Anda di halaman 1dari 108

KARYA TULIS ILMIAH

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR KOMBINASI


KULIT NANAS (Ananas comosus) DAN DAUN LAMTORO
(Leucaena leucocephala) TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus)

Oleh :
TIARA IKA PRATIWI
NIM : P0 5160018 042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIPLOMA III SANITASI
TAHUN 2021
UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR KOMBINASI
KULIT NANAS (Ananas comosus) DAN DAUN LAMTORO
(Leucaena leucocephala) TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus)

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Kesehatan (Amd.Kes)

Oleh :

TIARA IKA PRATIWI


NIM: P0 5160018 042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIII SANITASI
TAHUN 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

ii
HALAMAN PENGESAHAN

iii
ABSTRAK

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR KOMBINASI KULIT


NANAS (Ananas comosus) DAN DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala)
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus)

Jurusan Kesehatan Lingkungan 2021


(XVII + 56 Halaman + 25 Lampiran)
Tiara Ika Pratiwi, Mely Gustina, Aplina Kartika Sari.

Tingkat timbulan sampah di Kota Bengkulu sebanyak 3 m3/hari, dengan jumlah


penduduk 417.918 jiwa, menghasilkan 1.044,80 m3/hr timbulan sampah, hal ini
memerlukan alternatif untuk mengatasi tingginya timbulan sampah tersebut, salah
satunya yaitu dapat dengan melakukan pemanfaatan sampah organik dalam
pembuatan pupuk organik, baik itu kompos maupun pupuk organik cair. Tujuannya
untuk mengetahui tinggi, jumlah daun, waktu tanaman mulai muncul buah terhadap
pertumbuhan tanaman mentimun dengan pemberian POC kombinasi kulit nanas
dan daun lamtoro. Desain penelitian quasi eksperimen dan analisis data
menggunakan Uji One Way Anova dan Uji Bonferroni. Hasil uji One Way Anova
pada ketiga variabel yang di periksa didapatkan hasil ρ value < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa setiap perlakuan larutan POC memiliki perbedaan, dan hasil
Uji Bonferroni diperoleh perlakuan yang paling efektif terhadap pertumbuhan
tanaman mentimun pada perlakuan POC 30 ml yaitu rata – rata tinggi tanaman
163,7 cm, jumlah daun sebanyak 27,3 helaian, dan tanaman mulai muncul buah
pada 26,5 HST. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian
dengan variabel yang berbeda ataupun mengaplikasikan terhadap tanaman lainnya.

Kata Kunci : POC, Kulit Nanas, Daun Lamtoro


Tahun : 2013-2020

iv
ABSTRACT

TESTING THE EFFECTIVENESS OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER


COMBINATION OF PINEAPPLE PEEL (Ananas comosus) AND
LAMTORO LEAVES (Leucaena leucocephala) ON THE GROWTH OF
CUCUMBER (Cucumis sativus)

The Department Of Environmental Health 2021


(XVII + 56 Pages + 25 Attachments)
Tiara Ika Pratiwi, Mely Gustina, Aplina Kartika Sari.

The level of waste generation in Bengkulu City is 3 m3/day, with a population of


417,918 people, resulting in 1,044.80 m3/hr of waste generation, this requires an
alternative to overcome the high generation of waste, one of which is to use organic
waste in the manufacture of waste. organic fertilizer, be it compost or liquid organic
fertilizer. The aim was to determine the height, number of leaves, when the plants
began to appear fruit on the growth of cucumber plants by giving POC combination
of pineapple peel and lamtoro leaves. Quasi-experimental research design and data
analysis using One Way Anova Test and Bonferroni Test. The results of the One
Way Anova test on the three variables examined showed value < 0.05, so it can be
concluded that each treatment of POC solution has a difference, and the results of
the Bonferroni Test obtained the most effective treatment on cucumber plant growth
at 30 ml POC treatment, namely the average - The average plant height was 163.7
cm, the number of leaves was 27.3, and the plants started to produce fruit at 26.5
DAP. It is hoped that further researchers can continue research with different
variables or apply to other plants.

Keywords: POC, Pineapple Peel, Lamtoro Leaves


Year: 2013-2020

v
BIODATA PENULIS

Nama : Tiara Ika Pratiwi


Tempat, Tanggal : P.1 Mardiharjo, 23 September 1999
Lahir
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak Ke : 1 (satu)
Jumlah Saudara : 1 (satu)
Alamat : Jl. Lintas Megang Sakti, Dusun II
Desa Mardiharjo Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Musi Rawas
Provinsi Sumatera Selatan
Nama Orang Tua
Ayah : Suwardi, S.P.
Ibu : Sumini
Riwayat
Pendidikan
SD : SD Negeri Mardiharjo
SMP : SMP Negeri Mangunharjo
SMA : SMA Negeri Tugumulyo
Perguruan Tinggi : Jurusan D-III Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :

☺ Just don’t overthinking too much. Just live happily, this is your own life. If you’re
happy that’s enough (Zhong Chenle)
☺ Jika kamu menginginkan untuk hidup dalam kehidupan yang bahagia maka
gantungkan itu pada sebuah tujuan, bukan pada orang lain atau suatu benda
(Albert Einsten)
☺ Kepercayaan diri adalah sesuatu yang sangat penting. Beri dirimu lebih percaya diri,
dan katakan pada dirimu sendiri ‘aku mencintai diriku sendiri dan aku percaya diri
(Huang Renjun)

“Sleeping, listening to music, and watching drama is


enough to make me happy”
PERSEMBAHAN :

1. Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas Rahmat serta Hidayah-Nya yang
senantiasa memberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini. Semoga ini menjadi langkah awal yang baik untukku
menggapai cita – cita yang selama ini diimpikan oleh ku serta kedua orang
tua ku.
2. Segala perjuanganku hingga pada titik ini aku persembahkan pada dua
orang paling berharga dalam hidupku. Terima kasih bapakku (Suwardi)
dan mamakku (Sumini) yang selalu berada di garda terdepan dalam
mendukungku, memberi semangat, menjagaku dalam doa serta selalu
membiarkanku melakukan apa saja yang membuatku bahagia. Aku akan
melakukan yang terbaik untuk setiap kepercayaan yang telah bapak dan
mamak berikan. Aku akan tumbuh menjadi yang terbaik yang aku bisa.
Pencapaian kecil ini adalah persembahan istimewaku untuk bapak dan
mamak.
3. Untuk satu – satunya saudara sedarahku (Adik Alim) terimakasih sudah
mau mendengarkan cerita, keluh kesahku yang telah mbakmu rasakan
ini, ya walaupun tidak memberi solusi sih. But I’m happy to have a

vii
brother like you. Dan untuk keponakan imutku (Akhtar, Rifqie, Humaira)
terimakasih telah menjadi penyemangatku, tingkah lucu kalian cukup
menjadi moodbosterku.
4. Kepada keluarga besarku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu
terimakasih untuk kalian semua yang selalu memberikan support dan
nasehat untukku menjalani hidup dan dalam menyelesaikan pendidikan
ini.
5. Kepada dosen pembibingku (bunda Mely dan bunda Aplina) dan dewan
penguji ku (Pak Ijal dan babe) terimakasih kuucapkan atas bimbingan,
nasehat, saran dan ilmu serta semangat yang selalu dan selalu bunda
berikan, sehingga karya tulis ilmiah ini bisa selesai tepat waktu.
6. Teruntuk para sahabat lucknut ku Nina Yudiarni (ketek), Irma Andini
(Ndut), Putri Julia Anggraini (Pijong), Fanny Gustianti Lestari B (Fanne),
Septhia Yulinda (Thiul), Yofita Yunari (Mak’e), Fadila Khairunnisa
(Fadilut), Eva Kurniawati (Epo), terimakasih yaw, sudah mewarnai hari –
hariku dengan canda dan tawa. Terimakasih telah merepotkan diriku
(canda kawan, hehe). Terimakasih telah menjadikan kamarku tempat
penitipan barang. Terimakasih telah menumpuk sampah di kamarku.
Terimakasih telah berjuang bersama hingga kita berada pada titik ini,
yaitu titik yang selalu menjadi tujuan kita, ya walaupun lumayan lama ya
3 tahun lebih hampir 4 tahun karena mbak corona yang masih
meresahkan. Good luck untuk kita semua.
7. Kepada teman – teman ku Intan, Jira, Yolanda, Thesa, Ayuk Monika,
Luvi, terimakasih telah membantu banyak dalam penelitian dan
penyusunan karya tulis ilmiah ini, terimakasih telah berjuang bersama
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Kepada teman – teman EHD 10 yang tidak bisa aku sebutkan satu per
satu, terimakasih untuk semua kerja keras dan kebersamaan yang telah
kita lalui sampai 3 tahun ini. Terimakasih telah memberikan secuil
kenangan yang terekam dalam memori ini. Semoga kita semua menjadi
orang yang sukses dan yang terpenting kita semua harus bahagia.
9. Teruntuk para moodboster ku wannaone (woojin), NCT 2020, enhypen
(sunoo), straykids (changbin), pentagon (hongseok), D.O., lee suhyun, lee
kwang soo, xu kai, lin yi, terimakasih untuk semua lagu, drama, film kalian
yang selalu menemani hari – hariku. Team rebahan angkat tangannya.
10. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang tidak bisa aku sebutkan satu
persatu, semoga kebaikan kalian semua dibalas oleh Allah SWT.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahu Wa ta’ala telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan karya tulis ilmiah

dengan judul “Uji Efektivitas Pupuk Organik Cair Kombinasi Kulit Nanas (Ananas

comosus) dan Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) Terhadap Pertumbuhan

Tanaman Mentimun (Cucumis sativus)” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis telah mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, yang tidak bisa di sebutkan satu persatu dan

kesempatan kali ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Ibu Eliana, SKM., MPH, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Bengkulu.

2. Ibu Yusmidiarti, SKM., MPH, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu

3. Ibu Mely Gustina, SKM., M.Kes, selaku pembimbing I yang telah

membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan juga telah memberikan

saran selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu Aplina Kartika Sari, SST., M.KL, selaku pembimbing II yang telah

membimbing penulisan dengan penuh kesabaran dan juga telah memberikan

saran selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Bapak Dahrizal, S.Kp., MPH, selaku Ketua Dewan Penguji yang memberi

arahan dan saran kepada penulis.

ix
6. Bapak H. Mualim, SKM., M.Kes, selaku penguji I yang telah memberi arahan

dan saran kepada penulis.

7. Para dosen dan staf karyawan jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama menempuh pendidikan di jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

8. Orang Tua, kakak serta keluarga yang sangat penulis sayangi yang selalu

memberi dorongan, doa, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini dengan baik.

9. Teman-teman seangkatan di Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat dalam menyusun karya tulis ilmiah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak

terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat

membangun untuk kemajuan penulis dimasa yang akan datang.

Bengkulu, 13 Juli 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
BIODATA PENULIS ..................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH .............................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 10


A. Sampah ................................................................................................. 10
B. Pupuk Organik Cair (POC) .................................................................. 12
C. Ciri – Ciri POC Yang Sudah Matang ................................................... 14
D. Manfaat Pupuk Organik Cair (POC) .................................................... 14
E. Standar Pupuk Organik Cair ................................................................ 15
F. Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Nanas .............................................. 16
G. Pupuk Organik Cair (POC) Daun Lamtoro .......................................... 18
H. Pupuk Organik Cair (POC) NASA ...................................................... 20
I. Tanaman Mentimun (Cucumis sativus)................................................ 22
J. Kerangka Teori ..................................................................................... 25
K. Hipotesis ............................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 27


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 27
B. Kerangka Kosep ................................................................................... 28
C. Definisi Operasional ............................................................................. 29
D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 30
E. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 31
F. Prosedur Penelitian ............................................................................... 31
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35
H. Teknik Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data ............................... 35

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 38
A. Jalannya Penelitian ............................................................................... 38
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 39
C. Pembahasan .......................................................................................... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 55


A. Simpulan............................................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ......................................................................... 7
Tabel 2.1 Standar Pupuk Organik Cair .......................................................... 15
Tabel 2.2 Kandungan Unsur Hara POC Kulit Nanas ....................................... 17
Tabel 2.3 Kandungan Unsur Hara POC Daun Lamtoro .................................. 19
Tabel 2.4 Klasifikasi Tanaman Mentimun ....................................................... 22
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 27
Tabel 3.2 Definisi Operasional ........................................................................ 29
Tabel 4.1 Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 10 ml
Terhadap Tinggi Batang Tanaman Mentimun ............................... 39
Tabel 4.2 Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 20 ml
Terhadap Tinggi Batang Tanaman Mentimun ............................... 40
Tabel 4.3 Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 30 ml
Terhadap Tinggi Batang Tanaman Mentimun ............................... 40
Tabel 4.4 Perlakuan POC NASA 2 ml (Kontrol) Terhadap Tinggi Batang
Tanaman Mentimun ......................................................................... 41
Tabel 4.5 Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 10 ml
Terhadap Jumlah Daun Tanaman Mentimun ................................. 41
Tabel 4.6 Perlakuan POC Kombinasi Kulit Kanas Dan Daun Lamtoro 20 ml
Terhadap Jumlah Daun Tanaman Mentimun ................................. 42
Tabel 4.7 Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 30 ml
Terhadap Jumlah Daun Tanaman Mentimun ................................. 42
Tabel 4.8 Perlakuan POC NASA 2 ml (Kontrol) Terhadap Jumlah Daun
Tanaman Mentimun ......................................................................... 43
Tabel 4.9 Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah Pada
Perlakuan 10 ml POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun
Lamtoro ........................................................................................... 43
Tabel 4.10 Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah Pada
Perlakuan 20 ml POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun
Lamtoro ........................................................................................... 44
Tabel 4.11 Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah Pada
Perlakuan 30 ml POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun
Lamtoro ........................................................................................... 44

xiii
Tabel 4.12 Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah Pada
Perlakuan 2 ml POC NASA (Kontrol) ............................................ 45
Tabel 4.13 Hasil Uji One Way Anova Rata – rata Tinggi Tanaman Mentimun
Pada Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro
Dengan Berbagai Perlakuan ............................................................ 46
Tabel 4.14 Hasil Uji One Way Anova Rata – rata Jumlah Daun Tanaman
Mentimun Pada Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas Dan
Daun Lamtoro Dengan Berbagai Perlakuan .................................... 46
Tabel 4.15 Hasil Uji One Way Anova Rata – rata Umur/Waktu Tanaman
Mentimun Mulai Muncul Buah Pada Pemberian POC Kombinasi
Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro Dengan Berbagai Perlakuan ........ 47
Tabel 4.16 Hasil Uji Bonferroni Rata – rata Tinggi Tanaman Mentimun
Pada Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro
Dengan Berbagai Perlakuan ............................................................ 47
Tabel 4.17 Hasil Uji Bonferroni Rata – rata Jumlah Daun Tanaman
Mentimun Pada Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas Dan
Daun Lamtoro Dengan Berbagai Perlakuan .................................... 48
Tabel 4.18 Hasil Uji Bonferroni Rata – rata Umur/Waktu Tanaman
Mentimun Mulai Muncul Buah Pada Pemberian POC Kombinasi
Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro Dengan Berbagai Perlakuan ........ 48

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Pupuk Organik Cair...................................................................... 12
Gambar 2.2 Buah Nanas ................................................................................. 16
Gambar 2.3 Sampah Kulit Nanas ..................................................................... 17
Gambar 2.4 Daun Lamtoro .............................................................................. 19
Gambar 2.5 Tanaman Mentimun ..................................................................... 22
Gambar 2.6 Kerangka Teori ............................................................................. 25
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 28

xv
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DAP : Day After Planting

EM4 : Effective Microorganism 4

HST : Hari Setelah Tanam

K : Kalium

Kg : Kilogram

Mg : miligram

MOL : Mikroorganisme Lokal

N : Nitrogen

P : Fosfor

POC : Pupuk Organik Cair

Ppm : Parts per milion

WHO : World Health Organization

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Lampiran II : Surat Izin Penelitian dari Institusi Pendidikan

Lampiran III : Surat Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran IV : Master Tabel

Lampiran V : Hasil SPSS

Lampiran VI : Dokumentasi Penelitian

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah menurut WHO (World Health Organization) adalah sebagian dari

sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang,

yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Sampah erat

kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan

hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (Bacteri Pathogen), dan

juga binatang serangga pembawa atau penyebar penyakit (vektor).

Sampah pada dasarnya merupakan bahan yang telah terbuang atau dibuang

dari sumber kegiatan manusia maupun proses alam yang tidak atau belum

memiliki nilai ekonomi, sampah seringkali mendapatkan nilai yang negatif, itu

dikarenakan dalam penanganan sampah baik itu membuang maupun

membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar, serta timbulan sampah

dapat mencemari lingkungan (Majid dkk, 2020).

Di negara Indonesia sampah masih menjadi masalah yang rumit, hal itu

terjadi karena minimnya perhatian masyarakat terhadap bahaya yang dapat

ditimbulkan oleh sampah serta untuk pembuangan sampah yang baik dan

memenuhi syarat terkendala oleh minimnnya biaya untuk mengusahakannya.

Serta meningkatnya taraf hidup masayarakat yang tidak diikuti dengan

pengetahuan tentang persampahan dan juga kurangnya pastisipasi masyarakat

dalam menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya merupakan

1
2

faktor lain yang dapat menyebabkan permasalahan sampah yang rumit di

Indonesia (Tarigan, 2019).

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pertambahan

jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan,

dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini 250 juta orang, jika setiap orang

menghasilkan sampah 0,7 kg/hari, oleh karena itu timbulan sampah dalam

tingkat nasional mencapai 175 ribu ton/hari atau setara dengan 64 juta

ton/tahun (Rahmawati, 2019). Tingkat timbulan sampah di Kota Bengkulu

sebanyak 3 m3/hari, dengan jumlah penduduk 417.918 jiwa, menghasilkan

1.044,80 m3/hr timbulan sampah (Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Provinsi Bengkulu, 2019).

Timbulan sampah organik di Kota Bengkulu masih tergolong tinggi, hal ini

memerlukan alternatif untuk mengatasi tingginya timbulan sampah tersebut,

salah satunya yaitu dapat dengan melakukan pemanfaatan sampah organik

dalam pembuatan pupuk organik, baik itu kompos maupun pupuk organik cair

(Ali, 2016).

Pupuk organik cair (POC) merupakan suatu larutan yang berasal dari hasil

pembusukan bahan – bahan organik seperti sisa tanaman, kotoran hewan, dan

sampah organik lainnya. Kelebihan dari POC adalah dapat mempercepat

menyediakan unsur hara dan tidak akan merusak tanah walaupun digunakan

secara rutin (Satriawi dkk, 2019).

Tanaman nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu tanaman

hortikultura yang banyak di minati oleh masyarakat. Pada umumnya tanaman


3

nanas hanya diambil bagian daging buah saja sehingga bagian yang lain tidak

termanfaatkan dan hanya akan menjadi sampah. Sampah kulit nanas banyak

ditemukan di sekitar pasar, penjual jus, dan penjual buah nanas di sekitar jalan.

Timbulan sampah kulit nanas yang tidak terkendali akan menyebabkan

pencemaran lingkungan. Sampah kulit nanas ini dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku dalam pembuatan nutrisi pada tanaman, salah satunya adalah

dengan cara membuat pupuk organik cair (Khairani dkk, 2019). Kulit nanas

mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Kulit nanas mengandung

0,028% N, 0,026% P, 0,108% K dan bahan organik 3,476% (Satriawi dkk,

2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Satriawi dkk, 2019,

didapatkan bahwa pemberian perlakuan 10 ml, 20 ml, dan 30 ml pupuk organik

cair dari kulit nanas tidak memberikan pengaruh nyata terhadap seluruh variabel

pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman membutuhkan unsur nitrogen

(N) dalam jumlah yang banyak. Unsur N berfungsi untuk meningkatkan

pertumbuhan pada tanaman, terutama pada bagian batang dan daun.

Pada penelitian ini daun lamtoro juga merupakan salah satu bahan utama

yang peneliti gunakan sebagai bahan untuk membuat pupuk organik cair. Pada

umumnya tanaman lamtoro hanya diambil buahnya saja. Daun lamtoro

merupakan bahan organik yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai

pakan ternak, padahal kandungan senyawa yang ada didalamnya dapat

dijadikan sebagai produk-produk bermanfaat. Daun lamtoro mengandung


4

unsur hara yang terdiri atas 4,2% N, 0,2% P, 2,06% K, 1,31% Ca, dan 0,33%

Mg, 40% karbohidrat, 7,19% mimosin, 25,9 % protein (Supriyanti, 2017).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Septirosya dkk, 2019,

didapatkan bahwa pemberian perlakuan pupuk organik cair daun lamtoro

sebanyak 10% yaitu lebih efisien dalam meninngkatkan tinggi tanaman, jumlah

buah, dan diameter batang. Interval waktu 9 hari pemberian pupuk organik daun

lamtoro memberikan hasil yang terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman,

jumlah daun, dan diameter batang. Tidak terdapat interaksi perlakuan antara

perlakuan pupuk organik cair daun lamtoro dengan interval pemberian pupuk

organik cair daun lamtoro terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

Tanaman mentimun merupakan salah satu tanaman hortikultura yang

banyak diminati oleh para petani. Produksi mentimun di Indonesia mengalami

penurunan. Rendahnya produktivitas tanaman mentimun disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor pemupukan. Pupuk yang dibutuhkan

untuk tanaman mentimun haruslah memiliki kandungan unsur Nitrogen (N),

Posfor (P), dan Kalium (K) yang cukup. Dalam pupuk organik cair biasanya

juga mengandung unsur N, P, K tersebut (Wiradipa, 2019).

Kandungan unsur nitrogen dalam kulit nanas masih sangat sedikit. Untuk

menambah kandungan unsur nitrogen dalam pembuatan pupuk organik cair,

peneliti bisa memanfaatkan daun lamtoro. Daun lamtoro merupakan tanaman

yang memiliki kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium yang dibutuhkan oleh

suatu tanaman.
5

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pembuatan pupuk organik cair dengan mengkombinasikan kulit nanas

dan daun lamtoro sebagai bahan utamanya, dengan harapan kombinasi ini akan

diperoleh pupuk organik cair yang memiliki unsur hara yang kompleks yang

dapat membantu pertumbuhan tanaman. Jadi, penelitian yang akan dilakukan

adalah “ Uji Efektivitas Pupuk Organik Cair Kombinasi Kulit Nanas dan Daun

Lamtoro Terhadap Pertumbuhan Tanaman Mentimun.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini yaitu “Apakah ada pengaruh pemberian pupuk organik cair kombinasi kulit

nanas (Ananas comosus) dan daun lamtoro (Leucaena leucocephala) terhadap

pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis sativus) ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui efektivitas pemberian pupuk organik cair kombinasi kulit

nanas (Ananas comosus) dan daun lamtoro (Leucaena leucocephala)

terhadap pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis sativus).

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui peningkatan pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis

sativus) setelah pemberian pupuk organik cair kombinasi kulit nanas

(Ananas comosus) dan daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dengan

perlakuan 10 ml/L.
6

b. Diketahui peningkatan pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis

sativus) setelah pemberian pupuk organik cair kombinasi kulit nanas

(Ananas comosus) dan daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dengan

perlakuan 20 ml/L.

c. Diketahui peningkatan pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis

sativus) setelah pemberian pupuk organik cair kombinasi kulit nanas

(Ananas comosus) dan daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dengan

perlakuan 30 ml/L.

d. Diketahui perbedaan peningkatan pertumbuhan tanaman mentimun

(Cucumis sativus) antara perlakuan 10 ml/L, 20 ml/L, dan 30 ml/L.

e. Diketahui efektivitas pupuk organik cair kombinasi kulit nanas (Ananas

comosus) dan daun lamtoro (Leucaena leucocephala) terhadap

pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis sativus).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan, referensi, dan

pengetahuan tambahan bagi para peneliti selanjutnya untuk dapat

mengembangkannya menjadi lebih baik. Serta menambah pengetahuan baru

tentang manfaat kulit nanas dan daun lamtoro sebagai POC terhadap

peningkatan pertumbuhan tanaman mentimun dengan pemberian perlakuan

POC yang berbeda – beda.


7

2. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat penggunaan POC

dari sampah organik dan dari bagian tumbuhan terhadap peningkatan

pertumbuhan tanaman, sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk

anorganik, dan pemanfaatan sampah organik menjadi POC merupakan

salah satu upaya dalam mengurangi sampah di lingkungan.

3. Bagi Akademik

Sebagai bahan bacaan untuk mata kuliah pengolahan sampah dan dapat

menjadi kepustakaan bagi institusi Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Bengkulu Jurusan Kesehatan Lingkungan. Selain itu diharapkan

hasil penelitian ini mampu menjadi referensi dan untuk mengembangkan

teori untuk penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Hasil Perbedaan
(Tahun) Penelitian
1. Khairani, Uji Efektivitas Berdasarkan Pada penelitian ini
Tuti Mikroorganisme penelitian yang hanya melakukan
Heiriyani, Lokal dari Kulit telah dilakukan, uji efektivitas
Noor Nanas (Ananas dapat disimpulkan menggunakan
Khamidah comosus L.) bahwa : MOL dari MOL kulit nanas,
(2019) Terhadap kulit nanas masih sedangkan pada
Pertumbuhan belum efektif dalam penelitian yang
dan Hasil meningkatkan akan dilakuakan
Tanaman pertumbuhan dan menggunakan POC
Mentimun hasil tanaman kombinasi kulit
(Cucumis mentimun. nanas dan daun
sativus L.) lamtoro.
8

2. Widya Pengaruh Berdasarkan Pada penelitian ini


Satriawi, Pemberian penelitian yang menggunakan
Etik Wukir Pupuk Sampah telah dilakukan, kombinasi antara
Tini, Organik dapat disimpulkan pupuk organik cair
Achmad Terhadap bahwa : Kombinasi kulit nanas dan
Iqbal Pertumbuhan antara perlakuan POC air cucian
(2019). dan Hasil POC sampah kulit beras, sedangkan
Tanaman nanas dengan POC pada penelitian
Mentimun air cucian beras yang akan
(Cucumis memberikan respon dilakukan
sativus L) yang sama terhadap menggunakan POC
pertumbuhan dan kombinasi kulit
hasil tanaman. nanas dan daun
lamtoro.

3. Neng Susi, Pengujian Berdasarkan Pada penelitian ini


Enny Mikroorganisme penelitian yang dilakukan pada
Mutryarny, Lokal (MOL) telah dilakukan, tanaman caisim
M. Rizal Sampah Kulit dapat disimpulkan (Brassica juncea
(2015). Nanas Terhadap bahwa : Pemberian L) sedangkan pada
Pertumbuhan POC sampah kulit penelitian yang
Dan Produksi nanas memberikan akan dilakukan
Tanaman pengaruh terhadap diterapkan pada
Caisim pertumbuhan dan tanaman mentimun
(Brassica produksi tanaman (Cucumis sativus).
juncea L) caisim pada semua Serta perlakuan
parameter dengan POC yang
perlakuan yang digunakan berbeda
terbaik adalah 300 dengan penelitian
ml/L. yang akan
dilakukan.
4. Ahmad Alfi Pengaruh Berdasarkan Pada penelitian ini
Roidi Pemberian penelitian yang dalam melakukan
(2016) Pupuk Cair telah dilakukan, pengujian
Daun Lamtoro dapat disimpulkan keefektivitasan
(Leucaena bahwa : Pemberian POC terhadap
leucocephala) larutan pupuk cair tanaman sawi
Terhadap organik daun pakcoy (Brasicca
Pertumbuhan lamtoro chinensis L.).
dan berpengaruh secara Sedangkan pada
Produktivitas signifikan terhadap penelitian yang
Tanaman Sawi pertumbuhan dan akan dilakukan
Pakcoy produktivitas. menggunakan
(Brasicca Sedangkan tanaman mentimun
chinensis L.) pemberian larutan (Cucumis sativus),
pupuk cair organik serta dengan
9

daun lamtoro tidak perlakuan yang


berpengaruh berbeda pula.
signifikan terhadap
tinggi tanaman sawi
pakcoy.
5. Tiara Aplikasi Pupuk Berdasarkan Pada penelitian ini
Septirosya, Organik Cair penelitian yang hanya
Ratih Lamtoro Pada telah dilakukan, menggunakan POC
Hartono Pertumbuhan dapat disimpulkan daun lamtoro dan
Putri, Tahrir Dan Hasil bahwa : Pemberian diaplikasikan pada
Aulawi Tanaman Tomat konsentrasi pupuk tanaman tomat,
(2019) organik cair daun sedangkan
lamtoro 10% lebih penelitian yang
efisien dalam akan dilakukan
meningkatkan menggunakan POC
tinggi tanaman, kombinasi kulit
diameter batang dan nanas dan daun
jumlah buah per lamtoro yang akan
tanaman. Interval diaplikasikan pada
waktu 9 hari tanaman
pemberian pupuk mentimun.
organik daun
lamtoro
memberikan hasil
terbaik dalam
meningkatkan
tinggi
tanaman, jumlah
daun dan diameter
batang.
Tidak terdapat
interaksi perlakuan
antara
konsentrasi pupuk
organik cair daun
lamtoro dengan
interval pemberian
pupuk
organik cair daun
lamtoro terhadap
pertumbuhan dan
hasil tanaman
tomat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

1. Pengertian Sampah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat (Depkes RI, 2008).

Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,

perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, puingan

bahan bangunan dan besibesi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah

merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai

(Tiara dkk, 2018).

Sampah merupakan barang yang sudah tidak terpakai dan dibuang oleh

pemilik/pemakai sebelumnya, namun bagi sebagian orang masih dapat

dipakai atau digunakan jika dikelola dengan prosedur yang benar (Panji

Nugroho, 2013). Dalam Kamus Kementrian Lingkungan Hidup (2018),

sampah memiliki dua arti, yaitu :

a. Bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud

biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian, barang rusak atau

bercacat dalam pembikinan (manufaktur), atau materi berkelebihan atau

ditolak atau buangan.

b. Waste (sampah/sampah) merupakan proses teratur dalam membuang

bahan tak berguna atau tak layak dinginkan.

10
11

2. Jenis Sampah

Jenis – jenis sampah menurut Panji Nugroho dalam buku Panduan

Membuat Pupuk Kompos Cair (2013), dapat terbagi menjadi beberapa jenis,

yaitu antara lain :

a. Berdasarkan Sumbernya

1) Sampah Alam

Merupakan jenis sampah yang ada karena proses alam yang

dapat di daur ulang alami, seperti halnya daun-daunan kering di

hutan yang terurai menjadi tanah .

2) Sampah Manusia

Sampah manusia (human waste) merupakan suatu istilah yang

sering digunakan terhadap hasil- hasil dari proses pencernaan

manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat

menimbulkan bahaya yang serius bagi kesehatan karena dapat

digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang

disebabkan virus dan bakteri.

3) Sampah Konsumsi

Sampah konsumsi adalah jenis sampah yang dihasilkan oleh

manusia (pengguna barang), atau dapat dikatakan sebagai sampah

hasil konsumsi sehari - hari.

4) Sampah Industri

Sampah industri merupakan sampah yang berupa bahan sisa

yang dikeluarkan oleh akibat proses industri. Sampah yang


12

dikeluarkan dari sebuah industri dangan jumlah yang besar dapat

dikatakan sebagai sampah.

b. Berdasarkan Sifatnya

1) Sampah Organik

Merupakan jenis sampah yang mudah membusuk dan terurai

seperti makanan sisa, sayuran, buah – buahan, dedaunan, dan lain

sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

2) Sampah Anorganik

Merupakan sampah yang tidak mudah membusuk atau tidak

mudah terurai, seperti plastik, kertas, botol, kaleng, kayu, dan lain

sebagainya. Jenis sampah ini dapat dijadikan sebagai sampah

komersil atau sampah yang laku untuk dijual dan dijadikan produk

laiannya.

B. Pupuk Organik Cair (POC)

(Sumber : 99.co)
Gambar 2.1 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair merupakan pupuk organik yang berasal dari tanaman

atau kotoran hewan yang telah mengalami proses perombakan secara fisik atau

biologi, yang berbentuk cair dan dapat dimanfaatkan untuk menyuplai bahan
13

organik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik

cair digunakan untuk meningkatkan kandungan hara seperti nitrogen (Sidin,

2019).

Pupuk organik cair merupakan pupuk organik yang berbentuk cair yang

didalamnya memiliki kandungan unsur hara yang berbentuk larutan sehingga

akan mudah untuk diserap oleh tanaman. Pupuk organik cair ini dapat

diaplikasikan dengan cara disiramkan ke tanaman langsung maupun

disemprotkan pada daun dan batang tanaman (Sinaga, 2018).

Pemanfaatan pupuk organik cair dalam membudidayakan tanaman harus

lebih ditingkatkan, hal itu dikarenakan untuk memperbaiki tanah - tanah

pertanian dimana unsur haranya semakin rendah. Kesadaran para petani

terhadap kelemahan dalam penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan

semakin menurun. Pupuk organik selain berfungsi sebagai sumber unsur hara

bagi tanah dan tanaman, berfungsi juga dalam meningkatkan pembentukan

klorofil pada daun. Penambahan pupuk organik dalam jangka waktu yang

panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan, memperbaiki sifat fisik tanah

dan dapat mencegah degradasi lahan sehingga dapat membantu upaya

konservasi tanah yang lebih baik.

Bahan – bahan organik seperti Nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan

tanaman, secara keseluruhan untuk sintesa asam amino dan protein dalam

tanaman dan merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun.

Fosfor (P) bagi tanaman berfungsi untuk pengangkutan energi hasil

metabolisme dalam tanaman, merangsang pembungaan, pembuahan,


14

pertumbuhan akar, pembentukan biji, pembelahan sel tanaman dan

memperbesar jaringan sel. Kalium (K) berfungsi dalam proses dan organik

karbon, fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral, termasuk

air, meningkatkan daya tahan atau kekebalan tanaman terhadap penyakit.

Karbohidrat dan gula merupakan salah satu unsur yang diperlukan oleh

mikroorganisme untuk bertahan hidup. Dengan masih banyaknya kandungan,

karbohidrat dan gula serta unsur hara pada kulit nanas, maka kulit nanas dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan POC (Supianor dkk, 2018).

C. Ciri – Ciri POC Yang Sudah Matang

1. Ditandai dengan adanya lapisan putih pada permukaan

2. Memiliki bau yang khas yaitu bau seperti tape

3. Terjadi perubahan warna yaitu warna menjadi lebih pekat

(Satriawi dkk, 2019)

D. Manfaat Pupuk Organik Cair (POC)

1. Pupuk organik cair dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah

2. Membantu meningkatkan produksi tanaman

3. Sebagai sumber unsur hara bagi tanah dan tanaman

4. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga

meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman

5. Dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman

cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit

6. Merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan

pembentukan bunga dan bakal buah dalam tanaman


15

7. Pupuk organik cair mampu mengurangi jumlah sampah organik yang

terdapat di lingkungan

(Marpaung, 2017).

E. Standar Pupuk Organik Cair

Standar kualitas unsur makro dan mikro pupuk organik cair dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1
Standar Pupuk Organik Cair

No Parameter Satuan Standar Mutu


1 C-organik % Min 6
2 Bahan Ikutan (Plastik, % Maks 2
Kaca, Kerikil)
3 Logam Berat
-As Ppm Maks 2,5
-Hg Ppm Maks 0,25
-Pb Ppm Maks 12,5
-Cd Ppm Maks 0,5
4 Ph 4-9
5 Hara Makro %
-N % 3–6
- P2O5 % 3–6
- K2O % 3–6
6 Mikroba Kontaminan
- E.coli, Mpn/g Maks 102
- Salmonella sp Mpn/g Maks 102
7 Hara Mikro
- Fe total atau Ppm 90 – 900
- Fe tersedia Ppm 5 - 50
- Mn Ppm 250 – 5000
- cu Ppm 250 – 5000
- Zn Ppm 250 – 5000
-B Ppm 125 – 2500
- Mo Ppm 5 – 20
Sumber : Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR. 140/10/2011
16

F. Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Nanas

Nanas (Ananas comosus) merupakan sejenis tumbuhan tropis yang berasal

dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam familia nanas

– nanasan (Famili Bromeliaceae). Perawakan tumbuhannya rendah, dengan 30

atau lebih daun yang panjang, berujung tajam, serta tersusun dalam bentuk roset

mengelilingi batang yang tebal. Masyarakat indonesia mengkonsumsi buah

nanas hanya sekitar 53%, dan sisanya masih dibuang sebagai sampah atau

sampah. Timbunan sampah kulit nanas yang tidak terkendali akan memberikan

dampak negatif diberbagai segi aspek kehidupan (Sidin, 2019).

(Sumber : lampusatu.com)
Gambar 2.2 Buah Nanas
Sampah kulit nanas bagian buah nanas yang sudah tidak dikonsumsi dapat

dimanfaatkan dalam pembuatan mikroorganisme lokal dan juga dalam

pembuatan pupuk organik cair sebagai salah satu bahan utamanya. Pemanfaatan

sampah atau sampah organik ini dapat menjadi alternatif dalam pembuatan

pupuk organik cair dan juga mikroorganisme lokal, karena diolah dari sampah

atau sampah organik menjadi lebih ramah lingkungan.


17

(Sumber : ekonomidesa.com)
Gambar 2.3 Sampah Kulit Nanas
Bahan baku dalam pembuatan POC dapat berasal dari sisa buah - buahan,

salah satunya nanas. Berdasarkan kandungan nutriennya, kulit nanas

mengandung enzim bromelin. Enzim bromelin dapat berfungsi sebagai katalis

biologi (biokatalisator) yang pada dasarnya dapat berfungsi untuk mengkatalis

setiap reaksi di dalam sel hidup, seperti bakteri sehingga kerja bakteri lebih

optimal, selain itu kulit nanas juga memiliki kandungan karbohidrat dan gula

yang cukup tinggi. Menurut Wijana, dkk dalam Andaka, 2010, kandungan dari

buah nanas yaitu 81,72 % air, 20,87 % serat kasar, 17,53 karbohidrat, 4,41 %

protein, 0,02 % lemak, 1,66 % serat basah, dan 13,65% gula reduksi (Supianor

dkk, 2018).

Tabel 2.2
Kandungan Unsur Hara POC Kulit Nanas

Kandungan Unsur Hara Jumlah


Karbon organik 2,016 %
Nitrogen total 0,028 %
C/N ratio 72,00
Bahan organik 3,476 %
pH H2O 3,9
18

P2O5 total 0,026 %


K2O total 0,108 %
Sumber : Satriawi, 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Satriawi dkk, 2019,

didapatkan bahwa pemberian perlakuan 10 ml, 20 ml, dan 30 ml pupuk organik

cair dari kulit nanas tidak memberikan pengaruh nyata terhadap seluruh variabel

pertumbuhan tanaman. Namun pada perlakuan 30 ml/l pupuk organik cair

limbah kulit nanas meningkatkan bobot buah per tanaman dibandingkan tanpa

perlakuan sebesar 606,02 g : 45,48%, panjang buah 15,99 cm : 9,22%, dan

volume buah 163,87 ml : 13,37%. Pertumbuhan tanaman membutuhkan unsur

nitrogen (N) dalam jumlah yang banyak. Unsur N berfungsi untuk

meningkatkan pertumbuhan pada tanaman, terutama pada bagian batang dan

daun.

G. Pupuk Organik Cair (POC) Daun Lamtoro

Tanaman lamtoro berasal dari Amerika Latin, sudah sejak lama diimpor

ke Indonesia. Tanaman lamtoro juga dikenal dengan tanaman kemlandingan

dan juga sering disebut sebagai tanaman petai cina. Tanaman Leucaena

termasuk kedalam tanaman Leguminoseae dan tergolong dalam subfamily

Mimosaceae, merupakan tanaman multiguna karena seluruh bagian tanaman

dapat dimanfaatkan baik untuk kepentingan manusia atau pun hewan. Tanaman

Leguminoseae adalah tanaman polong-polongan dengan sistem perakaran yang

mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dan membentuk bintil akar

yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara (Prawangsyah,

2019).
19

(Sumber : Poultry Indonesia)


Gambar 2.4 Daun Lamtoro
Tanaman lamtoro merupakan tanaman yang banyak ditemukan diberbagai

daerah di Indonesia. Lamtoro biasanya memiliki tinggi mencapai kisaran 2-10

m dan memiliki daun majemuk yang terurai dalam tangkai, menyirip genap

ganda dua sempurna dan anak daun kecil – kecil terdiri dari 5-20 pasang. Buah

lamtoro mirip dengan buah petai, hanya saja ukurannya lebih kecil dengan

penampang lebih tipis dibanding dengan buah petai (Widyaningrum, 2019)

Sebagai salah satu bahan dalam pembuatan pupuk organik cair, daun

lamtoro merupakan salah satu tanaman legume yang mengandung unsur hara

yang relatif tinggi, terutama kandungan nitrogen dibandingkan tanaman lainnya

serta relatif lebih mudah terkomposisi sehingga penyediaan haranya lebih cepat

(Roidi, 2016).

Tabel 2.3
Kandungan Unsur Hara POC Daun Lamtoro

Kandungan Unsur Hara Jumlah


Karbohidrat 40 %
Mimosin 7,19 %
Protein 25,9 %
Magnesium 0,33 %
20

Kalsium 1,31 %
Nitrogen 4,2 %
Posfor 0,2 %
Kalium 2,06 %
Sumber : Supriyanti, 2017

Berdasarkan hasil penelitian Ahmad Alfi Roidi, 2016 dapat disimpulkan

bahwa pemberian larutan pupuk organik cair daun lamtoro berpengaruh secara

signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas. Sedangkan pemberian

larutan pupuk organik cair daun lamtoro tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap tinggi tanaman sawi pakcoy. Pemberian larutan pupuk organik cair

daun lamtoro yang paling baik dalam meninngkatkan pertumbuhan tanaman

sawi pakcoy yaitu dengan konsentrasi 10% (Roidi, 2016).

H. Pupuk Organik Cair (POC) NASA

POC NASA atau kepanjangan dari Pupuk Organik Cair adalah pupuk

organik yng berbentuk cair yang sangat bermanfaat untuk mempercepat

pertumbuhan tanaman, membantu mempercepat pertumbuhan pembuahan dan

yang pasti meningkatkan hasil panen secara kualitas dan kuantias. Karena

bentuk cair jadi cara yang paling efektif adalah dengan cara dicampur dengan

air bersih kemudian disemprotkan ke bawah daun atau stomata daun atau mulut

daun. Selain untuk tanaman, POC NASA ini sangat juga bermanfaat bagi

hewan ternak untuk mempercepat pertumbuhan ternak dan mengurangi

kematian. POC NASA berbentuk cair dan ini sudah berbentuk ion sehingga

mudah diserap oleh tanaman langsung berkhasiat meningkatkan hasil panen.

Warna dari POC NASA adalah cairan warna coklat kehitaman seperti air teh
21

kental. Baunya tidak begitu menyengat dan cendrung seperti bau minuman

segar (Handayani dkk, 2019).

POC NASA merupakan bahan organik murni berbentuk cair dari limbah

ternak dan unggas, limbah alam dan tanaman, beberapa jenis tanaman tertentu

yang di proses secara alamiah. POC NASA berfungsi multiguna yaitu selain

dipergunakan untuk semua jenis tanaman pangan (padi, palawija, dan lain -

lain) hortikultura (Sayuran, buah, bunga) dan tanaman tahunan (Coklat, kelapa

sawit) juga untuk ternak/unggas dan ikan/udang. Kandungan unsur hara mikro

dalam 1 liter POC NASA mempunyai fungsi setara dengan kandungan unsur

hara mikro 1 ton pupuk kandang. Kandungan yang dimiliki POC NASA

berangsur-angsur akan memperbaiki konsistensi (kegemburan) tanah yang

keras (Muslihudin dkk, 2021).

Kandungan Hormon Zat Pengatur Tumbuh (Auxin, Gibrelin, dan

Sitokinin) akan mempercepat perkembangan biji, pertumbuhan akar,

perbanyakan umbi, fase vegetatif/pertumbuhaan tanaman serta memperbanyak

dan mengurangi kerontokan bunga dan buah. Aroma khas Pupuk Organik Cair

NASA akan mengurangi serangan hama (insect). Pupuk Organik Cair NASA

akan memacu perbanyakan pembentukan senyawa polyfenol untuk

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Jika serangan

hama penyakit melebihi ambang batas pestisida tetap digunakan secara

bijaksana (Pupuk Organik Cair NASA hanya mengurangi serangan hama

penyakit, bukan untuk menghilangkan sama sekali) (Handayani dkk, 2019).


22

I. Tanaman Mentimun (Cucumis sativus)

(Sumber : kabartani.com)
Gambar 2.5 Tanaman Mentimun
Tanaman mentimun dalam taksonomi tanaman, dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Tabel 2.4
Klasifikasi Tanaman Mentimun

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Species : Cucumis sativus
Sumber : Wiradipa, 2019

Mentimun (Cucumis sativus) merupakan tumbuhan yang menghasilkan

buah yang dapat dimakan. Buahnya biasanya dipanen ketika belum masak benar

untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Buah mentimun

dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki


23

kandungan air cukup banyak di dalamnya sehingga berfungsi menyejukkan.

Potongan buah mentimun juga dapat dimanfaatkan untuk membantu

melembabkan wajah serta banyak dipercaya dapat menurunkan tekanan darah

tinggi. Mentimun merupakan tanaman merambat yang umumnya dikonsumsi

secara langsung maupun dalam bentuk olahan. Mentimun menjadi salah satu

pilihan komoditas hortikultura untuk kegiatan usaha tani (Khairani dkk, 2019).

Produksi mentimun di Indonesia mengalami penurunan. Rendahnya

produktivitas tanaman mentimun disebabkan oleh beberapa faktor, salah

satunya yaitu faktor pemupukan. Pemupukan umumnya diberikan melalui tanah

terutama untuk pupuk yang mengandung unsur hara makro (N, P dan K). Pupuk

terdiri dari dua jenis yaitu pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik

cair. Dalam pupuk organik cair biasanya juga mengandung unsur N, P, K yang

dibutuhkan bagi suatu tanaman (Wiradipa, 2019).

Adapun syarat – syarat dalam pertumbuhan tanaman mentimun, berikut

syarat tumbuh tanaman mentimun :

1. Iklim

Mentimun yaitu merupakan tanaman daerah beriklim hangat yang

dapat tumbuh dengan baik di wilayah dataran rendah sampai dengan dataran

menengah, kisaran antara 200-800 m di atas permukaan laut (dpl) dengan

ketinggian optimum ± 400 mdpl. Tanaman ini tumbuh sangat baik di

lingkungan dengan kisaran suhu udara 18 oC– 30 oC dan kelembaban udara

relatif 50-85%. Apabila suhu udara berada di bawah 10 oC tanaman

mentimun akan menderita (chiling injury). Fotoperiodesitas yang


24

dikehendaki untuk pertumbuhan dan produksi yang baik adalah 8-12 jam

per hari (Pratiwi, 2019).

2. Tanah

Pada dasarnya tanaman mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di

hampir semua jenis tanah. Dari tanah mineral yang bertekstur ringan sampai

pada tanah yang bertekstur liat berat dan juga pada tanah organik seperti

tanah gambut dapat diusahakan sebagai lahan penanaman mentimun. Tanah

yang banyak mengandung air, terutama pada waktu berbunga, merupakan

jenis tanah yang baik untuk penanaman mentimun. Jenis tanah yang cocok

untuk penanaman mentimun di antaranya aluvial, latosol dan andosol.

Kemasaman tanah yang optimal untuk mentimun adalah antara 5,5 – 6,5

(Pratiwi, 2019).
25

J. Kerangka Teori

Pupuk Organik

Pupuk Organik Cair Pupuk Organik Padat


( Kompos)

Buah - Buahan Kotoran Hewan Tumbuhan

Tomat Pisang Nanas Maja Kelor Lamtoro Enceng


Gondok

Bonggol Kulit Daun Buah Akar Daun


Nanas Nanas Nanas Lamtoro Lamtoro Lamtoro

Kombinasi

Fermentasi

Aplikasi Terhadap
Pertumbuhan Tanamn
Mentimun (Cucumis sativus)

Jumlah Daun Tinggi Batang Waktu Munculnya Buah

Gambar 2.6 Kerangka Teori

Keterangan :
: Diteliti : Tidak Diteliti
26

K. Hipotesis

Ada pengaruh perlakuan 10 ml/L, 20 ml/L, 30 ml/L pupuk organik cair

kombinasi kulit nanas (Ananas comosus) dan daun lamtoro (Leucaena

leucocephala) terhadap pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis sativus).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah jenis penelitian

Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen). Dalam rancangan penelitian ini

terdapat 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, yang

terdiri dari 4 kelompok perlakuan dengan 1 kelompok kontrol. Kelompok -

kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan. Rancangan

penelitian ini mengukur pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen

dengan cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol.

Tabel 3.1
Rancangan penelitian

Perlakuan Post test


Kelompok eksperimen 1 X1 O1
Kelompok eksperimen 2 X2 O2
Kelompok eksperimen 3 X3 O3
Kelompok kontrol X O

Keterangan :
X1 : Perlakuan pemberian POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro

sebanyak 10 ml

X2 : Perlakuan pemberian POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro

sebanyak 20 ml

27
28

X3 : Perlakuan pemberian POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro

sebanyak 30 ml

X : Perlakuan dengan pemberian POC NASA sebanyak 2 ml (Kontrol)

O1 : Tanaman mentimun dengan pemberian POC kombinasi kulit nanas

dan daun lamtoro sebanyak 10 ml

O2 : Tanaman mentimun dengan pemberian POC kombinasi kulit nanas

dan daun lamtoro sebanyak 20 ml

O3 : Tanaman mentimun dengan pemberian POC kombinasi kulit nanas

dan daun lamtoro sebanyak 30 ml

O : Tanaman mentimun dengan pemberian POC NASA sebanyak 2 ml

(Kontrol)

B. Kerangka Kosep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Perlakuan POC kombinasi Pertumbuhan tanaman


kulit nanas dan daun lamtoro mentimun (Cucumis sativus)
(0 ml/l, 10 ml/l, 20 ml/l, 30
ml/l)

Variabel Pengganggu

Suhu, Cahaya, Tanah,


pH

Gambar 3.1
Kerangka konsep

Keterangan :
: Diteliti : Tidak diteliti
29

C. Definisi Operasional

Tabel 3.2
Definisi operasional

Variabel yang Definisi Cara ukur Hasil skala


Alat ukur
diteliti operasional ukur ukur
Larutan POC Pupuk organik Gelas ukur Mengukur 10 ml Rasio
kombinasi kulit yang berbentuk 20 ml
nanas dan daun cair yang 30 ml
lamtoro dengan didalamnya
perlakuan 10 ml, memiliki
20 ml, dan 30 ml kandungan
unsur hara
yang berbentuk
larutan
sehingga akan
mudah untuk
diserap oleh
tanaman,
dengan
perlakuan 10
ml, 20 ml, dan
30 ml.
Pertumbuhan Proses Meteran/ Mengukur Meter Rasio
tanaman pertumbuhan penggaris dan /helai
mentimun tanaman yaitu menghitung
(Cucumis sativus) pertambahan
ukuran, bentuk,
dan jumlah
dalam bagian
dari tumbuhan
yaitu seperti
jumlah daun,
tinggi batang,
dan jumlah
cabang.
30

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tanaman mentimun

(Cucumis sativus) yang ditanam di Workshop Poltekkes Kemenkes

Bengkulu.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terdapat pada populasi.

Didalam penelitian ini menggunakan 4 perlakuan yaitu 10 ml, 20 ml, dan

30 ml, dan kontrol positif (2 ml POC NASA) terhadap pertumbuhan

tanaman mentimun.

Banyaknya sampel dalam penelitian dapat diketahui dengan

menentukan pengulangan terlebih dahulu. Banyaknya pengulangan

ditentukan berdasarkan rumus “(t - 1) (r – 1) ≥ 15” dimana t merupakan

jumlah perlakuan dan r merupakan jumlah pengulangan (Kusprianggoro,

2020). Berikut merupakan penghitungan pengulangan dengan rumus

tersebut :

(t - 1) (r – 1) ≥ 15
(4 - 1) (r – 1) ≥ 15
3 (r – 1) ≥ 15
3r - 3 ≥ 15
3r ≥ 15 + 3
3r ≥ 18
r ≥6
Maka, jumlah pengulangan perlakuan paling sedikit dilakukan
sebanyak 6 kali. Sehingga, jumlah seluruh sampel adalah pada penelitian ini
adalah 24 sampel tanaman mentimun.
31

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April – Juni 2021.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Workshop Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

F. Prosedur Penelitian

1. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) 24 buah polybag

2) 1 buah jerigen ukuran 20 L

3) Ember cat bekas

4) Wadah

5) Tray semai

6) Saringan

7) Talenan

8) Pisau

9) Timbangan

10) Penggaris/meteran

11) Alat tulis

b. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Benih tanaman mentimun

2) Sampah kulit nanas 2,5 kg

3) Daun lamtoro 2,5 kg


32

4) EM4 100 ml

5) Air bersih 10 L

6) Gula merah 100 gram

2. Prosedur Kerja Penelitian

a. Pembuatan POC kombinasi Kulit Nanas (Ananas comosus) dan daun

lamtoro (Leucaena leucocephala)

1) Menyiapkan alat dan bahan yang telah ditentukan.

2) Memotong-motong/menghaluskan kulit buah nanas sebanyak 2,5 kg

dengan menggunakan pisau dan talenan sedangkan untuk daun

lamtoro sebanyak 2,5 kg dihaluskan dapat dengan cara ditumbuk

atau bisa juga dengan diblender.

3) Larutkan gula merah sebanyak 100 gram (gula merah lebih cepat

larut pakai air panas), apabila tidak ada gula merah boleh

menggunakan jenis gula yang lain.

4) Setelah semua kulit nanas halus/dipotong-potong dan daun lamtoro

di tumbuk dimasukkan ke dalam ember.

5) Kemudian larutan gula merah di masukkan ke dalam ember dan

diaduk

6) Kemudian EM4 dan air dimasukkan ke dalam ember dan diaduk.

7) Setelah itu, pisahkan antara air dengan sisa kulit nanas dan daun

lamtoro yang dihaluskan tadi dengan menggunakan saringan.


33

8) Kemudian masukan air yang sudah di saring ke jerigen ukuran 20L,

diisi jangan terlalu penuh, lalu masukkan sisa serat kulit nanas dan

daun lamtoro yang halus.

9) Kemudian tutup jerigen tersebut dengan rapat.

10) Setelah itu, fermentasikan selama ± 2 minggu.

b. Penyemaian Benih dan Penanaman Tanaman Mentimun (Cucumis

sativus)

1) Penyemaian Benih

a) Siapkan wadah penyemaian berupa tray semai

b) Bagian bawahnya harus diberi lubang secukupnya untuk

sirkulasi air.

c) Isi media semai

d) Tancapkan biji Mentimun ke media semai.

e) Semprotkan air yang halus (gunakan spray).

f) Tutup permukaannya sampai berkecambah/bertunas.

g) Benih mulai bertunas dalam waktu 1 - 3 hari.

h) Setelah berkecambah buka tutupnya dan letakkan di

tempat terkena sinar matahari langsung.

i) Jaga medianya agar tidak kering dan tidak terlalu basah.

j) Semprotkan air halus 1-2 kali sehari bila medianya kering.

k) Persemaian diakhiri setelah 7 – 10 hari.

2) Penanaman Tanaman Mentimun

a) Buat lubang terlebih dulu di polybag.


34

b) Ambil bibit beserta tanah di sekitar akarnya.

c) Masukkan ke lubang dengan posisi tegak, tambahkan tanah di

sekitarnya.

d) Letakkan polybag di tempat terang namun aman dari hujan.

e) Setelah tumbuh daun baru, letakkan polybag di tempat terbuka.

f) Lakukan perawatan terhadap tanaman Mentimun

c. Aplikasi POC Kombinasi Kulit Nanas dan Daun Lamtoro

Pemupukan POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro pada

dasarnya memiliki teknik yang sama, yang membedakannya hanya

sampel tanamannya. Pemupukan POC kombinasi kulit nanas dan daun

lamtoro dilakukan dengan interval 1 minggu 2 kali selama 4 minggu.

Pemupukan sesuai dengan perlakuan yang sudah ditetapkan, sebelum

POC digunakan, campur terlebih dahulu POC dengan air dengan

perbandingan 1 : 10 dan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan

handsprayer atau bisa dengan disiramkan.

d. Pengukuran Tanaman Mentimun (Cucumis sativus)

Pengukuran tinggi batang, jumlah daun, dan berat buah pertama

pada tanaman mentimun dilakukan pada pengukuran 1 kali dalam

seminggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat yaitu

berupa penggaris atau meteran. Setelah itu catat hasil pengukuran yang

diperoleh.
35

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung yaitu

diperoleh dari hasil penelitian berupa data mengenai peningkatan

pertumbuhan tanaman mentimun setelah pemberian POC tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung yaitu diperoleh dari buku, jurnal, internet serta literatur yang

mendukung penelitian.

H. Teknik Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Editing

Editing merupakan kegiatan pengecekan kelengkapan data

pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis sativus) dimulai dari jumlah

daun, tinggi batang, dan jumlah cabang, jika ditemukan data yang masih

kekurangan maka dapat diperbaiki.

b. Coding

Coding atau pengkodean merupakan proses pemberian kode pada

setiap variasi perlakuan POC kombinasi kulit nanas (Ananas comosus)

dan POC daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dengan memberi kode

tertentu seperti kode 1 untuk perlakuan POC kombinasi kulit nanas

(Ananas comosus) dan daun lamtoro (Leucaena leucocephala) 10 ml.


36

c. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan memasukkan data – data dari hasil

penelitian pengujian POC kombinasi kulit nanas (Ananas comosus) dan

daun lamtoro (Leucaena leucocephala) terhadap pertumbuhan tanaman

mentimun (Cucumis sativus), yang masuk kedalam tabel sesuai dengan

kriteria kelompok.

d. Entry

Entry merupakan kegiatan memasukkan data hasil peningkatan

pertumbuhan tanaman mentimun yang telah diperoleh ke komputer

untuk proses analisa.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti yaitu variabel

independent (POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro) dan

variabel dependent (Peningkatan pertumbuhan tanaman mentimun).

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel independent dan dependent dengan

menggunakan SPSS, yaitu dengan metode One Way Anova, untuk

mengetahui ada atau tidak perbedaan pertumbuhan tanaman mentimun

oleh antar kelompok uji atau oleh perlakuan yang berbeda.


37

3. Teknik Penyajian Data

Data hasil eksperimen yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk

narasi dan juga dalam bentuk tabel.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Workshop Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu yang dilaksanakan pada bulan April – Juni 2021. Langkah

awal yang dilakukan peneliti adalah mengurus surat izin penelitian untuk

mengupayakan legalitas yang akan digunakan selama penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

semu (quasi eksperimen). Sebelum melakukan proses pembuatan POC,

penelitian ini dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan selama penelitian pembuatan POC kombinasi dari kulit nanas dan

daun lamtoro untuk pertumbuhan tanaman mentimun.

Pada pembuatan POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro ini terjadi

proses fermentasi selama 2 minggu. Setelah 2 minggu, hasil fermentasi berupa

larutan POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro yang dimanfaatkan untuk

pertumbuhan tanaman mentimun. Setelah itu dilanjutkan dengan penanaman

tanaman mentimun yang dilakukan di Workshop Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Mulai dari pengolahan tanah dengan dilakukan penggemburan tanah,

kemudian tanah di ratakan dan diberi pupuk organik dasar seperti kotoran

hewan agar tanah menjadi subur. Lalu penanaman benih di polybag yang telah

di semai dengan menggunakan tray semai, waktu yang di butuhkan agar

menjadi bibit lebih kurang dua minggu. Setelah itu, pindahkan tanaman di

38
39

tempat yang terkena sinar matahari langsung. Setelah tanaman dipindahkan,

tanaman tidak langsung diberi POC karena dibutuhkan lagi waktu lebih kurang

satu minggu atau sampai daun abadi muncul. Setelah itu, baru tanaman diberi

POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro tersebut. Pemberian POC

dilakukan selama 4 minggu. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tinggi

batang, jumlah daun, dan waktu munculnya buah pada tanaman mentimun.

B. Hasil Penelitian

Hasil larutan POC yang sudah di fermentasi selama 2 minggu, mempunyai

warna yang telah berubah menjadi lebih pekat, mempunyai bau fermentasi atau

seperti bau tape dan juga gas yang ada di dalam larutan POC menjadi lebih

berkurang.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat menunjukkan rata – rata tinggi batang, jumlah daun,

dan waktu munculnya buah pada tanaman mentimun. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan di Workshop Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Bengkulu, didapatkan hasil seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1
Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 10 ml
Terhadap Tinggi Batang Tanaman Mentimun

Pengulangan 16 HST 23 HST 30 HST 37 HST


1 15 56 112,6 146
2 12 40 108 141,2
3 12,8 44 101,1 138
4 15 52 126 154
5 16 46,5 118 150
6 18 56,2 130 155
∑ 88,8 294,7 695,7 884,2
Rata – rata 14,8 49,1 115,95 147,4
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)
40

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan rata-rata tertinggi tanaman

mentimun pada perlakuan POC 10 ml yaitu pada hari ke 37 dengan tinggi

147,4 cm.

Tabel 4.2
Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 20 ml
Terhadap Tinggi Batang Tanaman Mentimun

Pengulangan 16 HST 23 HST 30 HST 37 HST


1 25 60,6 128 149
2 27 63 132 156
3 22 57 124 139,7
4 22 52 118 148
5 30 58,3 122 154
6 31,3 66 132,2 159
∑ 157,3 356,9 756,2 905,7
Rata – rata 26,2 59,4 126 150,9
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan rata-rata tertinggi tanaman

mentimun pada perlakuan POC 20 ml yaitu pada hari ke 37 dengan tinggi

150,9 cm.

Tabel 4.3
Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 30 ml
Terhadap Tinggi Batang Tanaman Mentimun

Pengulangan 16 HST 23 HST 30 HST 37 HST


1 26 56 136 159
2 24,4 60 138 156
3 32 65 140,2 164
4 31 69,8 142 173
5 28,1 59 128,6 154,5
6 33 75 143 176
∑ 174,5 384,8 827,8 982,5
Rata – rata 29 64,1 137,9 163,7
Keterangan : HST(Hari Setelah Tanam)
41

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan rata-rata tertinggi tanaman

mentimun pada perlakuan POC 30 ml yaitu pada hari ke 37 dengan tinggi

163,7 cm.

Tabel 4.4
Perlakuan POC NASA 2 ml (Kontrol) Terhadap Tinggi Batang
Tanaman Mentimun

Pengulangan 16 HST 23 HST 30 HST 37 HST


1 30 70 143,2 169
2 31 71 141 160
3 25,5 59 132 160,4
4 29,6 65 146 164
5 34 73,1 152,2 178
6 32 69 148 175,6
∑ 182,1 407,1 862,4 1007
Rata – rata 30,3 67,8 143,7 167,8
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan rata-rata tertinggi tanaman

mentimun pada kontrol (POC NASA 2 ml) yaitu pada hari ke 37 dengan

tinggi 167,8 cm.

Tabel 4.5
Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 10 ml
Terhadap Jumlah Daun Tanaman Mentimun

Pengulangan 16 HST 23 HST 30 HST 37 HST


1 6 10 16 20
2 6 12 16 21
3 5 10 14 19
4 7 12 18 23
5 9 15 20 24
6 10 15 22 25
∑ 43 74 106 132
Rata – rata 7,1 12,3 17,6 22
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)
42

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan rata-rata jumlah daun tanaman

mentimun terbanyak pada perlakuan POC 10 ml yaitu pada hari ke 37

dengan 22 helaian.

Tabel 4.6
Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 20 ml
Terhadap Jumlah Daun Tanaman Mentimun

Pengulangan 16 HST 23 HST 30 HST 37 HST


1 10 15 20 24
2 11 17 21 26
3 8 13 17 23
4 7 14 19 25
5 14 20 23 28
6 12 16 20 26
∑ 62 95 120 152
Rata – rata 10,3 15,8 20 25,3
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan rata-rata jumlah daun tanaman

mentimun terbanyak pada perlakuan POC 20 ml yaitu pada hari ke 37

dengan 25,3 helaian.

Tabel 4.7
Perlakuan POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro 30 ml
Terhadap Jumlah Daun Tanaman Mentimun

Pengulangan 16 HST 23 HST 30 HST 37 HST


1 10 15 20 25
2 12 16 20 24
3 13 18 23 30
4 15 19 25 32
5 10 13 17 24
6 11 15 21 29
∑ 71 96 126 164
Rata – rata 11,8 16 21 27,3
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)
43

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan rata-rata jumlah daun tanaman

mentimun terbanyak pada perlakuan POC 30 ml yaitu pada hari ke 37

dengan 27,3 helaian.

Tabel 4.8
Perlakuan POC NASA (Kontrol) 2 ml Terhadap Jumlah Daun
Tanaman Mentimun

Pengulangan 16 HST 23 HST 30 HST 37 HST


1 16 19 24 32
2 14 17 22 26
3 13 16 20 25
4 12 16 21 29
5 15 20 24 32
6 12 17 22 30
∑ 82 105 133 174
Rata – rata 13,6 17,5 22,1 29
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan rata-rata jumlah daun tanaman

mentimun terbanyak pada kontrol (POC NASA 2 ml) yaitu pada hari ke 37

dengan 29 helaian.

Tabel 4.9
Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah Pada
Perlakuan 10 ml POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro

Pengulangan Umur/waktu tanaman mentimun muncul buah (HST)


1 30
2 33
3 36
4 30
5 37
6 35
∑ 201
Rata – rata 33,5
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)
44

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan rata-rata umur/waktu tanaman

mentimun mulai muncul buah pada perlakuan POC 10 ml yaitu pada hari ke

33,5.

Tabel 4.10
Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah Pada
Perlakuan 20 ml POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro

Pengulangan Umur/waktu tanaman mentimun muncul buah (HST)


1 30
2 25
3 27
4 30
5 32
6 28
∑ 172
Rata – rata 28,6
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan rata-rata umur/waktu tanaman

mentimun mulai muncul buah pada perlakuan POC 20 ml yaitu pada hari ke

28,6.

Tabel 4.11
Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah Pada
Perlakuan 30 ml POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro

Pengulangan Umur/waktu tanaman mentimun muncul buah (HST)


1 24
2 25
3 29
4 26
5 30
6 25
∑ 159
Rata – rata 26,5
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)
45

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan rata-rata umur/waktu tanaman

mentimun mulai muncul buah pada perlakuan POC 30 ml yaitu pada hari ke

26,5.

Tabel 4.12
Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah Pada
Perlakuan 2 ml POC NASA (Kontrol)

Pengulangan Umur/waktu tanaman mentimun muncul buah (HST)


1 24
2 24
3 27
4 29
5 30
6 25
∑ 159
Rata – rata 26,5
Keterangan : HST (Hari Setelah Tanam)

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan rata-rata umur/waktu tanaman

mentimun mulai muncul buah pada kontrol (POC NASA 2 ml) yaitu pada

hari ke 26,5.

2. Analisis Bivariat

Uji One Way Anova ini untuk menguji sebuah rancangan variabel lebih

dari satu, Uji statistik pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

tingkat kepercayaan 95% atau α 0,05 dengan metode anova satu arah.

Metode ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh POC

kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro terhadap pertumbuhan tanaman

mentimun, dengan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas dan didapatkan hasil nilai sig. lebih dari α 0,05. Dengan

demikian data dikatakan normal dan homogen, yang kemudian dilanjutkan


46

dengan melakukan uji one way anova. Berikut hasil uji yang di dapatkan

yang disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.13
Hasil Uji One Way Anova Rata - rata Tinggi Tanaman Mentimun
Pada Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro
Dengan Berbagai Perlakuan

Perlakuan Mean SD 95%CI ρ value


POC 10 ml 147.36 6.882 140.14-154.58
POC 20 ml 150.95 6.909 143.69-158.20
.000
POC 30 ml 163.75 8.987 154.31-173.18
Kontrol 167.83 7.698 159.75-175.91

Tabel 4.13 merupakan hasil uji One Way Anova didapatkan nilai ρ =

0,000 < 0,05 dapat diartikan bahwa secara statistik Ho ditolak dan Ha

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

rata – rata tinggi tanaman mentimun pada perlakuan POC 10 ml, POC 20

ml, POC 30 ml, dan Kontrol (POC NASA 2 ml).

Tabel 4.14
Hasil Uji One Way Anova Rata - rata Jumlah Daun Pada Tanaman
Mentimun Pada Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun
Lamtoro Dengan Berbagai Perlakuan

Perlakuan Mean SD 95%CI ρ value


POC 10 ml 22.00 2.366 19.52-24.48
POC 20 ml 25.33 1.751 23.50-27.17
.002
POC 30 ml 27.33 3.445 23.72-30.95
Kontrol 29.00 2.966 25.89-32.11

Tabel 4.14 merupakan hasil uji One Way Anova didapatkan nilai ρ =

0,002 < 0,05 dapat diartikan bahwa secara statistik Ho ditolak dan Ha

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan


47

rata – rata jumlah daun tanaman mentimun pada perlakuan POC 10 ml, POC

20 ml, POC 30 ml, dan Kontrol (POC NASA 2 ml).

Tabel 4.15
Hasil Uji One Way Anova Rata - rata Umur/Waktu Tanaman
Mentimun Mulai Muncul Buah Pada Pemberian POC Kombinasi
Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro Dengan Berbagai Perlakuan

Perlakuan Mean SD 95%CI ρ value


POC 10 ml 33.50 3.017 30.33-36.67
POC 20 ml 28.67 2.503 26.04-31.29
.000
POC 30 ml 26.50 2.429 23.95-29.05
Kontrol 26.50 2.588 23.78-29.22

Tabel 4.15 merupakan hasil uji One Way Anova didapatkan nilai ρ =

0,000 < 0,05 dapat diartikan bahwa secara statistik Ho ditolak dan Ha

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

rata – rata umur/waktu tanaman mentimun mulai muncul buah pada

perlakuan POC 10 ml, POC 20 ml, POC 30 ml, dan Kontrol (POC NASA 2

ml).

Tabel 4.16
Hasil Uji Bonferroni Rata - rata Tinggi Tanaman Mentimun Pada
Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro Dengan
Berbagai Perlakuan

Perlakuan Rata – rata Beda Tinggi ρ value


Tanaman Mentimun
POC 20 ml -3.583 1.000
POC 10 ml POC 30 ml -16.383 0.008
Kontrol -20.466 0.001
POC 30 ml -12.800 0.054
POC 20 ml
Kontrol -16.883 0.007
POC 30 ml Kontrol -4.083 1.000

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa selisih rata-rata beda tinggi

tanaman mentimun diantara kelompok perlakuan POC 10 ml, POC 20 ml,


48

dan POC 30 ml dengan Kontrol (POC NASA 2 ml) yang paling signifikan

adalah pada perlakuan POC 10 ml dengan nilai ρ value 0.001 < 0.05.

Tabel 4.17
Hasil Uji Bonferroni Rata - rata Jumlah Daun Tanaman Mentimun
Pada Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro
Dengan Berbagai Perlakuan

Perlakuan Rata – rata Beda Jumlah ρ value


Daun Tanaman Mentimun
POC 20 ml -3.333 0.274
POC 10 ml POC 30 ml -5.333 0.017
Kontrol -7.000 0.001
POC 30 ml -2.000 1.000
POC 20 ml
Kontrol -3.667 0.177
POC 30 ml Kontrol -1.667 1.000

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa selisih rata-rata beda jumlah

daun tanaman mentimun diantara kelompok perlakuan POC 10 ml, POC 20

ml, dan POC 30 ml dengan Kontrol (POC NASA 2 ml) yang paling

signifikan adalah pada perlakuan POC 10 ml dengan nilai ρ value 0.001 <

0.05.

Tabel 4.18
Hasil Uji Bonferroni Rata - rata Umur/Waktu Tanaman Mentimun
Mulai Muncul Buah Pada Pemberian POC Kombinasi Kulit Nanas
Dan Daun Lamtoro Dengan Berbagai Perlakuan

Perlakuan Rata – rata Beda Umur/Waktu ρ value


Tanaman Mentimun Mulai
Muncul Buah
POC 20 ml 4.833 0.029
POC 10 ml POC 30 ml 7.000 0.001
Kontrol 7.000 0.001
POC 30 ml 2.167 1.000
POC 20 ml
Kontrol 2.167 1.000
POC 30 ml Kontrol .000 1.000
49

Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa selisih rata-rata beda umur/waktu

tanaman mentimun mulai muncul buah diantara kelompok perlakuan POC 10

ml, POC 20 ml, dan POC 30 ml dengan Kontrol (POC NASA 2 ml) yang paling

signifikan adalah pada perlakuan POC 10 ml dengan nilai ρ value 0.001 < 0.05.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, saat melakukan

penelitian dengan cuaca yang tidak menentu tanaman bisa tumbuh pada saat itu.

Dengan menyiram secukupnya pada tanaman mentimun setiap sore hari jika

cuaca tidak sedang hujan. Biasanya tanaman akan layu jika baik itu kekurangan

unsur air maupun kelebihan unsur air. Oleh karena itu, dilakukan pengecekan

kondisi tanah tanaman setiap hari.

Dari hasil tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan rata-rata

tinggi tanaman mentimun dengan perlakuan POC 10 ml pada 16 HST yaitu

berjumlah 88,8 cm dengan rata-rata 14,8 cm. Pada 23 HST yaitu berjumlah

294,7 cm dengan rata-rata 49,1 cm. Pada 30 HST yaitu berjumlah 695,7 cm

dengan rata-rata 115,9 cm. Dan sedangkan pada 37 HST yaitu berjumlah 884,2

cm dengan rata-rata 147,4 cm.

Dari hasil tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan rata-rata

tinggi tanaman mentimun dengan perlakuan POC 20 ml pada 16 HST yaitu

berjumlah 157,3 cm dengan rata-rata 26,2 cm. Pada 23 HST yaitu berjumlah

356,9 cm dengan rata-rata 59,4 cm. Pada 30 HST yaitu berjumlah 756,2 cm

dengan rata-rata 126 cm. Dan sedangkan pada 37 HST yaitu berjumlah 905,7

cm dengan rata-rata 150,9 cm.


50

Dari hasil tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan rata-rata

tinggi tanaman mentimun dengan perlakuan POC 30 ml pada 16 HST yaitu

berjumlah 174,5 cm dengan rata-rata 29 cm. Pada 23 HST yaitu berjumlah

384,8 cm dengan rata-rata 64,1 cm. Pada 30 HST yaitu berjumlah 827,8 cm

dengan rata-rata 137,9 cm. Dan sedangkan pada 37 HST yaitu berjumlah 982,5

cm dengan rata-rata 163,7 cm.

Dari hasil tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan rata-rata

tinggi tanaman mentimun dengan kontrol (POC NASA 2 ml) pada 16 HST yaitu

berjumlah 182,1 cm dengan rata-rata 30,3 cm. Pada 23 HST yaitu berjumlah

407,1 cm dengan rata-rata 67,8 cm. Pada 30 HST yaitu berjumlah 862,4 cm

dengan rata-rata 143,7 cm. Dan sedangkan pada 37 HST yaitu berjumlah 1007

cm dengan rata-rata 167,8 cm.

Dari tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan rata-rata daun

tanaman mentimun dengan POC 10 ml pada 16 HST yaitu berjumlah 43 helai

dengan rata-rata 7,1 helaian. Pada 23 HST yaitu berjumlah 74 helai dengan rata-

rata 12,3 helaian. Pada 30 HST yaitu berjumlah 106 helai dengan rata-rata 17,6

helaian. Dan sedangkan pada 37 HST yaitu berjumlah 132 helai dengan rata-

rata 22 helaian.

Dari tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan rata-rata daun

tanaman mentimun dengan POC 20 ml pada 16 HST yaitu berjumlah 62 helai

dengan rata-rata 10,3 helaian. Pada 23 HST yaitu berjumlah 95 helai dengan

rata-rata 15,8 helaian. Pada 30 HST yaitu berjumlah 120 helai dengan rata-rata
51

20 helaian. Dan sedangkan pada 37 HST yaitu berjumlah 152 helai dengan rata-

rata 25,3 helaian.

Dari tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan rata-rata daun

tanaman mentimun dengan POC 30 ml pada 16 HST yaitu berjumlah 71 helai

dengan rata-rata 11,8 helaian. Pada 23 HST yaitu berjumlah 96 helai dengan

rata-rata 16 helaian. Pada 30 HST yaitu berjumlah 126 helai dengan rata-rata

21 helaian. Dan sedangkan pada 37 HST yaitu berjumlah 164 helai dengan rata-

rata 27,3 helaian.

Dari tabel 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah dan rata-rata daun

tanaman mentimun dengan kontrol (POC NASA 2 ml) pada 16 HST yaitu

berjumlah 82 helai dengan rata-rata 13,6 helaian. Pada 23 HST yaitu berjumlah

105 helai dengan rata-rata 17,5 helaian. Pada 30 HST yaitu berjumlah 133 helai

dengan rata-rata 22,1 helaian. Dan sedangkan pada 37 HST yaitu berjumlah 174

helai dengan rata-rata 29 helaian.

Dari tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur/waktu

tanaman mentimun mulai muncul buah dengan POC 10 ml yaitu pada 33,5

HST. Pada tabel 4.10 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur/waktu

tanaman mentimun mulai muncul buah dengan POC 20 ml yaitu pada 28,6

HST. Pada tabel 4.11 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur/waktu

tanaman mentimun mulai muncul buah dengan POC 30 ml yaitu pada 26,5

HST. Pada tabel 4.12 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur/waktu

tanaman mentimun mulai muncul buah dengan kontrol (POC NASA 2 ml) yaitu

pada 26,5 HST.


52

Dari tabel 4.13 dan 4.15 diatas menunjukkan uji menggunakan metode one

way anova didapatkan hasil ρ value 0.000 yaitu lebih kecil dari 0.05 maka dapat

disimpulkan disetiap kelompok larutan POC memiliki perbedaan. Sedangkan

pada tabel 4.14 juga didapatkan hasi ρ value 0.002 yaitu lebih kecil dari 0.05

sehingga dapat disimpulkan juga disetiap kelompok larutan POC memiliki

perbedaan.

Hasil Uji Bonferroni menunjukkan peningkatan pertumbuhan tanaman

tanaman mentimun dengan berbagai perlakuan POC. Didapatkan hasil yang

paling signifikan yaitu pada perlakuan POC 10 ml dengan ρ value 0.001 < 0.05.

Pada Perlakuan POC 30 ml memiliki keefektifan yang hampir sama dengan

kontrol (POC NASA 2 ml) terhadap pertumbuhan tanaman mentimun, yaitu rata

– rata tinggi tanaman 163,7 cm, jumlah daun sebanyak 27,3 helaian, dan

tanaman mulai muncul buah pada 26,5 HST serta jumlah buah yang dihasilkan

pada setiap tanaman lebih banyak dibanding dengan perlakuan yang lain.

Alasan tanaman mentimun dengan perlakuan POC 30 ml lebih efektif dibanding

perlakuan yang lain yaitu karena kandungan unsur hara yang didapatkan pada

tanaman mentimun pada perlakuan POC 30 ml lebih banyak, dimana semakin

banyak POC yang diberikan pada tanaman, semakin banyak pula unsur hara

yang didapatkan oleh tanaman tersebut.

Oleh karena itu, POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro dapat

dijadikan alternatif sebagai pupuk organik jenis cair yang dapat diaplikasikan

terhadap tanaman mentimun yang ramah lingkungan, dan bahannya yang

mudah didapat disekitar masyarakat.


53

Menurut Rina Septriani Sidin (2019), pupuk organik dapat memperbaiki

struktur tanah, menaikkan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi

kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.

Pupuk organik cair cepat mengatasi defesiasi hara, mampu menyediakan hara

dengan cepat dimana unsur hara tersebut bisa langsung diserap oleh tumbuhan.

Pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun

digunakan secara atau sesering mungkin. Pertumbuhan suatu tanaman dapat

ditunjukkan misalnya dengan tinggi, diameter batang, jumlah daun, luas daun,

diameter batang, jumlah cabang, dan serapan unsur hara.

Apabila unsur hara yang diserap lebih banyak maka fotosintesis akan

berjalan lebih baik, sehingga dihasilkan fotosintat lebih banyak yang lebih

mendukung pertumbuhan suatu tanaman. Pertumbuhan dan hasil tanaman akan

semakin meningkat apabila fotosintat termasuk protein dan enzim yang

dihasilkan semakin banyak, karena protein dan enzim adalah bahan baku untuk

pembentukan sel-sel baru yang mempercepat pertumbuhan termasuk tinggi,

jumlah daun, dan luas daun (Walunguru dkk, 2018).

Dari penelitan yang dilakukan Satriawi, dkk dengan judul “Pengaruh

Pemberian Pupuk Limbah Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Mentimun (Cucumis sativus)” menggunakan POC limbah nanas dan air cucian

beras dengan melakukan pengamatan pada panjang tanaman, jumlah daun,

waktu munculnya bunga betina, panjang akar, jumlah buah per tanaman, bobot

buah per tanaman, panjang buah, dan volume buah. Dengan menghasilkan

panjang tanaman yaitu 324,19 cm, jumlah daun yaitu 58,36 helai, waktu
54

munculnya bunga betina yaitu pada 24,36 HST, panjang akar yaitu 58,25 cm,

bobot buah per tanaman yaitu 606,02 gr, panjang buah yaitu 15,99 cm, dan

volume buah yaitu 163,87 ml. Dan dihasilkan konsentrasi POC yang paling

efektif pada penelitian tersebut adalah pada POC dengan konsentrasi 30 ml.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan analisis data dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Perlakuan POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro 10 ml didapatkan

hasil rata – rata tinggi tanaman mentimun yaitu 147,4 cm, rata – rata jumlah

daunnya yaitu sebanyak 22 helaian, dan umur/waktu tanaman mentimun

mulai muncul buah pada 33,5 HST.

2. Perlakuan POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro 20 ml didapatkan

hasil rata – rata tinggi tanaman mentimun yaitu 150,9 cm, rata – rata jumlah

daunnya yaitu sebanyak 25,3 helaian, dan umur/waktu tanaman mentimun

mulai muncul buah pada 28,6 HST.

3. Perlakuan POC kombinasi kulit nanas dan daun lamtoro 30 ml didapatkan

hasil rata – rata tinggi tanaman mentimun yaitu 163,7 cm, rata – rata jumlah

daunnya yaitu sebanyak 27,3 helaian, dan umur/waktu tanaman mentimun

mulai muncul buah pada 26,5 HST.

4. Terdapat perbedaan tinggi tanaman yang signifikan pada perlakuan POC 10

ml dengan ρ value 0.001 < 0.05, untuk perbedaan jumlah daun yang

signifikan pada perlakuan 10 ml dengan ρ value 0.001 < 0.05, dan untuk

perbedaan umur/waktu tanaman mentimun mulai muncul buah yang

signifikan pada perlakuan 10 ml dengan ρ value 0.001 < 0.05.

5. Perlakuan POC kombiansi kulit nanas dan daun lamtoro yang paling efektif

terhadap pertumbuhan tanaman mentimun yaitu pada perlakuan 30 ml.

55
56

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran

sebagai berikut :

1. Bidang Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

menjadi referensi atau literatur bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Bengkulu khususnya jurusan Kesehatan Lingkungan yang ingin melakukan

penelitian lebih lanjut dibidang pengendalian sampah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang perlu dikembangkan,

sehingga pada peneliti yang berminat di bidang pengendalian sampah

untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

b. Dapat melanjutkan penelitian dengan melihat kandungan unsur hara

makro (N, P, K) dan mikro (Fe, Cu, Zn, Mn) pada POC yang dibuat.

c. Dapat melakukan penelitian yang sama dengan menambah variabel

yang berbeda (bobot buah per tanaman, panjang akar, jumlah cabang,

panjang buah, dan volume buah)

d. Dapat melakukan penelitian yang sama dengan mengaplikasikan pada

tanaman yang lain.

3. Bagi Masyarakat

Dapat memanfaatkan sampah kulit nanas dan daun lamtoro dalam

pembuatan POC yang dapat diaplikasikan terhadap baik itu tanaman

mentimun, maupun mencoba terhadap tanaman lain.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Haidina. (2016). Efektifitas Mikroorganisme Lokal (MOL) Limbah Buah –


Buahan Sebagai Aktifator Pembuatan Kompos. Jurnal Media Kesehatan, 9(1).
Bengkulu.

Khairani., Heiriyani, T., Khamidah, N. (2019). Uji Efektivitas Mikroorganisme


Lokal dari Kulit Nanas (Ananas comosus L) terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L). Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa, No
3 Vol 2. Lampung.

Lubis, Z. (2020). Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) dalam Pembuatan


Kompos. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian 2020, 18, 361–374.

Majid, R., dkk. (2020). Peningkatan Kesadaran Pengelolaan Sampah Terpadu


Berbasis Masyarakat Pesisir di Kelurahan Lapulu Kota Kendari. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Ilmu Terapan, Vol 2 No 1. Kendari.

Marpaung, Agustina E. (2017). Pemanfaatan Jenis dan Dosis Pupuk Organik Cair
(POC) Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Sayuran Kubis. Jurnal
Agroteknosains, Vol 01, No 02. Berastagi.

Maya, Dewi. (2019). Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Organik Kulit Singkong
(Manihot utillisima phohl) Terhadap Pertumbuhan Jagung Manis (Zea mays-
saccharata sturt) Sebagai Lembar Kerja Praktikum Pertumbuhan. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Metro. Lampung.

Nugroho, P.2013.Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press

Prawangsyah, D. (2019). Efektivitas Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Lamtoro


Dan Kompos Daun Kirinyuh Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung
Manis (Zea mays saccharata sturt). Skripsi, Universitas Medan Area. Medan.

Rahmawati, U. dkk. (2019). Eektivitas Penambahan Mikroorganisme Lokal (MOL)


Buah Maja Sebagai Aktivator Dalam Pembuatan Kompos. Journal of Nursing
and Public Health, Vol 7 No 1. Bengkulu.

Roidi, A. A. (2016). Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Daun Lamtoro (Leucaena


leucocephala) Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Sawi
Pakcoy (Brasicca chinensis L.). Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.

Satriawi, Widya., dkk. (2019). Pengaruh Pemberian Pupuk Limbah Organik


Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Mentimun (Cucumis sativus
L.). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, Vol 19, No 02. Purwokerto.
Septirosya, Tiara., dkk. (2019). Aplikasi Pupuk Organik Cair Lamtoro Pada
Tumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat. Agroscript, 1(1). Pekanbaru.

Sidin, R. S. (2019). Pengaruh Lama Fermentasi Pupuk Cair Kombinasi Kulit Nanas,
Rebung Bambu Dan Kubis Dengan Penambahan Bioaktivator Em4 Terhadap
Kandungan Unsur Hara Fosfor (P) Dan Kalium (K) Total. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9). Yogyakarta.

Sinaga, Arby Radedo (2018). Aplikasi Pupuk Organik Cair Daun Lamtoro dan
Bonggol Pisang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis
(Zea mays saccharata L). Skripsi, Universitas Medan Area. Medan.

Supianor, Juanda, & Hardiono. (2018). Perbandingan Penambahan Bioaktivator


EM-4 (Effective Microorganisme) Dan MOL (Microorganisme Lokal) Kulit
Nanas (Ananas comosus L.Merr) Terhadap Waktu Terjadinya Kompos. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol 15 No 1. Banjarmasin.

Supriyanti, A. A. (2017). Kandungan Nitrogen Dan Kalium Pupuk Organik Cair


Kombinasi Kulit Nanas Dan Daun Lamtoro Dengan Variasi Penambahan
Jerami Padi. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Tarigan, M. M. B. (2019). Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol


Pisang Sebagai Aktivator Dalam Proses Pengomposan Sampah Organik
Sayuran. Skripsi, Poltekkes Kemenkes Medan. Medan.

Tiara, D. R., Iswanto, & Suyanto, A. (2018). Pengaruh Model Tempat Sampah
Pencacah Plastik Terhadap Penurunan Volume dan Peningkatan Nilai
Ekonomi Sampah. Skripsi Thesis.

Walunguru, Lena, dkk. (2018). Reapon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi
Terhadap Aplikasi POC Limbah Buah - Buahan Pada Beberapa Konsentrasi.
Jurnal Penelitian Pertanian, Vol 23 No 2. Kupang.

Widyaningrum, R. (2019). Pemanfaatan Daun Paitan (Tithonia diversifolia) dan


Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) Sebagai Pupuk Organik Cair (POC).
Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung.
L
A
M
P
I
R
A
N
Master Tabel
Tinggi Tanaman Mentimun
Tinggi Tanaman Mentimun
No. Perlakuan
16 HST 23 HST 30 HST 37 HST
1. POC 10 ml 15 56 112,6 146
2. POC 10 ml 12 40 108 141,2
3. POC 10 ml 12,8 44 101,1 138
4. POC 10 ml 15 52 126 154
5. POC 10 ml 16 46,5 118 150
6. POC 10 ml 18 56,2 130 155
7. POC 20 ml 25 60,6 128 149
8. POC 20 ml 27 63 132 156
9. POC 20 ml 22 57 124 139,7
10. POC 20 ml 22 52 118 148
11. POC 20 ml 30 58,3 122 154
12. POC 20 ml 31,3 66 132,2 159
13. POC 30 ml 26 56 136 159
14. POC 30 ml 24,4 60 138 156
15. POC 30 ml 32 65 140,2 164
16. POC 30 ml 31 69,8 142 173
17. POC 30 ml 28,1 59 128,6 154,5
18. POC 30 ml 33 75 143 176
19. Kontrol (POC NASA 2 ml) 30 70 143,2 169
20. Kontrol (POC NASA 2 ml) 31 71 141 160
21. Kontrol (POC NASA 2 ml) 25,5 59 132 160,4
22. Kontrol (POC NASA 2 ml) 29,6 65 146 164
23. Kontrol (POC NASA 2 ml) 34 73,1 152,2 178
24. Kontrol (POC NASA 2 ml) 32 69 148 175,6
Master Tabel
Jumah Daun Pada Tanaman Mentimun
Jumlah Daun Pada Tanaman Mentimun
No. Perlakuan
16 HST 23 HST 30 HST 37 HST
1. POC 10 ml 6 10 16 20
2. POC 10 ml 6 12 16 21
3. POC 10 ml 5 10 14 19
4. POC 10 ml 7 12 18 23
5. POC 10 ml 9 15 20 24
6. POC 10 ml 10 15 22 25
7. POC 20 ml 10 15 20 24
8. POC 20 ml 11 17 21 26
9. POC 20 ml 8 13 17 23
10. POC 20 ml 7 14 19 25
11. POC 20 ml 14 20 23 28
12. POC 20 ml 12 16 20 26
13. POC 30 ml 10 15 20 25
14. POC 30 ml 12 16 20 24
15. POC 30 ml 13 18 23 30
16. POC 30 ml 15 19 25 32
17. POC 30 ml 10 13 17 24
18. POC 30 ml 11 15 21 29
19. Kontrol (POC NASA 2 ml) 16 19 24 32
20. Kontrol (POC NASA 2 ml) 14 17 22 26
21. Kontrol (POC NASA 2 ml) 13 16 20 25
22. Kontrol (POC NASA 2 ml) 12 16 21 29
23. Kontrol (POC NASA 2 ml) 15 20 24 32
24. Kontrol (POC NASA 2 ml) 12 17 22 30
Master Tabel
Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai Muncul Buah
Umur/Waktu Tanaman Mentimun Mulai
No. Perlakuan
Muncul Buah
1. POC 10 ml 30 HST
2. POC 10 ml 33 HST
3. POC 10 ml 36 HST
4. POC 10 ml 30 HST
5. POC 10 ml 37 HST
6. POC 10 ml 35 HST
7. POC 20 ml 30 HST
8. POC 20 ml 25 HST
9. POC 20 ml 27 HST
10. POC 20 ml 30 HST
11. POC 20 ml 32 HST
12. POC 20 ml 28 HST
13. POC 30 ml 24 HST
14. POC 30 ml 25 HST
15. POC 30 ml 29 HST
16. POC 30 ml 26 HST
17. POC 30 ml 30 HST
18. POC 30 ml 25 HST
19. Kontrol (POC NASA 2 ml) 24 HST
20. Kontrol (POC NASA 2 ml) 24 HST
21. Kontrol (POC NASA 2 ml) 27 HST
22. Kontrol (POC NASA 2 ml) 29 HST
23. Kontrol (POC NASA 2 ml) 30 HST
24. Kontrol (POC NASA 2 ml) 25 HST
HASIL UJI ONE WAY ANOVA DAN UJI BONFFERONI TINGGI TANAMAN
MENTIMUN

Perlakuan

Case Processing Summary

Cases

Perlakuan Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


16HST
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA 2


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
ml)

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


23HST
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA 2


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
ml)

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


30HST
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA 2


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
ml)

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


37HST
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA 2


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
ml)
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Perlakuan
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

POC 10 ml .203 6 .200* .958 6 .808

POC 20 ml .191 6 .200* .907 6 .418


16HST
POC 30 ml .210 6 .200* .931 6 .588

Kontrol (POC NASA 2


.230 6 .200* .953 6 .767
ml)

POC 10 ml .183 6 .200* .917 6 .486

POC 20 ml .139 6 .200* .991 6 .991


23HST
POC 30 ml .217 6 .200* .945 6 .698

Kontrol (POC NASA 2


.256 6 .200* .904 6 .401
ml)

POC 10 ml .154 6 .200* .973 6 .911

POC 20 ml .186 6 .200* .930 6 .580


30HST
POC 30 ml .188 6 .200* .898 6 .360

Kontrol (POC NASA 2


.180 6 .200* .961 6 .826
ml)

POC 10 ml .166 6 .200* .934 6 .615

POC 20 ml .171 6 .200* .955 6 .779


37HST
POC 30 ml .201 6 .200* .897 6 .359

Kontrol (POC NASA 2


.186 6 .200* .889 6 .311
ml)

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.


Oneway

[DataSet1] D:\AWAL\New Folder (2)\Tinggi fixx.sav

Descriptives

95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std.
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error
Lower Upper
Bound Bound

POC 10 ml 6 14.800 2.1726 .8869 12.520 17.080 12.0 18.0

POC 20 ml 6 26.217 3.9448 1.6105 22.077 30.357 22.0 31.3

POC 30 ml 6 29.083 3.4620 1.4134 25.450 32.717 24.4 33.0


16HST
Kontrol
(POC NASA 6 30.350 2.8522 1.1644 27.357 33.343 25.5 34.0
2 ml)

Total 24 25.112 6.9364 1.4159 22.184 28.041 12.0 34.0

POC 10 ml 6 49.117 6.6635 2.7203 42.124 56.110 40.0 56.2

POC 20 ml 6 59.483 4.8918 1.9971 54.350 64.617 52.0 66.0

POC 30 ml 6 64.133 7.2185 2.9469 56.558 71.709 56.0 75.0


23HST
Kontrol
(POC NASA 6 67.850 5.0966 2.0807 62.501 73.199 59.0 73.1
2 ml)

Total 24 60.146 9.1273 1.8631 56.292 64.000 40.0 75.0

POC 10 ml 6 115.950 10.9321 4.4630 104.477 127.423 101.1 130.0

POC 20 ml 6 126.033 5.6997 2.3269 120.052 132.015 118.0 132.2

POC 30 ml 6 137.967 5.2572 2.1463 132.450 143.484 128.6 143.0


30HST
Kontrol
(POC NASA 6 143.733 6.9347 2.8311 136.456 151.011 132.0 152.2
2 ml)

Total 24 130.921 13.0376 2.6613 125.416 136.426 101.1 152.2


POC 10 ml 6 147.367 6.8823 2.8097 140.144 154.589 138.0 155.0

POC 20 ml 6 150.950 6.9091 2.8206 143.699 158.201 139.7 159.0

POC 30 ml 6 163.750 8.9875 3.6691 154.318 173.182 154.5 176.0


37HST
Kontrol
(POC NASA 6 167.833 7.6987 3.1430 159.754 175.913 160.0 178.0
2 ml)

Total 24 157.475 11.2758 2.3017 152.714 162.236 138.0 178.0

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

16HST 1.397 3 20 .273

23HST .874 3 20 .471

30HST 1.805 3 20 .179

37HST .334 3 20 .801


ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 904.595 3 301.532 29.853 .000

16HST Within Groups 202.012 20 10.101

Total 1106.606 23

Between Groups 1184.015 3 394.672 10.782 .000

23HST Within Groups 732.065 20 36.603

Total 1916.080 23

Between Groups 2770.905 3 923.635 16.224 .000

30HST Within Groups 1138.635 20 56.932

Total 3909.540 23

Between Groups 1748.548 3 582.849 9.915 .000

37HST Within Groups 1175.737 20 58.787

Total 2924.285 23

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons

Bonferroni

95% Confidence
Mean Interval
Dependent Std.
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Difference Sig.
Variable Error
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

POC 20 ml -11.4167* 1.8349 .000 -16.788 -6.046

POC 30 ml -14.2833* 1.8349 .000 -19.654 -8.912


POC 10 ml
Kontrol (POC
-15.5500* 1.8349 .000 -20.921 -10.179
NASA 2 ml)

POC 10 ml 11.4167* 1.8349 .000 6.046 16.788

POC 30 ml -2.8667 1.8349 .803 -8.238 2.504


POC 20 ml
Kontrol (POC
-4.1333 1.8349 .214 -9.504 1.238
NASA 2 ml)
16HST
POC 10 ml 14.2833* 1.8349 .000 8.912 19.654

POC 20 ml 2.8667 1.8349 .803 -2.504 8.238


POC 30 ml
Kontrol (POC
-1.2667 1.8349 1.000 -6.638 4.104
NASA 2 ml)

POC 10 ml 15.5500* 1.8349 .000 10.179 20.921


Kontrol (POC
POC 20 ml 4.1333 1.8349 .214 -1.238 9.504
NASA 2 ml)
POC 30 ml 1.2667 1.8349 1.000 -4.104 6.638

POC 20 ml -10.3667* 3.4930 .046 -20.591 -.142

POC 30 ml -15.0167* 3.4930 .002 -25.241 -4.792


POC 10 ml
Kontrol (POC
-18.7333* 3.4930 .000 -28.958 -8.509
NASA 2 ml)
23HST
POC 10 ml 10.3667* 3.4930 .046 .142 20.591

POC 30 ml -4.6500 3.4930 1.000 -14.874 5.574


POC 20 ml
Kontrol (POC
-8.3667 3.4930 .159 -18.591 1.858
NASA 2 ml)
POC 10 ml 15.0167* 3.4930 .002 4.792 25.241

POC 20 ml 4.6500 3.4930 1.000 -5.574 14.874


POC 30 ml
Kontrol (POC
-3.7167 3.4930 1.000 -13.941 6.508
NASA 2 ml)

POC 10 ml 18.7333* 3.4930 .000 8.509 28.958


Kontrol (POC
POC 20 ml 8.3667 3.4930 .159 -1.858 18.591
NASA 2 ml)
POC 30 ml 3.7167 3.4930 1.000 -6.508 13.941

POC 20 ml -10.0833 4.3563 .188 -22.835 2.668

POC 30 ml -22.0167* 4.3563 .000 -34.768 -9.265


POC 10 ml
Kontrol (POC
-27.7833* 4.3563 .000 -40.535 -15.032
NASA 2 ml)

POC 10 ml 10.0833 4.3563 .188 -2.668 22.835

POC 30 ml -11.9333 4.3563 .076 -24.685 .818


POC 20 ml
Kontrol (POC
-17.7000* 4.3563 .004 -30.451 -4.949
NASA 2 ml)
30HST
POC 10 ml 22.0167* 4.3563 .000 9.265 34.768

POC 20 ml 11.9333 4.3563 .076 -.818 24.685


POC 30 ml
Kontrol (POC
-5.7667 4.3563 1.000 -18.518 6.985
NASA 2 ml)

POC 10 ml 27.7833* 4.3563 .000 15.032 40.535


Kontrol (POC
POC 20 ml 17.7000* 4.3563 .004 4.949 30.451
NASA 2 ml)
POC 30 ml 5.7667 4.3563 1.000 -6.985 18.518

POC 20 ml -3.5833 4.4267 1.000 -16.541 9.374

POC 30 ml -16.3833* 4.4267 .008 -29.341 -3.426


POC 10 ml
Kontrol (POC
37HST -20.4667* 4.4267 .001 -33.424 -7.509
NASA 2 ml)

POC 10 ml 3.5833 4.4267 1.000 -9.374 16.541


POC 20 ml
POC 30 ml -12.8000 4.4267 .054 -25.757 .157
Kontrol (POC
-16.8833* 4.4267 .007 -29.841 -3.926
NASA 2 ml)

POC 10 ml 16.3833* 4.4267 .008 3.426 29.341

POC 20 ml 12.8000 4.4267 .054 -.157 25.757


POC 30 ml
Kontrol (POC
-4.0833 4.4267 1.000 -17.041 8.874
NASA 2 ml)

POC 10 ml 20.4667* 4.4267 .001 7.509 33.424


Kontrol (POC
POC 20 ml 16.8833* 4.4267 .007 3.926 29.841
NASA 2 ml)
POC 30 ml 4.0833 4.4267 1.000 -8.874 17.041

*. The mean difference is significant at the 0.05


level.
HASIL UJI ONE WAY ANOVA DAN UJI BONFFERONI JUMLAH DAUN TANAMAN
MENTIMUN

Perlakuan

Case Processing Summary

Cases

Perlakuan Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


16HST
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA 2


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
ml)

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


23HST
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA 2


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
ml)

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


30HST
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA 2


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
ml)

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


37HST
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA 2


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
ml)
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Perlakuan
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

POC 10 ml .226 6 .200* .912 6 .452

POC 20 ml .150 6 .200* .979 6 .945


16HST
POC 30 ml .172 6 .200* .912 6 .452

Kontrol (POC NASA 2


.180 6 .200* .920 6 .505
ml)

POC 10 ml .226 6 .200* .842 6 .135

POC 20 ml .153 6 .200* .957 6 .794


23HST
POC 30 ml .176 6 .200* .955 6 .783

Kontrol (POC NASA 2


.286 6 .136 .863 6 .201
ml)

POC 10 ml .214 6 .200* .958 6 .804

POC 20 ml .167 6 .200* .976 6 .933


30HST
POC 30 ml .192 6 .200* .971 6 .899

Kontrol (POC NASA 2


.208 6 .200* .908 6 .425
ml)

POC 10 ml .164 6 .200* .950 6 .739

POC 20 ml .185 6 .200* .974 6 .918


37HST
POC 30 ml .251 6 .200* .869 6 .223

Kontrol (POC NASA 2


.177 6 .200* .894 6 .342
ml)

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Oneway
Descriptives

95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std.
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error
Lower Upper
Bound Bound

POC 10 ml 6 7.17 1.941 .792 5.13 9.20 5 10

POC 20 ml 6 10.33 2.582 1.054 7.62 13.04 7 14

POC 30 ml 6 11.83 1.941 .792 9.80 13.87 10 15


16HST
Kontrol (POC
6 13.67 1.633 .667 11.95 15.38 12 16
NASA 2 ml)

Total 24 10.75 3.096 .632 9.44 12.06 5 16

POC 10 ml 6 12.33 2.251 .919 9.97 14.70 10 15

POC 20 ml 6 15.83 2.483 1.014 13.23 18.44 13 20

POC 30 ml 6 16.00 2.191 .894 13.70 18.30 13 19


23HST
Kontrol (POC
6 17.50 1.643 .671 15.78 19.22 16 20
NASA 2 ml)

Total 24 15.42 2.796 .571 14.24 16.60 10 20

POC 10 ml 6 17.67 2.944 1.202 14.58 20.76 14 22

POC 20 ml 6 20.00 2.000 .816 17.90 22.10 17 23

POC 30 ml 6 21.00 2.757 1.125 18.11 23.89 17 25


30HST
Kontrol (POC
6 22.17 1.602 .654 20.49 23.85 20 24
NASA 2 ml)

Total 24 20.21 2.797 .571 19.03 21.39 14 25

POC 10 ml 6 22.00 2.366 .966 19.52 24.48 19 25

POC 20 ml 6 25.33 1.751 .715 23.50 27.17 23 28

POC 30 ml 6 27.33 3.445 1.406 23.72 30.95 24 32


37HST
Kontrol (POC
6 29.00 2.966 1.211 25.89 32.11 25 32
NASA 2 ml)

Total 24 25.92 3.670 .749 24.37 27.47 19 32


Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

16HST .449 3 20 .721

23HST .221 3 20 .880

30HST .900 3 20 .459

37HST 2.281 3 20 .110

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 136.167 3 45.389 10.764 .000

16HST Within Groups 84.333 20 4.217

Total 220.500 23

Between Groups 86.167 3 28.722 6.133 .004

23HST Within Groups 93.667 20 4.683

Total 179.833 23

Between Groups 65.792 3 21.931 3.842 .025

30HST Within Groups 114.167 20 5.708

Total 179.958 23

Between Groups 163.167 3 54.389 7.417 .002

37HST Within Groups 146.667 20 7.333

Total 309.833 23

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons

Bonferroni

95% Confidence
Mean Interval
Dependent Std.
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Difference Sig.
Variable Error
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

POC 20 ml -3.167 1.186 .088 -6.64 .30

POC 30 ml -4.667* 1.186 .005 -8.14 -1.20


POC 10 ml
Kontrol (POC
-6.500* 1.186 .000 -9.97 -3.03
NASA 2 ml)

POC 10 ml 3.167 1.186 .088 -.30 6.64

POC 30 ml -1.500 1.186 1.000 -4.97 1.97


POC 20 ml
Kontrol (POC
-3.333 1.186 .065 -6.80 .14
NASA 2 ml)
16HST
POC 10 ml 4.667* 1.186 .005 1.20 8.14

POC 20 ml 1.500 1.186 1.000 -1.97 4.97


POC 30 ml
Kontrol (POC
-1.833 1.186 .826 -5.30 1.64
NASA 2 ml)

POC 10 ml 6.500* 1.186 .000 3.03 9.97


Kontrol (POC
POC 20 ml 3.333 1.186 .065 -.14 6.80
NASA 2 ml)
POC 30 ml 1.833 1.186 .826 -1.64 5.30

POC 20 ml -3.500 1.249 .066 -7.16 .16

POC 30 ml -3.667* 1.249 .049 -7.32 .00


POC 10 ml
Kontrol (POC
-5.167* 1.249 .003 -8.82 -1.51
NASA 2 ml)

23HST POC 10 ml 3.500 1.249 .066 -.16 7.16

POC 30 ml -.167 1.249 1.000 -3.82 3.49


POC 20 ml
Kontrol (POC
-1.667 1.249 1.000 -5.32 1.99
NASA 2 ml)

POC 30 ml POC 10 ml 3.667* 1.249 .049 .01 7.32


POC 20 ml .167 1.249 1.000 -3.49 3.82

Kontrol (POC
-1.500 1.249 1.000 -5.16 2.16
NASA 2 ml)

POC 10 ml 5.167* 1.249 .003 1.51 8.82


Kontrol (POC
POC 20 ml 1.667 1.249 1.000 -1.99 5.32
NASA 2 ml)
POC 30 ml 1.500 1.249 1.000 -2.16 5.16

POC 20 ml -2.333 1.379 .638 -6.37 1.70

POC 30 ml -3.333 1.379 .152 -7.37 .70


POC 10 ml
Kontrol (POC
-4.500* 1.379 .023 -8.54 -.46
NASA 2 ml)

POC 10 ml 2.333 1.379 .638 -1.70 6.37

POC 30 ml -1.000 1.379 1.000 -5.04 3.04


POC 20 ml
Kontrol (POC
-2.167 1.379 .792 -6.20 1.87
NASA 2 ml)
30HST
POC 10 ml 3.333 1.379 .152 -.70 7.37

POC 20 ml 1.000 1.379 1.000 -3.04 5.04


POC 30 ml
Kontrol (POC
-1.167 1.379 1.000 -5.20 2.87
NASA 2 ml)

POC 10 ml 4.500* 1.379 .023 .46 8.54


Kontrol (POC
POC 20 ml 2.167 1.379 .792 -1.87 6.20
NASA 2 ml)
POC 30 ml 1.167 1.379 1.000 -2.87 5.20

POC 20 ml -3.333 1.563 .274 -7.91 1.24

POC 30 ml -5.333* 1.563 .017 -9.91 -.76


POC 10 ml
Kontrol (POC
-7.000* 1.563 .001 -11.58 -2.42
NASA 2 ml)

37HST POC 10 ml 3.333 1.563 .274 -1.24 7.91

POC 30 ml -2.000 1.563 1.000 -6.58 2.58


POC 20 ml
Kontrol (POC
-3.667 1.563 .177 -8.24 .91
NASA 2 ml)

POC 30 ml POC 10 ml 5.333* 1.563 .017 .76 9.91


POC 20 ml 2.000 1.563 1.000 -2.58 6.58

Kontrol (POC
-1.667 1.563 1.000 -6.24 2.91
NASA 2 ml)

POC 10 ml 7.000* 1.563 .001 2.42 11.58


Kontrol (POC
POC 20 ml 3.667 1.563 .177 -.91 8.24
NASA 2 ml)
POC 30 ml 1.667 1.563 1.000 -2.91 6.24

*. The mean difference is significant at the 0.05


level.

HASIL UJI ONE WAY ANOVA DAN UJI BONFFERONI UMUR/WAKTU TANAMAN
MENTIMUN MULAI MUNCUL BUAH

Perlakuan
Case Processing Summary

Cases

Perlakuan Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

POC 10 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

POC 20 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%


Umur/waktu
POC 30 ml 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

Kontrol (POC NASA


6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
2 ml)
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Perlakuan
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

POC 10 ml .210 6 .200* .889 6 .315

POC 20 ml .203 6 .200* .972 6 .907


Umur/waktu
POC 30 ml .248 6 .200* .871 6 .230

Kontrol (POC NASA


.219 6 .200* .883 6 .282
2 ml)

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true


significance.

Oneway
Descriptives

95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std.
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error
Lower Upper
Bound Bound

POC 10 ml 6 33.50 3.017 1.232 30.33 36.67 30 37

POC 20 ml 6 28.67 2.503 1.022 26.04 31.29 25 32

POC 30 ml 6 26.50 2.429 .992 23.95 29.05 24 30

Kontrol (POC
6 26.50 2.588 1.057 23.78 29.22 24 30
NASA 2 ml)

Total 24 28.79 3.822 .780 27.18 30.41 24 37


Test of Homogeneity of Variances

Umur/waktu

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.255 3 20 .857

ANOVA

Umur/waktu

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 196.125 3 65.375 9.350 .000

Within Groups 139.833 20 6.992

Total 335.958 23

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons

Umur/waktu

Bonferroni

95% Confidence
Mean Interval
Std.
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Difference Sig.
Error
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

POC 20 ml 4.833* 1.527 .029 .36 9.30

POC 30 ml 7.000* 1.527 .001 2.53 11.47


POC 10 ml
Kontrol (POC
7.000* 1.527 .001 2.53 11.47
NASA 2 ml)

POC 10 ml -4.833* 1.527 .029 -9.30 -.36

POC 30 ml 2.167 1.527 1.000 -2.30 6.64


POC 20 ml
Kontrol (POC
2.167 1.527 1.000 -2.30 6.64
NASA 2 ml)

POC 10 ml -7.000* 1.527 .001 -11.47 -2.53

POC 20 ml -2.167 1.527 1.000 -6.64 2.30


POC 30 ml
Kontrol (POC
.000 1.527 1.000 -4.47 4.47
NASA 2 ml)

POC 10 ml -7.000* 1.527 .001 -11.47 -2.53


Kontrol (POC
POC 20 ml -2.167 1.527 1.000 -6.64 2.30
NASA 2 ml)
POC 30 ml .000 1.527 1.000 -4.47 4.47

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


DOKUMENTASI

Persiapan Alat Pembuatan POC Persiapan Bahan Pembuatan POC

Proses Pemotongan/Penghalusan Proses Pembuatan dan Pencampuran


Bahan Pembuat POC bahan Pembuatan POC

Larutan POC Kombinasi Kulit Nanas Larutan POC Kombinasi Kulit Nanas
dan Daun Lamtoro Sebelum dan Daun Lamtoro Setelah Fermentasi
Fermentasi
Persiapan Alat Penyemaian dan Persiapan Bahan Penyemaian dan
Penanaman Tanaman Mentimun Penanaman Tanaman Mentimun

Proses Penyemaian Tanaman Proses Penyemaian Tanaman


Mentimun Mentimun

Proses Penanaman Tanaman


Mentimun
Proses Pemindahan Tanaman
Mentimun
Proses Penyiraman Tanaman Proses Penyiraman Tanaman
Mentimun Mentimun

Proses Penyiraman Tanaman Proses Pengamatan Tanaman


Mentimun Mentimun

Proses Pengamatan Tanaman Proses Pengamatan Tanaman


Mentimun Mentimun
Proses Pengmatan Tanaman Proses Pengmatan Tanaman
Mentimun Mentimun

Proses Pengamatan Tanaman Proses Pengamatan Tanaman


Mentimun Mentimun

Tanaman Mentimun dengan Perlakuan Tanaman Mentimun dengan Perlakuan


10 ml, 20 ml, 30 ml, dan Kontrol 10 ml, 20 ml, 30 ml, dan Kontrol
(berurutan dari kiri ke kanan) (berurutan dari kiri ke kanan)

Anda mungkin juga menyukai