Anda di halaman 1dari 56

BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI WERENG

BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.)


(HEMIPTERA:DELPHACIDAE) PADA PADI VARIETAS
BUJANG MARANTAU DAN ANAK DARO

SKRIPSI

Oleh

ANGGI AGUSTIN SYAMSUARLIS


NIM. 1810251031

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023

1
BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI WERENG
BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.)
(HEMIPTERA:DELPHACIDAE) PADA PADI VARIETAS
BUJANG MARANTAU DAN ANAK DARO

Oleh

ANGGI AGUSTIN SYAMSUARLIS


NIM. 1810251031

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023

i
PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul “Biologi dan Statistik


Demografi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) (Hemiptera:
Delphacidae) pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro” adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Padang, Juni 2023

Anggi Agustin Syamsuarlis


NIM 1810251031

ii
BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI WERENG
BATANG COKLAT (Nilaparvata lugensStal.)
(HEMIPTERA:DELPHACIDAE)PADA PADI VARIETAS
BUJANG MARANTAU DAN ANAK DARO

Oleh

ANGGI AGUSTIN SYAMSUARLIS


NIM. 1810251031

MENYETUJUI

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Novri Nelly, MPDr. Ir. Arneti, MS


NIP196411211990032001 NIP196205041988102001

Dekan Fakultas Pertanian Koordinator Program Studi Proteksi


Universitas Andalas Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Dr. Ir. Indra Dwipa, MSDr. Yulmira Yanti, S.Si. MP


NIP. 196502201989031003 NIP.197806232006042002

Tanggal disahkan:

iii
Skripsi ini akan diuji dan dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Sarjana
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, pada tanggal April 2023

No NAMA TANDA JABATAN


TANGAN
1 Dr. My Syahrawati, SP. MSi Ketua

2 Dr. Hasmiandy Hamid, SP. M.Si Sekretaris

3 Ir. Martinius, MS Anggota

4 Prof. Dr. Ir. Novri Nelly, MP Anggota

5 Dr. Ir. Arneti, MS Anggota

iv
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka
apabilaengkautelahselesaidengansuatupekerjaan,segeralahengkaukerjakand
engan sungguh-sungguh urusan lain. Dan hanya
kepadaTuhanmulahhendaknyaengkau berharap.”
(Q.SAlInsyirah:6-8)

“…dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepaada orang-orang


yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yg telah mereka
kerjakan”
(An Nahl: 96)

Alhamdulillahirabbil ‘alamin......
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, nikmat dan karunia-Nya.
Sholawat beriringan salam untuk pimpinan umat sedunia, yakni Nabi Besar
Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah membawa umutnya dari alam
kegelapan, kealam yang terang-benderang yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Dengan segala Rahmat Allah SWT kupersembahkan hadiah kecil, karya
sederhana ini kepada kedua orang tua tercinta teruntuk Ayah Syamsuarlis dan
teruntuk Ibu Juasniatim (Almh) tanpa kalian mungkin aku tak akan ada di dunia
ini. Teruntuk Ayah terima kasih telah mendidik ku menjadi anak yang kuat, sabar,
dan semangat. Terima kasih untuk motivasi, saran, kesabaran,dukungan moral
maupun materil dan doa tulus ikhlas yang selalu mengiringi langkah ku dalam
menggapai cita-cita ini. Semoga ayah selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan
hingga anakmu ini sukses. Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.Teruntuk Ibu yang telah
berada di syurganya Allah Love you ibu, disetiap doa ku akan selalu ada namamu,
terima kasih untuk semua pengorbanan mu, aku akan selalu merindukanmu.
Teruntuk Ibu sambungku Afni Zahra terima kasih untuk kasih sayang, semangat
dan perhatian kepada ku.
Teruntuk One Revi Wati dan Apak Bujang terima kasih telah menjadi
orang tua kedua yang memberikan motivasi, kasih sayang, didikan dan dukungan
moril maupun materil serta doa tulus ikhlas yang selalu mengiringi langkah ku.
Teruntuk nenek ku tercinta (amak) Hindun terima kasih untuk perhatian, kasih
sayang, nasehat dan pelajaran hidup dan doa tulus yang telah amak berikan.
Terima kasih untuk teti Yulia RS atas semangat, dukungan dan motivasi yang
luar biasa. Terima kasih untuk semua keluarga besar ku apak, mandeh, kakak-
kakak, dan adik-adik mungkin tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih
telah hadir menguatkan, mendukung dan memberikan motivasi dalam menjalani
perjuangan yang penuh dengan liku-liku...mungkin ini awal dari perjuangan ku
doakan agar aku selalu diberi kemudahan dan semangat dalam menjalankan
kehidupan ini dan bisa menjadi kebanggaan keluarga tentunya.
Untuk orangtua ku dikampus, Ibu Prof. Dr. Ir. Novri Nelly, MP dan Ibu
Dr. Ir. Arneti, MS terima kasih atas ilmu, bimbingan, arahan, motivasi dan
kesabaran dalam membimbing ananda, sehingga ananda bisa menyelesaikan studi
ini. Serta Permohonan maaf dari hati yang paling dalam atas kesalahan dan
kelalaian ananda selama mengikuti perkuliahan dan penelitian ini. Terima kasih

v
ananda ucapkan kepada dosen penguji Bapak Dr. Hasmiandy Hamid, SP. M, Si,
Ibu Dr. My. Syahrawati, SP.M, Si, dan Ibu Ir. Martinius, MS yang telah
memberikan kritikan dan saran sehingga karya ini dapat terselesaikan. Terima
kasih penulis ucapkan kepada ibu Yunizah, SP yang telah membantu penulis
selama bekerja di Laboratorium. Terima kasih kepada semua dosen, staff
adminstrasi Fakultas Pertanian Universitas Andalas atas semua bantuan dan
kemudahan sehingga cita-cita ananda satu per satu dapat terwujud.
Terima kasih Anggi ucapkan kepada Alvisyang masih setia menemani
sampai saat ini, dengan banyaknya drama kehidupan, suka duka, tangis dan tawa,
susah dan bahagia dan hal lainya. Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh
kesah, terima kasih untuk semangat, saran dan masukan, terima kasih sudah
membantu dalam penelitian, semoga Allah panjangkan umur kamu ya...diberikan
kelancaran untuk segala urusan kamu dalam hal apapun, sukses selalu untuk
kamu.
Terima kasih Anggi ucapkan kepada Rara Nafhalia Riza yang sudah
menjadi teman baik anggi, tempat berkeluh kesah yang bisa anggi harapkan dalam
hal apapun. Terima kasih kepada Rekha Chania Sundava teman kost Anggi
yang sudah berbagi ilmu, pengalaman, semangat, motivasi, saran dan
masukkannya, sukses selalu untuk kita yaa..Terima kasih Anggi ucapkan kepada
teman dekat, teman seperjuanga, teman sepembimbingan Mona Kairun
Nisatelah menjadi teman tempat berkeluh kesah dalam hal apapun, terima kasih
telah berjuang bersama untuk menyelesaiakan drama perskripsian ini. Terima
kasih kepada teman anggi, Fadilla Aprilia Efendi yang menjadi teman tempat
berkeluh kesah dalam hal apapun, terima kasih juga ya sudah menampung anggi
di kos dila, disaat anggi mageran balik ke kos karena kos anggi jauh, semangat
untuk penelitian nya yaa.. kamu pasti bisa.
Terima kasih untuk Restu, Yaya, Ulfariza, Robi, Adif, Hafizan, dan
Andhikasudah membantu dan bekerja sama saat melakukan penelitian
dilaboratorium. Terima kasih kepada Susan SAUDARA PERWERENGAN dan
SEPEMBIMBINGAN yang teleh bekerja sama, dan berbagi ilmu. Terima kasih
kepada teman-teman BUK NONON SQUAD ’18 (Mona, Hafizan, Susan, Tati,
Ima, Teguh, Tesa dan Yudha). Terima kasih kepada teman ku Sixsri dan Fatma
yang sudah membantu dalam perkuliahan. Terima kasih kepada seluruh teman-
teman PROTEKSI TANAMAN 2018 yang telah mewarnai masa-masa
perkuliahanku.Tak lupa pula terima kasih kepada senior-senior kak ulfa, bg
yolma, kak zeni, kak ijadan kak wulan yang telah membantu ku berproses
dalam penelitian untuk penyelesaian skripsi ini, semoga Allah selalu memudahkan
urusan kalian.Teristimewa terima kasih untuk diri sendiri yang sudah kuat dan
berjuang sampai dititik ini sehingga bisa dengan baik menyelesaikan karya
serderhana ini, semoga ini menjadi langkah awal untuk maju kedepan menuju
kesuksesan, I Love Myself....

vi
BIODATA

Penulis dilahirkan di Tangerang, pada tanggal 25 Agustus 1999. Penulis


merupakan anak tunggal dari pasangan (ayah) Syamsuarlis dan (ibu) Jusniatim
(Almh). Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negri 11 V
Koto Timur Kayu Mudo (2006-2012). Sekolah Menengah Pertama (SMP)
ditempuh di SMP N 1 V Koto Timur Kudu Ganting (2012-2015). Sekolah
Menengah Atas (SMA) ditempuh di SMA N 1 V Koto Timur Limau Purut (2015-
2018). Pada tahun 2018 penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas
Andalas, Departemen Proteksi Tanaman melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN).

Padang, Juni 2023

A.A.S

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allahu Subhanahu wa ta'ala


karena atas izin-Nya penulis dapat meyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat
serta beriringan salam tida lupa disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini berjudul
“Biologi dan Statistik Demografi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens
Stal.) (Hemiptera: Delphacidae) pada Padi Varietas Bujang Marantau dan
Anak Daro”.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dan sebagai
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1. Selain itu, skripsi
ini juga dibuat sebagai salah satu wujud implementasi dari ilmu yang didapatkan
selama masa perkuliahan. Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada kedua
pembimbing ibu Prof. Dr. Ir. Novri Nelly, MP dan ibu Dr. Ir. Arneti, MS yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, bantuan dan nasehat yang
sangat penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan juga saran
yang sifatnya membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini lebih baik
kedepannya dan bermanfaat bagi orang lain.

Padang,Juni 2023

A.A.S

vii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
ABSTRAK.................................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian......................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 4


A. Tanaman Padi (Oryza sativa Linnacus)......................................... 4
B. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens)................................. 6
C. Statistik Demografi........................................................................ 8

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................11


A. Tempat dan Waktu......................................................................... 11
B. Bahan dan Alat............................................................................... 11
C. Rancangan Penelitian..................................................................... 11
D. Persiapan Penelitian....................................................................... 11
E. Pelaksanaan Penelitian................................................................... 12
F. Pengamatan.................................................................................... 13
G. Analisis Data.................................................................................. 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................19


A. Hasil............................................................................................... 19
B. Pembahasan.................................................................................... 23

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................27


A. Kesimpulan.................................................................................... 27
B. Saran............................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 28
LAMPIRAN...............................................................................................32

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ciri-ciri instar nimfa WBC............................................................. 14


2. Rata-rata jumlah individu dan lama stadia satu imago betina
WBC pada padi varietas Bujang Marantau dan Anak Daro........... 19
3. Jumlah telur yang diletakan dan persentase telur menetas satu
imagobetina WBC pada padi varietas Bujang Marantau dan
Anak Daro...................................................................................... 20
4. Statistik demografi WBC pada padi varietas Bujang Marantau
dan Anak Daro............................................................................... 23

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi WBC............................................................................. 7
2. Model kurva kesintasan.................................................................. 10
3. Penyediaan tanaman inang............................................................. 12
4. Pelaksanaan penelitian................................................................... 13
5. Perkembangan biologi WBC.......................................................... 20
6. Kurva kesintasan WBC pada varietas Bujang Marantau............... 21
7. Kurva kesintasan WBC pada varietas Anak Daro......................... 21

x
DAFTAR LAMPIRAN

LampiranHalaman

1. Jadwal kegiatan penelitian............................................................. 32


2. Denah perlakuan............................................................................. 33
3. Deskripsi varietas padi................................................................... 34
4. Neraca kehidupan WBC pada varietas padi Bujang Marantau...... 36
5. Neraca kehidupan WBC pada varietas padi Anak Daro................ 37
6. Suhu dan kelembaban..................................................................... 38

xi
BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI WERENG
BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.)
(HEMIPTERA:DELPHACIDAE) PADA PADI VARIETAS
BUJANG MARANTAU DAN ANAK DARO

ABSTRAK

Wereng batang coklat atauWBC merupakan salah satu hama utama


tanaman padi yang dapat menyebabkan penurunan hasil panen dan kerugian bagi
petani secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
membandingkan biologi dan statistika demografi WBC (Nilavarpata lugens Stal.)
(Hemiptera: Delpachidae) pada padi varietas Bujang Marantau dan Anak Daro di
laboratorium.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioekologi Serangga,
Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang pada bulan September sampai
bulan Desember 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Parameter pengamatan adalah jumlah individu (telur, nimfa
dan imago) dan lama stadia pada masing-masing varietas. Data yang diperoleh
dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang biologi, kurva kesintasan, dan
statistik demografi WBC. Hasil menunjukan bahwa perbedaan varietas
mempengaruhi biologi dan statistik demografi WBC.Varietas padi Bujang
Marantau lebih disukai WBC dibandingkan varietas Anak Daro. Pada padi
varietas Bujang Marantau menghasilkan rata-rata jumlah telur (22,4
butirtelur/betina) lebih tinggi dibandingkan pada padi varietas Anak daro yaitu
16,0 butir telur/betina) . Total lama stadia pada padi varietas Bujang Marantau
yaitu 32,1 ± 6,21lebih pendek dibandingkan pada padi varietas Anak Daro yaitu
33,3 ± 6,23. Kurva kesintasan WBC pada kedua varietas tergolong tipe 1, yang
menggambarkan tingkat kematian yang rendah pada umur muda namun kematian
yang tinggi pada umur tua. Statistik demografi mengenai laju reproduksi kotor,
laju reproduksi bersih dan laju intrinsik pada varietas Bujang Marantau (231,3;
30,7; 0,18) lebih tinggi dibandingkan pada padi varietas Anak Daro yaitu masing-
masing (201,1; 30,42; 0,17) sedangkan rata-rata masa generasipada padi varietas
Bujang (18,11) lebih pendek dari pada varietas Anak Daro yaitu (19,08).

Kata kunci :Biologi, statistik demografi, varietas Anak Daro, varietasBujang


Marantau, WBC

xii
BIOLOGY AND DEMOGRAPHIC STATISTICS OF THE
BROWN PLANTHOPPER (Nilaparvata lugens Stal.)
(HEMIPTERA:DELPHACIDAE) ON VARIETIES OF BUJANG
MARANTAU AND ANAK DARO

ABSTRACT

Brown Planthopper or BPH is one of the main pests of rice plants which
can cause a significant decrease in yields and losses for farmers. This study aims
to determine the biology and demographic statistics of BPH (Nilavarpata lugens
Stal.) (Hemiptera: Delpachidae) in the Bujang Marantau and Anak Daro rice
varieties in the laboratory. This research was conducted at the Insect Bioecology
Laboratory, Faculty of Agriculture, Andalas University, Padang from September
to December 2022. The method used in this study was an experimental method.
The parameters of observation were the number of individuals (eggs, nymphs and
imago) and stadia of each variety. The data obtained were analyzed to obtain
information about the biology, survival curve, and demographic statistics of BPH.
The results show that varietal differences affect the biology and demographic
statistics of BPH. The BPH preferred the Bujang Marantau rice variety over the
Anak Daro variety. The Bujang Marantau rice variety produced an average
number of eggs (22.4 eggs/female) higher than the Anak daro rice variety, which
was 16.0 eggs/female). The total stadia length in the Bujang Marantau variety rice
was 32.1 ± 6.21, which was shorter than the Anak Daro variety rice, which was
33.3 ± 6.23. The BPH survival curves for both varieties belong to type 1, which
describes a low mortality rate at a young age but a high mortality at an old age.
Demographic statistics regarding the gross reproduction rate, net shooting rate and
intrinsic rate for the Bujang Marantau variety (231.3; 30.71; 0.18) were higher
than the Anak rice variety. Daro respectively (201.1; 30.42; 0.17) while the
average generation period for Bujang variety rice (18.11) is shorter than on the
Anak Daro variety, namely (19.08)

Keywords :Biology, demographic statistics, anak Daro variety, bujang Marantau


variety, BPH.

xiii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativaLinnaeus) merupakan salah satu komoditas
tanaman pangan utama di Indonesia, karena hampir seluruh penduduk Indonesia
mengkonsumsi berassebagai sumber karbohidrat dan juga sebagai bahan makanan
pokok. Bahan pangan ini mengandung karbohidrat sebesar 78,9%, protein 6,8%,
dan 0,7% lemak. Kebutuhan beras meningkat seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk di Indonesia. Oleh karena itu, penyedian beras sebagai
bahan makanan pokok harus tetap terjaga(Andesmora et al., 2020).
Produktivitas tanaman padi di Indonesia dan Sumatera Barat selama empat
tahun terakhir mengalami fluktuasi. Produktivitas padi di Indonesia tahun 2018
sampai tahun 2021 berturut-turut sebesar 5,20; 5,11; 5,12 dan 5,22 ton/ha,
sedangkan produktivitas padi di Sumatera Barat pada tahun 2018 sampai tahun
2021 berturut-turut sebesar 4,73; 4,75; 4,69 dan 4,83 ton/ha(Badan Pusat Statistik,
2022). Jika diperhatikan angka-angka tersebut masih belum mencapai
produktivitas optimum yang dapat mencapai 10,85 ton/hektar(Fajrullah et al.,
2019). Salah satu faktor yang menyebabkan produktivitas padi di Sumatera Barat
belum mencapai produktivitas yang optimum dipengaruhi oleh adanya serangan
hama, salah satu serangan hama tertinggi yang ditemukan di lapangan yaitu
wereng batang coklat atau WBC (Nilaparvata lugens) (Syahrawati et al., 2019).
WBC dapat menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan,
mulai dari pembibitan sampai menjelang panen. Serangan WBC dapat
menimbulkan kerugian yang besar bagi petani, karena jika serangan wereng
batang coklat ini tinggi dan mencapai lebih dari 90% maka akan mengakibatkan
puso (hopperburn) dan menggagalkan panen (Hariniet al., 2013). WBC juga
dapat menjadi vektor virus yang dapat mengakibatkan beberapa macam jenis
penyakit. Kerusakan yang ditimbulkan oleh WBC mengakibatkan terjadinya gagal
panen, karena hama ini menghisap cairan sel batang padi, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan padi (Baehaki dan Mejaya, 2014).
Luas serangan WBC tiga tahun terakhir di Sumatera Barat mengalami
peningkatan. Tercatat serangan WBC pada tahun 2018 luas serangan 440,45 ha, di
2

tahun 2019 luas serangan meningkat menjadi 628,75 ha, dan di tahun 2020 luas
serangan sebesar 1.103,56 ha (BPTPH Sumatera Barat, 2021).
Varietas IR 42pada awalnya merupakan varietas yang tahan terhadap
WBC biotipe 1 dan 2, namun karena petani cenderung menanam varietas IR 42
secara terus-menerus sehingga menyebabkan varietas IR 42 rentan terhadap
WBC. Fitri, (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa serangan wbc pada
padi varietas IR 42 lebih tinggi dibandingkan padi varietas batang piaman, hal
tersebut dilihat berdasarkan biologi dan statistik demografi. Sujitno et al., (2015)
menyatakan bahwa penanaman varietas yang sama secara terus-menerus dapat
menimbulkan resistensi terhadap hama tersebut.
Statistik demografi merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menentukan faktor kritis populasi hama serta memprediksi pertumbuhan populasi
hama dan pengembangan strategi pengendalian hama.Hal tersebut dapat dilakukan
dengan merancang neraca kehidupan (life table), Neraca kehidupan dapat
memberikan informasi secara terperinci mengenai kelahiran, perkembangan,
reproduksi, dan kematian setiap individu dalam suatu populasi atau dengan kata
lain memberi gambaran mengenai laju pertumbuhan suatu populasi(Hutasoit et
al., 2017).
Fitri, (2019)dalam penelitiannya menyatakan bahwa perbedaan varietas
dapat mempengaruhi biologi WBC. Jumlah telur, nimfa dan imago WBC yang
dihasilkan pada padi varietas Batang Piaman lebih sedikit dibandingkan IR 42,
sebaliknya lama stadia telur pada varietas Batang Piaman lebih lama
dibandingkan varietas IR 42, sedangkan lama stadia imago pada padi varietas
Batang Piaman lebih pendek dibandingkan varietas IR 42. Nilai harapan hidup
WBC pada padi varietas Batang Piaman lebih rendah dibandingkan IR 42, dan
nilai laju reproduksi, laju intrinsik, laju reproduksi bersih, laju reproduksi kotor
serta laju intrinsik pada varietas Batang Piaman lebih rendah dibandingkan IR 42.
Prada dan Martinius, (2020) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
varietas Kahayan lebih tahan dari pada varietas Cisokan dilihat berdasarkan
biologi dan statistik demografinya yaitu nilai harapan hidup (ax) dan nilai
proporsi individu yang hidup (lx) pada varietas Cisokan nilainya lebih tinggi
dibandingkan pada varietas Kahayan. Laju reproduksi dan laju intrinsik pada
3

varietas cisokan nilainya lebih tinggi dari varietas Kahayan. Adapun waktu masa
generasi varietas kahayan lebih lama dibandingkan varietas cisokan.
Penanaman varietas unggul baru (VUB) merupakan salah satu upaya
untuk menigkatakan produksi padi (Susanti et al., 2020). Sumatera Barat memiliki
salah satu sumber plasma nutfah yang berpotensi berupa varietas unggul lokal
diantaranya varietas Anak Daro, dimana varietas ini telah dilepas pada tahun
2007, varietas anak daro memiliki umur 135-145 hari dengan tinggi tanaman 105-
121 cm, memiliki anakan yang produktif sebanyak 20-27 batang, dengan rata-rata
potensi hasil 5,65 ton/ha GKG, dan varietas ini tahan terhadap penyakit tunggro
dan agak peka terhadap penyakit blas (BPTP Sumatera Barat, 2007).
Pemerintah daerah Kota Pariaman merekomendasikan untuk melakukan
pergiliran penanaman varietas dengan menggunakan varietas Bujang Marantau
dimana varietas ini merupakan varietas unggul yang dirilis oleh Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Varietas ini termasuk golongan padi cere,
memiliki umur tanaman 135-140 hari, dengan jumlah anakan yang produktif
banyak 25-32 batang, dan potensi hasil 7,7 ton/ha (BB padi, 2015).
Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian tentang “Biologi
dan Statistik Demografi Wereng Batang Coklat Nilavarpata lugens Stal.
(Hemiptera: Delpachidae) pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro”.
Untuk melakukan pendugaan laju pertumbuhan WBC dan memberikan informasi
tentang biologi WBC pada varietas yang akan dibudidayakan.

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan biologi
dan statistikdemografi WBC (Nilavarpata lugens Stal.)(Hemiptera:Delpachidae)
pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro di laboratorium.

C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai biologi
dan statistika demografi WBC pada varietas padi yang akan dibudidayakan,
sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan pendugaan laju
pertumbuhan WBC, kemudian juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya pengendalian serengan hamaWBC.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi (Oryza sativaLinnaeus)


Tanaman padi (O. sativa) merupakan salah satu tanaman yang paling
banyak dibudidayakan di Indonesia. Padi banyak mengandung nutrisi yang
diperlukan oleh tubuh. Oleh sebab itu, padi merupakan salah satu bahan pangan
pemegang kendali motivasi manusia Indonesia yang paling mendasar yaitu untuk
memenuhi kebutuhan (Pratiwi, 2016).
Klasifikasi tanaman padi menurut Utama (2015) temasuk ke dalam
kingdom plantae, devisi Spermathophyta, kelas Monokotiledon, ordo Poales,
famili Poaceae, genus Oryza, spesies Sativa.Berdasarkan tempat tumbuhnya
tanaman padi dibagi menjadi dua jenis yaitu padi sawah dan padi gogo. Padi
sawah adalah padi yang dapat hidup pada air tergenang atau lahan beririgasi dan
padi gogo adalah padi yang dapat hidup pada lahan kering yang relatif toleran
tanpa penggenangan seperti sawah.
Padimerupakan tanaman semusim, marfologi tanaman padi terdiri dari
akar, daun, tajuk, batang, bunga, gabah/bulir. Akar adalah bagian dari tanaman
yang berfungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah dan kemudian mengangkutnya
kebagian atas tanaman.Daun padi terdiri dari helaian daun pelepah daun, telinga
daun, dan lidah daun. Helain daun memanjang dengan ujung daun meruncing,
antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh ligula yang berfungsi untuk
mencegah masuknya air hujan atau embun ke pelepah daun. Tajuk merupakan
kumpulan daun yang tersusun rapi dengan bentuk, orientasi dan besar (dalam
jumlah dan bobot tertentu). Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh
buku, dan tunas (anakan) yang tumbuh pada buku. Bunga tanaman padi termasuk
bunga berumah satu artinya bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman
yang sama dan dilindungi oleh pelepah daun. Bunga jantan matang terlebih
dahulu. Bulir padi terdiri dari embrio (lembaga) yang terletak di dalam lemma,
endosperm adalah bagian dari bulir padi yang besar sedangkan bekatu merupakan
bagian dari bulir padi yang bewarna coklat (Purnomo, 2013).
5

Sejak berkecambah hingga panen tanaman padi membutuhkan waktu 3-6


bulan (tergantung jenis dan varietas). Pertumbuhan tanaman padi terdiri dari 3
fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif, fase reproduktif dan fase pemasakan. Fase
vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan
jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah bobot dan luas daun. Fase vegetatif juga
merupakan fase awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/ primordia.
Fase generatif adalah fase saat tanaman padi memasuki fase reproduktif akan
terjadi inisiasi primordia yang diikuti oleh memanjangnya ruas batang tanaman
padi, selanjutnya fase terakhir adalah fase pemasakan dimana fase ini dimulai dari
gabah yang mulai terisi hingga gabah masak (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Tanaman padi tumbuh di daerah tropis/subtropis antara 45 ˚LU dan 45 ˚LS
dengan cuaca panas dan lembab serta musim hujan berlansung selama 4 bulan.
Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun.
Padi dapat ditanam pada musim kemarau maupun musim penghujan. Pada musim
kemarau produksi meningkat selama air irigasi selalu tersedia. Pada musim hujan,
meskipun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan yang kurang
intensif, di dataran rendah padi membutuhkan ketinggian 0-650 meter diatas
permukaan laut (mdpl) pada suhu 22-27 ˚C sedangkan di dataran tinggi
dibutuhkan 650-1500 mdpl pada suhu 19-23 ˚C. Tanaman padi membutuhkan
sinar matahari penuh tanpa naungan. Angin dapat mempengaruhi penyerbukan
dan pembuahan, tetapi jika terlalu kuat akan menumbangkan tanaman (Hanum,
2008).
Pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik yang mempengaruhi tanaman padi adalah serangan hama penyakit
tanaman yang tidak dikehendaki sehingga dapat mempengaruhi hasil. Faktor
abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan padi diantaranya yaitu cahaya,
air, suhu dan usur hara. Cahaya dan air merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan tanaman yaitu, berperan pada proses fotosintesis, apabila unsur ini
dalam keadan maksimum maka jumlah fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman
akan lebih banyak memberikan konstribusi besar terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman (Muyassir, 2012).
6

Masalah hama dan penyakit pada tanaman padi menjadi salah satu kedala
dalam peningkatan produksi padi. Hama utama tanaman padi yang menyerang,
merusak dan menyebabkan penurunan hasil diantaranya adalah wereng batang
coklat (Nilavarpata lugens), tikus (Rattus argentiventer), dan penggerek batang
padi (Scirpophaga innotata). Beberapa hama lainnya seperti wereng punggung
putih (Sogatella furcifera), wereng hijau (Siphanta acuta), lembing batu
(Scotinophara coarctata), dan walang sangit (Leptocorisa oratorius) (Effendi,
2009).

B. Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugensStal.)


Wereng merupakan hama padi yang paling banyak menimbulkan
keresahan bagi petani. Adapun jenis wereng yang paling banyak dijumpai di
lapangan, dan menimbulkan kerusakan yang cukup tinggi adalah wereng batang
coklat atau WBC (Nilavarpata lugens Stal.) (Harahap dan Tjahjono, 2003).
WBC termasuk ke dalam ordo Hemiptera, subordo Auchenorryncha,
familia Delphacidae. Inang yang paling utama bagi WBC adalah tanaman padi.
(Trianingsih, 2016). WBC merupakan hama monofag yang dapat menyerang
hampir semua varietas padi dengan tingkat kerusakan mulai dari ringan sampai
dengan berat bahkan puso (gagal panen). WBC dianggap berbahaya karena
mempunyai sifat plastis, yaitu mudah beradaptasi dengan keadaan dan
lingkungan. WBC merupakan vektor virus beberapa jenis penyakit. WBC
merusak tanaman padi dengan cara menghisap cairan yang ada pada batang padi
sehingga menyebabkan tanaman menjadi kering. Gejala serangan WBC ditandai
dengan daun dari rumpun padi berubah warnanya menjadi kuning kecoklatan
(Nurbaeti et al., 2010).
Metamorfosis WBC tergolong tidak sempurna yang terdiri dari telur,
nimfa dan imago. Saat fase dewasa wereng batang coklat mempunyai dua bentuk
yaitu WBC bersayap pendek (brakhiptera) dan bersayap panjang (makroptera)
(Gambar 1c dan 1d). Terjadinya WBC brakhiptera disebabkan karena berlebihnya
ketersedian pakan pada stadium nimfa dan juga didorong oleh suhu yang optimal
yang sesuai bagi perkembangan wereng batang coklat dengan masa peneluran
selama 3-4 hari, sedangkan terjadinya WBC makroptera disebabkan karena
tingginya populasi pada stadium nimfa dan kurangnya ketersedian pakan dimana
7

masa penelurannya terjadi selama 3-8 hari. Telur WBC berbentuk lonjong, telur
diletakan berkelompok pada bagian pangkal pelepah daun dan tulang daun, tetapi
pada saat jumlah populasinya tinggi telur diletakan di ujung pelepah daun dan
tulang daun. Jumlah telur yang di letakan beragam, dalam satu kelompok telur
terdiri dari 3-21 butir (Gambar 1a). Telur tersebut menetas antara 7-11 hari atau 9
hari. Peletakan telur terjadi pada waktu sore hari pada saat kelembaban udara
rendah (Oktarina, 2009).

a b c d

Gambar 1. Morfologi Wereng Batang Coklat atau (WBC).


Keterangan : a. Telur
b. Nimfa
c. Imago brakhiptera
d. Imago makroptera
Serangga muda yang menetas dari telur disebut dengan nimfa. Nimfa
mengalami pergantian kulit (instar) (Gambar 1b). Rata-rata stadium nimfa
beragam dari bentuk imago yang akan mucul (Nurbaeti et al., 2010). Lama
stadium nimfa instar I, II, III, IV dan V berturut-turut yaitu 2,6 hari, 2,1 hari, 2,0
hari, 2,4 hari dan 3,1 hari. Nimfa WBC bewarna krem dan kemudian berubah
menjadi keabu-abuan seiring bertambahnya usia. Nimfa dewasa memiliki panjang
kurang lebih 2,1 mm, bersamaan dengan pertumbuhan nimfa menjadi dewasa
garis hitam pada thorax mulai menghilang (Wirajaswadi, 2010).
Instar nimfa WBC memiliki ciri masing-masing, nimfa instar 1 bewarna
putih bersih, dan kemudian pada bagian dorsal menampakan warna kelabu, nimfa
instar 2 memiliki ciri pada bagian kepala dan thorax bewarna kuning sedangkan
abdomennya bewarna putih dengan warna kelabu yang memudar dan merata,
nimfa instar 3 secara keseluruhan bewarna coklat muda ruas-ruas abdomen
terlihat jelas, nimfa instar 4 memiliki warna yang lebih tua dibandingkan nimfa
instar 3, dan nimfa instar 5 memiliki warna yang hampir sama dengan nimfa instar
4 tetapi memiliki ukuran tubuh yang lebih besar (Nurbaeti et al., 2010).
8

Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk dewasa. Bentuk pertama


adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu WBC yang memiliki sayap depan dan
belakang normal baik betina maupun jantan. Bentuk kedua adalah brakhiptera
(bersayap kerdil) yaitu sayap depan dan belakang tidak tumbuh normal baik jantan
maupun betina. Umumnya WBC brakhiptera bertubuh lebih besar mempunyai
tungkai dan peletak telur lebih panjang. Kemunculan makroptera lebih banyak
pada tanaman tua dari pada tanaman muda dan keberadaan wereng ini lebih
banyak pada tanaman setengah rusak dari pada tanaman sehat (Baehaki dan
Widiarta, 2009).
Panjang tubuh imago jantan 2-3 mm dan panjang imago betina 2-4 mm.
Imago betina memiliki abdomen yang lebih gemuk dari pada imago jantan. WBC
memiliki warna tubuh coklat kekuningan sampai coklat tua secara
keseluruhannya. Seekor imago betina mampu meletakan telur 300-350 butir
dalam waktu 10-24 hari. Stadium imago berkisar antara 25-30 hari. Populasi
WBC baik nimfa maupun imago umumnya berbaur dibagian pangkal batang
tanaman padi. Jika pada saat populasi tinggi, maka WBC memencar hingga
menempati daun bendera (Oktarina, 2009).
Keberadaan WBC pada lahan sawah dipengaruhi oleh faktor biotik dan
faktor abiotik (Sujitnoet al., 2015). Faktor biotik yang mempengaruhi keberadaan
WBC yaitu varietas tanaman padi serta keberadaan musuh alami. Penggunaan
varietas yang rentan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemunculan
WBC dilahan (Rahmini et al., 2012). Keberadaan musuh alami dapat digunakan
sebagai pengendalian yang mempengaruhi keberadaan WBC pada lahan tersebut
(Gunawan et al., 2015). Selain faktor biotik, terdapat faktor abiotik yang
mempengaruhi keberadaan WBC di lahan, seperti faktor iklim yaitu suhu,
kelembaban dan curah hujan (Nurbaeti et al., 2010).
WBC merupakan hama strategik yang mempunyai ciri sebagai serangga
kecil yang cepat menemukan habitatnya, berkembang biak dengan cepat dan
mampu memanfaatkan sumber makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut
berkompetisi. WBC juga mempunyai sifat meyebar dengan cepat ke habitat baru
sebelum habitat baru membentuk biotipe dan dapat dengan segera merusak
tanaman padi yang tahan (Baehaki, 2012).
9

C. Statistik Demografi
Statistik demograsi merupakan analisis kuantitatif karakteristik suatu
populasi, hubungannya terutama dengan pola pertumbuhan populasi, hubugan
ketahanan, dan pergerakan populasi. Hal ini sangat erat hubungan dengan
dinamika populasi namun ada beberapa penekanan dimana statistik demografi
lebih memusatkan pada pola perkembangan, kelahiran, kematian dan pergerakan,
sementara itu sebab dan akibat dari fenomena ini dipelajari dalam dinamika
populasi. Aspek demografi suatu populasi terdapat dalam neraca kehidupan
(Fitriana et al., 2016).
Pengamatan dinamika populasi serangga dapat dilihat pada sebuah tabel
kehidupan yang dikenal dengan neraca kehidupan (life table) yang merupakan
teknik menghitung berbagai statistik populasi untuk memberikan informasi
tentang kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan peluang perkembangan
yang baik, sehingga dapat dijadikan sebagai paremeter perilaku perkembangan
populasi. Neraca tersebut merupakan ringkasan pernyataan tentang kehidupan
individu populasi atau kelompok. Informasi yang dapat diperoleh dari neraca
kehidupan merupakan deskripsi yang sistematis tentang mortalitas dan
kelansungan hidup suatu populasi. Informasi ini merupakan informasi dasar yang
diperlukan untuk mempelajari perubahan kepadatan dan laju pertumbuhan atau
penurunan suatu populasi. Neraca kehidupan juga dapat membantu dalam
menentukan teknik pengendalian yang tepat dengan mengetahui strategi
kehidupan dari hama tersebut (Mawan dan Amalia, 2011)
Menurut Tarumingkeng, (1994) neraca kehidupan berisi semua aspek
demograsi suatu populasi, yang terdiri dari tujuh buah lajur, yaitu umur (x),
tingkat kelansungan hidup (lx), laju kematian individu pada kelompok umur x
(dx), proporsi individu yang masuk kedalam kelompok umur x tetapi mati pada
kelas tersebut (qx), jumlah waktu hidup yang tersisa dari semua individu yang
mencapai umur x (tx), lamanya waktu hidup semua individu yang tersisa dari
semua individu yang mencapai umur x (Lx) dan harapan hidup suatu individu
berusia x (ex). Salah satu langkah awal dalam mempelajari perkembangan suatu
populasi serangga adalah dengan cara mengetahui aspek-aspek demografi.
10

Ada dua tipe neraca kehidupan yaitu yang bersifat spesifik umur atau
neraca kehidupan harizontal dan yang bersifat spesifik waktu atau neraca
kehidupam vertikal. Neraca kehidupan harizontal merupakan perhitungan yang
berulang terhadap suatu kelompok (kohort) tunggal yang terdiri dari individu yang
sama umurnya sepanjang waktu. Sedangkan kehidupan vertikal suatu data yang
diambil berdasarkan kejadian tunggal ketika diasumsikan bahwa semua
generasinya sudah saling lingkup dengan sempurna oleh karena kelas umur secara
simultan adalah sama (Bellows et al., 1992)

Presentase kesintasan WBC

Waktu
Gambar 2. Model kurva kesintasan(Tarumingkeng,1994)
Hubungan antara umur dengan peluang hidup (survivorship) dapat
dibedakan menjadi tiga tipe kurva peluang hidup, yaitu Kurva tipe 1
menggambarkan tingkat kematian yang rendah umur muda dan kematian tinggi
pada waktu umur lebih tua. Kurva tipe II adalah tingkat kematian rata-rata sama
pada semua umur dan kurva tipe III tingkat kematian tinggi pada awal kehidupan
atau pada umur muda(Tarumingkeng, 1994).
11

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioekologi Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2022
(Lampiran 1).

B. Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman padi
varietas Bujang Marantau dan Anak Daro, tanah, pupuk kandang dan imago WBC
(Nilavarpata lugens), tissue, dan kertas label.
Alat-alat yang digunakan dalampenelitian ini adalah toples plastik dengan
diameter 27,5 cm dan tinggi 24 cm yang bagian atasnya ditutup dengan kain kasa,
kotak persemaian (seedbed) ember plastik kecil yang berukuran dengan diameter
15 cm dan tinggi 12 cm, selotip hitam, tali rafia, aspirator, gunting, pinset, peniti
yang dimodifikasi, plastik mika, mikroskop binokuler, autoclave, hygrometer dan
alat-alat tulis.

C. Rancangan Penelitian
Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Pengujian ini dilakukan pada varietas Bujang Marantau dan varietas Anak Daro
untuk menguji perbedaan biologi dan statistik demografi WBC, masing-masing
dilaksanakan dalam 10 ulangan (Lampiran 2).

D. Persiapan Penelitian

1. Penyediaan tanaman inang untuk perbanyakan WBC


Benih padi yang digunakan sebagai tanaman inang untuk perbanyak WBC
adalah varietas Bujang Marantau dan Anak Daro. Benih yang digunakan untuk
perbanyakan WBC sebanyak 50 g/stoples. Stoples yang digunakan sebanyak 8
buah dengan diameter 27,5 cm dan tinggi 24 cm. Benih yang digunakan direndam
menggunakan aquades selama 24 jam kemudian dikering anginkan selama 60
menit, selanjutnya benih ditaburkan secara merata ke dalam toples dan direndam
12

kembali menggunakan aquades. Ketersediaan air selaludijaga berada diposisi


menutupi bulir padi.Bibit padi yang sudah berumur 5-7 haridapat diinfestasi dan
digunakan sebagai tanaman inang WBC (Gambar 3).

Gambar 3. Penyediaan tanaman inang untuk perbanyakan WBC

2. Perbanyakan WBC
Sebanyak 20 pasang imago WBC yang dikoleksi dari varietas IR42 di
persawahan masyarakat Kecamatan Kuranji Kota Padang ditangkap menggunakan
aspirator. WBC yang didapatkan di lapangan dimasukkan ke dalam gelas plastik
yang sudah berisi bibip padi varietas Bujang Marantau dan Anak Daro untuk
peletakan sementara imago WBC. Imago yang didapatkan dibawa ke laboratorium
dan dipindahkan ke dalam toples yang berisi bibit padi, untuk menyeragamkan
stadia wereng batang coklat yang diperoleh maka lebih kurang 3 hari setelah
infestasi, semua imago dikeluarkan dari stoples plastik. Telur yang berada pada
tanaman padi dibiarkan sampai telur menetas menjadi nimfa dan selanjutnya
menjadi imago. WBC yang digunakan adalah imago hasil perbanyakan generasi
ketiga yang berjumlah sebanyak 40 pasang imago.

3. Persiapan media tanam


Mediatanam yang digunakan terdiri atas tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 3:1 lalu dimasukan ke dalam kantong plastik tahan panas dan
disterilisasi mengguakan autoclave selama 1 jam lalu didiamkan selama 24 jam.
Media tanam digunakan untuk penyemaian benih dan penanaman bibit.

E. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua perlakuan dan 10 ulangan, satu
ulangan terdiri dari dua wadah uji. satu wadah uji digunakan untuk menghitung
13

jumlah telur yang dihasilkan (sampel destruktif), sedangkan satu wadah lagi
digunakan untuk penelitian WBC tahap berikutnya (sampel utuh). Benih padi
varietas Bujang Marantau dan Anak Daro yang digunakan untuk diteliti disemai
menggunakan baki berukuran 30 cm x 21 cm x 5 cm yang berisi campuran tanah
dan pupuk kandang 3:1. Tiga batang bibit yang telah berumur 15 hari setelah
semai dipindahkan ke dalam wadah uji berupa ember plastik dengan diameter 15
cm dan tinggi 12 cm yang berisi campuran media tanah dan pupuk kandang 3:1
dengan ketinggian air ± 3 cm. Jumlah air selalu dijaga selama fase vegetatif.
Satupasang imago diinfestasikan kedalam dua wadah uji. Penggantian inang
dilakukan apabila inang tersebut sudah mulai menguning (Gambar 4).

Gambar 4. Pelaksanaan penelitian. a). Penyediaan bibit padi utuk tanaman uji, b).
Wadah uji yang digunakan

F. Pengamatan
1. Pengamatan Biologi WBC
a. Jumlah telur yang diletakan dan persentase telur menetas
Pengamatan jumlah telur yang dihasilkan dan telur yang rusak maka
semua batang padi pada sample destruktif dibedah menggunakan peniti yang
sudah dimodifikasi pada hari ke 16 setelah sepasang imago WBC diinfestasikan.
Pembelahan jaringan pelepah daun padi dilakukan di bawah mikroskop stereo
binokuler. Telur WBC yang tidak menetas akan berbentuk kisut dan hampa.
Selanjutnya dihitung jumlah telur yang diletakan, jumlah telur yang menetas dan
persentase penetasan.
Persentase penetasan telur WBC dihitung menggunakan rumus:
Jumlah telur yang menetas
% Telur menetas= x 100 %
Jumlah telur yang diletakkan
14

b. Lama stadia telur


Untuk mengetahui lama stadia telur WBC dihitung mulai saat imago
dimasukkan pertama kali dalam wadah uji, sampai munculnya nimfa instar 1.
Pengamatan lama stadia telur dilakukan setiap hari sampai hari ke 16.

c. Jumlah nimfa terbentuk


Untuk mengetahui jumlah telur yang berhasil menjadi nimfa, batang padi
pada sampel destruktif dibelahuntuk memastikan ada tidaknya telur yang tidak
menetas dan tidak menetas sehingga diperoleh data mengenai keberhasilan telur
menetas menjadi nimfa. Pengamatan dilakukan pada nimfa instar 1 sampai nimfa
instar 5, dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah nimfa
Jumlah nimfa= x 100 %
jumlah semua telur yang dihasilkan

d. Lama stadia nimfa (hari)


Lama stadia nimfa dihitung saat nimfa WBC muncul pertama kali (instar
1) sampai nimfa menjadi imago. Setiap pergantian instar ditandai dengan
peristiwa ganti kulit. Pengamatan lama stadia nimfa dilakukan setiap hari sampai
nimfa instar 5.Setiap instar WBC memiliki ciri-ciri yang berbeda. Ciri-ciri tiap
instar WBC dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri-ciri instar nimfa WBC
No Instar Ciri-Ciri
1. Instar 1 Bewarna putih bersih dan kemudian pada bagian dorsal
bewarna kelabu
2. Instar 2 Pada bagian kepala dan toraks berwarna kuning namun
pada bagian abdomennya berwarna putih dengan
warna kelabu yang memudar danmerata

3. Instar 3 Secara keseluruhan berwarna coklat muda ruas-ruas


abdomen terlihat jelas
4. Instar 4 Memiliki warna tubuh yang lebih tua dibandingkan
instar 3
5. Instar 5 Memiliki warna yang hampir sama dengan instar 4
namun memiliki ukuran tubuh yang lebih besar.
Sumber: Nurbaeti et al, 2010
15

e. Persentase imago terbentuk


Pengamatan dilaksanakan dengan menghitung jumlah nimfa yang berhasil
menjadi imago. Pengamatan persentase imago terbentuk bertujuan untuk melihat
peluang nimfa instar 1 berhasil bertahan sampai menjadi imago, dan dihitung
menggunakan rumus:
jumlah imago terbentuk
(% )Imago terbentuk= x 100
jumlah semua telur yang dihasilkan

f. Jumlah imago jantan


Perhitungan jumlah imago jantan yang muncul dihitung dengan
menggunakan rumus :
jumlah imago jantan
( % ) Imago jantan= x 100 %
jumlah semuatelur yang dihasilkan

g. Jumlah imago betina


Perhitungan jumlah imago betina yang muncul dihitung dengan
menggunakan rumus :
jumlah imago betina
( % ) Imago betina= x 100 %
jumlah semua telur yang dihasilkan

h. Rasio jantan dan betina (nisbah kelamin)


Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah imago yang terbentuk
kemudian membedakannya berdasarkan jenis kelamin antara jantan dan betina.
Secara umum imago betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari pada
imago jantan. Jumlah kemunculan imago jantan dan betina tersebut dihitung dan
rasionya diperoleh dengan menggunakan rumus:
Rasio WBC=Jumlahimago jantan: jumlah imago betina

i. Lama stadia imago jantan dan betina


Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui lama stadia imago jantan dan
imago betina. Pengamatan dimulai saat pertama kali menjadi imago sampai imago
mati. Lama stadia imago dihitung dalam satuan waktu dalam hari. Umumnya
Imago betina memilik lama stadia yang lebih lama dari pada imago jantan, karena
imago betina membutuhkan waktu untuk meletakkan telur.
16

j. Siklus hidup
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui siklus hidup wereng batang
coklat pada padi varietas Anak Daro dan Bujang Marantau. Siklus hidup
merupakan waktu yang diperlukan dari telur sampai imago meletakan telur (F1)
pertama kali. Jadi siklus hidup dihitung dengan menjumlahkan lama stadia telur,
nimfa dan lama waktu yang dibutuhkan imago untuk meletakan telur (F1) pertama
kali.

k. Pengamatan tambahan
Pengamatan harian berupa pengukuran suhu dan kelembaban ruangan
(laboratorium) menggunakan higro-termometer digital. Pengukuran dilakukan
setiap pagi hari kisaran waktu pukul 09.00-10.00 Wib.Pengamatan tambahan
diperlukan untuk melihat pengaruh suhu dan kelembaban pada biologi dan
parameter statistik demografi WBC yang dihasilkan, namun pada saat melakukan
penelitian suhu dan kelembaban normal sehingga tidak mempengaruhi biologi dan
statistik demografi WBC (Lampiran 7).

2. Neraca Kehidupan (life table).


Tabel kehidupan dapat diisi dengan menghitung parameter berikut
menurut (Tarumingkeng, 1994).
x : merupakan kelas umur (stadia) (hari).
ax : adalah jumlah individu yang hidup pada setiap umur pengamatan.
lx : adalah proporsi individu yang hidup pada pada kelas umur x (lx = ax/a0).
dx : adalah jumlah individu yang mati pada setiap kelas umur x
qx : adalah proporsi mortalitas pada masing-masing umur (qx = dx/ax).
mx : adalah keperidian spesifik individu-individu pada kelas umur x atau
jumlah anak betina perkapita yang lahir pada kelas umur x
lxmx : adalah banyaknya anak yang dilahirkan pada kelas umur x, Σ l xmx
merupakan proporsi banyaknya anak (betina) dilahirkan oleh semua individu
(betina) sepanjang generasi kohort dan disebut laju reproduksi bersih (R0).
Data neraca kehidupan tipe kohort digambarkan dalam betuk tabel,
selanjutnya data yang diperoleh dikonversikan kedalam bentuk kurva. Kurva
kesintasa adalah grafik yang menujukan jumlah atau proporsi individu yang masih
17

hidup pada setiap usia untuk spesies atau kelompok (misalnya jantan atau betina)
yang diberikan. Kurva kesintasan dapat dibangun untuk kohort yang diberikan
(sekelompok individu dari sekitar umur yang sama) berdasarkan tabel neraca
kehidupan.

3. Statistik Demografi
Berdasarkan data neraca kehidupan tersebut perhitungan dapat dilanjutkan
untuk menentukan parameter- parameter demografi lainnya. Menurut Birch
(1948) dalam (Kurniawan, 2007), parameter demografi yang dihitung meliputi:

a. Laju reproduksi bersih (Ro)


Laju reproduksi bersih dihitung dengan menggunakan rumus:
Ro = Ʃ Ix mx
Keterangan :
Ro : Laju reproduksi bersih
Ix : Peluang hidup pada umur x
mx : Angka kelahiran ( rata-rata jumlah keturunan betina yang dihasilkan per
individu betina per induk).

b. Laju reproduksi kotor (GRR)


Laju reproduksi kotor dihitung dengan menggunakan rumus :
GRR = Ʃ mx
Keterangan :
GRR : Laju reproduksi kotor (gross reproduction rate) dihitung dengan satuan
individu/ generasi
mx : angka kelahiran ( rata-rata jumlah keturunan betina yang dihasilkan per
individu betina per induk)

c. Laju pertumbuhan intrinsik(rm)


Laju pertumbuhan intrinsik dihitung dengan menggunakan rumus :
ƩIxmx e-rmx = 1,
dengan r awal = (In Ro) / T
18

Keterangan :
r : Laju pertumbuhan intrinsik (individu/induk/hari)
T : Waktu generasi
Ro : Laju reproduksi bersih

d. Waktu generasi (T)


Waktu generasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
T = Ʃ xlxmx / Ro
Keterangan :
T : Waktu generasi (hari)
Ro : Laju reproduksi bersih
Iˣ : Peluang hidup pada umur x
mˣ : Angka kelahiran ( rata-rata jumlah keturunan betina yang dihasilkan per
individu betina per induk).

e. Populasi berlipat ganda (DT)


Waktu populasi untuk berlipat ganda dihitung menggunakan rumus :
DT = In (2) / rm
Keterangan :
DT : Waktu yang digunakan populasi untuk berlipat ganda (hari)
rm : Laju pertumbuhan intrinsik

G. Analisis Data
Data mengenai biologi serta jumlah telur yang diletakkan dan persentase
telur menetas WBC pada padi varietas Bujang Marantau dan Anak Darodianalisis
menggunakan program software Microsoft Excel for windows untuk menentukan
rata-rata ± standar deviasi, selanjutnya dilanjutkan dengan uji T untuk melihat
perbedaan dari varietas yang diamati, dan kemudian data neraca kehidupan WBC
disajikan dalam bentuk kurva dan tabel yang menunjukkan data statistik
demografinya.
19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Biologi WBC Pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro
Hasilpengamatan terhadap biologi WBC pada padi varietas Bujang
Marantau dan Anak Daro terhadap jumlah individu dan lama stadia hidup WBC,
dimulai dari telur sampai imago, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata jumlah individu dan lama stadia satu ekor imago betina WBC
pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro
Rata-rata jumlah (individu) ±
Rata-rata lama stadia (hari) ± SD
Stadia SD
Bujang Marantau Anak Daro Bujang Marantau Anak Daro
Telur 22,4 ± 2,50* 16,0 ± 3,30 9,4 ± 0,52* 10,5 ± 0,53
Instar 1 20,4 ± 1,58* 13,3 ± 3,53 3,4 ± 0,52 ns
3,9 ± 0,32
Instar 2 18,4 ± 1,07* 11,0 ± 3,74 3,4 ± 0,52 ns
3,9 ± 0,32
Instar 3 15,3 ± 1,42* 8,8 ± 3,74 1,9 ± 0,32ns 2,3 ± 0,48
Instar 4 12,4 ± 1,51* 6,9 ± 3,21 2,6 ± 0,52 ns
2,6 ± 0,52
Instar 5 7,6 ± 1,65* 4,4 ± 1,84 3,7 ± 0,48 ns
3,9 ± 0,32
Jantan 1,2 ± 0,79 ns
1,0 ± 0,82 2,8 ± 1,55 ns
2,4 ± 1,71
Betina 1,8 ± 1,03 ns
1,3 ± 0,82 4,9 ± 1,79 ns
3,8 ± 2,04
Rasio 1,1 : 1 1,1 : 1 - -
Total     32,1 ± 6,21 33,3 ± 6,23
Keterangan : Jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0.05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan (ns)
Jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0.05 menunjukkan adanya perbedaan (*) (Uji T).

Pada Tabel 2dapat dilihat bahwa perbedaan varietas mempengaruhi lama


stadia dan jumlah individu WBC. Jumlah telur dan nimfa instar 1-5 yang
dihasilkan pada varietas Bujang Marantau dan Anak Daro menunjukan perbedaan
yang signifikan. Sedangkan jumlah imago jantan dan betina menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan.Selain itu lama stadia telur pada kedua varietas
tersebut juga menunjukan hasil yang signifikan, namun pada lama stadia nimfa 1-
5 varietas Anak Daro cenderung lebih lama dibandingkan varietas Bujang
Marantau, tetapi tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Lama stadia imagonya
pada varietas Anak Darolebih pendek dari varietas bujang marantau, dan lama
stadia imago betina lebih lamadibandingkan imago jantan baik pada varietas Anak
Daro maupun varietas Bujang Marantau, namun tidak menunjukan hasil yang
20

signifikan. Perkembangan biologi WBC mulai dari telur sampai imago dapat
dilihat pada Gambar 5.

A B C D

E F G H

Gambar 5. Perkembangan biologi Wereng Batang Coklat (WBC). A). Telur,


B).Nimfa Instar 1, C). Nimfa Instar 2, D). Nimfa Instar 3, E). Nimfa
Instar 4, F). Nimfa Instar 5, G). Imago Jantan, H). Imago Betina
(Perbesaran 10x)

2. Jumlah Telur Yang Diletakan dan Presentase Menetas


Untuk melihat jumlah telur yang diletakan dan presentase telur yang
menetas pada perlakuan padi varietas Bujang Marantau dan Anak Daro, dilakukan
dengan menghitung jumlah telur menetas dan jumlah telur yang diletakkan,dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah telur yang diletakan dan presentase telur menetas satu imago
betina WBC pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro
Pengamatan Rata-rata ± SD
Bujang Marantau Anak Daro
Jumlah telur diletakkan 22,4 ± 2,50* 16,0 ± 3,30
Jumlah telur menetas 20,4 ± 1,58* 13,3 ± 3,53
Persentase telur menetas % 91,07* 83,12
Keterangan : Jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0.05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan (ns)
Jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0.05 menunjukkan adanya perbedaan (*) (Uji T).

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa perbedaan varietas


mempengaruhi presentase penetasan telur WBC, dimana jumlah telur yang
berhasil menetas pada varietas Bujang Marantau 91,07% lebih tinggi dari pada
21

varietas Anak Daro 83,12%. Hal ini disebabkan tersedianya makanan yang lebih
dari varietas Bujang Marantau terhadap perkembangan dan pertumbuhan WBC,
namun sebaliknya kurangtersedianya makanan pada varietas Anak Daro terhadap
perkembangan dan pertumbuhan WBC.

4. Kurva Kesintasan
Kurva kesintasan merupakan pemetaan proporsi lama hidup (lx) dan
rataan keperidian betina (mx) WBC yang hidup, tumbuh dan berkembang mulai
dari stadia telur hingga stadia imago pada varietas Bujang Marantau dan Anak
Daro (Gambar 6 dan 7).
1.20 25

Rataan keperidian betina yang lahir


Proporsi individu yang hidup pada

1.00 20

pada kelas umur (mx) ▬


kelas umur x (lx) ▬

0.80
15
0.60
10
0.40

0.20 5

0.00 0
1 3 5 7 9 11 13 1 5 1 7 1 9 21 23 2 5 2 7 29

Kelas umur x

Gambar 6. Kurva kesintasan WBC pada padi varietas Bujang Marantau

1.20 25
Rataan keperidian betina yang lahir pada
Proporsi individu yang hidup pada

1.00 20
kelas umur x (lx) ▬

kelas umur (mx) ▬

0.80
15
0.60
10
0.40

0.20 5

0.00 0
1 3 5 7 9 1 1 1 3 15 17 19 2 1 2 3 2 5 27 2 9

Kelas umur x

Gambar 7. Kurva kesintasan WBC pada padi varietas Anak Daro


22

Kurva kesintasan WBC pada padi varietas Bujang Marantau dan Anak
Daro tergolong tipe 1. Kurva kesintasan tipe 1 menggambarkan kelangsungan
hidup tinggi pada awal kehidupan dan menengah, diikuti dengan penurunan cepat
dalam ketahanan hidup seiring dengan perkembangannya. Laju lx dan
mxmerupakan bagian terpenting untuk mengetahui estimasi perkembangan dan
memahami strategi produksi poulasi WBC dalam kondisi makan yang tidak
terbatas. Dari kurva dapat dilihat pada varietas Bujang Marantau peletakan telur
pertama kali dimulai pada hari ke-14 sampai hari ke-27. Rata–rata fekunditas
betina (mx) per hari tertinggi terjadi pada hari ke-16 dengan jumlah telur 23,60
butir(Lampira 4). Sedangkan pada varietas Anak Daro peletakan telur pertama
kali dimulai pada hari ke-15 sampai hari ke-27. Rata–rata fekunditas betina (mx)
per hari tertinggi terjadi pada hari ke-16 dengan jumlah telur 20,30 butir (Lampira
5).
Nilai proporsi individu yang hidup (lx) menunjukan kurang sesuainya
WBC terhadap varietas Anak Daro sebagai tanaman inangnya dibandingkan pada
varietas Bujang Marantau. Sedangkan nilai rataan keperidian betina (mx) pada
varietas Anak Daro lebih rendah dibandingkan varietas Bujang Marantau dan
masa peletakan telur pada varietas Anak Daro lebih pendek dibandingkan varietas
Bujang Marantau.
5. Statistik Demografi
Hasil penelitian menunjukan bahwa WBC yang hidup pada varietas Anak
Daro mempunyai nilai laju reproduksi kotor (GRR), laju reproduksi bersih (R O)
dan laju intrinsik (rm) lebih rendah dibandingkan varietas Bujang Marantau,
namun memiliki masa generasi (T) dan waktu yang dibutuhkan generasi untuk
berlipat ganda (DT) yang lebih tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.
23

Tabel 4. Statistik demografi WBC pada padi varietas Bujang Marantau dan Anak
Daro
Parameter Populasi Nilai
  Bujang Marantau Anak Daro
GRR ( Individu/generasi)
Ro 231,3 201,1
(Individu/induk/generasi) 30,71 30,42
R (Individu/induk/hari) 0,18 0,17
T (Hari) 18,11 19,08
DT (Hari) 3,85 4,07
Keterangan : GRR = laju reproduksi kotor, R O = laju reproduksi bersih, r = laju intrinsik, T = rata-
rata masa generasi, DT = waktu yag dibutuhkan generasi berlipat ganda.

B. Pembahasan
Pengamatan biologi WBC yang terlihat pada Tabel 2 menunjukan bahwa
rata-rata jumlah individu pada padi varietas Anak Daro lebih sedikit dari pada
Bujang Marantau. Jumlah telur yang diletakan dan persentase telur yang menetas
pada padi varietas Anak Daro juga lebih sedikit dibandingkan varietas Bujang
Marantau (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 1 melalui uji T dapat dilihat bahwa secara
umum terdapatnya perbedaan yang signifikan antara kedua varietas. Hal ini terjadi
karena ketidaksukaan WBC terhadap varietas yang digunakan. Menurut Rahmini
et al., (2012) menyatakan bahwa varietas yang lebih disukai WBC adalah varietas
yang rentan.
Pengamatan jumlah telur yang dihasilkan oleh satu imago betina pada padi
varietas Anak Daro lebih sedikit dibandingkan varietas Bujang Marantau atau
adanya perbedaan yang signifikan. Varietas tanaman yang memiliki anakan
produktif lebih sedikit (Anak Daro) dengan varietas yang memiliki anakan
produktif lebih banyak (Bujang Marantau) (Lampiran 3 dan 4). Menurut Alfitra,
(2011) Hal tersebut dikarenakan sedikitnya jumlah anakan menyebabkan
kelembaban lebih rendah sehinggga perkembangan populasi WBC lebih rendah
pula, namun varietas yang memiliki jumlah anakan yang lebih banyak mendorong
terciptanya iklim mikro yang sesuai untuk perkembangan Populasi WBC. Selain
itu Zulaikha et al., (2021) menyatakan hal tersebut di duga karena adanya sifat
antibiosis yang dimiliki oleh masing-masing tanaman tersebut yaitu berupa
24

senyawa Asam Oksalat, dimana asam oksalat dapat mengganggu proses makan
WBC pada tanaman padi yaitu dengan cara menghambat proses pengisapan pada
floem dan juga senyawa asam oksalat yang mampu menurunkan kemampuan
makan nimfa dan peletakan telur dari WBC.
Lama stadia telur WBC pada varietas Anak Daro lebih lama dibandingkan
varietas Bujang Marantau menunjukan perbedaan yang signifikan, dimana
masing-masing yaitu 10,5 ±0,53 dan 9,4 ± 0,52. Menurut Yaherwandi et al.,
(2010) menyatakan bahwa lama stadia telur pada padi varietas Batang Piaman
lebih lama dibandingkan IR 42 hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
tingkatketahanan pada masing-masing varietas, kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan serta rendahnya kemampuan dalam mengambil makanan. Selain itu
menurutSeo et al., (2010) menyatakan bahwa pada varietas tahan WBC
mengalami kesulitan dalam menghisap cairan floem dan varietas tahan juga
memiliki antibiosis yang lebih tinggi.
Pengamatan jumlah nimfa, dapat dilihat jumlah nimfa yang dihasilkan
oleh WBC pada varitas Bujang Marantau dan Anak Daro nenunjukan perbedaan
yang signifikan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah nimfa instar 1-5
pada varietas Anak Daro lebih sedikit dibandingkan varietas Bujang Marantau.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor jumlah telur dan ketahanan dari masing-masing
varietas. Semakin tahan suatu varieas semakin sedikit jumlah populasi generasi
berikutnya. Menurut pendapat (Nurdaaniyah et al., 2020) pada varietas rentan
kemampuan makan WBC lebih tinggi dibandingkan varietas tahan hal tersebut
akan mengakibatkan jumlah makanan dan mutu makanan yang didapatkan tidak
memenuhi kebutuhan hidup WBC sehingga perkembangan populasinya
terhambat, karena berkurangnya zat makanan tersebut maka pada varietas tahan
akan mengurangi tingkat kesuburan WBC dan mempengaruhi produksi telur serta
perkembangan generasi berikutnya.
Secara umum, siklus hidup WBC pada varietas Anak Daro lebih lama
dibandingkan pada varietas Bujang Marantau. Hal ini dipengaruhi oleh ketahanan
yang dimiliki oleh tanaman yang menyebabkan rendahnya kemampuan WBC
dalam memanfaatkan nutrisi yang tersedia sehingga menyebabkan pertumbuhan
WBC dan perkembangannya terhambat. Oleh sebab itu kondisi tersebut
25

mempengaruhi siklus hidup WBC. varietas tahan dapat memperpanjang siklus


hidup serangga, menyebabkan kematian yang tinggi, berat badan menurun,
periode peletakkan telur lebih pendek dan terjadinya perubahan perilaku serangga
(Fitri, 2019).
Nilai harapan hidup (ax) dan nilai proporsi individu yang hidup (lx) pada
varietas Anak Daro lebih rendah dibandingkan varietas Bujang Marantau, nilai
tersebut terus menurun seiring dengan perubahan stadia (Lampiran 4 dan 5).
Neraca kehidupan menunjukan bahwa harapan hidup dari telur sampai imago
lebih rendah pada varietas Anak Daro dibandingkan pada varietas Bujang
Marantau. Untuk rataan keperidian pada varietas Anak Daro lebih sedikit
dibandingkan pada varietas Bujang Marantau, hal ini menunjukan bahwa lebih
banyak individu yang dihasilkan pada varietas Bujang Marantau yang disebabkan
karena kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Yasin (2009)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga yaitu
tersedianya makanan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Kurva kesintasan WBC pada varietas padi Anak Daro dan Bujang
Marantau pada awal pertumbuhan lebih tinggi kemudian seiring berjalannya
waktu jumlah individu yang bertahan hidup berkurang. Dari hasil pengamatan
tersebut dapat disimpulkan kurva kesintasan termasuk kedalam tipe 1 (gambar 6
dan 7) karena kematian dalam jumlah sedikit pada awal perkembangan kemudian
mengalami penurunan secara perlahan seiring bertambahnya umur, selanjutnya
kematian dalam jumlah besar pada umur tua Price, (1997) dalamPutra dan
Rahardjo, (2021).
Nilai GRR pada varietas Bujang Marantau dan Anak Daro masing-masing
adalah 231,3 dan 201,1 menunjukan bahwa WBC mampu menghasilkan
keturunan sebanyak 231,3 individu/generasi pada varietas Bujang Marantau dan
201,1 individu/generasi pada varietas Anak Daro. Laju reproduksi bersih (RO)
WBC pada varietas Bujang Marantau dan Anak Daro masing-masing didapatkan
30,71individu/induk/generasi dan 30,42 individu/induk/generasi. Rendanya nilai
RO pada varietas anak daro dipengaruhi oleh peluang hidup (lx) dan jumlah
keturunan (mx) yang dihasilkan rendah (Tabel 3), hal ini disebabkan oleh
rendahnya kualitas dan mutu makanan sehingga terhambatnya pertumbuhan WBC
26

untuk berproduksi, rendahnya produksi disebabkan oleh rendahnya nutrisi dan


sedikitnya jumlah cairan yang dihisap dan dimanfaaat kan oleh serangga. Hal ini
sejalan dengan penelitian Naseri et al., (2009) yang menggunakan parameter tabel
kehidupan Helicoverpa armigera untuk menguji ketahanan varietas kedelai,
dimana pada varietas tahan nilai RO nya lebih rendah dari pada varietas rentan.
Laju pertumbuhan intrinsik (r) WBC berbeda pada kedua varietas padi,
dimana laju pertumbuhan intrinsik WBC pada varietas Anak Daro lebih rendah
dibandingkan varietas Bujang Marantau. Menurut Naseri et al., (2009) rendahnya
nilai r menjelaskan bahwa varietas tanaman inang resisten terhadap WBC
sedangkan tingginya nilai r menandai bahwa tanaman tersebut tidak resisten dan
cocok sebagai inang WBC. Nilai rata-rata masa generasi (T) pada varietas Anak
Daro lebih Lama sedangkan pada varietas Bujang Marantau lebih pendek. Hal ini
menanndakan bahwa pada varietas tahan WBC dapat memeperpanjang siklus
hidupnya.
27

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Wereng batang coklat (WBC) mampu hidup pada padi varietas Bujang
Marantau maupun Anak Daro namun varietas padi yang lebih disukai oleh WBC
adalah varietas Bujang Marantau. Pada padi varietas Bujang Marantau
menghasilkan rata-rata jumlah telur (22,4 butir telur/betina) lebih tinggi
dibandingkan pada padi varietas Anak daro yaitu 16,0 butir telur/betina) . Total
lama stadia pada padi varietas Bujang Marantau yaitu 32,1 ± 6,21 lebih pendek
dibandingkan pada padi varietas Anak Daro yaitu 33,3 ± 6,23. Kurva kesintasan
WBC pada kedua varietas tergolong tipe 1, yang menggambarkan tingkat
kematian yang rendah pada umur muda namun kematian yang tinggi pada umur
tua. Statistik demografi mengenai laju reproduksi kotor, laju reproduksi bersih dan
laju intrinsik pada varietas Bujang Marantau (231,3; 30,71; 0,18) lebih tinggi
dibandingkan pada padi varietas Anak Daro yaitu masing-masing (201,1; 30,42;
0,17) sedangkan rata-rata masa generasi pada padi varietas Bujang (18,11) lebih
pendek dari pada varietas Anak Daro yaitu (19,08).

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai biologi dan statistik
demografi wereng batang coklat (WBC) pada padi varietas lainnya.
28

DAFTAR PUSTAKA

Alfitra, R. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keparahan Serangan


Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens STAL. (Hemiptera:
Delphacidae) Pada Pertanaman Padi Di Kabupaten Klaten. [Skripsi]
Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.

Andesmora, E. V., Anhar, A., &Advinda, L. (2020). Kandungan Protein Padi


Sawah Lokal Di Lokasi Penanaman Yang Berbeda Di Sumatera
Barat.Jurnal Ilmu Pertanian 2(2): 187–95.

Badan Pusat Statistik (BPS).(2022). Produktivitas Padi Provisnsi Sumatra Barat


Menurut Provinsi (Kuinta/ha, 2019-2021. https://www.bps.go.id [2
Januari 2022]

Baehaki, S. E., & Widiarta, I.N. (2009). Hama Wereng Dan Cara
Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi. Hlm : 347–383.

Baehaki, S. E. (2012). Perkembangan Biotipe Hama Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi.” Iptek Tanaman Pangan 7(1): 8–17.

Baehaki, S. E., & Mejaya, M. J. (2014). Wereng Cokelat Sebagai Hama Global
Bernilai Ekonomi Tinggi Dan Strategi Pengendaliannya.” Iptek Tanaman
Pangan 9(1): 1–12.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). (2015). Deskripsi varietas padi.
BB Padi. Sukamandi.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat (BPTP). (2007). Deskripsi


Varietas Padi. Sumatera Barat.

Bellows. T.S. Jr.,VanDriescheR. G.,& Elkintin J. S. (1992). Life-Table


Construction and Aalysis In The Evaluation Of Natural Enemies. Annu.
Rev. Enlomol, 37, 587–614.

BPTPH Sumatera Barat. (2021). Laporan Evaluasi Serangan OPT Utama


PadaTanaman Padi di Sumatera Barat Selama 7 Tahun (2013-2020).
Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat
Padang

Effendi, B. S. (2009). Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam


Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik.Pengembangan Inovasi
Pertanian 2(1): 65–78.

Fajrullah, A. S. N., Kapila, D. H.,&Nugroho, D. (2019). Peningkatan


Produktivitas Tanaman Padi Melalui Penggunaan VUB Inpari 42 Agritan
29

GSR di Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep.Seminar Nasional


Optimalisasi Sumberdaya Lokal di Era Revolusi Industri 4.0. ISBN: 978-
602-50605-88

Fitri,U.,(2019).Biologi dan Statistik Demografi Wereng Batang Coklat


(Nilaparvata Lugens Stal 1854) (Hemiptera : Delphacidae) Pada Padi
Varietas IR 42 dan Batang Piaman di Laboratorium. [Skripsi].
Universitas Andalas. Padang

Fitriana, I., Buchori, D., Nurmansyah, A., Ubaidillah, R & Rizali, A. (2016).
Statistik Demografi Diaphania Indica Saunders (Lepidoptera:
Crambidae). Jurnal Hama Dan Penyakit Tumbuhan Tropika 15(2): 105.

Gunawan, C. S.E., Mudjiono. G., &Astuti, L. P. (2015). Kelimpahan Populasi


Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal. (Homoptera:
Delphacidae) Dan Laba-Laba Pada Budidaya Tanaman Padi Dengan
Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dan Konvensional. Jurnal
HPT3(1): 117–22.

Hanum, C. (2008). Teknik Budidaya Tanaman. Jakarta. Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan.

Harahap, I. S., Tjahjono, B. (2003). Pengendalian Hama Dan Penyakit Padi.


Penebar Swadaya.

Harini, S. A., Kumar S. S., Balaravi, P., Sharma, R., Dass, A. M., & Shenoi, V.
(2013). Evaluation of Rice Genotypes for Brown Planthopper (BPH)
Resistance Using Molecular Markers and Phenotypic Methods.African
Journal of Biotechnology 12(19): 2515–2525.

Hutasoit, R. T.,Triwidodo, H &Anwar, R. (2017). Biologi Dan Statistik


Demografi Thrips Parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae) Pada
Tanaman Cabai (Capsicum Annuum Linnaeus).Jurnal Entomologi
Indonesia 14(3): 107–16.

Kurniawan, H. A.,(2007). Neraca Kehidupan Kutu Kebul, Bemisia tabaci


Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) Biotipe-B dan Non-B
PadaTanaman Mentimun (Curcumis Sativus L.) dan Cabai (Capsicum
Annuum L.). [Skripsi] Institur Pertanian Bogor. Bogor. Hlm: 1–64.

Makarim, A. K., &Suhartatik, E. (2009). Morfologi Dan Fisiologi Tanaman Padi.


Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Hlm: 295–330.

Mawan, A., &Amalia H. (2011). Statistika Demografi Riptortus linearis F.


(Hemiptera: Alydidae) Pada Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.). Jurnal
Entomologi Indonesia 8(1): 8–16.

Muyassir. (2012). Efek Jarak Tanam, Umur Dan Jumlah Bibit Terhadap Hasil
Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan
1(2): 207–212.
30

Naseri, B., Fathipour, Y., Moharramipour, S.,& Hosseininaveh, V. (2009).


Parameter tabel kehidupan dari kapas bollworm, (Helicoverpa armigera)
(Lepidoptera:Noctuidae) pada kultivar kedelai yang berbeda.Jurnal
Masyarakat Entomologi Iran.29(1), 25–40.

Nurbaeti, B.,Diratmaja, I. A.,&Putra, S. (2010). Hama Wereng Coklat


(NilaparvataLugens. Stal) Dan Pengendaliannya.Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian: 1–24.

Nurdaaniyah, A., Dadang., & Winasa, I. W. (2020). Ketahanan padi (Oryza sativa
L.) varietas IPB 3S terhadap wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens
(Stål) (Hemiptera: Delphacidae). Jurnal Entomologi Indonesia, 17(2),

Oktarina,R. (2009). Tanggap Fungsional Predator Cytorhinus lividipennis Reuter


(Hemiptera: Miridlae) terhadap Hama Wereng Batang Coklat
Nilaparvata lugens Stal. (Hemiptera: Delphacidae). [Skripsi]. IPB.
Bogor.

Prada, D. M., & Martinius. (2020). Biologi Dan Neraca Kehidupan Wereng
Batang Coklat (Nilaparvata Lugens) Pada Padi Varietas Cisokan Dan
Kahayan. Jurnal Proteksi Tanaman 4 (2): 73–81.

Pratiwi, S. H. (2016). Pertumbuhan Dan Hasil Padi (Oryza Sativa L.) Sawah Pada
Berbagai Metode Tanam Dengan Pemberian Pupuk Organik. Gontor
AGROTECH Science Journal 2(2): 1–19.

Purnomo, S. (2013). Populasi Walang Sangit (Leptocorisa Oratorius Fabricius)


Di Kecamatan Sabak AUH Kabupaten Siak Provinsi Riau Pada
Tanaman Padi Masa Tanam Musim Penghujan.[Skripsi]. Fakultas
Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau. Pekanbaru.

Putra, E. R. C., & Rahardjo, B. T. (2021). Biologidan Statistik Demografi Aphis


glycines Pada Tanaman Kedelai. Jurnal Hama Dan Penyakit Tumbuhan,
9(2), 41–47.

Rahmini., Hidayat, P., Ratna,E.S., Winasa,I.W., & Manuwoto, S.(2012). Respons


Biologi Wereng Batang Coklat Terhadap Biokimia Tanaman Padi.”
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 31(2): 117–23.

Seo, B. Y., Jung, J. K., Choi, B. R., Man, T. H., Lee, S. W., & Lee, B. H. (2010).
Survival rate and stylet penetration behavior of current Korean
populations of the brown planthopper, Nilaparvata lugens, on resistant
rice varieties. Journal of Asia-Pacific Entomology, 13(1), 1–7.

Sujitno, E., Dianawati, M., & Fahmi, T. (2015). Kajian Berbagai Varietas Unggul
Terhadap Serangan Wereng Batang Cokelat Dan Produksi Padi Di Lahan
Sawah Kabupaten Garut , Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon
1(4): 868–73.
31

Susanti, I., Azis, F. N., &Saeri, M.(2020). Penggunaan Varietas Unggul Baru
(VUB) Padi Sebagai Cara Untuk Peningkatan Produktivitas Dan
Pendapatan Petani. Gontor AGROTECH Science 6(3): 527–45.

Syahrawati, M., Putra, O. A., Rusli, S., &Sulyanti, E. (2019). Population


Structure of Brown Planthopper (Nilaparvata Lugens, Hemiptera:
Delphacidae) and Attack Level in Endemic Area of Padang City,
Indonesia.Asian Journal of Agriculture and Biology. Special Issue: 271–
76.

Tarumingkeng, R C. (1994). Dinamika populasi: kajian ekologi kuantitatif.


Pustaka Sinar Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta.

Trianingsih. (2016).Efikasi Dan Resurjensi Hama Wereng BatangCoklat


(Nilaparvata Lugens Stal.) Dengan Pemberian Insektisida Berbahan
Aktif Imidakloprid Dan Karbosulfan Pada Tanaman Padi. Jawa Barat.
BBPTP.

Utama, M .Z. H. (2015). Budidaya Padi Lahan Marjinal. ANDI. Yogyakarta.316


hlm.

Wirajaswadi, L. (2010). Wereng Coklat Dan Pengendalianya. Balai Pengkajian


Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.

Yaherwandi.,Relfinaldon., &Rahmadani,A. (2010). BiologiNilaparvata Lugens


Stall (Homoptera : Delphacidae) Pada Empat Varietas Tanaman Padi
(Oryza SativaL.).Hlm:9-17.

Yasin, M. (2009). Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk


dan Faktor Fisikokimia Yang Mempengaruhinya.Prosiding Seminar
Nasional Serealia, 9(27), 400–409.

Zulaikha, E., Arneti.,& Busniah, M. (2021). Menguji Tingkat Serangan Wereng


Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal (Hemiptera: Delphacidae) pada
Varietas Padi Asal Pasaman di Rumah Kaca. Jpt : Jurnal Proteksi
Tanaman (Journal of Plant Protection), 5(1), 55–59.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal kegiatan penelitian


No Bulan
Kegiatan September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pemeliharaan
Wereng Batang
Coklat
2 Penyiapan media
tanam

3 Pelaksanaan
penelitian dan
pengamatan
4 Analisis data
33

Lampiran 2. Denah Perlakuan


1. Anak Daro

D1 P1 D2 P2 D3 P3 D4 P4 D5 P5

D6 P6 D7 P7 D8 P8 D9 P9 D10 P10

2. Bujang Marantau

D1 P1 D2 P2 D3 P3 D4 P4 D5 P5

D6 P6 D7 P7 D8 P8 D9 P9 D10 P10

Keterangan :
D = Sampel destruktif (sampel yang digunakan untuk menghitung jumlah telur
wereng batang coklat)
P = Sampel yang akan diamati untuk tahap berikutnya
34

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Padi

Deskripsi Padi Varietas Bujang Marantau


Nama varietas : Bujang Marantau
Nomor pendaftaran : 163/PVL/2014
Tanggal pendaftaran : 25 Maret 2015
Golongan : Cere
Umur tanaman 135-140 hari
Bentuk tanaman : Serak
Tinggi tanaman : 100-110 cm
Anakan produktif : 25 – 32 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna internodia Hijau muda
Warna nodia Hijau muda
Kekuatan batang Kuat
Permukaan daun Kasar
Bulu daun Kasar
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna helaian daun : Hijau
Warna tepi daun : Hijau
Posisi daun : Miring
Warna telinga daun Tidak
Warna leher daun Tidak bewarna
Lebar daun 1,2 – 26 cm
Panjang daun 25-30 cm
Tipe malai Serak
Panjang malai 21 – 26 cm
Warna gabah : Kuning jerami
Bentuk gabah Ramping dan agak pendek
Ujung gabah Tidak berekor
Jumlah gabah per malai 180 – 200 butir hasil
Tipe endosprem Tidak berperut
Hasil 7,7 t/ha
Bobot 1000 butir 20,51 gram
Tekstur nasi Pera
Sumber : (BB Padi, 2015)
35

Deskripsi Padi Varietas Anak Daro


Nama varietas : Anak Daro
Golongan : Cere
Umur tanaman 135-145 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 105 – 121 cm
Anakan produktif : 20 – 27 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna helaian daun : Hijau
Posisi daun : Tegak
Warna telinga daun Tidak bewarna
Muka daun Kasar
Warna gabah : Kuning jerami
Bentuk gabah Ramping
Jumlah gabah per malai 165 – 225 butir hasil
Kerontokan Sedang
Kerebahan Tahan
Hasil 6, 40 t/ha
Bobot 1000 butir 22,43 gram
Tekstur nasi Pera
Ketahanan terhadap hama Hama : -
dan penyakit
Penyakit : tahan terhadap penyakit virus tungro
dan agak peka terhadap blast
Daerah sebaran Disarankan agar ditanam pada lahan sawah,
dataran rendah sampai sedang (500 m dpl)
Pemuliaan Syahrul Zen dan Aan A. Daradjat
Peneliti Johnni, Nur Efi, Abrar Hamdy, Aprizul Nazar,
Busra Effendi, Yurmiati, Joni Harnedi, Zulkifli,
dan Indara Suardi
Sumber: (BPTP Sumatera Barat, 2007)

Lampiran 4. Neraca kehidupan WBC pada varietas padi Bujang Marantau


36

X ax lx dx qx mx lxmx xlxmx
1 224 1,00 20 0,09 0,00 0,00 0,00
2 204 0,91 0 0,00 0,00 0,00 0,00
3 204 0,91 12 0,06 0,00 0,00 0,00
4 192 0,86 8 0,04 0,00 0,00 0,00
5 184 0,82 7 0,04 0,00 0,00 0,00
6 177 0,79 9 0,05 0,00 0,00 0,00
7 168 0,75 8 0,05 0,00 0,00 0,00
8 160 0,71 8 0,05 0,00 0,00 0,00
9 152 0,68 17 0,11 0,00 0,00 0,00
10 135 0,60 14 0,10 0,00 0,00 0,00
11 121 0,54 20 0,17 0,00 0,00 0,00
12 101 0,45 18 0,18 0,00 0,00 0,00
13 83 0,37 13 0,16 0,00 0,00 0,00
14 70 0,31 10 0,14 11,60 3,63 50,75
15 60 0,27 12 0,20 14,80 3,96 59,46
16 48 0,21 9 0,19 23,60 5,06 80,91
17 39 0,17 9 0,23 20,10 3,50 59,49
18 30 0,13 0 0,00 19,50 2,61 47,01
19 30 0,13 5 0,17 17,60 2,36 44,79
20 25 0,11 5 0,20 19,50 2,18 43,53
21 20 0,09 0 0,00 20,90 1,87 39,19
22 20 0,09 2 0,10 18,50 1,65 36,34
23 18 0,08 4 0,22 17,80 1,43 32,90
24 14 0,06 2 0,14 15,50 0,97 23,25
25 12 0,05 2 0,17 12,70 0,68 17,01
26 10 0,04 1 0,10 10,40 0,46 12,07
27 9 0,04 3 0,33 8,80 0,35 9,55
28 6 0,03 2 0,33 0,00 0,00 0,00
29 4 0,02 2 0,50 0,00 0,00 0,00
30 2 0,01 2 0,00 0,00 0,00 0,00
Keterangan : ax = banyaknya individu yang hidup pada setiap umur pengamatan
Lx = proporsi individu yang hidup pada umur x (lx = ax/a0)
dx = banyak individu yang mati disetiap kelas umur x
qx = proporsi mortalitas pada masing-masing umur (qx = dx/ax)
mx = rataan keperidian betina lahir pada kelas umur x
lxmx = banyak individu yang dihasilkan pada kelas umur x

Lampiran 5. Neraca kehidupan WBC pada varietas padi Anak Daro


37

X ax lx dx qx mx lxmx xlxmx
38

1 160 1,00 27 0,17 0,00 0,00 0,00


2 133 0,83 6 0,05 0,00 0,00 0,00
3 127 0,79 5 0,04 0,00 0,00 0,00
4 122 0,76 6 0,05 0,00 0,00 0,00
5 116 0,73 6 0,05 0,00 0,00 0,00
6 110 0,69 5 0,05 0,00 0,00 0,00
7 105 0,66 7 0,07 0,00 0,00 0,00
8 98 0,61 4 0,04 0,00 0,00 0,00
9 94 0,59 7 0,07 0,00 0,00 0,00
10 87 0,54 8 0,09 0,00 0,00 0,00
11 79 0,49 10 0,13 0,00 0,00 0,00
12 69 0,43 7 0,10 0,00 0,00 0,00
13 62 0,39 10 0,16 0,00 0,00 0,00
14 52 0,33 8 0,15 0,00 0,00 0,00
15 44 0,28 3 0,07 14,70 4,04 60,64
16 41 0,26 6 0,15 20,30 5,20 83,23
17 35 0,22 11 0,31 18,30 4,00 68,05
18 24 0,15 0 0,00 14,80 2,22 39,96
19 24 0,15 1 0,04 13,70 2,06 39,05
20 23 0,14 2 0,09 15,70 2,26 45,14
21 21 0,13 1 0,05 18,30 2,40 50,44
22 20 0,13 1 0,05 19,80 2,48 54,45
23 19 0,12 4 0,21 18,30 2,17 49,98
24 15 0,09 2 0,13 15,30 1,43 34,43
25 13 0,08 3 0,23 13,70 1,11 27,83
26 10 0,06 2 0,20 10,40 0,65 16,90
27 8 0,05 3 0,38 7,80 0,39 10,53
28 5 0,03 3 0,60 0,00 0,00 0,00
29 2 0,01 2 0,00 0,00 0,00 0,00
Keterangan : ax = banyaknya individu yang hidup pada setiap umur pengamatan
Lx = proporsi individu yang hidup pada umur x (lx = ax/a0)
dx = banyak individu yang mati disetiap kelas umur x
qx = proporsi mortalitas pada masing-masing umur (qx = dx/ax)
mx = rataan keperidian betina lahir pada kelas umur x
lxmx = banyak individu yang dihasilkan pada kelas umur x

Lampiran 6. Suhu dan Kelembaban


Bulan Tanggal T min T max RH min RH max
Oktober 12 25 28 82 87
39

13 25 28 82 87
14 25 26 85 89
15 25 26 85 86
16 25 26 85 89
17 25 27 81 85
18 25 28 82 87
19 25 26 82 85
20 25 28 82 87
21 25 26 82 85
22 25 28 82 87
23 25 28 82 87
24 25 27 81 86
25 25 28 82 87
26 25 28 82 87
27 25 28 82 87
28 25 28 82 87
29 25 28 82 87
30 25 26 85 89
31 25 26 85 89
November 1 25 26 85 89
2 25 27 81 85
3 25 28 82 87
4 25 27 77 84
5 25 28 82 87
6 25 28 82 87
7 25 26 83 87
8 25 27 77 84
9 25 27 81 85
10 25 27 81 85
11 25 26 83 87
12 25 26 83 87
13 25 26 83 87
14 25 26 83 87
15 24 25 89 91
16 24 25 89 91
17 24 25 89 91
18 24 25 89 91
19 24 25 89 91
20 24 25 89 91
21 24 25 89 91
22 25 26 83 87
23 25 26 83 87
24 25 26 83 87
25 25 26 83 87
40

26 25 27 77 84
27 25 28 82 87
28 25 26 86 89
29 25 28 82 87
30 25 27 77 84
Desember 1 25 27 77 84
2 25 27 77 84
3 25 26 86 89
4 25 26 86 89
5 25 27 77 84
6 25 27 77 84
7 25 27 77 84
8 25 28 82 87
9 25 28 82 87
10 25 28 82 87
11 25 28 82 87
12 25 28 82 87
13 25 28 82 87
14 25 26 86 89
15 25 26 86 89
16 25 27 77 84
17 25 28 82 87
18 25 28 82 87
19 25 28 82 87
20 25 28 82 87

Anda mungkin juga menyukai