Anda di halaman 1dari 121

HASIL PENELITIAN

KAJIAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAN KARAKTERISTIK


KIMIA ROTI TAWAR KAYA SERAT YANG DISUBTITUSI
MENGGUNAKAN TEPUNG AMPAS KELAPA DAN BUAH
NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus.)

Oleh :

RAHMI IMPIAN
NIM. Q1A1 17 028

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KAJIAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAN KARAKTERISTIK
KIMIA ROTI TAWAR KAYA SERAT YANG DISUBTITUSI
MENGGUNAKAN TEPUNG AMPAS KELAPA DAN BUAH
NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

HASIL PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan

Oleh :

RAHMI IMPIAN
NIM. Q1A1 17 028

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MEYATAKAN BAHWA HASIL PENELITIAN INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA

DIKEMUDIAN HARI SAYA TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN

BAHWA SKRIPSI INI HASL JIBLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA

MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.

Kendari, Juni 2021

RAHMI IMPIAN
NIM. Q1A117028

iii
iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas rahmat

dan karunianyaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi

ini berjudul “Kajian Karakteristik Organoleptik Dan Karakteristik Kimia

Roti Tawar Kaya Serat Yang Disubtitusi Menggunakan Tepung Ampas

Kelapa Dan Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus)” yang disusun untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu dan

Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini berkat adanya kerja

sama, bimbingan, serta bantuan dari semua pihak. Olehnya itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Bapak Dr. Ir. Ansharullah, M. Sc. selaku Dosen Pembimbing I dan ibu

Mariani L, S.P., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

membantu baik secara moril berupa bimbingan, saran, kritik, nasehat, dan

permohonan maaf atas segala kesalahan penulis baik sengaja maupun tidak

disengaja mulai awal sampai akhir pembimbingan.

v
Ucapan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda

tercinta Almarhum Lamohito dan ibunda tercinta Sitti Asam atas segala bantun

moral maupun material, perhatian, motivasi, kasih sayang, doa yang tidak ada

henti-hentinya demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi ini, dan

dukungan yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis dan seluruh

keluarga besar serta para sahabat dan semua pihak terimakasih atas doa dan

motivasinya Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

serta balasan setimpal dunia dan akhirat atas seluruh kebaikan dan kasih sayang

yang dicurahkan kepada penulis, Aamiin.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-

pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis, terutama

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Sc. selaku Rektor

Universitas Halu Oleo;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. R. Marsuki Iswandi, M.Si selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Halu Oleo, beserta Wakil Dekan I Prof. Ir. H. Andi

Khaeruni R., M.Si, Wakil Dekan II Dr. Awaluddin Hamzah, S.P., M.Si dan

Wakil Dekan III Dr. La Ode Afa, S.P., M.Si;

3. Bapak Nur Asyik, S.P., M.Si, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo dan Sekretaris Jurusan/Program Studi

Bapak Muhammad Syukri Sadimantara., ST., M.P;

4. Kepada Tim Penguji bapak Prof. Dr. Ir. H. La Karimuna, M.Sc.Agr selaku

ketua penguji, bapak Nur Asyik, S.P., M.Si selaku sekretaris, dan ibu Sri

vi
Rezeki, S.Pi., M.Sc selaku anggota penguji yang telah memberikan saran,

masukan dan kritik yang bermanfaat bagi penulis;

5. Bapak Nur Asyik, S.P., M.Si selaku Penasehat Akademik yang telah

membimbing, menasehati serta memberikan dorongan kepada penulis selama

proses penyelesaian studi;

6. Seluruh dosen dan staf lingkup Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

Pertanian Universitas Halu Oleo;

7. Kepala Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,

Universitas Halu Oleo ibu RH. Fitri Faradilla, S.T.P., M.Sc.,Ph.D;

10.Himpunan Mahasiswa Barisan Pemuda Mahasiswa Lasosodo (BPML) yang

selalu mendukung dan memotivasi penulis;

11. Senior penulis, kak Rio Bravo Malau, kak Wa Ode Ratna dan lain-lain yang

telah memotivasi dan mendukung penulis selama ini;

12. Teman-teman seperjuangan penulis angkatan 2017 Jurusan Ilmu Teknologi

Pangan terkhusus kelas ITP A; dan

13. Semua rekan-rekan dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

atas segala bantuannya kepada penulis.

vii
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan dunia dan akhirat atas

segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, aamiin. Dalam penulisan

skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwasannya masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya

terutama dalam bidang Teknologi Pangan, Aamin.

Kendari, Juni 2021

Rahmi Impian
NIM. Q1A1 17 028

viii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rahmi Impian, lahir di Desa Lasosodo,

Kecamatan Wadaga, Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara pada

tanggal 14 Mei 1999. Penulis merupakan anak tunggal, putri dari pasangan

almarhum Bapak La Mohito dan Ibu Sitti Asam. Sekolah di TK Gersamata 2005,

SD Negeri 1 Lawa lulus tahun 2011, SMP Negeri 3 Wadaga lulus tahun 2014,

SMA Negeri 1 Lawa lulus tahun 2017. Kemudian tahun 2017 melanjutkan

pendidikan S1 Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,

Universitas Halu Oleo melalui jalur SNPTN. Penghargaan yang pernah diraih

penulis selama masa studi, yaitu Sertifikat sebagai Peserta Pendidikan Karakter

MABA UHO 2017 oleh Kepala Pusat Pendidikan Kerohanian dan Karakter

LPPMP UHO tahun 2017.

ix
ABSTRAK

Rahmi Impian (Q1A117028) Kajian Karakteristik Organoleptik Dan

Karakteristik Kimia Roti Tawar Kaya Serat Yang Disubtitusi Menggunakan

Tepung Ampas Kelapa Dan Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus).

(Dibimbing Oleh Dr. Ir. Ansharullah, M. Sc. sebagai Dosen Pembimbing I dan

Mariani L, S.P., M.Sc sebagai Dosen Pembimbing II).

Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari pengaruh subtitusi tepung

terigu, tepung ampas kelapa dan buah naga merah terhadap karakteristik

organoleptik dari roti tawar. Untuk mempelajari karakteristik kimia dari roti tawar

kaya serat yang disubtitusi dari tepung ampas kelapa dan buah naga merah.

Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu

faktor yaitu rasio terigu dan tepung ampas kelapa dengan empat perlakuan dan

tiga kali ulangan. Perbandingan rasio terigu dan tepung ampas kelapa dengan

penambahan sari buah naga merah yaitu : R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung

ampas kelapa : 0% sari buah naga merah R1 = Tepung terigu 80 % : 5% tepung

ampas kelapa : 15% sari buah naga merah R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung

ampas kelapa : 20% sari buah naga merah R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung

ampas kelapa : 25% sari buah naga merah. Nilai uji organoleptik hedonik dengan

skor penilaian kesukaan terhadap tekstur sebesar 4,10 (suka), rasa 4,00 (suka),

terhadap aroma sebesar 4,10 (suka), terhadap warna sebesar 4,17 (suka). Nilai uji

organoleptik deskriptif dengan skor penilaian kesukaan terhadap warna tengah roti

sebesar 3,27 (cokelat), warna kulit roti 4,24 (cokelat kekuningan), aroma 3,67

(beraroma ampas kelapa dan sari buah naga merah), rasa 2,80 (tawar) dan tekstur

x
3,83 (Lembut). Sedangkan nilai kadar air R0 sebesar 33,00% dan R2 sebesar

35,02 %, kadar abu R0 sebesar 0,86 % dan R2 sebesar 1,15 %, kadar Protein R0

sebesar 12,31 % dan R4 sebesar 8,45 %, kadar lemak R0 sebesar 3,94% dan R2

sebesar 4,99 %, kadar serat kasar R0 sebesar 7,20 dan R2 sebesar 7,73,% kadar

karbohidrat R0 sebesar 49,91 % dan R2 sebesar 50,39%.

Kata kunci: Tepung Ampas Kelapa, Roti tawar Subtitusi Tepung Ampas Kelapa
dan Buah Naga Merah, Nilai Gizi.

xi
ABSTRACT

Rahmi Impian (Q1A117028) Study of Organoleptic Characteristics and Chemical

Characteristics of Fiber-Rich Fresh Bread Substituted Using Coconut Dregs

Flour and Red Dragon Fruit (Hylocereus Polyrhizus). (Supervised by Dr. Ir.

Ansharullah, M. Sc. As Supervising Lecturer I and Mariani L, S.P., M.Sc as

Supervising Lecturer II).

The purpose of this study was to study the effect of substitution of wheat

flour, coconut dregs flour and red dragon fruit on the organoleptic characteristics

of plain bread. To study the chemical characteristics of fiber-rich white bread that

is substituted from coconut dregs flour and red dragon fruit. This research

method used a completely randomized design (CRD) with one factor, namely the

ratio of flour and coconut dregs flour with four treatments and three replications.

Comparison of the ratio of flour and coconut dregs flour to the addition of red

dragon fruit juice, namely: R0 = 100% wheat flour: 0% coconut dregs flour: 0%

red dragon fruit juice R1 = 80% wheat flour: 5% coconut dregs flour: 15% juice

red dragon fruit R2 = 70% wheat flour: 10% coconut dregs flour: 20% red

dragon fruit juice R3 = 60% wheat flour: 15% coconut dregs flour: 25% red

dragon fruit juice. The hedonic organoleptic test value with a texture preference

score of 4.10 (like), 4.00 (like) taste, 4.10 (like) for aroma, for 4.17 (like) color.

The value of the descriptive organoleptic test with a preference rating score of the

middle color of the bread was 3.27 (brown), the color of the bread crust was 4.24

(yellowish brown), the aroma was 3.67 (scented with coconut dregs and red

xii
dragon fruit juice), and 2.80 taste. (plain) and texture 3.83 (soft). While the

moisture content of R0 was 33.00% and R2 was 35.02%, the ash content of R0

was 0.86% and R2 was 1.15%, the protein content of R0 was 12.31% and R4 was

8.45%, Fat content R0 was 3.94% and R2 was 4.99%, crude fiber content R0 was

7.20 and R2 was 7.73,% carbohydrate content R0 was 49.91% and R2 was

50.39%.

Keywords: Coconut Dregs Flour, Coconut Dregh Flour Substitute Bread and Red

Dragon Fruit, Nutritional Value.

xiii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i


HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN……………………...………………….... iii
HALAMAN PENEGESAHAN ................................................................ iv
UCAPAN TERIMA KASIH……………….……………………………. viii
RIWAYAT HIDUP………………………………………….………… ix
ABSTRAK……………………………………………………………… x
ABSTACT …………………………………………………………….......... xii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xx

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori ................................................................................ 7

2.1.1. Ampas Kelapa………………………………………………… 7


2.1.2. Tepung Ampas Kelapa ……………………………………….. 8
2.1.3. Buah naga merah……………………………………………... 10
2.1.4. Roti Tawar……………………………………………………. 12
2.2. Bahan Baku roti…………………………………………………….. 14

xiv
2.2.1. Tepung Terigu……………………………………………….. 14
2.1.2. Garam Dapur……………………………………………….. 15
2.1.3. Gula………………………………………………………… 16
2.1.4. Ragi Roti…………………………………………………… 16
2.1.5. Air………………………………………………………….. 17
2.1.6. Mentega……………………………………………………. 18
2.1.7. Susu………………………………………………………… 18
2.1.8. Telur………………………………………………………. . 18
2.3. Karakteristik Organoleptik………………………………………….. . 19
2.3.1. Tekstur……………………………………………… ........... 20
2.3.2. Rasa…………………………………………………….. ..... 20
2.3.3. Warna……………………………………………………... . 20
2.3.4. Aroma…………………………………………………….. .. 21
2.4. Karakteristik Kimia…………………………………………………. 21
2.4.1. Kadar Air………………………………………………… ... 21
2.4.2. Kadar Abu…………………………………………………. 22
2.4.3. Kadar Protein………………………………………………. 22
2.4.4. Kadar Lemak………………………………………………. 23
2.4.5. KadarKarbohidrat………………………………………… .. 23
2.4.6. Kadar Serat Kasar ………………………………………… 24
2.4.7. Antioksidan…………………………………………. .......... 24
2.5. Kerangka Pikir ................................................................................ 25
2.6. Hipotesis .......................................................................................... 26

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 27


3.2. Bahan dan Alat ................................................................................ 27
3.3. Prosedur Penelitian .......................................................................... 28
3.3.1. Pembuatan tepung Ampas Kelapa…………………………. 28
3.3.2. Pembuatan Sari Buah Naga Merah……………………….. . 28
3.3.3. Pembuatan Roti Tawar…………………………………….. 29

xv
3.3.4. Rancangan Penelitian ................................................................... 29
3.3.5. Variabel Pengamatan ................................................................... 30
3.3.6. Analisis Data ................................................................................ 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 31

4.1.1. Analisis ragam uji Hedonik……………………………………… 31

4.1.2. Tekstur…………………………………………………………. 31

4.1.3. Rasa……………………………………………………………. 32

4.1.4. warna…………………………………………………………… 33

4.1.5. Aroma…………………………………………………………… 34

4.1.2. Analisis ragam uji Deskriptif…………………………………….. 35

4.1.2.1. Tekstur…………………………………………………………. 35

4.1.2.2. Rasa....…………...……………………………………………… 36

4.1.2.3. Warna tengah roti…………….…...…………………………… 37

4.1.2.4. Warna kulit roti………………….………………………………… 38

4.1.2.5. Aroma………...……………………………………………….. 39

4.1.2.6. Karakteristik Kimia Roti Tawar ………………...……………… 40

4.2. Pembahasan…………………………………………………………… 43

4.2.1. Uji Organoleptik…………………………………………………. 43

4.2.2. Tekstur……………………………………………………………… 44

4.2.3. Rasa………………………………………………………………. 45

4.2.4. Warna……………………………………………………………. 47

4.2.5. Aroma……………………………………………………………… 48

4.3. Karakteristik Kimia Roti Tawar Kaya Serat…………………………….. 49

xvi
4.3.1. Kadar Air………………………………………………………… 49

4.3.2. Kadar Abu………………………………………………………… 49

4.3.3. Kadar Protein…………………………………………………….. 50

4.3.4. Kadar Serat Kasar……………………………………………… 51

4.3.5. Kadar Lemak……………………………………………………… 52

4.3.6. Kadar Karbohidrat………………………………………………… 53

4.3.7. Antioksidan…………………………………………………………. 53

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan……………………………………………………………... 55

5.2. Saran…………………………………………………………………….. 55

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ ... 56

LAMPIRAN ...............................................................................................

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kadar zat gizi tepung ampas kelapa………………..................... 10


2. Kandungan gizi buah naga merah……………...………………. 12
3. Syarat mutu roti tawar SNI……………………………………. 14
4. Ragam uji hedonik…………………………………………….. 31
5. Tekstur………………………………………………………… 32
6. Rasa……………………………………………………………. 33
7. Warna…………………………………………………………... 34
8. Aroma…………………………………………………………… 35
9. Ragam uji deskriptif…………………………………………….. 36
10. Tekstur………………………………………………………….. 37
11. Rasa……………………………………………………………… 38
12. Warna tengah roti…………………………………………………. 38
13. Warna kulit roti……………………………………………………. 39
14. Aroma………………………………………………………………. 40
15. Karakteristik kimia…………………………………………………… 41

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ampas kelapa........................................................................................ 7

2. Tepung ampas kelapa……………………………………………….... 9

3. Buah naga merah………...………………………………………….... 11

4. Roti tawar…………………………………………………………….. 12

5. Kerangka pikir………………………………………………………… 25

6. Persamaan regenerasi linear roti rawar control (R0)………………….. 27

7. Persamaan regenerasi linear roti rawar terbaik (R2)………………….. 27

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Denah Penelitian ................................................................................. 63

2. Diagram alir proses pembuatan tepung ampa kelapa ....................... 64

3. Diagram alir peneliti………………………................................... 65

4. Diagram alir proses pembuatan sari buah naga merah….. ............... 66

5. Diagram alir proses pembuatan roti tawar ampas kelapa................... 67

6. Lampiran uji Organoleptik……………………………………….... 68

7. Lampiran uji deskriptif……………………………………………… 69

8. Analisis kadar air.............................................................................. 70

9. Analisis kadar abu................................................................................ 71

10. Analisis kadar protein ....................................................................... 72

11. Analisis kadar lemak ......................................................................... 74

12. Analisis kadar karbohidrat…………….…………......................... 75

13. Analisis kadar serat kasar…………………………….…............. 76

14. Analisis kadar antioksidan…………………………...………...... 77

15a. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Tekstur…………………………… 79

16a. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Rasa……………………………… 80

17a. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Warna…………………………… 81

18a. Hasil Uji Organoleptik Hedonik Aroma……………………………… 82

19a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Tekstur……………………………. 83

20a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Rasa………………………………. 84

xx
22a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Warna Tengah…………………… 85

23a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Warna Kulit Roti………………… 86

24a. Hasil Uji Organoleptik Deskriptif Aroma…………………………… 87

25a. Hasil Pengamatan Kadar Air………………………………………… 88

26a. Hasil Pengamatan Kadar Abu……………………………………… 89

27a. . Hasil Pengamatan Kadar Protein…………………………………… 90

28a. . Hasil Pengamatan Kadar Serat Kasar……………………………… 91

29a. . Hasil Pengamatan Kadar Lemak…………………………………… 92

30a. . Hasil Pengamatan Kadar Karbohidrat……………………………… 93

31a. . Hasil Pengamatan Aktivitas Antioksidan…………………………… 94

32. Dokumentasi Proses Penimbangan Bahan…………………………….. 95

33. Dokumentasi Pembuatan Sari Buah Naga Merah……………………… 96

34. Dokumentasi Pembuatan Roti Tawar…………………………………… 95

35. Dokumentasi Uji Organoleptik Hedonik Dan Deskriptif……………… 96

xxi
1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri pengolahan kelapa menghasilkan produk samping atau ampas

kelapa berupa kelapa parut. Ampas kelapa merupakan hasil samping dari

pembuatan santan. Seiring dengan perkembangan teknologi, ampas kelapa tidak

hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak melainkan sebagai bahan pangan

manusia yang dapat diolah menjadi produk lain (Rosida et al., 2008).

Roti tawar merupakan salah satu jenis roti sponge yang sebagian besar

tersusun dari gelembung-gelembung gas. Roti adalah produk makanan yang

terbentuk dari fermentasi terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces

cerevisiae) atau bahan pengembang lainnya yang kemudian dipanggang

(Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Harganya yang relatif murah menyebabkan roti

tawar mudah dijangkau dan banyak dikonsumsi oleh lapisan masyarakat baik dari

lapisan bawah, menengah hingga atas (Bramtarades et al., 2013). Selain itu,

kepraktisan dalam penyajiannya membuat roti tawar banyak dikonsumsi sebagai

pengganti nasi bagi masyarakat di perkotaan (Kuswardani et al., 2008).

Bahan baku utama dalam pembuatan roti tawar adalah tepung terigu dan

bahan lain seperti gula, mentega, telur dan garam (Suwaba et al., 2013). Sebagai

bahan baku utama dalam pembuatan roti tawar, salah satu permasalahan tepung

terigu adalah penyediaan bahan baku tepung terigu karena bahan baku

pembuatannya adalah gandum yang sampai saat ini Indonesia masih mengimpor

gandum dari luar negeri dan belum mampu untuk memproduksi sendiri.

Tingginya konsumsi roti tawar misalnya sebagai pengganti sarapan pagi,


2

menyebabkan peningkatan kebutuhan tepung terigu (Bramtarades, 2013).

Konsumsi tepung terigu yang semakin meningkat ini perlu suatu upaya alternatif

untuk mengurangi pemakaian tepung terigu dalam pembuatan roti tawar. Salah

satu cara alternatif untuk mengurangi penggunaan tepung terigu dalam

pengolahan roti tawar adalah mengembangkan komoditas lain yang memiliki

komposisi gizi yang tidak jauh berbeda dengan tepung terigu (Bramtarades et al.,

2013).

Ampas kelapa dapat diolah menjadi tepung yang kemudian dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri makanan, menguntungkan secara

ekonomi serta memberikan manfaat kesehatan dan gizi bagi masyarakat

(Supriatna et al., 2012). (Menurut Putri, 2010) tepung ampas kelapa dapat

digunakan sebagai bahan baku atau bahan dasar maupun bahan tambahan dalam

pembuatan berbagai makanan. Ampas kelapa merupakan sumber protein yang

baik, bebas gluten serta memiliki kandungan karbohidrat digestible yang rendah

dan kandungan serat pangannya yang sangat tinggi.

Pembuatan tepung ampas kelapa dilakukan dengan cara mencuci ampas

kelapa, lalu disaring dan diperas, kemudian letakkan pada loyang dan masukan ke

dalam oven dengan waktu dan suhu yang sudah ditetapkan. Kemudian

dikeluarkan dan tunggu 2-3 menit. Lalu diblender dan disaring dengan saringan,

kemudian simpan di dalam wadah yang kedap udara (Hasan, 2018).

Pemanfaatan ampas kelapa sebagai bahan substitusi makanan kesehatan

selama ini belum banyak terungkap. Meskipun ampas kelapa merupakan hasil

samping pembuatan santan, namun memiliki kandungan serat kasar cukup tinggi.
3

Serat pangan ini juga mengontrol pelepasan glukosa seiring waktu, membantu

pengontrolan dan pengaturan diabetes melitus dan obesitas (Trinidad, 2002). Serat

pangan dalam jumlah yang cukup didalam makanan sangat bagus untuk

pencernaan yang baik dalam usus (Ramulu dan Rao, 2003). Serat pangan tidak

dapat dicerna dan tidak diserap oleh saluran pencernaan manusia, tetapi memiliki

fungsi yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit

dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi. (Yuvlianti et al., 2018). Pada

pembuatan subtitusi roti tawar ampas kelapa dapat pula menambahkan sari buah

naga merah sebagai pewarna alami dan daya tarik konsumen. Selain itu, dengan

penambahan sari buah naga dapat meningkatkan nilai gizi pada olahan pangan

tersebut.

Buah naga merah memiliki pigmen berwarna merah yaitu betasianin.

Betasianin merupakan turunan dari betalain. Betalain telah diteliti manfaatnya

sebagai antiradikal dan senyawa antioksidatif (Pertiwi 2014). Buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus) memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging

berwarna merah keunguan. Rasa buahnya lebih manis dibandingkan buah naga

putih (Hylocereus undatus) dengan kadar kemanisan mencapai 13-15˚C Briks

(Kristanto, 2003).

Buah naga memiliki kandungan zat bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh

diantaranya antioksidan (asam askorbat, betakaroten dan antosianin), serta

mengandung serat pangan dalam bentuk pektin. Buah naga juga mengandung

beberapa mineral seperti kalsium, fosfor dan besi. Selain itu terdapat pula vitamin

B1, B2 dan B3 serta vitamin C (Partomo, 2008). Buah naga merah (Hylocereus
4

polyrhizus) memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna

merah keunguan. Rasa buahnya lebih manis dibandingkan buah naga putih

(Hylocereus undatus) dengan kadar kemanisan mencapai 13-15˚C Briks.

Hylocereus polyrhizus terkenal pula dengan aktivitas antioksidan yang tinggi yang

memberikan efek positif pada kesehatan. Buah naga super merah mempunyai

daya simpan lebih lama pada suhu penyimpanan 15°C yaitu selama ± 14 hari

dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang selama ± 7 hari. Buah naga segar

tidak dapat disimpan lama karena memiliki kadar air tinggi yaitu 90% dan umur

simpan 7-10 hari pada suhu 14˚C, sehingga diperlukan pengolahan lanjutan

supaya kebutuhan gizi dapat dipertahankan dan memperpanjang daya awet.

Pembuatan sari buah utamanya bertujuan untuk meningkatkan ketahanan simpan

serta diversifikasi produk buah-buahan (Sa’adah et a.,l 2015).

Berdasarkan uraian diatas maka untuk menurunkan kenaikan konsumsi

terigu perlu adanya upaya alternatif yaitu mengurangi penggunaan terigu pada

proses pembuatan roti tawar yang berperan penting dalam pembentukan tekstur

dan pengembangan adonan adalah senyawa gluten yang terkandung dalam

gandum. Gluten menentukan pembuatan roti tawar dengan mengganti sebagian

terigu (substitusi) dengan tepung lain yaitu tepung ampas kelapa. Hal ini

merupakan salah satu upaya dalam memanfaatkan limbah kelapa yaitu berupa

ampas kelapa (Nur’aini, 2011).

Peranan substitusi terigu menggunakan tepung ampas kelapa dalam

pembuatan roti tawar adalah untuk meningkatkan kandungan serat roti tawar

sehingga dihasilkan roti tawar yang mempunyai nilai fungsional. Serat merupakan
5

salah satu komponen pangan fungsional, yang berperan membantu proses

pencernaan. Tepung ampas kelapa tidak mengandung gluten sehingga penggunaan

tepung ampas kelapa sebagai substitusi terigu dalam pembuatan roti tawar perlu

dibatasisi. elastisitas dan plastisitas adonan yang diakibatkan terbentuknya

kerangka seperti jaring-jaring yang berperan sebagai perangkap gas hasil peragian

sehingga adonan dapat mengembang (Wijayanti, 2007).

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh subtitusi tepung terigu dari tepung ampas kelapa dan buah

naga merah terhadap karakteristik organoleptik dari roti tawar?

2. Bagaimana perubahan karakteristik kimia dari roti tawar kaya serat yang

disubtitusi dari tepung ampas kelapa dan buah naga merah?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mempelajari pengaruh subtitusi tepung terigu dari tepung ampas kelapa

dan buah naga merah terhadap karakteristik organoleptik dari roti tawar?

2. Untuk mempelajari karakteristik kimia dari roti tawar kaya serat yang

disubtitusi dari tepung ampas kelapa dan buah naga merah?


6

1.4. Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh subtitusi tepung ampas kelapa dan buah naga

merah terhadap sifat organoleptik dari roti tawar.

2. Untuk mengetahui karakteristik kimia dari roti tawar kaya serat yang

disubtitusi menggunakan tepung ampas kelapa dan buah naga merah.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.


7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1. Ampas Kelapa

Dalam tata nama atau sistimatika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman

kelapa (Cocos nucifera L.) sebagaimana dikutip oleh Angelia (2016) dimasukan

ke dalam klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio: Spermatophyta

Sub-divisio: Angiospermae

Kelas: Monocotyledonae

Ordo: Palmales

Familia: Palmae

Genus: Cocos

Spesies: Cocos nucifera L

Gambar 1. Ampas Kelapa (Putri, 2010)


8

Ampas kelapa merupakan hasil akhir dari pembuatan santan. Saat ini

pemanfaatan ampas kelapa di kalangan masyarakat masih terbatas. Ampas kelapa

memiliki kandungan gizi yang baik, terutama kandungan serat kasar yang cukup tinggi

yaitu 15,07% (Yulvianti et al., 2015).

Ampas kelapa kering yang telah bebas lemak mengandung 93%

karbohidrat yang terdiri dari galaktomanan 61%, manosa 26% dan selulosa 13%.

Galaktomannan dapat memicu pertumbuhan bakteri usus yang membantu

pencernaan dan berperan sebagai serat makanan (Rindengan, 2015).

2.1.2. Tepung Ampas Kelapa

Tepung ampas kelapa adalah tepung yang diperoleh dengan cara

menghaluskan daging ampas kelapa. Balasubramanian (2015), melaporkan bahwa

analisis ampas kelapa kering (bebas lemak) mengandung 93% karbohidrat yang

terdiri atas: 61% galaktomanan, 26% manosa dan 13% selulosa. Sedangkan

Banzon dan Velasco (1982), melaporkan bahwa tepung ampas kelapa mngandung

lemak 12,2%, protein 18,2%, serat kasar 20%, abu 4,9%, dan kadar air 6,2%. Pada

tepung ampas kelapa dari Genjah Kuning Nias dan Dalam Tenga (GKN x DTA)

adalah sebagai berikut: kadar air 4,65%, protein 4,11%, lemak 15,89%, serat kasar

30,58%, karbohidrat 79,34% dan abu 0,66% (Meddiati Fajri Putri, 2014).

Menurut Marquez (1999), tepung ampas kelapa mengandung kadar air

4,2%, lemak 9,2%, protein 12,6%, abu 8,2%, serat 13%, dan karbohidrat 39,1%.

Tepung ampas kelapa merupakan bahan pangan sumber serat karena mengandung

selulosa cukup tinggi. Dewasa ini, asupan serat menjadi semakin diutamakan

dalam membuat formulasi produk pangan karena perannya dalam memperlancar


9

pencernaan dan mengurangi ketersediaan kole sterol di dalam tubuh (Hutsoit,1988

Dalam Ema Niga Wardani).

Gambar 2. Tepung Ampas Kelapa (Hasanah, 2018)

Ampas kelapa yang mengandung tinggi serat ini dapat dijadikan sebagai olahan

tepung ampas kelapa yang bernilai gizi. Perluasan pemanfaatan ampas kelapa ini sangat

menguntungkan secara ekonomi bagi petani kelapa dan produsen, serta masyarakat yang

mengkonsumsinya ampas kelapa yang diolah menjadi tepung ampas kelapa dapat

memudahkan masyarakat untuk diaplikasikan menjadi olahan pangan. Tepung

ampas kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung terigu atau

tepung lainnya untuk digunakan dalam pengolahan pangan. (Kailaku et al., 2012).

Tepung ampas kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam

berbagai macam pembuatan makanan dan membuat cita rasa semakin gurih,

aroma yang khas serta mengandung zat gizi dan kandungan serat yang tinggi,

seperti, brownies, kue kering, roti, dan sebagainya (Afrianti et al., 2016).
10

Tabel 1. Kadar zat gizi tepung ampas kelapa

No Kadar Tepung ampas kelapa (%)


1 Air 6,9969
2 Abu 0,26825
3 Lemak 38,2377
4 Protein 5,78725
5 Karbohidrat 33,64125
6 Serat kasar 15,06865
7 Serat pangan tidak larut 63,66
8 Serat pangan (serat larut, 63,24 (4,53 & 58,71)**
dan serat tidak larut)

Sumber: Utomo dan Antarlina, (1997) **


Sumber: Raghavendra et al, (2004).

2.1.3. Buah Naga Merah

Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau famili

Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Dalam subfamili ini terdapat beberapa

genus, sedangkan buah naga termasuk dalam genus Hylocereus. Adapun

klasifikasi buah naga tersebut sebagai berikut:

Divisi : Spermatohyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Spesies : - Hylocereus undatus (daging putih)


11

- Hylocereus costaricensis (daging merah)

Penelitian yang dilakukan oleh Rebecca et al, (2010) menunjukkan bahwa

buah naga merah mengandung polifenol terbanyak dibandingkan dengan species

lainnya yaitu 86,13 ± 17,02 mg dalam 0,50 g ekstrak kering buah naga merah.

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu tanaman yang

dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan. Menurut Subagja (2013), protein

dalam buah naga merah mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga

kesehatan jantung, dapat menurunkan berat badan, dan vitamin C yang mampu

menjaga kesehatan kulit (Herdianti et al., 2018).

Buah Naga (Hylocereus sp.), selain rasanya yang enak dan cukup digemari

masyarakat. Buah naga memiliki khasiat untuk kesehatan manusia. Buah naga

memiliki kandungan zat yang baik untuk tubuh, khususnya zat yang berperan

untuk menurunkan kadar kolesterol total darah, seperti senyawa antioksidan

(fenol, flavonoid, vitamin C dan betasianin), vitamin B3 (niasin), serat, MUFA

(monounsaturated fatty acid), dan PUFA (polyunsaturated fatty acid) (Pareira

2010).

Gambar 3. Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) (Pertiwi, 2014)


12

Tabel 2. Kandungan gizi buah naga merah per 100 gram

Kompisisi Kimia Kadar


Air (g) 82,5 – 83,0
Protein (g) 0,159 – 0,229
Lemak g) 0,21- 0,61
serat (g) 0,7 – 0,9
Betakaroten (mg) 0,005 – 0,012
kalsium(mg) 6,3 – 8,8
fosfor (mg) 30,2 – 36,1
besi (mg) 0,55- 0,65
Vitamin B1 (mg) 0,28 – 0,043
Vitamin B2 (mg) 0,043 – 0,045
Vitamin C (mg) 8–9
Niasin (mg) 1,297 – 1,300
Sumber: Dikutip dari Mahattanatawe et al., 2006 dalam Indriasari, 2012

2.1.4. Roti Tawar

Roti merupakan salah satu pangan olahan yang terbentuk dari fermentasi

terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau bahan

pengembang lainnya kemudian dipanggang. Roti khususnya roti tawar merupakan

salah satu pangan olahan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat

luas. Tahun 2020, diproyeksikan impor gandum akan meningkat tiga kali lipat

dari tahun sebelumnya.

Gambar 4. Roti Tawar (Pusuma et al., 2018)

Terlihat bahwa semakin tinggi substitusi tepung ampas kelapa maka pori-

pori yang dihasilkan semakin rapat. Hal ini karena kandungan gluten dalam
13

adanan semakin berkurang, sehingga roti kurang mengembang dan dihasilkan

remah roti yang rapat. (Sudarmo, 2015) juga menyatakan bahwa terbentuknya

pori-pori pada roti tawar juga dipengaruhi oleh knocking down atau penggilasan

yang menyebabkan pembentukan adonan menjadi relaks kembali sehingga timbul

gas yang baru.

Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang

pembuatannya melalui tahap pengadonan, fermentasi (pengembangan), dan

pemanggangan dalam oven. Menurut SNI 1995, definisi roti adalah produk yang

diperoleh dari adonan tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan

dipanggang, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan

tambahan makanan yang diizinkan. Dilihat dari cara pengolahan akhirnya, roti

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu roti yang dikukus, dipanggang, dan

yang digoreng. Bakpao adalah contoh roti yang dikukus. Donat merupakan

contoh roti yang digoreng. Sedangkan aneka roti tawar, roti manis, dan baquette

adalah roti yang dipanggang.

Jenis roti yang beredar saat ini sangat beragam dan secara umum roti

biasanya dibedakan menjadi roti tawar dan roti manis atau roti isi. Roti tawar

adalah roti yang tidak ditambahkan rasa atau isi apapun, sehingga rasanya tawar.

Biasanya konsumen menambahkan sendiri isinya sesuai dengan keinginan dan

selera masing-masing. Bisa diolesi margarin, ditaburi cokelat mesis, diisi keju,

diolesi selai buah, diisi telur, daging, atau kombinasi dari berbagai bahan tersebut

(Anonim, 2006).
14

Oleh karena itu, untuk menurunkan kenaikan konsumsi terigu maka perlu

ada upaya alternatif untuk mengurangi penggunaannya dalam pembuatan roti.

Solusi untuk mengurangi penggunaan terigu pada pembuatan roti tawar adalah

dengan mengganti sebagian terigu (substitusi) dengan tepung lain yaitu tepung

ampas kelapa, (Listiyarini, 2016).

Tabel 3. Kandungan gizi Roti Tawar 10 gram

Syarat mutu roti tawar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1995
yaitu:
Kriteria Uji Satuan Roti Tawar

Kenampakan - Normal, Tidak Berjamur


Bau - Normal
Rasa - Normal
Kadar Air % b/b Maksimal 40
Kadar Abu % b/b Maksimal 1
Kadar NaCL % b/b Maksimal 2,5
Serangga - Tidak Boleh Ada
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2008)

2.2. Bahan Baku Roti

2.2.1. Tepung Terigu

Tepung terigu diperoleh dari pengolahan biji gandum yang sehat dan telah

dibersihkan. Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah,

kering, tidak mudah menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit,

tidak berbau asing seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas dari

serangga, tikus, kotoran, dan kontaminasi benda-benda asing lainnya. Yang harus

dipertimbangkan adalah terutama kadar protein tepung terigu dan kadar abunya.
15

Kadar protein mempunyai korelasi yang erat dengan kadar glutein, sedangkan

kadar abu erat hubungannya dengan tingkat dan kualitas adonan (Sunaryo, 1985).

Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan roti dan mie.

Keistimewaan terigu diantara serealia lain adalah adanya gluten yang merupakan

protein yang menggumpal, elastis serta mengembang bila dicampur dengan air.

Gluten digunakan sebagai bahan tambahan untuk mempertinggi kandungan

protein dalam roti. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang

memiliki kadar air 14%, kadar protein 8 -12%, kadar abu 0,25 –0,60% dan gluten

basah 24 –36% (Astawan, 2004). Widyaningsih dan Murtini (2006) menyatakan

bahwa tepung terigu yang digunakan sebaiknya yang mengandung glutein 8 –

12%. Glutein adalah protein yang terdapat pada terigu.

2.2.2. Garam Dapur

Pengolahan bahan makanan yang dilakukan dengan pemberian garam

NaCl atau gula pada konsentrasi tinggi, dapat mencegah kerusakan bahan pangan.

Pada konsentrasi NaCl sebesar 2 - 5% yang dikombinasikan pada suhu rendah,

cukup untuk mencegah pertumbuhan mikroba psikrofilik. Pada pembuatan roti,

garam memiliki fungsi penambah rasa gurih, pembangkit rasa bahan-bahan

lainnya, serta pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi. Lebih lanjut

(Yayath, 2009) menjelaskan bahwa garam juga memiliki astringent effect, yakni

memperkecil pori-pori roti. Pemakaian garam dalam keadaan normal berkisar

1,5-2%. Pemakaian garam lebih rendah dari 1,5% akan memberi rasa hambar,

sedangkan pemakaian lebih dari 2% akan menghambat laju fermentasi.


16

2.2.3. Gula

Gula adalah salah satu produk hasil perkebunan dari tebu yang banyak

dikembangkan. Penambahan gula dalam suatu produk pangan antara lain yaitu

untuk memberikan aroma, rasa manis sebagai pengawet, dan untuk memperoleh

tekstur tertentu. Gula ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk melengkapi

karbohidrat yang ada untuk proses fermentasi dan untuk memberikan rasa manis

pada roti. Gula sangat penting peranannya dalam pembuatan roti, diantaranya

sebagai makanan ragi, memberi rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang masa

simpan roti, menambah kandungan gizi, membuat tekstur roti menjadi lebih

empuk, dan memberikan warna cokelat yang menarik pada roti (Mudjajanto dan

Yulianti, 2004).

Gula dalam pembuatan roti berfungsi sebagai sumber energi bagi ragi.

Residu gula yang tidak habis dalam proses fermentasi akan memberikan rasa

manis dan warna kecoklatan (golden brown) pada roti. Gula juga berperan pada

proses pewarnaan kulit (karamelisasi gula) pada pembakaran di oven. Pemakaian

gula lebih dari 8% pada roti tawar akan memberikan sifat empuk yang berlebihan

sehingga bentuk roti tidak tegar, sedangkan pada roti manis sifat empuk terjadi

pada kadar gula 15% ke atas. Peningkatan jumlah gula dalam adonan harus

diimbangi dengan penambahan jumlah ragi agar proses fermentasi tidak terganggu

(Yayath, 2009).

2.2.4. Ragi Roti

Dalam pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa

mengembang. Ragi/yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah


17

air lalu diaduk-aduk merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa

waktu. Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup

berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang

digunakandalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya

makanan bagi ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh dengan

mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa beraroma. Gas

karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga adonan

menjadi mengembanui87g (Halalguide, 2008).

Untuk pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba jenis

Saccharomyces cerevisiae. Agar mikroba dapat beraktivitas optimal maka

beberapa persyaratan harus dipenuhi diantaranya sebagai berikut : Adanya

keseimbangan gula, garam, terigu dan air, agar mikroba tumbuh baik maka pH

diatur berkisar 2,0 – 4,5, oksigen cukup tersedia karena mikroba yang hidup

bersifat aerob dan suhu pengolahan sekitar 30oC (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

2.2.5. Air

Dalam pembuatan roti, air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya gluten

serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Selain itu, air berperan sebagai

pelarut garam, penyebar dan pelarut bahan-bahan bukan tepung secara seragam

dan memungkinkan adanya aktivitas enzim (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

Air berfungsi sebagai media glutein dengan karbohidrat, larutan garam dan

membentuk sifat kenyal glutein. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6 –

9, makin tinggi pH air maka roti yang dihasilkan baik karena absorbsi air

meningkat dengan meningkatnya pH. Selain pH, air yang digunakan harus air
18

yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, diantaranya tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak berasa (Astawan, 2006).

2.2.6. Mentega/Shortening

Shortening berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti,

memperbaiki sifat pemotongan roti, memberikan kulit roti lebih lunak, dan dapat

mencegah air masuk ke dalam bahan sehingga shelf life lebih lama. Selain itu

lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan membantu

pengembangan susunan fisik roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

2.2.7. Susu

Susu dalam pembuatan roti berfungsi untuk meningkatkan kualitas dalam

adonan. Susu juga memberikan kontribusi terhadap nilai gizi, membantu

pengembangan adonan, membantu proses pembentukan krim dan memperbaiki

tekstur roti. Selain itu juga susu memperbaiki warna kulit dan rasa roti serta

memperkuat gluten karena keberadaan kandungan kalsium pada susu. Susu yang

umum digunakan dalam pembuatan roti adalah susu bubuk karena tahan lama dan

lebih mudah penyimpanannya (Winarno,2001).

2.2.8. Telur

Bagian dari telur yang umum digunakan dalam pembuatan suatu produk

adalah kuning telur. Kuning telur merupakan bagian yang lebih padat yang

terkandung dalam telur dan hampir semua lemak terdapat dalam kuning telur.

Penggunaan kuning telur dalam pembuatan suatu produk untuk memberikan efek

empuk, merapuhkan serta meningkatkan cita rasa. Kuning telur mengandung


19

lesitin ( berfungsi sebagai emulsifier ) dengan kadar air sebesar 50 % (Sutomo,

2008).

2.3. Karakteristik Organoleptik

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

penginderaan. Bagian organ tubuh yang berperan dalam penginderaan adalah

mata, telinga, indera pencicip, indera pembau dan indera perabaan atau sentuhan.

Kemampuan alat indera memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau

dibedakan berdasarkan jenis kesan. Luas daerah kesan adalah gambaran dari

sebaran atau cakupan alat indera yang menerima rangsangan. Kemampuan

memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan kemampuan alat indra

memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi

kemampuan mendeteksi (detection), mengenali (recognition), membedakan

(discrimination), membandingkan (scalling) dan kemampuan menyatakan suka

atau tidak suka (hedonik) (Rifkhan et al., 2016).

Persiapan uji organoleptik meliputi persiapan panelis, sampel, dan

laboratorium/ruang pengujian. Panelis adalah sekelompok orang yang bertugas

menilai sifat atau kualitas bahan berdasarkan kesan subyektif (Suradi, 2007)

mengelompokan panelis ke dalam enam kelompok, yaitu: panelis pencicipan

perorangan, panelis pencicipan terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih dan

panelis konsumen. Berdasarkan keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik

salah satunya panelis agak terlatih. Panelis agak terlatih dipilih dari kalangan

tebatas yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat sensorik tertentu.

Persiapan sampel sangat perlu mendapat perhatian dalam uji sensori. Persiapan
20

dan penyajian sampel memperhatikan suhu, ukuran, kode, dan jumlah contoh saat

pengujian (Novita et al., 2017).

2.3.1. Tekstur

Tekstur makanan dapat dievaluasi dengan uji mekanik (metode instrumen)

atau dengan analisis secara penginderaaan (Sulistyorini, 2010). Tekstur yang

diamati dengan indera peraba dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu tidak

empuk, agak empuk dan empuk hidung (Rifkhan et al., 2016).

2.3.2. Rasa

Rasa umumnya dipengaruhi oleh bahan-bahan penunjang seperti telur,

susu, gula, garam dan mentega. Selama proses fermentasi adonan, ragi mengubah

karbohidrat menjadi gas CO2 dan etanol, selain itu ragi juga berperan dalam

pembentukan cita rasa pada roti. Fungsi utama yeast dalam pembuatan roti untuk

mengembangkan adonan, membangkitkan aroma dan rasa dengan cara memecah

gula/pati untuk menghasilkan CO2 sebagai pelunak gluten, menghasilkan etanol

sebagai pemberi flavor pada proses fermentasi (Koswara, 2009).

2.3.3. Warna

Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat langsung oleh

panelis. Penentuan mutu bahan makanan umumnya bergantung pada warna

yangdimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan

memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis (Rifkhan et al., 2016). Warna

digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan, selain digunakan untuk

penentuan mutu organoleptik. Apabila suatu bahan pangan mempunyai warna


21

yang seragam dan merata, maka bisa diindikasikan bahwa cara pencampuran dan

pengolahannya sudah sesuai (Winarno, 2008).

2.3.4. Aroma

Aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium

oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung (Rifkhan et al.,

2016). Dalam hal aroma lebih banyak sangkut-pautnya dengan alat panca indra

pembau (hidung). Manusia mampu mendeteksi dan membedakan sekitar enam

belas juta jenis aroma. Pada umumnya aroma yang diterima oleh hidung dan otak

lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau obat campuran empat aroma yaitu

harum, asam, tengik, dan hangus (Winarno, 2008).

2.4. Karakteristik Kimia

2.4.1. Kadar Air

Air merupakan konstituen dalam berbagai jenis bahan pangan, kandungan

air mendukung berbagai reaksi kimia termasuk proses hidrolis. Oleh karena itu,

penghilangan air dari bahan pangan misalnya dengan pemanasan, penambahan

gula dan garam dengan konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan umur simpan terhadap bahan

pangan. Air terikat secara fisik dengan protein, polisakarida/ lemak, dan mineral

yang berkontribusi secara signifikan terhadap tekstur bahan pangan ( Belitz dan

Grosch, 2009).

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang

sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan,
22

tekstur serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.

Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk

berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Mulyono,

2000).

2.4.2. Kadar Abu

Abu merupakan residu anorganik setelah bahan dibakar dengan suhu tinggi

(diabukan). Pada umumnya abu terdiri dari senyawa Natrium (Na), Kalium (K),

Calsium (Ca), dan Silikat (Si). Semua pati komersial yang berasal dari serealia

dan umbi-umbian mengandung sejumlah kecil garam anorganik yang dapat

berasal dari bahan itu sendiri atau dari air selama pengolahan (Wijayanti, 2007).

Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral

yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan

anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga

dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan

total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses

pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah

disebut sebagai kadar abu. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk

berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu

pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu

parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Astuti, 2011).

2.4.3. Protein

Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi

lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain
23

dari protein adalah untuk menjaga pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh,

pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air,

memelihara netralisasi tubuh, pembentukan antibody, mengangkut zat-zat gizi dan

sebagai sumber energi (Almatsier, 2010).

2.4.4. Lemak

Lemak adalah senyawa ester dari gliserol dan asam lemak. Seperti halnya

karbohidrat, lemak merupakan sumber energi bagi tubuh yang memberikan nilai

energi lebih besar daripada karbohidrat dan protein yaitu 9 kkal/g (Kurtzweil,

2006).

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO menganjurkan

konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk

kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan

membantu penyerapan vitamin larut lemak. Diantara lemak yang dikonsumsi

sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari

lemak jenuh dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Konsumsi kolesterol

dianjurkan adalah kurang dari 300 mg sehari (Syarfaini, 2012).

2.4.5. Karbohidrat

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan meliputi

kondenset polimer-polimernya yang terbentuk. Berbagai analisa dilakukan

terhadap karbohidrat, dalam ilmu dan teknologi pangan analisa karbohidrat yang

biasanya dilakukan misalnya penentuan jumlah secara kuantitatif dalam

menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisik atau

kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan,


24

stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya. Karbohidrat juga memiliki peranan

penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna,

tekstur, dan lain-lain (Budianto, 2009).

Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi, dibagi dalam dua golongan,

yaitu karbohidrat sederhana yang terdiri dari monosakarida, disakarida, gula

alkohol, dan oligosakarida dan karbohidrat kompleks yang terdiri dari

polisakarida dan serat. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier,

2010).

2.4.6. Serat Kasar

Serat (fiber) dapat dibedakan atas serat kasar (crude fiber) dan serat

makanan (dietary fiber). Serat kasar (crude fiber) adalah serat tumbuhan/tanaman

yang tidak larut dalam asam (H2SO4 1,25%) dan basa (NaOH 1,25%). Nilai serat

kasar lebih rendah daripada serat makanan karena H2SO4 dan NaOH mempunyai

kemampuan lebih besar untuk menghidrolisis komponen makanan dibandingkan

dengan enzim pencernaan.

Kadar serat makanan berkisar antara 2-3 kali serat kasar. Komponen utama

serat kasar disusun oleh selulosa, gum, hemiselulosa, pektin dan lignin (Muchtadi,

1992).

2.4.7. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa bioaktif yang memiliki peran penting dalam

makanan dan memberikan manfaat pada tubuh manusia (Huang et al., 2014).

Isoflavon berperan penting sebagai antioksidan. Hal ini dapat dikaitkan karena

isoflavon merupakan antioksidan pelindung yang mampu mengurangi


25

pembentukan radikal dan oksigen reaktif oleh hidrogen peroksida tanpa

menghasilkan radikal dengan menghentikan aktivitas singlet oksigen dan radikal

sebelum mencapai target seluler (Fran et al., 2000).

2.5. Kerangka Pikir

Roti adalah produk makanan yang terbentuk dari fermentasi dengan

menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau bahan pengembang lainnya

yang kemudian dipanggang. Bahan baku utama dalam pembuatan roti tawar

adalah tepung terigu. Tepung terigu adalah gandum yang masih di impor dari luar

negeri. Maka dari itu salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi

impor tepung terigu yaitu dengan menambahkan substitusi dari tepung ampas

kelapa dan buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus). Selain itu tepung ampas

kelapa juga mengandung serat dan protein yang cukup tinggi yang dapat di

gunakan sebagai pangan fungsional.

Penambahan sari buah naga merah terhadap subtitusi tepung ampas kelapa

yaitu sebagai pewarna alami dan untuk meningkatkan nilai gizi terhadap roti tawar

subtitusi tepung ampas kelapa. Selain itu, tujuan dari penambahan sari buah naga

merah yaitu untuk daya tarik konsumen seperti pada aroma, rasa, tekstur, warna

pada roti tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam

penelitian ini peneliti mengkaji tentang karakteristik organoleptik dan

karakteristik kimia.
26

Roti

Permasalahan
Gangguan
Penggunaan tepung
kesehatan bila
terigu yang semakin
dikonsumsi
meningkat
secara berlebihan
Potensinya
Solusi
yaitu tepung
ampas kelapa Potensinya yaitu
sebagai sumber Pemanfaatan Penambahan buah naga
serat pangan limbah buah naga mengandung
yang sangat ampas merah antioksidan
bermanfaat kelapa tinggi yang baik
untuk untuk kesehatan
kesehatan.

Roti tawar ampas


kelapa

Gambar 5. Diagram alir kerangka pikir

2.6. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat ditetapkan hipotesa sebagai

berikut:

1. Penambahan sari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) berpengaruh

terhadap karakteristik organoleptik roti tawar berbasis tepung ampas kelapa.

2. Kandungan gizi roti tawar berbasis tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah memiliki karakteristik yang memenuhi persyaratan.


27

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari, Provinsi Sulawesi

Tenggara.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu berupa bahan untuk membuat

roti tawar adalah tepung ampas kelapa, telur, buah naga merah, tepung terigu, air

putih, garam dapur, gula pasir, ragi instant, mentega putih, Susu bubuk. Adapun

bahan kimia yang digunakan untuk analisis proksimat yaitu H2SO4, aquades,

NaOH, K2SO4 10%, selenium, asam borat 4%, metil merah dan biru, HCl,

petroleum benzen, dan aseton.

Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan ini antara lain loyang,

copper, oven, neraca analitik Ohaous Ap310-O, ayakan 40 mesh, baskom, plastik,

tissue, rolling pin. Alat yang digunakan dalam proses analisis adalah rheotex¸

colour reader CR-100, beaker glass, eksikator, destilator, kurs porselen, soxhlet,

gelas ukur, tabung kjedhal, botol timbang, erlenmeyer, kertas saring dan

kuisioner.
28

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Pembuatan Tepung Ampas Kelapa

Kelapa dikupas dengan cara memisahkan antara daging buah dengan kulit

sabut dan tempurungnya, lalu airnya dibuang. Kelapa yang sudah dikupas

ditempatkan di dalam satu wadah dan siap untuk diparut. Selanjutnya dilakukan

ekstraksi dengan menambahkan air bersih ke dalam parutan kelapa dengan

perbandingan 2 liter air untuk 1 kg kelapa lalu diperas sebanyak dua kali

menggunakan tangan untuk mengambil santannya.

Hasil perasan kelapa ditampung di dalam toples plastik. Proses pemerasan

kelapa ini dilakukan dua kali. Jadi, ampas padatan hasil perasan pertama dicampur

lagi dengan air bersih, lalu diperas dan hasil perasan disaring dan ditampung di

dalam toples plastik. Setelah itu dilakukan pengepresan kembali dengan

menggunakan pompa hidrolik dan diulangi sebanyak dua kali pengulangan.

Setelah itu dikeringkan pada pengering kabinet pada suhu 60ºC selama 24 jam.

ampas kelapa setelah melalui proses pengeringan kemudian digiling

menggunakan copper dan diayak menggunakan ayakan 40 mesh untuk

mendapatkan tepung ampas kelapa.

3.3.2. Pembuatan Sari Buah Naga Merah

Buah naga merah sebanyak 500 gr dikupas kulitnya dan dipotong,

selanjutnya dihancurkan menggunakan blender dan ditambahkan air dengan

perbandingan air dan buah naga merah 1:1. Buah naga merah yang telah

dihaluskan menggunakan blender kemudian disaring menggunkan kain saring.


29

3.3.3. Pembuatan roti Tawar Substitusi Tepung Ampas Kelapa

Bahan yang digunakan dalam pembuatan roti tawar yaitu, tepung ampas

kelapa (200 gr), sari buah naga merah (30 ml, 40ml 50ml), terigu (200 gr,160 gr

140 gr 120 gr), mentega (13 gr, 14 gr, 13 gr, 12 gr), gula (12 gr, 11 gr, 10 gr, 9

gr), garam (4 gr, 3,7 gr, 3,3 gr, 2 gr), air (288 ml, 287,5 ml, 286,6 ml), susu (10 gr,

9 gr, 10 gr, 9 gr), telur (54 gr, 56 gr, 59 gr, 49 gr), dan ragi instant (4 gr, 4 gr, 4 gr,

4 gr). Bahan berupa terigu dan tepung ampas kelapa dicampur ke dalam wadah.

Bahan lainnya seperti ragi, susu bubuk, dan gula dimasukkan ke dalam wadah

yang telah terisi tepung campuran dan dicampur hingga merata. Setelah tercampur

dengan merata, garam dan mentega putih dimasukkan ke dalam wadah tersebut

dan diuleni hingga menjadi adonan yang kalis. Adonan yang telah kalis didiamkan

untuk proses fermentasi selama 30 menit. Fermentasi dilakukan dengan menutup

adonan menggunakan plastik hingga rapat agar tidak ada udara yang masuk.

Proses fermentasi dilakukan bertujuan untuk menghasilkan gas CO2 dan alkohol

agar adonan dapat mengembang secara sempurna. Setelah 30 menit, adonan yang

sudah mengembang digilas dengan rolling pin dan dicetak di dalam loyang

khusus roti tawar. Penggilasan bertujuan agar sebagian udara yang terdapat di

dalam adonan dapat keluar (Pusuma et al, 2018).


30

3.4. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan

satu faktor yaitu rasio terigu dan tepung ampas kelapa dengan empat perlakuan

dan tiga kali ulangan. Perbandingan rasio terigu dan tepung ampas kelapa dengan

penambahan sari buah naga merah yaitu :

R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah

R1 = Tepung terigu 80 % : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah

R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah

R3 = Tepung terigu60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Rerata nilai yang

didapatkan dari hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik disertai

dengan eror bars sebagai standar deviasinya.

3.5. Variabel Pengamatan

Parameter pengamatan pada penelitian ini terdiri dari analisis penilaian

organoleptik dan karakterisitk kimia roti tawar. Uji organoleptik dilakukan

terhadap produk meliputi tekstur, aroma, warna, dan rasa secara Panel Test

menggunakan uji sensoris kesukaan (hedonik). Daftar pertanyaan dilakukan

menurut Hedonic Scale Scoring dan hasilnya dinyatakan dalam angka yaitu: (5)

sangat suka, (4) suka, (3) agak suka, (2) tidak suka, (1) sangat tidak suka (Lawless

dan Heyman, 1998). Data diambil dari 30 orang panelis pada produk roti tawar

substitusi tepung ampas kelapa degan penambahan sari buah naga merah yang

dilakukan pada semua perlakuan. Analisis sifat kimia yang diamati meliputi kadar

air dengan berdasarkan AOAC (2005), kadar protein berdasarkan AOAC (2005),
31

kadar lemak berdasarkan AOAC (2005), kadar abu metode thermogravimetri

(Pusuma et al., 2018), kadar karbohidrat metode carbohydrate by difference

(Pusuma et al., 2018).

3.6. Analisis Data

Data hasil pengamatan pada penelitian dianalisis dengan menggunakan

sidik ragam. Apabila sidik ragam menunjukkan F hitung lebih besar dari F tabel,

maka dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan

95% .
32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Ragam Uji Hedonik

Rekapitulasi analisis ragam (ANOVA) produk roti tawar kaya serat yang

disubtitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan sari

buah naga merah terhadap penilaian organoleptik hedonik tekstur, rasa, warna dan

aroma disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis ragam hedonik roti tawar kaya serat


Variabel Pengamatan Analisis Ragam
Tekstur *
Rasa **
Warna tn
Aroma tn
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata (P>0.01)
* = berpengaruh nyata (P>0.05)
tn = berpengaruh tidak nyata (P<0.01)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh informasi bahwa pembuatan roti

tawar kaya serat yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa

dengan penambahan sari buah naga merah berpengaruh sangat nyata terhadap

rasa, berpengaruh nyata terhadap tekstur, namun berpengaruh tidak nyata

terhadap warna dan aroma roti tawar yang dihasilkan.

4.1.1.1. Tekstur

Hasil penelitian organoleptik hedonik tekstur produk roti tawar kaya serat

yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah disajikan pada lampiran 15a, sedangkan data hasil analisis
33

ragamnya disajikan pada lampiran 15b. Berdasarkan hasil analisis ragam

diketahui bahwa perlakuan substitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh nyata

terhadap penilaian organoleptik hedonik tekstur maka dilanjutkan uji DMRT

(Duncan Multiple Range Test) pada taraf kepercayaan 95% (𝛼 = 0.05). Adapun

analisis penerimaan tekstur produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa dan

sari buah naga merah dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rerata hedonik tekstur roti tawar


Perlakuan Rerata±SD Kategori DMRT=0,05
R0 3.53b±0.73 Suka
R1 3.80b±0.76 Suka 2=0.40
R2 4.10a±0.71 Suka 3=0.42
R3 3.50b±0.94 Suka 4=0.43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan

R2 adalah perlakuan terbaik dengan rerata kesukaan 4.10 (suka) dan menunjukkan

beda nyata dengan perlakuan lainnya (R0, R1 dam R3).

4.1.1.2. Rasa

Hasil penelitian organoleptik hedonik rasa produk roti tawar kaya serat

yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah disajikan pada lampiran 16a, sedangkan data hasil analisis

ragamnya disajikan pada lampiran 16b. Berdasarkan hasil analisis ragam

diketahui bahwa perlakuan substitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan


34

sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh sangat nyata

terhadap penilaian organoleptik hedonik rasa maka dilanjutkan uji DMRT

(Duncan Multiple Range Test) pada taraf kepercayaan 95% (𝛼 = 0.05). Adapun

analisis penerimaan rasa produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa dan sari

buah naga merah dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rerata hedonik rasa roti tawar


Perlakuan Rerata±SD Kategori DMRT=0,05
R0 3.27b±0.87 Agak suka
R1 3.73a±0.58 Suka 2=0.39
R2 4.00a±0.83 Suka 3=0.41
R3 3.77a±0.77 Suka 4=0.42
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan

R2 adalah perlakuan terbaik dengan rasa yang paling disukai oleh panelis dengan

rerata kesukaan 4.00 (suka) dan menunjukkan beda nyata dengan perlakuan R0.

4.1.1.3. Warna

Hasil penelitian organoleptik hedonik warna produk roti tawar kaya serat

yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah disajikan pada lampiran 17a, sedangkan data hasil analisis

ragamnya disajikan pada lampiran 17b. Berdasarkan hasil analisis ragam

diketahui bahwa perlakuan substitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh tidak nyata

terhadap penilaian organoleptik hedonik warna maka tidak dilanjutkan uji DMRT.
35

Adapun analisis penerimaan rasa produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa

dan sari buah naga merah dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rerata hedonik warna


Perlakuan Rerata±SD Kategori
R0 3.83 ± 0.75 Suka
R1 3.87 ± 0.63 Suka
R2 4.17 ± 0.70 Suka
R3 4.23 ± 0.97 Suka
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan R3

adalah perlakuan dengan warna yang paling disukai oleh panelis dengan rerata

kesukaan 4.23 (suka).

4.1.1.4. Aroma
Hasil penelitian organoleptik hedonik aroma produk roti tawar kaya serat

yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah disajikan pada lampiran 18a, sedangkan data hasil analisis

ragamnya disajikan pada lampiran 18b. Berdasarkan hasil analisis ragam

diketahui bahwa perlakuan substitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh tidak nyata

terhadap penilaian organoleptik hedonik aroma maka tidak dilanjutkan uji DMRT.

Adapun analisis penerimaan hedonik aroma produk roti tawar subtitusi tepung

ampas kelapa dan sari buah naga merah dapat dilihat pada tabel 8.
36

Tabel 8. Rerata hedonik Aroma


Perlakuan Rerata±SD Kategori
R0 3.70 ± 0.75 Suka
R1 3.97 ± 0.67 Suka
R2 4.10 ± 0.66 Suka
R3 3.73 ± 0.69 Suka
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan R2

adalah perlakuan dengan aroma yang paling disukai oleh panelis dengan rerata

kesukaan 4.10 (suka).

4.1.2. Analisis Ragam Uji Deskriptif

Rekapitulasi analisis ragam (ANOVA) produk roti tawar kaya serat yang

disubtitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan sari

buah naga merah terhadap penilaian organoleptik deskriptif tekstur, rasa, warna

dan aroma disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis ragam deskriptif roti tawar kaya serat


Variabel Pengamatan Analisis Ragam
Tekstur tn
Rasa *
Warna Tengah Roti **
Warna Kulit Roti **
Aroma **
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata (P>0.01)
* = berpengaruh nyata (P>0.05)
tn = berpengaruh tidak nyata (P<0.01)
Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat diperoleh informasi bahwa pembuatan

roti tawar kaya serat yang disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa

dengan penambahan sari buah naga merah berpengaruh sangat nyata terhadap
37

warna tengah dan kulit roti namun menunjukkan pengaruh yang tidak nyata

terhadap tekstur dan rasa roti.

4.1.2.1. Tekstur

Hasil penelitian deskriptif tekstur produk roti tawar kaya serat yang

disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan sari

buah naga merah disajikan pada lampiran 19a, sedangkan data hasil analisis

ragamnya disajikan pada lampiran 19b. Berdasarkan hasil analisis ragam

diketahui bahwa perlakuan substitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh tidak nyata

terhadap penilaian organoleptik deskriptif tekstur maka tidak dilanjutkan uji

DMRT. Adapun analisis penerimaan tekstur produk roti tawar subtitusi tepung

ampas kelapa dan sari buah naga merah dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rerata deskriptif tekstur roti tawar


Perlakuan Rerata±SD Kategori
R0 3.40 ± 0.97 Agak Lembut
R1 3.80 ± 0.92 Lembut
R2 3.83 ± 0.87 Lembut
R3 3.50 ± 1.14 Agak Lembut
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah
Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan

yang paling disukai oleh panelis dideskripsikan oleh panelis secara deskriptif

dengan rerata tekstur 3.83 (lembut) dan menunjukan berbeda tidak nyata pada

perlakuan yang lainnya.


38

4.1.2.2. Rasa

Hasil penelitian deskriptif rasa produk roti tawar kaya serat yang

disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan sari

buah naga merah disajikan pada lampiran 20a, sedangkan data hasil analisis

ragamnya disajikan pada lampiran 20b. Berdasarkan hasil analisis ragam

diketahui bahwa perlakuan substitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah pada produk roti tawar kaya serat berpengaruh nyata

terhadap penilaian organoleptik deskriptif rasa maka kemudian dilanjutkan

dengan uji DMRT (Duncan Range Test) Pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05).

Adapun analisis penerimaan rasa produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa

dan sari buah naga merah dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Rerata deskriptif rasa

Perlakuan Rerata±SD Kategori DMRT=0,05


b
R0 2.40 ± 0.93 Agak tawar
R1 2.73ab ± 0.94 Tawar 2=0.52
R2 2.80ab ± 1.03 Tawar 3=0.55
R3 3.10a ± 1.21 Tawar 4=0.57
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan

yang paling disukai oleh panelis dideskripsikan oleh panelis secara deskriptif

dengan rerata tekstur yang paling disukai 3.10 (agak lembut) dan menunjukan

berbeda tidak nyata pada perlakuan yang lainnya.


39

4.1.2.3. Warna Tengah Roti

Hasil penilaian organoleptik deskriptif warna tengah produk roti tawar

yang disubtitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dan sari buah naga

merah disajikan pada lampiran 21a, sedangkan data hasil analisis ragamnya

disajian pada lampiran 21b. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa

perlakuan substitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga

merah pada produk roti tawar kaya serat menunjukan berpengaruh sangat nyata

penilaian organoleptik deskriptif warna tengah roti kemudian dilanjutkan dengan

uji DMRT (Duncan Range Test) Pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05). Adapun

analisis penerimaan warna tengah produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa

dan sari buah naga merah dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Rerata kesukaan deskriptif warna tengah roti tawar kaya serat
Perlakuan Skor Kategori DMRT=0,05
R0 1.37d±0.85 Putih
R1 1.97c±0.93 Putih Kecokelatan 2=0.46
R2 3.27b±1.11 Coklat 3=0.49
a
R3 4.00 ±0.74 Merah muda 4=0.51
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan

R3 yang paling disukai oleh panelis secara dideskripsikan oleh panelis secara

deskriptif dengan rerata warna tengah roti 4.00 (merah muda) dan menunjukkan

beda nyata dengan perlakuan lainnya (R0, R1 dan R2).


40

4.1.2.4. Warna Kulit Roti

Hasil penilaian organoleptik warna kulit produk roti tawar yang disubtitusi

dengan menggunakan tepung ampas kelapa dan sari buah naga merah disajikan

pada lampiran 21a, sedangkan data hasil analisis ragamnya disajian pada lampiran

21b. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan substitusi

tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga merah pada produk roti

tawar kaya serat berpengaruh sangat nyata terhadap penilaian organoleptik

deskriptif warna kulit roti kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan

Range Test) pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05). Adapun analisis penerimaan

warna kulit produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Rerata kesukaan deskriptif warna kulit roti tawar kaya serat
Perlakuan Skor Kategori DMRT=0,05
R0 2.23b±1.01 Agak cokelat
b
R1 2.40 ±1.00 Agak cokelat 2=0.53
a
R2 4.23 ±1.17 Cokelat kekuningan 3=0.55
a
R3 4.50 ±1.04 Cokelat kemerahan 4=0.57
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan

R3 yang paling disukai oleh panelis secara hedonik dideskripsikan oleh panelis

secara deskriptif dengan rerata warna kulit roti 4.50 (cokelat kemerahan) dan

menunjukkan beda nyata dengan perlakuan R0 dan R1 namun menunjukkan beda

tidak nyata dengan perlakuan R2.


41

4.1.2.5. Aroma

Hasil penilaian organoleptik aroma produk roti tawar yang disubtitusi

dengan menggunakan tepung ampas kelapa dan sari buah naga merah disajikan

pada lampiran 23a, sedangkan data hasil analisis ragamnya disajian pada lampiran

23b. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan substitusi

tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga merah pada produk roti

tawar kaya serat berpengaruh sangat nyata terhadap penilaian organoleptik

deskriptif aroma roti kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Range

Test) pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05). Adapun analisis penerimaan aroma

produk roti tawar subtitusi tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah

naga merah dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rerata deskriptif aroma roti tawar


Perlakuan Rerata±SD Kategori DMRT=0,05
Tidak Beraroma ampas kelapa
R0 1.40c±0.67
dan sari buah naga merah
b
R1 2.47 ±1.01 Beraroma ampas kelapa 2=0.46
Beraroma ampas kelapa dan sari
R2 3.67a±1.03 3=0.49
buah naga merah
Beraroma ampas kelapa dan sari
R3 4.07a±0.83 4=0.50
buah naga merah
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
beda nyata berdasarkan uji DMRT (α=0,05) taraf kepercayaan 95%.
R0 = Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah
R1 = Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah
R2 = Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah
R3 = Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah

Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat diperoleh informasi bahwa perlakuan

R3 yang paling disukai oleh panelis secara deskriptif dideskripsikan oleh panelis

dengan rerata 4.07 (beraroma ampas kelapa dan sari buah naga merah).
42

4.1.3. Karakteristik Kimia Roti Tawar

Berdasarkan hasil uji organoleptik, maka dapat ditentukan bahwa roti

tawar yang disubtitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa dan sari buah

naga merah terpilih terdapat pada perlakuan R2 (tepung terigu 70% : 10% tepung

ampas kelapa : 20% sari buah naga merah). Pengujian kandungan kimia dilakukan

pada produk roti tawar terpilih meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar

serat kasar, kadar lemak, kadar karbohidrat yang disajikan pada Tabel 14 serta

aktivitas antioksidan yang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Karakteristik kimia roti tawar


Perlakuan
Variabel Pengamatan Hasil uji T
Kontrol (R0) Terbaik (R2)
Kadar air (%bb) 33.00±0.50 35.02±0.37 tn
Kadar abu (%bb) 0.86±0.07 1.15±0.04 *
Kadar protein (%bk) 12.31±0.10 8.45±0.11 *
Kadar serat kasar (%) 7.20±0.65 7.73±0.23 tn
Kadar Lemak (%) 3.94±0.16 4.99±0.27 tn
Kadar Karbohidrat (%) 49.91±0.58 50.39±0.37 tn
Keterangan: * = berbeda nyata; tn = berbeda tidak nyata

Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat diperoleh informasi bahwa pembuatan

roti tawar kaya serat yang disubstitusi dari tepung ampas kelapa dengan

penambahan sari buah naga merah menunjukkan beda nyata antara kadar abu dan

kadar protein roti tawar kontrol (R0) dengan terbaik (R2) namun menujukkan

beda tidak nyata terhadap kadar air, kadar serat, kadar lemak dan kadar

karbohidrat.
43

Tabel 16. Aktivitas antioksidan kimia roti tawar


Kode Konsentrasi Absorbansi % Regresi IC 50
sampel (ppm) (A) Inhibisi y = ax + b (ppm)
Blanko 0.765 0
50 0.659 13.86
Kontrol 75 0.537 29.80
y = 0.4831x-8.6252 121.352
(R0) 100 0.453 40.78
125 0.385 49.67
150 0.273 64.31
Blanko 0.824 0
20 0.689 16.38
Perlakuan 40 0.568 31.07
y = 0.7391x+0.5825 66.862
(R2) 60 0.505 38.71
80 0.286 65.29
100 0.221 73.18

𝐴.𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Keterangan : % inhibisi = ×100%
𝐴.𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜

Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat diperoleh informasi bahwa nilai IC50

kontrol (R0) lebih tinggi dari pada nilai IC50 perlakuan terbaik (R2). Hal ini

menunjukkan bahwa radikal bebas yang diberikan dari DPPH semakin berkurang

seiring dengan peningkatan konsentrasi dari larutan uji seperti data yang

ditunjukkan pada % Inhibisi. Data persen inhibisi, selanjutnya dianalisis

menggunakan persamaan regresi linier untuk mendapatkan nilai IC50 seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7.

IC50
80
Inhibisi (%)

60
y = 0.4831x - 8.6252
40 R² = 0.9909
20
0
0 50 100 150
Konsentrasi (ppm)

Gambar 6. Persamaan regrasi linear roti tawar kontrol (R0)


44

IC50
80
Inhibisi (%)

60
y = 0.7199x + 2.4361
40 R² = 0.9975

20
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (ppm)

Gambar 7. Persamaan regrasi linear roti tawar terbaik (R2)


Nilai IC50 ditentukan menggunakan persamaan regresi linier yang

diperoleh. Semakin kecil nilai IC50, maka semakin tinggi aktivitas antioksidan

suatu bahan.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu

kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya

rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan

dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan

(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat

berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan

benda penyebab rangsangan (Gusman, 2013). Pengujian organoleptik kali ini

dilakukan pada produk roti tawar yang disubstitusi dengan menggunakan tepung
45

ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga merah. Pengamatan dilakukan

terhadap tekstur, rasa, warna dan aroma roti baik secara hedonik maupun

deskriptif. Uji hedonik atau kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan

skala hedonik yang digunakan adalah skala 5 yaitu : (5) sangat suka, (4) suka, (3)

agak suka, (2) tidak suka, (1) sangat tidak suka sedangkan uji deskriptif digunakan

untuk mengidentifikasi karakteristik sensori secara spesifik.

4.2.1.1 Tekstur

Tekstur merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai

kualitas suatu produk pangan. Pengujian tekstur pada roti tawar penting dilakukan

untuk mengetahui tingkat kekerasan dari roti. Biasanya tekstur roti tergantung

dari bahan baku yang digunakan dalam pembuatannya (Melliani, 2017).

Berdasarkan Tabel 5 dan 10, perlakuan substitusi tepung ampas kelapa

dengan penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar kaya serat

memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tekstur roti tawar yang

dihasilkan baik secara hedonik maupun secara deskriptif, oleh karena itu tidak

dilakukan uji lanjut DMRT (α=0,05) dengan taraf kepercayaan 95%. Rerata

kesukaan hedonik tekstur roti tawar berada di antara 3.50-4.10 (suka) sedangkan

secara deskriptif rerata penilaian berada di antara 3.80-3.83 (lembut-lembut).

Penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar menghasilkan

tekstur roti tawar yang semakin lembut. Hal tersebut terjadi karena peningkatan

kadar air yang berasal dari sari buah naga. Penyerapan air dari sari buah naga

merah oleh granula pati yang berada di dalam gel protein selama pemanasan akan

mengakibatkan granula menjadi mengembang dan mendesak matriks protein,


46

pada saat bersamaan matriks protein kehilangan air menyebabkan gel protein

menjadi lebih padat dan kompak (Fadly et al., 2015). Namun apabila konsentrasi

tepung ampas kelapa semakin tinggi maka kelembutannya menjadi berkurang

(agak lembut). Hal tersebut diduga terjadi karena peningkatan substitusi tepung

ampas kelapa dapat mengurangi jumlah protein gluten yang terdapat dalam

adonan. Gluten menentukan elastisitas dan plastisitas adonan yang diakibatkan

terbentuknya kerangka seperti jaring-jaring yang berperan sebagai perangkap gas

hasil peragian sehingga adonan dapat mengembang (Wijayanti, 2007). Gluen

yang rendah akan mengakibatkan tekstur roti tawar yang dihasilkan tidak sebaik

roti tawar dengan perlakuan penambahan konsentrasi tepung ampas kelapa yang

lebih rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pusuma

et al. (2018) yang melaporkan bahwa penambahan tepung ampas kelapa yang

semakin tinggi akan menghasilkan roti tawar dengan tekstur yang keras.

4.2.1.2 Rasa

Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari suatu produk makanan.

Komponen yang dapat menimbulkan rasa yang diinginkan tergantung dari

senyawa penyusunnya. Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari satu

macam rasa yang terpadu sehingga menimbulkan citarasa makanan yang utuh.

Perbedaan penilaian panelis terhadap rasa dapat diartikan sebagai penerimaan

terhadap suatu citarasa yang dihasilkan oleh kombinasi bahan yang digunakan

dalam satu produk (Tarigan, 2019).

Berdasarkan Tabel 6 dan 11, perlakuan substitusi tepung ampas kelapa

dengan penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar kaya serat
47

memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap rasa roti tawar yang dihasilkan

baik secara hedonik maupun secara deskriptif, oleh karena itu tidak dilakukan uji

lanjut DMRT (α=0,05) dengan taraf kepercayaan 95%. Rerata kesukaan hedonik

rasa roti tawar berada di antara 3.77-4.00 (suka-suka) sedangkan secara deskriptif

rerata penilaian berada di antara 3.77-4.00 (tawar-tawar). Substitusi tepung ampas

kelapa dengan penambahan sari buah naga merah mempengaruhi rasa yang

dihasilkan apabila dibandingkan dengan roti tawar kontrol (R0). Perubahan rasa

antara kontrol dan perlakuan diduga diakibatkan oleh penambahan tepung ampas

kelapa sehingga mengurangi proporsi tepung terigu yang berkaitan erat dengan

kandungan karbohidrat. Kandungan karbohidrat tepung terigu yaitu 77.3% lebih

tinggi dibandingkan dengan kandungan karbohidrat tepung ampas kelapa 33.64%

(Putri, 2010). Selama proses pembuatan adonan roti tawar, karbohidrat akan

dirombak oleh yeast menjadi polimer-polimer sederhana (Andriani, 2006).

Akibatnya roti tawar control (RO) yang dihasilkan berasa agak tawar

(kecenderungan memiliki rasa manis) dibandingkan dengan roti yang mengalami

perlakuan (tidak memiliki rasa manis sama sekali). Hal tersebut sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Andeska et al. (2018) yang melaporkan bahwa

rasa roti substitusi tepung ampas kelapa sebanyak 0% memiliki rasa yang agak

manis dibandingkan dengan roti yang sudah disubstitusi dengan tepung ampas

kelapa.

4.2.1.3 Warna

Warna adalah faktor-faktor yang berpengaruh dan kadang sangat

menentukan suatu bahan pangan yang dinilai enak, bergizi, dan teksturnya sangat
48

baik, tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak enak dipandang atau

memberi kesan yang telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Parameter

ini merupakan indikator pangan yang mudah dideteksi, karena dapat dilihat secara

langsung oleh indera mata (Tarigan, 2019).

Berdasarkan Tabel 7 dan12, 13, perlakuan substitusi tepung ampas kelapa

dengan penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar kaya serat

memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap warna roti tawar yang

dihasilkan, namun memberikan pengaruh yang sangat nyata secara deskriptif,

oleh karena itu dilakukan uji lanjut DMRT (α=0,05) dengan taraf kepercayaan

95%. Rerata kesukaan hedonik warna roti tawar berada di antara 4.17-4.23 (suka).

Secara deskriptif rerata penilaian warna pada bagian tengah roti berada di antara

3.27-4.00 (cokelat-merah muda), sedangkan untuk warna bagian kulit roti berada

diantara 4.23-4.50 (coklat kekuningan- kemerahan). Semakin tinggi konsentrasi

sari buah naga yang ditambahkan maka warna roti tawar yang dihasilkan menjadi

berwarna merah. Hal tersebut terjadi karena buah naga merah mengandung

pigmen betasianin yaitu pigmen yang menghasilkan warna merah-violet (Faridah

et al., 2016). Oleh karena itu penambahan sari buah naga merah pada pembuatan

roti tawar akan menghasilkan roti yang berwarna merah. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2019) yang melaporkan bahwa

penambahan sari buah naga merah pada pembuatan donat menghasilkan donat

berwarna merah muda.


49

4.2.1.4 Aroma

Aroma merupakan suatu yang dapat diamati atau dirasakan dengan indera

pembau. Agar aroma dapat diperoleh, suatu zat dalam makanan harus dapat

menguap, sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam lemak (Tarigan, 2019).

Berdasarkan Tabel 8 dan 14, perlakuan substitusi tepung ampas kelapa

dengan penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar kaya serat

memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap hedonik aroma roti tawar yang

dihasilkan, namun memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap deskriptif

aroma, oleh karena itu dilakukan uji lanjut DMRT (α=0.05) dengan taraf

kepercayaan 95%. Rerata kesukaan hedonik aroma roti tawar berada di antara

4.10-0.66 (suka). Secara deskriptif rerata penilaian aroma berada di antara 3.67-

1.03 (beraroma tepung ampas kelapa dan sari buah naga merah). Semakin tinggi

konsentrasi tepung ampas kelapa yang disubstitusi akan menghasilkan roti tawar

aroma tepung ampas kelapa. Hal tersebut terjadi karena tepung ampas kelapa

mempunyai aroma harum yang khas yang mampu meningkatkan daya tarik untuk

mengkonsumsinya (Dini, 2013). Demikian juga dengan penambahan sari sari

buah naga merah pada pembuatan roti tawar akan menghasilkan roti tawar yang

memiliki aroma khas buah naga merah. Hal tersebut terjadi karena buah naga

mengandung senyawa alamiah yaitu kaya polifenol, alkaloid, terpenoid,

flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kabolamin, fenolik, karoten dan fitoalbumin

(Ni Ketut et al., 2015). Aroma khas buah naga ini lah yang timbul pada roti tawar

yang dihasilkan.
50

4.2.2 Karakteristik Kimia Roti Tawar Kaya Serat

4.2.2.1 Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu parameter penting untuk produk-produk

olahan makanan karena kecenderungan kerusakan pada suatu produk pangan yang

kuat dipengaruhi oleh banyaknya kandungan air di dalamnya. Roti tawar termasuk

jenis roti basah yang mudah mengalami kerusakan karena memiliki kadar air yang

tinggi (Pusuma et al., 2018). Kadar air kontrol (R0) roti tawar sebesar 33.00%

sedangkan kadar air terpilih (R2) sebesar 35.02%. Hasil penelitian menunjukkan

terjadinya peningkatan kadar air namun tidak berbeda nyata. Peningkatan kadar

air diduga dipengaruhi oleh penambahan sari buah naga merah yang tinggi akan

kadar air yang berkolerasi positif dengan peningkatan substitusi tepung ampas

kelapa. Tepung ampas kelapa mempunyai kemampuan daya serap air lima kali

lipat (Ahmed et al., 2013). Oleh karena itu di duga kandungan air dari sari buah

naga akan terserap dan terikat di dalam adonan roti tawar. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2013) melaporkan bahwa substitusi

tepung ampas kelapa terhadap pembuatan roti substitusi tepung ampas kelapa

sebanyak 20% mampu meningkatkan kadar air roti hingga 40.91%.

4.2.2.2 Kadar Abu

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan pangan.

Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara

pengabuannya. Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari

bahan organik dan air. Sisanya merupakan bahan anorganik berupa mineral yang

disebut dengan abu (Winarno, 1991). Banyaknya kadar abu suatu produk pangan
51

sangat bergantung pada besarnya kandungan mineral bahan yang digunakan

(Sudarmadji et al., 2010).

Berdasarkan hasil penelitian, kadar abu kontrol (R0) sebesar 0.86% dan

menunjukkan beda nyata dengan kadar abu terpilih (R2) sebesar 1.15%. hasil

penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan kadar abu yang diduga

diakibatkan oleh substitusi tepung ampas kelapa. Tepung ampas kelapa

mempunyai kadar abu sebesar 1.97% (Polili, 2017). Sedangkan kadar abu tepung

terigu jauh lebih rendah yaitu 0.46% (Kent, 1983). Oleh karena itu peningkatan

konsentrasi tepung ampas kelapa pada pembuatan roti tawar justru akan

menghasilkan roti tawar dengan kadar abu yang jauh lebih tinggi. Hal tersebut

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurhiyanah (2019) yang melaporkan

bahwa pembuatan brownies kukus substitusi tepung ampas kelapa dengan

formulasi kontrol (tanpa tepung ampas kelapa ) memiliki kadar abu sebesar 1,52%

meningkat menjadi 1,92% setelah disubstitusi dengan tepung apas kelapa

sebanyak 45%.

4.2.2.3 Kadar Protein

Protein merupakan zat makanan yang penting dan sangat diperlukan oleh

tubuh karena fungsinya sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan

pengatur tubuh (Winarno, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian, kadar protein kontrol (R0) sebesar 12.25%

dan menunjukkan beda nyata dengan kadar protein terpilih (R2) sebesar 8.45%.

Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan kadar protein yang diduga

diakibatkan oleh penurunan jumlah tepung terigu dalam pembuatan roti tawar
52

setelah disubstitusi dengan menggunakan tepung ampas kelapa. Tepung terigu

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung terigu berprotein tinggi (hard

wheat) dengan kandungan gluten yang tinggi, sehingga penggunaan terigu dapat

menambah kandungan protein pada roti tawar (Pusuma, 2018). Sedangkan kadar

protein tepung ampas kelapa hanya sebesar 5.79% (Putri, 2014). Oleh karena itu

penurunan jumlah tepung terigu justru akan menurunkan kadar protein roti tawar

yang dihasilkan.

4.2.2.4 Kadar Serat Kasar

Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan

bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang

memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus

manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Jadi

serat pangan merupakan bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis

oleh enzim-enzim pencernaan (Santoso, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, Terjadi peningkatan kadar serat kontrol (R0)

sebesar 7.20% namun menunjukkan beda tidak nyata dengan kadar serat terpilih

(R2) sebesar 7.73%. Peningkatan kadar serat kasar diduga dipengaruhi oleh

tepung ampas kelapa yang disubstitusi pada pembuatan roti tawar. Kadar serat

tepung ampas kelapa sebesar 15,06% (Putri, 2014). Sedangkan kadar serat tepung

terigu hanya sebesar 2.7% (Yuwono, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wardani et al. (2017) yang melaporkan bahwa cookies ubi jalar

ungu substitusi tepung ampas kelapa 20% mempunyai kadar serat sebesar 9.91%
53

lebih tinggi dibandingkan dengan cookies yang tidak disubstitusi dengan tepung

ampas kelapa sebesar 4.63%.

. 4.2.2.5 Kadar Lemak

Lemak mempunyai peran penting dalam tubuh manusia, sebab lemak

adalah sumber energi yang tinggi. Fungsi lemak sebagai berikut: (a) Melarut

vitamin A, D, E dan K dapat diserap oleh dinding usus halus, (b) Melindungi alat-

alat tubuh yang halus, (c) Memperbaiki rasa pada makanan, (d) Penyimpan tenaga

sebagai bahan penyekat yang melindungi dari rasa dingin yang merusak (Feringo,

2019).

Berdasarkan hasil penelitian, terjadi peningkatan kadar lemak. Kadar

lemak kontrol (R0) sebesar 3.94% namun menunjukkan beda tidak nyata dengan

kadar lemak terpilih (R2) dengan kadar lemak sebesar 4.99%. Peningkatan kadar

lemak dipengaruhi oleh substitusi tepung ampas kelapa pada saat pembuatan roti

tawar. Kandungan lemak tepung ampas kelapa adalah sebesar 47.68%. Semakin

tinggi kandungan lemak yang dimiliki oleh bahan pembuatan roti tawar, maka

semakin tinggi pula kandungan lemak yang dihasilkan oleh produk akhirnya

(Pusuma, 2018). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani et

al. (2017) yang melaporkan bahwa kadar lemak cookies ubi jalar ungu substitusi

tepung ampas kelapa sebanyak 20% sebesar 47.23% mengalami peningkatan

dibandingkan dengan cookies ubi jalar yang tidak disubstitusi dengan tepung

ampas kelapa sebesar 45.64%.


54

4.2.2.6 Kadar Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi tubuh manusia. Selain

itu karbohidrat memiliki peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan

makanan, seperti rasa, warna, tekstur dan lain-lain (Pusuma, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian, kadar karbohidrat kontrol (R0) sebesar

49.91% dan menunjukkan beda tidak nyata dengan kadar karbohidrat perlakuan

terbaik (R2) sebesar 50.39%. Kadar karbohidrat yang didapat merupakan hasil

perhitungan dengan metode carbohydrate by difference (Apriyantono, 1989).

Oleh karena itu kadar karbohidrat sangat dipengaruhi ole kadar air, kadar abu,

kadar lemak dan kadar protein suatu bahan.

4.2.2.7 Aktivitas Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi

bahan pangan melalui perlambatan kerusakan, ketengikan atau perubahan warna

yang disebabkan oleh oksidasi. Antioksidan mampu bertindak sebagai

penyumbang radikal hidrogen atau dapat bertindak sebagai akseptor radikal bebas

sehingga dapat menunda tahap inisiasi pembentukan radikal bebas (Windono et

al., 2001). Penentuan aktvitas antioksidan pada penelitian ini dilakukan dengan

metode IC50. Sifat aktivitas antioksidan dengan metode ini diantaranya 50 ppm<

(sangat kuat), 50 ppm-100 ppm (kuat), 100 ppm-150 ppm (sedang), 150 ppm-200

ppm (lemah) (molyneux, 2004). Berdasarkan hasil penelitian nilai IC50 roti tawar

kontrol (R0) sebesar 121.35 ppm (sifat antioksidan sedang) sedangkan nilai IC50

roti tawar terpilih sebesar 66.86 ppm (sifat antioksidan kuat). Perbedaan nilai

IC50 ini dapat disebabkan oleh jumlah antioksidan yang terkandung didalam roti
55

tawar yang mengalami perlakuan penambahan sari buah naga merah.

Widianingsih (2017) melaporkan bahwa sari buah naga merah mempunyai

aktivitas antioksidan sebesar 67,45 ppm (kuat). Oleh karena itu diduga

penambahan sari buah naga merah pada pembuatan roti tawar akan menghasilkan

aktivitas antioksidan yang kuat.


56

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Subtitusi tepung terigu menggunakan tepung ampas kelapa dengan penambahan

sari buah naga merah tmemberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

karakteristik organoleptik hedonik rasa, memberikan pengaruh yang nyata

terhadap karakteristik organoleptik hedonik tekstur, namun memberikan

pengaruh yang tidak nyata terhadap karakteristik organoleptik hedonik warna

dan aroma dari roti tawar. Perlakuan R2 (Tepung terigu 70% : 10% tepung

ampas kelapa : 20% sari buah naga merah) adalah perlakuan terbaik dengan

rerata kesukaan hedonik tekstur 4.10 (suka), rasa 4.00 (suka), warna 4.17

(suka) dan aroma 4.10 (suka)

2. Karakteristik kimia dari roti tawar kaya serat yang disubtitusi menggunakan

tepung ampas kelapa dengan penambahan sari buah naga merah pada

perlakuan R2 meliputi kadar air 35.02%, kadar abu 1.15%, kadar protein

8.45%, kadar serat kasar 7.23%, kadar lemak 4.99%, kadar karbohidrat 50.39%

dan aktivitas antioksidan 66.07 ppm (kuat).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, substitusi tepung ampas kelapa sebanyak

10% tidak mampu menghasilkan kadar serat roti tawar yang tinggi. Peningkatan

konsentrasi tepung ampas kelapa diatas 10% justru menghasilkan roti tawar

dengan organoleptik dan karakteristik kimia yang kurang baik, oleh karena itu
57

perlu digunakan bahan lain yang kaya serat yang potensial digunakan untuk

mensubstitusi sebagian dari tepung terigu.


58

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Sarmidi., 2009. Cocopreneurship Aneka Peluang Bisnis Dari Kelapa,Yoky


akarta : Penerbit Andi.

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Cetakan Keempat . Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.

Astawan, I.R., 2006. In Vitro Antioxidant Activity Of Anthocyanins Of Black


Soybean Seed Coat In Human Low Density Lipoprotein (LDL). Journal
Food Chem. 122: 659-663.

Astuti. 2011. Kadar Abu. http://astutipage.wordpress.com/tag/kadar-abu/. Diakses


Pada Tanggal 13 Oktober 2018: Makassar.

Andeska, R., Yusmarin., Efendi, R. 2018. Pemanfaatan Biji Nangka Dan Tepung
Ampas Kelapa Sebagai Bahan Pensubstitusi Terigu Dalam Pembuatan Roti
Manis. JOM UR 5(2).

Bramtarades IGPB, Putra INK, Puspawati NN, Nocianitri KA dan Wiadnyani


AAIS. 2013. Formulasi Terigu dan Tepung Keladi pada Pembuatan Roti
Tawar.Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 2 (1): 1-10.

Br Tarigan, S M. 2019. Pengaruh Penambahan Sari Buah Naga (Hylocereus


Polyrhizus) Terhadap Daya Terima Donat.
Budianto, A. K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM. Pers. Malang.

Balasubramanian. Dalam. Rindengan Barlina. 2015. Potensi Kelapa Sebagai Sumber


Gizi Alternatif untuk Mengatasi Rawan Pangan. Buletin Palma No. 32, Juni
2007.

Deni., A.P., Yhulia., P., dan Miftahul., C. 2018. Karakteristik roti tawar kaya serat
yang disubstitusi menggunakan tepung ampas kelapa. Jurnal Agroteknologi
Vol. 12 No. 01.

Dini, R.Z. 2013. Pengaruh Substitusi Tepung Ampas Kelapa terhadap Nilai
Indeks Glikemik, Beban Glikemik, dan Tingkat Kesukaan Roti Manis.
Skripsi. Universitas Diponogoro. Semarang.
59

Faridah, A., Holinesti, R., & Syukri, D. 2016. Identifikasi pigmen betasianin dari
kulit buah naga merah (hylocereus polyrhizus). Jurnal Rekapangan, 11(2),
1-11.
Fauzan M, Rustanti N. 2013. sPengaruh Substitusi Tepung Ampas Kelapa
Terhadap Kandungan Gizi, Serat Danvolume Pengembangan Roti (Doctoral
Dissertation, Diponegoro University).
Feringo, T. 2019. Analisis Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Abu Tak Larut Asam
dan Kadar Lemak pada Makanan Ringan di Balai Riset dan Standarisasi
Industri Medan.
Fran, K., Donald, E and James, G. 2000. Research trends in healthful foods.
Journal Food Technology. 54 (10): 45–52.

Gusman, I. 2013. Pengujian Organoleptik. Program Studi Teknologi Pangan.


Universitas Muhammadiyah Semarang.
Hasan, Irma. 2018. Pengaruh Perbandingan Tepung Ampas Kelapa dengan
Tepung Terigu Terhadap Mutu Brownies. Agriculture Technologi Journal 1
(1): 60- 67.

Herdianti. N., Endah. B. P. 2018. Efek Antioksidan Ekstrak Buah Naga Merah
(Hylosereus Polyrhizus) Terhadap Makrofag Alveolar Tikus Yang Dipapar
Asap Rokok. Conference on Innovation and Application of Science and
Technology (CIASTECH 2018). Universitas Widyagama Malang, 12
September 2018. ISSN Cetak : 2622-1276 ISSN Online : 2622-1284.

Halalguide.Info. 2008. Carbohydhate Chemistry For Food Scientistc, USA;


Eagan Press.

Hermayanti, Yeni,G . Eli . 2006. Modul Analisa Proksimat. Padang : SMAK 3


Padang.

Kristanto. Dalam Susanti Arba., dan Ekdha Sampepana. 2017. Pengaruh Masa
Simpan Buah Terhadap Kualitas Sari Buah Naga Merah. (Hylocereus
Polyrhizus). Jurnal Riset Teknologi Industri. Vol.11 No.2.
Koswara, S. 2009. Teknologi pengolahan roti. Http://www.ebookpangan.com
[Diakses tanggal 28 Februari 2018].
Kailaku, Sari Intan, Ira Mulyawanti K.T.D., dan Andi N.A. 2012. Potensi Tepung
Kelapa Dari Ampas Industri Pengolahan Kelapa. [Prosiding] Seminar
Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen Untuk Pengembangan Industri
Berbasis Pertamina. 669-678.
60

Melliani, J. I. 2017. Pengawasan Mutu Kerenyahan Wafer Keju Di PT Kaldu Sari


Nabati Indonesia Rancaekek.
Nurhiyanah N. 2019. Substitusi Tepung Ampas Kelapa Dalam Pembuatan
Brownies Kukus Terhadap Sifat Organoleptik Dan Nilai Gizi (Doctoral
dissertation, Universitas Binawan).
Ni Ketut Meidayanti, Putri., I. Wayan Gede Gunawan, dan I. Wayan Suarsa.
2015.Aktivitas antioksidan antosianin dalam ekstrak etanol kulit buah naga
super merah (hylocereus costaricensis) dan analisis kadar totalnya." Jurnal
Kimia (Journal of Chemistry).
Polii, F F. 2017. Pengaruh Substitusi Tepung Kelapa Terhadap Kandungan Gizi
dan Sifat Organoleptik Kue Kering. Buletin Palma 18 (2): 91-98.
Putri, M. 2010. Kandungan Gizi dan Sifat Fisik Tepung Ampas Kelapa sebagai
Bahan Pangan Sumber Serat. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Semaran.
Putri M F. 2014. Kandungan gizi dan sifat fisik tepung ampas kelapa sebagai
bahan pangan sumber serat. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Teknobuga. 1(1).
Pusuma, D. A., Praptiningsih, Y., & Choiron, M. 2018. Karakteristik roti tawar
kaya serat yang disubstitusi menggunakan tepung ampas kelapa. Jurnal
Agroteknologi, 12(01), 29-42.
Saadah. Dalam Susanti Arba., dan Ekdha Sampepana. 2017. Pengaruh Masa
Simpan Buah Terhadap Kualitas Sari Buah Naga Merah. (Hylocereus
Polyrhizus). Jurnal Riset Teknologi Industri. Vol.11 No.2.

Santoso, I. A. 2011. Serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi


kesehatan. Magistra, 23(75), 35.
Soebroto. Dalam Yulvianti Meri., Widya Ernayati., Tarsono., M. Alfian. 2015.
Pemanfaatan ampas kelapasebagai bahan baku tepung kelapa tinggi serat
dengan metode Freeze Drting. Jurnal Integrasi Proses Vol. 5, No. 2. 101 –
107.

Sudarmaji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sutomo, B . 2008. Sukses Wirausaha Kue Kering. Jakarta: Kriya Pustaka.

Sunaryo, S., B. 1985. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty ; Yogyakarta.

Syarfaini. 2012. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Alauddin Press: Makassar.


61

Listiyarini. 2016. Karakteristik Roti Tawar Kaya Serat Yang Disubtitusi


Menggunakan Tepung Ampas Kelapa. Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 01
(2018).

Listiyarini,T. 2016. Naik ke peringkat 2 dunia impor gandum RI capai 8,1 juta
ton. http://www.beritasatu.com/ekonomi/337 466-naik-ke-peringkat-dua-
duniaimporgandum-ri-capai-81-juta-ton.html

Mudjajanto dan Yulianti. Dalam Pusuma Deni Antara., Yhulia Praptiningsih.,


Miftahul Choiron. 2018. Katakteristik Roti Tawar Kaya Serat yang
Disubtitusi Menggunakan Tepung Ampas Kelapa. Karakteristik Roti Tawar
Kaya Serat yang Disubstitusi... Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 01.

Mudjajanto, S.E., dan L.N. Yulianti 2004. Membuat Aneka Roti Penerbit
Swadaya; Jakarta.

Meddiati Fajri Putri. 2014. Kandungan Gizi dan Sifat Fisik Tepung Ampas
Kelapa Sebagai Bahan Pangan Sumber Serat. TEKNOBUGA Volume 1
No.1 – Juni 2014.

Mulyono, 2000. Metode analisis proksimat. Jakarta: Erlangga.

Muchtadi, D. 1992. Petunjuk Laboratorium Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Pusat


Antar Universitas, Pangan dan Gizi IPB, Bogor. 216 pp.

Nur’aini, A. 2011. “Aplikasi Millet (Pennisetum Spp) Merah dan Millet Kuning
sebagai Substitusi Terigu dalam Pembuatan Roti Tawar : Evaluasi Sifat
Sensoris dan Fisikokimia”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Novita, R., Eviza, A., Husni, J dan Putri SK. 2017. Analisis Organoleptik Formula
Minuman Kahwa Daun Mix. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 21 (01):
59-64.
Pusuma. D. A., Yhulia. P., dan Muftahul. C. 2018.Karakteristik Roti Tawar Kaya
Serat Yang Disubtitusi Menggunakan Tepung Ampas Kelapa. Jurnal
Agrpteknologi Vol. 12 No. 01 (2018).

Pertiwi WA. 2014. Pengaruh pemberian jus buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) terhadap kadar HDL pria dislipidemia. Journal of Nutrition
College 3(4):762-769.

Partomo. 2008. Superioritas Jambu Biji dan Buah Naga. http://www.unika.ac.id/p


asca/pmpt/?p=5
62

Putri. M. F. 2010. “Kandungan Gizi dan Sifat Fisik Tepung Ampas Kelapa
sebagai Bahan Pangan Sumber Serat”. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Semarang, Semarang.

Pareira FMM. 2010. Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus
undatus H.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus
norvegicus) [Skripsi]. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Rifkhan, Negara JK, Sio AK, Arifin M, Oktaviana AY, Wihansah RRS dan Yusuf
M. 2016. Aspek Mikrobiologis serta Sensori (Rasa, Warna, Tekstur, Aroma)
Pada Dua Bentuk Penyajian Keju yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 4(2): 289-290.

Rindengan, B.,Kembuan dan A. Lay. 2004. Pemanfaatan Ampas Kelapa Untuk


Bahan Makanan Rendah Kalori. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 3(2):
56-63.

Septiani Rousmaliana. 2019. Identifikasi Tepung Ampas Kelapa Terhadap Kadar


Proksimat Menggunakan Metode Pengeringan Oven.

Sunaryo, S., B. 1985. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian
Liberty; Yogyakarta.

Supriatna, Dadang, et al. 2012. Kajian Pemanfaatan Ampas Kelapa Hasil Samping
Pembuatan VCO untuk Produk Tepung Kelapa (Coconut Flour) Berserat
Tinggi. Laporan Akhir. Balai Besar Industri Agro, Bogor.

Tarigan, S M. 2019. Pengaruh Penambahan Sari Buah Naga (Hylocereus


Polyrhizus) Terhadap Daya Terima Donat.
Wardani E N, Sugitha I M, Pratiwi I D. 2017. Pemanfaatan Ampas Kelapa
Sebagai Bahan Pangan Sumber Serat Dalam Pembuatan Cookies Ubi Jalar
Ungu (Utilization of Coconut Pulp as fiber source in Purple Sweet Potato
Cookies). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan (ITEPA). 5(2):162-70.
Wijayanti, 2007. “Substitusi Tepung Gandum (Triticum aestivum) dengan Tepung
Garut (Maranta arundinaceae L) pada Pembuatan Roti Tawar”. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wijayanti, 2016. Katakteristik Roti Tawar Kaya Serat yang Disubtitusi
Menggunakan Tepung Ampas Kelapa. Karakteristik Roti Tawar Kaya Serat
yang Disubstitusi... Jurnal Agroteknologi Vol. 12 No. 01.
63

Widyaningsih ,R dan Murtini. 2006). Pemanfaatan Pati Ubi Jalar Sebagai


Substitusi Terigu Dalam Pembuatan Roti manis. Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gamedia Utama.

Wijayanti, Y.R. 2007. Substitusi tepung kacang dengan tepung pada pembuatan
selai roti tawar. UGM. Yogyakarta.

Wardani, K dan Wardani, R.2014. Eksplorasi Potensi Kedelai Hitam Untuk


Produksi Minuman Fungsional Sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(4): 58-67.

Widianingsih, M. 2017. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol buah naga merah


(Hylocereus polyrhizus (FAC Weber) Britton & Rose) hasil maserasi dan
dipekatkan dengan kering angin. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan
Kesehatan, 3(2), 146-150.
Yayath, R. 2009. Pembuatan dan Optimasi Formula Roti Tawar dan Roti Manis
Skala Kecil. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Yuvlianti. 2018. Subtitusi Tepung Ampas Kelapa Dalam Pembuatan Brownis


Kukus Terhadap Terhadap Sifat Organoleptik Dan Nilai Gizi. J.Gipas,
November 2019, Volume 3 Nomor 2 ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465.

Yuwono, S. S., & Waziiroh, E. (2019). Teknologi Pengolahan Tepung Terigu dan
Olahannya di Industri. Universitas Brawijaya Press.
64

Lampiran 1. Dena Penelitian

R0 (1) R1(2) R2(3)


R2 (2) R3 (3) R1 (1)
R3 (1) R0 (2) R3 (2)
R1 (3) R2 (1) R0 (3)

R0 Tepung terigu 100% : 0% tepung ampas kelapa : 0% sari buah naga merah

R1 Tepung terigu 80% : 5% tepung ampas kelapa : 15% sari buah naga merah

R2 Tepung terigu 70% : 10% tepung ampas kelapa : 20% sari buah naga merah

R3 Tepung terigu 60% : 15% tepung ampas kelapa : 25% sari buah naga merah
65

Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Ampas Kelapa (Pusuma et al,


2018)

Kelapa

Pengupasan

Air bersih Pencucian Air kotor


Pengepresan

Pemarutan

Pengepresan

Pengeringan Oven 600 C


selama 24 jam

penggilingan

Untuk
Pengayakan 60 me mendapatkan
sh tepung ampas
kelapa

Tepung Ampas Kelapa


66

Lampiran 3. Diagram Alir Peneliti (Modifikasi)

Tepung ampas
kelapa

Sari buah
naga merah pencampuran Tanpa
sesuai pencampuran
perlakuan

Roti tawar ampas kelapa Roti tawar ampas kelapa

Karakteristik sensorik

( warna, aroma, rasa dan tekstur)

Hasil terbaik

Karakteristik Kimia

- Kadar air
- Kadar abu
- Kadar protein
- Kadar lemak
- Kadar karbohidrat
- Serat kasar
- Antioksidan
67

Lampiran 4. Diagram Alir Pembuatan sari buah naga merah

Buah Naga Merah

Pengupasan kulit

Pengecilan ukuran

Penghalusan
Air 1:1

Penyaringan

Sari Buah
Naga Merah
68

Lampirn 5. Diagram Alir Pembuatan Roti Tawar Ampas Kelapa

(Pusuma, 2008)

Tepung ampas kelapa, telur,


terigu, air, garam, gula, ragi,
mentega, susu.

Pencampuran (mixer 30
menit)

pengocokan

Adonan yang telah kalis difermentasi


selama 30 menit sampai mengembang
(menghasilkan gas Co2)

Penggilasan dengan rolling pin

Diamkan kembali dengan


suhu kamar (90 menit)

Penuangan dalam cetakan

Pemanggangan 160℃
Selama 40 menit

Roti tawar
69

Lampiran 6. Uji Hedonik

Nama produk : Roti Tawar Ampas Kelapa


Nama panelis :.......................................
Hari /tanggal uji :.......................................

Petunjuk : Cicipilah sampel roti tawar dengan kode yang tersedia. Nyatakan
penilaian anda dan tigkat kesuakaan anda terhadap sifat organoleptik
yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur dengan menuliskan skor
pada tabel dibawah ini. Setiap selesai satu sampel, netralkan indera
pengecap dengan minum air.
.

Uji Organoleptik
No Sampel
Aroma Tekstur Rasa Warna
1 811
2 834
3 355
4 629
Jumlah
Rata-rata

Keterangan: 5. Sangat Suka


4. Suka
2. Agak Suka
2. Tidak Suka
1. Sangat Tidak Suka
70

Lampiran 7. Uji Deskriptif


Nama produk : Roti Tawar Ampas Kelapa
Nama panelis :.......................................
Hari /tanggal uji :.......................................

Petunjuk : Cicipilah sampel roti tawar dengan kode yang tersedia. Nyatakan
penilaian anda dan tigkat kesuakaan anda terhadap sifat organoleptik
yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur dengan menuliskan skor
pada tabel dibawah ini. Setiap selesai satu sampel, netralkan indera
pengecap dengan minum air.

No Aroma Tekstur Rasa Warna


Tengah roti Kulit roti
Tidak beraroma
Sangat tidak Sangat Putih
1 ampas kelapa dan sari Putih
lembut tawar Kecokelatan
buah naga merah
Beraroma ampas Agak Putih
2 Tidak lembut Agak coklat
kelapa tawar Kecoklatan
Aroma ampas kelapa
3 dan sari buah naga Agak lembut Tawar Cokelat Cokelat
merah lemah
Beraroma ampas
Agak Merah Cokelat
4 kelapa dan sari buah Lembut
manis muda pekat
naga merah
Cokelat
Sangat beraroma
5 Sangat lembut Manis Merah kemerah-
ampas kelapa
merahan

Uji Organoleptik
No Sampel
Aroma Tekstur Rasa Warna
1 811
2 834
3 355
4 629
5 Jumlah
6 Rata-rata
71

Lampiran 8. Analisis Kadar air (AOAC, 2005)

Cawan petri dibersihkan dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 105˚C

lalu didinginkan dalam desikator. Kemudian ditimbang sebagai bobot kosong.

Perlakuan ini diulang sampai memperoleh bobot konstan. Selanjutnya menimbang

sampel sebanyak 5 g dalam cawan porselin dan dinyatakan sebagai bobot awal.

Sampel dalam cawan dikeringkan dalam oven dengan suhu 105˚C selama 3-5 jam.

Setelah proses pengeringan cawan berisi sampel dikeluarkan dalam oven dan

didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai

diperoleh bobot tetap (selisih dua penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg),

pengurangan bobot merupakan banyaknya air dalam bahan.

Perhitungan :
𝑊2−𝑊3
Kadar air (%) = 𝑊2−𝑊1 x 100%

Keterangan W1 = bobot cawan kosong

W2 = bobot cawan+ sampel

W3 = bobot cawan + sampel setela dioven


72

Lampiran 9. Analisis Kadar abu (Deni Antra Pusuma et al., 2018)

Sampel sebanyak 5 gram ditempatkan pada cawan porselin yang telah

diketahui beratnya. Sampel dioven pada suhu 105˚C hingga dipoeroleh bahan

kering, kemudian dipijarkan dalam tanur pada suhu 600˚C selama 6 jam kemudian

didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang hingga diperoleh berat tetap.

Kadar abu dihitung dengan rumus:


𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu (%) = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(%) x 100 %
73

Lampiran 10. Analisis kadar protein (Metode Biuret, AOAC, 2005)

Penyiapam Reagen dan larutan Standar

Reagen Biuret dibuat dengan cara menimbang 0,75 g CuSO4, 5H2O ; 3,0 g

NaKC4O6.6H2O dan dilarutkan dalam 250 ml aquades dalam labu takar 500 mL,

kemudian ditambahkan 150 mL NaOH 10% sambil diaduk dan akhirnya

ditambahn aquades sampai volumenya 500 mL.

Pembuatan Larutan Standar Protein

Pembuatan larutan standar dilakukan dengan cara menimbang 90 mg BSA

(Bovine Serum Albumin), dilarutkan dalam 25 mL aquades dan ditambahkan 1

tetes NaOH 3% dan aquades hingga diperoleh larutan protein induk 3600 ppm.

Pembuatan Kurva Standar

Larutan standar dipipet 0.2, 0.4, 0.6, 0.8 dan 0.8 mL ke dalam

masingmasing tabung reaksi lalu diencerkan dengan aquades hingga 6 mL dan

ditambahkan 6 mL reagen biuret kedalam masing-masing tabung, lalu didiamkan

selama 30 menit pada suhu kamar. Selanjutnya diukur pada panjang gelombang

maksimum. Blanko yang digunakan adalah campuran 6 mL air dan 6 mL reagen

biuret.

Penyiapan Kurva Standar dan Sampel

Pembuatan larutan protein: timbang 2 g sampel kemudian dilarutkan

dengan 20 mL aquades setelah itu disentrifus delama 30 menit. Setelah

disentrifus, tabung sentrifus dimasukkan ke dalam air es dan didinginkan selama ±

20 menit. Filtrat 39 sampel dipipet 1 mL ditambahkan 5 mL aquades dan 6 mL


74

reagen biuret dan didiamkan selama ± 30 menit kemudian diukur kadar protein

sampel.

Berdasarkan kurva standar diperoleh persamaan regresi :

y = ax+b

keterangan : y = absorbansi sampel

x = konsentrasi sampel (mg/L)

penentuan bobot protein (mg) = konsentrasi sampel (mg/L) x fp*x V sampel (L)

keterangan : fp = faktor pengenceran

v = volume (L)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
Kadar protein (%) = X 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
Kadar protein (%Ik) = X % protein (bb)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
75

Lampiran 11. Analisis Kadar Lemak (AOAC, 2005)

Lemak dihitung dengan metode soxhlet. Sampel ditimbang sebanyak 2-3

gram, dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring kemudian ditutup dengan

kapas bebas lemak. Kertas saring yang berisih sampel dimasukkan ke dalam alat

soxhlet kemudian alat kondensor di atas dan labu di bawahnya. Pelarut heksan

atau petroleum benzene dituang ke dalam labu 100 mL dan dilakukan reflux

sampai pelarut yang turun kelab lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di labu

lemak didesikator dan ditampung. Kemudian labu lemak yang berisi hasil

ekstraksi dipanaskan dalam oven dengan suhu 105˚C. Hasil ekstraksi dikeringkan

sampai bobot tetap dan didinginkan dalam desikator. Labu ditimbang. Berat

lemak dapat dihitung dengan rumus :

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% lemak = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚) X 100%
76

Lampiran 12. Analisis Kadar karbohidrat (Apriyanto, 1989)

Perhitungan kadar karbohidrat dilakukan dengan cara by difference dengan

persamaan sebagai berikut :

Kadar karbohidrat (%) = 100% - (KA + A + L + P)

Keterangan :

KA = kadar air (%)

A = kadar abu (%)

L = kadar lemak (%)

P = kadar protein (%)


77

Lampiran 13. Analisis Kadar serat kasar (Deni Antra Pusuma et al, 2018)

Analisa Kadar Serat Kasar (AOAC, 2005) Sampel dalam bentuk halus ditimbang

sebanyak 1 g dan dimasukkan dalam Erlenmeyer 500 ml. kemudian ditambahkan

asam sulfat 0.325 N sebanyak 100 ml. Setelah itu campuran sampel dan asam

sulfat direfluks selama 30 menit, kemudian disaring. Larutan yang telah disaring

ditambahkan aquades hingga pH netral. Kemudian sampel ditambahkan NaOH

1.25 N sebanyak 50 ml, dan direfluks lagi 30 menit. Setelah 30 menit, sampel

diangkat dan didinginkan.

Sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman. Residu

yang tertinggal dikertas whatman dicuci dengan 25 ml aquades, dicuci kembali

menggunakan ethanol 95% sebanyak 20 ml. Pencucian terakhir menggunakan

K2SO4 10% sebanyak 25 ml. residu dalam kertas saring kemudian dikeringkan

dalam oven suhu 1050C selama 2 jam. Sampel selanjutnya dimasukkan dalam

desikator 15 menit dan ditimbang. Pengeringan dan penimbangan dilakukan

hingga mencapai bobot konstan. Kadar serat (%) = bobot residu kering (g) bobot

sampel (g) × 100%.

Kadar serat (%) = bobot residu kering (g) bobot sampel (g) × 100%
78

Lampiran 14. Analisis kadar antioksidan metode DPPH (AOAC, 2005)

Metode ini menggunakan radikal bebas DPPH (2,2-difenil- 1 –

pikrilhidrazil). Radikal bebas DPPH dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat

mendonorkan atom hidrogen. Adapun prinsip uji metode ini adalah penangkap

radikal bebas yang menyebabkan elektron bebas menjadi berpasangan dan

mengakibatkan pemudaran warna ungu (Wijayanti, 2016).

Prinsip metode DPPH adalah radikal bebas yang stabil pada suhu ruang

sehingga digunakan pada analisis ini. DPPH akan menerima elektron atau radikal

hydrogen sehingga membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi

antioksidan dengan DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH

(Yenrina, 2015; Triastini, 2018). Adapun prosedur uji antioksidan menggunakan

metode DPPH adalah sebagai berikut:

1. Siapkan larutan DPPH dalam metanol dengan konsentrasi 2x10-4 M

2. Buat serangkaian larutan sampel dari ketiga fraksi ekstrak dengan variasi

konsentrasi menggunakan pelarut methanol

3. Tambahkan 2 ml larutan DPPH dari masing-masing larutan, sehingga diperoleh

seangkaian larutan dengan konentrasi yang berbeda.

4. Diamkan selama 30 menit (dihitung setelah penambahan larutan DPPH),

kemudian ukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm

5. Gunakan data absorbansi yang diperoleh untuk menentukan % inhibisi atau

aktivitas antioksidan.

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


= X 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
79

6. Dari kurva % inhibisi versus konsentrasi sampel dapat diperoleh nlai IC50

ekstrak dengan analisis statistic menggunakan regresi linear.


80

Lampiran Uji Hedonik

Lampiran 15a. Hedonik tekstur

Sampel Ulangan
Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
R0 3 4 4 4 4 4 2 2 5 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 106 3,53
R1 3 5 4 3 2 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 114 3,80
R2 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 3 4 5 4 4 3 3 5 3 4 5 4 3 5 4 4 4 5 5 5 123 4,10
R3 4 3 3 5 4 2 2 2 3 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 5 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 105 3,50

Lampiran 15b. Hedonik Tekstur

F. Tabel
SK F. Hitung
DB JK KT 0,05 0,01
Perlakuan 3 7,00 2,33
3,74* 2,68 3,96
Galat 116 72,46 0,62
Total 119 79,46
Keterangan * = Berpengaruh nyata KK = 21,17%
81

Lampiran 16a. Hedonik Rasa

Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 2 5 3 3 3 4 1 3 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 2 3 4 98 3,27
R1 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 5 112 3,73
R2 4 4 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 5 4 4 3 3 4 3 5 4 3 5 4 2 5 4 5 5 120 4,00
R3 4 4 4 4 5 3 2 3 4 3 3 4 4 5 4 4 3 4 3 5 5 3 3 4 3 4 4 3 4 5 113 3,77

Lampiran 16b. Hedonik Rasa

SK F. F. Tabel
DB JK KT Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 8,49 2,83
4,75** 2,68 3,96
Galat 116 69,10 0,59
Total 119 77,59
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata KK =20,90%
82

Lampiran 17a. Hedonik Warna

Ulangan
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 3 5 4 3 3 5 2 4 4 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 115 3,83
R1 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 5 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 5 116 3,87
R2 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 3 4 3 5 4 3 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 125 4,17
R3 5 5 4 5 5 4 5 3 5 3 5 5 5 5 2 3 2 4 3 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 4 127 4,23

Lampiran 17b. Hedonik Warna

F. table
SK F.
DB JK KT Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 3,75 1,25
2.10 tn 2,68 3,96
Galat 116 69,16 0,59
Total 119 72,92
Keterangan tn = berpengaruh tidak nyata KK = 19,18%
83

Lampiran 18a. Hedonik Aroma

ulangan
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 3 5 4 4 3 3 3 5 5 4 3 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4 4 4 3 4 4 111 3,70
R1 3 4 4 4 3 5 3 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 119 3,97
R2 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 5 3 4 4 4 3 123 4,10
R3 4 4 3 4 4 5 3 4 3 3 4 5 5 4 3 3 3 4 3 5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 112 3,73

Lampiran 18b. Hedonik Aroma

SK F. table
DB JK KT F. Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 2,55 0,85
1,69 tn 2,683 3,956
Galat 116 58,56 0,50
Total 119 61,12
Keterangan tn = Berpengaruh tidak nyata KK = 18,33%

Lampiran Uji Deskriptif


84

Lampiran 19a. Deskriptif Tekstur

sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 3 5 1 3 4 4 2 2 5 3 2 4 4 3 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 5 3 4 3 102 3,40
R1 3 5 3 3 2 5 3 4 5 4 5 4 5 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 5 5 114 3,80
R2 4 4 3 3 4 5 3 4 5 3 2 5 5 4 5 3 3 4 3 3 3 4 3 5 4 4 5 4 5 3 115 3,83
R3 4 4 1 3 4 4 2 2 5 4 3 5 4 4 5 4 1 2 2 5 4 3 3 4 3 3 4 4 4 5 105 3,50

Lampiran 19b. Deskriptif Tekstur

F.tabel
SK
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 4,20 1,40
1,45tn 2,68 3,96
Galat 116 111,66 0,96
Total 119 115,86
Keterangan tn = Berpengaruh tidak nyata KK = 27,00%

Lampiran 20a. Deskriptif Rasa


85

Sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 3 1 1 2 3 1 3 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 1 3 4 2 3 4 1 1 3 3 2 3 3 72 2,40
R1 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 1 3 4 1 2 4 3 3 3 3 1 1 4 3 2 4 2 82 2,73
R2 3 3 3 2 5 3 2 4 3 3 4 3 3 1 3 3 1 3 3 2 3 4 3 1 1 1 3 4 4 3 84 2,80
R3 4 3 4 2 5 3 1 2 3 3 4 3 3 1 3 3 4 4 3 5 3 4 1 1 1 4 3 5 4 4 93 3,10

Lampiran 20b. deskriptif Rasa

F.tabel
SK
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 7,40 2,46
2,31 tn 2,68 3,96
Galat 116 124,06 1,06
Total 119 131,46
Keterangan tn = Berpengaruh tidak nyata KK = 37,38%

Lampiran 21a. Deskriptif Warna Tengah Roti


86

Sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 2 1 1 2 3 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 41 1,37
R1 3 1 2 2 4 2 3 4 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 59 1,97
R2 5 2 4 2 5 4 3 4 4 4 1 4 4 4 2 4 3 2 4 2 4 4 1 4 3 4 4 3 2 2 98 3,27
R3 5 3 4 2 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120 4,00

Lampiran 21b. Deskriptif Warna Tengah Roti

F. table
SK
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 129,50 43,16
51.20 ** 2,68 3,96
Galat 116 97,80 0,84
Total 119 227,30
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata KK = 34,64%

Lampiran 22a. Deskriptif Warna Kulit Roti

Sampel Ulangan
87

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 2 2 1 3 1 2 3 4 3 4 3 2 1 3 1 1 2 2 2 4 2 4 1 3 2 2 2 1 3 1 67 2,23
R1 3 1 2 3 2 1 3 4 5 4 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 1 3 3 1 2 3 2 1 72 2,40
R2 5 4 3 3 4 4 5 4 5 4 2 5 4 5 5 5 5 5 5 2 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 127 4,23
R3 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 2 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 135 4,50

Lampiran 22b. Deskriptif Warna Kulit Roti

SK F. table
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakun 3 133,13 44,37 41.27 ** 2,68 3,96
Galat 116 124,73 1,07
Total 119 257,86
Keterangan ** = Berpengaruh sangat nyata KK = 30.80%

Lampiran 23a. Deskriptif Aroma

Sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rerata
R0 2 1 1 1 3 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 42 1,40
R1 2 2 2 1 3 2 2 1 2 4 2 2 2 3 4 2 2 4 4 2 1 3 3 3 3 2 3 1 2 5 74 2,47
88

R2 4 5 3 3 4 5 5 1 2 4 2 3 4 4 4 3 4 5 3 3 2 4 5 4 4 4 3 4 5 4 110 3,67
R3 4 3 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 5 3 4 5 2 122 4,07

Lampiran 23b. Deskriptif Aroma

SK F. table
DB JK KT F.Hitung 0,05 0,01
Perlakuan 3 126,89 42,30 51,81** 2,68 3,96
Galat 116 94,70 0,82
Total 119 221,59
Keteragan ** = Berpengaruh sangat nyata KK = 31.25%
89

Lampiran 24a. Hasil Pengamatan Kadar Air

Kode sampel Ulangan Kadar air Rerata SD


U1 32.64
Kontrol U2 32.72 33.00 0.50
U3 33.58
U1 35.44
Perlakuan U2 34.76 35.02 0.37
U3 34.85

Lampiran 24b. Uji T Kadar Air

Paired Samples Test

Paired t df Sig. (2-tailed)


Differences

95%
Confidence
Interval of the
Difference

Upper

Pair 1 KONTROL – TERBAIK -.13629 -4.611 2 .044


90

Lampiran 25a. Hasil Pengamatan Kadar Abu

Kode sampel Ulangan Kadar abu Rerata SD


U1 0.93
Kontrol U2 0.85 0.86 0.07
U3 0.80
U1 1.16
Perlakuan U2 1.18 1.15 0.04
U3 1.11

Lampiran 25b. Uji T Kadar Abu

Paired Samples Test

Paired t df Sig. (2-tailed)


Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference

Upper

Pair 1 KONTROL – TERBAIK -.15855 -9.492 2 .011


91

Lampiran 26a. Hasil Pengamatan Kadar Protein

Kode sampel Ulangan Kadar Protein Rerata SD


U1 12.43
Konrol U2 12.24 12.31 0.10
U3 12.26
U1 8.50
Perlakuan U2 8.33 8.45 0.11
U3 8.53

Lampiran 26b. Uji T Kadar Protein

Paired Samples Test

Paired T df Sig. (2-tailed)


Differences

95%
Confidence
Interval of the
Difference

Upper

Pair 1 KONTROL – TERBAIK 4.13030 60.643 2 .000


92

Lampiran 27a. Hasil Pengamatan Kadar Serat Kasar

Kadar Serat
Kode sampel Ulangan Rerata SD
Kasar
U1 7.13
Kontrol U2 6.59 7.20 0.65
U3 7.88
U1 7.48
Perlakuan U2 7.94 7.73 0.23
U3 7.73

Lampiran 27b. Uji T Kadar Serat Kasar

Paired Samples Test

Paired t df Sig. (2-tailed)


Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference

Upper

Pair 1 KONTROL – TERBAIK 1.38062 -1.172 2 .362


93

Lampiran 28a. Hasil Pengamatan Kadar Lemak

Perlakuan Ulangan Kadar lemak Rerata SD


U1 3.96
Kontrol U2 3.78 3.94 0.16
U3 4.09
U1 4.90
Terpilih U2 5.30 4.99 0.27
U3 4.78

Lampiran 28b. Uji T Kadar Lemak

Paired Samples Test

Paired T df Sig. (2-tailed)


Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference

Upper

Pair 1 KONTROL – TERBAIK .00773 -4.271 2 .051


94

Lampiran 29a. Hasil Pengamatan Kadar Karbohidrat

Kadar
Kode sampel Ulangan Rerata SD
Karbohidrat
U1 50.04
Kontrol U2 50.41 49.91 0.58
U3 49.27
U1 50.00
Perlakuan U2 50.43 50.39 0.37
U3 50.73

Lampiran 29b. Uji T Kadar Karbohidrat

Paired Samples Test

Paired t df Sig. (2-tailed)


Differences

95%
Confidence
Interval of the
Difference

Upper

Pair 1 KONTROL – TERBAIK 1.62962 -.979 2 .431


95

Lampiran 30. Hasil Pengamatan Aktivitas Antioksidan

Kode Konsentrasi Absorbansi % Regresi y = ax +


IC 50 (ppm)
sampel (ppm) (A) Inhibisi b
Blanko 0.765 0
50 0.659 13.86
75 0.537 29.80 y=0,4831x -
Kontrol 121.35
100 0.453 40.78 8.6252
125 0.385 49.67
150 0.273 64.31
Blanko 0.824 0
20 0.689 16.38
40 0.568 31.07 y=
Perlakuan 66.86
60 0.505 38.71 0.7391x+0.5825
80 0.286 65.29
100 0.221 73.18
96

Lampiran 30. Dokumentasi Proses Penimbangan Bahan

Tepung terigu Tepung Ampas kelapa Gula pasir

Garam Ragi Susu


97

Lampiran 31. Dokumentasi Proses Pembuatan Sari Buah Naga Merah

Pengambilan daging buah Pemblenderan


98

Lampiran 32. Dokumentasi Pembuatan Roti Tawar

Pencampuran (mixer) Fermentasi (Kontrol) Fermentasi (Perlakuan)

Penggilasan (Kontrol) Penggilasan (Perlakuan) Roti tanpa perlakuan

Roti dengan perlakuan


99

Lampiran 33. Dokumentasi Organoleptik Oleptik


100

Anda mungkin juga menyukai