SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
1
BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI WERENG
BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.)
(HEMIPTERA:DELPHACIDAE) PADA PADI VARIETAS
BUJANG MARANTAU DAN ANAK DARO
Oleh
SKRIPSI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
i
PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI
ii
BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI WERENG
BATANG COKLAT (Nilaparvata lugensStal.)
(HEMIPTERA:DELPHACIDAE)PADA PADI VARIETAS
BUJANG MARANTAU DAN ANAK DARO
Oleh
MENYETUJUI
Tanggal disahkan:
iii
Skripsi ini akan diuji dan dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Sarjana
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, pada tanggal April 2023
iv
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka
apabilaengkautelahselesaidengansuatupekerjaan,segeralahengkaukerjakand
engan sungguh-sungguh urusan lain. Dan hanya
kepadaTuhanmulahhendaknyaengkau berharap.”
(Q.SAlInsyirah:6-8)
Alhamdulillahirabbil ‘alamin......
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, nikmat dan karunia-Nya.
Sholawat beriringan salam untuk pimpinan umat sedunia, yakni Nabi Besar
Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah membawa umutnya dari alam
kegelapan, kealam yang terang-benderang yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Dengan segala Rahmat Allah SWT kupersembahkan hadiah kecil, karya
sederhana ini kepada kedua orang tua tercinta teruntuk Ayah Syamsuarlis dan
teruntuk Ibu Juasniatim (Almh) tanpa kalian mungkin aku tak akan ada di dunia
ini. Teruntuk Ayah terima kasih telah mendidik ku menjadi anak yang kuat, sabar,
dan semangat. Terima kasih untuk motivasi, saran, kesabaran,dukungan moral
maupun materil dan doa tulus ikhlas yang selalu mengiringi langkah ku dalam
menggapai cita-cita ini. Semoga ayah selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan
hingga anakmu ini sukses. Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.Teruntuk Ibu yang telah
berada di syurganya Allah Love you ibu, disetiap doa ku akan selalu ada namamu,
terima kasih untuk semua pengorbanan mu, aku akan selalu merindukanmu.
Teruntuk Ibu sambungku Afni Zahra terima kasih untuk kasih sayang, semangat
dan perhatian kepada ku.
Teruntuk One Revi Wati dan Apak Bujang terima kasih telah menjadi
orang tua kedua yang memberikan motivasi, kasih sayang, didikan dan dukungan
moril maupun materil serta doa tulus ikhlas yang selalu mengiringi langkah ku.
Teruntuk nenek ku tercinta (amak) Hindun terima kasih untuk perhatian, kasih
sayang, nasehat dan pelajaran hidup dan doa tulus yang telah amak berikan.
Terima kasih untuk teti Yulia RS atas semangat, dukungan dan motivasi yang
luar biasa. Terima kasih untuk semua keluarga besar ku apak, mandeh, kakak-
kakak, dan adik-adik mungkin tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih
telah hadir menguatkan, mendukung dan memberikan motivasi dalam menjalani
perjuangan yang penuh dengan liku-liku...mungkin ini awal dari perjuangan ku
doakan agar aku selalu diberi kemudahan dan semangat dalam menjalankan
kehidupan ini dan bisa menjadi kebanggaan keluarga tentunya.
Untuk orangtua ku dikampus, Ibu Prof. Dr. Ir. Novri Nelly, MP dan Ibu
Dr. Ir. Arneti, MS terima kasih atas ilmu, bimbingan, arahan, motivasi dan
kesabaran dalam membimbing ananda, sehingga ananda bisa menyelesaikan studi
ini. Serta Permohonan maaf dari hati yang paling dalam atas kesalahan dan
kelalaian ananda selama mengikuti perkuliahan dan penelitian ini. Terima kasih
v
ananda ucapkan kepada dosen penguji Bapak Dr. Hasmiandy Hamid, SP. M, Si,
Ibu Dr. My. Syahrawati, SP.M, Si, dan Ibu Ir. Martinius, MS yang telah
memberikan kritikan dan saran sehingga karya ini dapat terselesaikan. Terima
kasih penulis ucapkan kepada ibu Yunizah, SP yang telah membantu penulis
selama bekerja di Laboratorium. Terima kasih kepada semua dosen, staff
adminstrasi Fakultas Pertanian Universitas Andalas atas semua bantuan dan
kemudahan sehingga cita-cita ananda satu per satu dapat terwujud.
Terima kasih Anggi ucapkan kepada Alvisyang masih setia menemani
sampai saat ini, dengan banyaknya drama kehidupan, suka duka, tangis dan tawa,
susah dan bahagia dan hal lainya. Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh
kesah, terima kasih untuk semangat, saran dan masukan, terima kasih sudah
membantu dalam penelitian, semoga Allah panjangkan umur kamu ya...diberikan
kelancaran untuk segala urusan kamu dalam hal apapun, sukses selalu untuk
kamu.
Terima kasih Anggi ucapkan kepada Rara Nafhalia Riza yang sudah
menjadi teman baik anggi, tempat berkeluh kesah yang bisa anggi harapkan dalam
hal apapun. Terima kasih kepada Rekha Chania Sundava teman kost Anggi
yang sudah berbagi ilmu, pengalaman, semangat, motivasi, saran dan
masukkannya, sukses selalu untuk kita yaa..Terima kasih Anggi ucapkan kepada
teman dekat, teman seperjuanga, teman sepembimbingan Mona Kairun
Nisatelah menjadi teman tempat berkeluh kesah dalam hal apapun, terima kasih
telah berjuang bersama untuk menyelesaiakan drama perskripsian ini. Terima
kasih kepada teman anggi, Fadilla Aprilia Efendi yang menjadi teman tempat
berkeluh kesah dalam hal apapun, terima kasih juga ya sudah menampung anggi
di kos dila, disaat anggi mageran balik ke kos karena kos anggi jauh, semangat
untuk penelitian nya yaa.. kamu pasti bisa.
Terima kasih untuk Restu, Yaya, Ulfariza, Robi, Adif, Hafizan, dan
Andhikasudah membantu dan bekerja sama saat melakukan penelitian
dilaboratorium. Terima kasih kepada Susan SAUDARA PERWERENGAN dan
SEPEMBIMBINGAN yang teleh bekerja sama, dan berbagi ilmu. Terima kasih
kepada teman-teman BUK NONON SQUAD ’18 (Mona, Hafizan, Susan, Tati,
Ima, Teguh, Tesa dan Yudha). Terima kasih kepada teman ku Sixsri dan Fatma
yang sudah membantu dalam perkuliahan. Terima kasih kepada seluruh teman-
teman PROTEKSI TANAMAN 2018 yang telah mewarnai masa-masa
perkuliahanku.Tak lupa pula terima kasih kepada senior-senior kak ulfa, bg
yolma, kak zeni, kak ijadan kak wulan yang telah membantu ku berproses
dalam penelitian untuk penyelesaian skripsi ini, semoga Allah selalu memudahkan
urusan kalian.Teristimewa terima kasih untuk diri sendiri yang sudah kuat dan
berjuang sampai dititik ini sehingga bisa dengan baik menyelesaikan karya
serderhana ini, semoga ini menjadi langkah awal untuk maju kedepan menuju
kesuksesan, I Love Myself....
vi
BIODATA
A.A.S
vii
KATA PENGANTAR
Padang,Juni 2023
A.A.S
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
ABSTRAK.................................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian......................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 28
LAMPIRAN...............................................................................................32
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi WBC............................................................................. 7
2. Model kurva kesintasan.................................................................. 10
3. Penyediaan tanaman inang............................................................. 12
4. Pelaksanaan penelitian................................................................... 13
5. Perkembangan biologi WBC.......................................................... 20
6. Kurva kesintasan WBC pada varietas Bujang Marantau............... 21
7. Kurva kesintasan WBC pada varietas Anak Daro......................... 21
x
DAFTAR LAMPIRAN
LampiranHalaman
xi
BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI WERENG
BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.)
(HEMIPTERA:DELPHACIDAE) PADA PADI VARIETAS
BUJANG MARANTAU DAN ANAK DARO
ABSTRAK
xii
BIOLOGY AND DEMOGRAPHIC STATISTICS OF THE
BROWN PLANTHOPPER (Nilaparvata lugens Stal.)
(HEMIPTERA:DELPHACIDAE) ON VARIETIES OF BUJANG
MARANTAU AND ANAK DARO
ABSTRACT
Brown Planthopper or BPH is one of the main pests of rice plants which
can cause a significant decrease in yields and losses for farmers. This study aims
to determine the biology and demographic statistics of BPH (Nilavarpata lugens
Stal.) (Hemiptera: Delpachidae) in the Bujang Marantau and Anak Daro rice
varieties in the laboratory. This research was conducted at the Insect Bioecology
Laboratory, Faculty of Agriculture, Andalas University, Padang from September
to December 2022. The method used in this study was an experimental method.
The parameters of observation were the number of individuals (eggs, nymphs and
imago) and stadia of each variety. The data obtained were analyzed to obtain
information about the biology, survival curve, and demographic statistics of BPH.
The results show that varietal differences affect the biology and demographic
statistics of BPH. The BPH preferred the Bujang Marantau rice variety over the
Anak Daro variety. The Bujang Marantau rice variety produced an average
number of eggs (22.4 eggs/female) higher than the Anak daro rice variety, which
was 16.0 eggs/female). The total stadia length in the Bujang Marantau variety rice
was 32.1 ± 6.21, which was shorter than the Anak Daro variety rice, which was
33.3 ± 6.23. The BPH survival curves for both varieties belong to type 1, which
describes a low mortality rate at a young age but a high mortality at an old age.
Demographic statistics regarding the gross reproduction rate, net shooting rate and
intrinsic rate for the Bujang Marantau variety (231.3; 30.71; 0.18) were higher
than the Anak rice variety. Daro respectively (201.1; 30.42; 0.17) while the
average generation period for Bujang variety rice (18.11) is shorter than on the
Anak Daro variety, namely (19.08)
xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativaLinnaeus) merupakan salah satu komoditas
tanaman pangan utama di Indonesia, karena hampir seluruh penduduk Indonesia
mengkonsumsi berassebagai sumber karbohidrat dan juga sebagai bahan makanan
pokok. Bahan pangan ini mengandung karbohidrat sebesar 78,9%, protein 6,8%,
dan 0,7% lemak. Kebutuhan beras meningkat seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk di Indonesia. Oleh karena itu, penyedian beras sebagai
bahan makanan pokok harus tetap terjaga(Andesmora et al., 2020).
Produktivitas tanaman padi di Indonesia dan Sumatera Barat selama empat
tahun terakhir mengalami fluktuasi. Produktivitas padi di Indonesia tahun 2018
sampai tahun 2021 berturut-turut sebesar 5,20; 5,11; 5,12 dan 5,22 ton/ha,
sedangkan produktivitas padi di Sumatera Barat pada tahun 2018 sampai tahun
2021 berturut-turut sebesar 4,73; 4,75; 4,69 dan 4,83 ton/ha(Badan Pusat Statistik,
2022). Jika diperhatikan angka-angka tersebut masih belum mencapai
produktivitas optimum yang dapat mencapai 10,85 ton/hektar(Fajrullah et al.,
2019). Salah satu faktor yang menyebabkan produktivitas padi di Sumatera Barat
belum mencapai produktivitas yang optimum dipengaruhi oleh adanya serangan
hama, salah satu serangan hama tertinggi yang ditemukan di lapangan yaitu
wereng batang coklat atau WBC (Nilaparvata lugens) (Syahrawati et al., 2019).
WBC dapat menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan,
mulai dari pembibitan sampai menjelang panen. Serangan WBC dapat
menimbulkan kerugian yang besar bagi petani, karena jika serangan wereng
batang coklat ini tinggi dan mencapai lebih dari 90% maka akan mengakibatkan
puso (hopperburn) dan menggagalkan panen (Hariniet al., 2013). WBC juga
dapat menjadi vektor virus yang dapat mengakibatkan beberapa macam jenis
penyakit. Kerusakan yang ditimbulkan oleh WBC mengakibatkan terjadinya gagal
panen, karena hama ini menghisap cairan sel batang padi, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan padi (Baehaki dan Mejaya, 2014).
Luas serangan WBC tiga tahun terakhir di Sumatera Barat mengalami
peningkatan. Tercatat serangan WBC pada tahun 2018 luas serangan 440,45 ha, di
2
tahun 2019 luas serangan meningkat menjadi 628,75 ha, dan di tahun 2020 luas
serangan sebesar 1.103,56 ha (BPTPH Sumatera Barat, 2021).
Varietas IR 42pada awalnya merupakan varietas yang tahan terhadap
WBC biotipe 1 dan 2, namun karena petani cenderung menanam varietas IR 42
secara terus-menerus sehingga menyebabkan varietas IR 42 rentan terhadap
WBC. Fitri, (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa serangan wbc pada
padi varietas IR 42 lebih tinggi dibandingkan padi varietas batang piaman, hal
tersebut dilihat berdasarkan biologi dan statistik demografi. Sujitno et al., (2015)
menyatakan bahwa penanaman varietas yang sama secara terus-menerus dapat
menimbulkan resistensi terhadap hama tersebut.
Statistik demografi merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menentukan faktor kritis populasi hama serta memprediksi pertumbuhan populasi
hama dan pengembangan strategi pengendalian hama.Hal tersebut dapat dilakukan
dengan merancang neraca kehidupan (life table), Neraca kehidupan dapat
memberikan informasi secara terperinci mengenai kelahiran, perkembangan,
reproduksi, dan kematian setiap individu dalam suatu populasi atau dengan kata
lain memberi gambaran mengenai laju pertumbuhan suatu populasi(Hutasoit et
al., 2017).
Fitri, (2019)dalam penelitiannya menyatakan bahwa perbedaan varietas
dapat mempengaruhi biologi WBC. Jumlah telur, nimfa dan imago WBC yang
dihasilkan pada padi varietas Batang Piaman lebih sedikit dibandingkan IR 42,
sebaliknya lama stadia telur pada varietas Batang Piaman lebih lama
dibandingkan varietas IR 42, sedangkan lama stadia imago pada padi varietas
Batang Piaman lebih pendek dibandingkan varietas IR 42. Nilai harapan hidup
WBC pada padi varietas Batang Piaman lebih rendah dibandingkan IR 42, dan
nilai laju reproduksi, laju intrinsik, laju reproduksi bersih, laju reproduksi kotor
serta laju intrinsik pada varietas Batang Piaman lebih rendah dibandingkan IR 42.
Prada dan Martinius, (2020) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
varietas Kahayan lebih tahan dari pada varietas Cisokan dilihat berdasarkan
biologi dan statistik demografinya yaitu nilai harapan hidup (ax) dan nilai
proporsi individu yang hidup (lx) pada varietas Cisokan nilainya lebih tinggi
dibandingkan pada varietas Kahayan. Laju reproduksi dan laju intrinsik pada
3
varietas cisokan nilainya lebih tinggi dari varietas Kahayan. Adapun waktu masa
generasi varietas kahayan lebih lama dibandingkan varietas cisokan.
Penanaman varietas unggul baru (VUB) merupakan salah satu upaya
untuk menigkatakan produksi padi (Susanti et al., 2020). Sumatera Barat memiliki
salah satu sumber plasma nutfah yang berpotensi berupa varietas unggul lokal
diantaranya varietas Anak Daro, dimana varietas ini telah dilepas pada tahun
2007, varietas anak daro memiliki umur 135-145 hari dengan tinggi tanaman 105-
121 cm, memiliki anakan yang produktif sebanyak 20-27 batang, dengan rata-rata
potensi hasil 5,65 ton/ha GKG, dan varietas ini tahan terhadap penyakit tunggro
dan agak peka terhadap penyakit blas (BPTP Sumatera Barat, 2007).
Pemerintah daerah Kota Pariaman merekomendasikan untuk melakukan
pergiliran penanaman varietas dengan menggunakan varietas Bujang Marantau
dimana varietas ini merupakan varietas unggul yang dirilis oleh Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Varietas ini termasuk golongan padi cere,
memiliki umur tanaman 135-140 hari, dengan jumlah anakan yang produktif
banyak 25-32 batang, dan potensi hasil 7,7 ton/ha (BB padi, 2015).
Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian tentang “Biologi
dan Statistik Demografi Wereng Batang Coklat Nilavarpata lugens Stal.
(Hemiptera: Delpachidae) pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro”.
Untuk melakukan pendugaan laju pertumbuhan WBC dan memberikan informasi
tentang biologi WBC pada varietas yang akan dibudidayakan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan biologi
dan statistikdemografi WBC (Nilavarpata lugens Stal.)(Hemiptera:Delpachidae)
pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro di laboratorium.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai biologi
dan statistika demografi WBC pada varietas padi yang akan dibudidayakan,
sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan pendugaan laju
pertumbuhan WBC, kemudian juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya pengendalian serengan hamaWBC.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Masalah hama dan penyakit pada tanaman padi menjadi salah satu kedala
dalam peningkatan produksi padi. Hama utama tanaman padi yang menyerang,
merusak dan menyebabkan penurunan hasil diantaranya adalah wereng batang
coklat (Nilavarpata lugens), tikus (Rattus argentiventer), dan penggerek batang
padi (Scirpophaga innotata). Beberapa hama lainnya seperti wereng punggung
putih (Sogatella furcifera), wereng hijau (Siphanta acuta), lembing batu
(Scotinophara coarctata), dan walang sangit (Leptocorisa oratorius) (Effendi,
2009).
masa penelurannya terjadi selama 3-8 hari. Telur WBC berbentuk lonjong, telur
diletakan berkelompok pada bagian pangkal pelepah daun dan tulang daun, tetapi
pada saat jumlah populasinya tinggi telur diletakan di ujung pelepah daun dan
tulang daun. Jumlah telur yang di letakan beragam, dalam satu kelompok telur
terdiri dari 3-21 butir (Gambar 1a). Telur tersebut menetas antara 7-11 hari atau 9
hari. Peletakan telur terjadi pada waktu sore hari pada saat kelembaban udara
rendah (Oktarina, 2009).
a b c d
C. Statistik Demografi
Statistik demograsi merupakan analisis kuantitatif karakteristik suatu
populasi, hubungannya terutama dengan pola pertumbuhan populasi, hubugan
ketahanan, dan pergerakan populasi. Hal ini sangat erat hubungan dengan
dinamika populasi namun ada beberapa penekanan dimana statistik demografi
lebih memusatkan pada pola perkembangan, kelahiran, kematian dan pergerakan,
sementara itu sebab dan akibat dari fenomena ini dipelajari dalam dinamika
populasi. Aspek demografi suatu populasi terdapat dalam neraca kehidupan
(Fitriana et al., 2016).
Pengamatan dinamika populasi serangga dapat dilihat pada sebuah tabel
kehidupan yang dikenal dengan neraca kehidupan (life table) yang merupakan
teknik menghitung berbagai statistik populasi untuk memberikan informasi
tentang kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan peluang perkembangan
yang baik, sehingga dapat dijadikan sebagai paremeter perilaku perkembangan
populasi. Neraca tersebut merupakan ringkasan pernyataan tentang kehidupan
individu populasi atau kelompok. Informasi yang dapat diperoleh dari neraca
kehidupan merupakan deskripsi yang sistematis tentang mortalitas dan
kelansungan hidup suatu populasi. Informasi ini merupakan informasi dasar yang
diperlukan untuk mempelajari perubahan kepadatan dan laju pertumbuhan atau
penurunan suatu populasi. Neraca kehidupan juga dapat membantu dalam
menentukan teknik pengendalian yang tepat dengan mengetahui strategi
kehidupan dari hama tersebut (Mawan dan Amalia, 2011)
Menurut Tarumingkeng, (1994) neraca kehidupan berisi semua aspek
demograsi suatu populasi, yang terdiri dari tujuh buah lajur, yaitu umur (x),
tingkat kelansungan hidup (lx), laju kematian individu pada kelompok umur x
(dx), proporsi individu yang masuk kedalam kelompok umur x tetapi mati pada
kelas tersebut (qx), jumlah waktu hidup yang tersisa dari semua individu yang
mencapai umur x (tx), lamanya waktu hidup semua individu yang tersisa dari
semua individu yang mencapai umur x (Lx) dan harapan hidup suatu individu
berusia x (ex). Salah satu langkah awal dalam mempelajari perkembangan suatu
populasi serangga adalah dengan cara mengetahui aspek-aspek demografi.
10
Ada dua tipe neraca kehidupan yaitu yang bersifat spesifik umur atau
neraca kehidupan harizontal dan yang bersifat spesifik waktu atau neraca
kehidupam vertikal. Neraca kehidupan harizontal merupakan perhitungan yang
berulang terhadap suatu kelompok (kohort) tunggal yang terdiri dari individu yang
sama umurnya sepanjang waktu. Sedangkan kehidupan vertikal suatu data yang
diambil berdasarkan kejadian tunggal ketika diasumsikan bahwa semua
generasinya sudah saling lingkup dengan sempurna oleh karena kelas umur secara
simultan adalah sama (Bellows et al., 1992)
Waktu
Gambar 2. Model kurva kesintasan(Tarumingkeng,1994)
Hubungan antara umur dengan peluang hidup (survivorship) dapat
dibedakan menjadi tiga tipe kurva peluang hidup, yaitu Kurva tipe 1
menggambarkan tingkat kematian yang rendah umur muda dan kematian tinggi
pada waktu umur lebih tua. Kurva tipe II adalah tingkat kematian rata-rata sama
pada semua umur dan kurva tipe III tingkat kematian tinggi pada awal kehidupan
atau pada umur muda(Tarumingkeng, 1994).
11
C. Rancangan Penelitian
Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Pengujian ini dilakukan pada varietas Bujang Marantau dan varietas Anak Daro
untuk menguji perbedaan biologi dan statistik demografi WBC, masing-masing
dilaksanakan dalam 10 ulangan (Lampiran 2).
D. Persiapan Penelitian
2. Perbanyakan WBC
Sebanyak 20 pasang imago WBC yang dikoleksi dari varietas IR42 di
persawahan masyarakat Kecamatan Kuranji Kota Padang ditangkap menggunakan
aspirator. WBC yang didapatkan di lapangan dimasukkan ke dalam gelas plastik
yang sudah berisi bibip padi varietas Bujang Marantau dan Anak Daro untuk
peletakan sementara imago WBC. Imago yang didapatkan dibawa ke laboratorium
dan dipindahkan ke dalam toples yang berisi bibit padi, untuk menyeragamkan
stadia wereng batang coklat yang diperoleh maka lebih kurang 3 hari setelah
infestasi, semua imago dikeluarkan dari stoples plastik. Telur yang berada pada
tanaman padi dibiarkan sampai telur menetas menjadi nimfa dan selanjutnya
menjadi imago. WBC yang digunakan adalah imago hasil perbanyakan generasi
ketiga yang berjumlah sebanyak 40 pasang imago.
E. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua perlakuan dan 10 ulangan, satu
ulangan terdiri dari dua wadah uji. satu wadah uji digunakan untuk menghitung
13
jumlah telur yang dihasilkan (sampel destruktif), sedangkan satu wadah lagi
digunakan untuk penelitian WBC tahap berikutnya (sampel utuh). Benih padi
varietas Bujang Marantau dan Anak Daro yang digunakan untuk diteliti disemai
menggunakan baki berukuran 30 cm x 21 cm x 5 cm yang berisi campuran tanah
dan pupuk kandang 3:1. Tiga batang bibit yang telah berumur 15 hari setelah
semai dipindahkan ke dalam wadah uji berupa ember plastik dengan diameter 15
cm dan tinggi 12 cm yang berisi campuran media tanah dan pupuk kandang 3:1
dengan ketinggian air ± 3 cm. Jumlah air selalu dijaga selama fase vegetatif.
Satupasang imago diinfestasikan kedalam dua wadah uji. Penggantian inang
dilakukan apabila inang tersebut sudah mulai menguning (Gambar 4).
Gambar 4. Pelaksanaan penelitian. a). Penyediaan bibit padi utuk tanaman uji, b).
Wadah uji yang digunakan
F. Pengamatan
1. Pengamatan Biologi WBC
a. Jumlah telur yang diletakan dan persentase telur menetas
Pengamatan jumlah telur yang dihasilkan dan telur yang rusak maka
semua batang padi pada sample destruktif dibedah menggunakan peniti yang
sudah dimodifikasi pada hari ke 16 setelah sepasang imago WBC diinfestasikan.
Pembelahan jaringan pelepah daun padi dilakukan di bawah mikroskop stereo
binokuler. Telur WBC yang tidak menetas akan berbentuk kisut dan hampa.
Selanjutnya dihitung jumlah telur yang diletakan, jumlah telur yang menetas dan
persentase penetasan.
Persentase penetasan telur WBC dihitung menggunakan rumus:
Jumlah telur yang menetas
% Telur menetas= x 100 %
Jumlah telur yang diletakkan
14
j. Siklus hidup
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui siklus hidup wereng batang
coklat pada padi varietas Anak Daro dan Bujang Marantau. Siklus hidup
merupakan waktu yang diperlukan dari telur sampai imago meletakan telur (F1)
pertama kali. Jadi siklus hidup dihitung dengan menjumlahkan lama stadia telur,
nimfa dan lama waktu yang dibutuhkan imago untuk meletakan telur (F1) pertama
kali.
k. Pengamatan tambahan
Pengamatan harian berupa pengukuran suhu dan kelembaban ruangan
(laboratorium) menggunakan higro-termometer digital. Pengukuran dilakukan
setiap pagi hari kisaran waktu pukul 09.00-10.00 Wib.Pengamatan tambahan
diperlukan untuk melihat pengaruh suhu dan kelembaban pada biologi dan
parameter statistik demografi WBC yang dihasilkan, namun pada saat melakukan
penelitian suhu dan kelembaban normal sehingga tidak mempengaruhi biologi dan
statistik demografi WBC (Lampiran 7).
hidup pada setiap usia untuk spesies atau kelompok (misalnya jantan atau betina)
yang diberikan. Kurva kesintasan dapat dibangun untuk kohort yang diberikan
(sekelompok individu dari sekitar umur yang sama) berdasarkan tabel neraca
kehidupan.
3. Statistik Demografi
Berdasarkan data neraca kehidupan tersebut perhitungan dapat dilanjutkan
untuk menentukan parameter- parameter demografi lainnya. Menurut Birch
(1948) dalam (Kurniawan, 2007), parameter demografi yang dihitung meliputi:
Keterangan :
r : Laju pertumbuhan intrinsik (individu/induk/hari)
T : Waktu generasi
Ro : Laju reproduksi bersih
G. Analisis Data
Data mengenai biologi serta jumlah telur yang diletakkan dan persentase
telur menetas WBC pada padi varietas Bujang Marantau dan Anak Darodianalisis
menggunakan program software Microsoft Excel for windows untuk menentukan
rata-rata ± standar deviasi, selanjutnya dilanjutkan dengan uji T untuk melihat
perbedaan dari varietas yang diamati, dan kemudian data neraca kehidupan WBC
disajikan dalam bentuk kurva dan tabel yang menunjukkan data statistik
demografinya.
19
A. Hasil
1. Biologi WBC Pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro
Hasilpengamatan terhadap biologi WBC pada padi varietas Bujang
Marantau dan Anak Daro terhadap jumlah individu dan lama stadia hidup WBC,
dimulai dari telur sampai imago, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata jumlah individu dan lama stadia satu ekor imago betina WBC
pada Padi Varietas Bujang Marantau dan Anak Daro
Rata-rata jumlah (individu) ±
Rata-rata lama stadia (hari) ± SD
Stadia SD
Bujang Marantau Anak Daro Bujang Marantau Anak Daro
Telur 22,4 ± 2,50* 16,0 ± 3,30 9,4 ± 0,52* 10,5 ± 0,53
Instar 1 20,4 ± 1,58* 13,3 ± 3,53 3,4 ± 0,52 ns
3,9 ± 0,32
Instar 2 18,4 ± 1,07* 11,0 ± 3,74 3,4 ± 0,52 ns
3,9 ± 0,32
Instar 3 15,3 ± 1,42* 8,8 ± 3,74 1,9 ± 0,32ns 2,3 ± 0,48
Instar 4 12,4 ± 1,51* 6,9 ± 3,21 2,6 ± 0,52 ns
2,6 ± 0,52
Instar 5 7,6 ± 1,65* 4,4 ± 1,84 3,7 ± 0,48 ns
3,9 ± 0,32
Jantan 1,2 ± 0,79 ns
1,0 ± 0,82 2,8 ± 1,55 ns
2,4 ± 1,71
Betina 1,8 ± 1,03 ns
1,3 ± 0,82 4,9 ± 1,79 ns
3,8 ± 2,04
Rasio 1,1 : 1 1,1 : 1 - -
Total 32,1 ± 6,21 33,3 ± 6,23
Keterangan : Jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0.05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan (ns)
Jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0.05 menunjukkan adanya perbedaan (*) (Uji T).
signifikan. Perkembangan biologi WBC mulai dari telur sampai imago dapat
dilihat pada Gambar 5.
A B C D
E F G H
varietas Anak Daro 83,12%. Hal ini disebabkan tersedianya makanan yang lebih
dari varietas Bujang Marantau terhadap perkembangan dan pertumbuhan WBC,
namun sebaliknya kurangtersedianya makanan pada varietas Anak Daro terhadap
perkembangan dan pertumbuhan WBC.
4. Kurva Kesintasan
Kurva kesintasan merupakan pemetaan proporsi lama hidup (lx) dan
rataan keperidian betina (mx) WBC yang hidup, tumbuh dan berkembang mulai
dari stadia telur hingga stadia imago pada varietas Bujang Marantau dan Anak
Daro (Gambar 6 dan 7).
1.20 25
1.00 20
0.80
15
0.60
10
0.40
0.20 5
0.00 0
1 3 5 7 9 11 13 1 5 1 7 1 9 21 23 2 5 2 7 29
Kelas umur x
1.20 25
Rataan keperidian betina yang lahir pada
Proporsi individu yang hidup pada
1.00 20
kelas umur x (lx) ▬
0.80
15
0.60
10
0.40
0.20 5
0.00 0
1 3 5 7 9 1 1 1 3 15 17 19 2 1 2 3 2 5 27 2 9
Kelas umur x
Kurva kesintasan WBC pada padi varietas Bujang Marantau dan Anak
Daro tergolong tipe 1. Kurva kesintasan tipe 1 menggambarkan kelangsungan
hidup tinggi pada awal kehidupan dan menengah, diikuti dengan penurunan cepat
dalam ketahanan hidup seiring dengan perkembangannya. Laju lx dan
mxmerupakan bagian terpenting untuk mengetahui estimasi perkembangan dan
memahami strategi produksi poulasi WBC dalam kondisi makan yang tidak
terbatas. Dari kurva dapat dilihat pada varietas Bujang Marantau peletakan telur
pertama kali dimulai pada hari ke-14 sampai hari ke-27. Rata–rata fekunditas
betina (mx) per hari tertinggi terjadi pada hari ke-16 dengan jumlah telur 23,60
butir(Lampira 4). Sedangkan pada varietas Anak Daro peletakan telur pertama
kali dimulai pada hari ke-15 sampai hari ke-27. Rata–rata fekunditas betina (mx)
per hari tertinggi terjadi pada hari ke-16 dengan jumlah telur 20,30 butir (Lampira
5).
Nilai proporsi individu yang hidup (lx) menunjukan kurang sesuainya
WBC terhadap varietas Anak Daro sebagai tanaman inangnya dibandingkan pada
varietas Bujang Marantau. Sedangkan nilai rataan keperidian betina (mx) pada
varietas Anak Daro lebih rendah dibandingkan varietas Bujang Marantau dan
masa peletakan telur pada varietas Anak Daro lebih pendek dibandingkan varietas
Bujang Marantau.
5. Statistik Demografi
Hasil penelitian menunjukan bahwa WBC yang hidup pada varietas Anak
Daro mempunyai nilai laju reproduksi kotor (GRR), laju reproduksi bersih (R O)
dan laju intrinsik (rm) lebih rendah dibandingkan varietas Bujang Marantau,
namun memiliki masa generasi (T) dan waktu yang dibutuhkan generasi untuk
berlipat ganda (DT) yang lebih tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.
23
Tabel 4. Statistik demografi WBC pada padi varietas Bujang Marantau dan Anak
Daro
Parameter Populasi Nilai
Bujang Marantau Anak Daro
GRR ( Individu/generasi)
Ro 231,3 201,1
(Individu/induk/generasi) 30,71 30,42
R (Individu/induk/hari) 0,18 0,17
T (Hari) 18,11 19,08
DT (Hari) 3,85 4,07
Keterangan : GRR = laju reproduksi kotor, R O = laju reproduksi bersih, r = laju intrinsik, T = rata-
rata masa generasi, DT = waktu yag dibutuhkan generasi berlipat ganda.
B. Pembahasan
Pengamatan biologi WBC yang terlihat pada Tabel 2 menunjukan bahwa
rata-rata jumlah individu pada padi varietas Anak Daro lebih sedikit dari pada
Bujang Marantau. Jumlah telur yang diletakan dan persentase telur yang menetas
pada padi varietas Anak Daro juga lebih sedikit dibandingkan varietas Bujang
Marantau (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 1 melalui uji T dapat dilihat bahwa secara
umum terdapatnya perbedaan yang signifikan antara kedua varietas. Hal ini terjadi
karena ketidaksukaan WBC terhadap varietas yang digunakan. Menurut Rahmini
et al., (2012) menyatakan bahwa varietas yang lebih disukai WBC adalah varietas
yang rentan.
Pengamatan jumlah telur yang dihasilkan oleh satu imago betina pada padi
varietas Anak Daro lebih sedikit dibandingkan varietas Bujang Marantau atau
adanya perbedaan yang signifikan. Varietas tanaman yang memiliki anakan
produktif lebih sedikit (Anak Daro) dengan varietas yang memiliki anakan
produktif lebih banyak (Bujang Marantau) (Lampiran 3 dan 4). Menurut Alfitra,
(2011) Hal tersebut dikarenakan sedikitnya jumlah anakan menyebabkan
kelembaban lebih rendah sehinggga perkembangan populasi WBC lebih rendah
pula, namun varietas yang memiliki jumlah anakan yang lebih banyak mendorong
terciptanya iklim mikro yang sesuai untuk perkembangan Populasi WBC. Selain
itu Zulaikha et al., (2021) menyatakan hal tersebut di duga karena adanya sifat
antibiosis yang dimiliki oleh masing-masing tanaman tersebut yaitu berupa
24
senyawa Asam Oksalat, dimana asam oksalat dapat mengganggu proses makan
WBC pada tanaman padi yaitu dengan cara menghambat proses pengisapan pada
floem dan juga senyawa asam oksalat yang mampu menurunkan kemampuan
makan nimfa dan peletakan telur dari WBC.
Lama stadia telur WBC pada varietas Anak Daro lebih lama dibandingkan
varietas Bujang Marantau menunjukan perbedaan yang signifikan, dimana
masing-masing yaitu 10,5 ±0,53 dan 9,4 ± 0,52. Menurut Yaherwandi et al.,
(2010) menyatakan bahwa lama stadia telur pada padi varietas Batang Piaman
lebih lama dibandingkan IR 42 hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
tingkatketahanan pada masing-masing varietas, kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan serta rendahnya kemampuan dalam mengambil makanan. Selain itu
menurutSeo et al., (2010) menyatakan bahwa pada varietas tahan WBC
mengalami kesulitan dalam menghisap cairan floem dan varietas tahan juga
memiliki antibiosis yang lebih tinggi.
Pengamatan jumlah nimfa, dapat dilihat jumlah nimfa yang dihasilkan
oleh WBC pada varitas Bujang Marantau dan Anak Daro nenunjukan perbedaan
yang signifikan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah nimfa instar 1-5
pada varietas Anak Daro lebih sedikit dibandingkan varietas Bujang Marantau.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor jumlah telur dan ketahanan dari masing-masing
varietas. Semakin tahan suatu varieas semakin sedikit jumlah populasi generasi
berikutnya. Menurut pendapat (Nurdaaniyah et al., 2020) pada varietas rentan
kemampuan makan WBC lebih tinggi dibandingkan varietas tahan hal tersebut
akan mengakibatkan jumlah makanan dan mutu makanan yang didapatkan tidak
memenuhi kebutuhan hidup WBC sehingga perkembangan populasinya
terhambat, karena berkurangnya zat makanan tersebut maka pada varietas tahan
akan mengurangi tingkat kesuburan WBC dan mempengaruhi produksi telur serta
perkembangan generasi berikutnya.
Secara umum, siklus hidup WBC pada varietas Anak Daro lebih lama
dibandingkan pada varietas Bujang Marantau. Hal ini dipengaruhi oleh ketahanan
yang dimiliki oleh tanaman yang menyebabkan rendahnya kemampuan WBC
dalam memanfaatkan nutrisi yang tersedia sehingga menyebabkan pertumbuhan
WBC dan perkembangannya terhambat. Oleh sebab itu kondisi tersebut
25
A. Kesimpulan
Wereng batang coklat (WBC) mampu hidup pada padi varietas Bujang
Marantau maupun Anak Daro namun varietas padi yang lebih disukai oleh WBC
adalah varietas Bujang Marantau. Pada padi varietas Bujang Marantau
menghasilkan rata-rata jumlah telur (22,4 butir telur/betina) lebih tinggi
dibandingkan pada padi varietas Anak daro yaitu 16,0 butir telur/betina) . Total
lama stadia pada padi varietas Bujang Marantau yaitu 32,1 ± 6,21 lebih pendek
dibandingkan pada padi varietas Anak Daro yaitu 33,3 ± 6,23. Kurva kesintasan
WBC pada kedua varietas tergolong tipe 1, yang menggambarkan tingkat
kematian yang rendah pada umur muda namun kematian yang tinggi pada umur
tua. Statistik demografi mengenai laju reproduksi kotor, laju reproduksi bersih dan
laju intrinsik pada varietas Bujang Marantau (231,3; 30,71; 0,18) lebih tinggi
dibandingkan pada padi varietas Anak Daro yaitu masing-masing (201,1; 30,42;
0,17) sedangkan rata-rata masa generasi pada padi varietas Bujang (18,11) lebih
pendek dari pada varietas Anak Daro yaitu (19,08).
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai biologi dan statistik
demografi wereng batang coklat (WBC) pada padi varietas lainnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki, S. E., & Widiarta, I.N. (2009). Hama Wereng Dan Cara
Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi. Hlm : 347–383.
Baehaki, S. E., & Mejaya, M. J. (2014). Wereng Cokelat Sebagai Hama Global
Bernilai Ekonomi Tinggi Dan Strategi Pengendaliannya.” Iptek Tanaman
Pangan 9(1): 1–12.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). (2015). Deskripsi varietas padi.
BB Padi. Sukamandi.
Fitriana, I., Buchori, D., Nurmansyah, A., Ubaidillah, R & Rizali, A. (2016).
Statistik Demografi Diaphania Indica Saunders (Lepidoptera:
Crambidae). Jurnal Hama Dan Penyakit Tumbuhan Tropika 15(2): 105.
Harini, S. A., Kumar S. S., Balaravi, P., Sharma, R., Dass, A. M., & Shenoi, V.
(2013). Evaluation of Rice Genotypes for Brown Planthopper (BPH)
Resistance Using Molecular Markers and Phenotypic Methods.African
Journal of Biotechnology 12(19): 2515–2525.
Muyassir. (2012). Efek Jarak Tanam, Umur Dan Jumlah Bibit Terhadap Hasil
Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan
1(2): 207–212.
30
Nurdaaniyah, A., Dadang., & Winasa, I. W. (2020). Ketahanan padi (Oryza sativa
L.) varietas IPB 3S terhadap wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens
(Stål) (Hemiptera: Delphacidae). Jurnal Entomologi Indonesia, 17(2),
Prada, D. M., & Martinius. (2020). Biologi Dan Neraca Kehidupan Wereng
Batang Coklat (Nilaparvata Lugens) Pada Padi Varietas Cisokan Dan
Kahayan. Jurnal Proteksi Tanaman 4 (2): 73–81.
Pratiwi, S. H. (2016). Pertumbuhan Dan Hasil Padi (Oryza Sativa L.) Sawah Pada
Berbagai Metode Tanam Dengan Pemberian Pupuk Organik. Gontor
AGROTECH Science Journal 2(2): 1–19.
Seo, B. Y., Jung, J. K., Choi, B. R., Man, T. H., Lee, S. W., & Lee, B. H. (2010).
Survival rate and stylet penetration behavior of current Korean
populations of the brown planthopper, Nilaparvata lugens, on resistant
rice varieties. Journal of Asia-Pacific Entomology, 13(1), 1–7.
Sujitno, E., Dianawati, M., & Fahmi, T. (2015). Kajian Berbagai Varietas Unggul
Terhadap Serangan Wereng Batang Cokelat Dan Produksi Padi Di Lahan
Sawah Kabupaten Garut , Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon
1(4): 868–73.
31
Susanti, I., Azis, F. N., &Saeri, M.(2020). Penggunaan Varietas Unggul Baru
(VUB) Padi Sebagai Cara Untuk Peningkatan Produktivitas Dan
Pendapatan Petani. Gontor AGROTECH Science 6(3): 527–45.
3 Pelaksanaan
penelitian dan
pengamatan
4 Analisis data
33
D1 P1 D2 P2 D3 P3 D4 P4 D5 P5
D6 P6 D7 P7 D8 P8 D9 P9 D10 P10
2. Bujang Marantau
D1 P1 D2 P2 D3 P3 D4 P4 D5 P5
D6 P6 D7 P7 D8 P8 D9 P9 D10 P10
Keterangan :
D = Sampel destruktif (sampel yang digunakan untuk menghitung jumlah telur
wereng batang coklat)
P = Sampel yang akan diamati untuk tahap berikutnya
34
X ax lx dx qx mx lxmx xlxmx
1 224 1,00 20 0,09 0,00 0,00 0,00
2 204 0,91 0 0,00 0,00 0,00 0,00
3 204 0,91 12 0,06 0,00 0,00 0,00
4 192 0,86 8 0,04 0,00 0,00 0,00
5 184 0,82 7 0,04 0,00 0,00 0,00
6 177 0,79 9 0,05 0,00 0,00 0,00
7 168 0,75 8 0,05 0,00 0,00 0,00
8 160 0,71 8 0,05 0,00 0,00 0,00
9 152 0,68 17 0,11 0,00 0,00 0,00
10 135 0,60 14 0,10 0,00 0,00 0,00
11 121 0,54 20 0,17 0,00 0,00 0,00
12 101 0,45 18 0,18 0,00 0,00 0,00
13 83 0,37 13 0,16 0,00 0,00 0,00
14 70 0,31 10 0,14 11,60 3,63 50,75
15 60 0,27 12 0,20 14,80 3,96 59,46
16 48 0,21 9 0,19 23,60 5,06 80,91
17 39 0,17 9 0,23 20,10 3,50 59,49
18 30 0,13 0 0,00 19,50 2,61 47,01
19 30 0,13 5 0,17 17,60 2,36 44,79
20 25 0,11 5 0,20 19,50 2,18 43,53
21 20 0,09 0 0,00 20,90 1,87 39,19
22 20 0,09 2 0,10 18,50 1,65 36,34
23 18 0,08 4 0,22 17,80 1,43 32,90
24 14 0,06 2 0,14 15,50 0,97 23,25
25 12 0,05 2 0,17 12,70 0,68 17,01
26 10 0,04 1 0,10 10,40 0,46 12,07
27 9 0,04 3 0,33 8,80 0,35 9,55
28 6 0,03 2 0,33 0,00 0,00 0,00
29 4 0,02 2 0,50 0,00 0,00 0,00
30 2 0,01 2 0,00 0,00 0,00 0,00
Keterangan : ax = banyaknya individu yang hidup pada setiap umur pengamatan
Lx = proporsi individu yang hidup pada umur x (lx = ax/a0)
dx = banyak individu yang mati disetiap kelas umur x
qx = proporsi mortalitas pada masing-masing umur (qx = dx/ax)
mx = rataan keperidian betina lahir pada kelas umur x
lxmx = banyak individu yang dihasilkan pada kelas umur x
X ax lx dx qx mx lxmx xlxmx
38
13 25 28 82 87
14 25 26 85 89
15 25 26 85 86
16 25 26 85 89
17 25 27 81 85
18 25 28 82 87
19 25 26 82 85
20 25 28 82 87
21 25 26 82 85
22 25 28 82 87
23 25 28 82 87
24 25 27 81 86
25 25 28 82 87
26 25 28 82 87
27 25 28 82 87
28 25 28 82 87
29 25 28 82 87
30 25 26 85 89
31 25 26 85 89
November 1 25 26 85 89
2 25 27 81 85
3 25 28 82 87
4 25 27 77 84
5 25 28 82 87
6 25 28 82 87
7 25 26 83 87
8 25 27 77 84
9 25 27 81 85
10 25 27 81 85
11 25 26 83 87
12 25 26 83 87
13 25 26 83 87
14 25 26 83 87
15 24 25 89 91
16 24 25 89 91
17 24 25 89 91
18 24 25 89 91
19 24 25 89 91
20 24 25 89 91
21 24 25 89 91
22 25 26 83 87
23 25 26 83 87
24 25 26 83 87
25 25 26 83 87
40
26 25 27 77 84
27 25 28 82 87
28 25 26 86 89
29 25 28 82 87
30 25 27 77 84
Desember 1 25 27 77 84
2 25 27 77 84
3 25 26 86 89
4 25 26 86 89
5 25 27 77 84
6 25 27 77 84
7 25 27 77 84
8 25 28 82 87
9 25 28 82 87
10 25 28 82 87
11 25 28 82 87
12 25 28 82 87
13 25 28 82 87
14 25 26 86 89
15 25 26 86 89
16 25 27 77 84
17 25 28 82 87
18 25 28 82 87
19 25 28 82 87
20 25 28 82 87