkan mineral pada sampel yang diuji kadar abunya, namun jika

pembakaran dilakukan pada suhu lebih tinggi dari 600°C akan menghilangkan

nitrogen dan natrium klorida pada bahan yang dianalisis.

2.2.2.3. Kadar Lemak

Lemak atau lipid merupakan salah satu nutrisi diperlukan tubuh karena

berfungsi menyediakan energi sebesar 9 kkal/gram, melarutkan vitamin A, D, E,

K dan dapat menyediakan asam lemak esensial bagi tubuh manusia. Lemak

menurupakn unit penyimpanan yang baik untuk energi (Angelia, 2016).

Pada Tabel 14, hasil analisis kimia menunjukan kadar lemak kue karasi

tertinggi diperoleh pada perlakuan K3 (penambahan 15 g) sebesar 16,20%. Hal ini

diduga karena semakin banyak penambahan tepung kedelai maka kadar lemak kue

karasi semakin meningkat selain itu dipengaruhi juga proses penggorengan. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Jariyah (2017), kadar lemak food bar cenderung

meningkat dengan meningkatnya penambahan tepung kedelai. Hal ini disebabkan

tepung kedelai berpengaruh terhadap peningkatan kandungan lemak food bar.

Kadar lemak terendah diperoleh pada perlakuan K0 (penambahan 0 g)

sebesar 10,85%. Hal ini diduga karena kandungan lemak pada tepung beras yang

46
jauh lebih rendah dibanding tepung kedelai. Hasil penelitian ini sesuai dengan

pernyataan Yasin (2018), kandungan lemak pada tepung beras yang jauh lebih

rendah dibanding dengan tepung tempe. Hal ini juga didukung dengan penelitian

Marsan (2018), kadar lemak terendah kue karasi menggunakan tepung beras

merah tanpa penambahan tepung tulang ikan tuna.

4.2.2.4. Kadar Protein

Protein merupakan salah satu kelompok dari bahan makronutrien (nutrisi

yang dibutuhkan dalam jumlah banyak), tidak seperti bahan makronutrien lainnya

misalnya karbohidrat, lemak, protein memiliki peran lebih penting dalam

pembentukan biomolekul daripada sumber energi (penyusun bentuk tubuh).

Protein sebagai zat utama pembentuk dan pertumbuhan (Anissa, 2021).

Berdasarkan Tabel 14 hasil analisis kimia menunjukan kadar protein kue

karasi tertinggi diperoleh pada perlakuan K3 (penambahan 15 g) sebesar

13,370%. Hal ini diduga karena semakin banyak penambahan tepung kedelai

dapat meningkatkan kadar protein kue karasi dimana tepung kedelai mengandung

protein sebesar 39,9 g sehingga apabila ditambahkan dengan tepung beras dapat

meningkatkan kandungan protein kue karasi yang dihasilkan. Hal ini sejalan

dengan penelitian Indriyani, (2013), menyatakan bahwa kadar protein tepung

beras merah ada kecenderungan peningkatan kadar protein disebabkan perlakuan

lama pengeringan hal ini dapat disimpulkan semakin lama pengeringan maka

semakin meningkat kadar proteinnya. Peningkatan nilai kadar protein ini sesuai

dengan penelitian Widyanipuria, (2020), bahwa peningkatan nilai kadar protein

47
pada biskuit mocaf disebabkan oleh penambahan kandungan protein pada tepung

ikan lele dan tepung kedelai.

Kadar protein terendah pada perlakuan K0 (penambahan 0 g) sebesar

11,616%. Hal ini disebabkan karena tidak ada penambahan tepung kedelai pada

kue karasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Huda, (2010), mengatakan bahwa

kadar protein yang rendah menunjukan kandungan sumber protein yang sedikit

dalam fortifikasi yang digunakan dalam pembuatan kerupuk.

4.2.2.5. Kadar Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia

yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbihidrat

sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organic yang mempunyai

struktur dan molekul berbeda-beda. Karbohidrat selain berfungsi untuk

menghasilkan energi juga mempunyai fungsi yang lain bagi tubuh. Fungsi

karbohidrat yaitu pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur

metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses (Siregar, 2014).

Berdasarkan Tabel 14 hasil analisis gizi kadar karbohidrat kue karasi

tertinggi diperoleh perlakuan K3 (penambahan 15 g) sebesar 33,339%. Hal ini

diduga tingginya nilai karbohidrat dipengaruhi bahan utama pembuatan kue karasi

yaitu tepung beras merah, selain itu juga ada sedikit kandungan karbohidrat pada

bahan tambahan pembuatan kue karasi. Menurut Indriyani (2013), menyatakan

bahwa kandungan gizi beras merah per 100 g terdiri dari protein 7,5 g, lemak 0,9

g, karbohidrat 77,6 g, kalsium 16 mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, vitamin B1

48
0,21 mg dan antosianin. Sehingga dapat meningkatkan kandungan karbohidrat

pada kue karasi.

Kadar karbohidrat pada perlakuan K0 (penambahan 0 g) dengan nilai rata-

rata sebesar 24,707%. Hal ini diduga disebabkan karena tidak adanya penambahan

tepung kedelai pada pembuatan kue karasi. Menurut Pratama, (2014), menyatakan

bahwa kandungan karbohidrat by difference pada uji proksimat sangat dipengaruhi

oleh kandungan nutrisi lainnya.

49
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan skripsi ini dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Fortifikasi tepung kedelai pada kue karasi berpengaruh sangat nyata terhadap

warna, rasa, tekstur dan berpengaruh nyata terhadap aroma pada organoleptik

hedonik. Penambahan tepung kedelai pada perlakuan terpilih K3 (15 g) yaitu

warna 3,97 (suka), aroma 3,87 (suka), rasa 3,90 (suka), tekstur 4,00 (suka).

Terdapat pengaruh sangat nyata terhadap warna, rasa, tekstur dan terdapat

pengaruh tidak nyata terhadap aroma pada organoleptik deskriptif.

Penambahan tepung kedelai pada perlakuan terpilih K3 (15 g) yaitu warna 3,90

(coklat), aroma 3,37 (agak beraroma kedelai), rasa 3,90 (terasa tepung kedelai),

tekstur 4,17 (renyah).

2. Pemanfaatan tepung beras merah memberikan perubahan terhadap fortifikasi

tepung kedelai dalam pembuatan kue karasi, memberikan maanfaat dalam

kandungan gizi dalam penambahan tepung kedelai pada perlakuan terpilih K3

(15 g) yaitu kadar air sebesar 2,58%, kadar abu sebesar 1,29%, kadar lemak

sebesar 16,20%, kadar protein sebesar 13,370%, dan kadar karbohidrat sebesar

33,339%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan terbaik dan diketahui adanya

kekurangan kadar serat dan umur simpan pada produk kue karasi. Adapun saran

50
dari peneliti perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan kadar serat

dan uji umur simpan kue karasi.

51
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah B. 2017. Peningkatan Kadar Antosianin Beras Merah dan Beras Hitam
Melalui Biofortifikasi. Jurnal Litbang Pertanian. 36(2) : 91-98.
Alfa H, Devi V, Bagus A, Serlina, Meilani A, Agung T, Kintan A, Dwi R, Vinky
C, Hariyanto Y, Pramono SA. 2021. Inovasi Potensi Pangan Kacang
Kedelai dari Olahan Produk hingga Pemasaran Online. Jurnal Atma
Inovasia. 1 (3) : 402-408.
Anissa DD, Dewi RK. 2021. Peran Protein ASI dalam Meningkatkan Kecerdasan
Anak untuk Menyongsong Generasi Indonesia Emas 2045 dan Relevansi
dengan Al-Qur’an. Jurnal Tadris IPA Indonesia. 1(3) : 1-9.
Angelia IK. 2016. Analisis Kadar Lemak pada Tepung Ampas Kelapa. Jurnal
Tech. 4(1) : 19-23.
Ardin L, Karimuna L, Pagala MA. 2018. Formulasi Tepung Cangkang Telur dan
Tepung Beras Merah terhadap Nilai Kalsium dan Organoleptik Kue Karasi.
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan. 4(1):1892-1904.
Assadad L, Utomo BS \B. 2011. Pemanfaatan Garam dalam Industri Pengolahan
Produk Perikanan. Jurnal Squalen. 6(1):26-37.
Astuti S. 2008. Isoflavon Kedelai dan Potensinya sebagai Penangkap Radikal
Bebas. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 13(2):126-136.
Aulia I, Pangesthi LT, Astuti N, Sutiadiningsih A. 2021. Pengaruh Subtitusi
Tepung Beras Merah (Oryza glaberrima) terhadap Sifat Organoleptik Paris
Brest Kering. Jurnal Tata Boga. 10(1):44-55.
Aventi. 2015. Penelitian Pengukuran Kadar Air Buah. Jurnal Nasional
Cendekiawan. 12-27.
Cahyani W, Rosiana NM. 2020. Kajian Pembuatan Snack Bar Tepung Gembili
(Dioscorea Esculenta) dan Tepung Kedelai (Glycine Max) sebagai Makanan
Selingan Tinggi Serat. Jurnal Kesehatan. 8(1) : 1-9.
Dewi DP, Wijanarka A, Febriana N. 20016. Pengaruh Variasi Pencampuran
Tepung Beras Merah (Oryza nivara) dan Tepung Terigu Terhadap Sifat
Fisik, Organoleptik, dan Kadar Antosianin Bolu Kukus. Jurnal Medika
Respati. 11(3):32-43.
Efraim B, Thomas, Erny JN, Nurali, Thelma DJ, Tuju. 2017. Pengaruh
Penambahan Tepung Kedelai (Glycine max L) pada Pembuatan Biskuit
Bebas Gluten Bebas Kasein Berbahan Baku Tepung Pisang Goroho (Musa
acuminate L). Jurnal Unstrat. 1(7):1-18.

52
Erni, Ansharullah, Baco AR. 2018. Pengaruh Subtitusi Tepung Uwi terhadap
Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Kue Karasi. Jurnal Sains dan
Teknologi Pangan. 3(6):1745-1755.
Forsalina F, Nocianitri KA, Desak, Pratiwi K. 2012. Pengaruh Subtitusi Terigu
dengan Tepung Beras Merah (Oryza nivara) terhadap Karakteristik Bakpao.
Hariati N, Ansharullah, Asyik N. 2018. Pengaruh Penambahan Tepung Beras
Merah (Oriza nivara L.) Terhadap Uji Organoleptik dan Proksimat Bolu
Kukus. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan. 3(1):1006-1017.
Harleni, Nidia G. 2017. Pengaruh Subtitusi Tepung Kedelai (glycine max (l.)
Merill) Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Zat Gizi Makro Brownies
Kukus Sebagai Alternatif Snck Bagi Anak Penderita KEP. Jurnal Kesehatan
Perintis. 4(2):68-79.
Hartanto ES, 2014. Peningkatan Mutu Produk Gula Kristal Putih Melalui
Teknologi Defekasi Remelt Karbonatasi. Jurnal Standarisasi. 16(3):215-222.
Hayastika, Ansharullah, Asyik N. 2017. Pengaruh Subtitusi Tepung Kedelai
(Glycine max L) Terhadap Aktivitas Antioksidan Roti Tawar. Jurnal Sains
dan Teknologi Pangan. 2(4):684-691.
Hayati R, Hayati M, 2016. Kajian Warna Dan Uji Organoleptik Pada Klon Ubi
Jalar (Ipomea Batatas L). Jurnal Agrotek Lestari. 2(2):1-5.
Hernawan E, Meylani, 2016. Analisis Karakteristik Fisikokimia Beras Putih,
Beras Merah, dan Beras Hitam (Oryza sativa L., Oryza nivara dan Oryza
sativa L. indica). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 15(1):79-91.
Indriyani F, Nurhidajah, Suyanto A. 2013. Karakteristik Fisik, Kimia dan Sifat
Organoleptik Beras Merah Berdasarkan Variasi Lama Pengeringan. Jurnal
Pangan dan Gizi. 4(8):27-34.
Jariyah, Karti E, Pertiwi YA. 2017. Evaluasi Sifat Fisikokimia Food Bar dari
Tepung Komposit (Pedada, Talas dan Kedelai) sebagai Alternatif Pangan
Darurat. Jurnal Rekapangan. 11(1):70-75.
Koswara S. 2006. Isoflavon Senyawa Multi-Manfaat dalam Kedelai. Jurnal Ebook
Pangan. 1-7.
Lamusu D. 2014. Uji Organoleptik Jalan Kote Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
L) sebagai Upaya Diversifikasi Pangan. Jurnal Pengolahan Pangan. 3(1) : 9-
15.
Lekahena VNJ. 2016. Pengaruh Penambahan Kosentrasi Tepung Tapioka
Terhadap Komposisi Gizi dan Evaluasi Sensori Nugget Daging Merah Ikan
Madidihang. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 9(1):1-8.

53
Lestari TI, Nurhidajah, Yusuf M. 2018. Kadar Protein, Tekstur, dan Sifat
Organoleptik Cookies yang Disubtitusi Tepung Ganyong (Canna edulis)
dan Tepung Kacang Kedelai (Glycine max L.). Jurnal Pangan dan Gizi. 8(6)
: 53-63.
Maharani S, Taufik Y, Ikrawan Y. 2020. Stabilitas Antosianin Nai Merah Instan
Akibat Pengaruh Varietas Beras Merah (Oryza nivara. L) dan Teknik
Pemasakan Menggunakan Metode Pengeringan Beku (Freezer Drying).
Jurnal Pasundan Food Tecnology.. 7(3):107-115.
Marsan L, Bacon A, Asyik N, 2018. Penilaian Organoleptik Dan Nilai Gizi Kue
Karasi Yang Diperkaya Tepung Tulang Ikan Tuna (Thunnus Albacore).
Jurnal Sains Teknologi Pangan..3(1):1083-1092.
Martiyanti MAA, Vania VV, 2018. Sifat Organoleptik Mi Instan Tepung Ubi
Jalar Putih Penambahan Tepung Kelor. Jurnal Teknologi Pangan. 1(1):1-13.
Miranti. 2020. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Mutu Permen
Jelly Buah Naga. Jurnal Ilmu Pertanian. 8(1) :116-120.
Mustafa A, Elliyana E. 2020. Pemanfaatan Ampas Kedelai pada Pembuatan
Brownies Gluten Free Ubi Jalar Ungu dan Uji Kelayakannya. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian. 14(1) : 1-13.
Negara JK, Sio AK, Rifkhan, Arifin M, Oktaviana AY, Wihansah RRS, Yusuf M,
2016. Aspek Mikrobologis Serta Sensori (Rasa, Warna, Tekstur, Aroma)
Pada Dua Bentuk Penyajian Keju Yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi Dan
Teknologi Hasil Peternakan. 4(2):286-290.
Noriko N, Elfidasari D, Perdana AT, Wulandari N, Wijayanti W, 2012. Analisis
Penggunan dan Syarat Mutu Minyak Goreng pada Penjaja Makanan di Food
Court UAI. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 1(3):147-
154.
Noviyanti, Wahyuni S, Syukri M. 2016. Analisis Penilaian Organoleptik Cake
Brownies Subtitusi Tepung Wikau Maombo. Jurnal Sains dan Teknologi
Pangan. 1(1) :58-66.
Nurhayati A, Lasmanawati E, Yulia C. 2012. Pengaruh Mata Kuliah Berbasis Gizi
pada Pemilihan Makanan Jajanan Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Tata Boga. Jurnal Penelitian Pendidikan. 13(1):1-6.
Nuryani. 2013. Potensi Subtitusi Beras Putih dengan Beras Merah Sebagai
Makanan Pokok untuk Perlindungan Diabetes Melitus. Jurnal Media Gizi
Masyarakat Indonesia. 3(3):157-168.
Pangestuti EK, Darmawan P. 2021. Analisis Kadar Abu dalam Tepung Terigu
dengan Metode Gravimetri. Jurnal Kimia dan Rekayasa. 2(1) : 16-21.

54
Pargiyanti. 2019. Optimasi Waktu Ekstraksi Lemak dengan Metode Soxhlet
Menggunakan Perangkat Alat Mikro Soxhlet. Jurnal Laboratorium
Indonesia. 1(2) : 29-35.
Prasetyo TF, Isdiana AF, Sujadi H, 2019. Implementasi Alat Pendeteksi Kadar
Air pada Bahan Pangan Berbasis Internet Of Things. Jurnal Smartics.
5(20:81-96.
Putri BM, Nofia Y. 2020. Miuman Berbahan Dasar Kedelai sebagai Anti
Hipertensi. Jurnal Nutrire Diaita. 12(1):29-35.
Rachmawati L, Sulistiani, Rohmawati N. 2016. Pengaruh Penambahan Tepung
Kacang Kedelai terhadap Kadar Protein dan Daya Terima Nugget Udang
Rebon. Jurnal Ilmiah. 1-7.
Rahayu DA, Karyana KS, 2019. Penerapan Teknologi Produksi Berdasarkan Luas
Lahan Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani Kedelai (Suatu
Kasus Di Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung). Jurnal Ilmu Pertanian
Tirtayasa. 1(1):1-10
Ramadhani DA, Sumanjaya R, 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ketersediaan Kedelai Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan..2(3):
131-145.
Ratulangi YA, Siswosubroto, Ratulangi F, Rompis J. 2018. Sifat Organoleptik
Naget Ayam yang Menggunakan Tepung Kedelai sebagai Penggantian
sebagai Daging. Jurnal Zootek. 38(1) :11-141.
Ridhani MA, Vidyaningrum IP, Akmala NN, Fatihatunisa R, Azzahro S, Aini N.
2021. Potensi Penambahan Berbagai Jenis Gula terhadap Sifat Sensori dan
Fisikokimia Roti Manis. Jurnal Pasundan Food Technology. 8(3) : 61-68.
Rosaini H, Rasyid R, Hagramida V. 2015. Penetapan Kadar Protein Secara
Kjeldahl Beberapa Makanan Olahan Kerang Remis (Corbiculla moltkiana
Primer) dari Danau Singkarak. Jurnal Farmasi Higea. 7(2) : 120-127.
Salim E. 2012. Kiat Cerdas Wirausaha Aneka Olahan Kedelai. Lily Pubhliser.
Yogyakarta.
Seveline, Diana N, Taufik M. 2019. Formulasi Cookies dengan Fortifikasi Tepung
Tempe dengan Penambahan Rosela (Hibiscus sabdariffa L). Jurnal
Bioindustri. 1(2) : 243-260.
Siregar NS. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. 13(2) : 38-44.
Sofiati T, Asyaari, Sidin J. 2020. Uji Kadar Air, Abu dan Karbohidrat pada Sgu
Ikan Cakalang Di Kabupaten Morotai. Jurnal Ilmu Kelautan. 2(1) : 23-30.

55
Sovyani S, Kandou J, Sumual M. 2019. Pengaruh Penambahan Tepung Tapioka
dalam Pembuatan Biskuit Berbahan Baku Tepung Ubi Banggai (Dioscorea
alata L.). Jurnal Teknologi Pertanian. 10(2):73-84.
Sumartini, Hasnelly, Sarah, 2018. Kajian Peningkatan Kualitas Beras Merah
(Oryza nivara) Instan dengan Cara Fisik. Jurnal Pasundan Food
Technology. 5(1):84-90.
Suneth N A, P M J Tuapattinaya, 2016. Uji Organoleptik Selai Buah Salak (
Salacca Edulis Reinw) Berdasarkan Penambahan Gula. Jurnal Biopendix.
3(1):40-45.
Suryono C, Lestari N, Triana RD. 2018. Uji Kesukaan dan Organoleptik Terhadap
5 Kemasan dan Produk Kepulauan Seribu Secara Deskriptif. Jurnal
Pariwisata. 5(2) : 95-106.
Tamam B, Aditia PG. 2013. Kandungan Polifenol dan Protein Tepung Kedele
Akibat Perlakuan Pengolahan. Jurnal Skala Husada. 10(1) : 44-46.
Taufik Y, Achyadi NS, Khairunnisa DI, 2018. Pengaruh Kosentrasi Bubur Buah
dan Tepung Kedelai (Glycine max) Terhadap Karakteristik Fit Bar Black
Mulberry (Morus nigra I.,). Jurnal Pasundan Food Technology. 5(1):10-17.
Trihaditia R. 2016. Penetuan Nilai Optimasi dari Karakteristik Organoleptik
Aroma dan Rasa Produk Teh Rambut Jagung dengan Penambahan Jeruk
Nipis dan Madu. Jurnal Agrosciene. 6(1) : 20-29.
Trihaditia R, Puspitasari DTK, 2020. Uji Organoleptikformulasi Fortifikasibekatul
Dalam Pembuatan Bubur Instan Beras Pandawangi. Jurnal Pro-Stek.
1(1):29-50.
Trisnawati ID, Puerwidiani N. 2015. Pengaruh Proporsi Tepung Ketan dan
Tepung Kedelai terhadap Sifat Organoleptik Wingko Babat. Jurnal Boga.
4(2) :67-76.
Waliyansyah RR, 2020. Identifikasi Jenis Biji Kedelai (Glycine Max L)
Menggunakan Gray Level Coocurance Matrix (Glcm) Dan K-Means
Clustering. Jurnal Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer (Jtiik). 7 (1):17-
26.
Widyaniputri RF, Novidahlia N, Nur DA, Nurwitri. 2020. Penambahan Tepung
Ikan Lele dan Tepung Kedelai pada Biskuit Modified Cassava Flour untuk
Lansia. Jurnal Agroindustri Halal. 6(1) : 77-86.
Yasni W, Ansharullah, Asyik N, 2018. Pengaruh Substitusi Tepung Tempe
Terhadap Penilaian Organoleptik Dan Nilai Gizi Kue Karasi. Jurnal Sains
Dan Teknologi pangan. 3(6):1448-1459.

56
LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penelitian

K2 (2) K1 (2) K1 (1)

K1 (3) K0 (1) K3 (3)

K2 (3) K3 (1) K0 (3)

K2 (1) K4 (2) K4 (3)

K3 (2) K4 (1) K0 (2)

Keterangan :

K0 : Kontrol (0 g)

K1 : 5 g

K2 : 10 g

K3 : 15 g

K4 : 20 g

57
Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Beras Merah (Hariati, 2018)

Beras Merah

air Dicuci dengan air mengalir Kotoran, limbah air

Perendaman 12 jam

Penirisan

Pengeringan (50°C selama 5 jam)

Penggilingan

Pengayakan 80 mesh

Tepung beras merah

58
Lampiran 3. Diagram Alir Pembuatan Tepung Kedelai (Lestari, 2018)

Kacang kedelai

Air Dicuci dengan air mengalir Limbah air, debu

Perendaman 6 jam

Perebusan (100°C selama 10 menit) Kulit ari

Pengeringan (50°C selama 24 jam)

Penggilingan (blender
selama 5 menit)

Pengayakan 80 mesh

Tepung kedelai

59
Lampiran 4. Diagram Alir Penelitian

Pembuatan Kue
Karasi

Perlakuan

K1 = 0 g K2= 5 g K2 = 10 g K3= 15 g K4=20 g

Kue karasi

Variabel pengamatan

Penilaian organoleptik Analisis Nilai Gizi

Kue karasi terbaik

60
Lampiran 5. Diagram Alir Pembuatan Kue Karasi (Marsan, 2018)

Pembuatan kue karasi

Penimbangan bahan

Percampuran bahan

Diaduk

Adonan

Dimasukan kedalam cetakan

Penggorengan

Penggulungan

Kue Karasi

61
Lampiran 6. Matriks Organoleptik Hedonik

Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Hari/tanggal :

Cicipilah sampel kue karasi dengan penambahan tepung kedelai yang

tersedia, bilas mulut menggunakan air putih yang disediakan setiap selesai

mencicipi satu sampel. Nyatakan penilaian tingkat kesukaan anda terhadap uji

hedonik, dengan menuliskan skor pada tabel dibawah ini :

Kode Parameter

No. Sampel Warna Aroma Rasa Tekstur Keseluruhan

1 523

2 560

3 218

4 627

5 677

Keterangan rangking skor :


5 : Sangat suka
4 : Suka
3 : Agak suka
2 : Tidak suka
1 : Sangat tidak suka

62
Lampiran 7. Matriks Organoleptik Deskriptif

Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Hari/tanggal :

Cicipilah sampel kue karasi dengan penambahan tepung kedelai yang

tersedia, bilas mulut menggunakan air putih yang disediakan setiap selesai

mencicipi satu sampel. Nyatakan penilaian tingkat kesukaan anda terhadap uji

deskriptif, dengan menuliskan skor pada tabel dibawah ini :

Kode Parameter
No. Sampel Warna Aroma Rasa Tekstur
1 523
2 560
3 218
4 627
5 677

Keterangan :

Warna Aroma

5 = Sangat Coklat 5 = Sangat Beraroma Kedelai

4 = Coklat 4 = Beraroma Kedelai

3 = Agak Coklat 3 = Agak Beraroma Kedelai

2 = Tidak Coklat 2 = Tidak Beraroma Kedelai

1 = Sangat Tidak Coklat 1 = Sangat Tidak Beraroma Kedelai

63
Rasa Tekstur

5 = Sangat Terasa Tepung Kedelai 5 = Sangat Renyah

4 = Terasa Tepung Kedelai 4 = Renyah

3 = Agak Terasa Tepung Kedelai 3 = Agak Renyah

2 = Tidak Terasa Tepung Kedelai 2 = Keras

1 = Sangat Tidak Terasa Tepung Kedelai 1 = Sangat Keras

64
Lampiran 8. Kadar Air (AOAC, 2005)

Cawan porselin bersih yang digunakan dioven terlebih dahulu selama 30

menit pada suhu 105°C, setelah itu dinginkan cawan porselin yang telah dioven

dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan timbang (W1), perlakuan

diulang hingga diperoleh bobot konstan. Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam

cawan yang sudah dikeringkan (W2) kemudian di oven pada suhu 150°C selama 6

jam. Setelah proses pengeringan, cawan berisi sampel dikeluarkan dalam oven

dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit keudian ditimbang (W3). Tahap

ini diulangi hingga dicapai bobot yang konstan (selisih penimbangan berturut-

turut kurang dari 0,2 mg), pengurangan bobot merupakan banyaknya air dalam

bahan.

Perhitungan :

Dimana :

W1 = Bobot cawan kosong (g)

W2 = Bobot cawan + sampel (g)

W3 = Bobot cawan + sampel setelah di oven (g)

65
Lampiran 9. Kada Abu (AOAC, 2005)

Cawan porselin bersih yang digunakan dioven terlebih dahulu selama 30

menit pada suhu 105°C, setelah itu dinginkan cawan porselin yang telah dioven

dalam desikator utuk menghilangkan uap air dan timbang (W1), perlakuan diulang

hingga diperoleh bobot konstan. Sampel sekitar 2 g ditimbang (W2) ditimbang

pada cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Jika kadar air sampel tinggi

sampel dioven terlebih dulu pada suhu 150°C hingga diperoleh bahan kering

kemudian dipijarkan. Jika sampel memiliki kadar air relative rendah sampel dapat

langsung dipijarkan dalam tanur pada suhu 600°C selama 6 jam (sampai didapaat

abu berwarna abu-abu atau sampel beratnya tetap), selanjutnya sampel yang telah

ditanur didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W3) hingga diperoleh berat

tetap.

Perhitungan :

Dimana :

W1 = Bobot cawan kosong (g)

W2 = Bobot cawan + sampel (g)

W3 = Bobot cawan + abu (g)

66
Lampiran 10. Analisis Kadar Lemak (AOAC, 2005).

Menyiapkan labu lemak yang sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet, setelah

itu mengeringkan labu lemak dalam oven pada suhu 105°C selama 30 menit, labu

lemak didinginkan selama 15 menit dalam desikator, ditimbang dan dicatat berat

labu lemak tersebut. Menimbang sampel sebanyak 3-5 g dalam kertas saring,

ditempel dan ditiup dengan kapas bebas lemak, setelah itu pelarut lemak

dimasukkan ke dalam labu lemak secukupnya, labu lemak dipanaskan dan

dilakukan proses ekstrasi 5-6 jam. Pelarut disulingkan, labu lemak diangkat dan

dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C pada berat konstan. Setelah itu labu

lemak didinginkan dalam desikator selama 15 menit, ditimbang dan dicatat berat

lemak tersebut.

Perhitungan :

Dimana :

W = Berat sampel (g)

W1 = Berat labu lemak sebelum ekstrasi (g)

W2 = Berat labu lemak setelah ekstrasi (g)

67
Lampiran 11. Analisis Kadar Protein (AOAC, 2005)

Menyiapkan label sesuai kode sampel, timbang sampel sebanyak 0,51 gr

kemudian dimasukan ke dalam labu kjeldahl 100 ml, tambahkan 2 gr campuran

selen dan 25 ml H₂SO₄ pekat, lalu panaskan diatas pemanas/kompor sampai

mendidih dan larutkan menjadi jernih kehija-hijauan (sekitar 2 jam) kemudian

biakan dingin lalu encerkan dengan 10 ml aquadest. Pipet 5 ml larutan dan

masukan ke dalam alat penyuling, tambahkan 5 ml NaOH 30% dan 2 tetes

indikator PP. Setelah itu sulingkan selama kurang lebih 10 menit, sebagai

penampung gunakan 10 ml larutan asam borat 2% yang telah dicampurkan

indikator campuran, bilas ujung pendingin dengan air suling, kemudian titrasi

dengan larutan HCL 0,01 N hingga larutan menjadi hijau.

Perhitungan :

Dimana

N = Konsentrasi HCL

V1 = Konsentrasi HCL 0,01 N yang digunakan untuk penitrasian sampel

V2 = Kosentrasi HCL 0,01 N yang digunakan untuk penitrasian blanko

Fk = Faktor konversi untuk makanan secara umum 6,25

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat bahan (gr)

68
Lampiran 12. Analisis Kadar Karbohidrat (AOAC, 2005)

Analisis karbohidrat denga menggunakan metode by different dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan :

Kadar Karbohidrat (%) = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak +
kadar protein)

69
Lampiran 13a. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Warna
Rerata S.Dev
Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

KO 5 5 5 4 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 3 4 5 4 5 4 136 4.53 0.68

K1 2 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4 4 2 4 4 3 2 2 3 4 3 3 88 2.93 0.74

K2 2 5 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 2 4 3 3 4 2 3 4 2 4 94 3.13 0.82

K3 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4 2 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 119 3.97 0.76

K4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 109 3.63 0.76

Total 17 23 19 18 19 17 15 17 21 18 18 16 15 17 18 20 17 12 20 21 17 20 21 20 17 15 19 22 17 20

Rerata 3.4 4.6 3.8 3.6 3.8 3.4 3 3.4 4.2 3.6 3.6 3.2 3 3.4 3.6 4 3.4 2.4 4 4.2 3.4 4 4.2 4 3.4 3 3.8 4.4 3.4 4

Lampiran 13b. Hasil Analisis Ragam Hedonik Warna

F tabel
SK DB JK KT F hitung
0.05 0.01
perlakuan 4 48.9407564 12.2351891 21,22** 2.43 3.45
galat 145 83.6192436 0.5766844
total 149 132.56
Koefisien keragaman (kk)= 20,86257%
Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata

DMRT=0,05
Perlakuan Rerata±SD Keterangan

K0 4,53ª±0,68 Suka
K1 2,93 ±0,74 Agak Suka 2=0,39
K2 3,13 ±0,82 Agak Suka 3=0,41
K3 3,97ᵇ±0,76 Suka 4=0,42
K4 3,63ᵇ±0,76 Suka 5=0,43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

70
Lampiran 14a. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Aroma
Rerata S.Dev
Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
K0 4 1 4 4 2 3 3 4 5 3 4 5 3 4 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 5 3 112 3.73 0.91
K1 4 2 4 3 3 2 4 3 3 4 4 5 2 3 4 3 2 2 2 3 3 5 4 3 3 4 4 4 3 3 98 3.27 0.87
K2 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 4 5 2 4 3 3 3 2 3 3 3 5 4 3 3 4 4 4 5 3 101 3.37 0.81
K3 4 5 5 3 3 5 4 4 2 3 4 5 4 4 4 4 3 3 4 3 3 5 4 3 3 4 4 5 5 4 116 3.87 0.82
K4 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 5 5 2 3 3 3 3 4 4 3 3 5 4 3 3 4 4 5 3 4 114 3.80 0.81
Total 19 16 21 17 13 19 18 18 17 17 21 25 13 18 18 17 16 14 17 16 16 25 20 16 15 20 20 21 21 17
Rerata 3.8 3.2 4.2 3.4 2.6 3.8 3.6 3.6 3.4 3.4 4.2 5 2.6 3.6 3.6 3.4 3.2 2.8 3.4 3.2 3.2 5 4 3.2 3 4 4 4.2 4.2 3.4

Lampiran 14b. Hasil Analisis Ragam Hedonik Aroma

F tabel
SK DB JK KT F hitung
0.05 0.01
perlakuan 4 8.8266667 2.2066667
3,11* 2.43 3.45
galat 145 102.9666667 0.7101149
total 149 111.7933333
Koefisien keragaman (kk)= 23,36460%
Ket : * = Berbeda nyata

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 3,73ªᵇ±0,91 Suka
K1 3,27 ±0,87 Agak Suka 2= 0,43
K2 3,37ᵇ ±0,81 Agak Suka 3= 0,45
K3 3,87ª±0,82 Suka 4= 0,47
K4 3,80ªᵇ±0,81 Suka 5= 0,48
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

71
Lampiran 15a. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Rasa
Rerata S.Dev
Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

K0 5 3 4 5 3 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 3 5 5 3 3 4 3 4 3 115 3.83 0.75

K1 4 4 3 4 3 2 4 5 3 4 2 1 4 3 3 3 3 2 2 5 4 2 4 4 5 3 2 2 4 2 96 3.20 1.06

K2 5 4 4 4 4 4 4 5 3 3 2 1 3 4 5 4 3 4 3 5 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 108 3.60 0.93

K3 4 5 4 4 3 4 4 5 3 4 3 3 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 3 5 5 4 3 3 4 3 117 3.90 0.71

K4 5 5 4 4 3 3 4 5 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 5 5 4 4 4 5 3 4 4 5 5 118 3.93 0.83

Total 23 21 19 21 16 17 20 24 17 16 15 12 18 19 21 19 17 16 14 25 20 16 19 22 22 17 15 15 21 17

Rerata 4.6 4.2 3.8 4.2 3.2 3.4 4 4.8 3.4 3.2 3 2.4 3.6 3.8 4.2 3.8 3.4 3.2 2.8 5 4 3.2 3.8 4.4 4.4 3.4 3 3 4.2 3.4

Lampiran 15b. Hasil Analisis Ragam Hedonik Rasa

F tabel
SK DB JK KT F hitung
0.05 0.01
perlakuan 4 11.1600000 2.7900000
3,72** 2.43 3.45
galat 145 108.7333333 0.7498851
total 149 119.8933333
Koefisien keragaman (kk)= 23,44654%
Ket. ** = berpengaruh sangat nyata

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 3,83ª±0,75 Suka
K1 3,20ᵇ±1,06 Agak Suka 0,44
K2 3,60ªᵇ±0,93 Suka 0,47
K3 3,90ª±0,71 Suka 0,48
K4 3,93ª±0,83 Suka 0,49
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

72
Lampiran 16a. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Tekstur
Rerat S.Dev
Ulangan a
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

K0 5 5 3 4 4 5 4 4 5 4 2 3 2 5 3 3 5 2 2 4 3 2 5 5 3 2 4 4 1 4 107 3.57 1.19

K1 2 3 2 4 3 2 2 4 2 5 2 3 2 4 3 3 5 2 1 4 4 2 5 3 4 2 2 4 2 4 90 3.00 1.11

K2 4 4 4 2 2 2 3 2 3 5 2 5 3 3 3 5 5 3 1 4 4 2 3 3 3 2 2 4 2 4 94 3.13 1.11

K3 5 5 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 5 5 4 3 4 4 4 4 5 5 4 3 4 5 5 120 4.00 0.79

K4 5 4 4 2 2 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 5 5 5 2 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 4 111 3.70 0.95

Total 21 21 18 16 14 16 17 16 18 22 12 17 13 18 15 21 25 16 9 20 20 14 22 20 19 13 14 20 14 21

Rerata 4.2 4.2 3.6 3.2 2.8 3.2 3.4 3.2 3.6 4.4 2.4 3.4 2.6 3.6 3 4.2 5 3.2 1.8 4 4 2.8 4.4 4 3.8 2.6 2.8 4 2.8 4.2

Lampiran 16b. Hasil Analisis Ragam Hedonik Tekstur

F tabel
SK DB JK KT F hitung
0.05 0.01
perlakuan 4 19.8933333 4.9733333
4,58** 2.43 3.45
Galat 145 157.5000000 1.0862069
total 149 177.3933333
Koefisien keragaman (kk)= 30,00612%
Ket. ** = berpengaruh sangat nyata

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT = 0,05


K0 3,57ªᵇ±1,19 Suka
K1 3,00 ±1,11 Agak Suka 2= 0,53
K2 3,13ᵇ ±1,11 Agak Suka 3= 0,56
K3 4,00ª±0,79 Suka 4= 0,58
K4 3,70ªᵇ±0,95 Suka 5= 0,59
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

73
Lampiran 17a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Warna
Ulangan Rerata S.Dev
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
K0 3 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 140 4.67 0.66
K1 4 4 2 4 4 2 3 3 2 4 4 4 2 3 4 2 2 4 2 4 2 3 4 4 2 3 2 2 4 2 91 3.03 0.93
K2 4 4 2 4 3 2 3 2 2 4 3 2 2 3 4 4 2 4 4 2 3 4 2 4 4 2 2 4 4 4 93 3.10 0.92
K3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 3 117 3.90 0.55
K4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2 5 4 5 4 3 4 5 3 3 3 3 106 3.53 0.78
TOTAL 18 21 16 19 19 17 20 17 16 20 18 19 17 17 19 18 15 21 15 19 18 22 19 21 17 19 16 17 20 17
RERATA 3.6 4.2 3.2 3.8 3.8 3.4 4 3.4 3.2 4 3.6 3.8 3.4 3.4 3.8 3.6 3 4.2 3 3.8 3.6 4.4 3.8 4.2 3.4 3.8 3.2 3.4 4 3.4

Lampiran 17b. Hasil Analisis Ragam Deskriptif Warna

F tabel
SK DB JK KT F hitung
0.05 0.01
perlakuan 4 53.77 13.44 22,03** 2.43 3.45
Galat 145 88.50 0.61
total 149 142.27
Koefisien keragaman (kk)= 21,42356%

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 4,67ª±0,66 Sangat Coklat
K1 3,03 0,93 Agak Coklat 2= 0,40
K2 3,10 0,92 Agak Coklat 3= 0,42
K3 3,90ª+0,55 Coklat 4= 0,43
K4 3,53ª 0,78 Coklat 5= 0,44
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

74
Lampiran 18a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Aroma
Rerata S.Dev
Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

K0 3 2 3 1 1 3 2 2 1 1 1 2 2 3 2 3 3 1 2 1 3 1 3 3 2 3 2 3 2 1 62 2.07 0.83

K1 3 3 4 3 3 2 2 4 5 2 3 3 2 3 2 2 5 4 3 4 3 3 4 3 4 3 5 3 2 3 95 3.17 0.91

K2 2 2 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 2 3 2 2 5 4 4 3 3 5 3 3 3 3 5 3 2 4 97 3.23 0.94

K3 2 2 4 5 4 5 2 2 5 5 2 4 3 3 2 2 5 3 3 4 4 3 3 4 4 3 5 3 2 3 101 3.37 1.10

K4 2 3 2 5 4 5 2 3 5 5 4 4 3 3 2 2 5 3 3 3 4 3 4 4 4 3 5 3 2 3 103 3.43 1.04

TOTAL 12 12 17 17 15 19 10 14 20 16 14 17 12 15 10 11 23 15 15 15 17 15 17 17 17 15 22 15 10 14

RERATA 2.4 2.4 3.4 3.4 3 3.8 2 2.8 4 3.2 2.8 3.4 2.4 3 2 2.2 4.6 3 3 3 3.4 3 3.4 3.4 3.4 3 4.4 3 2 2.8

Lampiran 18b. Hasil Analisis Ragam Deskriptif Aroma

F tabel
SK DB JK KT F hitung
0.05 0.01
perlakuan 4 37.51 9.38
10,21** 2.43 3.45
galat 145 133.17 0,92
total 149 170.67
Koefisien keragaman (kk)= 31,45494%
Ket. **= Berpengaruh sangat nyata

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05

K0 (0 g) 2,07±0,83 Tidak beraroma kedelai


2 = 0,49
K1 (5 g) 3,17±0,91 Agak beraroma kedelai
3 = 0,51
K2 (10 g) 3,23±0,94 Agak beraroma kedelai
4 = 0,53
K3 (15 g) 3,37±1,10 Agak beraroma kedelai
K4 (20 g) 3,43±1,04 Agak beraroma kedelai 5 = 0,54

75
Lampiran 19a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Rasa
Rerata S.Dev
Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

K0 3 3 1 2 2 1 3 1 1 2 2 3 2 1 3 2 3 3 1 1 3 2 3 1 3 2 2 1 3 1 61 2.03 0.85

K1 3 4 2 2 3 3 2 5 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 5 2 4 3 3 3 5 3 3 2 3 98 3.27 0.87

K2 3 4 3 2 3 4 3 5 3 4 5 3 5 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 109 3.63 0.76

K3 3 3 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 5 5 4 4 3 4 4 5 3 5 4 3 4 5 5 3 4 2 117 3.90 0.84

K4 3 4 4 4 3 4 3 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 2 4 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 120 4.00 0.74

TOTAL 15 18 13 14 14 16 14 21 17 17 19 17 21 19 18 17 16 16 17 21 17 20 17 14 17 19 17 15 16 13

RERATA 3 3.6 2.6 2.8 2.8 3.2 2.8 4.2 3.4 3.4 3.8 3.4 4.2 3.8 3.6 3.4 3.2 3.2 3.4 4.2 3.4 4 3.4 2.8 3.4 3.8 3.4 3 3.2 2.6

Lampiran 19b. Hasil Analisis Ragam Deskriptif Rasa


F tabel
SK DB JK KT F hitung
0.05 0.01
perlakuan 4 76.33 19.08
28,67** 2.43 3.45
galat 145 96.50 0.67
total 149 172.83
Koefisien keragaman (kk)= 21,32230%
Ket. ** = berpengaruh sangat nyata

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 2,03 ±0,85 Tidak terasa kedelai
K1 3,27ᵇ 0,87 Agak terasa kedelai 2= 0,40
K2 3,63ªᵇ 0,76 Terasa Kedelai 3= 0,43
K3 3,90ª±0,84 Terasa Kedelai 4= 0,44
K4 4,00ª±0,74 Terasa Kedelai 5= 0,45
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

76
Lampiran 20a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Tekstur
Rerata S.Dev
Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

K0 5 2 5 5 3 2 4 4 4 1 5 4 4 2 4 5 5 3 5 2 3 5 4 4 3 5 4 4 4 3 113 3.77 1.14

K1 4 1 4 2 4 2 4 2 4 2 5 2 4 2 3 5 3 3 5 2 2 3 3 4 1 3 4 2 2 5 92 3.07 1.20

K2 3 2 5 2 2 2 4 2 3 2 5 4 2 3 2 5 5 3 5 3 4 4 3 4 2 2 2 2 3 4 94 3.13 1.14

K3 3 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 3 3 5 5 3 5 4 5 5 5 4 3 4 3 3 4 3 125 4.17 0.83

K4 3 4 4 4 5 3 4 4 5 4 5 4 2 3 4 5 5 3 4 5 4 4 5 4 2 2 2 4 4 5 116 3.87 0.97

TOTAL 18 13 23 18 19 13 20 16 21 14 25 19 16 13 16 25 23 15 24 16 18 21 20 20 11 16 15 15 17 20

RERATA 3.6 2.6 4.6 3.6 3.8 2.6 4 3.2 4.2 2.8 5 3.8 3.2 2.6 3.2 5 4.6 3 4.8 3.2 3.6 4.2 4 4 2.2 3.2 3 3 3.4 4

Lampiran 20b. Hasil Analisis Ragam Deskriptif Tekstur

F tabel
SK DB JK KT F hitung
0.05 0.01
perlakuan 4 25.64 6.41
5,81** 2.43 3.45
galat 145 159.93 1.10
total 149 185.57
Koefisien keragaman (kk)= 29,06548%
Ket. ** = berpengaruh sangat nyata

Perlakuan Rerata±SD Keterangan DMRT=0,05


K0 3,77ª±1,14 Renyah
K1 3,07ᵇ 1,20 Agak Renyah 2= 0,54
K2 3,13ᵇ 1,14 Agak Renyah 3= 0,56
K3 4,17ᵇ 0,83 Renyah 4= 0,58
K4 3,87ᵇ 0,97 Renyah 5= 0,60
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjuk
kan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0.05 taraf kepercayaan 95%

77
Lampiran 21. Hasil Analisis Kadar Air Kue Karasi

Kode
Sampel Ulangan Cawan Kosong Cawan+Sampel Cawan Setelah Oven Kadar Air Rerata STD
1 15.040 20.667 20.532 2.399
2 16.090 21.099 20.977 2.440
K0 3 15.321 20.306 20.196 2.199 2.346 0.13
1 13.926 18.920 18.798 2.435
2 15.673 20.630 20.502 2.588
K3 3 10.372 15.410 15.274 2.709 2.578 0.14

Paired Samples Statistics


Mean N Std.
Deviation
Pair 1 KONTROL 2.346667 3 0.128582
PERLAKUAN 2.576667 3 0.140475

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

KONTROL &
3 -0.72341 0.485148
Pair 1 PERLAKUAN

Paired Samples Test


Paired t Df
Differences

Lower Upper
Pair KONTROL – - -
-0.23 0.2498 0.144222 0.390537 2
1 PERLAKUAN 0.85054 1.59476

78
Lampiran 22. Hasil Analisis Kadar Abu Kue Karasi

Kode
Sampel Ulangan Cawan Kosong Cawan+Sampel Setelah Tanur Abu Rerata STD
1 15.040 20.666 15.092 0.933
2 16.090 21.099 16.127 0.739
K0 3 15.321 20.306 15.367 0.923 0.865 0.11
1 13.926 18.920 13.984 1.165
2 15.673 20.630 15.733 1.204
K3 3 10.372 15.410 10.448 1.507 1.292 0.19

t-Test: Paired Two Sample for Means

0.93 1.17
Mean 0.83 1.355
Variance 0.0162 0.04805
Observations 2 2
Pearson Correlation 1
Hypothesized Mean
Difference 0
Df 1
-
t Stat 8.076923077
P(T<=t) one-tail 0.039210259
t Critical one-tail 6.313751515
P(T<=t) two-tail 0.078420518 0.05
t Critical two-tail 12.70620474

79
Lampiran 23. Hasil Analisis Kadar Lemak Kue Karasi

Kode Berat Selongsong Sebelum Selongsong kering setelah


Sampel Sampel rendam rendam Kadar Lemak (%) RERATA STD
3.0367 4.6192 4.286 10.959
3.0126 4.6064 4.280 10.838
K0 3.0518 4.7278 4.400 10.738 10.845 0.11
3.0582 4.6961 4.212 15.839
3.0163 4.7953 4.310 16.093
K3 3.0336 4.6429 4.137 16.667 16.200 0.42

Paired Samples Test


Paired t Df
Differences

Lower Upper
Pair KONTROL - - - -
0.57735 0.333333 -17 2
1 PERLAKUAN 5.666666667 7.10088 4.23245

80
Lampiran 24. Hasil Analisis Kadar Protein Kue Karasi

Kode
sampel Ulangan Kadar Protein rata-rata SD
U1 12,128 11,616 4.45
K0 U2 11,324
U3 11,397
U1 13,562 13,370 2.25
K3 U2 13,122
U3 13,427

Paired Samples Statistics


Mean N Std.
Deviation
Pair 1 K0 11.61633333 3 0.444617
K3 13.37033333 3 0.225407

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair K0 &
3 0.789448 0.420734
1 K3

Paired Samples Test


Paired Differences t df

Lower Upper
Pair K0 -
-1.754 0.300426 0.173451 -2.5003 -1.0077 -10.1124 2
1 K3

81
Lampiran 25. Hasil Analisis Kada Karbohidrat Kue Karasi

Kode
sampel ulangan air % abu % lemak % protein % karbohidrat % rata-rata Sd
1 2,399 0.933 10,959 12,128 25,386 24,707 6.03
K0 2 2,440 0.739 10,838 11,324 24,502
3 2,199 0.923 10,738 11,397 24,234
1 2,435 1,165 15,839 13,562 32,901 33,339 7.54
K3 2 2,588 1,204 16,093 13,122 32,907
3 2,709 1,507 16,667 13,427 34,210

Paired Samples Test


Paired T df
Differences

Lower Upper
Pair K0 -
-8.632 1.246105 0.7194389 -11.72749575 -5.5365 -11.9982 2
1 K3

82
Lampiran 26. Proses Pembuatan Tepung Beras Merah

Pencucian beras Penirisan Pengovenan

Pengayakan Penggilingan

Tepung Beras Merah

83
Lampiran 27. Proses Pembuatan Tepung Kedelai

Pencucian/sortasi Perendaman Perebusan

Diblender Pengovenan Setelah Dibuka Kulit


Ari

Tepung Kedelai

84
Lampiran 28. Proses Pembuatan Kue Karasi

Cetakan kue karasi Penimbangan bahan Percampuran bahan

Proses penggulungan Penggorengan Pengujian adonan

Setelah digulung Kue karasi

85
Lampiran 29. Dokumentasi Uji Organoleptik

86

Anda mungkin juga menyukai