Oleh :
RAHMI IMPIAN
NIM. Q1A1 17 028
HASIL PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan
Oleh :
RAHMI IMPIAN
NIM. Q1A1 17 028
RAHMI IMPIAN
NIM. Q1A117028
iii
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas rahmat
Kelapa Dan Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus)” yang disusun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu dan
sama, bimbingan, serta bantuan dari semua pihak. Olehnya itu, penulis
kepada Bapak Dr. Ir. Ansharullah, M. Sc. selaku Dosen Pembimbing I dan ibu
membantu baik secara moril berupa bimbingan, saran, kritik, nasehat, dan
permohonan maaf atas segala kesalahan penulis baik sengaja maupun tidak
v
Ucapan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda
tercinta Almarhum Lamohito dan ibunda tercinta Sitti Asam atas segala bantun
moral maupun material, perhatian, motivasi, kasih sayang, doa yang tidak ada
keluarga besar serta para sahabat dan semua pihak terimakasih atas doa dan
serta balasan setimpal dunia dan akhirat atas seluruh kebaikan dan kasih sayang
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis, terutama
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Sc. selaku Rektor
2. Bapak Prof. Dr. Ir. R. Marsuki Iswandi, M.Si selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo, beserta Wakil Dekan I Prof. Ir. H. Andi
Khaeruni R., M.Si, Wakil Dekan II Dr. Awaluddin Hamzah, S.P., M.Si dan
3. Bapak Nur Asyik, S.P., M.Si, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Ilmu dan
4. Kepada Tim Penguji bapak Prof. Dr. Ir. H. La Karimuna, M.Sc.Agr selaku
ketua penguji, bapak Nur Asyik, S.P., M.Si selaku sekretaris, dan ibu Sri
vi
Rezeki, S.Pi., M.Sc selaku anggota penguji yang telah memberikan saran,
5. Bapak Nur Asyik, S.P., M.Si selaku Penasehat Akademik yang telah
6. Seluruh dosen dan staf lingkup Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
11. Senior penulis, kak Rio Bravo Malau, kak Wa Ode Ratna dan lain-lain yang
13. Semua rekan-rekan dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
vii
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan dunia dan akhirat atas
segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, aamiin. Dalam penulisan
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat
Rahmi Impian
NIM. Q1A1 17 028
viii
RIWAYAT HIDUP
tanggal 14 Mei 1999. Penulis merupakan anak tunggal, putri dari pasangan
almarhum Bapak La Mohito dan Ibu Sitti Asam. Sekolah di TK Gersamata 2005,
SD Negeri 1 Lawa lulus tahun 2011, SMP Negeri 3 Wadaga lulus tahun 2014,
SMA Negeri 1 Lawa lulus tahun 2017. Kemudian tahun 2017 melanjutkan
Universitas Halu Oleo melalui jalur SNPTN. Penghargaan yang pernah diraih
penulis selama masa studi, yaitu Sertifikat sebagai Peserta Pendidikan Karakter
MABA UHO 2017 oleh Kepala Pusat Pendidikan Kerohanian dan Karakter
ix
ABSTRAK
(Dibimbing Oleh Dr. Ir. Ansharullah, M. Sc. sebagai Dosen Pembimbing I dan
terigu, tepung ampas kelapa dan buah naga merah terhadap karakteristik
organoleptik dari roti tawar. Untuk mempelajari karakteristik kimia dari roti tawar
kaya serat yang disubtitusi dari tepung ampas kelapa dan buah naga merah.
Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu
faktor yaitu rasio terigu dan tepung ampas kelapa dengan empat perlakuan dan
tiga kali ulangan. Perbandingan rasio terigu dan tepung ampas kelapa dengan
penambahan sari buah naga merah yaitu : R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung
ampas kelapa : 15% sari buah naga merah R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung
ampas kelapa : 20% sari buah naga merah R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung
ampas kelapa : 25% sari buah naga merah. Nilai uji organoleptik hedonik dengan
skor penilaian kesukaan terhadap tekstur sebesar 4,10 (suka), rasa 4,00 (suka),
terhadap aroma sebesar 4,10 (suka), terhadap warna sebesar 4,17 (suka). Nilai uji
organoleptik deskriptif dengan skor penilaian kesukaan terhadap warna tengah roti
sebesar 3,27 (cokelat), warna kulit roti 4,24 (cokelat kekuningan), aroma 3,67
(beraroma ampas kelapa dan sari buah naga merah), rasa 2,80 (tawar) dan tekstur
x
3,83 (Lembut). Sedangkan nilai kadar air R0 sebesar 33,00% dan R2 sebesar
35,02 %, kadar abu R0 sebesar 0,86 % dan R2 sebesar 1,15 %, kadar Protein R0
sebesar 12,31 % dan R4 sebesar 8,45 %, kadar lemak R0 sebesar 3,94% dan R2
sebesar 4,99 %, kadar serat kasar R0 sebesar 7,20 dan R2 sebesar 7,73,% kadar
Kata kunci: Tepung Ampas Kelapa, Roti tawar Subtitusi Tepung Ampas Kelapa
dan Buah Naga Merah, Nilai Gizi.
xi
ABSTRACT
Flour and Red Dragon Fruit (Hylocereus Polyrhizus). (Supervised by Dr. Ir.
The purpose of this study was to study the effect of substitution of wheat
flour, coconut dregs flour and red dragon fruit on the organoleptic characteristics
of plain bread. To study the chemical characteristics of fiber-rich white bread that
is substituted from coconut dregs flour and red dragon fruit. This research
method used a completely randomized design (CRD) with one factor, namely the
ratio of flour and coconut dregs flour with four treatments and three replications.
Comparison of the ratio of flour and coconut dregs flour to the addition of red
dragon fruit juice, namely: R0 = 100% wheat flour: 0% coconut dregs flour: 0%
red dragon fruit juice R1 = 80% wheat flour: 5% coconut dregs flour: 15% juice
red dragon fruit R2 = 70% wheat flour: 10% coconut dregs flour: 20% red
dragon fruit juice R3 = 60% wheat flour: 15% coconut dregs flour: 25% red
dragon fruit juice. The hedonic organoleptic test value with a texture preference
score of 4.10 (like), 4.00 (like) taste, 4.10 (like) for aroma, for 4.17 (like) color.
The value of the descriptive organoleptic test with a preference rating score of the
middle color of the bread was 3.27 (brown), the color of the bread crust was 4.24
(yellowish brown), the aroma was 3.67 (scented with coconut dregs and red
xii
dragon fruit juice), and 2.80 taste. (plain) and texture 3.83 (soft). While the
moisture content of R0 was 33.00% and R2 was 35.02%, the ash content of R0
was 0.86% and R2 was 1.15%, the protein content of R0 was 12.31% and R4 was
8.45%, Fat content R0 was 3.94% and R2 was 4.99%, crude fiber content R0 was
7.20 and R2 was 7.73,% carbohydrate content R0 was 49.91% and R2 was
50.39%.
Keywords: Coconut Dregs Flour, Coconut Dregh Flour Substitute Bread and Red
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
xiv
2.2.1. Tepung Terigu……………………………………………….. 14
2.1.2. Garam Dapur……………………………………………….. 15
2.1.3. Gula………………………………………………………… 16
2.1.4. Ragi Roti…………………………………………………… 16
2.1.5. Air………………………………………………………….. 17
2.1.6. Mentega……………………………………………………. 18
2.1.7. Susu………………………………………………………… 18
2.1.8. Telur………………………………………………………. . 18
2.3. Karakteristik Organoleptik………………………………………….. . 19
2.3.1. Tekstur……………………………………………… ........... 20
2.3.2. Rasa…………………………………………………….. ..... 20
2.3.3. Warna……………………………………………………... . 20
2.3.4. Aroma…………………………………………………….. .. 21
2.4. Karakteristik Kimia…………………………………………………. 21
2.4.1. Kadar Air………………………………………………… ... 21
2.4.2. Kadar Abu…………………………………………………. 22
2.4.3. Kadar Protein………………………………………………. 22
2.4.4. Kadar Lemak………………………………………………. 23
2.4.5. KadarKarbohidrat………………………………………… .. 23
2.4.6. Kadar Serat Kasar ………………………………………… 24
2.4.7. Antioksidan…………………………………………. .......... 24
2.5. Kerangka Pikir ................................................................................ 25
2.6. Hipotesis .......................................................................................... 26
xv
3.3.4. Rancangan Penelitian ................................................................... 29
3.3.5. Variabel Pengamatan ................................................................... 30
3.3.6. Analisis Data ................................................................................ 30
4.1.2. Tekstur…………………………………………………………. 31
4.1.3. Rasa……………………………………………………………. 32
4.1.4. warna…………………………………………………………… 33
4.1.5. Aroma…………………………………………………………… 34
4.1.2.1. Tekstur…………………………………………………………. 35
4.1.2.2. Rasa....…………...……………………………………………… 36
4.1.2.5. Aroma………...……………………………………………….. 39
4.2. Pembahasan…………………………………………………………… 43
4.2.2. Tekstur……………………………………………………………… 44
4.2.3. Rasa………………………………………………………………. 45
4.2.4. Warna……………………………………………………………. 47
4.2.5. Aroma……………………………………………………………… 48
xvi
4.3.1. Kadar Air………………………………………………………… 49
4.3.7. Antioksidan…………………………………………………………. 53
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………... 55
5.2. Saran…………………………………………………………………….. 55
LAMPIRAN ...............................................................................................
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ampas kelapa........................................................................................ 7
4. Roti tawar…………………………………………………………….. 12
5. Kerangka pikir………………………………………………………… 25
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xx
22a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Warna Tengah…………………… 85
xxi
1
1. PENDAHULUAN
kelapa berupa kelapa parut. Ampas kelapa merupakan hasil samping dari
manusia yang dapat diolah menjadi produk lain (Rosida et al., 2008).
Roti tawar merupakan salah satu jenis roti sponge yang sebagian besar
(Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Harganya yang relatif murah menyebabkan roti
tawar mudah dijangkau dan banyak dikonsumsi oleh lapisan masyarakat baik dari
lapisan bawah, menengah hingga atas (Bramtarades et al., 2013). Selain itu,
Bahan baku utama dalam pembuatan roti tawar adalah tepung terigu dan
bahan lain seperti gula, mentega, telur dan garam (Suwaba et al., 2013). Sebagai
bahan baku utama dalam pembuatan roti tawar, salah satu permasalahan tepung
terigu adalah penyediaan bahan baku tepung terigu karena bahan baku
pembuatannya adalah gandum yang sampai saat ini Indonesia masih mengimpor
gandum dari luar negeri dan belum mampu untuk memproduksi sendiri.
Konsumsi tepung terigu yang semakin meningkat ini perlu suatu upaya alternatif
untuk mengurangi pemakaian tepung terigu dalam pembuatan roti tawar. Salah
komposisi gizi yang tidak jauh berbeda dengan tepung terigu (Bramtarades et al.,
2013).
(Supriatna et al., 2012). (Menurut Putri, 2010) tepung ampas kelapa dapat
digunakan sebagai bahan baku atau bahan dasar maupun bahan tambahan dalam
baik, bebas gluten serta memiliki kandungan karbohidrat digestible yang rendah
kelapa, lalu disaring dan diperas, kemudian letakkan pada loyang dan masukan ke
dalam oven dengan waktu dan suhu yang sudah ditetapkan. Kemudian
dikeluarkan dan tunggu 2-3 menit. Lalu diblender dan disaring dengan saringan,
selama ini belum banyak terungkap. Meskipun ampas kelapa merupakan hasil
samping pembuatan santan, namun memiliki kandungan serat kasar cukup tinggi.
3
Serat pangan ini juga mengontrol pelepasan glukosa seiring waktu, membantu
pengontrolan dan pengaturan diabetes melitus dan obesitas (Trinidad, 2002). Serat
pangan dalam jumlah yang cukup didalam makanan sangat bagus untuk
pencernaan yang baik dalam usus (Ramulu dan Rao, 2003). Serat pangan tidak
dapat dicerna dan tidak diserap oleh saluran pencernaan manusia, tetapi memiliki
dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi. (Yuvlianti et al., 2018). Pada
pembuatan subtitusi roti tawar ampas kelapa dapat pula menambahkan sari buah
naga merah sebagai pewarna alami dan daya tarik konsumen. Selain itu, dengan
penambahan sari buah naga dapat meningkatkan nilai gizi pada olahan pangan
tersebut.
sebagai antiradikal dan senyawa antioksidatif (Pertiwi 2014). Buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus) memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging
berwarna merah keunguan. Rasa buahnya lebih manis dibandingkan buah naga
(Kristanto, 2003).
Buah naga memiliki kandungan zat bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh
mengandung serat pangan dalam bentuk pektin. Buah naga juga mengandung
beberapa mineral seperti kalsium, fosfor dan besi. Selain itu terdapat pula vitamin
B1, B2 dan B3 serta vitamin C (Partomo, 2008). Buah naga merah (Hylocereus
4
polyrhizus) memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna
merah keunguan. Rasa buahnya lebih manis dibandingkan buah naga putih
Hylocereus polyrhizus terkenal pula dengan aktivitas antioksidan yang tinggi yang
memberikan efek positif pada kesehatan. Buah naga super merah mempunyai
daya simpan lebih lama pada suhu penyimpanan 15°C yaitu selama ± 14 hari
dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang selama ± 7 hari. Buah naga segar
tidak dapat disimpan lama karena memiliki kadar air tinggi yaitu 90% dan umur
simpan 7-10 hari pada suhu 14˚C, sehingga diperlukan pengolahan lanjutan
terigu perlu adanya upaya alternatif yaitu mengurangi penggunaan terigu pada
proses pembuatan roti tawar yang berperan penting dalam pembentukan tekstur
terigu (substitusi) dengan tepung lain yaitu tepung ampas kelapa. Hal ini
merupakan salah satu upaya dalam memanfaatkan limbah kelapa yaitu berupa
pembuatan roti tawar adalah untuk meningkatkan kandungan serat roti tawar
sehingga dihasilkan roti tawar yang mempunyai nilai fungsional. Serat merupakan
5
tepung ampas kelapa sebagai substitusi terigu dalam pembuatan roti tawar perlu
kerangka seperti jaring-jaring yang berperan sebagai perangkap gas hasil peragian
1. Bagaimana pengaruh subtitusi tepung terigu dari tepung ampas kelapa dan buah
2. Bagaimana perubahan karakteristik kimia dari roti tawar kaya serat yang
1.3. Tujuan
1. Untuk mempelajari pengaruh subtitusi tepung terigu dari tepung ampas kelapa
dan buah naga merah terhadap karakteristik organoleptik dari roti tawar?
2. Untuk mempelajari karakteristik kimia dari roti tawar kaya serat yang
1.4. Kegunaan
1. Untuk mengetahui pengaruh subtitusi tepung ampas kelapa dan buah naga
2. Untuk mengetahui karakteristik kimia dari roti tawar kaya serat yang
kelapa (Cocos nucifera L.) sebagaimana dikutip oleh Angelia (2016) dimasukan
Divisio: Spermatophyta
Sub-divisio: Angiospermae
Kelas: Monocotyledonae
Ordo: Palmales
Familia: Palmae
Genus: Cocos
Ampas kelapa merupakan hasil akhir dari pembuatan santan. Saat ini
memiliki kandungan gizi yang baik, terutama kandungan serat kasar yang cukup tinggi
karbohidrat yang terdiri dari galaktomanan 61%, manosa 26% dan selulosa 13%.
analisis ampas kelapa kering (bebas lemak) mengandung 93% karbohidrat yang
terdiri atas: 61% galaktomanan, 26% manosa dan 13% selulosa. Sedangkan
Banzon dan Velasco (1982), melaporkan bahwa tepung ampas kelapa mngandung
lemak 12,2%, protein 18,2%, serat kasar 20%, abu 4,9%, dan kadar air 6,2%. Pada
tepung ampas kelapa dari Genjah Kuning Nias dan Dalam Tenga (GKN x DTA)
adalah sebagai berikut: kadar air 4,65%, protein 4,11%, lemak 15,89%, serat kasar
30,58%, karbohidrat 79,34% dan abu 0,66% (Meddiati Fajri Putri, 2014).
4,2%, lemak 9,2%, protein 12,6%, abu 8,2%, serat 13%, dan karbohidrat 39,1%.
Tepung ampas kelapa merupakan bahan pangan sumber serat karena mengandung
selulosa cukup tinggi. Dewasa ini, asupan serat menjadi semakin diutamakan
Ampas kelapa yang mengandung tinggi serat ini dapat dijadikan sebagai olahan
tepung ampas kelapa yang bernilai gizi. Perluasan pemanfaatan ampas kelapa ini sangat
menguntungkan secara ekonomi bagi petani kelapa dan produsen, serta masyarakat yang
mengkonsumsinya ampas kelapa yang diolah menjadi tepung ampas kelapa dapat
ampas kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung terigu atau
tepung lainnya untuk digunakan dalam pengolahan pangan. (Kailaku et al., 2012).
berbagai macam pembuatan makanan dan membuat cita rasa semakin gurih,
aroma yang khas serta mengandung zat gizi dan kandungan serat yang tinggi,
seperti, brownies, kue kering, roti, dan sebagainya (Afrianti et al., 2016).
10
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamili : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
lainnya yaitu 86,13 ± 17,02 mg dalam 0,50 g ekstrak kering buah naga merah.
Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu tanaman yang
dalam buah naga merah mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga
kesehatan jantung, dapat menurunkan berat badan, dan vitamin C yang mampu
Buah Naga (Hylocereus sp.), selain rasanya yang enak dan cukup digemari
masyarakat. Buah naga memiliki khasiat untuk kesehatan manusia. Buah naga
memiliki kandungan zat yang baik untuk tubuh, khususnya zat yang berperan
2010).
Roti merupakan salah satu pangan olahan yang terbentuk dari fermentasi
salah satu pangan olahan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
luas. Tahun 2020, diproyeksikan impor gandum akan meningkat tiga kali lipat
Terlihat bahwa semakin tinggi substitusi tepung ampas kelapa maka pori-
pori yang dihasilkan semakin rapat. Hal ini karena kandungan gluten dalam
13
remah roti yang rapat. (Sudarmo, 2015) juga menyatakan bahwa terbentuknya
pori-pori pada roti tawar juga dipengaruhi oleh knocking down atau penggilasan
Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang
pemanggangan dalam oven. Menurut SNI 1995, definisi roti adalah produk yang
diperoleh dari adonan tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan
dipanggang, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan
tambahan makanan yang diizinkan. Dilihat dari cara pengolahan akhirnya, roti
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti yang dikukus, dipanggang, dan
yang digoreng. Bakpao adalah contoh roti yang dikukus. Donat merupakan
contoh roti yang digoreng. Sedangkan aneka roti tawar, roti manis, dan baquette
Jenis roti yang beredar saat ini sangat beragam dan secara umum roti
biasanya dibedakan menjadi roti tawar dan roti manis atau roti isi. Roti tawar
adalah roti yang tidak ditambahkan rasa atau isi apapun, sehingga rasanya tawar.
selera masing-masing. Bisa diolesi margarin, ditaburi cokelat mesis, diisi keju,
diolesi selai buah, diisi telur, daging, atau kombinasi dari berbagai bahan tersebut
(Anonim, 2006).
14
Oleh karena itu, untuk menurunkan kenaikan konsumsi terigu maka perlu
Solusi untuk mengurangi penggunaan terigu pada pembuatan roti tawar adalah
dengan mengganti sebagian terigu (substitusi) dengan tepung lain yaitu tepung
Syarat mutu roti tawar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1995
yaitu:
Kriteria Uji Satuan Roti Tawar
Tepung terigu diperoleh dari pengolahan biji gandum yang sehat dan telah
kering, tidak mudah menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit,
tidak berbau asing seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas dari
serangga, tikus, kotoran, dan kontaminasi benda-benda asing lainnya. Yang harus
dipertimbangkan adalah terutama kadar protein tepung terigu dan kadar abunya.
15
Kadar protein mempunyai korelasi yang erat dengan kadar glutein, sedangkan
kadar abu erat hubungannya dengan tingkat dan kualitas adonan (Sunaryo, 1985).
Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan roti dan mie.
Keistimewaan terigu diantara serealia lain adalah adanya gluten yang merupakan
protein yang menggumpal, elastis serta mengembang bila dicampur dengan air.
protein dalam roti. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang
memiliki kadar air 14%, kadar protein 8 -12%, kadar abu 0,25 –0,60% dan gluten
NaCl atau gula pada konsentrasi tinggi, dapat mencegah kerusakan bahan pangan.
lainnya, serta pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi. Lebih lanjut
(Yayath, 2009) menjelaskan bahwa garam juga memiliki astringent effect, yakni
1,5-2%. Pemakaian garam lebih rendah dari 1,5% akan memberi rasa hambar,
2.2.3. Gula
Gula adalah salah satu produk hasil perkebunan dari tebu yang banyak
dikembangkan. Penambahan gula dalam suatu produk pangan antara lain yaitu
untuk memberikan aroma, rasa manis sebagai pengawet, dan untuk memperoleh
tekstur tertentu. Gula ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk melengkapi
karbohidrat yang ada untuk proses fermentasi dan untuk memberikan rasa manis
pada roti. Gula sangat penting peranannya dalam pembuatan roti, diantaranya
simpan roti, menambah kandungan gizi, membuat tekstur roti menjadi lebih
empuk, dan memberikan warna cokelat yang menarik pada roti (Mudjajanto dan
Yulianti, 2004).
Gula dalam pembuatan roti berfungsi sebagai sumber energi bagi ragi.
Residu gula yang tidak habis dalam proses fermentasi akan memberikan rasa
manis dan warna kecoklatan (golden brown) pada roti. Gula juga berperan pada
gula lebih dari 8% pada roti tawar akan memberikan sifat empuk yang berlebihan
sehingga bentuk roti tidak tegar, sedangkan pada roti manis sifat empuk terjadi
pada kadar gula 15% ke atas. Peningkatan jumlah gula dalam adonan harus
diimbangi dengan penambahan jumlah ragi agar proses fermentasi tidak terganggu
(Yayath, 2009).
air lalu diaduk-aduk merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa
digunakandalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya
makanan bagi ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh dengan
Untuk pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba jenis
keseimbangan gula, garam, terigu dan air, agar mikroba tumbuh baik maka pH
diatur berkisar 2,0 – 4,5, oksigen cukup tersedia karena mikroba yang hidup
bersifat aerob dan suhu pengolahan sekitar 30oC (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
2.2.5. Air
serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Selain itu, air berperan sebagai
pelarut garam, penyebar dan pelarut bahan-bahan bukan tepung secara seragam
Air berfungsi sebagai media glutein dengan karbohidrat, larutan garam dan
9, makin tinggi pH air maka roti yang dihasilkan baik karena absorbsi air
meningkat dengan meningkatnya pH. Selain pH, air yang digunakan harus air
18
yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, diantaranya tidak berwarna, tidak
2.2.6. Mentega/Shortening
memperbaiki sifat pemotongan roti, memberikan kulit roti lebih lunak, dan dapat
mencegah air masuk ke dalam bahan sehingga shelf life lebih lama. Selain itu
2.2.7. Susu
tekstur roti. Selain itu juga susu memperbaiki warna kulit dan rasa roti serta
memperkuat gluten karena keberadaan kandungan kalsium pada susu. Susu yang
umum digunakan dalam pembuatan roti adalah susu bubuk karena tahan lama dan
2.2.8. Telur
Bagian dari telur yang umum digunakan dalam pembuatan suatu produk
adalah kuning telur. Kuning telur merupakan bagian yang lebih padat yang
terkandung dalam telur dan hampir semua lemak terdapat dalam kuning telur.
Penggunaan kuning telur dalam pembuatan suatu produk untuk memberikan efek
2008).
mata, telinga, indera pencicip, indera pembau dan indera perabaan atau sentuhan.
Kemampuan alat indera memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau
dibedakan berdasarkan jenis kesan. Luas daerah kesan adalah gambaran dari
menilai sifat atau kualitas bahan berdasarkan kesan subyektif (Suradi, 2007)
perorangan, panelis pencicipan terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih dan
salah satunya panelis agak terlatih. Panelis agak terlatih dipilih dari kalangan
Persiapan sampel sangat perlu mendapat perhatian dalam uji sensori. Persiapan
20
dan penyajian sampel memperhatikan suhu, ukuran, kode, dan jumlah contoh saat
2.3.1. Tekstur
2.3.2. Rasa
susu, gula, garam dan mentega. Selama proses fermentasi adonan, ragi mengubah
karbohidrat menjadi gas CO2 dan etanol, selain itu ragi juga berperan dalam
pembentukan cita rasa pada roti. Fungsi utama yeast dalam pembuatan roti untuk
2.3.3. Warna
yangdimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan
memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis (Rifkhan et al., 2016). Warna
yang seragam dan merata, maka bisa diindikasikan bahwa cara pencampuran dan
2.3.4. Aroma
Aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium
oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung (Rifkhan et al.,
2016). Dalam hal aroma lebih banyak sangkut-pautnya dengan alat panca indra
belas juta jenis aroma. Pada umumnya aroma yang diterima oleh hidung dan otak
lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau obat campuran empat aroma yaitu
air mendukung berbagai reaksi kimia termasuk proses hidrolis. Oleh karena itu,
pangan. Air terikat secara fisik dengan protein, polisakarida/ lemak, dan mineral
yang berkontribusi secara signifikan terhadap tekstur bahan pangan ( Belitz dan
Grosch, 2009).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang
sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan,
22
tekstur serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.
berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Mulyono,
2000).
Abu merupakan residu anorganik setelah bahan dibakar dengan suhu tinggi
(diabukan). Pada umumnya abu terdiri dari senyawa Natrium (Na), Kalium (K),
Calsium (Ca), dan Silikat (Si). Semua pati komersial yang berasal dari serealia
berasal dari bahan itu sendiri atau dari air selama pengolahan (Wijayanti, 2007).
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan
anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga
dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan
total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses
disebut sebagai kadar abu. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu
2.4.3. Protein
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain
23
dari protein adalah untuk menjaga pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh,
2.4.4. Lemak
Lemak adalah senyawa ester dari gliserol dan asam lemak. Seperti halnya
karbohidrat, lemak merupakan sumber energi bagi tubuh yang memberikan nilai
energi lebih besar daripada karbohidrat dan protein yaitu 9 kkal/g (Kurtzweil,
2006).
konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk
kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan
sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari
lemak jenuh dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Konsumsi kolesterol
2.4.5. Karbohidrat
terhadap karbohidrat, dalam ilmu dan teknologi pangan analisa karbohidrat yang
stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya. Karbohidrat juga memiliki peranan
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi, dibagi dalam dua golongan,
polisakarida dan serat. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier,
2010).
Serat (fiber) dapat dibedakan atas serat kasar (crude fiber) dan serat
makanan (dietary fiber). Serat kasar (crude fiber) adalah serat tumbuhan/tanaman
yang tidak larut dalam asam (H2SO4 1,25%) dan basa (NaOH 1,25%). Nilai serat
kasar lebih rendah daripada serat makanan karena H2SO4 dan NaOH mempunyai
Kadar serat makanan berkisar antara 2-3 kali serat kasar. Komponen utama
serat kasar disusun oleh selulosa, gum, hemiselulosa, pektin dan lignin (Muchtadi,
1992).
2.4.7. Antioksidan
makanan dan memberikan manfaat pada tubuh manusia (Huang et al., 2014).
Isoflavon berperan penting sebagai antioksidan. Hal ini dapat dikaitkan karena
yang kemudian dipanggang. Bahan baku utama dalam pembuatan roti tawar
adalah tepung terigu. Tepung terigu adalah gandum yang masih di impor dari luar
negeri. Maka dari itu salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi
impor tepung terigu yaitu dengan menambahkan substitusi dari tepung ampas
kelapa dan buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus). Selain itu tepung ampas
kelapa juga mengandung serat dan protein yang cukup tinggi yang dapat di
Penambahan sari buah naga merah terhadap subtitusi tepung ampas kelapa
yaitu sebagai pewarna alami dan untuk meningkatkan nilai gizi terhadap roti tawar
subtitusi tepung ampas kelapa. Selain itu, tujuan dari penambahan sari buah naga
merah yaitu untuk daya tarik konsumen seperti pada aroma, rasa, tekstur, warna
karakteristik kimia.
26
Roti
Permasalahan
Gangguan
Penggunaan tepung
kesehatan bila
terigu yang semakin
dikonsumsi
meningkat
secara berlebihan
Potensinya
Solusi
yaitu tepung
ampas kelapa Potensinya yaitu
sebagai sumber Pemanfaatan Penambahan buah naga
serat pangan limbah buah naga mengandung
yang sangat ampas merah antioksidan
bermanfaat kelapa tinggi yang baik
untuk untuk kesehatan
kesehatan.
2.6. Hipotesis
berikut:
2. Kandungan gizi roti tawar berbasis tepung ampas kelapa dengan penambahan
Tenggara.
Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu berupa bahan untuk membuat
roti tawar adalah tepung ampas kelapa, telur, buah naga merah, tepung terigu, air
putih, garam dapur, gula pasir, ragi instant, mentega putih, Susu bubuk. Adapun
bahan kimia yang digunakan untuk analisis proksimat yaitu H2SO4, aquades,
NaOH, K2SO4 10%, selenium, asam borat 4%, metil merah dan biru, HCl,
Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan ini antara lain loyang,
copper, oven, neraca analitik Ohaous Ap310-O, ayakan 40 mesh, baskom, plastik,
tissue, rolling pin. Alat yang digunakan dalam proses analisis adalah rheotex¸
colour reader CR-100, beaker glass, eksikator, destilator, kurs porselen, soxhlet,
gelas ukur, tabung kjedhal, botol timbang, erlenmeyer, kertas saring dan
kuisioner.
28
Kelapa dikupas dengan cara memisahkan antara daging buah dengan kulit
sabut dan tempurungnya, lalu airnya dibuang. Kelapa yang sudah dikupas
ditempatkan di dalam satu wadah dan siap untuk diparut. Selanjutnya dilakukan
perbandingan 2 liter air untuk 1 kg kelapa lalu diperas sebanyak dua kali
kelapa ini dilakukan dua kali. Jadi, ampas padatan hasil perasan pertama dicampur
lagi dengan air bersih, lalu diperas dan hasil perasan disaring dan ditampung di
Setelah itu dikeringkan pada pengering kabinet pada suhu 60ºC selama 24 jam.
perbandingan air dan buah naga merah 1:1. Buah naga merah yang telah
Bahan yang digunakan dalam pembuatan roti tawar yaitu, tepung ampas
kelapa (200 gr), sari buah naga merah (30 ml, 40ml 50ml), terigu (200 gr,160 gr
140 gr 120 gr), mentega (13 gr, 14 gr, 13 gr, 12 gr), gula (12 gr, 11 gr, 10 gr, 9
gr), garam (4 gr, 3,7 gr, 3,3 gr, 2 gr), air (288 ml, 287,5 ml, 286,6 ml), susu (10 gr,
9 gr, 10 gr, 9 gr), telur (54 gr, 56 gr, 59 gr, 49 gr), dan ragi instant (4 gr, 4 gr, 4 gr,
4 gr). Bahan berupa terigu dan tepung ampas kelapa dicampur ke dalam wadah.
Bahan lainnya seperti ragi, susu bubuk, dan gula dimasukkan ke dalam wadah
yang telah terisi tepung campuran dan dicampur hingga merata. Setelah tercampur
dengan merata, garam dan mentega putih dimasukkan ke dalam wadah tersebut
dan diuleni hingga menjadi adonan yang kalis. Adonan yang telah kalis didiamkan
adonan menggunakan plastik hingga rapat agar tidak ada udara yang masuk.
Proses fermentasi dilakukan bertujuan untuk menghasilkan gas CO2 dan alkohol
agar adonan dapat mengembang secara sempurna. Setelah 30 menit, adonan yang
sudah mengembang digilas dengan rolling pin dan dicetak di dalam loyang
khusus roti tawar. Penggilasan bertujuan agar sebagian udara yang terdapat di
satu faktor yaitu rasio terigu dan tepung ampas kelapa dengan empat perlakuan
dan tiga kali ulangan. Perbandingan rasio terigu dan tepung ampas kelapa dengan
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80 % : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah
didapatkan dari hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik disertai
terhadap produk meliputi tekstur, aroma, warna, dan rasa secara Panel Test
menurut Hedonic Scale Scoring dan hasilnya dinyatakan dalam angka yaitu: (5)
sangat suka, (4) suka, (3) agak suka, (2) tidak suka, (1) sangat tidak suka (Lawless
dan Heyman, 1998). Data diambil dari 30 orang panelis pada produk roti tawar
substitusi tepung ampas kelapa degan penambahan sari buah naga merah yang
dilakukan pada semua perlakuan. Analisis sifat kimia yang diamati meliputi kadar
air dengan berdasarkan AOAC (2005), kadar protein berdasarkan AOAC (2005),
31
sidik ragam. Apabila sidik ragam menunjukkan F hitung lebih besar dari F tabel,
maka dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan
95% .
32
Rekapitulasi analisis ragam (ANOVA) produk roti tawar kaya serat yang
buah naga merah terhadap penilaian organoleptik hedonik tekstur, rasa, warna dan
tawar kaya serat yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa
dengan penambahan sari buah naga merah berpengaruh sangat nyata terhadap
4.1.1.1. Tekstur
Hasil penelitian organoleptik hedonik tekstur produk roti tawar kaya serat
sari buah naga merah disajikan pada lampiran 15a, sedangkan data hasil analisis
33
sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh nyata
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf kepercayaan 95% (𝛼 = 0.05). Adapun
analisis penerimaan tekstur produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa dan
R2 adalah perlakuan terbaik dengan rerata kesukaan 4.10 (suka) dan menunjukkan
4.1.1.2. Rasa
Hasil penelitian organoleptik hedonik rasa produk roti tawar kaya serat
sari buah naga merah disajikan pada lampiran 16a, sedangkan data hasil analisis
sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh sangat nyata
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf kepercayaan 95% (𝛼 = 0.05). Adapun
analisis penerimaan rasa produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa dan sari
R2 adalah perlakuan terbaik dengan rasa yang paling disukai oleh panelis dengan
rerata kesukaan 4.00 (suka) dan menunjukkan beda nyata dengan perlakuan R0.
4.1.1.3. Warna
Hasil penelitian organoleptik hedonik warna produk roti tawar kaya serat
sari buah naga merah disajikan pada lampiran 17a, sedangkan data hasil analisis
sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh tidak nyata
terhadap penilaian organoleptik hedonik warna maka tidak dilanjutkan uji DMRT.
35
Adapun analisis penerimaan rasa produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa
adalah perlakuan dengan warna yang paling disukai oleh panelis dengan rerata
4.1.1.4. Aroma
Hasil penelitian organoleptik hedonik aroma produk roti tawar kaya serat
sari buah naga merah disajikan pada lampiran 18a, sedangkan data hasil analisis
sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh tidak nyata
terhadap penilaian organoleptik hedonik aroma maka tidak dilanjutkan uji DMRT.
Adapun analisis penerimaan hedonik aroma produk roti tawar subtitusi tepung
ampas kelapa dan sari buah naga merah dapat dilihat pada tabel 8.
36
adalah perlakuan dengan aroma yang paling disukai oleh panelis dengan rerata
Rekapitulasi analisis ragam (ANOVA) produk roti tawar kaya serat yang
buah naga merah terhadap penilaian organoleptik deskriptif tekstur, rasa, warna
roti tawar kaya serat yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa
dengan penambahan sari buah naga merah berpengaruh sangat nyata terhadap
37
warna tengah dan kulit roti namun menunjukkan pengaruh yang tidak nyata
4.1.2.1. Tekstur
Hasil penelitian deskriptif tekstur produk roti tawar kaya serat yang
buah naga merah disajikan pada lampiran 19a, sedangkan data hasil analisis
sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh tidak nyata
DMRT. Adapun analisis penerimaan tekstur produk roti tawar subtitusi tepung
ampas kelapa dan sari buah naga merah dapat dilihat pada tabel 10.
yang paling disukai oleh panelis dideskripsikan oleh panelis secara deskriptif
dengan rerata tekstur 3.83 (lembut) dan menunjukan berbeda tidak nyata pada
4.1.2.2. Rasa
Hasil penelitian deskriptif rasa produk roti tawar kaya serat yang
buah naga merah disajikan pada lampiran 20a, sedangkan data hasil analisis
sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh nyata
dengan uji DMRT (Duncan Range Test) Pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05).
Adapun analisis penerimaan rasa produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa
yang paling disukai oleh panelis dideskripsikan oleh panelis secara deskriptif
dengan rerata tekstur yang paling disukai 3.10 (agak lembut) dan menunjukan
yang disubtitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dan sari buah naga
merah disajikan pada lampiran 21a, sedangkan data hasil analisis ragamnya
disajian pada lampiran 21b. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa
perlakuan substitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga
merah pada produk roti tawar kaya serat menunjukan berpengaruh sangat nyata
uji DMRT (Duncan Range Test) Pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05). Adapun
analisis penerimaan warna tengah produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa
Tabel 12. Rerata kesukaan deskriptif warna tengah roti tawar kaya serat
Perlakuan Skor Kategori DMRT=0,05
R0 1.37d±0.85 Putih
R1 1.97c±0.93 Putih Kecokelatan 2=0.46
R2 3.27b±1.11 Coklat 3=0.49
a
R3 4.00 ±0.74 Merah muda 4=0.51
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah
R3 yang paling disukai oleh panelis secara dideskripsikan oleh panelis secara
deskriptif dengan rerata warna tengah roti 4.00 (merah muda) dan menunjukkan
Hasil penilaian organoleptik warna kulit produk roti tawar yang disubtitusi
dengan menggunakan tepung ampas kelapa dan sari buah naga merah disajikan
pada lampiran 21a, sedangkan data hasil analisis ragamnya disajian pada lampiran
tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga merah pada produk roti
deskriptif warna kulit roti kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan
Range Test) pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05). Adapun analisis penerimaan
warna kulit produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan
Tabel 13. Rerata kesukaan deskriptif warna kulit roti tawar kaya serat
Perlakuan Skor Kategori DMRT=0,05
R0 2.23b±1.01 Agak cokelat
b
R1 2.40 ±1.00 Agak cokelat 2=0.53
a
R2 4.23 ±1.17 Cokelat kekuningan 3=0.55
a
R3 4.50 ±1.04 Cokelat kemerahan 4=0.57
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah
R3 yang paling disukai oleh panelis secara hedonik dideskripsikan oleh panelis
secara deskriptif dengan rerata warna kulit roti 4.50 (cokelat kemerahan) dan
4.1.2.5. Aroma
dengan menggunakan tepung ampas kelapa dan sari buah naga merah disajikan
pada lampiran 23a, sedangkan data hasil analisis ragamnya disajian pada lampiran
tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga merah pada produk roti
deskriptif aroma roti kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Range
Test) pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05). Adapun analisis penerimaan aroma
produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah
R3 yang paling disukai oleh panelis secara deskriptif dideskripsikan oleh panelis
dengan rerata 4.07 (beraroma ampas kelapa dan sari buah naga merah).
42
tawar yang disubtitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dan sari buah
naga merah terpilih terdapat pada perlakuan R2 (tepung terigu 70% : 10% tepung
ampas kelapa : 20% sari buah naga merah). Pengujian kandungan kimia dilakukan
pada produk roti tawar terpilih meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
serat kasar, kadar lemak, kadar karbohidrat yang disajikan pada Tabel 14 serta
roti tawar kaya serat yang disubstitusi dari tepung ampas kelapa dengan
penambahan sari buah naga merah menunjukkan beda nyata antara kadar abu dan
kadar protein roti tawar kontrol (R0) dengan terbaik (R2) namun menujukkan
beda tidak nyata terhadap kadar air, kadar serat, kadar lemak dan kadar
karbohidrat.
43
𝐴.𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan : % inhibisi = ×100%
𝐴.𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
kontrol (R0) lebih tinggi dari pada nilai IC50 perlakuan terbaik (R2). Hal ini
menunjukkan bahwa radikal bebas yang diberikan dari DPPH semakin berkurang
seiring dengan peningkatan konsentrasi dari larutan uji seperti data yang
menggunakan persamaan regresi linier untuk mendapatkan nilai IC50 seperti yang
IC50
80
Inhibisi (%)
60
y = 0.4831x - 8.6252
40 R² = 0.9909
20
0
0 50 100 150
Konsentrasi (ppm)
IC50
80
Inhibisi (%)
60
y = 0.7199x + 2.4361
40 R² = 0.9975
20
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (ppm)
diperoleh. Semakin kecil nilai IC50, maka semakin tinggi aktivitas antioksidan
suatu bahan.
4.2 Pembahasan
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
dilakukan pada produk roti tawar yang disubstitusi dengan menggunakan tepung
45
ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga merah. Pengamatan dilakukan
terhadap tekstur, rasa, warna dan aroma roti baik secara hedonik maupun
deskriptif. Uji hedonik atau kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan
skala hedonik yang digunakan adalah skala 5 yaitu : (5) sangat suka, (4) suka, (3)
agak suka, (2) tidak suka, (1) sangat tidak suka sedangkan uji deskriptif digunakan
4.2.1.1 Tekstur
kualitas suatu produk pangan. Pengujian tekstur pada roti tawar penting dilakukan
untuk mengetahui tingkat kekerasan dari roti. Biasanya tekstur roti tergantung
dengan penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar kaya serat
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tekstur roti tawar yang
dihasilkan baik secara hedonik maupun secara deskriptif, oleh karena itu tidak
dilakukan uji lanjut DMRT (α=0,05) dengan taraf kepercayaan 95%. Rerata
kesukaan hedonik tekstur roti tawar berada di antara 3.50-4.10 (suka) sedangkan
Penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar menghasilkan
tekstur roti tawar yang semakin lembut. Hal tersebut terjadi karena peningkatan
kadar air yang berasal dari sari buah naga. Penyerapan air dari sari buah naga
merah oleh granula pati yang berada di dalam gel protein selama pemanasan akan
pada saat bersamaan matriks protein kehilangan air menyebabkan gel protein
menjadi lebih padat dan kompak (Fadly et al., 2015). Namun apabila konsentrasi
(agak lembut). Hal tersebut diduga terjadi karena peningkatan substitusi tepung
ampas kelapa dapat mengurangi jumlah protein gluten yang terdapat dalam
yang rendah akan mengakibatkan tekstur roti tawar yang dihasilkan tidak sebaik
roti tawar dengan perlakuan penambahan konsentrasi tepung ampas kelapa yang
lebih rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pusuma
et al. (2018) yang melaporkan bahwa penambahan tepung ampas kelapa yang
semakin tinggi akan menghasilkan roti tawar dengan tekstur yang keras.
4.2.1.2 Rasa
Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari suatu produk makanan.
senyawa penyusunnya. Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari satu
macam rasa yang terpadu sehingga menimbulkan citarasa makanan yang utuh.
terhadap suatu citarasa yang dihasilkan oleh kombinasi bahan yang digunakan
dengan penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar kaya serat
47
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap rasa roti tawar yang dihasilkan
baik secara hedonik maupun secara deskriptif, oleh karena itu tidak dilakukan uji
lanjut DMRT (α=0,05) dengan taraf kepercayaan 95%. Rerata kesukaan hedonik
rasa roti tawar berada di antara 3.77-4.00 (suka-suka) sedangkan secara deskriptif
kelapa dengan penambahan sari buah naga merah mempengaruhi rasa yang
dihasilkan apabila dibandingkan dengan roti tawar kontrol (R0). Perubahan rasa
antara kontrol dan perlakuan diduga diakibatkan oleh penambahan tepung ampas
kelapa sehingga mengurangi proporsi tepung terigu yang berkaitan erat dengan
(Putri, 2010). Selama proses pembuatan adonan roti tawar, karbohidrat akan
Akibatnya roti tawar control (RO) yang dihasilkan berasa agak tawar
perlakuan (tidak memiliki rasa manis sama sekali). Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Andeska et al. (2018) yang melaporkan bahwa
rasa roti substitusi tepung ampas kelapa sebanyak 0% memiliki rasa yang agak
manis dibandingkan dengan roti yang sudah disubstitusi dengan tepung ampas
kelapa.
4.2.1.3 Warna
menentukan suatu bahan pangan yang dinilai enak, bergizi, dan teksturnya sangat
48
baik, tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak enak dipandang atau
memberi kesan yang telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Parameter
ini merupakan indikator pangan yang mudah dideteksi, karena dapat dilihat secara
dengan penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar kaya serat
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap warna roti tawar yang
oleh karena itu dilakukan uji lanjut DMRT (α=0,05) dengan taraf kepercayaan
95%. Rerata kesukaan hedonik warna roti tawar berada di antara 4.17-4.23 (suka).
Secara deskriptif rerata penilaian warna pada bagian tengah roti berada di antara
3.27-4.00 (cokelat-merah muda), sedangkan untuk warna bagian kulit roti berada
sari buah naga yang ditambahkan maka warna roti tawar yang dihasilkan menjadi
berwarna merah. Hal tersebut terjadi karena buah naga merah mengandung
et al., 2016). Oleh karena itu penambahan sari buah naga merah pada pembuatan
roti tawar akan menghasilkan roti yang berwarna merah. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2019) yang melaporkan bahwa
penambahan sari buah naga merah pada pembuatan donat menghasilkan donat
4.2.1.4 Aroma
Aroma merupakan suatu yang dapat diamati atau dirasakan dengan indera
pembau. Agar aroma dapat diperoleh, suatu zat dalam makanan harus dapat
menguap, sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam lemak (Tarigan, 2019).
dengan penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar kaya serat
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap hedonik aroma roti tawar yang
aroma, oleh karena itu dilakukan uji lanjut DMRT (α=0.05) dengan taraf
kepercayaan 95%. Rerata kesukaan hedonik aroma roti tawar berada di antara
4.10-0.66 (suka). Secara deskriptif rerata penilaian aroma berada di antara 3.67-
1.03 (beraroma tepung ampas kelapa dan sari buah naga merah). Semakin tinggi
konsentrasi tepung ampas kelapa yang disubstitusi akan menghasilkan roti tawar
aroma tepung ampas kelapa. Hal tersebut terjadi karena tepung ampas kelapa
mempunyai aroma harum yang khas yang mampu meningkatkan daya tarik untuk
buah naga merah pada pembuatan roti tawar akan menghasilkan roti tawar yang
memiliki aroma khas buah naga merah. Hal tersebut terjadi karena buah naga
(Ni Ketut et al., 2015). Aroma khas buah naga ini lah yang timbul pada roti tawar
yang dihasilkan.
50
olahan makanan karena kecenderungan kerusakan pada suatu produk pangan yang
kuat dipengaruhi oleh banyaknya kandungan air di dalamnya. Roti tawar termasuk
jenis roti basah yang mudah mengalami kerusakan karena memiliki kadar air yang
tinggi (Pusuma et al., 2018). Kadar air kontrol (R0) roti tawar sebesar 33.00%
sedangkan kadar air terpilih (R2) sebesar 35.02%. Hasil penelitian menunjukkan
terjadinya peningkatan kadar air namun tidak berbeda nyata. Peningkatan kadar
air diduga dipengaruhi oleh penambahan sari buah naga merah yang tinggi akan
kadar air yang berkolerasi positif dengan peningkatan substitusi tepung ampas
kelapa. Tepung ampas kelapa mempunyai kemampuan daya serap air lima kali
lipat (Ahmed et al., 2013). Oleh karena itu di duga kandungan air dari sari buah
naga akan terserap dan terikat di dalam adonan roti tawar. Hal ini sesuai dengan
tepung ampas kelapa terhadap pembuatan roti substitusi tepung ampas kelapa
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan pangan.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari
bahan organik dan air. Sisanya merupakan bahan anorganik berupa mineral yang
disebut dengan abu (Winarno, 1991). Banyaknya kadar abu suatu produk pangan
51
Berdasarkan hasil penelitian, kadar abu kontrol (R0) sebesar 0.86% dan
menunjukkan beda nyata dengan kadar abu terpilih (R2) sebesar 1.15%. hasil
mempunyai kadar abu sebesar 1.97% (Polili, 2017). Sedangkan kadar abu tepung
terigu jauh lebih rendah yaitu 0.46% (Kent, 1983). Oleh karena itu peningkatan
konsentrasi tepung ampas kelapa pada pembuatan roti tawar justru akan
menghasilkan roti tawar dengan kadar abu yang jauh lebih tinggi. Hal tersebut
formulasi kontrol (tanpa tepung ampas kelapa ) memiliki kadar abu sebesar 1,52%
sebanyak 45%.
Protein merupakan zat makanan yang penting dan sangat diperlukan oleh
tubuh karena fungsinya sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan
dan menunjukkan beda nyata dengan kadar protein terpilih (R2) sebesar 8.45%.
diakibatkan oleh penurunan jumlah tepung terigu dalam pembuatan roti tawar
52
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung terigu berprotein tinggi (hard
wheat) dengan kandungan gluten yang tinggi, sehingga penggunaan terigu dapat
menambah kandungan protein pada roti tawar (Pusuma, 2018). Sedangkan kadar
protein tepung ampas kelapa hanya sebesar 5.79% (Putri, 2014). Oleh karena itu
penurunan jumlah tepung terigu justru akan menurunkan kadar protein roti tawar
yang dihasilkan.
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan
bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang
memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus
manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Jadi
serat pangan merupakan bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis
sebesar 7.20% namun menunjukkan beda tidak nyata dengan kadar serat terpilih
(R2) sebesar 7.73%. Peningkatan kadar serat kasar diduga dipengaruhi oleh
tepung ampas kelapa yang disubstitusi pada pembuatan roti tawar. Kadar serat
tepung ampas kelapa sebesar 15,06% (Putri, 2014). Sedangkan kadar serat tepung
terigu hanya sebesar 2.7% (Yuwono, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wardani et al. (2017) yang melaporkan bahwa cookies ubi jalar
ungu substitusi tepung ampas kelapa 20% mempunyai kadar serat sebesar 9.91%
53
lebih tinggi dibandingkan dengan cookies yang tidak disubstitusi dengan tepung
adalah sumber energi yang tinggi. Fungsi lemak sebagai berikut: (a) Melarut
vitamin A, D, E dan K dapat diserap oleh dinding usus halus, (b) Melindungi alat-
alat tubuh yang halus, (c) Memperbaiki rasa pada makanan, (d) Penyimpan tenaga
sebagai bahan penyekat yang melindungi dari rasa dingin yang merusak (Feringo,
2019).
lemak kontrol (R0) sebesar 3.94% namun menunjukkan beda tidak nyata dengan
kadar lemak terpilih (R2) dengan kadar lemak sebesar 4.99%. Peningkatan kadar
lemak dipengaruhi oleh substitusi tepung ampas kelapa pada saat pembuatan roti
tawar. Kandungan lemak tepung ampas kelapa adalah sebesar 47.68%. Semakin
tinggi kandungan lemak yang dimiliki oleh bahan pembuatan roti tawar, maka
semakin tinggi pula kandungan lemak yang dihasilkan oleh produk akhirnya
(Pusuma, 2018). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani et
al. (2017) yang melaporkan bahwa kadar lemak cookies ubi jalar ungu substitusi
dibandingkan dengan cookies ubi jalar yang tidak disubstitusi dengan tepung
49.91% dan menunjukkan beda tidak nyata dengan kadar karbohidrat perlakuan
terbaik (R2) sebesar 50.39%. Kadar karbohidrat yang didapat merupakan hasil
Oleh karena itu kadar karbohidrat sangat dipengaruhi ole kadar air, kadar abu,
penyumbang radikal hidrogen atau dapat bertindak sebagai akseptor radikal bebas
al., 2001). Penentuan aktvitas antioksidan pada penelitian ini dilakukan dengan
metode IC50. Sifat aktivitas antioksidan dengan metode ini diantaranya 50 ppm<
(sangat kuat), 50 ppm-100 ppm (kuat), 100 ppm-150 ppm (sedang), 150 ppm-200
ppm (lemah) (molyneux, 2004). Berdasarkan hasil penelitian nilai IC50 roti tawar
kontrol (R0) sebesar 121.35 ppm (sifat antioksidan sedang) sedangkan nilai IC50
roti tawar terpilih sebesar 66.86 ppm (sifat antioksidan kuat). Perbedaan nilai
IC50 ini dapat disebabkan oleh jumlah antioksidan yang terkandung didalam roti
55
aktivitas antioksidan sebesar 67,45 ppm (kuat). Oleh karena itu diduga
penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar akan menghasilkan
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
sari buah naga merah tmemberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
dan aroma dari roti tawar. Perlakuan R2 (Tepung terigu 70% : 10% tepung
ampas kelapa : 20% sari buah naga merah) adalah perlakuan terbaik dengan
rerata kesukaan hedonik tekstur 4.10 (suka), rasa 4.00 (suka), warna 4.17
2. Karakteristik kimia dari roti tawar kaya serat yang disubtitusi menggunakan
tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga merah pada
perlakuan R2 meliputi kadar air 35.02%, kadar abu 1.15%, kadar protein
8.45%, kadar serat kasar 7.23%, kadar lemak 4.99%, kadar karbohidrat 50.39%
5.2. Saran
10% tidak mampu menghasilkan kadar serat roti tawar yang tinggi. Peningkatan
konsentrasi tepung ampas kelapa diatas 10% justru menghasilkan roti tawar
dengan organoleptik dan karakteristik kimia yang kurang baik, oleh karena itu
57
perlu digunakan bahan lain yang kaya serat yang potensial digunakan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Cetakan Keempat . Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Andeska, R., Yusmarin., Efendi, R. 2018. Pemanfaatan Biji Nangka Dan Tepung
Ampas Kelapa Sebagai Bahan Pensubstitusi Terigu Dalam Pembuatan Roti
Manis. JOM UR 5(2).
Deni., A.P., Yhulia., P., dan Miftahul., C. 2018. Karakteristik roti tawar kaya serat
yang disubstitusi menggunakan tepung ampas kelapa. Jurnal Agroteknologi
Vol. 12 No. 01.
Dini, R.Z. 2013. Pengaruh Substitusi Tepung Ampas Kelapa terhadap Nilai
Indeks Glikemik, Beban Glikemik, dan Tingkat Kesukaan Roti Manis.
Skripsi. Universitas Diponogoro. Semarang.
59
Faridah, A., Holinesti, R., & Syukri, D. 2016. Identifikasi pigmen betasianin dari
kulit buah naga merah (hylocereus polyrhizus). Jurnal Rekapangan, 11(2),
1-11.
Fauzan M, Rustanti N. 2013. sPengaruh Substitusi Tepung Ampas Kelapa
Terhadap Kandungan Gizi, Serat Danvolume Pengembangan Roti (Doctoral
Dissertation, Diponegoro University).
Feringo, T. 2019. Analisis Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Abu Tak Larut Asam
dan Kadar Lemak pada Makanan Ringan di Balai Riset dan Standarisasi
Industri Medan.
Fran, K., Donald, E and James, G. 2000. Research trends in healthful foods.
Journal Food Technology. 54 (10): 45–52.
Herdianti. N., Endah. B. P. 2018. Efek Antioksidan Ekstrak Buah Naga Merah
(Hylosereus Polyrhizus) Terhadap Makrofag Alveolar Tikus Yang Dipapar
Asap Rokok. Conference on Innovation and Application of Science and
Technology (CIASTECH 2018). Universitas Widyagama Malang, 12
September 2018. ISSN Cetak : 2622-1276 ISSN Online : 2622-1284.
Kristanto. Dalam Susanti Arba., dan Ekdha Sampepana. 2017. Pengaruh Masa
Simpan Buah Terhadap Kualitas Sari Buah Naga Merah. (Hylocereus
Polyrhizus). Jurnal Riset Teknologi Industri. Vol.11 No.2.
Koswara, S. 2009. Teknologi pengolahan roti. Http://www.ebookpangan.com
[Diakses tanggal 28 Februari 2018].
Kailaku, Sari Intan, Ira Mulyawanti K.T.D., dan Andi N.A. 2012. Potensi Tepung
Kelapa Dari Ampas Industri Pengolahan Kelapa. [Prosiding] Seminar
Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen Untuk Pengembangan Industri
Berbasis Pertamina. 669-678.
60
Sudarmaji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sutomo, B . 2008. Sukses Wirausaha Kue Kering. Jakarta: Kriya Pustaka.
Sunaryo, S., B. 1985. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty ; Yogyakarta.
Listiyarini,T. 2016. Naik ke peringkat 2 dunia impor gandum RI capai 8,1 juta
ton. http://www.beritasatu.com/ekonomi/337 466-naik-ke-peringkat-dua-
duniaimporgandum-ri-capai-81-juta-ton.html
Mudjajanto, S.E., dan L.N. Yulianti 2004. Membuat Aneka Roti Penerbit
Swadaya; Jakarta.
Meddiati Fajri Putri. 2014. Kandungan Gizi dan Sifat Fisik Tepung Ampas
Kelapa Sebagai Bahan Pangan Sumber Serat. TEKNOBUGA Volume 1
No.1 – Juni 2014.
Nur’aini, A. 2011. “Aplikasi Millet (Pennisetum Spp) Merah dan Millet Kuning
sebagai Substitusi Terigu dalam Pembuatan Roti Tawar : Evaluasi Sifat
Sensoris dan Fisikokimia”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Novita, R., Eviza, A., Husni, J dan Putri SK. 2017. Analisis Organoleptik Formula
Minuman Kahwa Daun Mix. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 21 (01):
59-64.
Pusuma. D. A., Yhulia. P., dan Muftahul. C. 2018.Karakteristik Roti Tawar Kaya
Serat Yang Disubtitusi Menggunakan Tepung Ampas Kelapa. Jurnal
Agrpteknologi Vol. 12 No. 01 (2018).
Pertiwi WA. 2014. Pengaruh pemberian jus buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) terhadap kadar HDL pria dislipidemia. Journal of Nutrition
College 3(4):762-769.
Putri. M. F. 2010. “Kandungan Gizi dan Sifat Fisik Tepung Ampas Kelapa
sebagai Bahan Pangan Sumber Serat”. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Pareira FMM. 2010. Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus
undatus H.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus
norvegicus) [Skripsi]. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Rifkhan, Negara JK, Sio AK, Arifin M, Oktaviana AY, Wihansah RRS dan Yusuf
M. 2016. Aspek Mikrobiologis serta Sensori (Rasa, Warna, Tekstur, Aroma)
Pada Dua Bentuk Penyajian Keju yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 4(2): 289-290.
Sunaryo, S., B. 1985. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian
Liberty; Yogyakarta.
Supriatna, Dadang, et al. 2012. Kajian Pemanfaatan Ampas Kelapa Hasil Samping
Pembuatan VCO untuk Produk Tepung Kelapa (Coconut Flour) Berserat
Tinggi. Laporan Akhir. Balai Besar Industri Agro, Bogor.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gamedia Utama.
Wijayanti, Y.R. 2007. Substitusi tepung kacang dengan tepung pada pembuatan
selai roti tawar. UGM. Yogyakarta.
Yuwono, S. S., & Waziiroh, E. (2019). Teknologi Pengolahan Tepung Terigu dan
Olahannya di Industri. Universitas Brawijaya Press.
64
R0 Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah
65
Kelapa
Pengupasan
Pemarutan
Pengepresan
penggilingan
Untuk
Pengayakan 60 me mendapatkan
sh tepung ampas
kelapa
Tepung ampas
kelapa
Sari buah
naga merah pencampuran Tanpa
sesuai pencampuran
perlakuan
Karakteristik sensorik
Hasil terbaik
Karakteristik Kimia
- Kadar air
- Kadar abu
- Kadar protein
- Kadar lemak
- Kadar karbohidrat
- Serat kasar
- Antioksidan
67
Pengupasan kulit
Pengecilan ukuran
Penghalusan
Air 1:1
Penyaringan
Sari Buah
Naga Merah
68
(Pusuma, 2008)
Pencampuran (mixer 30
menit)
pengocokan
Pemanggangan 160℃
Selama 40 menit
Roti tawar
69
Petunjuk : Cicipilah sampel roti tawar dengan kode yang tersedia. Nyatakan
penilaian anda dan tigkat kesuakaan anda terhadap sifat organoleptik
yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur dengan menuliskan skor
pada tabel dibawah ini. Setiap selesai satu sampel, netralkan indera
pengecap dengan minum air.
.
Uji Organoleptik
No Sampel
Aroma Tekstur Rasa Warna
1 811
2 834
3 355
4 629
Jumlah
Rata-rata
Petunjuk : Cicipilah sampel roti tawar dengan kode yang tersedia. Nyatakan
penilaian anda dan tigkat kesuakaan anda terhadap sifat organoleptik
yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur dengan menuliskan skor
pada tabel dibawah ini. Setiap selesai satu sampel, netralkan indera
pengecap dengan minum air.
Uji Organoleptik
No Sampel
Aroma Tekstur Rasa Warna
1 811
2 834
3 355
4 629
5 Jumlah
6 Rata-rata
71
Cawan petri dibersihkan dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 105˚C
sampel sebanyak 5 g dalam cawan porselin dan dinyatakan sebagai bobot awal.
Sampel dalam cawan dikeringkan dalam oven dengan suhu 105˚C selama 3-5 jam.
Setelah proses pengeringan cawan berisi sampel dikeluarkan dalam oven dan
diperoleh bobot tetap (selisih dua penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg),
Perhitungan :
𝑊2−𝑊3
Kadar air (%) = 𝑊2−𝑊1 x 100%
diketahui beratnya. Sampel dioven pada suhu 105˚C hingga dipoeroleh bahan
kering, kemudian dipijarkan dalam tanur pada suhu 600˚C selama 6 jam kemudian
Reagen Biuret dibuat dengan cara menimbang 0,75 g CuSO4, 5H2O ; 3,0 g
NaKC4O6.6H2O dan dilarutkan dalam 250 ml aquades dalam labu takar 500 mL,
tetes NaOH 3% dan aquades hingga diperoleh larutan protein induk 3600 ppm.
Larutan standar dipipet 0.2, 0.4, 0.6, 0.8 dan 0.8 mL ke dalam
selama 30 menit pada suhu kamar. Selanjutnya diukur pada panjang gelombang
biuret.
reagen biuret dan didiamkan selama ± 30 menit kemudian diukur kadar protein
sampel.
y = ax+b
penentuan bobot protein (mg) = konsentrasi sampel (mg/L) x fp*x V sampel (L)
v = volume (L)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
Kadar protein (%) = X 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
Kadar protein (%Ik) = X % protein (bb)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
75
kapas bebas lemak. Kertas saring yang berisih sampel dimasukkan ke dalam alat
soxhlet kemudian alat kondensor di atas dan labu di bawahnya. Pelarut heksan
atau petroleum benzene dituang ke dalam labu 100 mL dan dilakukan reflux
sampai pelarut yang turun kelab lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di labu
lemak didesikator dan ditampung. Kemudian labu lemak yang berisi hasil
ekstraksi dipanaskan dalam oven dengan suhu 105˚C. Hasil ekstraksi dikeringkan
sampai bobot tetap dan didinginkan dalam desikator. Labu ditimbang. Berat
Keterangan :
Lampiran 13. Analisis Kadar serat kasar (Deni Antra Pusuma et al, 2018)
Analisa Kadar Serat Kasar (AOAC, 2005) Sampel dalam bentuk halus ditimbang
asam sulfat 0.325 N sebanyak 100 ml. Setelah itu campuran sampel dan asam
sulfat direfluks selama 30 menit, kemudian disaring. Larutan yang telah disaring
1.25 N sebanyak 50 ml, dan direfluks lagi 30 menit. Setelah 30 menit, sampel
K2SO4 10% sebanyak 25 ml. residu dalam kertas saring kemudian dikeringkan
dalam oven suhu 1050C selama 2 jam. Sampel selanjutnya dimasukkan dalam
hingga mencapai bobot konstan. Kadar serat (%) = bobot residu kering (g) bobot
Kadar serat (%) = bobot residu kering (g) bobot sampel (g) × 100%
78
pikrilhidrazil). Radikal bebas DPPH dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat
mendonorkan atom hidrogen. Adapun prinsip uji metode ini adalah penangkap
Prinsip metode DPPH adalah radikal bebas yang stabil pada suhu ruang
sehingga digunakan pada analisis ini. DPPH akan menerima elektron atau radikal
antioksidan dengan DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH
2. Buat serangkaian larutan sampel dari ketiga fraksi ekstrak dengan variasi
aktivitas antioksidan.
6. Dari kurva % inhibisi versus konsentrasi sampel dapat diperoleh nlai IC50
Sampel Ulangan
Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
R0 3 4 4 4 4 4 2 2 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 106 3,53
R1 3 5 4 3 2 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 114 3,80
R2 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 3 4 5 4 4 3 3 5 3 4 5 4 3 5 4 4 4 5 5 5 123 4,10
R3 4 3 3 5 4 2 2 2 3 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 5 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 105 3,50
F. Tabel
SK F. Hitung
DB JK KT 0,05 0,01
Perlakuan 3 7,00 2,33
3,74* 2,68 3,96
Galat 116 72,46 0,62
Total 119 79,46
Keterangan * = Berpengaruh nyata KK = 21,17%
81
Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 2 5 3 3 3 4 1 3 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 2 3 4 98 3,27
R1 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 5 112 3,73
R2 4 4 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 5 4 4 3 3 4 3 5 4 3 5 4 2 5 4 5 5 120 4,00
R3 4 4 4 4 5 3 2 3 4 3 3 4 4 5 4 4 3 4 3 5 5 3 3 4 3 4 4 3 4 5 113 3,77
SK F. F. Tabel
DB JK KT Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 8,49 2,83
4,75** 2,68 3,96
Galat 116 69,10 0,59
Total 119 77,59
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata KK =20,90%
82
Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 3 5 4 3 3 5 2 4 4 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 115 3,83
R1 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 5 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 5 116 3,87
R2 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 3 4 3 5 4 3 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 125 4,17
R3 5 5 4 5 5 4 5 3 5 3 5 5 5 5 2 3 2 4 3 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 4 127 4,23
F. table
SK F.
DB JK KT Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 3,75 1,25
2.10 tn 2,68 3,96
Galat 116 69,16 0,59
Total 119 72,92
Keterangan tn = berpengaruh tidak nyata KK = 19,18%
83
ulangan
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 3 5 4 4 3 3 3 5 5 4 3 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4 4 4 3 4 4 111 3,70
R1 3 4 4 4 3 5 3 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 119 3,97
R2 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 5 3 4 4 4 3 123 4,10
R3 4 4 3 4 4 5 3 4 3 3 4 5 5 4 3 3 3 4 3 5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 112 3,73
SK F. table
DB JK KT F. Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 2,55 0,85
1,69 tn 2,683 3,956
Galat 116 58,56 0,50
Total 119 61,12
Keterangan tn = Berpengaruh tidak nyata KK = 18,33%
sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 3 5 1 3 4 4 2 2 5 3 2 4 4 3 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 5 3 4 3 102 3,40
R1 3 5 3 3 2 5 3 4 5 4 5 4 5 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 5 5 114 3,80
R2 4 4 3 3 4 5 3 4 5 3 2 5 5 4 5 3 3 4 3 3 3 4 3 5 4 4 5 4 5 3 115 3,83
R3 4 4 1 3 4 4 2 2 5 4 3 5 4 4 5 4 1 2 2 5 4 3 3 4 3 3 4 4 4 5 105 3,50
F.tabel
SK
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 4,20 1,40
1,45tn 2,68 3,96
Galat 116 111,66 0,96
Total 119 115,86
Keterangan tn = Berpengaruh tidak nyata KK = 27,00%
Sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 3 1 1 2 3 1 3 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 1 3 4 2 3 4 1 1 3 3 2 3 3 72 2,40
R1 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 1 3 4 1 2 4 3 3 3 3 1 1 4 3 2 4 2 82 2,73
R2 3 3 3 2 5 3 2 4 3 3 4 3 3 1 3 3 1 3 3 2 3 4 3 1 1 1 3 4 4 3 84 2,80
R3 4 3 4 2 5 3 1 2 3 3 4 3 3 1 3 3 4 4 3 5 3 4 1 1 1 4 3 5 4 4 93 3,10
F.tabel
SK
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 7,40 2,46
2,31 tn 2,68 3,96
Galat 116 124,06 1,06
Total 119 131,46
Keterangan tn = Berpengaruh tidak nyata KK = 37,38%
Sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 2 1 1 2 3 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 41 1,37
R1 3 1 2 2 4 2 3 4 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 59 1,97
R2 5 2 4 2 5 4 3 4 4 4 1 4 4 4 2 4 3 2 4 2 4 4 1 4 3 4 4 3 2 2 98 3,27
R3 5 3 4 2 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120 4,00
F. table
SK
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 129,50 43,16
51.20 ** 2,68 3,96
Galat 116 97,80 0,84
Total 119 227,30
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata KK = 34,64%
Sampel Ulangan
87
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 2 2 1 3 1 2 3 4 3 4 3 2 1 3 1 1 2 2 2 4 2 4 1 3 2 2 2 1 3 1 67 2,23
R1 3 1 2 3 2 1 3 4 5 4 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 1 3 3 1 2 3 2 1 72 2,40
R2 5 4 3 3 4 4 5 4 5 4 2 5 4 5 5 5 5 5 5 2 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 127 4,23
R3 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 2 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 135 4,50
SK F. table
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakun 3 133,13 44,37 41.27 ** 2,68 3,96
Galat 116 124,73 1,07
Total 119 257,86
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata KK = 30.80%
Sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 2 1 1 1 3 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 42 1,40
R1 2 2 2 1 3 2 2 1 2 4 2 2 2 3 4 2 2 4 4 2 1 3 3 3 3 2 3 1 2 5 74 2,47
88
R2 4 5 3 3 4 5 5 1 2 4 2 3 4 4 4 3 4 5 3 3 2 4 5 4 4 4 3 4 5 4 110 3,67
R3 4 3 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 5 3 4 5 2 122 4,07
SK F. table
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 126,89 42,30 51,81** 2,68 3,96
Galat 116 94,70 0,82
Total 119 221,59
Keteragan ** = Berpengaruh sangat nyata KK = 31.25%
89
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
Upper
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Upper
Kadar Serat
Kode sampel Ulangan Rerata SD
Kasar
U1 7.13
Kontrol U2 6.59 7.20 0.65
U3 7.88
U1 7.48
Perlakuan U2 7.94 7.73 0.23
U3 7.73
95% Confidence
Interval of the
Difference
Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
Upper
Kadar
Kode sampel Ulangan Rerata SD
Karbohidrat
U1 50.04
Kontrol U2 50.41 49.91 0.58
U3 49.27
U1 50.00
Perlakuan U2 50.43 50.39 0.37
U3 50.73
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Upper