CHAERUL MALIK
JAKARTA
1432 H/2011 M
KARAKTERISASI GALUR MUTAN GANDUM
SKRIPSI
CHAERUL MALIK
106095003196
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Karakterisasi Galur Mutan Gandum (Triticum aestivum L.) Pada
Daerah Dataran Rendah Tropis” yang ditulis oleh Chaerul Malik, NIM
106095003196 telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam siding Munaqosah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 18 Maret 2010 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Biologi.
Menyetujui:
Mengetahui:
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. DR. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud.
NIP. 19680117 200112 1001 NIP. 19690404 200501 2 005
PERNYATAAN
Chaerul Malik
106095003196
ABSTRAK
Kata kuci: Galur mutan gandum, Karakter morfologi, Ketinggian tempat dan
Vernalisasi.
ABSTRACT
Wheat is the important cereals that used for foodstuff in the world.
Indonesia is one of country with height level of wheat consuming. Indonesia
development wheat was to late in order to always import wheat from another
country. This research carried out on April until September 2010 in SEAMEO
Biotrop, Bogor and BATAN Pasar Jumat. The aim of this research was to study
about characteristic of morphology wheat mutant lines in tropical low land, see
the effect of place elevation and vernalization in growth and development wheat
mutant lines. Method of the research is randomized complete block design
(RCBD) with three blocks as repeating. The experimental results showed that
among of another six mutant line, the mutant line of CBD 17 had a good potential
to develop in tropical low land. It had some good characteristic morphology such
as, plant high 59,52 cm, lower age (85,67 days), highest number of grain per spike
(23,07 seeds) and produced highest grain per clump (2,5 g) more than three
varieties of control.
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang berjudul “Karakterisasi Galur Mutan Gandum (Triticum aestivum L.)
Pada Daerah Dataran Rendah Tropis”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
memperoleh bimbingan, arahan dan masukan dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat mengatasi semua halangan dan rintangan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan jiwa, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi.
2. Ibu DR. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud selaku ketua Program Studi
Biologi
3. Kepala PATIR BATAN Ps. Jumat yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian di BATAN.
4. Bapak Prof. DR. Soeranto Human, M.Sc selaku pembimbing yang banyak
mengarahkan dan membimbing penulis dari awal hingga akhir.
5. Ibu Dasumiati, M.Si selaku pembimbing sekaligus Penasehat Akademik
yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis baik dalam
menjalani kuliah maupun skripsi.
6. Ir. Junaidi, M.Si dan Ibu Priyanti M.Si selaku penguji seminar proposal
dan seminar hasil, yang banyak memberikan arahan dan masukan bagi
penulis.
7. Ibu Fahma Wijayanti, M.Si dan Ibu Megga R. Pikoli, M.Si selaku penguji
yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
8. Ka Wijaya M. Indriatama, S.Si yang telah banyak membimbing,
membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu tercinta yang tidak pernah henti-hentinya mendoakanku
dengan begitu banyak linangan air mata dalam sujud malammu dan kerja
keras setiap hari demi kesuksesan anaknya.
10. Kakakku (Abu Yazid) yang selalu memotivasi dan menjadi inspirasiku
baik dalam menjalani kehidupan di Jakarta, kuliah dan skripsi ini. Dan
kepada adik-adikku (Dewi dan Zakaria) tersayang yang selalu membuatku
bersemangat dan tergerak untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Keluarga besar Biologi 2006 (Istianah, Zihan, Nurkhasanah, Nurul, Yelvi,
Adeng, Deden, Apdus, Ipin, Muhe, Iqbal, Eko, Bams, Ryan, Rina, Astri,
Nita, Lidia, Nana, Fitri, Anggi, Hera dan Gelenk) yang selalu ada disaat
duka menyerta, selalu ada saat dipinta dan selalu tersenyum disaat
termenung, kalian semua takan pernah tergantikan dihati penulis.
12. Epo Nur Wahyuni, S.Si yang telah banyak membantu dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
13. Sahabat TPA Comunity (Mang Andi, Mang Pian, Mang Abu, Mang
Rachmat Kabir, Harid Isnaeni, Rahmat Vario, Bang Jack, Aziz dan
Matsani) yang selalu menyemangati dan memotivasi penulis (Terbaik).
Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis namun tidak bisa
disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Dengan
segala keterbatasan yang ada, penulis mengakui skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kemajuan penulis.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Chaerul Malik
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 66
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun, panjang helai daun, panjang upih daun, dan
Tabel 3. Rata-rata panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet
Tabel 5. Berat rata-rata biji per rumpum dan berat rata-rata 1000 biji .......... 56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 7. Malai normal, malai yang terserang burung, dan malai yang
Gambar 9. Bunga galur CBD 24 dan varietas Dewata pada minggu ke-6 ... 52
Halaman
Lampiran 2. Data klimatologi BMKG Bogor dan Peta lokasi BATAN Pasar
Jumat ........................................................................................ 67
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang berjudul “Karakterisasi Galur Mutan Gandum (Triticum aestivum L.)
Pada Daerah Dataran Rendah Tropis”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
memperoleh bimbingan, arahan dan masukan dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat mengatasi semua halangan dan rintangan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan jiwa, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi.
2. Ibu DR. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud selaku ketua Program Studi
Biologi
3. Kepala PATIR BATAN Ps. Jumat yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian di BATAN.
4. Bapak Prof. DR. Soeranto Human, M.Sc selaku pembimbing yang banyak
mengarahkan dan membimbing penulis dari awal hingga akhir.
5. Ibu Dasumiati, M.Si selaku pembimbing sekaligus Penasehat Akademik
yang telah banyak mengarahkan dan membimbing penulis baik dalam
menjalani kuliah maupun skripsi.
6. Ir. Junaidi, M.Si dan Ibu Priyanti M.Si selaku penguji seminar proposal
dan seminar hasil, yang banyak memberikan arahan dan masukan bagi
penulis.
7. Ibu Fahma Wijayanti, M.Si dan Ibu Megga R. Pikoli, M.Si selaku penguji
yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
8. Ka Wijaya M. Indriatama, S.Si yang telah banyak membimbing,
membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
i
9. Bapak dan Ibu tercinta yang tidak pernah henti-hentinya mendoakanku
dengan begitu banyak linangan air mata dalam sujud malammu dan kerja
keras setiap hari demi kesuksesan anaknya.
10. Kakakku (Abu Yazid) yang selalu memotivasi dan menjadi inspirasiku
baik dalam menjalani kehidupan di Jakarta, kuliah dan skripsi ini. Dan
kepada adik-adikku (Dewi dan Zakaria) tersayang yang selalu membuatku
bersemangat dan tergerak untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Keluarga besar Biologi 2006 (Istianah, Zihan, Nurkhasanah, Nurul, Yelvi,
Adeng, Deden, Apdus, Ipin, Muhe, Iqbal, Eko, Bams, Ryan, Rina, Astri,
Nita, Lidia, Nana, Fitri, Anggi, Hera dan Gelenk) yang selalu ada disaat
duka menyerta, selalu ada saat dipinta dan selalu tersenyum disaat
termenung, kalian semua takan pernah tergantikan dihati penulis.
12. Epo Nur Wahyuni, S.Si yang telah banyak membantu dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
13. Sahabat TPA Comunity (Mang Andi, Mang Pian, Mang Abu, Mang
Rachmat Kabir, Harid Isnaeni, Rahmat Vario, Bang Jack, Aziz dan
Matsani) yang selalu menyemangati dan memotivasi penulis (Terbaik).
Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis namun tidak bisa
disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Dengan
segala keterbatasan yang ada, penulis mengakui skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kemajuan penulis.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Chaerul Malik
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
2.2.2. Batang ........................................................................... 14
iv
4.3.1. Panjang malai ................................................................... 41
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 66
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun, panjang helai daun, panjang upih daun, dan
Tabel 3. Rata-rata panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet
Tabel 5. Berat rata-rata biji per rumpum dan berat rata-rata 1000 biji .......... 56
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 7. Malai normal, malai yang terserang burung, dan malai yang
Gambar 9. Bunga galur CBD 24 dan varietas Dewata pada minggu ke-6 ... 52
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 2. Data klimatologi BMKG Bogor dan Peta lokasi BATAN Pasar
Jumat ........................................................................................ 67
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Gandum (Triticum aestivum L.) adalah salah satu tanaman yang berasal dari
daerah subtropis. Tanaman ini termasuk salah satu golongan serealia dari famili
Gramineae (Budiarti, 2005). Gandum merupakan bahan baku tepung terigu yang
banyak digunakan untuk pembuatan berbagai jenis produk makanan seperti roti,
Dewata, Selayar, dan Nias. Namun, produksinya saat ini masih belum dapat
mencukupi kebutuhan nasional, sehingga sampai saat ini pemerintah masih harus
Menurut PT Media Data Riset pada tahun 2009, konsumsi tepung terigu nasional
sebesar 4,6 juta ton. Sedangkan menurut ketua umum asosiasi produsen tepung
tahun 2010 mencapai 4,38 juta ton atau setara 5,85 juta ton gandum.
belum ada yang bisa tumbuh baik pada daerah dataran rendah tropis. Kondisi ini
sesuai dengan pernyataan Djoko Murdono Kepala Pusat Studi Gandum Fakultas
dalam Koran Jakarta edisi 20 Maret 2010 yang menyatakan bahwa sampai saat ini
belum ada varietas gandum yang direkomendasikan untuk dataran rendah (belum
1
2
ada varietas gandum yang bisa ditanam di daerah dataran rendah). Sementara itu
dataran tinggi di Indonesia tidak tersedia cukup luas untuk budidaya gandum
dengan sekala ekonomis, dibandingkan lahan yang tersedia pada daerah dataran
rendah (250-400 m dpl). Oleh karena itu perlu dilakukan pemuliaan untuk
banyak digunakan oleh negara-negara maju. Tidak sedikit tanaman unggul yang
keragaman genetik yang tinggi, para pemulia tanaman dapat melakukan seleksi
untuk mendapatkan jenis gandum yang memiliki karakter (sifat) yang diinginkan
(dapat beradaptasi baik pada daerah dataran rendah tropis). Untuk itu perlu
(Triticum aestivum L.) Pada Daerah Dataran Rendah Tropis” perlu dilakukan.
Galur mutan gandum yang memiliki karakter yang baik dengan produksi tinggi
3
berpotensi sebagai gandum tropis, dan dapat dibudidayakan secara luas untuk
berhasil dilepas sebagai varietas gandum nasional dengan nama Dewata, Selayar,
dan Nias. Ketiga varietas ini merupakan varietas gandum dataran tinggi, namun
lahan yang tersedia di dataran tinggi sangat terbatas jika dibandingkan dengan
lahan yang tersedia di dataran rendah. Selain itu terbatasnya penelitian gandum
mengakibatkan sampai saat ini belum ada varietas gandum yang bisa beradaptasi
baik pada daerah dataran rendah tropis. Masalah utama yang dihadapi para
pemulia tanaman gandum adalah tanaman gandum sulit tumbuh dan cenderung
1.3. Hipotesis
gandum yang dapat beradaptasi baik pada daerah dataran rendah tropis.
gandum.
dihasilkan, maka kita dapat mengetahui apakah galur mutan gandum yang
karakter yang adaptif atau tidak, sehingga penelitian ini bisa menjadi
acuan bagi pemulia tanaman untuk membantu proses seleksi galur mutan
tanaman gandum.
gandum yang dapat beradaptasi baik pada daerah dataran rendah tropis dan
ada.
5
Pelepasan varietas
gandum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari bahan makanan (kalori) yang dikonsumsi di dunia berasal dari gandum, 20%
beras, dan 60% lainya adalah jagung, kentang, dan lain-lain. Gandum memiliki
gandum lebih tinggi dibandingkan dengan padi dan jagung, begitu pula dengan
asam-asam amino yang terdapat pada gandum lebih lengkap dan lebih besar
memiliki toleransi pada iklim yang luas. Oleh karenanya gandum dapat
menjadi kendala budidaya gandum pada daerah iklim tropis seperti Indonesia
adalah suhu udara dan curah hujan. Kedua faktor iklim ini membatasi cocok
Gandum adalah tanaman semusim yang dapat tumbuh dari permukaan laut
Indonesia gandum telah ditanam di beberapa propinsi antara lain Sulawesi Selatan
(Malino), Jawa Timur (Tosari), Jawa Tengah (Salatiga) dan Sumatra Barat
6
7
dapat beradaptasi pada kondisi tanah dan iklim yang luas, dapat tumbuh
diberbagai daerah di seluruh dunia, bernilai ekonomis, dan memiliki hasil panen
yang bagus walaupun di bawah kondisi tanpa pemupukan (Ahmad et al, 2009).
Sebagian besar makanan yang biasa dijumpai setiap hari seperti mie, roti, biskuit,
donat, cookies, dan yang lainnya, berbahan dasar gandum. Gandum memiliki
senyawa gluten yang tidak dimiliki oleh tanaman lainnya, yang membuat
keunggulan daya kembang pada tepung gandum (Budiarti, 2005). Selain itu
gandum juga kaya akan karbohidrat dan protein. Dalam setiap 100 gram gandum
terkandung 3,1 mg zat besi dan 36 mg kalsium yang bermanfaat, antara lain dapat
Selain untuk bahan dasar pembuatan makanan, gandum juga bisa dijadikan
untuk pakan ternak (gabah, dedak, dan bungkil), industri kerajinan, hiasan, lem,
dan pembutan kertas (Anonim, 2007). Umumnya gandum yang biasa dijadikan
sebagai bahan pakan ternak adalah jenis gandum yang memiliki kualitas rendah.
Manfaat lain dari gandum adalah dapat dijadikan sebagai sumber minuman
Berapa jenis gandum yang telah berhasil dilepas sebagai varietas gandum
nasional diantaranya adalah varietas Dewata, Selayar dan Nias. Ketiga varietas ini
merupakan jenis gandum dataran tinggi (tumbuh baik pada daerah sejuk). Akan
tetapi ketiganya memiliki ciri khas yang berbeda satu sama lain.
8
a. Varietas Dewata
merupakan varietas gandum yang diintroduksi dari India. Pada dataran tinggi
(>1000 m dpl) gandum varietas ini berbunga pada umur ± 82 hari setelah tanam
(hst) dengan umur masak 129 hst, sedangkan pada daerah dataran rendah ± 55 hst
dengan umur masak 90 hst. Gandum varietas Dewata memiliki batang yang
kompak, warna daun hijau, dan terdapat bulu-bulu (trikom) yang berwarna hijau.
yang terdapat pada biji gandum Dewata 13,94%, maltose 3,19% dan gluten
12,9%.
b. Varietas Selayar
introduksi dari CIMMYT (Dahlan, 2010). Selayar merupakan jenis gandum yang
tumbuh baik pada dataran tinggi di atas 1000 m dpl. Pada dataran tinggi, varietas
Selayar memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan varietas Dewata yaitu ±
125 hari. Biji varietas Selayar berwarna kuning kecoklatan. Kandungan protein
yang terdapat pada biji selayar yaitu sekitar 11,7%, maltosa 1,9%, dan gluten
c. Varietas Nias
Varietas gandum Nias merupakan salah satu varietas unggul yang pertama
kali dilepas sebagai varietas gandum nasional. Varietas ini dilepas oleh Balitsereal
9
pada tahun 2003 dengan potensi hasil 2 ton/ha. Varietas Nias tumbuh baik pada
daerah dataran tinggi di atas 1000 m dpl, sama seperti varietas Dewata dan
Selayar. Tetua varietas ini berasal dari Thailand. Pada daerah dataran tinggi (1450
dpl) tinggi tanaman varietas ini ± 74 cm, jumlah anakan 15,67, panjang malai ± 10
cm, umur berbunga ± 74 hari, dan umur panen ± 114 hari (Soeranto, 2007).
bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia serta mempunyai peluang
(2008), tanaman gandum varietas DWR 162 tetua gandum varietas Dewata dapat
tumbuh baik pada ketinggian 400 m dpl, dengan hasil produksi 2,579 ton/ha.
keasaman (pH) tanah, kelembaban, curah hujan, intensitas cahaya, dan yang
pemanjangan batang, keluar malai dan penuaan biji (Dahlan, 2010). Fase-fase ini
dengan baik.
menyukai pH yang rendah (terlalu asam) dan basa. Kisaran pH yang baik untuk
gandum membutuhkan air dan kelembaban lebih rendah dari pada tanaman
Kelembaban sangat berhubungan dengan curah hujan. Semakin tinggi curah hujan
maka semakin tinggi pula kelembabannya. Curah hujan yang terlalu tinggi akan
penyerbuk dan menyebabkan kepala putik dan tepung sari menjadi busuk (Amilla,
2009).
intensitas cahaya yang cukup. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,
udaranya atau udaranya semakin dingin dan semakin rendah daerahnya maka
semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas (Amila, 2009). Suatu
daerah dikategorikan sebagai daerah dataran rendah jika berada pada ketinggian
Sedangkan daerah dataran tinggi adalah daerah yang berada pada ketinggian di
tinggi. Menurut Anonim (2007), gandum yang ditanam di daerah dataran rendah
siap panen apabila tanaman telah berumur ± 90, berumur ± 107 hari untuk dataran
menengah, dan ± 112 hari untuk untuk dataran tinggi. Ini menunjukan adanya
abiotik antara lain suhu tinggi dan kekeringan (Pringgohandoko dan Suryawati,
2006).
munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih (Amila, 2009).
proses pengisian biji (Dahlan, 2010). Akan tetapi tidak untuk pertumbuhan
tanaman, karena suhu yang tinggi sangat dibutuhkan tanaman pada masa awal
(club wheat) adalah tetraploid, dan T. durum (durum wheat) diploid (Dahlan,
2010). Selain itu gandum juga dapat diklasifikasi berdasarkan waktu tanam dan
yaitu winter dan spring wheat (gandum musim dingin dan musim semi). Gandum
musim dingin (winter wheat) adalah jenis gandum yang ditanam pada musim
dingin, sedangkan Spring wheat adalah gandum yang ditanam pada musim semi.
Jenis gandum musim semi ini adalah jenis yang sesuai dengan daerah tropis.
Produksi gandum musim semi lebih rendah dibandingkan dengan gandum musim
yaitu hard wheat dan soft wheat. Hard wheat adalah gandum yang memiliki
kandungan protein 11-17% cocok untuk pembuatan roti, sedangkan soft wheat
adalah gandum yang memiliki kadar protein 6-11% dan gluten yang lemah (weak
gluten) sehingga cocok untuk pembuatan cake, cookies, biskuit (Dahlan, 2010).
13
karakterisasi adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah malai (untuk
tanaman gandum), berat biji perumpun, berat 1000 biji (Budiarti, 2005) dan lain-
lain. Suatu varietas gandum dapat dikategorikan unggul apabila memiliki karakter
yang baik. Untuk mengetahui hal itu perlu dilakukan pengamatan mengenai
2.2.1. Akar
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan
perkembangan tanaman (Gardner et al, 1991). Pada tanaman gandum jumlah akar
yang dibentuk berasosiasi dengan jumlah daun pada bagian lateral batang
(Klepper et al, 1984 dalam The Biology of Triticum aestivum L. em Thell. (Bread
akar gandum tidak tahan terhadap genangan air, karena dapat mengakibatkan
pada kedalaman biji saat penanaman (Hajichristodoulou et al, 1977 dalam The
gandum dewasa memiliki dua tipe akar yang berbeda, yaitu akar seminal dan
nodal. Akar seminal adalah akar yang tumbuh dan berkembang dari awal
perkembangan biji, sedangkan akar nodal adalah akar yang tumbuh pada waktu
2.2.2. Batang
yang tidak keras, beruas-ruas, dan berongga (Gembong, 2003). Tanaman gandum
dewasa memiliki batang utama yang menyokong daun-daun gandum yang tumbuh
yang disebut phytomer. Pada phytomer terdapat nadus, internodus, dan kuncup
yang berada pada ketiak daun (Kirby, 2002). Pada saat berbunga, empat sampai
lima ruas batang tanaman gandum bagian atas akan mengalami pemanjangan
pembentukan stamen (benang sari) pada saat perkembangan spikelet, yang mana
berkaitan erat dengan pembentukan bagian ujung dari spikelet. Pemanjangan ruas
batang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan daun, pucuk dan bunga (Patrick,
1972 dalam The Biology of Triticum aestivum L. em Thell. (Bread Wheat), 2008).
15
di bagian bawah batang tetap pendek (Kirby dan Appleyard, 1981 dalam The
batang sangat dipengaruhi oleh cahaya, karena cahaya dapat mempengaruhi kerja
2.2.3. Daun
Gandum memiliki bentuk daun linearis dan termasuk jenis daun tidak
lengkap, karena hanya terdiri dari upih dan helai daun, tidak memiliki tangkai
daun. Hal ini sesuai dengan pernyatan Wiyono (1980) yang menyatakan bahwa,
16
setiap daun gandum terdiri dari tangkai pelepah (upih daun), helai daun dan ligula
dengan dua pasang daun telinga yang terletak pada dasar helai daun.
Struktur daun gandum terdiri dari pelepah (upih) dan helai daun yang
terbentuk dari jaringan meristem yang terpisah. Permukaan daunnya rata, sempit,
dengan panjang sekitar 20-38 cm dan lebar sekitar 1,3 cm (Duke, 1983). Bagian
merupakan suatu struktur yang disebut dengan ligule dan auricle. Daun gandum
dibentuk pada salah satu sisi batang gandum dan tersusun secara berselang-seling
di setiap sisinya (Setter dan carlton, 2002 dalam The Biology of Triticum
aestivum L. em Thell. (Bread Wheat), 2008). Helai daun (lamina), pelepah atau
tangkai dan ruas batang berasal dari jaringan meristem interkalar (Gardner et al,
1991).
Pada gandum musim semi, pertambahan panjang daun dimulai dari dasar
daun sampai satu atau dua daun sebelum daun bendera (Kirby, 2002 dalam The
jumlah daun untuk gandum berkisar antara 7 sampai 9 (Gardner et al, 1991).
perluasan daun. Suhu udara minimum yang dibutuhkan untuk peluasan daun kira-
kira 0o C, suhu optimumnya 28oC, dan suhu maksimumnya >38oC (Kirby, 1983
2.2.4. Bunga
Bunga adalah organ yang terbentuk di awal fase generatif tanaman gandum.
sebelum menjadi organ bunga. Selain intensitas cahaya, suhu juga memiliki
jenis tanaman yang membutuhkan suhu rendah (dingin) sebelum berbunga, yang
dapat berbunga. Vernalisasi biasanya efektif antara 2-10oC. Respon terhadap suhu
dingin ini bersifat kuantitatif (mutlak), artinya pembungaan akan terjadi atau
yang terdapat diujung batang. Malai tanaman gandum tersusun atas dua baris
spikelet. Setiap spikelet berisi florets (bungan kecil/bakal bunga) yang tersusun
18
secara berlawanan pada tangkai bunga pusat seperti susunan daun pada batang
utama (Setter dan carlton, 2000 dalam The Biology of Triticum aestivum L. em
Thell. (Bread Wheat), 2008). Setiap spikelet memiliki 2-5 bunga gandum (Duke,
1983). Floret gandum mempunyai stamen yang kecil dan menghasilkan sedikit
serbuk sari (1000-3800 serbuk sari per bulir anther, 450,000 serbuk sari per
tertutupi oleh lemma dan pelea yang tersusun dari karpel (ovari dan stigma) dan
tiga stamen dan anther (Setter dan carlton, 2000 dalam The Biology of Triticum
sebelum bunga terbuka. Penyerbukan bunga terjadi secara sendiri, namun dapat
(Bread Wheat) (2008) pada bulan Mei periode 1990-2000 di Narrabri, waktu yang
dibutuhkan tanaman gandum dari mulai tanam sampai berbunga kira-kira 105-120
hari dan dari waktu berbunga sampai matang membutuhkan waktu 35-45 hari.
19
2.2.5. Biji
terlihat seperti biji dikotil. Bagian dorsal biji berbentuk bundar dan licin,
sedangkan pada bagian ventralnya terdapat lipatan ke dalam (Kirby, 2002). Biji
endospermanya (Gambar 2). Pada bagian luar biji terdapat lemma dan pelea yang
Embrio pada biji gandum merupakan bagian biji yang menepel pada spkelet dan
pada ujung bagian distalnya terdapat bulu halus (Kirby, 2002). Panjang biji
gandum berkisar antara 3-10 mm dengan diameter 3-5 (Martin et al, 1976).
Pertumbuhan berat akhir biji tergantung pada spikelet dan letak/posisi floret
pada spikelet (Kirby, 1974; Simmons, 1987 dalam Biology of Triticum aestivum
terbentuk tergantung pada jumlah kuncup (anakan) yang menghasilkan malai yang
kromosom suatu makhluk hidup yang terjadi dalam waktu singkat dan bersifat
(spontaneous mutation) dan dapat juga terjadi melalui induksi (induced mutation).
Mutasi spontan adalah mutasi yang terjadi tanpa campur tangan manusia,
sedangkan mutasi induksi terjadi akibat adanya mutagen, yaitu substansi atau
suatu perlakuan mutagen (iradiasi sinar gamma) pada sampel (biji gandum) dan
diakhiri dengan pengujian multi lokasi. Beberapa jenis mutagen yang sering
digunakan pada teknik mutasi adalah mutagen fisika dan mutagen kimia.
21
mutasi. Beberapa sumber radiasi yang paling banyak digunakan adalah sinar x
dari alat Rontgen, sinar gama dari cobalt 60, sinar beta dari radioisotop, sinar
neutron dari reaktor atom. Radiasi memiliki kekuatan daya tembus tinggi (kecuali
sinar beta) dan banyak digunakan pada penelitian biologis untuk meradiasi
b. Mutagen kimia
Ini disebabkan karena mutagen kimia lebih mudah digunakan dan terbukti lebih
effektif. Beberapa mutagen kimia yang memiliki potensi dan banyak digunakan
yang dikukan secara sengaja oleh manusia (Ismachin, 2006). Beberapa jenis
tanaman unggul sudah banyak dihasilkan oleh teknik ini, seperti padi varietas
Mutasi induksi fisik dengan iradiasi sinar gamma terhadap benih dapat
mutasi yang dilakukan dengan iradiasi sinar gamma terhadap benih pada dosis
Sinar gamma adalah salah satu mutagen yang sering digunakan dalam
yang kemudian dimanfaatkan oleh para pemulia tanaman untuk melakukan mutasi
bunga, ukuran buah atau bunga, kandungan nutrisi dan rasa (Trubus, 2007).
biasa digunakan untuk pemuliaan mutasi bersumber dari cobalt-60, karena mudah
mutan yang dihasilkan. Untuk mendapatkan galur mutan yang sesuai dengan
harapan, maka perlu dilakukan seleksi. Seleksi adalah suatu proses pemisahan
seleksi tanaman umumnya adalah produktivitas tinggi, cepat panen, adaptasi baik
pada berbagai lokasi, toleran terhadap temperatur tinggi, kelembaban tinggi dan
Pada pemuliaan mutasi, seleksi dimulai sejak pada generasi M1, M2, M3,
sehingga seleksi yang dilakukan pada generasi M6 akan mendapatkan galur mutan
2008).
galur-galur harapan yang memiliki potensi hasil tinggi dan baik dengan adaptasi
pelepasan sebagai kultivar unggul baru, beberapa galur tersebut harus diuji daya
hasil dan daya adaptasinya di beberapa lokasi dan musim (Harsanti et al, 2003).
Uji adaptasi (uji multilokasi) dilakukan untuk mengetahui daya adaptasi suatu
galur dan untuk mengetahui kemampuan atau ketahanan gen mutan yang akan
dilepas, pada berbagai kondisi yang berbeda. Kemampuan adaptasi galur murni
benih umumnya dilakukan pada generasi ke-6 (M6), dengan pertimbangan bahwa
pada generasi M6 tanaman yang sudah homozigot. Menurut Ghafoor dan Siddiqui
25
(1977 dalam Harsanti et al, 2003), interaksi antara genotip dan lingkungan
kultivar hasil seleksinya, karena ada beberapa genotip yang menunjukkan reaksi
stabilitas suatu genotip adalah nilai koefisien regresi dan simpangan regresi. Suatu
genotip yang stabil akan mempunyai koefisien regresi (bi) sebesar 1.0 dan
simpangan koefisien regresi (Sd2) sama dengan nol (Harsanti et al, 2003). Pada
berbeda-beda). Hal ini dilakukan untuk dapat lebih mengefisiensikan waktu dalam
Penelitian ini dilaksakan pada bulan April sampai dengan bulan September
2010 di PATIR BATAN dan SEAMEO BIOTROP (387 m dpl), Bogor. Analisis
data dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Pasar Jum’at, Jakarta
Selatan.
digital, meteran, patok, penggaris, tali plastik, timbangan analitik dan alat tulis.
Nias, galur CPN 01, CPN 02, CBD 16, CBD 17, CBD 20, CBD 23, CBD 24,
Ada 10 jenis gandum yang akan diamati, 7 jenis merupakan galur gandum
M6 dan 3 jenis merupakan varietas gandum nasional yang sudah dilepas (sebagai
kontrol). Dalam penelitian ini digunakan 3 blok sebagai ulangan. Setiap blok
tanaman).
26
27
d. Setiap bedengan dipisahkan oleh parit yang berfungsi sebagai aliran air.
e. Bedengan dibiarkan selama beberapa hari agar terjadi aerasi yang baik
pada tanah.
f. Pada setiap bedengan dibuat lubang sebanyak 5 baris, dengan jarak antar
lubang 20 x 10 cm.
biji gandum. Penaman dilakukan secara acak pada setiap blok. Agar tanaman
empat setelah tanam. Hal ini dilakukan untuk menghindari pertumbuhan gulma
sesuai kebutuhan.
dalam penelitian ini adalah pupuk urea (100 kg/ha), TSP (60 kg/ha) dan HCl
(60kg/ha).
Pada penelitian ini jumlah sampel yang diamati sebanyak 5 tanaman yang di
ambil secara acak pada tiap-tiap genotipe gandum untuk semua variabel
a. Tinggi tanaman
b. Daun
panjang dan lebar daun pada daun bendera dan menghitung jumlah daun.
c. Waktu berbunga
Waktu berbunga adalah waktu (hari) dimana 50% tanaman pada tiap
bedengan berbunga.
d. Waktu panen
Waktu panen adalah waktu (hari) dimana 50% malai tanaman pada setiap
e. Malai
malai dan dihitung jumlah spikelet yang ada pada setiap malai.
f. Biji
Biji gandum yang ada di dalam spikelet pada setiap malai, dikeluarkan dan
dihitung. Jumlah biji yang didapat dikali seratus dan dibagi jumlah
spikelet pada setiap malai dikali tiga, sehingga bisa diketahui persentase
biji yang hampa dan diamati juga bentuk dan warna biji.
g. Jumlah anakan
Setiap biji yang terdapat dalam spikelet pada rumpun yang sama
Pengukuran berat 1000 biji dilakukan dengan mengambil sampel biji dari
Anova satu arah sesuai rancangan acak kelompok (RAK). Apabila berbeda nyata
SAS 9.0.
BAB IV
sampai minggu ke empat setelah tanam (Gambar 4). Pada 5 mst (minggu setelah
kelembaban.
Curah hujan yang cukup tinggi pada awal bulan Mei (5 mst) mengakibatkan
pertumbuhan tanaman gandum berjalan cepat. Curah hujan yang tinggi dapat
menyediakan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman gandum. Kadar air
proses pembentukan dan perluasan sel pun berjalan baik. Wiyono (1980)
air untuk proses pembentukan jaringan tanaman selama fase vegetatif, transpirasi
dan evaporasi. Akan tetapi curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan pencucian
kalsium dan pembentukan tanah asam, sehingga kalsium yang tersedia dalam
menjadi terhambat karena H+ jauh lebih beracum terhadap akar apabila tidak ada
31
32
gandum pada minggu ke lima juga disebabkan karena pengaruh nutrisi. Pemberian
pupuk urea, HCl, dan TSP pada 4 mst meningkatkan kadar nutrisi dalam tanah.
mempengaruhi pertumbuhan ruas, terutama oleh perluasan sel seperti pada organ
vegetatif. Pemupukan dilakukan sehari setelah turunya hujan. Hal ini bertujuan
agar proses pelarutan unsur hara ke dalam tanah semakin cepat, sehingga mudah
berkurang, sehingga pertumbuhan menjadi lambat. Selain itu faktor lain yang juga
Hasil uji Duncan menunjukan bahwa tinggi rata-rata sepuluh genotipe gandum
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu pendek, sedang, dan tinggi.
Kelompok galur yang pendek (51,61-56,43 cm) terdiri atas 2 genotipe, kelompok
sedang (56,43-61,25 cm), terdiri atas 2 genotipe, dan kelompok tinggi (61,25-
66,07 cm) terdiri atas 6 genotipe. Tinggi rata-rata galur CPN 01, CPN 02, CBD
24, dan CBD 16 berbeda nyata dengan varietas kontrol Selayar dan tidak berbeda
nyata dengan varietas kontrol Dewata dan Nias (Tabel 1). Keempat galur mutan
ini memiliki tinggi yang tidak jauh berbeda satu sama lain dan termasuk
Tinggi rata-rata galur mutan CBD 17 dan CBD 23 tidak berbeda nyata
tanaman gandum per minggu pada kedua galur ini adalah 4,30 cm dan 4,15 cm.
Galur mutan CBD 20 merupakan galur dengan tinggi rata-rata terpendek (51,61
cm). Galur ini berbeda nyata dengan varietas Dewata dan Nias dan tidak berbeda
nyata dengan varietas Selayar. Pada daerah dataran tinggi ( >1000 m dpl) galur
mutan ini pun menunjukan karakter tinggi tanaman yang pendek dibandingkan
dengan varietas kontrol dan galur mutan lainnya. Hal ini mungkin disebabkan
34
karena faktor genetik dari galur mutan CBD 20. Wiyono (1980) menyatakan
bahwa tinggi tanaman atau panjang batang gandum dipengaruhi oleh sifat genetik
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif pada 10 genotipe
gandum.
Berdasarkan data pada tabel 1, tanaman tertinggi adalah varietas Nias. Ini
membuktikan bahwa varietas Nias secara genetik memiliki karakter yang cukup
tinggi dan cukup tahan terhadap cekaman lingkungan dataran rendah tropis.
Genotipe dengan nilai rata-rata tinggi terendah adalah galur mutan CBD 20 dan
varietas Selayar. Dalam kondisi yang sesuai (di dataran tinggi), tinggi tanaman
varietas Selayar sekitar 85 cm, dengan hasil panen sekitar 2,95 ton/ha (Syuryawati
et al, 2007). Jika dibandingkan dengan tinggi tersebut, maka semua genotipe
pendek.
35
dpl), Selo, Boyolali, Jawa Tengah, tinggi rata-rata varietas Dewata, Selayar, Nias,
67,3 cm, 66,67 cm, 74 cm, 82 cm, 71 cm, 64,33 cm, 72 cm, 66,33 cm, 62 cm,
75,67 cm. Tinggi tanaman gandum ditentukan oleh genotipe dan kondisi
Wheat), 2008). Perbedaan tinggi tanaman pada ke dua lokasi penanaman tersebut
(pertumbuhan) gandum.
suhu dan intensitas cahaya. Menurut Guslim (2007), semakin tinggi suatu tempat,
semakin rendah suhu tempat tersebut dan demikian juga intensitas matahari
semakin berkurang. Penurunan tinggi tanaman baik pada galur mutan gandum
maupun pada varietas kontrol, bisa juga disebabkan karena pengaruh suhu
(penyinaran) yang cukup tinggi (lampiran 2) pada daerah dataran rendah tropis.
(auksin), sehingga kerja hormon auksin menjadi tidak optimal. Auksin merupakan
seperti tunas, daun muda, dan buah (Gardner et al, 1991). Keadaan ini dapat
Tinggi tanaman gandum umumnya berkisar antara 30 sampai 150 cm, (The
literatur yang menunjukan secara pasti tinggi tanaman gandum yang ideal untuk
bahwa tipe varietas gandum yang baik adalah tipe varietas yang pendek,
berbatang kuat, dan daun tidak saling melindungi, karena tipe gandum seperti ini
yang memberikan produksi yang lebih tinggi. Tanaman pertanian yang kerdil atau
ke batang, sehingga dapat meningkatkan hasil biji (Salisbury dan Cleon, 1995).
Berdasarkan kriteria di atas, galur yang memiliki tinggi yang baik jika dilihat dari
hasil panennya adalah galur CBD 17. Galur mutan lainnya yang memiliki tinggi
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, galur mutan CBD 20 dan CBD 23
berbeda nyata dengan varietas kontrol Dewata. Kedua galur mutan ini memiliki
jumlah anakan produktif yang tidak banyak. Galur lainnya seperti CPN 01, CPN
02, CBD 16, CBD 17, dan CBD 24 tidak berbeda nyata dengan semua varietas
kontrol pada variabel ini. Varietas Dewata mempunyai jumlah anakan produktif
yang paling tinggi, sedangkan galur mutan CBD 20, CBD 23, dan varietas Selayar
Jumlah anakan yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dari
suhu lingkungan menjadi tinggi. Jumlah anakan meningkat pada saat suhu tinggi
srisip (anakan) dipicu oleh cahaya yang kaya akan panjang gelombang merah
(Salisbury dan Cleon, 1995). Tingginya intesitas cahaya yang mengenai batang
Setiap anakan berpotensi untuk menghasilkan biji, akan tetapi tidak semua
anakan menghasilkan biji. Jumlah anakan produktif termasuk salah satu variabel
yang penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap hasil panen. Budiarti et
hasil per tanaman sehingga dapat dijadikan kriteria seleksi untuk mendapatkan
genotipe gandum yang berpotensi tinggi. Semakin tinggi jumlah anakan produktif
Di antara tujuh galur mutan, jumlah rata-rata anakan produktif galur CPN
01 adalah yang tertinggi (Tabel 1). Ini menunjukan bahwa galur mutan CPN 01
memiliki karakteristik jumlah anakan produktif yang baik. Beberapa galur mutan
lainnya yang memiliki jumlah anakan produktif cukup tinggi adalah CPN 02,
CBD 16, CBD 17, dan CBD 24 melebihi varietas Selayar. Namun demikian
38
variabel ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan, bahwa genotipe gandum yang
memiliki jumlah anakan produktif tinggi akan menghasilkan panen yang tinggi
juga.
4.2. Daun
(genotipe) gandum berbeda nyata dengan varietas kontrol (Tabel 2). Banyaknya
jumlah daun rata-rata 10 genotipe gandum berkisar antara 3 sampai 4 helai daun.
Galur CBD17 dan CPN01 merupakan galur yang memiliki rata-rata jumlah daun
jumlah daun yang cukup jauh ini diduga karena faktor lingkungan. Ini semakin
yang terbentuk. Rata-rata jumlah daun galur mutan CPN 01, CPN 02, CBD 17,
dan CBD 24 berbeda nyata dengan varietas Dewata. Sedangkan galur mutan CBD
16, CBD 20, dan CBD 23 tidak berbeda nyata dengan ke tiga varietas kontrol.
Walaupun tidak berbeda nyata, rata-rata jumlah daun ke tiga galur mutan tersebut
pertumbuhan dan hasil panen gandum. Semakin banyak jumlah daun, akan
semakin banyak jumlah cahaya yang dapat diserap untuk proses fotosintesis
39
Jumlah ruas batang gandum, dapat diketahui dengan menghitung jumlah daun
yang terbentuk. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gardner et al (1991) yang
menyatakan bahwa jumlah buku dan ruas sama dengan jumlah daun yang
terbentuk.
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun, panjang helai daun, panjang upih daun, dan lebar
daun.
Genotipe Jumlah daun Luas daun Panjang helai Lebar daun
2
(cm ) daun (cm) (cm)
CPN01 4,8a 13,467a 19,41a 0,89a
CPN02 4,73ba 10,773a 17,19ab 0,81a
CBD16 4,07cd 12,410a 19,17a 0,83a
CBD17 4,87a 10,293a 15,18b 0,88a
CBD20 4,13cbd 11,757a 17,76ab 0,86a
CBD23 4,4abcd 10,847a 17,66ab 0,80a
CBD24 4,6abc 12,430a 19,3a 0,82a
Dewata 3,93d 11,760a 18,44ab 0,83a
Selayar 4,6abc 11,583a 16,59ab 0,91a
Nias 4,4abcd 11,427a 17,95ab 0,83a
Keterangan: Angka di dalam kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
ada perbedaan nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
biokimia yang melibatkan energi surya untuk mensintesis karbohidrat dari karbon
dioksida (CO2) dan air (H2O) yang berlangsung di dalam klorofil. Proses
40
samping itu, daun juga memerlukan sumber nitrogen (N) untuk pembentukan
4) pada lahan sebesar 0,15%. Jumlah ini tergolong dalam kategori rendah. Kadar
N < 0,1% termasuk sangat rendah, 0,1 - 0,2% rendah, 0,2 - 0,5% sedang, 0,5 -
0,75% tinggi, dan > 0,75% sangat tinggi (Laboratory service SEAMEO Biotrop).
yang berjalan lambat, tetapi setelah minggu ke 4 mst, pertumbuhan tanaman lebih
cepat.
Luas daun galur mutan tidak berbeda nyata dengan varietas kontrol. Akan
dengan luas daun tertinggi adalah CPN 01 dan yang terendah adalah CBD 17.
Luas daun sangat mempengaruhi laju fotosintesis tanaman gandum. Semakin luas
permukaan daun gandum, maka semakin tinggi laju fotosintesisnya. Hal ini
disebabkan karena daun yang luas memiliki daya serap cahaya yang baik (lebih
mengungkapkan bahwa produksi dan perluasan daun yang cepat pada tanaman
perluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun (Humphries dan Wheeler, 1963
Panjang helai dan lebar daun antar perlakuan tidak berbeda nyata (Tabel 3).
Hal ini menunjukan bahwa pada kedua variabel ini terdapat keseragaman (relatif
sama) antara galur mutan dengan kontrolnya. Oleh karenanya ada kemungkinan
banyaknya sinar matahari yang dapat diserap oleh masing-masing genotipe relatif
sama, sehingga kemungkinan fosintat yang dihasilkan pun tidak jauh berbeda.
Dilihat dari jumlah daunnya, genotipe dengan jumlah daun terbanyak adalah
genotipe yang baik. Galur mutan CPN 01 dan CBD 17 adalah galur mutan yang
memiliki jumlah daun terbanyak melebihi tiga varietas kontrol. Oleh karenanya
kedua galur ini dapat dikategorikan sebagai galur mutan yang memiliki karakter
4.3. Malai
(spikelet) yang tersusun dalam ruas-ruas yang pendek dan menyempit pada ujung
bawah dan melebar pada ujung atasnya (Wiyono, 1980). Pada ujung spikelet
terdapat organ yang berbentuk seperti rambut, dengan panjang bervariasi yang
dikenal dengan istilah awn (Gambar 5). Setiap jenis gandum memiliki panjang
awn yang berbeda-beda, bahkan ada jenis gandum yang tidak memiliki awn. Awn
berperan sebagai penahan kekurangan air saat terjadi kekeringan (Wiyono, 1980).
fotosintesis untuk perkembangan biji terutama pada saat terjadi stres akibat
kekeringan (Martin et al, 1976). Ini menujukan bahwa awn memiliki klorofil.
awn
spikelet
tangkai
perlakuan berbeda nyata. Panjang rata-rata malai 10 genotipe gandum sekitar 6-8
cm (Tabel 3). Bentuk morfologi malai dari tiap-tiap genotipe gandum dapat dilihat
varietas Dewata dan yang terpendek adalah Galur CBD 20. Di antara 7 galur
mutan, galur CBD 24 memiliki malai yang cukup panjang melebihi varietas
Selayar.
43
Tabel 3. Rata-rata panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet, dan
persentase biji hampa.
Panjang malai galur mutan CPN 01 dan CBD 24 tidak berbeda nyata
dengan varietas kontrol, tetapi masih lebih panjang dibandingkan dengan varietas
kontrol Selayar. Panjang malai Galur mutan CPN 02 berbeda nyata dengan
varietas Dewata (lebih pendek) dan tidak berbeda nyata dengan varietas Nias dan
Selayar. Namun demikian panjang malainya masih di atas varietas Selayar. Galur
mutan CBD 17 dan CBD 16 berbeda nyata dengan varietas Dewata dan tidak
berbeda nyata dengan varietas Nias dan Selayar, sedangkan pada galur mutan
CBD 23 dan CBD 20 berbeda nyata dengan varietas Dewata dan Nias.
44
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
gandum termasuk varietas Dewata dan Selayar kurang dari 10 cm. Syuryawati et
al (2007) menyatakan, pada kondisi yang sesuai panjang malai varietas Dewata
dan Selayar pada dataran tinggi ± 11 cm dan ±10 cm. Penurunan panjang malai ini
malai. Jumlah air dalam tanah tidak hanya mempengaruhi jumlah (konsentrasi)
hara dalam larutan tanah, tetapi juga mempengaruhi laju pergerakan hara ke akar
secara difusi dan aliran masa (Haryadi dan Yahya, 1987 dalam Pringgohandoko
Secara garis besar panjang malai galur mutan lebih pendek dibandingkan
dengan hasil panen. Semakin panjang malai maka semakin banyak jumlah spikelet
yang akan terbentuk. Banyaknya spikelet memungkinkan biji yang dihasilkan pun
akan lebih banyak. Namun demikian, panjang malai tidak menjamin hasil panen
yang tinggi. Varietas Dewata memiliki malai yang terpanjang, akan tetapi hasil
pengamatan menunjukan bahwa jumlah biji per malai yang dihasilkan varietas
Dewata lebih sedikit dibandingkan galur mutan CBD 17 dan CBD 23 yang
memiliki panjang malai yang lebih pendek. Kondisi ini semakin menguatkan
dugaan bahwa hanya genotipe gandum yang dapat beradaptasi baik pada daerah
dataran rendah tropis yang dapat menghasilkan panen (biji) yang tinggi.
Berdasarkan hasil uji Duncan, jumlah biji per malai antar perlakuan tidak
berbeda nyata (Tabel 3). Jumlah rata-rata biji per malai terbanyak adalah galur
mutan CBD 17 melebihi tiga varietas kontrol dan yang terendah adalah galur
mutan CBD 24. Tingginya jumlah biji per malai galur mutan CBD 17 disebabkan
karena galur ini memiliki malai yang tidak terlalu panjang dan jumlah spikelet
yang banyak, sehingga spikelet tersusun lebih rapat. Keadaan ini memungkinkan
spikelet yang ada pada bagian tengah malai terlindungi dari hempasan air hujan,
(2006), posisi spikelet dalam bulir yang rapat membuat susunan spikelet dibagian
46
tengah terlindungi dari hempasan air hujan secara langsung. Semua genotipe
menunjukan penurunan jumlah biji per malai yang tinggi. Ini disebabkan karena
banyak sekali biji yang hampa. Rata-rata persentase biji hampa pada semua galur
mutan tidak berbeda nyata dengan varietas kontrol (Tabel 4). Namun demikian
beda. Banyaknya biji hampa (lebih dari 50%) hampir terjadi pada semua genotipe
gandum. Galur mutan CBD 24 adalah galur dengan nilai rata-rata biji hampa
Galur mutan CBD 17 merupakan galur mutan yang memiliki jumlah biji per
malai tertinggi, namun keadaan ini masih belum munujukan hasil yang
semestinya. Potensi yang dimiliki galur mutan ini belum maksimal karena
persentase biji yang terbentuk pada galur mutan ini hanya mencapai 48,43%,
51,57% sisanya hampa. Ini tentu masih jauh dari harapan. Seandainya persentase
biji yang terbentuk mencapai 80-90% maka kemungkinan hasil panennya pun
akan semakin tinggi lagi, begitu pula dengan galur mutan lainnya. Oleh karenanya
perlu penanganan dan pengelolaan yang lebih intensip lagi agar didapat hasil yang
yang dibutuhkan gandum untuk berbunga sekitar 11-13°C (OECD, 1999 dalam
yang hampa kemungkinan disebabkan karena tidak adanya vernalisasi pada saat
pembentukan biji. Akibatnya banyak sekali biji yang hampa. Banyaknya biji yang
hampa akan mempengaruhi hasil panen, yang berupa penurunan hasil panen.
diklasifikasikan sebagai berikut: curah hujan >200 mm tinggi (bulan basah), 100-
200 mm sedang (bulan lembab), dan <100 mm termasuk rendah (bulan kering).
Berdasarkan klasifikasi oldeman di atas bulan Juni dan Juli termasuk bulan basah
(curah hujan tinggi). Faktor lain yang dapat menyebabkan biji hampa adalah
kelembaban udara yang cukup tinggi pada bulan Juni dan Juli, sehingga terjadi
serangan jamur pada malai gandum. Pada saat itu seluruh genotipe gandum
sedang mengalami pembungaan dan pengisian biji. Kondisi ini sangat tidak
menguntungkan bagi tanaman gandum, karena udara yang lembab disertai udara
yang panas pada saat fase reproduktif sangat menurunkan hasil panen (Wilson,
bahwa malai yang terserang jamur dikelilingi oleh hifa (Gambar 7c), terdapat
bintik-bintik hitam pada spikelet dan biji yang terbentuk menjadi busuk.
48
a b c
Selain dari banyaknya biji yang hampa akibat tidak adanya vernalisasi dan
serangan jamur, tingginya curah hujan pada saat pembungaan (bulan Juni) pun
dapat mempengaruhi pembentukan biji. Umumnya serbuk sari tidak dapat tahan
hidup jika hujan lebat (Amilla, 2009). Kondisi ini menyebabkan proses
menyatakan, hujan yang deras menyebabkan cairan pekat yang ada pada kepala
putik yang berfungsi untuk menahan tepung sari yang jatuh ke kepala putik
49
menjadi sangat cair, sehingga tepung sari akan tersebar di luar kepala putik, yang
berbeda nyata (Tabel 3). Ini mengindikasikan bahwa jumlah spikelet setiap
genotipe relatif sama. Genotipe gandum yang memiliki jumlah spikelet terbanyak
adalah galur mutan CPN 01 dan CBD 17. Kedua galur mutan ini tidak berbeda
nyata tetapi melebihi tiga varietas kontrol. Galur mutan CPN 02, CBD 16, dan
CBD 24 pun tidak berbeda nyata dengan varietas kontrol tetapi ketiganya
memiliki jumlah spikelet yang lebih banyak dari varietas kontrol. Jumlah spikelet
galur mutan CBD 20 lebih tinggi dibandingkan dengan varietas kontrol Dewata
dan Selayar. Dan galur mutan CBD 23 adalah galur mutan dengan jumlah spikelet
terendah (di bawah ketiga varietas kontrol). Hasil ini menggambarkan bahwa
galur mutan memiliki jumlah spikelet yang lebih banyak di bandingkan kontrol.
Jumlah spikelet sangat dipengaruhi oleh panjang malai. Malai yang panjang
positif dengan hasil panen. Semakin banyak spikelet yang terbentuk, maka akan
setiap spikelet terdiri dari lima buah bunga, masing-masing bunga terdiri dari
kelopak-kelopak bunga (lemma dan palea), dan setiap bunga terdiri dari 3 buah
kepalasari (anther) dan satu kepala putik. Spikelet yang normal akan
menghasilkan maksimal 5 biji. Akan tetapi spikelet yang baik adalah yang
50
menghasilkan 3 biji (Gambar 8), karena biji yang dihasilkan akan memiliki bentuk
sedikit tujuh helai daun (Purvis dan Gregory, 1973 dalam Gardner et al, 1991).
Pada bulan Juni semua genotipe memasuki fase pembungaan. Genotipe yang
pertama kali berbunga adalah varietas Dewata dan galur CBD 24 (Gambar 8).
Setiap genotipe gandum memiliki umur bunga yang berbeda-beda. Hampir semua
galur yang ditanam pada setiap blok tidak berbunga secara serentak. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik yang belum stabil pada galur mutan.
51
Namun demikian, 50% semua genotipe gandum berbungan pada minggu ke-9 dan
seterusnya.
berbunga yang berbeda nyata hanya dengan varietas kontrol Dewata. Sedangkan
galur mutan CPN 01, CBD 16, CBD 17, CBD 20, CBD 23, dan CBD 24 tidak
berbeda nyata dengan semua varietas kontrol. Galur dengan umur berbunga
terlama adalah galur CPN 01 dan enam galur mutan lainnya memiliki umur
berbunga yang relatif sama (Tabel 4). Ini menujukan bahwa kemampuan galur
lingkungan dataran rendah tropis untuk variabel ini. Ada kemungkinan besar
a b
Gambar 9. Bunga galur CBD 24 (a) dan varietas Dewata (b) pada minggu ke-6
Pemanenan dilakukan pada bulan Juli ketika 50% populasi malai tanaman
gandum telah kering. Wiyono (1980) menyatakan bahwa jika 20% dari bagian
malai telah matang penuh, dimana butir (biji) gandum telah cukup keras apabila
dipijit dengan tangan, maka gandum telah siap dipanen. Hasil pengamatan
secara berkala (tidak secara serentak). Pematangan malai yang tidak seragam
menyebabkan proses pemanenan menjadi lambat. Ini terlihat dari adanya anakan
yang belum berbunga pada saat panen. Ketidak seragaman ini diduga disebabkan
masih belum stabil pada galur mutan gandum. Genetik tanaman yang stabil
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
1
siklus hidupnya (Indriatama, 2009). Setiap tanaman memiliki umur panen yang
berbeda-beda. Umur panen suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan di mana tanaman itu ditanam. Ciri morfologi tanaman gandum yang
siap dipanen adalah daun dan batangnya berwarna kuning kecoklatan, malai sudah
mengering dan berwarna kecoklatan, dan biji keras ketika ditekan (Gambar 10).
Umur panen untuk tiap-tiap genotipe tidak berbeda nyata (Tabel 4). Ini
relatif sama. Namun demikian umur panen galur mutan CBD 20, CBD 23 dan
CBD 24 lebih genjah dari pada varietas kontrolnya. Umur panen galur mutan
CBD 17 lebih pendek dibandingkan dengan varietas kontrol Selayar dan Nias
54
kecuali Dewata. Galur mutan CPN 01 lebih lama dibandingkan dengan varietas
kontrol Dewata dan Selayar, tetapi masih lebih pendek dibandingkan varietas
kontrol Nias. Sedangkan dua galur mutan lainnya sepeti CPN 02 dan CBD 16
tanaman gandum adalah genjah 75-85 hari, sedang 86-96 hari, dalam 97-107 hari
dan sangat dalam > 108 hari. Berdasarkan klasifikasi Daradjat di atas dapat di
golongkan bahwa genotipe gandum yang memiliki umur genjah adalah galur CBD
24, CBD 23, CBD 20, CBD 17, dan varietas Dewata. Sedangkan sisanya yaitu
galur CPN 01, CPN 02, CBD 16, varietas Selayar dan Nias berumur sedang.
Secara garis besar umur panen semua genotipe yang ditanam di dataran
rendah tropis tergolong genjah jika dibandingkan dengan di dataran tinggi. Hasil
penelitian pada ketinggian 1450 m dpl untuk kesepuluh genotipe gandum ini
memiliki umur panen di atas 100 hari. Perubahan umur panen yang lebih cepat
pada daerah dataran rendah tropis ini diduga karena pengaruh cekaman faktor
4.5. Biji
Hasil uji Duncan menunjukan bahwa variabel berat biji perumpun berbeda
nyata antar genotipe. Diantara tujuh galur yang diamati, galur mutan CBD 16
adalah galur dengan berat biji per rumpun terkecil dan galur mutan CBD 17
adalah galur dengan berat rata-rata biji per rumpun tertinggi melebihi ke tiga
varietas kontrol (Tabel 5). Walaupun demikian, berat rata-rata biji per rumpun
galur mutan CBD 16 masih lebih tinggi jika di bandingkan varietas kontrol Nias
untuk karakter ini, begitu juga galur mutan CPN 01. Galur mutan CPN 02 juga
memiliki berat rata-rata biji perumpun yang cukup tinggi dan berbeda nyata
dengan varietas kontrol Nias. Galur mutan lainnya seperti CPN 01 dan CBD 20
menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dengan varietas kontrol Dewata dan
Selayar. Namun hasil berat biji perumpun kedua galur mutan ini masih di bawah
varietas Selayar. Sedangkan galur mutan CBD 23 dan CBD 24 juga menunjukan
hasil yang tidak berbeda nyata, dengan berat rata-rata biji per rumpun di bawah
Berat biji perumpun dapat menggambarkan jumlah dan banyaknya biji yang
terbentuk pada setiap rumpun genotipe gandum. Selain galur CBD 17, berat biji
per rumpun galur CPN 01 pun cukup tinggi melebihi dua varietas kontrol (Dewata
dan Nias). Berat biji perumpun memiliki keterkaitan dengan variabel lainnya
seperti jumlah anakan produktif dan jumlah spikelet. Namun demikian penelitian
lainnya, akan tetapi jumlah biji perumpunya di bawah galur mutan CBD 17 dan
pembentukan biji, sehingga hanya genotipe yang dapat beradaptasi baik dengan
Ini terlihat pada galur mutan CBD 17 dan CPN 02. Kedua galur mutan ini
memiliki jumlah spikelet yang lebih banyak dibandingkan yang lainnya, sehingga
biji yang dihasilkannya pun lebih banyak. Hal ini terlihat dengan tingginya berat
Tabel 5. Berat rata-rata biji per rumpun dan berat rata-rata 1000 biji
diinginkan (Gardner et al, 1991). Oleh karenanya biji dapat dijadikan parameter
(tolok ukur) baik atau tidaknya suatu varietas tanaman budidaya, termasuk
57
gandum. Karakter berat biji perumpun tanaman gandum dipengaruhi juga oleh
jumlah anakan produtif yang terbentuk. Galur mutan CBD 17 memiliki jumlah
anakan yang banyak sehingga biji yang dihasilkannya pun banyak. Sebagian besar
karbohidrat dalam biji gandum berasal dari fotosintesis setelah terbentuk bulir
Salah satu faktor penting yang dapat menurunkan hasil panen (biji) adalah
kelompok burung bondol menyerang tanaman gandum tidak hanya pada saat bulir
(biji) gandum telah masak, tetapi bulir yang sedang mengalami pengisian biji pun
Berdasarkan hasil analisis, galur mutan yang memiliki karakter berat biji per
rumpumpun yang baik adalah galur CBD 17. Selain itu galur mutan lain yang juga
menunjukan hasil cukup baik untuk karakter ini adalah galur mutan CPN 02.
Berat 1000 biji antar genotipe tidak berbeda nyata (Tabel 5). Berat rata-rata
1000 biji genotipe gandum relatif sama. Genotipe dengan berat tertinggi adalah
varietas Selayar dan genotipe yang terendah adalah galur mutan CBD 20. Kondisi
ini menunjukan bahwa ukuran biji varietas Selayar relatif lebih besar dan panjang
58
dibandingkan dengan genotipe lainnya. Bentuk dan warna biji dari masing-masing
Berat rata-rata 1000 biji galur mutan CPN 01, CBD 16, CBD 17, CBD 23
dan CBD 24 tidak berbeda nyata dengan semua varietas kontrol. Namun demikian
berat rata-rata 1000 biji ke lima galur mutan ini lebih tinggi dibandingkan dengan
varietas kontrol Dewata. Galur mutan CPN 02 juga tidak berbeda nyata dengan
semua varietas kontrol. Namun demikian berat rata-rata 1000 biji galur mutan ini
lebih tinggi dari varietas kontrol Dewata dan Nias. Ini disebabkan karena biji CPN
02 memiliki ukuran yang cukup besar sehingga berpengaruh pada berat biji.
Variabel berat 1000 biji tidak dapat dijadikan acuan untuk menggambarkan
kondisi hasil yang baik pada setiap genotipe gandum, karena berat 1000 biji tidak
dapat menggambarkan daya adaptasi suatu genotipe yang ditanam. Variabel ini
sangat dipengaruhi oleh ukuran dan berat satuan dari masing-masing biji.
59
Indriatama (2009) menyatakan berat 1000 biji erat kaitannya dengan ukuran biji
dan bobot setiap biji. Oleh karenannya hanya genotipe yang memiliki ukuran biji
5.1. Kesimpulan
kesimpulan bahwa :
sehingga tidak mudah rebah, umur genjah, jumlah anakan produktif cukup
banyak, jumlah biji per malai dan berat biji per rumpun yang cukup tinggi
dibandingkan kontrol.
jumlah daun, jumlah malai dan jumlah biji yang dihasilkan (hasil panen).
genjah, memiliki umur berbunga dan umur panen tiap tanaman per galur
60
61
5.2. Saran
a. Ketidak seragaman galur mutan pada saat berbunga dan pematangan malai
(panen) pada setiap galur, menunjukan adanya ketidak stabilan gen pada
sampai pada generasi ke berapa gen galur mutan gandum stabil (seragam).
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Cet. Ke-2. Rineka Cipta. Jakarta.
Ahmad, Z, M.Y. Mujahid, M.A. Khan, M. Qamar, N.S. Kisana, & S.Z. Mustafa.
2009. Evaluation Of Promising Bread Wheat (Triticum aestivum L.) Lines
Under Normal And Late Plantings. Wheat Programme, National
Agricultural Research Centre, Islamabad, Pakistan. J. Agric. Res.47(2): 127-
135. http://www.jar.com.pk/pdf/2009/47-2-3.pdf (akses 31 Mei 2010).
Budiarti, S.G, Y.R. Rizki, & Yudiwanti. (2004). Analisis Koefisien Lintas
Beberapa Sifat Pada Plasma Nutfah Gandum (Triticum aestivun L.) Koleksi
Balitbiogen. Zuriat Vol 15 No. 1.
62
63
Elrod, S, & W. Stansfield. 2006. Schaum’s Outlines Teori Dan Soal Soal
Genetika. Edisi Keempat. Jakarta. Erlangga.
Gardner, F.P, R.B. Pearce, & R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah Herawati Susilo. UI-Press. Jakarta.
Herison, C, Rustikawati, S.H. Sutjatjo, & S.I. Aisyah. 2008. Induksi Mutasi
Melalui Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Benih Untuk Meningkatkan
Keragaman Populasi Dasar Jagung (Zea mays L.). Jurnal Akta Agrosia.
No. 1. Vol. 11 hlm 57-62.
Indriatama, W.M. 2009. Keragaman Sifat Wijen (Sesanum indicul L.) Generasi
M3 hasil irradiasi Gamm 60Co Di Lahan Paasir Pantai. Skripsi: Jurusan
Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kirby, E.J.M. 2002. Botany Of Wheat Plant. In: BC Curtis, S Rajaram, H Gomez
Macpherson, eds. Bread Wheat. Improvment and Production. Food
Agriculture Organisation, Rome.
http://www.fao.org/docrep/006/y4011e/y4011e05.htm#bm05 (akses 24
Agustus 2010)
Martin, J.H, W.H. Leonard, & D.L. Stamp. 1976. Principle Of Field Crop
Production. Third Edition. Macmillan Publishing Co., Inc. New York.
Nasution, A.S. 2009. Hubungan Faktor Iklim Dengan Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman. https://sanoesi.wordpress.com/2009/01/29/hubungan-faktor-
iklim-dengan-pertumbuhan-dan-produksi-tanaman/ (akses 3 Maret 2011).
Riyanto, D. 2010. Uji Multilokasi (UML) / Uji Daya Hasil Lanjutan (UDHL)
Padi,
Jagung dan Kedelai.
http://yogya.litbang.go.id./ind/index.php?option=comconten&view=article&
id=152:uji-multi-lokasi-umluji-daya-hasil-lanjutan-udhl-di-jagung-dan
kedelai&catid=16: tanaman-pangan-&Itemid=91. (akses 21 Agustus 2010)
Syuryawati, Rahmi Y.A & Zubachtirodin. 2007. Gandum dan Sorgum. Balai
Penelitian Tanaman Serealia Sulsel.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind//leaflet/Gandumsorgum.pdf (Akses
16 Maret 2010).
Trubus. 2007. Gama Ditembakan Abnormal Didapat. Edisi Selasa, 24 April 2007.
Lampiran 1
Blok 1
5 10 6 9 1
7 2 8 4 3
Blok 2
2 8 10 7 5
6 9 3 1 4
Blok 3
9 4 5 6 10
3 1 7 2 8
Keterangan :
1. CPN 01
2. CPN 02
3. CBD 17
4. CBD 24
5. CBD 23
6.CBD 20
7. CBD 16
8. Dewata
9. Selayar
10. Nias
67
Lampiran 2
Data klimatologi BMKG Bogor dan Peta lokasi BATAN Ps. Jumat
Lampiran 3
A. Tinggi Tanaman
Jumlah Kuadrat F F Tabel
Sumber Kerangaman db
Kuadrat Tengah Hitung 5% 1%
Kelompok 2 26,27 13,135 0,476 3,55 6,01
Perlakuan 9 778,54 86,504 3,136 2,46 3,6
Galat 18 496,48 27,582
Total 29 1301,29
B. Panjang Malai
Jumlah Kuadrat F F Tabel
Sumber Kerangaman db
Kuadrat Tengah Hitung 5% 1%
Kelompok 2 0,064 0,032 0,17674 3,55 6,01
Perlakuan 9 7,774 0,864 4,77079 2,46 3,6
Galat 18 3,259 0,181
Total 29 11,097
C. Jumlah Spikelet
Jumlah Kuadrat F F Tabel
Sumber Kerangaman db
Kuadrat Tengah Hitung 5% 1%
Kelompok 2 8,755 4,378 1,613 3,55 6,01
Perlakuan 9 37,659 4,184 1,542 2,46 3,6
Galat 18 48,845 2,714
Total 29 95,259
F. Jumlah Daun
Jumlah Kuadrat F F Tabel
Sumber Kerangaman db
Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01
Kelompok 2 0,40 0,20 1,70 3,55 6,01
Perlakuan 9 2,82 0,31 2,65 2,46 3,60
Galat 18 2,13 0,12
Total 29 5,36
H. Luas Daun
Jumlah Kuadrat F F Tabel
Sumber Kerangaman db
Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01
Kelompok 2 23,42 11,71 2,81 3,55 6,01
Perlakuan 9 2,15 0,24 0,06 2,46 3,60
Galat 18 75,04 4,17
Total 29 100,61
I. Lebar Daun
Jumlah Kuadrat F F Tabel
Sumber Kerangaman db
Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01
Kelompok 2 0,01 0,005 0,13 3,55 6,01
Perlakuan 9 0,04 0,004 0,10 2,46 3,60
Galat 18 0,78 0,04
Total 29 0,13
70
L. Umur Berbunga
Jumlah Kuadrat F F Tabel
Sumber Kerangaman db
Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01
Kelompok 2 238,47 119,23 3,11 3,55 6,01
Perlakuan 9 588,53 65,39 1,71 2,46 3,60
Galat 18 690,00 38,33
Total 29 1517,87
M. Umur Panen
Jumlah Kuadrat F F Tabel
Sumber Kerangaman db
Kuadrat Tengah Hitung 0,05 0,01
Kelompok 2 68,07 34,03 1,27 3,55 6,01
Perlakuan 9 302,13 33,57 1,25 2,46 3,60
Galat 18 483,27 26,85
Total 29 853,47
71
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7